EFIKASI HERBISIDA ATRAZIN TERHADAP GULMA UMUM PADA BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)

ABSTRAK
EFIKASI HERBISIDA ATRAZIN TERHADAP GULMA UMUM PADA
BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.)
Oleh
Mustajab

Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak
dibudidayakan di dunia, termasuk juga di Indonesia. Tanaman jagung selain
digunakan sebagai bahan pangan sebagian masyarakat Indonesia, juga digunakan
sebagai bahan baku untuk makanan ternak. Tanaman jagung relatif mudah
dibudidayakan dan tidak terlalu banyak membutuhkan persyaratan khusus.
Meskipun demikian hingga saat ini produksi jagung di Indonesia belum dapat
memenuhi kebutuhan jagung nasional karena rendahnya produktivitas lahan.
Salah satu hal yang menyebabkan rendahnya produksi jagung adalah karena
masalah gulma. Tanaman jagung harus bersaing dengan gulma dalam hal
perebutan sarana tumbuh, terutama pada fase kritis tanaman. Akibat
permasalahan gulma ini tanaman tidak dapat mencapai potensi produksi yang
dimiliki. Oleh karena itu, pengendalian gulma merupakan salah satu cara untuk
membantu agar tanaman jagung dapat mencapai potensi produksinya.Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui efikasi herbisida atrazin dalam mengendalikan
gulma umum pada budidaya tanaman jagung (Zea mays L.) dan untuk mengetahui

bagaimanakah fitotoksisitas herbisida atrazin pada tanaman jagung.

i

Penelitian dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Kebun
Percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dengan jenis
tanah ultisol dan di Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas Lampung
dari bulan Juni hingga September 2013. Penelitian ini disusun dalam Rancangan
Acak Kelompok (RAK) dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan. Rancangan perlakuan
terdiri dari herbisida atrazin 1.2, 1.6, 2.0, dan 2.4 kg/ha, serta penyiangan
mekanis, dan kontrol. Homogenitas ragam diuji dengan uji Bartlet dan aditivitas
diuji dengan uji Tukey, selanjutnya data dianalisis dengan sidik ragam dan perbedaan
nilai tengah diuji dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5 %. Hasil
penelitian menunjukan bahwa : (1). Herbisida atrazin dosis 1,2 – 2,4 kg/ha mampu
mengendalikan pertumbuhan gulma total hingga 6 minggu setelah aplikasi (MSA),
(2). Herbisida atrazin dosis 1,2 – 2,4 kg/ha mampu mengendalikan gulma golongan
daun lebar dan rumput hingga 6 MSA, (3). Herbisida atrazin dosis 1,2 – 2,4 kg/ha
tidak meracuni tanaman jagung (Zea mays L.).
Kata Kunci : gulma,efikasi, atrazin, jagung.


ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Way Kekah Kecamatan Terbanggi Besar, Lampung
Tengah pada 28 April 1991. Dan merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara
pasangan Bapak Hartono dan Ibu Indahsah. Penulis menyelesaikan pendidikan
dasar di Sekolah Dasar Negeri 06 Terbanggi Besar, Lampung Tengah pada tahun
2004. Kemudian melanjutkan ke jenjang sekolah menengah di SMP Negeri 01
Terbanggi Besar, Lampung Tengah dan lulus pada tahun 2007. Pendidikan
menengah atas ditempuh di SMA Negeri 01 Terbanggi Besar, Lampung Tengah
dan lulus pada tahun 2010.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa reguler Jurusan Agroteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2010 melalui jalur Penelusuran
Kemampuan Akademik dan Bakat atau lebih dikenal dengan PKAB. Selama
menjadi mahasiswa penulis aktif dalam kegiatan akademik dan organisasi.
Penulis pernah terdaftar sebagai anggota muda di Perhimpunan Mahasiswa
Agroteknologi (PERMA AGT) dan Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian (LS
MATA). Selain itu penulis juga aktif menjadi asisten dosen untuk beberapa mata
kuliah, terutama mata kuliah yang berhubungan dengan Ilmu Gulma. Mata kuliah

tersebut diantaranya Dasar-dasar Perlindungan Tanaman, Ilmu dan Teknik
Pengendalian Gulma, serta Pengelolaan Gulma Perkebunan.

viii

Pada Bulan Juli 2013, penulis melaksanakan kegiatan Praktik Umum di PT.
Nusantara Tropical Farm (NTF), LampungTimur. Kemudian pada bulan Februari
– Maret 2014, penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
Tematik Universitas Lampung di Kecamatan Pagelaran Utara, Pringsewu.

ix

Bismillahhirrohmanirrohim,,
Dengan penuh rasa syukur dan bangga ku persembahkan karya
kecilku ini kepada :
Bapak dan Mamak tersayang,
Kakak dan keponakan,
Serta seluruh Keluarga besarku

Sebagai tanda bakti dan terima kasihku atas doa yang selalu terucap

untuk kesuksesanku dan semua pengorbanan yang telah diberikan
kepadaku selama ini

Dan untuk almamaterku tercinta.

Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu maka dia berada di
jalan Allah sampai dia kembali (HR. Tirmidzi)

Carilah ilmu Sampai ke Negeri Cina
(HR. Ibnu 'Adi dan Baihalqi)

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
hidayah serta nikmat sehat yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan
proses penelitian dan penulisan skripsi ini dengan lancar tanpa terhalang suatu
apapun. Pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih
kepada :
1.


Bapak Ir. Dad R.J. Sembodo, M. S., selaku pembimbing utama yang telah
memberikan kesempatan dan dengan sabarnya memberikan dorongan,
pengarahan, bimbingan selama proses penelitian dan penulisan skripsi ini.

2.

Ibu Ir. Herawati Hamim, M. S., selaku pembimbing kedua yang telah
memberikan arahan, pengetahuan, bimbingan, kesabaran, dan saran selama
menyelesaikan skripsi ini.

3.

Bapak Ir. Herry Susanto, M. P., selaku pembahas atas saran, nasehat,
bimbingan, serta kritik yang membangun dalam penulisan skripsi ini.

4.

Bapak Prof. Dr. Ir.Wan Abbas Zakaria, M. S., selaku Dekan Fakultas
Pertanian Universitas Lampung.


5.

Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M. P., selaku Ketua Jurusan
Agroteknologi.Bapak Ir. Sugiatno, M. S., selaku dosen pembimbing
akademik atas segala bimbingan kepada penulis selama melaksanakan
kegiatan perkuliahan

xii

6.

Kedua orangtua tercinta yang telah memberikan dukungan baik moril dan
materil serta do’a yang selalu terucap demi kelancaran dan keberhasilan
penulis dalam proses perkuliahan.

7.

Kakak-kakakku yang memberikan dukungan semangat, moril, dan materil
bagi penulis selama ini.


8.

Kak Nico, Mbak Anggi, Mbak Eka, dan Mbak Rara serta kak Nando dan kak
Darso atas bimbingan nya.

9.

Risa Nurfaizah atas kehadirannya yang sudah membantu dan dengan rajinnya
mengingatkan sampai tercetaknya skripsi ini.

10. Teman-teman seperjuangan : Mbak Lia, Nana, Anissa, terima kasih atas telah
bersedia membantu penulis selama di laboratorium ilmu gulma tercinta.
11. Teman-teman agroteknologi kelas A dan agroteknologi 2010 yang telah
mengisi hari-hari selama penulis berada di kampus.
12. Para tenaga kebun : Mas Khoiri, Mas Yono, Mas Gono, Mas Wat, Mas Kirno,
Dayat, Mas Dulloh..
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, oleh karena itu
penulis akan menerima saran dan kritik yang bersifat membangun agar skripsi ini
dapat menjadi lebih baik dan dapat lebih bermanfaat bagi semua pihak.


Bandar Lampung,Oktober 2014
Penulis,

Mustajab

xiii

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL …………………………………………………………

xviii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………

xxii

PENDAHULUAN ……………………………………………………

1


1.1

Latar Belakang dan Rumusan Masalah .......................................

1

1.3

Tujuan Penelitian .........................................................................

3

1.4

Landasan Teori ............................................................................

3

1.5


Kerangka Pemikiran ....................................................................

6

1.6

Hipotesis ......................................................................................

7

TINJAUAN PUSTAKA ……………………………………………..

8

2.1

Tanaman Jagung ..........................................................................

8


2.1.1 Morfologi Tanaman Jagung ............................................

9

I.

II.

2.1.1.1

Akar .................................................................

9

2.1.1.2

Batang .............................................................

9

2.1.1.3

Daun ................................................................

10

2.1.1.4

Bunga ..............................................................

10

2.1.1.5

Buah ................................................................

10

2.1.3 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung ....................................

11

2.1.2.1

Iklim ................................................................

11

2.1.2.2

Ketinggian Tempat ..........................................

11

xiv

2.2

Pengendalian Gulma Pada Budidaya Tanaman Jagung ...............

12

2.2.1 Gulma ...............................................................................

12

2.2.2 Pengendalian Gulma Secara Kimia ................................

13

2.2.3 Herbisida Atrazin .............................................................

14

III. METODOLOGI PENELITIAN ……………………………………

17

3.1

Tempat dan Waktu Penelitian ......................................................

17

3.2

Bahan dan Alat .............................................................................

17

3.3

Metode Penelitian ........................................................................

17

3.4

Pelaksanaan Penelitian .................................................................

18

3.4.1 Penentuan Petak Perlakuan .............................................

18

3.4.2 Penanaman ......................................................................

19

3.4.3 Aplikasi Herbisida ...........................................................

19

3.4.4 Pengambilan Sampel Gulma ...........................................

20

Pengamatan ..................................................................................

21

3.5.1 Pengamatan Tanaman .....................................................

21

3.5.2 Pengamatan Gulma .........................................................

22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………...

25

3.5

4.1

Bobot Kering Gulma Total ..........................................................

25

4.2

Bobot Kering Gulma Pergolongan ..............................................

27

4.2.1 Bobot Kering Gulma Golongan Daun Lebar ..................

27

4.2.2 Bobot Kering Gulma Golongan Rumput .........................

29

Bobot Kering Gulma Dominan ....................................................

31

4.3.1 Bobot Kering Gulma Calopogonium mucunoides ...........

31

4.3.2 Bobot kering gulma Ipomoea triloba ...............................

34

4.3.3 Bobot Kering Gulma Borreria alata ...............................

36

4.3.4 Bobot Kering Gulma Richardia brasiliensis ...................

38

4.3.5 Bobot Kering Gulma Brachiaria mutica .........................

40

Jenis dan Tingkat Dominansi Gulma ...........................................

42

4.3

4.4

xv

Pertumbuhan dan Produki Tanaman Jagung (Zea mays L.) .......

44

4.5.1 Persentase Perkecambahan Tanaman Jagung (Zea
mays L.) ...........................................................................

44

4.5.2 Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.) ..........................

45

4.5.3 Bobot Pipilan Kering Jagung (Zea mays L.) pada
Kadar Air 14% ................................................................

46

4.5.4 Fitotoksisitas Herbisida ..................................................

49

KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………...

50

5.1

Kesimpulan .................................................................................

50

5.2

Saran ............................................................................................

50

PUSTAKA ACUAN …........................................................................

51

LAMPIRAN ........................................................................................

54

4.5

V.

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel
1.

Perlakuan Herbisida Atrazin. ........................................................

18

2.

Bobot kering gulma total akibat perlakuan herbisida atrazin. .......

25

3.

Bobot kering gulma daun lebar akibat perlakuan herbisida
atrazin. ……...…………………………………………….….......

28

Bobot kering gulma rumput akibat perlakuan herbisida
atrazin. …...………………………………………………............

30

Bobot kering gulma Calopogonium mucunoides akibat perlakuan
herbisida atrazin. ...........................................................................

32

Bobot kering gulma Ipomoea triloba akibat perlakuan herbisida
atrazin. …………………………………………………………...

34

Bobot kering gulma Borreria alata akibat perlakuan herbisida
atrazin. …………………………………………………………...

37

Bobot kering gulma Richardia brasiliensis akibat perlakuan
herbisida atrazin. ...........................................................................

39

Bobot kering gulma Brachiaria mutica akibat perlakuan herbisida
atrazin. ...........................................................................................

41

10.

Jenis dan Tingkat Dominansi Gulma pada 3 MSA. .....................

43

11.

Jenis dan Tingkat Dominansi Gulma pada 6 MSA. .....................

44

12. Persentase Perkecambahan Jagung (Zea Mays L.) Akibat
Perlakuan Herbisida Atrazin. …...……………………………….

45

Tinggi Tanaman Jagung (Zea mays L.) akibat perlakuan
herbisida atrazin. ...........................................................................

46

4.

5.

6.

7.

8.

9.

13.

xvii

14.

Bobot Pipilan Jagung Kering pada Kadar Air 14%. ....................

47

15. Bobot kering gulma total pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida
atrazin. ...........................................................................................

55

16. Transformasi √√√(x+0,5) bobot kering gulma total pada 3 MSA
akibat perlakuan herbisida atrazin. ................................................

55

17. Analisis ragam bobot kering gulma total pada 3 MSA akibat
perlakuan herbisida atrazin. ..........................................................

55

18. Bobot kering gulma total pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida
atrazin. ..........................................................................................

56

19. Transformasi √(x+0,5) bobot kering gulma total pada 6 MSA
akibat perlakuan herbisida atrazin. ...............................................

56

20. Analisis ragam bobot kering gulma total pada 6 MSA akibat
perlakuan herbisida atrazin. ….....................................................

56

21. Bobot kering gulma golongan daun lebar pada 3 MSA akibat
perlakuan herbisida atrazin. .........................................................

57

22. Transformasi √√√(x+0,5) bobot kering gulma golongan daun
lebar pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. ................

57

23. Analisis ragam bobot kering gulma daun lebar pada 3 MSA akibat
perlakuan herbisida atrazin. ...………………………..................

57

24. Bobot kering gulma golongan daun lebar pada 6 MSA akibat
perlakuan herbisida atrazin. .........................................................

58

25. Transformasi √√(x+0,5) bobot kering gulma golongan daun lebar
pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. ….....................

58

26. Analisis ragam bobot kering gulma golongan daun lebar pada 6
MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. ..…………………..…..

58

27. Bobot kering gulma golongan rumput pada 3 MSA akibat
perlakuan herbisida atrazin. ………..............................................

59

28. Transformasi √√√(x+0,5) bobot kering gulma golongan rumput
pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. ..........................

59

29. Analisis ragam bobot kering gulma golongan rumput pada 3 MSA
akibat perlakuan herbisida atrazin. ………………………….......

59

xviii

30. Bobot kering gulma golongan rumput pada 6 MSA akibat
perlakuan herbisida atrazin. ..........................................................

60

31. Transformasi √√√(x+0,5) bobot kering gulma golongan rumput
pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. .........................

60

32. Analisis ragam bobot kering gulma golongan rumput pada 6 MSA
akibat perlakuan herbisida atrazin. ……………………...............

60

33. Bobot kering gulma Calopogonium mucunoides pada 3 MSA
akibat perlakuan herbisida atrazin. ...............................................

61

34. Transformasi √√√(x+0,5) bobot kering gulma Calopogonium
mucunoides pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. …..

61

35. Analisis ragam bobot kering gulma Calopogonium mucunoides
pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. ..........................

61

36. Bobot kering gulma Calopogonium mucunoides pada 6 MSA
akibat perlakuan herbisida atrazin. ................................................

62

37. Transformasi √√√(x+0,5) bobot kering gulma Calopogonium
mucunoides pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. ......

62

38. Analisis ragam bobot kering gulma Calopogonium mucunoides
pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. ..........................

62

39. Bobot kering gulma Ipomeia triloba pada 3 MSA akibat
perlakuan herbisida atrazin. ..........................................................

63

40. Transformasi √√√(x+0,5) bobot kering gulma Ipomeia triloba
pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. ..........................

63

41. Analisis ragam bobot kering gulma Ipomeia triloba pada 3 MSA
akibat perlakuan herbisida atrazin. ..…………………………......

63

42. Bobot kering gulma Ipomeia triloba pada 6 MSA akibat
perlakuan herbisida atrazin. ……..................................................

64

43. Transformasi √√√(x+0,5) bobot kering gulma Ipomeia triloba
pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. ..........................

64

44. Analisis ragam bobot kering gulma Ipomeia triloba pada 6 MSA
akibat perlakuan herbisida atrazin. …............................................

64

45. Bobot kering gulma Borreria alata pada 3 MSA akibat perlakuan
herbisida atrazin. ..........................................................................

65
xix

46. Transformasi √√√(x+0,5) bobot kering gulma Borreria alata pada
3 MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. ...................................

65

47. Analisis ragam bobot kering gulma Borreria alata pada 3 MSA
akibat perlakuan herbisida atrazin. ................................................

65

48. Bobot kering gulma Borreria alata pada 6 MSA akibat perlakuan
herbisida atrazin. ...........................................................................

66

49. Transformasi √√√(x+0,5) bobot kering gulma Borreria alata pada
6 MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. ...................................

66

50. Analisis ragam bobot kering gulma Borreria alata pada 6 MSA
akibat perlakuan herbisida atrazin. …..……………………..........

66

51. Bobot kering gulma Richardia brasiliensis pada 3 MSA akibat
perlakuan herbisida atrazin. ..........................................................

67

52. Transformasi √√√(x+0,5) bobot kering gulma Richardia
brasiliensis pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. .......

67

53. Analisis ragam bobot kering gulma Richardia brasiliensis pada 3
MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. ……..…………………

67

54. Bobot kering gulma Richardia brasiliensis pada 6 MSA akibat
perlakuan herbisida atrazin. ….……………………………….....

68

55. Transformasi √√√(x+0,5) bobot kering gulma Richardia
brasiliensis pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. .......

68

56. Analisis ragam bobot kering gulma Richardia brasiliensis pada 6
MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. …………..…………...

68

57. Bobot kering gulma Brachiaria mutica pada 3 MSA akibat
perlakuan herbisida atrazin. …......................................................

69

58. Transformasi √√√(x+0,5) bobot kering gulma Brachiaria mutica
pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. ..........................

69

59. Analisis ragam bobot kering gulma Brachiaria mutica pada 3
MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. …..................................

69

60. Bobot kering gulma Brachiaria mutica pada 6 MSA akibat
perlakuan herbisida atrazin. ……..................................................

70

61. Transformasi √√√(x+0,5) bobot kering gulma Brachiaria mutica
pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. ..........................

70
xx

62. Analisis ragam bobot kering gulma Brachiaria mutica pada 6
MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. ….…………………….

70

63. Persen perkecambahan tanaman jagung pada 1 MSA akibat
perlakuan herbisida atrazin. ..........................................................

71

64. Analisis ragam persen perkecambahan tanaman jagung pada 1
MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. ….…………………….

71

65. Persen perkecambahan tanaman jagung pada 2 MSA akibat
perlakuan herbisida atrazin. …......................................................

71

66. Analisis ragam persen perkecambahan tanaman jagung pada 2
MSA akibat perlakuan herbisida atrazin. ......................................

72

67. Tinggi tanaman jagung pada 3 MSA akibat perlakuan herbisida
atrazin. ...........................................................................................

72

68. Transformasi √(x+0,5) tinggi tanaman jagung pada 3 MSA akibat
perlakuan herbisida atrazin. ..........................................................

72

69

Analisis ragam tinggi tanaman pada 3 MSA akibat perlakuan
herbisida atrazin. ...........................................................................

73

70. Tinggi tanaman jagung pada 6 MSA akibat perlakuan herbisida
atrazin. ...........................................................................................

73

71. Analisis ragam tinggi tanaman pada 6 MSA akibat perlakuan
herbisida atrazin. ….......................................................................

73

72. Hasil bobot pipilan jagung kering pada KA 14% akibat perlakuan
herbisida atrazin. ...........................................................................

74

73. Analisis ragam hasil bobot pipilan jagung kering pada KA 14%
akibat perlakuan herbisida atrazin. …............................................

74

xxi

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1.

Skema Z dalam Proses Fotosintesis ………………………………...

15

2.

Struktur Molekul Atrazin ...................................................................

16

3.

Tata Letak Percobaan .........................................................................

19

4.

Bagan Pengambilan contoh Gulma ....................................................

20

5.

Tingkat Penekanan Herbisida Atrazin terhadap Gulma Total ………

27

6.

Tingkat Penekanan Herbisida Atrazin terhadap Gulma Daun Lebar .

29

7.

Tingkat Penekanan Herbisida Atrazin terhadap Gulma Rumput …...

31

8.

Tingkat Penekanan Herbisida Atrazin terhadap Gulma
Calopogonium mucunoides …...………………………………………….

33

Gulma Calopogonium mucunoides ....................................................

34

10. Tingkat Penekanan Herbisida Atrazin terhadap Gulma Ipomoea
triloba …………………………………………………………….…………

35

11

Gulma Ipomeia triloba …....................................................................

36

12

Gulma Borreria alata .........................................................................

37

13. Tingkat Penekanan Herbisida Atrazin terhadap Gulma Borreria
alata …………………………………………………………………………

38

Gulma Richardia brasiliensis .............................................................

39

15. Tingkat Penekanan Herbisida Atrazin terhadap Gulma Richardia
brasiliensis .………………….………………………………………

40

9

14

xxii

Gulma Brachiaria mutica ...................................................................

41

17. Tingkat Penekanan Herbisida Atrazin terhadap Gulma Brachiaria
mutica ……………………………………………………………………….

42

18. Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida atrazin dosis 1,2
kg/ha pada 3 MSA ..............................................................................

75

16

19

Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida atrazin dosis 1,6
kg/ha pada 3 MSA ..............................................................................

75

20. Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida atrazin dosis 2,0
kg/ha pada 3 MSA ..............................................................................

76

21. Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida atrazin dosis 2,4
kg/ha pada 3 MSA ..............................................................................

76

22

Kondisi gulma dan tanaman perlakuan penyiangan mekanis pada 3
MSA ...................................................................................................

77

23

Kondisi gulma dan tanaman perlakuan kontrol pada 3 MSA .............

77

24

Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida atrazin dosis 1,2
kg/ha pada 6 MSA ..............................................................................

78

Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida atrazin dosis 1,6
kg/ha pada 6 MSA ..............................................................................

78

Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida atrazin dosis 2,0
kg/ha pada 6 MSA ..............................................................................

79

Kondisi gulma dan tanaman perlakuan herbisida atrazin dosis 2,4
kg/ha pada 6 MSA ..............................................................................

79

Kondisi gulma dan tanaman perlakuan penyiangan mekanis pada 6
MSA ...................................................................................................

80

Kondisi gulma dan tanaman perlakuan kontrol pada 6 MSA .............

80

25

26

27

28

29

xxiii

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah
Tanaman jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan yang
banyak dibudidayakan di dunia, termasuk di Indonesia. Tanaman jagung selain
digunakan sebagai bahan pangan sebagian masyarakat Indonesia, juga digunakan
sebagai bahan baku untuk makanan ternak. Tanaman jagung relatif mudah
dibudidayakan dan tidak terlalu banyak membutuhkan persyaratan khusus,
sehingga tanaman jagung banyak ditanam di Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistik (2013), produksi jagung di Indonesia pada tahun
2012 sebesar 19,37 juta ton. Produksi ini mengalami peningkatan dari tahun
sebelumnya yang sebesar 17,64 juta ton. Meskipun demikian, saat ini Indonesia
masih melakukan impor jagung sebesar 3,2 juta ton dari luar negeri. Hal ini
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan jagung di Indonesia yang setiap tahunnya
mengalami peningkatan.
Hingga saat ini produksi jagung di Indonesia belum dapat memenuhi kebutuhan
jagung nasional karena rendahnya produktivitas lahan. Salah satu hal yang
menyebabkan rendahnya produksi jagung adalah karena masalah gulma

2

yang mengganggu tanaman jagung. Karena permasalahan gulma, tanaman tidak
dapat mencapai potensi produksi yang dimiliki. Oleh karena itu, pengendalian
gulma merupakan hal yang penting agar tanaman jagung tidak harus bersaing
dalam perebutan sarana tumbuh dengan gulma, terutama pada fase kritis tanaman,
atau sejak awal tanam hingga sekitar 21 hari (Rahayu dkk.,2003).
Salah satu metode pengendalian gulma adalah dengan menggunakan bahan kimia
yang disebut herbisida. Metode pengendalian gulma dengan herbisida ini sangat
efektif dan efisien terutama jika lahan yang harus dirawat sangat luas.
Pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida dimulai sejak ditemukannya
herbisida 2,4 D di tahun 1944. Sejak saat itulah mulai banyak perusahaan
agrokimia yang berlomba mencari bahan aktif herbisida yang baru, terutama dari
senyawa organik (Sukman dan Yakup, 1995).
Salah satu herbisida yang dapat digunakan untuk pengendalian gulma pada
budidaya tanaman jagung adalah herbisida atrazin. Herbisida atrazin merupakan
herbisida pra tumbuh yang bersifat selektif untuk tanaman jagung sehingga dapat
digunakan tanpa meracuni tanaman. Herbisida jenis ini akan masuk melalui akar
dan diserap oleh xylem bersama dengan air, untuk kemudian bekerja dengan cara
menghambat aliran elektron pada fotosystem II. Gulma yang teracuni oleh atrazin
akan mengalami klorosis yang dimulai dari tepian daun hingga gulma mengalami
kematian (Tomlin, 2011).

3

Dari latar belakang yang telah diutarakan di atas dapat disusun beberapa rumusan
masalah seperti berikut :
1. Apakah herbisida atrazin mampu mengendalikan gulma pada budidaya
tanaman jagung (Zea mays L.)?
2. Apakah terjadi keracunan pada tanaman jagung akibat penggunaan atrazin
untuk mengendalikan gulma?

1.2

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, disusun tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui efikasi herbisida atrazin dalam mengendalikan gulma
umum pada pertanaman jagung (Zea mays L.).
2. Untuk mengetahui fitotoksisitas herbisida atrazin pada tanaman jagung (Zea
mays L.).

1.3 Landasan Teori

Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pokok di Indonesia yang
cukup banyak dibudidayakan. Hal ini karena cukup tersedianya sumberdaya
lahan dan teknologi dari budidaya hingga pascapanen. Selain digunakan sebagai
makanan pokok di beberapa daerah di Indonesia, jagung juga digunakan sebagai
pakan ternak dan bahan baku industri yang setiap tahunnya mengalami
peningkatan. Meskipun demikian, produksi jagung Nasional masih belum mampu
untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Hal ini dikarenakan beberapa hal
seperti belum digunakannya varietas unggul, minimnya modal petani, penggunaan
pupuk yang kurang sesuai, cara bercocok tanam yang tidak sesuai anjuran, hingga

4

permasalahan lain seperti organisme pengganggu tanaman (Suprapto dan
Marzuki, 2005).
Salah satu hal yang menyebabkan rendahnya produktivitas jagung saat ini adalah
keberadaan organisme pengganggu tanaman yang dapat menurunkan
produktivitas lahan jagung. Salah satu organisme yang selalu ada dan dapat
menurunkan produktivitas tanaman jagung salah satunya adalah gulma.
Gulma dapat menjadi pesaing utama bagi tanaman budidaya dalam
memperebutkan sarana tumbuh seperti air, unsur hara, cahaya, dan ruang tumbuh.
Kemampuan tanaman dalam bersaing dengan gulma ini sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti jenis gulma, tingkat kepadatan gulma, lama persaingan
tanaman dan gulma, cara budidaya dan varietas yang ditanam, serta faktor
kesuburan tanah (Sukman dan Yakup, 1995).
Menurut Tjitrosoedirdjo dkk. (1984), persaingan antara gulma dan tanaman
dipengaruhi oleh waktu atau lamanya tanaman berada dan bersaing dengan gulma.
Sukman dan Yakup (1995), menyatakan bahwa hadirnya gulma pada awal hidup
tanaman akan sangat berpengaruh terhadap tanaman karena pada fase tersebut
tanaman sangat peka terhadap kehadiran gulma, fase ini disebut fase kritis
tanaman. Jika gulma tumbuh di lahan budidaya pada fase ini, maka tanaman akan
kalah bersaing dengan gulma. Oleh karena itu, pada fase tersebut perlu dilakukan
pengendalian gulma.
Seperti yang dijelaskan Sembodo (2010) dalam konsep kompetisi gulma dan
tanaman, bahwa semakin banyak jumlah populasi gulma yang berada di lahan

5

pertanian, maka hasil yang diperoleh dari tanaman yang dibudidayakan akan
semakin menurun.
Untuk menghindari kerugian akibat penurunan hasil tersebut, maka dapat
dilakukan pengendalian gulma dengan menggunakan herbisida. Herbsida
menurut Sembodo (2010), adalah bahan kimia atau kultur hayati yang dapat
digunakan untuk menghambat pertumbuhan atau mematikan tumbuhan.
Berdasarkan waktu aplikasinya, herbisida dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu :
1. Preplanting, merupakan aplikasi herbisida yang dilakukan pada permukaan
tanah sebelum dilakukan penanaman. Hal ini dilakukan untuk herbisida yang
memiliki daya racun yang tinggi pada tanaman, sehingga harus diaplikasikan
sebelum tanam.
2. Preemergence, herbisida diaplikasikan pada permukaan tanah setelah
dilakukan penanaman benih atau bibit tanaman budidaya. Aplikasi dilakukan
sebelum benih tanaman ataupun gulma berkecambah.
3. Postemergence, aplikasi herbisida dilakukan pada permukaan daun gulma
setelah gulma tumbuh (Rao, 2000).
Herbisida yang dapat diaplikasi pada budidaya tanaman jagung secara
preemergence adalah herbisida dari golongan triazin, salah satunya adalah
herbisida atrazin. Aplikasi atrazin pada dosis tepat tidak akan meracuni tanaman
jagung karena atrazin bersifat selektif. Hal ini karena tanaman jagung mampu
melakukan metabolisme terhadap atrazin dan dikonjugasi oleh asam amino.
Herbisida jenis ini akan masuk melalui akar dan diserap oleh xylem bersama

6

dengan air, untuk kemudian bekerja dengan cara menghambat aliran elektron pada
fotosystem II (Tomlin, 2011).

1.4 Kerangka Pemikiran
Salah satu penyebab rendahnya produksi jagung di Indonesa adalah masalah
kompetisi gulma dengan tanaman yang budidaya. Gulma akan menjadi
kompetitor utama dalam mendapatkan sarana tumbuh yang tersedia di lahan
pertanian seperti unsur hara, air, cahaya, dan ruang tumbuh. Perebutan ini akan
menyebabkan terganggunya pertumbuhan tanaman sehingga menyebabkan
menurunkan hasil dari tanaman jagung yang dibudidayakan. Hal ini akan sangat
merugikan bagi petani yang melakukan kegiatan budidaya karena keuntungan
yang diperoleh akan mengalami penurunan.
Untuk mengatasi masalah tersebut harus dilakukan suatu tindakan pengendalian
terhadap gulma sehingga tidak menyebabkan penurunan hasil pada tanaman
jagung yang dibudidayakan. Beberapa metode yang dapat diterapkan adalah
pengendalian secara preventif, kultur teknis, hayati, kimiawi, dan terpadu.
Namun, dari semua metode pengendalian yang ada, metode pengendalian secara
kimia menjadi pilihan utama bagi petani dalam melakukan pengendalian terhadap
gulma. Metode pengendalian gulma secara kimia dengan menggunakan herbisida
dinilai lebih mudah dan lebih baik dalam mengendalikan gulma karena lebih
efisien dalam penggunaan tenaga kerja, lebih aman bagi tanaman budidaya serta
tidak menyebabkan erosi karena tidak harus memindahkan lapisan tanah. Selain
keuntungan tersebut juga terdapat keuntungan dalam penggunaan herbisida

7

terutama penggunaan herbisida preemergence, yaitu dapat mengendalikan gulma
sejak awal pertanaman atau sebelum tanaman memasuki fase kritis.
Gangguan gulma pada awal pertumbuhan akan menyebabkan terganggunya
pertumbuhan dari tanaman jagung karena harus bersaing untuk memperoleh
sarana tumbuh yang tersedia. Sedangkan pada awal pertumbuhan tanaman masih
sangat rentan terhadap gangguan. Salah satu herbisida yang dapat digunakan
dalam pengendalian gulma sejak fase awal budidaya tanaman jagung adalah
herbisida atrazin. Herbisida ini diaplikasi di tanah untuk kemudian akan
ditranslokasikan menuju daun melalui xylem setelah diserap oleh akar gulma dan
menyebabkan kematian.
Penggunaan herbisida ini juga dinilai tidak akan meracuni tanaman jagung karena
herbisida ini merupakan herbisida yang bersifat selektif. Sehingga herbisida ini
dapat digunakan dalam pengendalian gulma pada lahan budidaya sejak awal
budidaya atau aplikasi herbisida preemergence. Hal ini dilakukan dengan tujuan
agar tanaman jagung dapat melewati fase kritis dan dapat tumbuh serta
berproduksi secara optimum.
1.5 Hipotesis
Berdasarkan pada kerangka pemikiran diatas dapat dibuat hipotesis sebagai
berikut :
1. Herbisida atrazin mampu mengendalikan gulma pada pertanaman jagung (Zea
mays L.).
2. Herbisida atrazin tidak meracuni tanaman jagung (Zea mays L.).

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Jagung
Tanaman jagung merupakan jenis tanaman semusim yang banyak dibudidayakan
di dunia. Dan merupakan makanan pokok ketiga di dunia setelah gandum dan
padi. Tanaman jagung selain dimanfaatkan sebagai makanan pokok, juga
dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Tanaman jagung berasal dari Amerika yang
tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke
Amerika. Sekitar abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia
termasuk Indonesia. Menurut Purwono (2005), dalam ilmu taksonomi tanaman
jagung diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom

: Plantae

Divisio

: Spermatophyta

Subdivisio

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Ordo

: Poales

Famili

: Poaceae

Genus

: Zea

Spesies

: Zea mays L.

9

2.1.1 Morfologi tanaman jagung
Tanaman jagung termasuk jenis tumbuhan semusim atau ‘annual’. Morfologi
tanaman jagung terdiri dari akar, batang, daun, bunga, dan buah.

2.1.1.1 Akar

Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar seminal, koronal, dan akar
udara. Akar-akar seminal merupakan akar primer dan beberapa akar lateral atau
akar yang berfungsi sebagai akar-akar adventif yang berada pada buku pertama
diatas pangkal batang. Akar koronal merupakan akar-akar yang tumbuh dari
bagian dasar pangkal batang. Sedangkan akar udara merupakan akar yang
tumbuh dari buku-buku diatas permukaan tanah (Rukmana,1997).

2.1.1.2 Batang

Batang tanaman jagung memiliki ruas-ruas dengan jumlah ruas yang bervariasi
antara 10 – 40 ruas. Tanaman jagung umumnya tidak memiliki cabang, namun
pada jagung manis terkadang dapat muncul cabang dari pangkal batang. Panjang
batang tanaman jagung berkisar antara 60 cm – 300 cm (Rukmana, 1997).
Penampang melintang diameter batang tanaman jagung sebesar 2 – 2,5 cm
(Suprapto dan Marzuki, 2005).

10

2.1.1.3 Daun

Jumlah daun tanaman jagung sangat dipengaruhi oleh varietas dan umur tanaman
jagung. Tanaman jagung memiliki jumlah daun berkisar 12-18 helai. Panjang
daun bervariasi biasanya antara 30 - 150 cm sedangkan lebarnya dapat mencapai
15 cm.(Aak, 1993). Bagian permukaan daun berambut sedangkan bagian bawah
daun tanaman jagung tidak memiliki rambut. Letak daun pada batang saling
bersilangan (Rukmana, 1997).

2.1.1.4 Bunga

Tanaman jagung merupakan tanaman berumah satu yaitu bunga jantan dan bunga
betina terletak pada satu pohon namun berbeda tempat. Bunga betina pada
tanaman jagung terletak di tengah batang pada salah satu ketiak daun dan bunga
jantan terletak di ujung batang. Bunga tanaman jagung yang lebih dulu matang
dan siap membuahi adalah bunga jantan ( Rukmana,1997).

2.1.1.5 Buah

Buah jagung terdiri dari tongkol, biji, dan daun yang membungkus atau disebut
klobot. Kandungan endosperma, warna, dan bentuk dari biji jagung bervariasi
tergantung dari jenis tanaman jagung itu sendiri. Biji jagung biasa terdiri dari 8 –
20 baris biji. Bagian dari biji itu sendiri terdiri dari kulit biji, endosperma, dan
embrio (Rukmana, 1997).

11

2.1.2 Syarat Tumbuh Tanaman Jagung

Tanaman jagung berasal dari daerah tropis dan dapat beradaptasi dengan
lingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan
lingkungan yang terlalu ketat sehingga dapat tumbuh pada berbagai kondisi tanah,
bahkan pada tanah-tanah yang agak kering. Meskipun demikian, untuk mencapai
potensi dan mampu berproduksi dengan baik jagung memerlukan beberapa syarat
seperti :

2.1.2.1 Iklim
Tanaman jagung dapat tumbuh pada daerah yang terletak diantara 0 – 50o LU
hingga 0 – 40o LS dengan iklim sedang hingga daerah-daerah dengan iklim sub
tropis atau iklim tropika basah. Tanaman jagung membutuhkan curah hujan ideal
berkisar antara 85 – 200 mm/bulan dan harus merata terutama pada saat
pembungaan dan pengisian biji. Tanaman jagung sangat membutuhkan
penyinaran matahari langsung, dan suhu yang dikehendaki antara 21-34o C namun
untuk pertumbuhan ideal diperlukan suhu antara 23 – 27oC (Tim Karya Tani
Mandiri, 2010).

2.1.2.2 Ketinggian Tempat

Menurut (Tim Karya Tani Mandiri, 2010) , jagung dapat ditanam di Indonesia
mulai dari dataran rendah sampai di daerah pegunungan yang memiliki ketinggian
antara 0 - 1300 m dpl. Daerah dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl
merupakan ketinggian yang baik bagi pertumbuhan tanaman jagung.

12

2.2

Pengendalian Gulma pada Budidaya Tanaman Jagung

2.2.1 Gulma

Pengertian gulma menurut Sembodo (2010), merupakan tumbuhan yang
mengganggu atau merugikan kepentingan manusia. Sedangkan menurut Suprapto
(1999), gulma merupakan tumbuhan yang sifatnya merugikan usaha pertanian,
penilaian tersebut muncul karena gulma tersebut tumbuh tidak pada tempatnya,
merupakan tumbuhan yang tidak diinginkan keberadaannya, dan termasuk
tumbuhan yang bernilai negatif. Kerugian yang ditimbulkan oleh gulma
diantaranya adalah dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil pertanian,
mempersulit pengolahan tanah, dan mengganggu kelancaran aliran irigasi
(Suprapto, 1999).

Selain itu, pengaruh negatif lain dari gulma terhadap tanaman budidaya adalah
dapat menjadi kompetitor terhadap sarana tumbuh, seperti nutrisi, air, cahaya, dan
CO2; dapat menghasilkan senyawa alelopati, sebagai inang hama dan penyakit
tanaman, serta dapat menurunkan kualitas hasil karena adanya kontaminasi dari
bagian gulma, misalnya biji (Tjitrosoedirdjo dkk., 1984).

Berdasarkan hasil penelitian Karnataka (2012), gulma yang mendominasi pada
tanaman jagung tanpa olah tanah adalah Cynodon dactylon, Dinebra retroflexa,
echinocloa colonum, Eleusine indica, Cyperus rotundus, Partherium
hysterophorus, Commelina bengalensis, Portulaca oleraceae, Cynotis cuculata,
Phylantus niruri, dan Amaranthus viridis

13

Sedangkan menurut Suprapto (1999), jenis gulma dominan pada lahan jagung
adalah Digitaria sanguinalis, Cynodon dactylon, Echinochloa colona, Eleusine
indica, Imperata cylindrica, Cyperus rotundus, Cyperus killingia, Amaranthus
spinosus, Ageratum conyzoides, Ipomoea triloba, dan Synedrella nodiflora.

2.2.2 Pengendalian gulma secara kimia

Terdapat beberapa metode yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
gulma yang ada, diantaranya adalah pengendalian secara mekanis, kultur teknis,
kimia, hayati, dan preventif (Sembodo, 2010).

Pengendalian gulma dengan menggunakan bahan kimia masih menjadi pilihan
utama para petani saat ini karena dinilai efektif dan murah. Bahan kimia yang
dapat mematikan atau menghambat pertumbuhan dari gulma sehingga
pertumbuhan gulma menjadi tidak normal disebut herbisida. Herbisida inilah
yang biasa digunakan oleh petani untuk mengendalikan keberadaan gulma yang
ada di lahan pertanian mereka, termasuk lahan budidaya jagung (Tjitrosoedirdjo
dkk., 1984)

Salah satu hal yang menyebabkan keberadaan gulma ini perlu dikendalikan adalah
karena sifatnya yang kompetitif. Gulma yang ada akan bersaing dengan tanaman
budidaya untuk mendapatkan sarana-sarana tumbuh yang ada sehingga
produktivitas dari tanaman yang dibudidayakan akan menurun (Sembodo, 2010)

Untuk mengurangi keberadaan dan waktu gulma berada di areal budidaya, perlu
dilakukan suatu usaha untuk mengurangi kehadiran gulma sejak awal budidaya

14

tanaman. Cara yang dapat digunakan adalah dengan mengaplikasikan herbisida
preemergence (Sembodo, 2010).

Herbisida yang dapat digunakan untuk mengendalikan gulma pada budidaya
tanaman jagung adalah herbisida dengan bahan aktif atrazin, dicamba, cyanazin,
nicosulfuron, pendimetalin, primisulfuron, dan 2,4 D (Arnold dkk., 1996). Dan
menurut James dkk (2006) herbisida dengan bahan aktif mesotrion juga dapat
digunakan untuk mengendalikan gulma pada budidaya tanaman jagung yang
diaplikasikan secara preemergence.

Salah satu herbisida yang dapat diaplikasikan pra tanam adalah herbisida
golongan triazin seperti ametrin, atrazin, dan simazine. Herbisida ini diabsorbsi
melalui akar dan ditranslokasikan secara cepat melalui xylem. Herbisida seperti
atrazin digunakan untuk mengendalikan gulma pada budidaya tanaman jagung.
Tanaman jagung termasuk resisten terhadap herbisida ini karena mampu
menetralisir pengaruh dari atrazin ini (Tjitrisoedirdjo dkk., 1984).

2.2.3 Herbisida Atrazin

Herbisida Triazin merupakan herbisida yang mulai ditemukan dan dikembangkan
sejak tahun 1950 hingga 1970, salah satu herbisida di dalam golongan ini adalah
herbisida atrazin. Herbisida ini mampu mengendalikan gulma golongan daun
lebar dan gulma golongan rumput pada budidaya jagung, sorghum, tebu, serta
nanas (Tomlin, 2011).
Atrazin merupakan salah satu herbisida yang diaplikasikan preemergence atau
sebelum gulma tumbuh. Herbisida ini diaplikasikan langsung ke tanah setelah

15

dilakukan pengolahan tanah dan penanaman tanaman jagung (Zea mays L.).
Herbisida ini diserap oleh gulma bersamaan dengan air yang naik melalui xilem.
Setelah sampai pada site of action yaitu reseptor elektron di dalam klorofil,
kemudian herbisida ini mengganggu kerja plastoquinon yang berperan dalan
transfer elektron di klorofil P680. Plastoquinon merupakan sub unit dari protein
D1 yang menjadi bagian dari fotosistem II yang bekerja sebagai penerima
elektron (Baron, 2008).

Gambar 1. Skema Z dalam proses fotosintesis.

Dalam menghambat fotosintesis, herbisida ini mengakibatkan klorosis pada daun
yang akan diikuti oleh nekrosis jaringan daun. Herbisida ini dapat juga
diaplikasikan melalui daun, meskipun pergerakan herbisida ini dalam daun
terbatas dan sangat lambat (Owen,2012).

16

Herbisida atrazin diakumulasikan pertama kali di bagian pembuluh daun, hingga
akhirnya mencapai bagian tepian daun. Jumlah herbisida yang diserap dan
ditranslokasikan dari akar menuju daun tergantung pada jumlah air yang diserap
tanaman. Terhambatnya transpirasi memungkinkan akan menghambat laju
translokasi herbisida ini. Gulma yang baru tumbuh tidak akan teracuni hingga
gulma tersebut melakukan proses fotosintesis (Rao, 2000).

Rumus molekul herbisida atrazine adalah C8H14ClN5 dengan rumus bangun
seperti pada Gambar 2 (Tomlin, 2004).
Cl

N
N

NHCH2CH3
N

NHCH(CH3)2

Gambar 2. Struktur molekul Atrazine (2-Chloro-4-Ethylamino-6-isopropylamino1,3,5-triazine)

17

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP),
kebun percobaan Natar, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dengan
jenis tanah ultisol dan di Laboratorium Gulma Fakultas Pertanian Universitas
Lampung dari bulan Juni hingga September 2013.

3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan adalah benih jagung hibrida (Dekalb 85), pupuk NPK
(Phonska), dan herbisida DK-ZINE 80 WP dengan bahan aktif atrazin 80%.
Alat yang digunakan adalah timbangan digital, gelas ukur, knapsack sprayer,
ember plastik, pipet, ruber bulb, oven, sabit, moisture tester, kantong plastik,
patok bambu, meteran, cangkul, dan amplop kertas.

3.3 Metode Penelitian
Untuk menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah dan untuk menguji hipotesis
yang ada, perlakuan diterapkan pada petak percobaan dalam penelitian ini dengan
menggunakan rancangan percobaan Rancangan Acak Kelompok (RAK), 6
perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diuji disajikan pada Tabel 1.

18

Tabel 1. Perlakuan Herbisida Atrazin.
NO

PERLAKUAN

DOSIS
Formulasi

Bahan Aktif

……………….kg/ha………………
1

Herbisida Atrazin

1,5

1,2

2

Herbisida Atrazin

2,0

1,6

3

Herbisida Atrazin

2,5

2,0

4

Herbisida Atrazin

3,0

2,4

5

Penyiangan Mekanis

-

-

6

Kontrol

-

-

Sebagai pembanding untuk melihat pengaruh herbisida terhadap tanaman jagung,
digunakan perlakuan penyiangan secara mekanis pada 3 dan 6 Minggu Setelah
Aplikasi (MSA), dan untuk menilai pengaruh herbisida terhadap pertumbuhan
gulma, maka digunakan kontrol (tanpa pengendalian gulma). Untuk menguji
homogenitas ragam digunakan uji Bartlett dan additifitas data diuji dengan
menggunakan uji Tukey. Jika asumsi terpenuhi, maka data akan dianalisis dengan
sidik ragam dan uji perbedaan nilai tengah perlakuan akan diuji dengan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%.

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Penentuan Petak Perlakuan

Lahan percobaan yang akan diaplikasi herbisida Atrazin dengan berbagai taraf
dosis disiapkan dengan melakukan pembajakan sebanyak dua kali. Kemudian
dibuat petak-petak percobaan sebanyak 24 petak perlakuan. Ukuran setiap petak

19

adalah 4 m x 7,5 m dengan jarak antarpetak adalah 1 m. Di bawah ini merupakan
skema tata letak percobaan yang dilakukan :
U1

P4

P5

P6

P2

P3

P1

U2

P1

P6

P2

P3

P5

P4

U3

P4

P1

P3

P6

P5

P2

U4

P4

P2

P6

P5

P3

P2

Gambar 3. Tata Letak Percobaan
Keterangan :
P1 : Atrazin 1,2 kg/ha
P2 : Atrazin 1,6 kg/ha
P3 : Atrazin 2,0 kg/ha
P4 : Atrazin 2,4 kg/ha
P5 : Penyiangan Mekanis
P6 : Kontrol

U1 : Ulangan 1
U2 : Ulangan 2
U3 : Ulangan 3
U4 : Ulangan 4

3.4.2 Penanaman

Penanaman benih jagung dilakukan setelah dilakukan olah tanah yang kedua dan
setelah dilakukan pengeplotan. Jarak tanam yang digunakan adalah 25 cm x 80
cm. Penanaman dilakukan dengan cara ditugal dan diberi satu benih per lubang.
Kegiatan pemupukan dilakukan pada umur 14 dan 42 Hari Setelah Tanam (HST)
dengan menggunakan pupuk NPK Phonska dengan dosis 450 kg/ha.

3.4.3 Aplikasi Herbisida Atrazin

Aplikasi herbisida dilakukan pada plot-plot yang ada sesuai dengan dosis yang
telah ditetapkan sebelumnya. Sebelum melakukan aplikasi, dilakukan kalibrasi

20

untuk mengetahui volume semprot yang dibutuhkan dan untuk melakukan
pengecekan apakah terjadi kerusakan pada sprayer yang akan digunakan.
Herbisida diaplikasikan pada hari yang sama setelah penanaman benih dengan
menggunakan knapsack sprayer bernosel biru, volume semprot yang digunakan
sebanyak 500 l/ha. Penyemprotan herbisida dilakukan pada pagi hari dengan
mempertahankan nosel pada ketinggian 40-50 cm di atas permukaan tanah sehingga
menghasilkan lebar bidang semprot 1,5 m.

3.4.4 Pengambilan Sampel Gulma

Pengambilan sampel gulma dilakukan 2 kali yaitu pada 3 dan pada 6 Minggu
Setelah Aplikasi (MSA). Petak pengambilan sampel gulma seperti pada gambar
di bawah ini :

80 cm

x

x

x