Implementasi Pendekatan Inklusif Implementasi Pendekatan Inklusif dan Pendekatan Deliberatif
pembiayaan, alokasi anggaran telah ditentukan besarannya tidak mengenal perubahan harga. Penyelenggaraan pelatihan didanai dengan
biaya Rp. 40.000.000. adapun kekurangan anggaran ditanggung sepenuhnya oleh lembaga penyelenggara, dan 3 pembelajaran, Dit.
Kesetaraan, Dirjen PNFI, Depdiknas, menerapkan batas minimal jam pelajaran pelatihan yaitu 75 JPL Jam Pelajaran. Hal ini secara rinci
dijela skan oleh ”Dkm” selaku Ketua LPTM Kepak Sayap;
”Waktu pelaksanaan ditentukan oleh Dit. Kesetaraan, begitu lembaga di transfer maka maksimal waktu dua minggu
program harus segera dimulai, jumlah uang yang ditransfer adalah empat puluh juta rupiah, untuk pembelajaran paling
enggak diaksanakan 70 jam pelajaran ketentuan ini ada di panduan proposal yang di keluarkan Dit. Kesetaraan dan
disampaikan pada bintek di hotel lor inn Solo
.”
Keberhasilan dalam penyelenggaraan program yaitu tercipta adanya partisipasi dari masyarakat. Partisipasi masyarakat terdiri dari
proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program. Sebab dengan adanya partisipasi masyarakat akan tergali berbagai kebutuhan peserta
pelatihan, mendapatkan petunjuk kemudahan fasilitas dalam pelaksanaan program.
Partisipasi masyarakat dapat meningkatkan kepercayaan publik terhadap penyelenggaraan program. Dengan melibatkan warga dalam
proses pengambilan keputusan maka diharapkan kepercayaan publik terhadap lembaga penyelenggara program dapat terus ditingkatkan,
dan meningkatnya kepercayaan warga dipercaya sebagai indikator
penting bagi menguatnya dukungan dan keabsahan lembaga yang berkuasa. Partisipasi masyarakat merupakan keterlibatan anggota
masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan program atau proyek pembangunan yang dilakukan dalam masyarakat lokal. Partisipasi
masyarakat memiliki ciri-ciri bersifat proaktif dan bahkan reaktif, ada kesepakatan yang dilakukan oleh semua yang terlibat, ada tindakan
yang mengisi kesepakatan tersebut, ada pembagian kewenangan dan tanggung jawab dalam kedudukan yang setara Siti Irene Astuti,2009:
35. Berdasarkan hasil analisis data terhadap temuan-temuan dalam
penelitian dapat diketahui bahwa Implementasi Pendekatan Inklusif yang dilakukan LPTM Kepak Sayap terhadap perencanaan program
pelatihan budidaya jamur tiram yang diselenggarakan di Desa Temuwuh, Kecamatan Dlingo, kabupaten Bantul melibatkan masukan-
masukan dari Dinas Pendidikan, Penilik Dikmas, Desa Temuwuh, tokoh masyarakat, PKBM Harapan Setia, dan warga masyarakat calon
peserta. Perencanaan pelatihan melalui jalur formal dan informal dengan
mengundang pihak
terkait dan
masyarakat untuk
bermusyawarah dan juga melalui pendekatan personal oleh penyelenggara program.
Implementasi pendekatan inklusif yang dilakukan oleh LPTM Kepak Sayap terhadap perencanaan program sesuai dengan pendapat
Hetifah Sj Sumarto:149 Inklusif berarti melibatkan berbagai
kelompok sosial dalam proses pengambilan keputusan dan biasanya menekankan keterlibatan mereka yang terabaikan atau termarjinalisasi
oleh kekuatan sosial ekonomi yang ada. Ada dua hal penting yang diutarakan oleh Hetifah Sj Sumarto
pertama, melibatkan komponen masyarakat. Dalam perencanaan program yang dilakukan LPTM Kepak Sayap hal ini dilakukan dengan
meminta pendapat pejabat pemerintah dan sejumlah tokoh masyarakat tentang perencanaan program pelatihan budidaya jamur tiram. Kedua,
masyarakat yang termarjinalisasi. Dalam perencanaan program yang dilakukan dengan meminta pendapat masyarakat tidak mampu dan
menganggur sebagai peserta pelatihan.