ANALISIS PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) WIRAKARYA DI DESA TRIMODADI KECAMATAN ABUNG SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA (ANALYSIS ON IMPLEMENTATION OF MANAGEMENT PRINCIPLES BY WIRAKARYA VILLAGE ENTERPRISES AT TRIMODADI V

(1)

(2)

ABSTRACT

ANALYSIS ON IMPLEMENTATION OF MANAGEMENT PRINCIPLES BY WIRAKARYA VILLAGE ENTERPRISES AT TRIMODADI VILLAGE

NORTH ABUNG DISTRICT OF NORTH LAMPUNG REGENCY By

DANNY LUSIYANA

The problem in this research is the management of the village enterprises should be implemented with good management principles, but in fact Wirakarya Village Enterprises management at Trimodadi Village North Abung District Of North Lampung Regency yet optimally based on the principles of transparency, accountability, responsibility, independence, fairness and equality.

The purpose of this research was to determine : (1) Transparency in management of Wirakarya Village Enterprises (2) Accountability in management of Wirakarya Village Enterprises (3) Responsibility in management of Wirakarya Village Enterprises (4) independence in in management of Wirakarya Village Enterprises (5) Fairness and equity in management of Wirakarya Village Enterprises. This type of research is descriptive qualitative, with the informant that the official Village Enterprises, Borrower Fund and member of Wirakarya Village Enterprises.

The results showed that the overall implementation of management principles by Wirakarya Village Enterprises at Trimodadi Village North Abung District of North Lampung Regency, consist of: (1) The principle of transparency implemented by


(3)

easily accessible so that will earn the trust of the public. (2) The principle of accountability implemented in a transparent and accountable for its performance are reasonable and properly manage the business, and measured in accordance with the company's interests while taking into account the interests of members and the community (3) The principle of responsibility carried out in compliance with laws and responsibilities towards society and the environment so that it can maintain business continuity (4) the principle of independence of the implemented independently manage the business and maintain good coordination so there is domination and intervention efforts by other parties. (5) The principle of fairness and equality by implementing the management carried out in a reasonable and equal emphasis on every member and carry out its activities.


(4)

ABSTRAK

ANALISIS PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes) WIRAKARYA DI DESA TRIMODADI

KECAMATAN ABUNG SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA

Oleh

DANNY LUSIYANA

Masalah dalam penelitian ini adalah pengelolaan BUMDes sebagai lembaga perekonomian masyarakat desa seharusnya dilaksanakan dengan prinsip pengelolaan yang baik, tetapi pada kenyataannya pengelolaan BUMDes Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara belum secara optimal didasarkan pada prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, kewajaran dan kesetaraan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Transparansi dalam pengelolaan BUMDes Wirakarya (2) Akuntabilitas dalam pengelolaan BUMDes Wirakarya (3) Responsibilitas dalam pengelolaan BUMDes Wirakarya (4) Independensi dalam pengelolaan BBUMDes Wirakarya (5) Kewajaran dan kesetaraan dalam pengelolaan BUMDes Wirakarya. Tipe penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan informan yaitu pihak pengurus BUMDes Wirakarya, Peminjam Dana BUMDes Wirakarya dan anggota BUMDes Wirakarya.


(5)

Lampung Utara, telah dilaksanakan dengan baik oleh pengurus BUMDes, yaitu: (1) Prinsip transparansi dilaksanakan dengan selalu menyampaikan berbagai informasi kepada anggota dan masyarakat terkait dengan pelaksanaan kegiatan atau keuangan dalam BUMDes secara jelas dan dapat diakses dengan mudah sehingga akan memperoleh kepercayaan dari masyarakat. (2) Prinsip akuntabilitas dilaksanakan dengan mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar serta mengelola usaha secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan anggota dan masyarakat (3) Prinsip responsibilitas dilaksanakan dengan mematuhi peraturan perundang-undangan dan melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha (4) Prinsip independensi dilaksanakan dengan mengelola usaha secara independen dan menjaga koordinasi dengan baik sehingga tidak terjadi dominasi usaha dan diintervensi oleh pihak lain. (5) Prinsip kewajaran dan kesetaraan dilaksanakan dengan melaksanakan pengelolaan secara wajar dan mengutamakan kesetaraan pada setiap anggota dan melaksanakan kegiatannya.


(6)

(7)

(8)

(9)

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ... 11

1. Pengertian BUMDes ... 11

2. Tujuan Pendirian BUMDes ... 14

B. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ... 19

C. Konsepsi Prinsip-Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) ... 27

D. Kerangka Pikir ... 38

III METODE PENELITIAN ... 31

A. Tipe Penelitian ... 31

B. Fokus Penelitian ... 32

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

D. Informan ... 34

E. Jenis Data ... 35

F. Teknik Pengumpulan Data ... 35

G. Teknik Pengolahan Data... 36

H. Tekhnik Analisa data... 36


(10)

A. Gambaran Umum Desa Trimodadi ... 40

1. Kondisi Geografis Desa Trimodadi ... 40

2. Orbitasi Desa Trimodadi ... 41

3. Kondisi Demografis Desa Trimodadi ... 41

4. Sarana dan Prasarana Desa Trimodadi ... 42

B. Gambaran Umum BUMDes Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara... 44

1. Sejarah Singkat BUMDes Wirakarya ... 44

2. Maksud dan Tujuan BUMDes Wirakarya ... 46

3. Ketentuan Pokok Usaha pada BUMDes Wirakarya ... 47

4. Operasionalisasi BUMDes Wirakarya ... 48

5. Kepengurusan BUMDes Wirakarya ... 50

6. Modal Usaha BUMDes Wirakarya ... 50

V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 52

A. Hasil Penelitian ... 52

1. Analisis Penerapan Prinsip Transparansi dalam Pengelolaan BUMDes Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara ... 52

2. Analisis Penerapan Prinsip Akuntabilitas dalam Pengelolaan BUMDes Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara ... 60

3. Analisis Penerapan Prinsip Responsibilitas dalam Pengelolaan BUMDes Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara ... 68

4. Analisis Penerapan Prinsip Independensi dalam Pengelolaan BUMDes Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara ... 73

5. Analisis Penerapan Prinsip Kewajaran dan Kesetaraan dalam Pengelolaan BUMDes Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara... 82


(11)

B. Saran ... 111

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. BUMDes sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi di pedesaan harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Hal ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMDes mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa. Disamping itu, agar tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai-nilai kehidupan bermasyarakat.

Pendekatan yang diharapkan mampu menstimuli dan menggerakkan roda perekonomian di pedesaan adalah melalui pendirian kelembagaan ekonomi yang dikelola sepenuhnya oleh masyarakat desa. Lembaga ekonomi ini tidak lagi didirikan atas dasar instruksi Pemerintah, tetapi harus didasarkan pada keinginan masyarakat desa yang berangkat dari adanya potensi yang jika dikelola dengan tepat akan menimbulkan permintaan di pasar. Lembaga ekonomi ini agar keberadaannya tidak dikuasai oleh kelompok tertentu yang memiliki modal besar di pedesaan, maka kepemilikan lembaga itu oleh desa dan dikontrol bersama di mana tujuan utamanya untuk meningkatkan standar hidup ekonomi masyarakat.


(13)

Pendirian BUMDes dimaksudkan untuk mengurangi peran para tengkulak yang seringkali menyebabkan meningkatnya biaya transaksi antara harga produk dari produsen kepada konsumen akhir. Melalui lembaga ini diharapkan setiap produsen di pedesaan dapat menikmati selisih harga jual produk dengan biaya produksi yang layak dan konsumen tidak harus menanggung harga pembelian yang mahal. BUMDes membantu kebutuhan dana masyarakat yang bersifat konsumtif dan produktif, menjadi distributor utama untuk memenuhi kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako) dan berfungsi menumbuh suburkan kegiatan pelaku ekonomi di pedesaan.

Pendirian BUMDes tersebut harus disertai dengan upaya penguatan kapasitas dan didukung oleh kebijakan daerah (Kabupaten/Kota) yang memfasilitasi dan melindungi usaha ini dari ancaman persaingan para pemodal besar. Mengingat badan usaha ini merupakan lembaga ekonomi baru yang beroperasi di pedesaan dan masih membutuhkan landasan yang kuat untuk tumbuh dan berkembang.

BUMDes dalam operasionalisasinya ditopang oleh lembaga moneter desa (unit pembiayaan) sebagai unit yang melakukan transaksi keuangan berupa kredit maupun simpanan. Jika kelembagaan ekonomi kuat dan ditopang kebijakan yang memadai, pertumbuhan ekonomi yang disertai pemerataan distribusi aset kepada rakyat secara luas akan mampu menanggulangi berbagai permasalahan ekonomi di pedesaan. Tujuan akhirnya, BUMDes sebagai instrumen merupakan modal sosial (social capital) yang diharapkan mampu menjembatani upaya penguatan ekonomi di pedesaan.


(14)

Untuk mencapai kondisi tersebut diperlukan langkah strategis dan taktis guna mengintegrasikan potensi, kebutuhan pasar, dan penyusunan desain lembaga tersebut ke dalam suatu perencanaan, di samping itu perlu memperhatikan potensi lokalistik serta dukungan kebijakan (good will) dari pemerintahan di atasnya untuk mengatasi rendahnya surplus kegiatan ekonomi desa disebabkan kemungkinan tidak berkembangnya sektor ekonomi di wilayah pedesaan. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya integrasi sistem dan struktur pertanian dalam arti luas, usaha perdagangan, dan jasa yang terpadu akan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam tata kelola lembaga.

Keberadaaan BUMDes di era otononi daerah pada awalnya tertuang dalam Pasal 107 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dinyatakan bahwa sumber pendapatan Desa salah satunya adalah pendapatan asli desa, yang meliputi: 1) hasil usaha desa; 2) hasil kekayaan desa; 3) hasil swadaya dan partisipasi; 4) hasil gotong royong; dan 5) lain-lain pendapatan asli desa yang sah. Penjelasan Pasal 107 ayat (1) menyebutkan bahwa pemberdayaan potensi desa dalam meningkatkan pendapatan desa dilakukan, antara lain, dengan pendirian Badan Usaha Milik Desa, kerja sama dengan pihak ketiga, dan kewenangan melakukan pinjaman.

Selanjutnya pengaturan mengenai BUMDes terdapat pada Pasal 213 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri. Ini berarti pemenuhan modal usaha BUMDes harus bersumber dari masyarakat, meskipun demikian


(15)

tidak menutup kemungkinan BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar, seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak ketiga.

Tujuan pendirian BUMDes antara lain dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADesa). Berangkat dari cara pandang ini, jika pendapatan asli desa dapat diperoleh dari BUMDes, maka kondisi itu akan mendorong setiap Pemerintah Desa memberikan dukungan dalam merespon pendirian BUMDes.

Menurut Pasal 1 ayat (6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik Desa, diketahui bahwa BUMDes adalah usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat.

BUMDes dalam Pasal 78 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa dinyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa, Pemerintah Desa mendirikan Badan Usaha Milik Desa (ayat 1) Pembentukan Badan Usaha Milik Desa ditetapkan dalam Peratuan Desa dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan (ayat 2). Bentuk Badan Usaha Milik Desa harus berbadan hukum (ayat 3).

Dasar pemikiran pendirian BUMDes didasarkan pada kebutuhan dan potensi desa, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berkenaan dengan perencanaan dan pendiriannya, BUMDes dibangun atas prakarsa (inisiasi) masyarakat, serta mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif dan transparansi. Selain itu pengelolaan BUMDes harus dilakukan secara


(16)

profesional dan mandiri. BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution). BUMDes sebagai lembaga sosial berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan melalui penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar.

Data jumlah BUMDes di Provinsi Lampung tahun 2012 adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Jumlah BUMDes di Provinsi Lampung Tahun 2012

No Kabupaten Jumlah BUMDes

1 Lampung Barat -

2 Lampung Selatan 16

3 Lampung Tengah 17

4 Lampung Timur 7

5 Lampung Utara 1

6 Tanggamus -

7 Pesawaran -

8 Pringsewu 18

9 Tulang Bawang Barat 87

10 Mesuji 1

11 Tulang Bawang -

12 Way Kanan -

Jumlah 149

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Provinsi Lampung Tahun 2013

BUMDes sebagai badan hukum, dibentuk berdasarkan tata perundang-undangan yang berlaku, dan sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa. Dengan demikian, bentuk BUMDes dapat beragam di setiap desa di Indonesia. Ragam bentuk ini sesuai dengan karakteristik lokal, potensi, dan sumberdaya yang dimiliki masing-masing desa. Pengaturan lebih lanjut tentang BUMDes diatur melalui Peraturan Daerah (Perda).


(17)

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara yang mengatur tentang BUMDes adalah Perda Nomor 04 Tahun 2008 Tentang Badan Usaha Milik Desa. Pasal 3 Perda tersebut menyatakan bahwa maksud dan tujuan pendirian BUMDes adalah: (a) Menggali dan memberdayakan sumber-sumber potensi desa agar lebih produktif dan bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat; (b) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi desa dan Pendapatan Asli Desa; (c) Memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja.

Salah satu BUMDes yang ada di Kabupaten Lampung Utara adalah BUMDes Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara, yang dibentuk oleh masyarakat desa setempat pada tanggal 03 Juli 2012. BUMDes Wirakarya ini bergerak di bidang usaha koperasi simpan pinjam, jasa, perdagangan, sembako, industri kecil dan rumah tangga. Pemerintah Desa memberikan dukungan terhadap pembentukan BUMDes ini dengan menetapkan Surat Keputusan Kepala Desa Trimodadi Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pengangkatan Pengurus Badan Usaha Milik Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara.

Pengelolaan BUMDes seharusnya dilaksananakan dengan menerapkan berbagai prinsip pengelolaan yang baik sebagaimana terdapat dalam Pedoman Umum Good Corporate Governance (GCG) Indonesia Tahun 2006 yaitu transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility), independensi (independency) dan kewajaran dan kesetaraan (fairness), tetapi permasalahannya adalah BUMDes Wirakarya di Desa


(18)

Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara belum sepenuhnya dikelola berdasarkan prinsip-prinsip tersebut:

a. Pengelolaan BUMDes Wirakarya belum memenuhi prinsip transparansi, sebab pengelolaan kegiatan dan keuangan dalam bidang usaha koperasi simpan pinjam, jasa, perdagangan, sembako, industri kecil dan rumah tangga belum menerapkan pelaporan secara berkala.

b. Pengelolaan BUMDes Wirakarya belum memenuhi prinsip akuntabilitas, sebab pertanggungjawaban pengelolaan kegiatan dan keuangan dalam bidang usaha koperasi simpan pinjam, jasa, perdagangan, sembako, industri kecil dan rumah tangga hanya dilakukan pada akhir tahun.

c. Pengelolaan BUMDes Wirakarya belum memenuhi prinsip responsibiltas, sebab terdapat potensi jasa, perdagangan, sembako, industri kecil dan rumah tangga yang belum diakomodasi oleh BUMDes.

d. Pengelolaan BUMDes Wirakarya belum memenuhi prinsip independensi, karena keterbatasan kualitas sumberdaya manusia dalam mengelola organisasi, sehingga pihak Pemerintah Desa masih terlibat secara aktif dalam mengelola BUMDes.

e. Pengelolaan BUMDes Wirakarya belum memenuhi prinsip kewajaran dan kesetaraan, karena pengelolaan kegiatan dan keuangan dalam bidang usaha koperasi simpan pinjam, jasa, perdagangan, sembako, industri kecil dan rumah tangga cenderung didominasi oleh pengurus dan belum melibatkan peran aktif para anggota secara maksimal.

(Sumber: Prariset pada BUMDes Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara. Jumat 14 Juni 2013)


(19)

BUMDes didirikan atas prakarsa masyarakat didasarkan pada potensi yang dapat dikembangkan dengan menggunakan sumberdaya lokal dan terdapat permintaan pasar. Dengan kata lain, pendirian BUMDes bukan merupakan paket instruksional yang datang dari Pemerintah, pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten. Jika yang berlaku demikian dikawatirkan BUMDes akan berjalan tidak sebagaimana yang diamanatkan di dalam undang-undang.

Tugas dan peran Pemerintah adalah melakukan sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat desa melalui pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten tentang arti penting BUMDes bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melalui pemerintah desa masyarakat dimotivasi, disadarkan dan dipersiapkan untuk membangun kehidupannya sendiri.

Pemerintah memfasilitasi dalam bentuk pendidikan dan pelatihan dan pemenuhan lainnya yang dapat memperlancar pendirian BUMDes dan mekanisme operasionalisasi diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat desa. Untuk itu, masyarakat desa perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat menerima gagasan baru tentang lembaga ekonomi yang memiliki dua fungsi yakni bersifat sosial dan komersial. Dengan tetap berpegang teguh pada karakteristik desa dan nilai-nilai yang hidup dan dihormati.

Persiapan yang dipandang paling tepat adalah berpusat pada sosialisasi, pendidikan, dan pelatihan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap peningkatan standar hidup masyarakat desa (Pemerintah Desa, BPD, tokoh masyarakat/ketua suku, ketua-ketua kelembagaan di pedesaan). Melalui cara demikian diharapkan keberadaan BUMDes mampu mendorong dinamisasi


(20)

kehidupan ekonomi di pedesaan. Peran pemerintah desa adalah membangun relasi dengan masyarakat untuk mewujudkan pemenuhan standar pelayanan minimal (SPM), sebagai bagian dari upaya pengembangan komunitas (development based community) desa yang lebih berdaya.

Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian untuk mengetahui penerapan prinsip-prinsip pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Bagaimanakah penerapan prinsip-prinsip pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara?”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui transparansi dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara.

2. Untuk mengetahui akuntabilitas dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara.


(21)

3. Untuk mengetahui responsibilitas dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara.

4. Untuk mengetahui independensi dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara.

5. Untuk mengetahui kewajaran dan kesetaraan dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini terdiri dari kegunaan secara teoritis dan kegunaan secara praktis sebagai berikut:

1. Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai manajemen pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai lembaga pemberdayaan ekonomi masyarakat desa.

2. Kegunaan praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam memberikan sumbangan pemikiran kepada Pengurus BUMDes Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara untuk meningkatkan berbagai upaya strategis pengembangan BUMDes. Selain itu diharapkan berguna bagi berbagai pihak yang membutuhkan informasi mengenai pengelolaan BUMDes.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

1. Pengertian BUMDes

Menurut Pasal 107 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dinyatakan bahwa sumber pendapatan Desa salah satunya adalah pendapatan asli desa, yang meliputi: 1) hasil usaha desa; 2) hasil kekayaan desa; 3) hasil swadaya dan partisipasi; 4) hasil gotong royong; dan 5) lain-lain pendapatan asli desa yang sah. Penjelasan Pasal 107 ayat (1) menyebutkan bahwa pemberdayaan potensi desa dalam meningkatkan pendapatan desa dilakukan, antara lain, dengan pendirian Badan Usaha Milik Desa, kerja sama dengan pihak ketiga, dan kewenangan melakukan pinjaman.

Selanjutnya menurut Pasal 213 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri. Ini berarti pemenuhan modal usaha BUMDes harus bersumber dari masyarakat. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar, seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak ketiga.


(23)

Pengertian lain tentang BUMDes terdapat dalam Pasal 1 ayat (6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik Desa, yang menyatakan bahwa BUMDes adalah usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat.

Selanjutny BUMDes dalam Pasal 78 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa dinyatakan bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa, Pemerintah Desa mendirikan Badan Usaha Milik Desa (ayat 1) Pembentukan Badan Usaha Milik Desa ditetapkan dalam Peratuan Desa dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan (ayat 2). Bentuk Badan Usaha Milik Desa harus berbadan hukum (ayat 3).

Menurut Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (2007), Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan potensi desa.

Sebagai salah satu lembaga ekonomi yang beroperasi dipedesaan, BUMDes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada umumnya. Ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMDes mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa. Disamping itu, supaya tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai-nilai kehidupan bermasyarakat.


(24)

Terdapat 7 (tujuh) ciri utama yang membedakan BUMDes dengan lembaga ekonomi komersial pada umumnya yaitu:

a. Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama;

b. Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%) melalui penyertaan modal (saham atau andil);

c. Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya lokal (local wisdom);

d. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi pasar;

e. Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa (village policy);

f. Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemprov, Pemkab, dan Pemdes;

g. Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (Pemdes, BPD, anggota).

(Sumber: Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan, 2007).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan BUMDes adalah suatu badan usaha yang didirikan atau dibentuk secara bersama oleh masyarakat dan pemerintah desa dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat dalam rangka memperoleh keuntungan bersama sebagai salah satu sumber Pendapatan Asli Desa.


(25)

2. Tujuan Pendirian BUMDes

Empat tujuan utama pendirian BUMDes adalah: a. Meningkatkan perekonomian desa;

b. Meningkatkan pendapatan asli desa;

c. Meningkatkan pengolahan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat;

d. Menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan.

(Sumber: Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan, 2007).

Pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah merupakan perwujudan dari pengelolaan ekonomi produktif desa yang dilakukan secara kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntabel, dan sustainable. Oleh karena itu, perlu upaya serius untuk menjadikan pengelolaan badan usaha tersebut dapat berjalan secara efektif, efisien, profesional dan mandiri

Untuk mencapai tujuan BUMDes dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan (produktif dan konsumtif) masyarakat melalui pelayanan distribusi barang dan jasa yang dikelola masyarakat dan Pemdes. Pemenuhan kebutuhan ini diupayakan tidak memberatkan masyarakat, mengingat BUMDes akan menjadi usaha desa yang paling dominan dalam menggerakkan ekonomi desa. Lembaga ini juga dituntut mampu memberikan pelayanan kepada non anggota (di luar desa) dengan menempatkan harga dan pelayanan yang berlaku standar pasar. Artinya terdapat mekanisme kelembagaan/tata aturan yang disepakati


(26)

bersama, sehingga tidak menimbulkan distorsi ekonomi di pedesaan disebabkan usaha yang dijalankan oleh BUMDes. Dinyatakan di dalam undang-undang bahwa BUMDes dapat didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Maksud kebutuhan dan potensi desa adalah:

a. Kebutuhan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok; b. Tersedia sumberdaya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal

terutama kekayaan desa dan terdapat permintaan di pasar;

c. Tersedia sumberdaya manusia yang mampu mengelola badan usaha sebagai aset penggerak perekonomian masyarakat;

d. Adanya unit-unit usaha yang merupakan kegiatan ekonomi warga masyarakat yang dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi;

(Sumber: Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan, 2007).

BUMDes merupakan wahana untuk menjalankan usaha di desa. Apa yang dimaksud dengan “usaha desa” adalah jenis usaha yang meliputi pelayanan ekonomi desa seperti antara lain:

a. Usaha jasa keuangan, jasa angkutan darat dan air, listrik desa, dan usaha sejenis lainnya;

b. Penyaluran sembilan bahan pokok ekonomi desa; c. Perdagangan hasil pertanian meliputi tanaman pangan, d. perkebunan, peternakan, perikanan, dan agrobisnis; e. Industri dan kerajinan rakyat.


(27)

Keterlibatan pemerintah desa sebagai penyerta modal terbesar BUMDes atau sebagai pendiri bersama masyarakat diharapkan mampu memenuhi Standar Pelayanan Minimal (SPM), yang diwujudkan dalam bentuk perlindungan (proteksi) atas intervensi yang merugikan dari pihak ketiga (baik dari dalam maupun luar desa). Demikian pula, pemerintah desa ikut berperan dalam pembentukan BUMDes sebagai badan hukum yang berpijak pada tata aturan perundangan yang berlaku, serta sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa.

Pengaturan lebih lanjut mengenai BUMDes diatur melalui Peraturan Daerah (Perda) setelah memperhatikan peraturan di atasnya. Melalui mekanisme self help dan member-base, maka BUMDes juga merupakan perwujudan partisipasi masyarakat desa secara keseluruhan, sehingga tidak menciptakan model usaha yang dihegemoni oleh kelompok tertentu ditingkat desa. Artinya, tata aturan ini terwujud dalam mekanisme kelembagaan yang solid. Penguatan kapasitas kelembagaan akan terarah pada adanya tata aturan yang mengikat seluruh anggota.

Berdasarkan uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan pendirian BUMDes adalah sebagai suatu badan usaha yang dapat memberdayakan berbagai potensi usaha masyarakat di desa, mendukung pelaksanaan pembangunan di desa dan menjadi tulang punggung pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan.


(28)

Aktivitas yang harus dilakukan dalam persiapan pendirian BUMDes, meliputi: 1. Mendisain struktur organisasi

BUMDes merupakan sebuah organisasi, maka diperlukan adanya struktur organisasi yang menggambarkan bidang pekerjaan apa saja yang harus tercakup di dalam organisasi tersebut. Bentuk hubungan kerja (instruksi, konsultatif, dan pertanggunganjawab) antar personil atau pengelola BUMDes.

2. Menyusun job deskripsi (gambaran pekerjaan)

Penyusunan job deskripsi bagi setiap pengelola BUMDes diperlukan agar dapat memperjelas peran dari masing-masing orang. Dengan demikian, tugas, tanggungjawab, dan wewenang pemegang jabatan tidak terjadi duplikasi yang memungkinkan setiap jabatan/pekerjaan yang terdapat di dalam BUMDes diisi oleh orang-orang yang kompeten di bidangnya. 3. Menetapkan sistem koordinasi

Koordinasi adalah aktivitas untuk menyatukan berbagai tujuan yang bersifat parsial ke dalam satu tujuan yang umum. Melalui penetapan sistem koordinasi yang baik memungkinkan terbentuknya kerja sama antar unit usaha dan lintas desa berjalan efektif.

4. Menyusun bentuk aturan kerjasama dengan pihak ketiga

Kerja sama dengan pihak ketiga apakah menyangkut transaksi jual beli atau simpan pinjam penting diatur ke dalam suatu aturan yang jelas dan saling menguntungkan. Penyusunan bentuk kerjasama dengan pihak ketiga diatur secara bersama dengan Dewan Komisaris BUMDes.

5. Menyusun pedoman kerja organisasi BUMDes

Agar semua anggota BUMDes dan pihak-pihak yang berkepentingan memahami aturan kerja organisasi. Maka diperlukan untuk menyusun AD/ART BUMDes yang dijadikan rujukan pengelola dan sesuai dengan prinsip-prinsip tata kelola BUMDes.

6. Menyusun desain sistem informasi

BUMDes merupakan lembaga ekonomi desa yang bersifat terbuka. Untuk itu, diperlukan penyusunan desain sistem pemberian informasi kinerja BUMDes dan aktivitas lain yang memiliki hubungan dengan kepentingan masyarakat umum. Sehingga keberadaannya sebagai lembaga ekonomi desa memperoleh dukungan dari banyak pihak.

7. Menyusun rencana usaha (business plan)

Penyusunan rencana usaha penting untuk dibuat dalam periode 1 sampai dengan 3 tahun. Sehingga para pengelola BUMDes memiliki pedoman yang jelas apa yang harus dikerjakan dan dihasilkan dalam upaya mencapai tujuan yang ditetapkan dan kinerjanya menjadi terukur. Penyusunan rencana usaha dibuat bersama dengan Dewan Komisaris BUMDes.


(29)

8. Menyusun sistem administrasi dan pembukuan

Bentuk administrasi dan pembukuan keuangan harus dibuat dalam format yang mudah, tetapi mampu menggambarkan aktivitas yang dijalankan BUMDes. Hakekat dari sistem administrasi dan pembukuan adalah pendokumentasian informasi tertulis berkenaan dengan aktivitas BUMDes yang dapat dipertanggungjawabkan. Dan secara mudah dapat ditemukan, disediakan ketika diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan. 9. Melakukan proses rekruitmen

Untuk menetapkan orang-orang yang bakal menjadi pengelola BUMDes dapat dilakukan secara musyawarah. Namun pemilihannya harus didasarkan pada kriteria tertentu. Kriteria itu dimaksudkan agar pemegang jabatan di BUMDes mampu menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Untuk itu, persyaratan bagi pemegang jabatan di dalam BUMDes penting dibuat oleh Dewan Komisaris. Selanjutnya dibawa ke dalam forum rembug desa untuk disosialisasikan dan ditawarkan kepada masyarakat. Proses selanjutnya adalah melakukan seleksi terhadap pelamar dan memilih serta menetapkan orang-orang yang paling sesuai dengan kriteria yang dibuat.

10.Menetapkan sistem penggajian dan pengupahan

Agar pengelola BUMDes termotivasi dalam menjalankan tugas- tugasnya, maka diperlukan adanya sistem imbalan yang dirasakan bernilai. Pemberian imbalan bagi pengelola BUMDes dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti, pemberian gaji yang berarti pengelola BUMDes menerima sejumlah uang dalam jumlah yang tetap setiap bulannya. Pemberian upah yang didasarkan pada kerja borongan. Sehingga jumlah yang diterima dapat bervariasi tergantung dari banyak sedikitnya beban pekerjaan yang harus diselesaikan melalui cara penawaran. Pemberian insentif jika pengelola mampu mencapai target yang ditetapkan selama periode tertentu. Besar kecilnya jumlah uang yang dapat dibayarkan kepada pengelola BUMDes juga harus didasarkan pada tingkat keuntungan yang kemungkinan dapat dicapai. Pemberian imbalan kepada pengelola BUMDes harus semenjak awal disampaikan agar mereka memiliki tanggungjawab dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Sebab pemberian imbalan merupakan ikatan bagi setiap orang untuk memenuhi kinerja yang diminta.

(Sumber: Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan, 2007).

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa upaya pengembangan dan pengelolaan BUMDes harus dilaksanakan dengan langkah-langkah yang terencana serta terpadu antara satu dengan yang lainnya dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.


(30)

B. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Menurut Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (2007), pengelolaan BUMDes harus diljalankan dengan menggunakan prinsip kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntable, dan sustainable, dengan mekanisme member-base dan self help yang dijalankan secara profesional, dan mandiri. Berkenaan dengan hal itu, untuk membangun BUMDes diperlukan informasi yang akurat dan tepat tentang karakteristik ke-lokal-an, termasuk ciri sosial-budaya masyarakatnya dan peluang pasar dari produk (barang dan jasa) yang dihasilkan.

BUMDes sebagai badan usaha yang dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri, harus mengutamakan perolehan modalnya berasal dari masyarakat dan Pemdes. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan BUMDes dapat memperoleh modal dari pihak luar, seperti dari Pemerintah Kabupaten atau pihak lain, bahkan dapat pula melakukan pinjaman kepada pihak ke tiga, sesuai peraturan perundang-undangan. Pengaturan lebih lanjut mengenai BUMDes tentunya akan diatur melalui Peraturan Daerah (Perda).

BUMDes didirikan dengan tujuan yang jelas. Tujuan tersebut, akan direalisir diantaranya dengan cara memberikan pelayanan kebutuhan untuk usaha produktif terutama bagi kelompok miskin di pedesaan, mengurangi praktek ijon (rente) dan pelepasan uang, menciptakan pemerataan kesempatan berusaha, dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa.


(31)

Hal penting lainnya adalah BUMDes harus mampu mendidik masyarakat membiasakan menabung, dengan cara demikian akan dapat mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa secara mandiri. Pengelolaan BUMDes, diprediksi akan tetap melibatkan pihak ketiga yang tidak saja berdampak pada masyarakat desa itu sendiri, tetapi juga masyarakat dalam cakupan yang lebih luas (kabupaten). Oleh sebab itu, pendirian BUMDes yang diinisiasi oleh masyarakat harus tetap mempertimbangkan keberadaan potensi ekonomi desa yang mendukung, pembayaran pajak di desa, dan kepatuhan masyarakat desa terhadap kewajibannya. Kesemua ini menuntut keterlibatan pemerintah kabupaten.

Karakteristik masyarakat desa yang perlu mendapat pelayanan utama BUMDes adalah:

1) Masyarakat desa yang dalam mencukupi kebutuhan hidupnya berupa pangan, sandang dan papan, sebagian besar memiliki matapencaharian di sektor pertanian dan melakukan kegiatan usaha ekonomi yang bersifat usaha informal;

2) Masyarakat desa yang penghasilannya tergolong sangat rendah, dan sulit menyisihkan sebagian penghasilannya untuk modal pengembangan usaha selanjutnya;

3) Masyarakat desa yang dalam hal tidak dapat mencukupi kebutuhan hidupnya sendiri, sehingga banyak jatuh ke tangan pengusaha yang memiliki modal lebih kuat;

4) Masyarakat desa yang dalam kegiatan usahanya cenderung diperburuk oleh sistem pemasaran yang memberikan kesempatan kepada pemilik modal untuk dapat menekan harga, sehingga mereka cenderung memeras dan menikmati sebagian besar dari hasil kerja masyarakat desa.


(32)

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa BUMDes sangat bermanfaat bagi masyarakat desa, baik memiliki usaha produktif maupun yang belum memiliki untuk sama-sama mengembangkan ekonomi masyarakat desa secara bersama-sama.

Karakter BUMDes sesuai dengan ciri-ciri utamanya, prinsip yang mendasari, mekanisme dan sistem pengelolaanya. Secara umum pendirian BUMDes dimaksudkan untuk:

a. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat (standar pelayanan minimal), agar berkembang usaha masyarakat di desa.

b. Memberdayakan desa sebagai wilayah yang otonom berkenaan dengan usaha-usaha produktif bagi upaya pengentasan kemiskinan, pengangguran dan peningkatan PADesa.

c. Meningkatkan kemandirian dan kapasitas desa serta masyarakat dalam melakukan penguatan ekonomi di desa.

(Sumber: Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan, 2007).

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa BUMDes memiliki peran yang penting dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat desa dan sebagai kontribusi untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa sehingga menunjang program pembangunan di desa.

Prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes penting untuk dielaborasi atau diuraikan agar difahami dan dipersepsikan dengan cara yang sama oleh pemerintah desa, anggota (penyerta modal), BPD, Pemkab, dan masyarakat. Terdapat 6 (enam) prinsip dalam mengelola BUMDes yaitu:


(33)

1. Kooperatif

Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus mampu melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan kelangsungan hidup usahanya.

BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution) sehingga membutuhkan kerjasama yang sinergis antara pengurus, pemerintah desa, masyarakat serta instansi terkait. BUMDes sebagai lembaga sosial berpihak kepada kepentinganmasyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan melalui penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar. Dalam menjalankan usahanya prinsip kooperatif harus selalu ditekankan. BUMDes sebagai badan hukum, dibentuk berdasarkan perundang-undangan yang berlaku, dan sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa.

2. Partisipatif

Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus bersedia secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUMDes.

Partisipasi masyarakat dalam pengelolaan BUMDes sangat diharapkan dan peran pemerintah dalam melakukan sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat desa melalui pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten tentang arti penting berpartisipasi dalam BUMDes bagi


(34)

peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melalui pemerintah desa masyarakat dimotivasi, disadarkan dan dipersiapkan untuk membangun kehidupannya sendiri.

BUMDes sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut prinsip partisipasi. Ini berarti pemenuhan modal usaha BUMDes harus bersumber dari masyarakat. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar, seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak ketiga. Ini sesuai dengan peraturan per undang-undangan (UU 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 213 ayat 3). Penjelasan ini sangat penting untuk mempersiapkan pendirian BUMDes, karena implikasinya akan bersentuhan dengan pengaturannya dalam Peraturan Daerah (Perda) maupun Peraturan Desa (Perdes).

3. Emansipatif

Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan agama.

Mekanisme operasionalisasi BUMDes diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat desa tanpa memandang latar belakang perbedaan apapun. Untuk itu, masyarakat desa perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat menerima gagasan baru tentang lembaga ekonomi yang memiliki dua fungsi yakni bersifat sosial dan komersial. Dengan tetap berpegang teguh pada karakteristik desa dan nilai-nilai yang hidup dan dihormati. Maka


(35)

persiapan yang dipandang paling tepat adalah berpusat pada sosialisasi, pendidikan, dan pelatihan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap peningkatan standar hidup masyarakat desa

4. Transparan

Aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat umum harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka.

Transparansi dalam pengelolaan BUMS sangat diperlukan mengingat BUMDes merupakan lembaga ekonomi yang beroperasi di pedesaan di mana nilai-nilai yang harus dikembangkan adalah kejujuran dan keterbukaan. Kinerja BUMDes mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga desa. Disamping itu, supaya tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai-nilai kehidupan bermasyarakat.

Keberadaan BUMDes diharapkan mampu mendorong dinamisasi kehidupan ekonomi di pedesaan. Peran pemerintah desa adalah membangun relasi dengan masyarakat untuk mewujudkan pemenuhan standar pelayanan minimal sebagai bagian dari upaya pengembangan komunitas (development based community) desa yang lebih berdaya dan memenuhi prinsip transparansi dalam pengelolaannya.


(36)

5. Akuntabel

Seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan secara teknis maupun administratif.

Pendirian dan pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah merupakan perwujudan dari pengelolaan ekonomi produktif desa yang dilakukan secara akuntabel. Oleh karena itu, perlu upaya serius untukmenjadikan pengelolaan badan usaha tersebut dapat berjalan secara efektif, efisien, professional, mandiri dan bertanggungjawab. Untuk mencapai tujuan BUMDes dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan (produktif dan konsumtif) masyarakat melalui pelayanan distribusi barang dan jasa yang dikelola masyarakat dan Pemdes.

Pemenuhan kebutuhan ini diupayakan tidak memberatkan masyarakat, mengingat BUMDes akan menjadi usaha desa yang paling dominan dalam menggerakkan ekonomi desa. Lembaga ini juga dituntut mampu memberikan pelayanan kepada non anggota (di luar desa) dengan menempatkan harga dan pelayanan yang berlaku standar pasar. Artinya terdapat mekanisme kelembagaan/tata aturan yang disepakati bersama, sehingga tidak menimbulkan distorsi ekonomi di pedesaan disebabkan usaha yang dijalankan oleh BUMDes.

6. Sustainabel

Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah BUMDes. BUMDes didirikan dengan tujuan yang jelas yaitu pemberdayaan ekonomi masyarakat desa.


(37)

Tujuan tersebut, akan dicapai diantaranya dengan cara memberikan pelayanan kebutuhan untuk usaha produktif terutama bagi kelompok miskin di pedesaan, mengurangi praktek ijon (rente) dan pelepasan uang, menciptakan pemerataan kesempatan berusaha, dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Hal penting lainnya adalah BUMDes harus mampu mendidik masyarakat membiasakan menabung, dengan cara demikian akan dapat mendorong pembangunan ekonomi masyarakat desa secara mandiri dan berkelanjutan.

(Sumber: Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan, 2007).

Terkait dengan implementasi Alokasi Dana Desa (ADD), maka proses penguatan ekonomi desa melalui BUMDes diharapkan akan lebih berdaya. Hal ini disebabkan adanya penopang yakni dana anggaran desa yang semakin besar. Sehingga memungkinkan ketersediaan permodalan yang cukup untuk pendirian BUMDes. Jika ini berlaku sejalan, maka akan terjadi peningkatan PADesa yang selanjutnya dapat digunakan untuk kegiatan pembangunan desa.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hal yang penting dalam upaya penguatan ekonomi desa adalah memperkuat kerjasama, membangun kebersamaan/menjalin kerekatan disemua lapisan masyarakat desa, sehingga itu menjadi daya dorong (steam engine) dalam upaya pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan membuk akses pasar.


(38)

C. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)

Prinsip-prinsip pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mengacu pada Pedoman Umum Good Corporate Governance (GCG) Indonesia Tahun 2006 sebagai berikut:

1. Transparansi (Transparency)

Untuk menjaga ovbyektivitasnya dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.

Prinsip transparansi dilaksanakan pengurus BUMDes Wirakarya dengan menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh anggota dan masyarakat

2. Akuntabilitas (accountability)

Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.


(39)

Prinsip akuntabilitas dilaksanakan pengurus BUMDes Wirakarya mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar.

3. Responsibilitas (Responsibility)

Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.

Prinsip responsibilitas dilaksanakan pengurus BUMDes Wirakarya melaksanakan usaha sesuai dengan peraturan undang-undang serta melaksanakan usaha untuk memelihara kesinambungan usaha

4. Independensi (Independency)

Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.

Prinsip independensi dilaksanakan pengurus BUMDes Wirakarya mengelola usaha secara independen dan tidak ada dominasi usaha dan diintervensi oleh pihak lain.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)

Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.


(40)

Prinsip kewajaran dan kesetaraan dilaksanakan pengurus BUMDes Wirakarya dengan operasionalisasi kegiatan yang berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.

D. Kerangka Pikir

BUMDes menurut Penjelasan Pasal 107 ayat (1) huruf (a) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah adalah pemberdayaan potensi desa dalam meningkatkan pendapatan desa dilakukan, antara lain, dengan pendirian Badan Usaha Milik Desa, kerja sama dengan pihak ketiga, dan kewenangan melakukan pinjaman. Selanjutnya BUMDes menurut Pasal 213 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah adalah sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri. Ini berarti pemenuhan modal usaha BUMDes harus bersumber dari masyarakat dan tidak menutup kemungkinan BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar, seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak ketiga. Ketentuan Pasal 1 ayat (6) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik Desa, menyatakan bahwa BUMDes adalah usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat. Demikian pula halnya BUMDes dalam Pasal 78 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa, bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa, Pemerintah Desa mendirikan Badan Usaha Milik Desa (ayat 1) Pembentukan Badan Usaha Milik Desa ditetapkan dalam Peratuan


(41)

Desa dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan (ayat 2). Bentuk Badan Usaha Milik Desa harus berbadan hukum (ayat 3).

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara yang mengatur tentang BUMDes adalah Perda Nomor 04 Tahun 2008 Tentang Badan Usaha Milik Desa. Pasal 3 Perda tersebut menyatakan bahwa maksud dan tujuan pendirian BUMDes adalah: (a) Menggali dan memberdayakan sumber-sumber potensi desa agar lebih produktif dan bermanfaat untuk kesejahteraan masyarakat; (b) Meningkatkan pertumbuhan ekonomi desa dan Pendapatan Asli Desa; (c) Memperluas kesempatan berusaha dan lapangan kerja.

Salah satu BUMDes yang ada di Kabupaten Lampung Utara adalah BUMDes Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara, yang dibentuk oleh masyarakat desa setempat pada tanggal 03 Juli 2012. BUMDes Wirakarya ini bergerak di bidang usaha koperasi simpan pinjam, jasa, perdagangan, sembako, industri kecil dan rumah tangga. Pemerintah Desa memberikan dukungan terhadap pembentukan BUMDes ini dengan menetapkan Surat Keputusan Kepala Desa Trimodadi Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pengangkatan Pengurus Badan Usaha Milik Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prinsip-prinsip pengelolaan BUMDes Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara, yang akan dikaji berdasarkan Pedoman Umum Good Corporate Governance (GCG) Indonesia Tahun 2006 yaitu transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility),


(42)

independensi (independency) dan kewajaran dan kesetaraan (fairness). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan kerangka pikir:

BUMDes Wirakarya

Prinsip-Prinsip Pengelolaan BUMDes

Transparansi (transparency) ,

Akuntabilitas (accountability)

Responsibilitas (responsibility)

Independensi (independency

Terkelolanya BUMDes Wirakarya dengan Baik dan Sesuai Tujuan

Dasar Hukum BUMDes

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Perda Kabupaten Lampung Utara Nomor 04 Tahun 2008 Surat Keputusan Kepala Desa Trimodadi Nomor 3 Tahun 2012

Kewajaran dan kesetaraan (fairness)


(43)

III. METODE PENELITIAN

A.Tipe Penelitian

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Tipe penelitian deskriptif adalah suatu tipe dalam penelitian status sekelompok manusia, suatu objek, set kondisi, sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, aktual dan akurat mengenai berbagai fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. (Mohammad Nazir, 1998: 63).

Pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah (Moleong, 2005:6).

Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dan kawasannya dan dalam peristilahannya.


(44)

Penelitian kualitatif digunakan untuk meneliti objek dengan cara menuturkan, menafsirkan data yang ada, ada pelaksanaanya melalui pengumpulan, penyusunan, analisa dan interpretasi data yang diteliti pada masa sekarang. Tipe penelitian ini dianggap sangat relevan untuk dipakai karena menggambarkan keadaan objek yang ada pada masa sekarang secara kualitatif berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian.

Penelitian kualitatif merupakan penelitian yang berusaha melihat kebenaran-kebenaran atau membenarkan kebenaran-kebenaran, namun di dalam melihat kebenaran-kebenaran tersebut, tidak selalu dapat dan cukup didapat dengan melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang nyata, akan tetapi kadangkala perlu pula melihat sesuatu yang bersifat tersembunyi, dan harus melacaknya lebih jauh ke balik sesuatu yang nyata tersebut.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian menyatakan pokok persoalan apa yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian kualitatif. Hal ini karena suatu penelitian kualitatif tidak dimulai dari sesuatu yang kosong atau tanpa adanya masalah, baik masalah-maslah yang bersumber dari pengalaman peneliti atau melalui kepustakaan ilmiah (Moleong, 2005 : 62).

Pada prinsipnya fokus penelitian dimaksudkan untuk dapat membantu penulis agar dapat melakukan penelitiannya sehingga hanya akan ada beberapa hal atau beberapan aspek yang dapat diarahkan penulis sesuai dengan tema yang telah ditentukan sebelumnya. Fokus dalam penelitian ini diarahkan penerapan


(45)

prinsip-prinsip pengelolaan kegiatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara, yang mengacu pada Pedoman Umum Good Corporate Governance

(GCG) Indonesia Tahun 2006 sebagai berikut:

1. Transparansi (Transparency), yaitu pengurus BUMDes Wirakarya: a. Menyediakan informasi yang jelas dan relevan

b. Menyediakan informasi dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh anggota dan masyarakat

2. Akuntabilitas (accountability), yaitu Pengurus BUMDes Wirakarya: a. Mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan. b. Mampu mempertanggungjawabkan kinerjanya secara wajar.

3. Responsibilitas (Responsibility), yaitu pengurus BUMDes Wirakarya: a. Melaksanakan usaha sesuai dengan peraturan undang-undang b. Melaksanakan usaha untuk memelihara kesinambungan usaha

4. Independensi (Independency), yaitu Pengurus BUMDes Wirakarya: a. Mengelola usaha secara independen

b. Tidak ada dominasi usaha dan diintervensi oleh pihak lain.

5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness), yaitu Pengurus BUMDes Wirakarya:

a. Melaksanakan kegiatan berdasarkan asas kewajaran. b. Melaksanakan kegiatan berdasarkan asas kesetaraan.


(46)

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penentuan lokasi penelitian merupakan cara baik yang ditempuh dengan alas an mempertimbangkan teori substantif dan menjajaki lapangan, mencari kesesuaian dengan kenyataan yang ada di lapangan. Sementara itu keterbatasan geografis dan praktis seperti waktu, biaya dan tenaga perlu menjadi pertimbangan dalam pemilihan lokasi penelitian. Berdasarkan hal tersebut maka lokasi penelitian ini adalah pada BUMDes Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara. Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-Juli 2013.

D. Informan

Menurut Moleong (2005: 6), penelitian kualitatif pada umumnya mengambil jumlah informan yang lebih kecil dibandingkan dengan bentuk penelitian lainnya. Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu atau perorangan. Untuk memperoleh informasi yang diharapkan, peneliti terlebih dahulu menentukan informan yang akan dimintai informasinya. Pada penelitian kualitatif tidak ada informan acak tetapi bertujuan (purposive).

Informan penelitian ini adalah:

1. Manajer BUMDes Wirakarya : 1 orang

2. Sekretaris BUMDes Wirakarya : 1 orang 3. Bendahara BUMDes Wirakarya : 1 orang 4. Peminjam Dana BUMDes Wirakarya : 1 orang 5. Anggota BUMDes Wirakarya : 2 orang +


(47)

E. Jenis Data

Jenis data penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Data Primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber penelitian atau lokasi penelitian. Jenis data primer dalam penelitian ini berupa jawaban informan pada pertanyaan wawancara yang didapatkan selama pelaksanaan penelitian.

2. Data Sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan penelitian, seperti buku, majalah, atau literatur lain. Jenis data sekunder dalam penelitian ini berisi gambaran umum Desa Trimodadi dan gambaran umum Kelompok Usaha Bersama yang ada di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Wawancara, yaitu teknik yang digunakan untuk memperoleh data melalui percakapan langsung dengan para informan yang berkaitan dengan masalah penelitian, dengan menggunakan pedoman wawancara. Kegiatan yang dilakukan adalah melakukan tanya jawab secara langsung kepada informan penelitian yaitu Manajer, Sekretaris Bendahara BUMDes Wirakarya, Peminjam Dana dan Anggota BUMDes Wirakarya, mengenai penerapan prinsip-prinsip pengelolaan kegiatan BUMDes.

2. Dokumentasi, yaitu teknik untuk mendapatkan data dengan cara mencari informasi dari berbagai sumber atau referensi yang terkait dengan penelitian, seperti buku, agenda, arsip, surat kabar dan internet. Kegiatan


(48)

yang dilakukan adalah mengambil dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian gambaran umum Desa Trimodadi dan gambaran umum Kelompok Usaha Bersama yang ada di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara.

G.Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

1. Editing

Tahap ini dilakukan dengan mengedit data dan memeriksa kembali data yang telah diperoleh di pada pelaksanaan penelitian. Pelaksanaan editing dilakukan dengan memeriksa data yang diperoleh dari hasil wawancara dan dokumentasi sesuai dengan keperluan penulisan skripsi ini.

2. Interpretasi

Tahap ini dilakukan dengan memberikan interpretasi atau penjabaran berbagai data yang diperoleh sesuai dengan fokus penelitian. Pelaksanaan interpretasi dilakukan dengan menguraikan jawaban informan dalam bentuk deskripsi kalimat sesuai dengan pokok bahasan penelitian.

H. Teknik Analisa Data

Setelah mendapatkan data yang diperoleh dalam penelitian ini, maka langkah selanjutnya adalah mengolah data yang terkumpul dengan menganalisis data. Analisis data kualitatif menurut Bogdan dan Biklen (1982) dalam Moleong (2005:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang


(49)

dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif yang berpijak dari data yang di dapat dari hasil wawancara serta hasil dokumentasi, dengan tahapan analisis sebagai berikut:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan dituangkan ke dalam bentuk laporan selanjutnya direduksi, dirangkum, difokuskan pada hal-hal penting. Dicari tema dan polanya disusun secara sistematis. Kegiatan yang dilakukan pada tahap reduksi data adalah memilih dan merangkum data dari hasil wawancara dan dokumentasi yang sesuai dengan fokus penelitian ini.

2. Penyajian Data (Display Data)

Untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian harus diusahakan membuat bermacam matriks, grafik, jaringan, dan bagian atau bisa pula dalam bentuk naratif saja. Kegiatan dilakukan pada tahap display data adalah menyajikan data secara naratif, yaitu menceritakan hasil wawancara ke dalam bentuk kalimat dan disajikan pada Bab V skripsi.

3. Mengambil Kesimpulan atau Verifikasi Data.

Peneliti berusahan mencari arti, pola, tema, yang penjelasan alur sebab akibat, dan sebagainya. Kesimpulan harus senantiasa diuji selama penelitian berlangsung, dalam hal ini dengan cara penambahan data baru.


(50)

Kegiatan yang penulis lakukan pada tahap verifikasi data adalah membuat kesimpulan berdasarkan data yang diperoleh dari hasil penelitian, sebagaimana disajikan pada Bab VI skripsi ini.

I. Teknik Keabsahan Data

Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) atas keandalan (realibilitas). Derajat kepercayaan atau kebenaran suatu penilaian akan ditentukan oleh standar apa yang digunakan. Peneliti kualitatif menyebut standar tersebut dengan keabsahan data. Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi data.

Menurut Moleong (2005: 287), triangulasi berupaya untuk mengecek kebenaran data dan membandingkan dengan data yang diperoleh dengan sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan dan dengan metode yang berlainan. Adapun triangulasi yang digunakan adalah dengan memanfaatkan penggunaan sumber data.

Kegiatan yang dilakukan dalam triangulasi adalah mengajukan berbagai macam variasi pertanyaan, mengecek dengan berbagai pihak yang dijadikan sebagai informan penelitian yaitu Manajer, Sekretaris Bendahara BUMDes Wirakarya, Peminjam Dana dan Anggota BUMDes Wirakarya, mengenai penerapan prinsip-prinsip pengelolaan kegiatan BUMDes.


(51)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Desa Trimodadi

1. Kondisi Geografis Desa Trimodadi

Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara terletak pada ketinggian 120 m dari permukaan laut dengan jenis tanah yang subur, dan cocok untuk tanah pertanian dan perkebunan. Keadaan tanahnya berupa dataran rendah seluas 750 Ha, dengan curah hujan rata-rata pertahun 2000-3000 m.

Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara memiliki keadaan alam yang terdiri dari dataran rendah dan sedang, keadaan tanahnya gembur dan berwarna hitam. Sedangkan iklimnya termasuk dalam iklim sedang.

Batas-batas wilayah geografis Desa Trimodadi Kecamatan Gedung Tataan Kabupaten Lampung Utara adalah sebagai berikut:

1. Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Kalibalangan 2. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Way Pengubuan

3. Sebelah Barat Berbatasan dengan Desa Ratu Agung dan Kemalo Abung 4. Sebelah Timur Berbatasan dengan Desa Jagang

(Sumber: Monografi Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2013)


(52)

2. Orbitasi Desa Trimodadi

Jarak Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara dengan pemerintahan di atasnya sebagai berikut:

a. Jarak dari ibu kota kecamatan 2 km b. Jarak dari ibu kota kabupaten 8 Km c. Jarak dari ibu kota propinsi 50 Km

(Sumber: Monografi Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2013)

3. Kondisi Demografis Desa Trimodadi

Penduduk Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara adalah 3.237 jiwa, terbagi menjadi jumlah penduduk laki-laki 1.553 dan jumlah penduduk perempuan 1.684 jiwa, dengan jumlah Kepala Keluarga yaitu 1.065 Kepala Keluarga.

Jumlah penduduk tersebut tersebar ke dalam empat dusun, sebagaimana dapat dilihat pada tabel 1 di bawah ini:

Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan

Dusun Jumlah

KK

Jumlah Jiwa

Tanjung Arum Pinggir 262 886

Tanjung Arum Cempaka 250 677

Wonojoyo Barat 262 843

Wonojoyo Timur 291 831

Jumlah 1.065 3.237

Sumber: Monografi Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2013


(53)

Berdasarkan data pada tabel di atas diketahui bahwa jumlah penduduk paling banyak adalah di Dusun Tanjung Arum Pinggir yaitu sebanyak 886 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling sedikit adalah di Tanjung Arum Cempaka, yaitu sebanyak 677 jiwa.

Pada umumnya penduduk Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara bermata pencaharian sebagai petani dengan mengolah alam lingkungan guna memenuhi kebutuhan hidupnya, walaupun ada beberapa anggota masyarakat yang mempunyai mata pencaharian lain seperti berdagang, pegawai negri, pegawai swasta, dan lain-lain.namun pada dasarnya mereka hidup sebagai petani.

4. Sarana dan Prasarana Desa Trimodadi

Sarana dan prasarana desa Trimodadi di antaranya sarana peribadatan, sarana olahraga dan sarana kesehatan, yaitu sebagai berikut:

a. Sarana Pendidikan

Tabel 3. Sarana Peribadatan di Desa Trimodadi

Nama Jumlah

TK/PAUD 4 Unit

SD 2 Unit

SLTP/Mts 2 Unit

SLTA/MA 2 Unit

Total 10 Buah

Sumber: Monografi Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2013


(54)

Berdasarkan tabel diatas maka diketahui bahwa pendidikan di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara terdiri dari 4 unit TK/PAUD, 2 unit SD, 2 unit SLTP/MTs dan 2 unit SLTA/MA.

b. Sarana Peribadatan

Tabel 4. Sarana Peribadatan di Desa Trimodadi

Nama Jumlah

Masjid 7 Buah

Langgar/ Surau/ Mushola 8 Buah

Gereja 1 Buah

Total 16 Buah

Sumber: Monografi Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2013

Berdasarkan tabel diatas maka diketahui bahwa prasarana peribadatan di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2013 adalah 16 buah, terdiri dari masjid berjumlah 7 buah dan langgar/ surau/ musholla berjumlah 8 buah dan gereja sebanyak 1 buah.

c. Sarana Olah Raga

Tabel 5. Sarana Olahraga di Desa Trimodadi

Nama Jumlah

Lapangan Sepak Bola 2 Buah

Lapangan Bulu Tangkis 4 Buah

Lapangan Volley 3 Buah

Jumlah 9 Buah

Sumber: Monografi Desa Trimodadi Kecamatan A bung Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2013

Berdasarkan tabel diatas maka diketahui bahwa sarana olah raga di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2013


(55)

adalah 9 buah antara lain lapangan sepak bola berjumlah 2 buah, lapangan bulu tangkis berjumlah 4 buah, dan lapangan volley sebanyak 3 buah.

d. Sarana Kesehatan

Tabel 6. Sarana Kesehatan di Desa Trimodadi

Nama Jumlah

Poskesdes 2 Unit

Posyandu 4 Unit

Balai Pengobatan 2 Unit

Total 8 Unit

Sumber: Monografi Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara Tahun 2013

Berdasarkan tabel diatas maka diketahui bahwa prasarana kesehatan di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara tahun 2013 adalah 2 unit Puskesdes, 4 Unit Posyandu dan 2 unit Balai Pengobatan.

B. Gambaran Umum BUMDes Wirakarya di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara

1. Sejarah Singkat BUMDes Wirakarya

BUMDes Wirakarya Utara di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara dibentuk dan didirikan pada tanggal 03 Juli 2012. BUMDes ini bergerak di bidang usaha koperasi simpan pinjam, jasa, perdagangan, sembako, industri kecil dan rumah tangga. Pengesahan terhadap BUMDes tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Desa Trimodadi Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Pengangkatan Pengurus Badan Usaha Milik Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara.


(56)

BUMDes Wirakarya merupakan pelaksanakaan amanat UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah (PP) no. 71 Tahun 2005 Tentang Desa. Dalam UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pada Pasal 213 ayat (1) disebutkan bahwa “Desa dapat mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa”. Disebutkan pula bahwa tujuan pendirian BUMDes antara lain dalam rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADesa).

BUMDes Wirakarya merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga sosial dan komersial BUMDes sebagai lembaga sosial berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan melalui penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar. Dalam menjalankan usahanya prinsip efisiensi dan efektifitas harus selalu ditekankan.

BUMDes Wirakarya sebagai badan hukum, dibentuk berdasarkan tata perundang-undangan yang berlaku, dan sesuai dengan kesepakatan yang terbangun di masyarakat desa. Dengan demikian, bentuk BUMDes dapat beragam di setiap desa di Indonesia. Ragam bentuk ini sesuai dengan karakteristik lokal, potensi, dan sumberdaya yang dimiliki masing-masing desa. Pengaturan lebih lanjut tentang BUMDes diatur melalui Peraturan Daerah (Perda). Sebagaimana dinyatakan di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004. Oleh karena itu, setiap Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Namun penting disadari bahwa BUMDes


(57)

didirikan atas prakarsa masyarakat didasarkan pada potensi yang dapat dikembangkan dengan menggunakan sumberdaya lokal dan terdapat permintaan pasar. Sedangkan tugas dan peran Pemerintah adalah melakukan sosialisasi dan penyadaran kepada masyarakat desa melalui pemerintah provinsi dan/atau pemerintah kabupaten tentang arti penting BUMDes bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Melalui pemerintah desa masyarakat dimotivasi, disadarkan dan dipersiapkan untuk membangun kehidupannya sendiri.

(Sumber: BUMDes Wirakarya Utara di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara. Tahun 2013)

2. Maksud dan Tujuan BUMDes Wirakarya

Maksud pembentukan BUMDes Wirakarya adalah untuk menampung dan mendorong seluruh kegiatan ekonomi masyarakat, baik yang tumbuh dan berkembang menurut adat istiadat, budaya setempat maupun kegiatan perekonomian yang diserahkan untuk dikelola oleh masyarakat melalui program Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah, dan Pemerintahan Desa.

Tujuan umum pembentukan BUMDes Wirakarya yaitu peningkatan kemampuan keuangan desa, pengembangan usaha masyarakat dalam rangka pengentasan kemiskinan, mendorong tumbuhnya usaha masyarakat, penyedia jaminan sosial dan penyedia pelayanan bagi masyarakat desa. Secara terperinci tjuan pembentukan BUMDes Wirakarya adalah untuk:


(58)

a. Mendorong Perkembangan Perekonomian masyarakat desa

b. Meningkatkan kreativitas dan peluang usaha ekonomi produktif masyarakat desa

c. Mendorong tumbuh dan berkembangnya usaha mikro sektor informal d. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat desa

e. Meningkatkan pendapatan asli desa

(Sumber: BUMDes Wirakarya Utara di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara. Tahun 2013)

3. Ketentuan Pokok Usaha pada BUMDes Wirakarya

BUMDes Wirakarya sebagai suatu lembaga ekonomi modal usahanya dibangun atas inisiatif masyarakat dan menganut asas mandiri. Ini berarti pemenuhan modal usaha BUMDes harus bersumber dari masyarakat. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan BUMDes dapat mengajukan pinjaman modal kepada pihak luar, seperti dari Pemerintah Desa atau pihak lain, bahkan melalui pihak ketiga.

BUMDes Wirakarya dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama dengan ketentuan pokok sebagai berikut;

a. Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%) melalui penyertaan modal (saham atau andil);

b. Dijalankan dengan berdasarkan asas kekeluargaan dan kegotongroyongan serta berakar dari tata nilai yang berkembang dan hidup dimasyarakat


(59)

c. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada pengembangan potensi desa secara umum dan hasil informasi pasar yang menopang kehidupan ekonomi masyarakat

d. Tenaga kerja yang diberdayakan dalam BUMDes merupakan tenaga kerja potensial yang ada didesa

e. Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan atau penyerta modal

f. Pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah dilakukan melalui musyawarah desa

g. Peraturan-peraturan BUMDes dijalankan sebagai kebijakan desa (village policy)

h. Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemprov, Pemkab, dan Pemdes;

i. Pelaksanaan kegiatan BUMDes diawasi secara bersama (Pemdes, BPD, anggota).

(Sumber: BUMDes Wirakarya Utara di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara. Tahun 2013)

4. Operasionalisasi BUMDes Wirakarya

Operasionalisasi BUMDes Wirakarya didukung oleh Pemerintah Desa dengan cara memfasilitasi pendidikan dan pelatihan SDM dan pemenuhan lainnya yang dapat memperlancar pendirian BUMDes. Selanjutnya, mekanisme operasionalisasi diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat desa. Untuk itu, masyarakat desa perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat menerima gagasan baru tentang lembaga ekonomi yang memiliki dua fungsi yakni bersifat sosial dan komersial. Dengan tetap berpegang teguh pada karakteristik


(60)

desa dan nilai-nilai yang hidup dan dihormati. Maka persiapan yang dipandang paling tepat adalah berpusat pada sosialisasi, pendidikan, dan pelatihan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap peningkatan standar hidup masyarakat desa yang mencakup Pemerintah Desa, BPD, tokoh masyarakat/ketua suku, ketua-ketua kelembagaan di pedesaan.

Pendirian dan pengelolaan BUMDes Wirakarya merupakan perwujudan upaya memaksimalkan peran pengelolaan ekonomi produktif desa yang selama ini dilakukan oleh pemerintah desa. Peran ini perlu dilakukan secara kooperatif, partisipatif, emansipatif, transparansi, akuntabel, dan sustainable agar nantinya pengelolaan BUMDes tersebut dapat berjalan secara efektif, efisien, profesional dan mandiri.

Untuk mencapai tujuan BUMDes dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan (produktif dan konsumtif) masyarakat melalui pelayanan distribusi barang dan jasa yang dikelola masyarakat dan Pemdes. Pemenuhan kebutuhan ini diupayakan tidak memberatkan masyarakat, mengingat BUMDes akan menjadi usaha desa yang paling dominan dalam menggerakkan ekonomi desa. Lembaga ini juga dituntut mampu memberikan pelayanan kepada non anggota (di luar desa) dengan menempatkan harga dan pelayanan yang berlaku standar pasar. Artinya terdapat mekanisme kelembagaan/tata aturan yang disepakati bersama, sehingga menimbulkan keseragaman dari usaha-usaha yang dijalankan oleh BUMDes Wirakarya.

(Sumber: BUMDes Wirakarya Utara di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara. Tahun 2013)


(61)

5. Kepengurusan BUMDes Wirakarya

Pengurus BUMDes Wirakarya terdiri dari penasihat dan pelaksana operasional. Penasihat dijabat oleh kepala desa, sedangkan Pelaksana operasional terdiri atas manajer dan kepala unit usaha, dengan masa jabatan pelaksana operasional selama 3 (tiga) tahun.

Penasihat mempunyai tugas melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada pelaksana operasional dalam menjalankan kegiatan pengelolaan usaha desa. Penasihat dalam melaksanakan tugasnya mempunyai kewenangan meminta penjelasan pelaksana operasional mengenai pengelolaan usaha desa. Pengurus pelaksana operasional mempunyai tugas menata, melaksanakan dan mengembangkan usaha-usaha perekonomian yang dijalankan oleh BUMDes. Pengurus pelaksana operasional bertugas menyusun laporan kegiatan usahanya dan disampaikan kepada kepala desa setiap bulan. Pengurus pelaksana operasional atau direksi bertanggungjawab kepada pemerintahan desa atas segala kegiatan yang dijalankan oleh BUMDes dan mewakili BUMDes di dalam dan diluar pengadilan. Pengurus pelaksana operasional mempunyai kewenangan untuk menjalin kerjasama dengan pihak ketiga.

6. Modal Usaha BUMDes Wirakarya

Modal usaha BUMDes Wirakarya bersumber dari desa, dan dapat digunakan sumber lain yang berasal dari luar desa. Modal usaha BUMDes dapat berasal dari:

a. Tabungan masyarakat;


(62)

c. Bantuan dari pemerintah kabupaten, pemerintah propinsi maupun pemerintah pusat, dengan nama dan dalam bentuk apapun;

d. bantuan pihak lain yang tidak mengikat.

e. Pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan atau lembaga lain dari masyarakat baik secara kelompok maupun perorangan.

Penyertaan modal dari pihak ketiga atau kerjasama harus bersifat saling menguntungkan kedua belah pihak. Modal usaha BUMDes Wirakarya dapat berasal dari dana bergulir program pemerintah, baik pemerintah pusat, pemerintah propinsi maupun pemerintah kabupaten yang diserahkan kepada desa dan/atau masyarakat melalui pemerintah desa.

(Sumber: BUMDes Wirakarya Utara di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara. Tahun 2013)


(1)

51

c. Bantuan dari pemerintah kabupaten, pemerintah propinsi maupun pemerintah pusat, dengan nama dan dalam bentuk apapun;

d. bantuan pihak lain yang tidak mengikat.

e. Pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan atau lembaga lain dari masyarakat baik secara kelompok maupun perorangan.

Penyertaan modal dari pihak ketiga atau kerjasama harus bersifat saling menguntungkan kedua belah pihak. Modal usaha BUMDes Wirakarya dapat berasal dari dana bergulir program pemerintah, baik pemerintah pusat, pemerintah propinsi maupun pemerintah kabupaten yang diserahkan kepada desa dan/atau masyarakat melalui pemerintah desa.

(Sumber: BUMDes Wirakarya Utara di Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara. Tahun 2013)


(2)

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan prinsip-prinsip pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Wirakarya di desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara telah menerapkan lima prinsip pengelolaan BUMDes dengan baik yaitu prinsip Transparansi, Akuntabilitas, Responsibilitas, Indepedensi, Kewajaran, tetapi prinsip Kesetaraan belum dilaksanakan secara optimal.

2. Pengelolaan BUMDes tersebut secara terperinci adalah sebagai berikut : a. Pengelolaan BUMDes Wirakarya dari sisi prinsip transparansi baik

karena pengurus BUMDes Wirakarya selalu menyampaikan berbagai informasi kepada anggota dan masyarakat terkait dengan pelaksanaan kegiatan keuangan BUMDes secara jelas dan dapat diakses dengan mudah.

b. Pengelolaan BUMDes Wirakarya dari sisi prinsip Akuntabilitas baik karena akuntabilitas dilaksanakan oleh pengurus BUMDes Wirakarya dengan mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan dan wajar serta mengelola usaha secara benar terukur dan sesuai dengan


(3)

111

kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan anggota dan masyarakat.

c. Pengelolaan BUMDes Wirakarya dari sisi prinsip responsibilitas baik karena dilaksanakan oleh pengurus BUMDes Wirakarya dengan mematuhi peraturan perundang-undangan dan melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkunagn sehingga dapat terpelihara kesinambungan usaha.

d. Pengelolaan BUMDes Wirakarya dari sisi prinsip indepedensi baik karena sudah dilaksanakan oleh pengurus BUMDes Wirakarya dengan mengelola usaha secara independen dan menjaga koordinasi dengan baik sehingga tidak terjadi dominasi usaha dan diintervensi oleh pihak lain.

e. Pengelolaan BUMDes Wirakarya dari sisi prinsip kewajaran baik karena pengurus BUMDes sudah melaksanakan pengelolaan secara wajar .

f. Pengelolaan BUMDes Wirakarya dari sisi prinsip kesetaraan kurang baik karena keterbatasan pemahaman pengurus terhadap teknis operasional usaha pada berbagai bidang usahaa yang dikelola BUMDes sehingga pengurus cendrung lebih menguasai pengelolaan usaha perdagangan hasil pertanian, sehingga belum optimal padaa bidang usaha yang lain.


(4)

112

B. Saran

Beberapa saran yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Pengurus BUMDes Wirakarya diharapkan lebih menguasai segala bidang

usaha yang ada tidak hanya dibidang pertanian dan perdagan saja sehinga semakin banyak warga masyarakat yang menjadi angota dan semakin menguatkan eksistensi BUMDes sebagai perkonomian desa.

2. Pengurus BUMDes Wirakarya disarankan secara optimal menerapkan prinsip-prinsip pengelolaan kegiatan BUMDes sehingga masyarakat desa akan benar-benar merasakan manfaat BUMDes sehingga badan usaha berorientsi pada pemberdayaan masyarakat.

C. Kelemahan Penelitian

Kelemahan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Kurangnya informasi yang didapat dari informan.

2. Kurangnya pengetahuan imforman terhadap kegiatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Wirakarya.

3. Kurangnya data yang didapat karena terhitung baru kegiatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Wirakarya.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Alma, Buchari, 2001. Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa. Alfabeta, Bandung

Bintoro, Nugroho Eko. 2006. Pengantar Manajemen Modern. Rajawali Press. Jakarta

Fattah, Nanang. 2005. Landasan Manajemen. Rosda Karya Bandung.

Handayaningrat, Soewarno. 2004. Pengantar Studi ilmu Administrasi dan Manajemen, Gunung Agung, Jakarta

Handoko, 2003. Manajemen. BPFE Yogyakarta

Mardiasmo, 2003. Manajemen Pengelolaan Keuangan Daerah FE UGM. Yogyakarta

Moeleong Lexy J, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosda Karya, Bandung,

Syafii, Ahmad. Dkk. Dasar-Dasar Manajemen, Rineka Cipta, Jakarta

Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang Badan Usaha Milik Desa

Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 Tentang Desa

Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Utara Nomor 04 Tahun 2008 Tentang Badan Usaha Milik Desa


(6)

Sumber Lain

Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan. 2007. Buku Panduan Pendirian dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa. Departemen Pendidikan Nasional. Fakultas Ekonomi. Universitas Brawijaya.

Surat Keputusan Kepala Desa Trimodadi Nomor 3 Tahun 2012 Tentang

Pengangkatan Pengurus Badan Usaha Milik Desa Trimodadi Kecamatan Abung Selatan Kabupaten Lampung Utara