MAKALAH PENGANTAR EKONOMI MAKRO.docx

(1)

MAKALAH PENGANTAR EKONOMI MAKRO

TENTANG

HUTANG LUAR NEGERI

Disusun oleh:

Muhammad Azmi 01011481417013

Fakultas: Ekonomi

Jurusan: Manajemen

Program Studi: S1 asal D3

UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN AJARAN 2015/2016


(2)

DAFTAR ISI

COVER... 1

DAFTAR ISI... 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang... 3

1. 2 Rumusan Masalah... 3

1. 3 Tujuan dan Manfaat... 3

BAB 2 PEMBAHASAN 2. 1 Bentuk-Bentuk Pinjaman Luar Negeri... 4

2. 2 Masalah-masalah yang disebabkan oleh Pinjaman Hutang Luar Negeri... 5

2. 3 Negara yang Memberikan Pinjaman Hutang Luar Negeri... 6

2. 4 Solusi yang dapat diambil dari Hutang Luar Negeri... 7

BAB 3 KESIMPULAN... 10


(3)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Hutang luar negeri atau pinjaman luar negeri adalah sebagian dari total hutang suatu negara yang diperoleh dari para kreditor di luar negara tersebut. Dalam jangka pendek, hutang luar negeri sangat membantu pemerintah Indonesia dalam upaya menutup defisit anggaran pendapatan dan belanja negara, akibat pembiayaan pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan yang cukup besar. Namun, pada jangka panjang hutang luar negeri dapat menyulitkan suatu negara apabila tidak cermat dalam membuat perjanjian dan tidak dapat membayarnya.

1. 2 Rumusan Masalah

1. Apa saja bentuk pinjaman luar negeri?

2. Apa saja masalah yang disebabkan hutang luar negeri? 3. Siapa saja yang memberikan hutang kepada Indonesia? 4. Apa saja solusi dari hutang luar negeri yang dapat diambil?

1. 3 Tujuan dan Manfaat

1. Mengetahui bentuk-bentuk pinjaman luar negeri

2. Mengetahui masalah-masalah yang disebabkan oleh hutang luar negeri

3. Mengetahui daftar negara yang memberikan pinjaman hutang kepada Indonesia 4. Mengetahui solusi yang dapat diambil dari peminjaman hutang luar negeri


(4)

BAB 2 PEMBAHASAN

2. 1 Bentuk-Bentuk Pinjaman Luar Negeri

Bentuk pinjaman luar negeri dapat dilihat dari dua aspek, antara lain: 1. Sumber Dana

Bila dilihat dari sumber dananya, pinjaman luar negeri dapat dibedakan menjadi: a. Pinjaman Multilateral

Yaitu pinjaman yang berasaal daribadan-badan internasional, misalnya World Bank, Asian Development Bank (ADB), Islamic Development Bank (IDB). b. Pinjaman Bilateral

Yaitu pinjaman yang berasal dari negara-negara baik yang tergabung dalam CGI maupun antar negara secara langsung (intergovernment).

c. Pinjaman Sindikasi

Yaitu pinjaman yang diperoleh dari beberapa bank dan lembaga keuangan bukan bank (LKBB) internasional. Pemberian pinjaman tersebut dikoordinir oleh satu bank/LKBB yang bertindak sebagai sindication leader. Pinjaman ini biasanya dalam jumlah besar dan bersifat komersial (commercial loan), misalnya dengan tingkat suku bunga yang mengambang (floating rate). Syarat-syarat pinjaman yang dituangkan dalam loan agreement merupakan konsensus dan kesepakatan diantara para pemberi pinjaman.

2. Segi Pertimbangan

Beberapa pertimbangan bagi pemerintah dalam menerima pinjaman komersial, yaitu:


(5)

a. Mendukung penganekaregaman (diversifikasi) pinjaman atau memperluas sumber pinjaman yaitu memperoleh pinjaman dari perbankan dan lembaga keuangan bukan bank.

b. Jumlah pinjaman relatif lebih besar dan tatacara penarikannya lebih mudah. c. Penggunaan dana tidak terikat pada satu proyek tertentu namun lebih flesibel,

baik untuk diinvestasikan kembali, untuk membiayai proyek atau untuk memperkuat cadangan devisa.

2. 2 Masalah-Masalah yang disebabkan oleh Hutang Luar Negeri

Beberapa masalah yang timbul akibat terjadinya hutang luar negeri, antara lain: 1. Banyak modal yang dibutuhkan untuk membangun sarana dan prasarana

Pemerintah merupakan penggerak utama perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang, oleh karena itu pemerintah membutuhkan banyak modal untuk membangun berbagai prasarana dan sarana, namun kemampuan finansial atau keuangan yang dimiliki pemerintah masih terbatas atau kurang, disinilah munculnya hutang kepada luar negeri.

2. Pemerintah Indonesia harus menambah hutang luar negeri yang baru untuk membayar hutang luar negeri yang lama yang telah jatuh tempo.

3. Datangnya modal dari luar negeri

Modal dari luar negeri dapat digunakan untuk mendukung program pembangunan nasional pemerintah, sehingga target pertumbuhan ekonomi nasional. Tetapi pada sisi lain, diterimanya modal asing tersebut dapat menimbulkan berbagai masalah dalam jangka panjang, baik ekonomi maupun politik, bahkan pada beberapa negara-negara yang sedang berkembang menjadi beban yang seolah-olah tak


(6)

terlepaskan, yang justru menyebabkan berkurangnya tingkat kesejahteraan rakyatnya.

2. 3 Negara yang Memberikan Pinjaman Hutang Luar Negeri

Bank Indonesia (BI) total utang Indonesia pada April sebesar USD276,588 miliar atau sekira Rp3.288,63 triliun jika mengacu kurs tengah BI sebesar Rp11.890 per USD. Utang luar negeri tersebut, meningkat USD96 juta atau sekira Rp1,141 triliun.

Melansir data yang diterbitkan BI, Selasa (17/6/2014), utang luar negeri tersebut berasal dari pinjaman ke negara sebesar USD198,333 miliar, pinjaman ke lembaga sebesar USD26,407 miliar dan pinjaman lainnya sebesar USD51,848 miliar.

Dari pinjaman negara sebesar USD198,333 miliar atau sebesar Rp2.358,17 triliun, paling pajak dikucurkan oleh Singapura sebesar USD52,315 miliar, sementara Amerika Serikat (AS) sebesar USD40,417 miliar, dan posisi ketiga adalah Jepang USD34,663 miliar.

Selanjutnya adalah Belanda sebesar USD12,306 miliar, China sebesar USD6,696 miliar, Korea Selatan sebesar USD5,675 miliar, Inggris sebesar USD5,019 miliar, Hong Kong sebesar USD4,924 miliar, Jerman sebesar USD3,403 miliar dan Perancis sebesar USD3,198 miliar.

Ada juga pinjaman yang berasal dari Swiss sebesar USD1,402 miliar, dari Australia sebesar USD1,397 miliar, Belgia sebesar USD1,011 miliar, Austria sebesar USD994 juta, Spanyol sebesar USD421. Selain itu, juga ada dari Afrika sebesar USD742 juta dan Oceania USD157 juta.

Pinjaman lainnya yakni dari negara benua Amerika lainnya sebesar USD3,877 miliar, negara benua Eropa lainnya sebesar USD4,852 miliar, dan negara benua Asia


(7)

lainnya sebesar USD6,921 miliar dan sindikasi negara-negara sebesar USD7,941 miliar.

2. 4 Solusi yang dapat diambil dari Hutang Luar Negeri 1. Debt swap

Solusi yang paling sederhana mengatasi utang luar negeri adalah dengan mengoptimalkan restrukturisasi utang, khususnya melalui skema debt swap, di mana sebagian utang luar negeri tersebut dikonversi dalam bentuk progran yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat, pemeliharaan lingkungan, dan sebagainya.

Program debt swap seperti ini sudah dijalankan dengan pemerintah Jerman, sebesar DM50 juta (Rp250 miliar) dari total utang sebesar DM178 juta, yang dikonversi dalam bentuk proyek pendidikan.

2. Diplomasi ekonomi

Menurut Rachbini. 1994, masalah utang LN tidak bisa lagi diselesaikan dengan terapi fiskal dan teknis ekonomi belaka. Potensi internal ekonomi kita tidak cukup kuat untuk melayani utang luar negeri yang salah dalam pengelolaannya. Kita tidak bisa secara terus-menerus menjadi "good boy" dengan melayani seluruh cicilan tersebut karena sumber ekonomi dalam negeri akan terus terkuras dan mengganggu kestabilan ekonomi serta politik.

Suatu pendekatan diplomasi ekonomi politik harus terus menerus dijadikan program aksi (action program) untuk menghadapi lembaga dan negara donor. Diplomasi ekonomi juga penting dilembagakan dengan sasaran untuk memperoleh keringanan dan penghapusan sebagian hutang sehingga proses pengurasan sumber daya dapat dihambat.


(8)

3. Keberanian untuk menggugat dan tidak membayar sesuai jadwal

Cara ini merupakan cara yang lebih berani seperti yang ditawarkan oleh mantan kepala BAPPENAS Kwik Kian Gie, dalam hal utang luar negeri, harus ada keberanian untuk menggugat dan tidak membayar sesuai jadwal karena pada kenyataanya Indonesia tidak dapat membayar kembali utang dan bunga yang jatuh tempo. Hutang tersebut hanya bisa dibayar dengan cara melikuidasi kekayaan negara. Dalam hal utang dalam negeri, supaya menarik kembali OR yang masih dalam penguasaan pemerintah melalui bank-bank yang masih milik pemerintah. 4. Menjaga kinerja makro ekonomi dalam posisi yang stabil dan menstop hutang

baru

Untuk tawaran terakhir ini, paling tidak terdapat tiga asumsi dasar yang harus dipenuhi agar kita dapat keluar dari debt trap, antara lain:

i. Asumsi dasar pertama adalah laju pertumbuhan ekonomi harus dijaga pada level antara minimum 3% setahun dan maksimum 7% setahun. Angka terakhir pernah tercapai di masa Orde Baru, tetapi didasari oleh penjagaan keamanan yang keras dan otoriter dan arus modal masuk yang puluhan milyar setahun.

ii. Asumsi dasar kedua adalah menjaga tingkat inflasi tetap rendah-rendah (di bawah 10% setahun, idealnya 6%), medium (sekitar 10% setahun) dan tinggi (di atas 10% setahun). Semakin rendah inflasi semakin baik oleh karena pengeluaran untuk membayar bunga utang rekap perbankan dalam negeri akan turun banyak, dan inflasi rendah akan merangsang pertumbuhan ekonomi dan masuknya modal dari luar.

iii. Asumsi ketiga adalah dalam beberapa tahun kedepan diharapkan tidak ada lagi penambahan stock hutang yang ada. Ini berarti bahwa di dalam negeri


(9)

tidak akan ada krisis perbankan lagi yang mengharuskan pemerintah mengeluarkan obligasi baru untuk menyelamatkan sistim perbankan. Asumsi ini juga berarti tidak ada tambahan utang luar negeri.

Maka, kalau laju pertumbuhan ekonomi mulai tahun ini bisa mencapai 7% setahun dan inflasi hanya 6% setahun, dan pemerintah tidak perlu menambah stock utang lagi, maka (pasti) beban angsuran utang turun dan sebagai akibatnya kita tidak perlu lagi membebani generasi mendatang dengan cicilan hutang.

Kedepan, untuk mengantisipasi jeratan utang yang sangat membebani bangsa dan negara ini, maka pemerintah harus mempunyai kemauan politik dan itikad baik untuk mengakhiri semua hasrat berhutangnya, dan menolak secara tegas pengaruh dan tekanan dari pihak negara mana pun yang berkepentingan menjerat negara ini dengan utang yang sebesar mungkin.


(10)

BAB III KESIMPULAN

Hutang luar negeri dapat memberikan berbagai dampak positif dan negatif bagi suatu negara yang membutuhkannya, antara lain:

a. Dampak positif

Membantu pembangunan negara Indonesia, dengan menggunakan tambahan dana dari negara lain. Laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Dampak Negatif

Dalam jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan berbagai macam persoalan ekonomi negara Indonesia, salah satunya dapat menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh (Inflasi). Utang luar negeri dapat memberatkan posisi APBN RI, karena utang luar negeri tersebut harus dibayarkan beserta dengan bunganya. Negara akan dicap sebagai negara miskin dan tukang utang, karena tidak mampu untuk mengatasi perekonomian negara sendiri, (hingga membutuhkan campur tangan dari pihak lain).


(11)

DAFTAR PUSTAKA

Bayu Ramdan. Makalah Utang Luar Negeri. http://makalahutang.blogspot.com. Diakses tanggal 22 Januari 2015

Fenni Octaviani. Makalah Hutang Luar Negeri.

http://fenni-octafiyani.blogspot.com/2014/06/makalah-hutang-luar-negeri_2.html. Diakses tanggal 22 Januari 2015

Martin Bagya Kertiyasa. Daftar Negara Pemberi Utang ke Indonesia.

http://economy.okezone.com/read/2014/06/17/20/1000302/daftar-negara-pemberi-utang-ke- indonesia. Diakses tanggal 22 Januari 2015


(1)

terlepaskan, yang justru menyebabkan berkurangnya tingkat kesejahteraan rakyatnya.

2. 3 Negara yang Memberikan Pinjaman Hutang Luar Negeri

Bank Indonesia (BI) total utang Indonesia pada April sebesar USD276,588 miliar atau sekira Rp3.288,63 triliun jika mengacu kurs tengah BI sebesar Rp11.890 per USD. Utang luar negeri tersebut, meningkat USD96 juta atau sekira Rp1,141 triliun.

Melansir data yang diterbitkan BI, Selasa (17/6/2014), utang luar negeri tersebut berasal dari pinjaman ke negara sebesar USD198,333 miliar, pinjaman ke lembaga sebesar USD26,407 miliar dan pinjaman lainnya sebesar USD51,848 miliar.

Dari pinjaman negara sebesar USD198,333 miliar atau sebesar Rp2.358,17 triliun, paling pajak dikucurkan oleh Singapura sebesar USD52,315 miliar, sementara Amerika Serikat (AS) sebesar USD40,417 miliar, dan posisi ketiga adalah Jepang USD34,663 miliar.

Selanjutnya adalah Belanda sebesar USD12,306 miliar, China sebesar USD6,696 miliar, Korea Selatan sebesar USD5,675 miliar, Inggris sebesar USD5,019 miliar, Hong Kong sebesar USD4,924 miliar, Jerman sebesar USD3,403 miliar dan Perancis sebesar USD3,198 miliar.

Ada juga pinjaman yang berasal dari Swiss sebesar USD1,402 miliar, dari Australia sebesar USD1,397 miliar, Belgia sebesar USD1,011 miliar, Austria sebesar USD994 juta, Spanyol sebesar USD421. Selain itu, juga ada dari Afrika sebesar USD742 juta dan Oceania USD157 juta.

Pinjaman lainnya yakni dari negara benua Amerika lainnya sebesar USD3,877 miliar, negara benua Eropa lainnya sebesar USD4,852 miliar, dan negara benua Asia


(2)

lainnya sebesar USD6,921 miliar dan sindikasi negara-negara sebesar USD7,941 miliar.

2. 4 Solusi yang dapat diambil dari Hutang Luar Negeri 1. Debt swap

Solusi yang paling sederhana mengatasi utang luar negeri adalah dengan mengoptimalkan restrukturisasi utang, khususnya melalui skema debt swap, di mana sebagian utang luar negeri tersebut dikonversi dalam bentuk progran yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat, pemeliharaan lingkungan, dan sebagainya.

Program debt swap seperti ini sudah dijalankan dengan pemerintah Jerman, sebesar DM50 juta (Rp250 miliar) dari total utang sebesar DM178 juta, yang dikonversi dalam bentuk proyek pendidikan.

2. Diplomasi ekonomi

Menurut Rachbini. 1994, masalah utang LN tidak bisa lagi diselesaikan dengan terapi fiskal dan teknis ekonomi belaka. Potensi internal ekonomi kita tidak cukup kuat untuk melayani utang luar negeri yang salah dalam pengelolaannya. Kita tidak bisa secara terus-menerus menjadi "good boy" dengan melayani seluruh cicilan tersebut karena sumber ekonomi dalam negeri akan terus terkuras dan mengganggu kestabilan ekonomi serta politik.

Suatu pendekatan diplomasi ekonomi politik harus terus menerus dijadikan program aksi (action program) untuk menghadapi lembaga dan negara donor. Diplomasi ekonomi juga penting dilembagakan dengan sasaran untuk memperoleh keringanan dan penghapusan sebagian hutang sehingga proses pengurasan sumber daya dapat dihambat.


(3)

3. Keberanian untuk menggugat dan tidak membayar sesuai jadwal

Cara ini merupakan cara yang lebih berani seperti yang ditawarkan oleh mantan kepala BAPPENAS Kwik Kian Gie, dalam hal utang luar negeri, harus ada keberanian untuk menggugat dan tidak membayar sesuai jadwal karena pada kenyataanya Indonesia tidak dapat membayar kembali utang dan bunga yang jatuh tempo. Hutang tersebut hanya bisa dibayar dengan cara melikuidasi kekayaan negara. Dalam hal utang dalam negeri, supaya menarik kembali OR yang masih dalam penguasaan pemerintah melalui bank-bank yang masih milik pemerintah. 4. Menjaga kinerja makro ekonomi dalam posisi yang stabil dan menstop hutang

baru

Untuk tawaran terakhir ini, paling tidak terdapat tiga asumsi dasar yang harus dipenuhi agar kita dapat keluar dari debt trap, antara lain:

i. Asumsi dasar pertama adalah laju pertumbuhan ekonomi harus dijaga pada level antara minimum 3% setahun dan maksimum 7% setahun. Angka terakhir pernah tercapai di masa Orde Baru, tetapi didasari oleh penjagaan keamanan yang keras dan otoriter dan arus modal masuk yang puluhan milyar setahun.

ii. Asumsi dasar kedua adalah menjaga tingkat inflasi tetap rendah-rendah (di bawah 10% setahun, idealnya 6%), medium (sekitar 10% setahun) dan tinggi (di atas 10% setahun). Semakin rendah inflasi semakin baik oleh karena pengeluaran untuk membayar bunga utang rekap perbankan dalam negeri akan turun banyak, dan inflasi rendah akan merangsang pertumbuhan ekonomi dan masuknya modal dari luar.

iii. Asumsi ketiga adalah dalam beberapa tahun kedepan diharapkan tidak ada lagi penambahan stock hutang yang ada. Ini berarti bahwa di dalam negeri


(4)

tidak akan ada krisis perbankan lagi yang mengharuskan pemerintah mengeluarkan obligasi baru untuk menyelamatkan sistim perbankan. Asumsi ini juga berarti tidak ada tambahan utang luar negeri.

Maka, kalau laju pertumbuhan ekonomi mulai tahun ini bisa mencapai 7% setahun dan inflasi hanya 6% setahun, dan pemerintah tidak perlu menambah stock utang lagi, maka (pasti) beban angsuran utang turun dan sebagai akibatnya kita tidak perlu lagi membebani generasi mendatang dengan cicilan hutang.

Kedepan, untuk mengantisipasi jeratan utang yang sangat membebani bangsa dan negara ini, maka pemerintah harus mempunyai kemauan politik dan itikad baik untuk mengakhiri semua hasrat berhutangnya, dan menolak secara tegas pengaruh dan tekanan dari pihak negara mana pun yang berkepentingan menjerat negara ini dengan utang yang sebesar mungkin.


(5)

BAB III KESIMPULAN

Hutang luar negeri dapat memberikan berbagai dampak positif dan negatif bagi suatu negara yang membutuhkannya, antara lain:

a. Dampak positif

Membantu pembangunan negara Indonesia, dengan menggunakan tambahan dana dari negara lain. Laju pertumbuhan ekonomi dapat dipacu sesuai dengan target yang telah ditetapkan sebelumnya.

b. Dampak Negatif

Dalam jangka panjang utang luar negeri dapat menimbulkan berbagai macam persoalan ekonomi negara Indonesia, salah satunya dapat menyebabkan nilai tukar rupiah jatuh (Inflasi). Utang luar negeri dapat memberatkan posisi APBN RI, karena utang luar negeri tersebut harus dibayarkan beserta dengan bunganya. Negara akan dicap sebagai negara miskin dan tukang utang, karena tidak mampu untuk mengatasi perekonomian negara sendiri, (hingga membutuhkan campur tangan dari pihak lain).


(6)

DAFTAR PUSTAKA

Bayu Ramdan. Makalah Utang Luar Negeri. http://makalahutang.blogspot.com. Diakses tanggal 22 Januari 2015

Fenni Octaviani. Makalah Hutang Luar Negeri.

http://fenni-octafiyani.blogspot.com/2014/06/makalah-hutang-luar-negeri_2.html. Diakses tanggal 22 Januari 2015

Martin Bagya Kertiyasa. Daftar Negara Pemberi Utang ke Indonesia.

http://economy.okezone.com/read/2014/06/17/20/1000302/daftar-negara-pemberi-utang-ke- indonesia. Diakses tanggal 22 Januari 2015