PERTUNJUKAN KUDA KEPANG DI DESA TRIMODADI KECAMATAN ABUNG SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA

(1)

ABSTRAK

PERTUNJUKAN KUDA KEPANG DI DESA TRIMODADI KECAMATAN ABUNG SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA

OLEH

Erma Febriyanti

Masyarakat di Desa Trimodadi mayoritas penduduknya bersuku jawa namun kurang memahami tentang proses pertunjukan Kuda kepang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pertunjukan Kuda kepang di Desa Trimodadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data, wawancara, angket dan dokumentasi.

Pertunjukan Kuda kepang meliputi unsur perlengkapan, peralatan, tempat pementasan dan atraksi tarian. Perlengkapan musik yang digunakan yaitu kendhang, saron, gong, kempul, bonang, kenong dan demung. Perlengkapan penari laki – laki yaitu baju batik hijau, celana panjang, sumping, Kuluk, kain panjang, badong dan gelang kaki, penari perempuan menggunakan baju putih, celana pendek, ikat kepala, kain panjang warna merah dan hitam, dan gelang kaki. peralatan atraksi yang digunakan yaitu sajen, pecut, Kuda kepang, barongan, penthul dan benjer. Tempat pementasan Kuda kepang yaitu dihalaman orang yang mempunyai hajat tapi, jika pementasan Kuda kepang saat perayaan hari kemerdekaan dilakukan dilapangan. Atraksi panggung diawali dengan pawang melakukan ritual pembacaan mantra untuk memanggil roh – roh. Atraksi tarian meliputi tarian satria, goyang hoki, tari gunung kidul, goyang senggol, tari kembang jeruk , tari cakilan dan terakhir tari pegonan. Tarian diatas tidak semua ditarikan tapi sesuai permintaan yang mempunyai hajat. Tari pegonan, gunung kidul dan kembang jeruk adalah tarian yang penarinya akan mengalami kesurupan atau biasa disebut mabok, ada tiga jenis mabok yaitu mabok barongan, mabok monyet dan mabok biasa, saat mabok penari Kuda kepang dapat melakukan hal – hal diluar kebiasaan manusia seperti makan ayam hidup –hidup, makan arang, membuka kelapa dengan gigi dan lain – lain. Penutupan diakhiri dengan penari yang kesurupan berpamitan kepada pemilik hajat. Fungsi dari pertunjukan Kuda kepang yaitu fungsi pendidikan, sosial, ekonomis, religius,dan hiburan. Nilai yang terkandung dari pertunjukan Kuda kepang yaitu nilai etika, estetik dan pesan moral.

Pertunjukan Kuda kepang yang ada di Desa Trimodadi telah mengalami perubahan. Pertunjukan Kuda mengandung nilai estetik yaitu pentingnya keindahan bagi manusi, nilai etik dan pesan moral yaitu manusia dalam kehidupan harus berbuat baik terhadap sesama manusia dan lingkungan.


(2)

PERTUNJUKAN KUDA KEPANG DI DESA TRIMODADI KECAMATAN ABUNG SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Oleh: Erma Febriyanti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Sejarah

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG


(3)

(4)

(5)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Trimodadi, Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara pada tanggal 21 Februari 1990 sebagai anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Poniman dan Ibu Siti Rohani.

Pendidikan yang telah diselesaikan oleh penulis adalah : 1. SD Negeri 2 Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung

Utara, selesai pada tahun 2002.

2. SMP Negeri 3 Abung Selatan Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara, selesai pada tahun 2005.

3. SMA / SMK Pramuka Bhakti Trimodadi, Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara, selesai pada tahun 2008.

Pada tahun 2010 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Universitas Lampung pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial pada Program Studi Pendidikan Sejarah melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Organisasi yang pernah diikuti penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Lampung yaitu, sebagai anggota muda dan staf sosial politik BEM U, sebagai gema fppi, anggota muda himapis, wakil bendahara umum forum komunikasi sejarah, sekretaris badan pemberdayaan perempuan birohmah, sekretaris keputrian komisi c pusat


(7)

komunikasi daerah, sekretaris keputrian masjid Al-Wasi’i. Pada Tahun 2012 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL), kemudian pada tahun 2013 penulis melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Giham Kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung barat dan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Sekincau.


(8)

PERSEMBAHAN

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan karuniaNya sehingga

peneliti dapat menyelesaikan karya ini.Kupersembahkan karya ini kepada:

1.

Bapak Poniman dan Ibu Siti Rohani, atas restu dan jerih payahmu yang

tulus ikhlas dalam mengantarkanku ke jenjang sarjana demi menyongsong

kesuksesan.

2.

Para pendidik yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang

begitu berguna dalam kehidupan kini maupun di masa mendatang.


(9)

MOTO

Orang

orang yang sabar dalam kesempitan (musibah), penderitaan (kemiskinan)

dan dalam peperangan, mereka itulah orang

orang yang benar imannya, dan mereka

itulah orang

orang yang bertaqwa.

( Q S. AL-Baqarah 177)

Bukan karena hari ini indah kita bahagia, tapi karena kita bahagia hari ini bisa

menjadi indah…

Bukan karena tak ada rintangan kita menjadi optimis, tapi kita optimis rintangan

menjadi taka ada…

Bukan karena mudah kita yakin mampu, tapi karena kita yakin mampu semuanya

bisa men

jadi mudah…

Bukan karena semua baik kita tersenyum, tapi karena kita tersenyum bisa menjadi

baik…

Berubah dan tidaknya suatu keadaan diri kitalah yang menentukan.

( ridwan ababil,2014;11)


(10)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pertunjukan Kuda Kepang Di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara . Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafaat-Nya di hari akhir kelak.

Penulis menyadari akan keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, sehingga mendapat banyak bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si. Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si. Pembantu Dekan II Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Bapak Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. Pembantu Dekan III Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.


(11)

5. Bapak Drs Zulkarnain, M.Si. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.

6. Bapak Drs. Maskun, M.H. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

7. Ibu Dr. Risma M Sinaga, M.Hum. dosen Pembahas Utama yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran serta nasihat dalam proses penyelesaian skripsi.

8. Bapak Drs. Hi. Tontowi Amsia, M.Si. dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing Utama dalam skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, serta nasihat dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi.

9. Bapak Drs. Wakidi, M. Hum, dosen Pembimbing Kedua yang telah bersedia meluangkan waktu, memberikan bimbingan, kritik, saran, serta nasihat dalam proses kuliah dan proses penyelesaian skripsi.

10.Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Sejarah dan para pendidik di Unila pada umumnya yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Program Studi Pendidikan Sejarah. 11.Kedua orangtua ku Bapak Poniman dan Ibu Siti Rohani yang dengan penuh

pengorbanan rasa cinta, kasih sayang, kerja keras yang kalian lakukan setiap hari serta doa dan keihklasan yang selalu kalian berikan sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.


(12)

12.Seluruh keluarga besarku. Ayuk Saryanti, Sri, kak Ponijan Kak Yusuf, Dewi, Eka , Edi. Terimakasih untuk semua bantuan, doa, partisipasi dan rasa kekeluargaan yang begitu besar yang selalu diberikan kepada penulis.

13.Sahabat-sahabatku seperjuangan Pendidikan Sejarah 2010 Dahlianasari Nasutioan, Lilis Suryana, Dista Lia Arum, Mey Destriani, Tila Paulina,S.Pd, Anisa Fitri,S.Pd. Zahra Meliana, Deka Satria Imanda, Dian Mustika dan teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Terimakasih atas bantuan kalian, semangat yang kalian berikan dan persahabatan yang tetap terjaga hingga hari ini.

14.Sahabat-sahabat di organisasi, Shofiya Nadiya, Irma Suryani, Surtini, Kristi Arina, Esi Okta Utami, Mareta, Devi Sabarina, Lina, Nopolia Febrina, Rizka Fajrianti, Oktari Pradiqma,Dona. terima kasih hari-hari indah kita selama berada dalam satu kepengurusan selama ini, persahabatan, serta keakraban yang tetap terjaga hingga hari ini.

15.Sahabat-sahabat di KKN dan di PPL Giham Iis Kurniati, Frida Oktavia, S,Pd, Rani Yunita, S,Pd, Yudi Irawan, S,Pd, Aditya Defriyansyah, S.Pd, Rizki Ayuningtyas,S.Pd, Dita Novitasari,S.Pd, Novi, Rosiana Asyiyah, S.Pd. Terimakasih atas hari indah KKN dan PPL kita serta persahabatan yang tetap terjaga hingga sekarang.

16.Teman-teman dan adik-adik tingkat di Program Studi Pendidikan Sejarah terima kasih atas motivasinya.


(13)

18.Bapak Supomo (Mbah Pondel) selaku ketua kelompok Langen Turonggo Budoyo Tanjung Arum yang telah bersedia memberikan bimbingan, arahan, informasi serta menjadi salah satu informan dalam penelitian ini.

19.Bapak surep selaku kepala Desa Trimodadi yang telah memberikan informasi selama penelitian.

20.Bapak Ahmad Nahari selaku sekretaris Desa Trimodadi yang telah memberikan informasi selama penelitian.

21.Kepada semua yang tidak dapat disebutkan, terima kasih atas banntuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga ALLAH SWT membalas segala amal kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaa, akan tetapi Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu`alaikum Wr. Wb

Bandar Lampung, Februari 2015 Penulis


(14)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Analisis Masalah ... 7

1. Identifikasi Masalah ... 7

2. Pembatasan Masalah ... 8

3. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan, Kegunaan Dan Ruang Lingkup Penelitian ... 9

1. Tujuan Penelitian ... 9

2. Kegunaan Penelitian ... 9

3. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

2 Tinjauan Pustaka A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Konsep Seni ... 12

2. Konsep Seni Pertunjukan ... 15

3. Konsep Kuda Kepang ... 18

4. Konsep Tari ... 20

B. Kerangka Pikir ... 22

C. Paradigma ... 24

3 Metodologi Penelitian A. Metode Yang Digunakan ... 27

B. Variabel Penelitian ... 28

C. Tekni Pengumpulan Data ... 29

1. Teknik Wawancara ... 29

2. Teknik Observasi ... 30

3. Teknik Dokumentasi ... . 30


(15)

IV Hasil Dan Pembahasan A. Hasil

1. Gambaran Umum Daerah Penelitian ... 35

1.1Sejarah Desa Trimodadi ... 35

1.2Letak Dan Batas Administrasi Desa Trimodadi ... 36

1.3Keadaan Penduduk Desa Trimodadi ... 37

1.3.1 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin ... 37

1.3.2 Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan 38

1.3.3 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 38

1.3.4 Keadaan Penduduk Menurut System Kepercayaan 39 2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 40

2.1Sejarah Seni Pertunjukan Kuda Kepang ... 41

2.2Pementasan Seni Pertunjukan Kuda Kepang ... 43

2.3Kedudukan Seni Kuda Kepang Di Desa Trimodadi ... 47

2.4Perlengkapan 50

2.4.1 Perlengkapan Musik ... 50

2.4.1.1Kendhang ... 51

2.4.1.2Saron ... 52

2.4.1.3Gong ... 53

2.4.1.4Kempul ... 53

2.4.1.5Bonang Besar Dan Kecil ... 54

2.4.1.6Kenong ... 54

2.4.1.7Demung ... 55

2.4.2 Perlengkapan Penari Kuda Kepang ... 56

2.4.2.1 Perlengkapan penari laki – laki ... 56

2.4.2.2 Perlengkapan penari perempuan ... 58

2.4.3 Perlengkapan Panggung Pertunjukan Kuda Kepang ... 59

2.4.3.1Sajen ... 59

2.4.3.2Pecut ... 60

2.4.3.3Kuda Kepang ... 61

2.4.3.4Barongan ... 62

2.4.3.5Penthul dan Benjer ... 62

2.5Tempat Pementasan Kuda Kepang ... 63

2.6Atraksi Kuda Kepang Di Desa Trimodadi 2.6.1 Pembukaan Atraksi ... 63

2.6.2 Atraksi Tarian ... 64

2.6.2.1 Tari Satria ... 65

2.6.2.2 Tari Kembang Jeruk, Gunung Kidul dan Pegonan ... 66

2.6.2.3 Goyang Hoki dan Goyang Dombret ... 66

2.6.2.4 Tari Cakilan ... 67

2.6.3 Penutup Atraksi ... 70


(16)

2.7.1 Agama ... 71

2.7.2 Sosial ... 72

2.7.3 Ekonomi ... 72

2.7.4 Pendidikan ... 73

2.7.5 Hiburan ... 74

B. PEMBAHASAN 1. Perlengkapan Musik ( gamelan ) pertunjukan Kuda Kepang ... 74

2. Perlengkapan Penari Kuda Kepang ... 75

3. Perlengkapan Panggung Pertunjukan Kuda Kepang ... 75

4. Atraksi Kuda Kepang Di Desa Trimodadi ... 77

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 86

B. Saran ... 87 DAFTAR PUSTAKA


(17)

i

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Susunan Kepala Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten

Lampung Utara ... 35 2. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Trimodadi

Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara ... 37 3. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Desa Trimodadi

Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara ... ... 38 4. Mata Pencaharian Pokok Masyarakat Desa Trimodadi Kecamatan

Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara ... 39 5. Keadaan Penduduk Menurut Agama Desa Trimodadi Kecamatan


(18)

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara ... 91

2. Identitas Responden ... 96

3. Gambar-Gambar Penelitian ... 102

4. Rekapitulasi Hasil Wawancara ... 114

5. Komisi Pembimbing ... 121

6. Surat Izin Penelitian Pendahuluan Ke Desa Trimodadi ... 122

7. Surat Izin Penelitian ... 123

8. Rencana Kaji Tindak Skripsi ... 124

9. Surat Izin Melaksanaan Penelitian Dari Kepala Desa Trimodadi ... 125

10.Data Hasil Wawancara ... 126


(19)

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gambar penthul

2. Gambar Kuda Kepang yang dipakai grub Langen Turonggo Budoyo 3. Gambar Barongan

4. sajen utama dan peralatan pertunjukan Kuda kepang

5. pawang sedang membacakan mantra untuk memulai pertunjukan Kuda kepang

6. gamelan bonang besar dan bonang kecil 7. gamelan demung

8. gong dan kempul

9. peralatan music Kuda kepang dan para pemain music 10. sajen tambahan

11. pawang melakukan ritual

12. ornamen yang digunakan pemain Kuda kepang 13. mahkota pemain Kuda kepang

14. tari satria 15. goyang hoki 16. tari gunung kidul 17. goyang dombret 18. mabok monyet

19. pemain Kuda kepang berpamitan kepada yang punya hajat 20. menyembuhkan pemain yang sedang kerasukan

21. tari cakilan

22. saat pemain Kuda kepang mulai kerasukan

23. pemain Kuda kepang yang sedang kerasukan membawa pemain Kuda kepang lain yang sedang menonton

24. mabok barongan

25. pawang sedang melakukan pergantian dari mabok biasa agar mabok monyet


(20)

1

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia dan kebudayaan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Keberadaan kebudayaan adalah hasil dari karya manusia. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat, 2009: 144). Setiap suku yang ada di Indonesia mempunyai berbagai macam budaya sehingga Indonesia menjadi Negara yang kaya dengan warisan budaya dari setiap suku, kebudayaan yang ada di Indonesia sebagian besar memiliki sifat animisme dan dinamisme yang menggunakan kekuatan mistis.

Suku jawa adalah salah satu suku terbesar yang ada di Indonesia, suku jawa sebagai suku yang tebesar memiliki bermacam macam kebudayaan yang telah ada sejak berabad abad dan diwariskan secara turun temurun. Sama seperti suku bangsa-suku bangsa lain di Indonesia, suku Jawa juga memiliki kekayaan dan keragaman dalam tradisi, adat, budayanya mulai dari bahasa, sistem religi sampai keseniannya. Seni merupakan salah satu kebudayaan yang hampir mencakup gerak dan benda yang ada disekitar masyarakat karena ada berbagai macam seni yaitu seni rupa, seni patung, seni ukir, seni hias kesenian ini yang biasa dijumpai


(21)

2

pada barang barang sehari yang digunakan. Ada beberapa seni yang sering dipertunjukan yaitu seni musik, seni tari, dan drama.

Kesenian yang ada di Indonesia sangat banyak dan beraneka ragam, setiap suku pasti mempunyai kesenian, setiap suku tidak hanya memiliki satu kesenian tapi memiliki lebih dari satu kesenian. Salah satu suku yang memiliki banyak kesenian adalah suku jawa, kesenian yang dimiliki suku jawa diantaranya adalah tayub, reog, wayang, Kuda kepang dan masih banyak lagi. Kesenian Kuda kepang adalah kesenian orang jawa yang dulu berkembang dipulau jawa, tapi setelah masyarakat jawa melakukan trasmigrasi kesenian Kuda kepang juga dibawa oleh masyarakat jawa ketempat yang baru. Salah satu tempat trasmigrasi masyarakat jawa adalah lampung.

Tari Kuda kepang dipentaskan dibeberapa daerah di Lampung salah satunya adalah di Lampung Utara. Salah satu desa yang ada di Lampung Utara yang mempertunjukan tarian Kuda kepang adalah Desa Trimodadi. Di Desa Trimodadi kesenian Kuda kepang tidak dipentaskan dalam acara – acara pemerintahan di Desa Trimodadi, tapi yang mementaskan adalah sebagian kecil masyarakat Trimodadi.

Pementasan Kuda kepang sering dilakukan pada siang hari jadi masyarakat yang menonton hanya sedikit, bahkan masyarakat yang menonton pertunjukan Kuda kepang tidak menonton pertunjukan Kuda kepang dari awal sehingga masyarakat


(22)

3

Trimodadi tidak mengetahui tentang proses pertunjukan Kuda kepang sehingga masyarakat tidak berminat untuk menonton pertunjukan Kuda kepang. Masyarakat Trimodadi lebih suka apabila yang melakukan pementasan adalah grup Langen Turonggo Budoyo Tanjung Arum karena didalam grup ini apabila kemasukan melakukan hal – hal lucu yang bisa membuat tertawa penontonnya. Grup Langen Turonggo Budoyo Tanjung Arum adalah salah satu grup kesenian Kuda kepang yang ada di Desa Trimodadi. Masyarakat Trimodadi tidak berminat untuk menonton pertunjukan Kuda kepang yang dilakukan oleh grup yang lain.

Kurangnya minat masyarakat untuk menonton pertunjukan Kuda kepang membuat salah satu grup Kuda kepang harus membubarkan grup Kuda kepang tersebut. Minat masyarakat Trimodadi dapat dilihat pada saat diadakan pertunjukan Kuda kepang, yang menonton hanya sedikit, jika anak muda yang menonton mereka lebih suka melakukan kegiatan lain seperti pacaran dan melakukan permainan sendiri dengan teman – temannya. Jika penontonnya melakukan hal – hal lain maka pesan dari pertunjukan Kuda kepang tidak dapat sampai kepada penonton. Padahal tarian Kuda kepang adalah tarian orang Jawa, tapi orang jawa tidak lagi menyukai tarian Kuda kepang. Jika orang jawa tidak menyukai tarian Kuda kepang maka tidak aka ada lagi yang menyukai tarian Kuda kepang maka tarian Kuda kepang akan punah.

Masyarakat Trimodadi mayoritas bersuku jawa dan hanya beberapa yang bersuku Lampung, tapi orang jawa yang ada didesa Trimodadi kurang mengetahui pentingnya melestarikan warisan nenek moyang, padahal warisan kesenian nenek


(23)

4

moyang bisa menjadi salah satu sumber penghasilan bagi masyarakat. Kesenian nenek moyang yang ada di Desa Trimodadi sekarang hanya kesenian Kuda kepang, tapi jika masyarakat Trimodadi tidak melestarikannya maka kesenian Kuda kepang akan punah seperti kesenian suku jawa yang sudah tidak ada lagi di Desa Trimodadi.

Masyarakat Trimodadi menggangap bahwa kesenian Kuda kepang adalah Kesenian yang tidak boleh dilihat, karena kesenian Kuda kepang melakkukan hal – hal yang bisa dilakukan manusia biasa, jadi penari Kuda kepang menggunakan jin dan syaiton. Masyarakat Trimodadi yang mayoritas beragama Islam menganggap bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan jin dan syaiton adalah hal yang dilarang oleh agama Islam dan salah satu dosa besar. Pertunjukan Kuda kepang tidak menggunakan jin dan syaiton dalam pertunjukannya, tapi pawang menggunakan roh. Roh berbeda dengan jin dan syaiton, perbedaannya yaitu jin dan syaiton adalah mahluk yang dikutuk oleh tuhan, sedangkan roh adalah jiwa dari manusia yang telah meninggal.

Masyarakat di Desa Trimodadi sebagian besar bekerja sebagai petani yang meghabiskan waktunya di sawah ataupun dikebun ,ada yang sebagai buruh, ada yang bekerja sebagai pegawai sipil dan swasta, sehingga mereka berfikir dari pada menonton pertunjukan Kuda kepang lebih baik kerja, karena kalau melihat pertunjukan Kuda kepang akan membuang uang sedangkan kalau bekerja akan mendapatkan uang. Masyarakat Trimodadi akan melihat pertunjukan kesenian


(24)

5

apabila tempat pementasan kesenian masih disekitar rumahnya (satu rukun tetangga) dan pertunjukannya malam.

Jarangnya orang yang menanggap Kuda kepang membuat pelaku seni Kuda kepang tidak mendapatkan penghasilan untuk mengembangkan kesenian Kuda kepang sehingga pelaku kesenian Kuda kepang haru mencari pekerjaan lain untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Pelaku seni yang mempunyai pekerjain lain membuat seniman melupakan grup Kuda kepang yang dimilikinya sehingga grup yang dimilikinya bubar. Seharusnya pelaku seni Kuda kepang berusaha untuk mengembangkan seni Kuda kepang yang dikelolanya dan membuat kreasi baru pada pertunjukan Kuda kepang agar masyarakat menyukai pertunjukan Kuda kepang.

Pelaku kesenian di Desa Trimodadi memang tidak semua beralih profesi dari seniman Kuda kepang menjadi buruh atau petani, masih ada seniman Kuda kepang yang mencoba untuk melestarikan pertunjukan Kuda kepang. Seniman Kuda kepang mencoba untuk membuat kreatifitas pada tarian maupun perlengkapan yang menarik agar masyarakat menyukai pertunjukan Kuda kepang. Pemilik grup Kuda kepang menciptakan tarian baru, membuat Kuda kepang yang dipakai saat pertunjukan dengan motif yang cerah dan bermacam – macam, perlengkapan penari berupa sumping, mahkota, hiasan tangan yang dibuat sendiri agar penonton merasa senang dan tidak bosan.


(25)

6

Pemilik grup Kuda kepang walaupun dalam golongan ekonomi bawah, tapi sangat bersemangat untuk mengembangkan kesenian Kuda kepang yang dikelolanya. Pemilik grup Kuda kepang harus menyisihkan pendapatannya untuk membeli peralatan satu persatu agar pertunjukan Kuda kepang tidak monoton dan bisa menarik minat penonton. pemilik grup Kuda kepang tidak putus asa walaupun pemerintah setempat tidak memberikan bantuan untuk melestarikan kesenian Kuda kepang.

Penari kesenian Kuda kepang dari kalangan ekonomi menengah kebawah sehingga mereka harus bekerja di luar kota untuk memenuhi kehidupannya. Penari Kuda kepang ada juga yang memiliki pekerjaan sebagai buruh, ada yang bekerja sebagai petani. Penari kesenian Kuda kepang walaupun berada diluar kota akan berusaha datang saat akan diadakan pertunjukan Kuda kepang. Semangat penari Kuda kepang ini yang membuat pemilik grup Kuda kepang tetap semangat walaupun masyarakat dan pemerintah kurang memperhatikan kesenian Kuda kepang.

Usaha yang dilakukan seniman Kuda kepang lama kelaman mulai mendapat perhatian masyarakat, sekarang masyarakat Trimodadi mulai menyukai kesenian Kuda kepang. Masyarakat Trimodadi mulai menaggap kesenian Kuda kepang dalam acara khitanan, pernikahan, perayaan hari kemerdekaan, upacara bersih desa, penghapusan nazar, acara syukuran sembuh dari sakit, dan kelahiran bayi. Dalam pertunjukan Kuda kepang sekarang mulai ramai penontonnya, tapi para penonton tidak semua melihat pertunjukan Kuda kepang. Penonton yang muda


(26)

7

biasanya lebih senang berkumpul dengan teman – temannya dan melakukan hal lain.

Sebelum memulai pertunjukan pertunjukan pemilik grup Kuda kepang harus melakukan persiapan yang baik agar mendapatkan hasil yang baik, salah satunya yaitu melakukan latihan sebelum melakukan pertunjukan dan menyiapkan segala perlengkapan sebelum hari memulai pertunjukan karena peralatan yang digunakan bukan hanya disatu tempat tetapi dibeberapa tempat hal ini disebabkan karena grup yang ada di Desa Trimodadi dikelola oleh personal dan tidak mendapat perhatian dari pemerintah.

Kurangnya perhatian pemerintah dan masyarakat di Desa Trimodadi maka penulis mencoba untuk menggambarkan pertunjukan Kuda kepang, agar pertunjukan Kuda kepang di Desa Trimodadi dapat berkembang dan masyarakat ikut serta mengembangkan kesenian nenek moyang. Berdasakan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang pertunjukan Kuda kepang di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara.

B. Analisis Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(27)

8

a. Kurangnya pemahaman masyarakat tentang pertunjukan Kuda kepang yang ada di Desa Trimodadi

b. Kurangnya minat masyarakat Trimodadi terhadap pertunjukan Kuda kepang

c. Jarangnya pementasan pertunjukan Kuda kepang Di desa Trimodadi d. Pertunjukan Kuda kepang Di Desa Trimodadi Kecamatan Abung

Selatan Kabupaten Lampung Utara

2. Pembatasan masalah

Agar masalah yang akan dikaji tidak terlalu luas, maka penulis membatasi masalah pada “Pertunjukan Kuda kepang Di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara ”.

3. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalahnya yaitu “Bagaimanakan Pertunjukan Kuda kepang Di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara ?”


(28)

9

B. Tujuan, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses pertunjukan Kuda kepang di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi semua pihak yang membutuhkan. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penulisan skripsi ini adalah

a. Secara teoritis, adalah Menjadi bahan sumbangan pengetahuan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial dan budaya mengenai pertunjukan Kuda kepang pada Masyarakat Di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara. Pertunjukan Kuda kepang yang ada di Desa Trimodadi berbeda dari tempat lain sehingga Kuda kepang yang ada di Desa trimodadi bisa menjadi simbol kesenian khas Desa Trimodadi.

b. menjadi masukan bagi pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dalam rangka pengambilan kebijakan dan penyusunan program pembangunan pedesaan khususnya pada wilayah-wilayah transmigrasi di daerah Lampung, yang nantinya dapat menghasilkan suatu kebijakan


(29)

10

yang lebih berdaya guna dan mendukung pelestarian kebudayaan masyarakat lokal.

c. Bagi pengelola, membantu memperkenalkan Kuda kepang yang berada di Di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara.

d. Bagi masyarakat Trimodadi, masyarakat pedagang akan mendapatkan pemasukan yang lebih dan masyarakat akan mendapatkan hiburan untuk menghilangkan kejenuhan.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Mengingat masalah di atas cukup umum dalam penelitian, maka untuk menghindari kesalahpahaman, dalam hal ini peneliti memberikan kejelasan tentang sasaran dan tujuan penelitian mencakup Subjek penelitian ini adalah masyarakat Trimodadi, Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara. Kemudian yang menjadi objek dalam penelitian adalah Tari Kuda kepang. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara tahun 2015. Bidang ilmu dalam penelitian ini masuk ke dalam ilmu Antropologi Budaya.


(30)

11

REFERENSI

Koentjaraningrat. 2009. Antropologi. Gramedia. Jakarta. Hal 144

Pande Nyoman Pramana Djeno. 2004. Sang Hyang Jaran.Surakarta : Citra etrika. Hal 59

Soedarsono. 1999. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Global. Jakarta : Depdikbub. Hal 11

Edy Sedyawati. 1991. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta. Sinar Harapan. Hal 32


(31)

12

II TINJAUAN PUSTAKA DAN PARADIGMA

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep seni

Seni merupakan hasil karya manusia yang indah yang dapat dinikmati melalui indra yang dimiliki oleh manusia, kemudian karya itu dapat memberikan kesenangan dalam diri manusia dan dapat mendapatkan materi dari hasil seni yang telah dihasilkan. Menurut Sedyawati Seni merupakan salah satu kebudayaan yang hampir mencakup gerak dan benda yang ada disekitar masyarakat karena ada berbagai macam seni yaitu seni rupa, seni patung, seni ukir, seni hias, seni bangunan, seni musik, seni tari, dan drama (Sedyawati,1991;178).

Menurut Koentjaraningrat seni merupakan keahlian dan keterampilan manusia untuk mengekpresikan dan menciptakan hal – hal yang indah serta bernilai (Koentjaraningrat, 1984: 168). Sedangkan menurut Suyono seni merupakan keahlian dan keterampilan manusia untuk mengekpresikan dan menciptakan hal – hal yang indah serta bernilai bagi kehidupan, baik untuk diri sendiri maupun


(32)

13

untuk masyarakat umum (Suyono, 1985: 368). Seni merupakan penjelmaan rasa indah yang terkandung dalam jiwa orang dapat ditangkap oleh indra pendengar ( seni suara), penglihatan ( seni lukis), atau dilahirkan dengan perantara gerak ( seni tari, drama) (Ensiklopedia,1984:3080). Pendapat Gazalba seni adalah usaha untuk menciptakan bentuk – bentuk yang menyenangkan. Bentuk – bentuk yang menyenangkan itu memuaskan penghayatan keindahan dan penghayatan itu dipuaskan manakala kita mampu mengapresiasikan ( menghargai ) kesatuan hubungan formal antara persepsi penghayatan (Gazalba,1977:20).

Menurut Haviland seni adalah penggunaan kreatif imanijasi manusia untuk menerangkan, memahami dan menikmati kehidupan. Menurutnya kesenian dibagi menjadi dua yaitu kesenian sekuler dan kesenian religius. Kesenian sekuler mempergunakan imajinasi bebas tanpa suatu motif di belakangnya, mencipta ulang pola, alur cerita, ritme dan perasaan – perasaan dengan leluasa dan tanpa memikirkan akibat atau kelanjutannya. Sementara kesenian religius menggunakan imajinasi yang tetap bekerja terlepas dari bagaimana seluruh kegiatan itu ditujukan untuk memantapkan kesejahteraan dengan mengambil hati, merayakan dan mengakui kekuatan – kekuatan diluar diri manusia (Haviland, 1993: 223).

Menurut Sedyawati seni merupakan salah satu perwujudan kebudayaan. Seni juga selalu mempunyai peranan tertentu di dalam masyarakat yang menjadi ajangnya (Sedyawati,1991 :7). Sedangkan menurut Soedarsono seni adalah ekspresi dan elemen dasar dari tari adalah gerak. Tari adalah ekspresi jiwa


(33)

14

manusia yang diungkapkan dengan gerak – gerak ritmis yang indah. Indah dalam seni yaitu sesuatu yang memberi kepuasan batin manusia (Soedarsono, 1988:17) Menurut Supartono seni dapat diartikan dalam tiga tingkatan yaitu pertama seni dalam arti terbatas yang merupakan karya seni yang hanya dapat dinikmati dengan mata saja atau dengan mata saja jadi secara visual atau audio, kedua seni dalam arti yang luas adalah seni yang dapat dinikmati dengan mata dan indera lain jadi dapt dinikmati secara visual dan audio serta secara moral dan intelektual, ketiga seni dalam arti estetis murni adalah seni yang sudah harus dipahami secara mendasar, mendalam, serta membutuhkan kemahiran (Supartono,1992:73)

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa seni adalah hasil pemikiran manusia atau yang dituangkan melalui gerakan atau wujud keindahan dan bernilai dan bermanfaat bagi masyarakat untuk memberikan keindahan serta kebahagiaan. Fungsi dari kesenian yaitu dapat dilihat dari nilai etik, nilai estetik dan pesan moral dari kesenian tersebut.

Menurut kamus besar pengertian nilai etik adalah nilai untuk manusia sebagai pribadi yang utuh, misal kejujuran, nilai yang berhubungan dengan akhlak adalah nilai yang berkaitan dengan benar dan salah yang dianut oleh golongan atau masyarakat. Ilmu yang mempelajari nilai etik disebut dengan etika. Nilai etika ini sangat penting bagi manusia karena disitulah letak kemanusiaan seorang manusia. Nilai kejujuran, keberanian atas kebenaran, dan kesungguhan di dalam menjalani kehidupan hanya akan dimiliki oleh manusia. Nilai etik ini akan memudahkan


(34)

15

manusia di dalam membangun peradaban. Baik secara sosial, ekonomi, politik dan budaya. Nilai etik ini juga merupakan fondasi dasar atas nilai kemanusiaan yang paham terhadap agama ( Wajiran, 2013).

Nilai estetik adalah hal yang mencakup dari keindahan itu sendiri, yaitu keindahan dapat dinikmati oleh mata, jiwa, perasaan, maupun dengan telinga. Semua hal tersebut berkenaan dengan apa yang dilihat oleh manusia itu. Nilai estetik adalah nilai yang berdasar pada keindahan. Ilmu yang mempelajari nilai estetik disebut estetika. Nilai estetik ini sangat penting bagi manusia karena dengan keindahan akan memberikan warna dalam kehidupannya. Dengan demikian manusia akan merasakan kedamaian dan kenyamanan dalam hidup. Karena sudah menjadi kodrat manusia bahwa manusia suka dengan hal-hal yang indah ( Wajiran, 2013).

2. Konsep seni Pertunjukan

Menurut Soedarsono seni dapat dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu seni pertunjukan dan seni rupa. Seni pertunjukan dalam penampilannya selalu berhadapan dengan penonton atau peminat juga memerlukan ruang dan waktu (Soedarsono, 987 :2). Seni yang termasuk dalam kelompok seni pertunjukan adalah seni tari, seni musik, teater resitas.

Menurut Sedyawati seni pertunjukan adalah sesuatu yang berlaku dalam waktu lokasi yang mempunyai arti pada waktu pengungkapan seni berlangsung disitu. Seni pertunjukan adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok


(35)

16

di tempat dan waktu tertentu. performance biasanya melibatkan empat unsur yaitu waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton (Sedyawati, 1981 :60).

Sedangkan menurut Supartono seni pertunjukan adalah kesenian yang dapat dinikmati dengan indera mata dan telinga sekaligus, sehingga sifatnya audio visual. Seni pertunjukan yang merupakan dari seni rupa dan suara merupakan karya yang lengkap, pada umumnya lebih disenangi daripada seni rupa atau seni suara yang berdiri sendiri, karena sifat manusia yang sudah kompleks selalu menginginkan keindahan ynag dapat yang dapat dinikmati secara serentak (Supartono,1992:72)

Seni pertunjukan Kuda kepang yang ada di Desa Trimodadi memiliki unsur dalam pertunjukannya diantaranya yaitu meliputi waktu penyelenggaraan, tempat penyelenggaraan, seniman dan perlengkapan yang digunakan. Waktu pelaksanaan pertunjukan Kuda kepang yaitu saat ada acara khitanan, perkawinan, perayaan hari kemerdekaan, bersih desa dan syukuran. Tempat penyelenggaraan pertunjukan Kuda kepang yaitu dihalaman rumah yang memiliki hajatdan jika pertunjukan di pentaskan saat perayaan hari kemerdekaan biasanya diselenggarakan di lapangan terbuka. Seniman yaitu terdiri dari pawang, pemain musik , sinden, dan penari laki – laki dan perempuan. Perlengkapan yang digunakan dalam pertunjukan Kuda kepang meliputi perlengkapan alat musik, alat musik yang digunakan dalam pertunjukan Kuda kepang yaitu kendhang, dua saron, gong, kempul, bonang besar dan bonang kecil, kenong, dan demung .


(36)

17

perlengkapan penari yaitu pakaian dan hiasan, hiasan berupa kuluk, gelang kakidan badong, dan perlengkapan saat pertunjukan Kuda kepang, perlengkapan saat pertunjukan meliputi sajen, pecut, Kuda kepang, barongan, penthul dan benjer.

Menurut Sedyawati, dahulu fungsi seni pertunjukan disebutkan sebagai berikut, pemanggilan kekuatan gaib, penjemputan roh – roh pelindung untuk hadir di tempat pemujaan, memanggil roh –roh baik untuk mengusir roh – roh jahat, peringatan kepada nenek moyang dengan menirukan kegagahan maupun kesigapannya, pelengkap upacara sehubungan dengan peringatan tingkat – tingkat kehidupan seseorang, pelengkap upacara sehubungan dengan saat - saat tertentu dalam perputaran waktu, perwujudan daripada dorongan untuk mengungkapkan keindahan semata (Sedyawati, 1990; 53).

Paeni dkk menyatakan bahwa fungsi pertunjukan yaitu fungsi religious, peneguhan integrasi sosial, edukatif untuk memperkuat atau memperlengkap kekuatan kepribadian seseorang, ekonomis dan hiburan. Yang berubah dari zaman ke zaman adalah penekanan pada fungsi – fungsi tertentu maupun bentuk – bentuk pernyataannya, kadang – kadang muncul fungsi baru yang sebelumnya tidak dikenal ( Paeni, Dkk,2009;19).

Dari penjabaran tentang fungsi seni pertunjukan telah terjadi perubahan fungsi seni pertunjukan, fungsi seni pertunjukan Kuda kepang yang ada di Desa Trimodadi yaitu meliputi, memanggil roh – roh baik untuk mengusir roh jahat


(37)

18

(bersih Desa), dorongan mengungkapkan keindahan (kreatifitas seniman), religious, sosial (silaturahmi), ekonomis (pendapatan pedagang), hiburan, edukatif (nilai yang terkandung dari proses dan tarian yang dipentaskan).

Dari penjabaran diatas dapat disimpulkan bahwa seni pertunjukan adalah hasil imajinasi seniman yang telah dituangkan dalam bentuk tari atau benda yang di tampilkan dihadapan penonton dalam suatu lokasi dengan waktu tertentu dan mempunyai fungsi tertentu.

3. Konsep Kuda Kepang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Kuda adalah binatang menyusui berkuku satu biasa dipiara orang sebagai kendaraan tunggangan dan angkutan atau penarik kendaraan. Menurut Sunarto Kepang adalah anyaman tipis yang terbuat dari bambu. (Sunarto,1977:116)

Kuda kepang adalah suatu bentuk kesenian yang permainnya terdiri dari penari pria yang berjumlah kurang lebih sepuluh orang dengan menunggangi kuda lumping yang menggambarkan prajurit yang sedang mengadakan latihan perang – perangan, benjer dan pentul tampil sebagai bodoh atau yang menjaga masing – masing pihak yang berperang (Ensiklopedia,1985 : 58 ). Menurut Winarsih Kuda kepang adalah seni tari yang dimainkan dengan menaiki Kuda tiruan dari anyaman bambu (Winarsih, 2008;11). Sedangkan menurut Sedyawati Kuda kepang adalah suatu kesenian yang dilakukan oleh sekelompok penari prajurit


(38)

19

dan pasukan berkuda diiringi dengan alat music berupa kendang, terbang, kekemong, kempul, angklung, salompret, keplok dan senggak penarinya berjumlah 12 orang (Sedyawati, 1981 : 32)

Sunarto menyatakan bahwa kuda kepang adalah suatu kesenian yang dilakukan oleh beberapa orang sambil menunggang kuda yang terbuat dari anyaman bambu atau kulit hewan ( lumping ) yang dikalungkan pada bahu penunggang dengan menari menirukan kuda sebenarnya dan diiringi dengan tetabuhan atau alat musik, sedangkan fungsi dukun sebagai perantara yang memanggil jurik agar memasuki tubuh para penari dengan mengucapkan mantra – mantra bila syaratnya terpenuhi maka para penari ada yang mampu mengunyah beling atau benda – benda keras lainnya, disebut Kuda kepang karena kuda-kudaannya pipih terbuat dari anyaman bambu yang disusun atau dijalin secara menyilang, dalam bahasa Jawanya ngepang dari sinilah nama itu ditemukan (Sunarto,1977 : 164).

Menurut Risman disebut Kuda kepang karena tarian ini mempergunakan alat peraga berupa kuda kudaan yang bahannya terbuat dari kepang (bambu yang dianyam) (Risman,1988;237). Moertjipto menyatakan bahwa Tari Kuda kepang berasal dari tari rakyat jelata atau kelompok masyarakat bawah. Tarian berawal dari keinginan kaum jelata untuk memiliki Kuda yang saat itu merupakan kendaraan yang cepat tapi mahal dan hanya dimiliki oleh para adipati atau penguasa setempat. Sehingga mustahil mereka memilikinya. Keinginan memiliki yang begitu kuat maka dibuatlah Kuda kepang (Moertjipto, 1991; 151)


(39)

20

Jadi kuda kepang adalah bentuk kesenian tari yang menggunakan kuda yang terbuat dari bambu dan menggunakan perantara dukun untuk memanggil roh agar para penari bisa kerasukan dan melakukan hal – hal yang tidak mungkin dilakukan oleh manusia biasa misalnya memakan bara api, bunga dan memakan benda – benda keras. Kuda kepang yang ada di Desa Trimodadi yaitu kesenian tari yang dipentaskan oleh penari yang berjumlah genap sambil menunggang Kuda tiruan yang terbuat dari anyaman bambu yang memiliki bermacam – macam warna, serta menggunakan pawang untuk memanggil roh – roh agar datang dan masuk kedalam tubuh penari agar penari bisa melakukan hal – hal yang tidak bisa dilakukan oleh manusia pada umumnya, dalam pertunjukan Kuda kepang keadaan roh masuk kedalam tubuh penari disebut kesurupan, tapi oleh masyarakat Trimodadi disebut mabok.

4. Konsep tari

Menurut Soedarsono tari adalah gerak. Gerak adalah pengalaman fisik yang paling elementer dari kehidupan manusia. Gerak tidak hanya terdapat pada denyutan – denyutan diseluruh tubuh manusia untuk tetap dapat memungkinkan manusia hidup, tetapi gerak juga terdapat pada ekspresi dari segala pengalaman emosional manusia. Gerakan – gerakan didalam tari itu bukanlah gerak yang realistis, melainkan gerak – gerak yang telah diberi bentuk ekspresif. Bentuk ekspresif itu ialah bentuk yang diungkapkan manusia untuk dinikmati dengan rasa. Gerak gerak ekspresif ialah gerak – gerak yang indah, yang bisa


(40)

21

menggetarkan perasaan manusia. Adapun gerakan indah ialah gerak yang distilir yang di dalamnya mengandung ritme tertentu (Soedarsono,1988 :15).

Soedarsono menegaskan bahwa tari – tarian tradisionil yang bersifat magis dan sakrat merupakan ekspresi jiwa manusia yang didominir oleh kehendak atau keyakinan untuk maksud – maksud tertentu. Tarian yang didominir oleh kehendak ini juga terdapat pada tari keagamaan dan tari bergembira yang disebut dengan tari sosial. Apabila gerak tari itu banyak dipengaruhi oleh akal, maka hasilnya adalah tari klasik yang tujuannya lebih banyak mengarah keseni tontonan. Pada tari klasik ukuran keindahan tidak hanya terletak pada kemampuan ungkapan gerak itu untuk memuaskan perasaan penonton, tetapi ditentukan pula oleh benar atau tidaknya tari itu dibawakan atas dasar pola yang telah ditentukan (Soedarsono,1988 :19)

Tari sebagai seni tontonan atau seni pertunjukan yang disebut seni teatrikal inilah yang lebih mengarah kepada santapan estetis yang akan lebih banyak memberikan hiburan kepada manusia dan harus bisa berkominikasi dengan penonton. Tari teatrikal merupakan tari yang garapannya khusus untuk pertunjukan. Tari ini diselenggarakan ditempat pertunjukan yang khusus atau teater, baik tempat itu berupa gedung pertunjukan tradisional, modern, maupun arena terbuka (Soedarsono,1988 :23). Tari upacara adalah tari yang khusus berfungsi sebagai sarana upacara agama dan adat dan banyak terdapat didaerah –daerah yang masih bertradisi kuat, serta wilayah yang masih kuat memelihara agama hindu (Soedarsono,1988 :32).


(41)

22

Jadi tari adalah gerakan yang dilakukan oleh seluruh tubuh yang diiringi dengan musik/ ritme untuk mengekpresikan sesuatu yang dapat dinikmati oleh mata dan dapat menggetarkan perasaan manusia. Tarian yang dipentaskan dalam pertunjukan Kuda kepang yang ada di Desa Trimodadi yaitu tari satria , pegonan, gunung kidul dan kembang jeruk, semua tarian tersebut adalah tarian yang dibawakanb oleh penari laki – laki. Goyang hoki dan goyang senggol adalah tarian yang ditarikan oleh penari perempuan. Tari cakilan adalah taria yang ditarikan oleh sepasang penari laki – laki dan perempuan.

B. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting (Umu Sekaran ,1992:91).

Kesenian Kuda kepang yang berada di pulau jawa telah berkembang dengan bantuan para penyebar agama yang dibawa keberbagai derah yang ada di pulau Jawa. Setelah masa penjajahan jepang masyarakat jawa ada yang di transmigrasikan keberbagai daerah salah satunya Lampung, masyarakat yang bertransmigrasi ke Lampung membawa budayanya salah satunya kesenian Kuda kepang. Setelah bertransmigrasi dan berkumpul dengan masyarakat asli Lampung kesenianpun ikut berakulturasi dengan pengaruh yang ada di Lampung. Perbedaan setiap daerah dipengaruhi oleh budaya yang ada pada tempat yang baru, sehingga para pelaku kesenian mempunyai ide untuk membuat kreasi baru dari kesenian


(42)

23

yang telah dilakukannya sehingga didaerah mempunyai ciri khas kesenian daerah, begitu juga dengan Desa Trimodadi, di Desa Trimodadi juga memiliki ciri pertunjukan Kuda kepang yang dilakukan oleh pengelola grup Kuda kepang.

Kuda kepang yang berada di Desa Trimodadi grup bernama langen turonggo budoyo tanjung arum. Pada proses pertunjukan Kuda kepang grup langen turonggo mempunyai beberapa tahap, tahapannya yaitu

Proses pelaksanaan pertunjukan Kuda kepang meliputi

a. Pembukaan yaitu pawang membacakan mantra untuk memanggil roh roh dan meminta izin untuk memulai pertunjukan Kuda kepang.

b. Inti ,pada tahap ini penari Kuda kepang menampilkan tari satria, kembang jeruk, gunung kidul, pegonan ( tari yang ditampilkan oleh penari laki – laki), goyang hoki dan goyang senggol adalah tarian yang dibawakan oleh penari perempuan, sedangkan cakilan adalah tari yang ditampilkan oleh seorang laki – laki dan seorang perempuan.

c. penutup, pada tahap penutup pemain musik membawakan lagu sholawatan kemudian penari kuda kepang yang kesurupan berpamitan kepada yang punya hajat, setelah selesai berpamitan pawang mulai mengeluarkan roh dari para penari Kuda kepang.

Dengan demikian maka proses pertunjukan Kuda kepang yang telah dijabarkan adalah pertunjukan Kuda kepang Khas di Desa Trimodadi.


(43)

24

C. Paradigma

Keterangan

: garis kegiatan : garis akibat

Atraksi Pertunjukan Kuda kepang

Pembukaan Pemanggilan roh

Penutup Sholawat kemudian penari

yang kerasukan berpamitan dengan

Tarian yang dipentaskan 1. tari satria (pembukaan)

2. goyang hoki 3. Tari gunung kidul

4. Goyang senggol 5. Tari cakilan 6. Tari kembang jeruk

Pertunjukan Kuda kepang khas desa


(44)

25

REFERENSI

Edy Sedyawati.1991.Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta : PT gramedia pustaka. Hal 178

Koentjaraningrat.1984. Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa . Jakarta: Depdikbud. Hal 168

Ariyono Suyono.1985. Kamus Antropologi. Jakarta: Akademik presindo. Budi Koestoro. Hal 368

Ensiklopedia.1985. Seni Tari Indonesia. Jakarta. Depdikbub. Hal 58

Sidi Gazalba.1977. Pandangan Islam Tentang Kesenian. Jakarta: Bulan Bintang. Hal 20

William A Haviland. 1993. Antropologi Jilid 2 Terjemahan R.G. Soekodijo. Jakarta : Erlangga Hal 223

Edy Sedyawati. Op. Cit. hal 7

Soedarsono. 1988. Tari Tarian Indonesia 1. Jakarta: Debdikbud. Hal 17 Supartono. 1992. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal 73 Soedarsono. 1987.Seni Pertunjukan Indonesia. Jakarta : Depdikbub.Hal 2 Edy Sedyawati. 1981. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta. Sinar Harapan.

Hal 60

Supartono. Op. Cit. Hal 72

Paeni mukhlis. 2009. Kebudayaan Indonesia ( seni pertunjukan dan seni media). Jakarta: Grafindo Persada.Hal 19

Sunarto.1977.Sejarah Seni Budaya Daerah Jawa Timur. Jakarta. Depdikbud. Hal 116


(45)

26

Edy Sedyawati. 1981. Op. Cit. Hal 32 Sunarto. Op. Cit. Hal 164

Risman. 1988. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara 1. Jakarta: depdikbud.Hal 237 Moertjipto.1991. Bentuk – Bentuk Peralatan Hiburan Dan Kesenian

Tradisional. Jakarta: Depdikbud. Hal 151 Soedarsono. 1988. Op.Cit. Hal 15

Ibid. Hal 19

Ibid. Hal 23

Ibid. Hal 32

Wajiran. 16 mei 2013. http://perjalanan-tisore.blogspot.com/2013/05/nilai-nilai etika-dan-estetika.html


(46)

27

III METODE PENELITIAN

A . Metode yang Digunakan

Metode merupakan fakor penting dalam memecahkan masalah dan menentukan keberhasilan suatu penelitian. Usman dan Purnomo Metode adalah suatu prosedur atau cara untuk mengetahui sesuatu yang mempunyai langkah – langkah sistematis (Usman dan Purnomo, 2008 :41). Menurut Koestoro Metode merupakan cara pengumpulan data yang menghasilkan catatan – catatan penting yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap, sah dan bukan berdasarkan perkiraan (Koestoro 2006: 142). sedangkan menurut pendapat lain Sayuti metode merupakan suatu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan (Sayuti, 1989 :32). Menurut Sugiyono metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu ( Sugiyono, 2006 :2).

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa metode adalah cara yang digunakan untuk memecahkan masalah dan menentukan keberhasilan penelitian. Sedangkan dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian


(47)

28

deskriptif. Menurut Nawawi metode desktiptif adalah prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain – lain) berdasarkan fakta – fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 1994: 73). Menurut Singarimbun penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan suatu fenomena sosial dari individu, lembaga maupun masyarakat (Singarimbun, 1995: 4), sedangkan menurut Ali metode penelitian deskriptif adalah metode yang digunakan dalam upaya memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi (Ali, 1980: 142). ( proses pelaksanan metode)

Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan fenomena fakta – fakta yang tampak dan memecahkan masalah yang sedang terjadi dalam masyarakat. Peneliti akan menggambarkan kondisi di desa tersebut kemudian setelah mengetahui permasalahan di Desa tersebut peneliti akan mencoba mencari solusi untuk masalah yang ada di desa tersebut.

B. Variabel Penelitian

Variable penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulan ( Sugiyono, 2006 :42). sedangkan menurut pendapat suyono dijelaskan bahwa variable adalah segala faktor yang menyebabkan aneka perubahan pada fakta – fakta suatu gejala tentang kehidupan (Suyono, 1985: 431).


(48)

29

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa variable adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang dipelajari yang dapat menyebabkan perubahan pada kehidupan

C.Teknik Pengumpulan Data

1. Teknik wawancara

Menurut Koentjaraningrat, wawancara atau metode interview, mencakup cara yang dipergunakan seseorang untuk tujuan suatu tugas tententu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seorang informan dan responden, dengan bercakap – cakap berhadapan muka dengan orang itu ( Koentjaraningrat, 1973 :162).

Menurut Maryaeni wawancara merupakan salah satu pengambilan data yang dilakukan melalui kegiatan komunikasi lisan dalam bentuk terstruktur, semi struktur, tak terstruktur. Berdasarkan definisi tersebut wawancara merupakan pengumpulan informasi dari informan melalui komunikasi lisan (Maryaeni, 2005: 70).

Wawancara dalam penelitian ini peneliti menggunakan panduan berupa pertanyaan – pertanyaan yang akan digunakan untuk mengumpulkan informasi tentang pertunjukan Kuda kepang. dalam mengumpulkan informasi peneliti mewawancarai informan dan responden. Informan dalam penelitian ini adalah pemilik sekaligus pawang dari Kuda kepang, selai itu informan berasal dari


(49)

30

pemain alat music dan penari Kuda kepang. Responden dalam penelitian ini adalah penonton pertunjukan Kuda kepang peneliti mencari tahu tentang tanggapan masyarakat Trimodadi tentang pertunjukan Kuda kepang.

2. Teknik Observasi

Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses – proses pengamatan dan ingatan, observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala – gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar (Sugiyono,1990:162).

Metode observasi sebagai alat pengumpul data adalah kegiatan pengamatan (secara inderawi) yang direncanakan, sistematis, dan hasilnya dicatat serta dimaknai (diinterpretasikan) dalam rangka memperoleh pemahaman tentang subjek yang diamati. Observasi ini mencakup nilai estetik, nilai etik dan pesan moral dari pertunjukan Kuda kepang di Desa Trimodadi. Observasi ini dilakukan selama peneliti melakukan penelitian di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara.

3. Teknik Dokumentasi

Menurut Nawawi Teknik dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui sumber tertulis, terutama berupa arsip – arsip dan termasuk juga buku – buku


(50)

31

tentang pendapat, teori, dalil atau hukum – hukum dan lain – lain yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti (Nawawi, 2003 : 133). Menurut Usman dan Purnomo dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen – dokumen (Usman dan Purnomo, 2008:69).

Dapat disimpulkan bahwa teknik dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui sumber tertulis yang berupa buku dan alat dokumentasi berupa kamera dan rekaman vidio yang berisi informasi yang berhubungan dengan pertunjukan Kuda kepang. Dokumentasi yang diperoleh berupa gambar dan video tentang pertunjukan Kuda kepang di Desa Trimodadi.

D. Teknik Analisis Data

1. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses penataan “data mentah”, data tersebut mungkin berupa catatan lapangan, rekaman maupun dokumen. Pemilahan data-data yang didasarkan pada hasil penulisan ulang, transkripsi, maupun catatan reflektif dan memo yang disusun peneliti ketika melakukan kegiatan pengumpulan data. Pengkodean data sesuai dengan karakteristik informasi yang dimuat dalam kaitannya dengan fokus pemahaman yang ingin diperoleh.


(51)

32

2. Sajian Data

Sajian data merupakan proses mempertalikan koherensi data secara analitis, dalam arti peneliti berusaha memahami hubungan antara informasi yang termuat dalam satuan data yang satu dengan yang lain sehingga dapat dipahami koherensi semantisnya. Identifikasi hubungan makna antara data yang satu dengan data yang lain sehingga peneliti dapat menentukan satuan dan hubungan sekuentifnya secara tepat.

Sajian data dalam penelitian ini mencakup fungsi pertunjukan Kuda kepang, pendapat masyarakat tentang pertunjukan Kuda kepang, perlengkapan dan peralatan yang digunakan dalam pertunjukan Kuda kepang serta tarian yang dibawakan dalam pertunjukan Kuda kepang. Dalam sajian data ini data yang disajikan berupa pengamatan yang berupa nilai etik, nilai esteti dan pesan moral yang disampaikan dari pertunjukan Kuda kepang.

3. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan

Pemaparan makna, informasi ataupun karakteristik X secara empiris sesuai dengan segmentasi dan sekuensi penjelasan/deskripsi yang diberikan. Penulisan ulang, pemaparan makna, informasi, ataupun karakteristik X dalam dimensi hubungannya dengan masalah, landasan teori yang digunakan, cara kerja yang digunakan, dan temuan pemahaman yang didapatkan. Penarikan kesimpulan didapat dengan memahami hubungan keseluruhan satuan makna dalam satuan teksnya sehingga membentuk satuan pemahaman secara jelas dan sistematik.


(52)

33

nilai estetik dan pesan moral dari pertunjukan Kuda kepang yang ada di Desa Trimodadi. Nilai etik, nilai estetik dan pesan moral dari pertunjukan Kuda kepang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari dalam masyarakat.


(53)

34

REFERENSI

Husain Usman Purnomo.2008. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Jakarta. Hal 41

Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Fajar Agung. Jakarta. Hal 32 Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Bandung. Hal 2

Hadari Nawawi. 1994. Penelitian Terapan. Gajah Mada press. Yogyakarta. Hal 73

Masri singarimbun. 1995. Metode Penelitian Survai. pp3es. Jakarta. Hal 4 Mohamad Ali. 1980. Penelitian Pendidikan Dan Strategi. Ehalian Indonesia.

Jakarta. Hal 142 Sugiono. Op. Cit. Hal 42

Ariyono suyono.1985. Kamus Antropologi. Akademik presindo. Jakarta. Hal 431

Koentjaraningrat. 1973. Metode – Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta. Hal 162

Maryaemi.2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Bumi aksara . Jakarta. Hal 70 Sugiono. Op. Cit. Hal 162

Budi Koestoro. Op. Cit.hal 142 Hadari Nawawi. Op. Cit. Hal 133


(54)

86

V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa pertunjukan Kuda kepang yang ada di Desa Trimodadi telah mengalami modifikasi, modifikasi perlengkapan, tarian, alat musik, dan peralatan. Pertunjukan Kuda Kepang Langen Turonggo Budoyo Tanjung Arum di Desa Trimodadi memberikan beberapa pesan diantaranya yaitu meliputi:

1. Nilai etik dan estetik Dari Pertunjukan Kuda Kepang Di Desa Trimodadi a. Pakain yang digunakan oleh penari Kuda kepang saat melakukan pertunjukan menunjukan kekompakan kelompok dan menunjukan tidak ada perbedaan dalam kelompok

b. Kuda kepang adalah gambaran dari hewan yang bisa dimanfaatkan manusia sebagai kendaraan sehari hari dan dapat membantu perekonomian masyarakat

c. Apabila menusia selalu melakukan kegiatan dengan bagus maka Negaranyapun akan bagus. Keindahan adalah apa yang dirasakan bagus bagi yang melakukan dan yang melihatnya.


(55)

87

Manusia dalam kehidupan harus jujur, adil, benar dan berbuat baik dengan lingkungan. Tari cakilan memberikan pesan bahwa sebagai manusia harus berani menghadapi siapapun dan dimanapun, tanpa melihat dia lebih kuat atau lebih berkuasa asalkan kita benar maka kita harus berani. Pertunjukan Kuda kepang memberi pesan kepada manusia bahwa manusia hidup di dunia harus berusaha dengan sungguh sungguh dan jangan mengharapkan belas kasihan orang lain. Manusia bisa menentukan yang baik dan yang buruk bagi kehidupannya dengan menggunakan akal pikiran yang dimiliki. Manusia menggunakan akal pikirannya untuk memenuhi kehidupan didunia dan akhirat, sukses atau tidaknya manusia ditentukan oleh seberapa besar manusia menggunakan akal pikiran yang dimilikinya

B. Saran

Berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan dengan judul Pertunjukan Kuda Kepang Di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara, ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan diantaranya :

1. Diharapkan pada masyarakat Trimodadi walaupun di tengah-tengah arus globalisasi dan westernisasi, serta cepatnya perkembangan informasi dan komunikasi hendaknya tidak meninggalkan Kesenian nenek monyang dan harus berusaha ikut melestarikannya.

2. Adanya pertunjukan Kuda kepang membuat masyarakat berkumpul, dalam perkumpulan ini diharapkan jangan menyalahgunakan perkumpulan ini dengan hal – hal yang merugikan masyarakat.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mohamad. 1980. Penelitian Pendidikan Dan Strategi. Jakarta: Ehalian Indonesia

A Havilan William. 1993. Antropologi Jilid 2 Terjemahan R.G. Soekodijo. Jakarta : Erlangga

Ensiklopedia.1985. Seni Tari Indonesia. Jakarta: Depdikbub.

Faisal Sanapiah. 1989. Format – Format Penelitian Social. Jakarta: PT Raja Grafindi.

Gazalba Sidi. 1977. Pandangan Islam Tentang Kesenian. Jakarta: Bulan Bintang. Koentjaraningrat. 1973. Metode – Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia.

.1984. Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa . Jakarta; Depdikbud.

. 2009. Antropologi. Jakarta. Gramedia

Nawawi Hadari. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada press. Maryaemi.2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi aksara . Moertjipto.1991. Bentuk – Bentuk Peralatan Hiburan Dan Kesenian

Tradisional. Jakarta: Depdikbud Monografi Desa Trimodadi tahun 2014

Paeni mukhlis. 2009. Kebudayaan Indonesia ( seni pertunjukan dan seni media). Jakarta: Grafindo Persada.

Pande Djeno Pramana Nyoman. 2004. Sang Hyang Jaran.Surakarta : Citra etrika. Risman. 1988. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara 1. Jakarta: depdikbud Usman Purnomo.Husain 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi

Aksara.


(57)

Sedyawati Edy. 1990. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta. Sinar Harapan. .1991.Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta : PT gramedia pustaka.

Singarimbun Masri. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: pp3es. Soedarsono R.M. 2000. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Global. Jakarta :

Depdikbub.

.1999. Seni Pertunjukan Indonesia dan Pariwisata. Yogyakarta. Ford Foundation.

1988. Tari Tarian Indonesia 1. Jakarta: Debdikbud,

Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunarto.1977.Sejarah Seni Budaya Daerah Jawa Timur. Jakarta. Depdikbud. Sutarso.1981. Beberapa Tari Upacara Dalam Masyarakat Bali. Jakarta.

Depdikbud.

Suyono Ariyono.1985. Kamus Antropologi. Jakarta: Akademik presindo. .1984. Ensiklopedia Indonesia. Jakarta. Depdikbud. Supartono. 1992. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia

Sairin Sjairi. 1999. Ketika Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta:galang pres Suratmin. 1990. Bentuk – Bentuk Peralatan Hiburan Dan Kesenian

Tradisional.yogyakarta : debdikbud.

Winarsih Sri.2008. Kuda Lumping. Semarang: Bengawan Ilmu.

Yudhoyono, Bambang. 1984. Gamelan Jawa. Karya Unipress. Yogyakarta Wajiran. 16 mei 2013. http://perjalanan-tisore.blogspot.com/2013/05/nilai-nilai

etika-dan-estetika.html

http://sosbud.kompasiana.com/2012/08/08/tari-jaran-kepang-484445.html http://insyafarisya.wordpress.com/2009/03/05/adunan-mistik-dan-keunikan-kuda


(1)

nilai estetik dan pesan moral dari pertunjukan Kuda kepang yang ada di Desa Trimodadi. Nilai etik, nilai estetik dan pesan moral dari pertunjukan Kuda kepang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari – hari dalam masyarakat.


(2)

34

REFERENSI

Husain Usman Purnomo.2008. Metodologi Penelitian Sosial. Bumi Aksara. Jakarta. Hal 41

Husin Sayuti. 1989. Pengantar Metodologi Riset. Fajar Agung. Jakarta. Hal 32 Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta.

Bandung. Hal 2

Hadari Nawawi. 1994. Penelitian Terapan. Gajah Mada press. Yogyakarta. Hal 73

Masri singarimbun. 1995. Metode Penelitian Survai. pp3es. Jakarta. Hal 4 Mohamad Ali. 1980. Penelitian Pendidikan Dan Strategi. Ehalian Indonesia.

Jakarta. Hal 142 Sugiono. Op. Cit. Hal 42

Ariyono suyono.1985. Kamus Antropologi. Akademik presindo. Jakarta. Hal 431

Koentjaraningrat. 1973. Metode – Metode Penelitian Masyarakat. Gramedia. Jakarta. Hal 162

Maryaemi.2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Bumi aksara . Jakarta. Hal 70 Sugiono. Op. Cit. Hal 162

Budi Koestoro. Op. Cit.hal 142 Hadari Nawawi. Op. Cit. Hal 133


(3)

V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dapat disimpulkan bahwa pertunjukan Kuda kepang yang ada di Desa Trimodadi telah mengalami modifikasi, modifikasi perlengkapan, tarian, alat musik, dan peralatan. Pertunjukan Kuda Kepang Langen Turonggo Budoyo Tanjung Arum di Desa Trimodadi memberikan beberapa pesan diantaranya yaitu meliputi:

1. Nilai etik dan estetik Dari Pertunjukan Kuda Kepang Di Desa Trimodadi a. Pakain yang digunakan oleh penari Kuda kepang saat melakukan pertunjukan menunjukan kekompakan kelompok dan menunjukan tidak ada perbedaan dalam kelompok

b. Kuda kepang adalah gambaran dari hewan yang bisa dimanfaatkan manusia sebagai kendaraan sehari hari dan dapat membantu perekonomian masyarakat

c. Apabila menusia selalu melakukan kegiatan dengan bagus maka Negaranyapun akan bagus. Keindahan adalah apa yang dirasakan bagus bagi yang melakukan dan yang melihatnya.


(4)

87

Manusia dalam kehidupan harus jujur, adil, benar dan berbuat baik dengan lingkungan. Tari cakilan memberikan pesan bahwa sebagai manusia harus berani menghadapi siapapun dan dimanapun, tanpa melihat dia lebih kuat atau lebih berkuasa asalkan kita benar maka kita harus berani. Pertunjukan Kuda kepang memberi pesan kepada manusia bahwa manusia hidup di dunia harus berusaha dengan sungguh sungguh dan jangan mengharapkan belas kasihan orang lain. Manusia bisa menentukan yang baik dan yang buruk bagi kehidupannya dengan menggunakan akal pikiran yang dimiliki. Manusia menggunakan akal pikirannya untuk memenuhi kehidupan didunia dan akhirat, sukses atau tidaknya manusia ditentukan oleh seberapa besar manusia menggunakan akal pikiran yang dimilikinya

B. Saran

Berkaitan dengan penelitian yang telah dilaksanakan dengan judul Pertunjukan Kuda Kepang Di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara, ada beberapa saran yang ingin peneliti sampaikan diantaranya :

1. Diharapkan pada masyarakat Trimodadi walaupun di tengah-tengah arus globalisasi dan westernisasi, serta cepatnya perkembangan informasi dan komunikasi hendaknya tidak meninggalkan Kesenian nenek monyang dan harus berusaha ikut melestarikannya.

2. Adanya pertunjukan Kuda kepang membuat masyarakat berkumpul, dalam perkumpulan ini diharapkan jangan menyalahgunakan perkumpulan ini dengan hal – hal yang merugikan masyarakat.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ali Mohamad. 1980. Penelitian Pendidikan Dan Strategi. Jakarta: Ehalian Indonesia

A Havilan William. 1993. Antropologi Jilid 2 Terjemahan R.G. Soekodijo. Jakarta : Erlangga

Ensiklopedia.1985. Seni Tari Indonesia. Jakarta: Depdikbub.

Faisal Sanapiah. 1989. Format – Format Penelitian Social. Jakarta: PT Raja Grafindi.

Gazalba Sidi. 1977. Pandangan Islam Tentang Kesenian. Jakarta: Bulan Bintang. Koentjaraningrat. 1973. Metode – Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia.

.1984. Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa . Jakarta; Depdikbud.

. 2009. Antropologi. Jakarta. Gramedia

Nawawi Hadari. 1994. Penelitian Terapan. Yogyakarta: Gajah Mada press. Maryaemi.2005. Metode Penelitian Kebudayaan. Jakarta: Bumi aksara . Moertjipto.1991. Bentuk – Bentuk Peralatan Hiburan Dan Kesenian

Tradisional. Jakarta: Depdikbud Monografi Desa Trimodadi tahun 2014

Paeni mukhlis. 2009. Kebudayaan Indonesia ( seni pertunjukan dan seni media). Jakarta: Grafindo Persada.

Pande Djeno Pramana Nyoman. 2004. Sang Hyang Jaran.Surakarta : Citra etrika. Risman. 1988. Aneka Ragam Khasanah Budaya Nusantara 1. Jakarta: depdikbud Usman Purnomo.Husain 2008. Metodologi Penelitian Sosial. Jakarta: Bumi

Aksara.


(6)

Sedyawati Edy. 1990. Pertumbuhan Seni Pertunjukan. Jakarta. Sinar Harapan. .1991.Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta : PT gramedia pustaka.

Singarimbun Masri. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: pp3es. Soedarsono R.M. 2000. Seni Pertunjukan Indonesia Di Era Global. Jakarta :

Depdikbub.

.1999. Seni Pertunjukan Indonesia dan Pariwisata. Yogyakarta. Ford Foundation.

1988. Tari Tarian Indonesia 1. Jakarta: Debdikbud,

Sugiono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sunarto.1977.Sejarah Seni Budaya Daerah Jawa Timur. Jakarta. Depdikbud. Sutarso.1981. Beberapa Tari Upacara Dalam Masyarakat Bali. Jakarta.

Depdikbud.

Suyono Ariyono.1985. Kamus Antropologi. Jakarta: Akademik presindo. .1984. Ensiklopedia Indonesia. Jakarta. Depdikbud. Supartono. 1992. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Ghalia Indonesia

Sairin Sjairi. 1999. Ketika Orang Jawa Nyeni. Yogyakarta:galang pres Suratmin. 1990. Bentuk – Bentuk Peralatan Hiburan Dan Kesenian

Tradisional.yogyakarta : debdikbud.

Winarsih Sri.2008. Kuda Lumping. Semarang: Bengawan Ilmu.

Yudhoyono, Bambang. 1984. Gamelan Jawa. Karya Unipress. Yogyakarta Wajiran. 16 mei 2013. http://perjalanan-tisore.blogspot.com/2013/05/nilai-nilai

etika-dan-estetika.html

http://sosbud.kompasiana.com/2012/08/08/tari-jaran-kepang-484445.html http://insyafarisya.wordpress.com/2009/03/05/adunan-mistik-dan-keunikan-kuda