RESPONS AKUMULASI BAHAN KERING BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) RATOON I TERHADAP APLIKASI BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN SORGUM PERTAMA

(1)

Dian Oktaviani

ABSTRAK

RESPONS AKUMULASI BAHAN KERING BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) RATOON I TERHADAP APLIKASI BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN SORGUM PERTAMA

Oleh

DIAN OKTAVIANI

Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench)merupakan tanaman serealia yang berasal dari Afrika. Sorgum memiliki kemampuan untuk dapat tumbuh kembali setelah dipotong (ratoon). Upaya yang dilakukan adalah dengan aplikasi bahan organik yang dapat memperbaiki kondisi tanah. Bahan kering tanaman merupakan indikator pertumbuhan tanaman yaitu meliputi semua bahan tanaman yang secara kasar berasal dari hasil fotosintesis dan serapan unsur hara. Tujuan penelitian ini adalah untuk : (1) mengetahui respons akumulasi bahan kering tanaman sorgum

ratoon I akibat aplikasi bahan organik dengan berbagai dosis pada tanaman sorgum I, (2) mengetahui respons akumulasi bahan kering pada tiga varietas sorgum ratoon I, (3) mengetahui pengaruh interaksi antara dosis bahan organik dan varietas dalam akumulasi bahan kering tanaman sorgum ratoon I.

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas


(2)

Dian Oktaviani

Lampung pada bulan September sampai dengan Desember 2013. Perlakuan dalam penelitian disusun secara faktorial dengan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dengan tiga ulangan. Petak utama adalah dosis bahan organik dari pupuk kandang sapi (B) yang terdiri atas 0 (b0), 5 (b1), 10 (b2), dan 15 ton/ha (b3). Sedangkan anak petak adalah varietas tanaman sorgum (G) yang terdiri dari varietas Numbu (g1), Keller (g2), dan Wray (g3). Petak percobaan yang digunakan pada penelitian ini berukuran 4 m x 4 m. Data dianalisis dengan analisis ragam setelah dilakukan Uji Homogenitas ragam antar perlakuan dengan Uji Bartlet dan aditivitas data dengan Uji Tukey. Perbedaan nilai tengah antarperlakuan ditentukan dengan

menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukan bahwa Dosis bahan organik 0, 5, 10 dan 15 ton/ha tidak mempengaruhi akumulasi bahan kering tanaman sorgum, kecuali pada jumlah biji 8 mst. Sebagian bahan kering diakumulasikan pada batang, biji, akar, daun, dan malai. Varietas Numbu memiliki akumulasi bahan kering yang paling besar dibandingkan Varietas Wray dan Keller. Pengaruh bahan organik terhadap bobot kering tanaman sorgum tergantung pada varietas, pada dosis bahan organik 15 ton/ha Varietas Numbu memiliki bobot akar kering dan bobot malai kering tertinggi dibandingkan dengan Varietas Keller dan Wray.


(3)

RESPONS AKUMULASI BAHAN KERING BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) RATOON I TERHADAP APLIKASI BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN SORGUM PERTAMA

Oleh

DIAN OKTAVIANI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(4)

RESPONS AKUMULASI BAHAN KERING BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor (L.) Moench) RATOON I TERHADAP APLIKASI BAHAN ORGANIK PADA TANAMAN SORGUM PERTAMA

(Skripsi)

Oleh

DIAN OKTAVIANI

JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG


(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 11 Oktober 1991. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara yang merupakan buah hati pasangan Bapak Abdul Rahman, S.Sos. dan Ibu Nurlela.

Penulis memulai pendidikan formal di TK Al-Kautsar dan menyelesaikannya pada tahun 1998. Penulis kemudian melanjutkan ke Sekolah Dasar Al-Kautsar dan menyelesaikannya pada tahun 2004. Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 4 Bandar Lampung pada tahun 2007, kemudian melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Negeri 5 Bandar Lampung dan menyelesaikannya pada tahun 2010.

Pada tahun yang sama penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan

Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Kegiatan penulis dalam bidang akademik adalah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Kabupaten Tanggamus Kecamatan Semaka Pekon Karang Rejo pada tahun 2013. Penulis melaksanakan Praktik Umum di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Lampung pada tahun 2013.

Penulis pernah menjadi asisten dosen mata kuliah Teknologi Benih tahun 2013-2014 dan Produksi Tanaman Pangan tahun 2013-2013-2014. Selama menjadi


(8)

mahasiswa, penulis mengikuti Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian periode 2010-2011.


(9)

MOTO

“Untuk menjadi lebih baik belajarlah dari kegagalan bukan dari kesuksesan”


(10)

PERSEMBAHAN

Teriring doa dan rasa syukur kepada Allah SWT, ku persembahkan skripsi ini sebagai tanda cinta dan kasihku yang tulus kepada:

Kedua orang tuaku tersayang yang tidak pernah lelah mendoakan untuk keberhasilan ku, memberikan kasih sayang yang penuh cinta, nasehat serta

semangat yang tidak pernah putus.

Ayukku Dewi Kemala Sari, S.S.T. dan kakakku

Arief Nurmansyah, M.Pd. yang selalu memberikan ku semangat, dukungan dan doanya untuk keberhasilan ku.

Para pendidik yang ku hormati


(11)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sepenuhnya menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dengan setulus hati penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Kuswanta F. Hidayat, M.P., selaku pembimbing I dan selaku Ketua Jurusan Agroteknologi yang telah meluangkan waktu, pikiran, saran, bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat selesai.

2. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu, pikiran, saran, bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat selesai. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhamad Kamal, M.Sc., selaku penguji bukan pembimbing

atas kritik, saran, dan bimbingan yang diberikan dalam memperbaiki dan menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Ir. Tamaluddin Syam, M.S., selaku Pembimbing Akademik (PA). 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku ketua bidang budidaya

pertanian.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Bapak Sumarko, bapak Jumari, bapak Walyono, bapak Untung, dan segenap pegawai BPTP Lampung atas segala bantuan yang telah diberikan.


(12)

8. Teristimewa untuk kedua orang tuaku yang tidak pernah lelah mendoakan, memberikan kasih sayang, nasehat dan dukungan yang tidak pernah putus. 9. Ayuk Dewi, kak Arief dan seluruh keluarga besarku atas bantuan, dukungan,

semangat serta doanya pada saat penelitian hingga skripsi ini selesai. 10. Teman-teman yang selalu membantuku Candra Susiyanti, Susi Susanti,

Yulinda Simatupang, Mustika Adzania, Rahmah Catur P., Dwi Rosalia, Arisha Azima, Dian Saputra terima kasih sudah menjadi teman yang selalu ada. 11. Teman-teman seperjuangan “team sorgum” Desi Anggraeni, Sherly A. P.,

Rizkyta P. P., Galih D. C., Novri, Bangun F., Iyut P. N., Adila U., Immas N. terima kasih atas bantuan, dukungan, dan kebersamaannya.

12. Sahabat-sahabatku Heni Apriani, Aria Safitri, Dwi Gery Febrian, Corie Maharani, Lestari Oktavia, Fita Andriani, Nurul Husna, Dian Okta Anggraini, Putri Diandra H. terima kasih atas persahabatan yang indah ini.

13. Seluruh teman-teman AGT kelas D 2010 dan seluruh angkatan Agroteknologi 2010 untuk segala dukungannya, kebersamaan dan kekompakannya.

14. Teman-teman KKN Karang Rejo Cety, Dani, Wynda, Sisi, kak Bery, kak Ryan, kak Nanda, Ucha, Jane, Anggi, dan kak Galeh terimakasih atas semangat dan kenangan indahnya.

15. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan kepada penulis. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, Juli 2014


(13)

ii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.3 Kerangka Pemikiran ... 5

1.4 Hipotesis ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Botani Tanaman Sorgum ... 10

2.2 Morfologi Tanaman Sorgum ... 10

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Sorgum ... 12

2.4 Varietas Sorgum ... 13

2.5 Bahan Organik ... 14

III. BAHAN DAN METODE ... 16

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

3.2 Bahan dan Alat ... 16


(14)

iii

3.4 Pelaksanaan Penelitian ... 19

3.4.1 Pemotongan Batang ... 19

3.4.2 Perbaikan Petak Percobaan ... 20

3.4.3 Pemupukan ... 20

3.4.4 Penjarangan ... 20

3.4.5 Pemeliharaan ... 21

3.5 Variabel yang diamati ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1 Hasil Penelitian ... 24

4.1.1 Bobot daun kering ... 26

4.1.2 Bobot batang kering ... 27

4.1.3 Bobot akar kering ... 28

4.1.4 Bobot malai kering ... 30

4.1.5 Bobot biji kering ... 32

4.1.6 Jumlah biji ... 35

4.1.7 Klorofil ... 36

4.1.8 Bobot brangkasan kering ... 37

4.1.9 Indeks panen ... 38

4.1.10 Pola akumulasi bahan kering ... 38

4.2 Pembahasan ... 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 52

5.1 Kesimpulan ... 52

5.2 Saran ... 52

PUSTAKA ACUAN ... 53


(15)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kombinasi perlakuan bahan organik dan varietas sorgum dalam

percobaan. ... 18 2. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh bahan organik

(aplikasi pada tanaman sorgum pertama), varietas sorgum dan interaksinya terhadap variabel pertumbuhan dan hasil tanaman

sorgum. ... 24 3. Rekapitulasi hasil analisis ragam pengaruh bahan organik

(aplikasi pada tanaman sorgum pertama), varietas sorgum dan interaksinyaterhadap variabel pertumbuhan dan hasil tanaman

sorgum. ... 25 4. Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum

pertama) dan varietas terhadap bobot daun kering tanaman

sorgum pada umur 5, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 mst. ... 26 5. Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum

pertama) dan varietas terhadap bobot batang kering tanaman

sorgum pada umur 5, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 mst. ... 27 6. Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum

pertama) dan varietas terhadap bobot akar kering tanaman

sorgum pada umur 5, 7, 9, 10, 11 dan 12 mst. ... 28 7. Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum

pertama) dan varietas terhadap bobot akar kering tanaman

sorgum pada 8 mst. ... 29 8. Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum

pertama) dan varietas terhadap bobot malai kering tanaman


(16)

v 9. Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum

pertama) dan varietas terhadap bobot malai kering tanaman

sorgum pada umur 7 mst. ... 31 10.Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum

pertama) dan varietas terhadap bobot malai kering tanaman

sorgum pada umur 10 mst. ... 32 11.Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum

pertama) dan varietas terhadap bobot biji kering tanaman

sorgum pada umur 8, 9, 10, 11 dan 12 mst. ... 33 12.Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum

pertama) dan varietas terhadap jumlah biji tanaman sorgum

pada umur 8, 9, 10, 11 dan 12 mst. ... 35 13.Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum

pertama) dan varietas terhadap klorofil tanaman sorgum pada

umur 7, 8, 9, 10, 11 dan 12 mst. ... 36 14.Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum

pertama) dan varietas terhadap bobot brangkasan kering

tanaman sorgum. ... 37 15.Pengaruh bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum

pertama) dan varietas terhadap indeks panen tanaman

sorgum. ... 38 16.Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 59 17.Analisis ragam bobot daun kering tanaman sorgum pada

umur 5 mst. ... 59 18.Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 60 19.Analisis ragam bobot daun kering tanaman sorgum pada

umur 7 mst. ... 60 20.Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 61 21.Analisis ragam bobot daun kering tanaman sorgum pada

umur 8 mst. ... 61 22.Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 62 23.Analisis ragam bobot daun kering tanaman sorgum pada


(17)

vi 24.Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 10 mst. .... 63 25.Analisis ragam bobot daun kering tanaman sorgum pada

umur 10 mst. ... 63 26.Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 11 mst. .... 64 27.Analisis ragam bobot daun kering tanaman sorgum pada

umur 11 mst. ... 64 28.Data bobot daun kering tanaman sorgum pada umur 12 mst. .... 65 29.Analisis ragam bobot daun kering tanaman sorgum pada

umur 12 mst. ... 65 30.Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 66 31.Analisis ragam bobot batang kering tanaman sorgum pada

umur 5 mst. ... 66 32.Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 67 33.Analisis ragam bobot batang kering tanaman sorgum pada

umur 7 mst. ... 67 34.Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 68 35.Analisis ragam bobot batang kering tanaman sorgum pada

umur 8 mst. ... 68 36.Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 69 37.Analisis ragam bobot batang kering tanaman sorgum pada

umur 9 mst. ... 69 38.Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur

10 mst. ... 70 39.Analisis ragam bobot batang kering tanaman sorgum pada

umur 10 mst. ... 70 40.Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur

11 mst. ... 71 41.Analisis ragam bobot batang kering tanaman sorgum pada


(18)

vii 42.Data bobot batang kering tanaman sorgum pada umur

12 mst. ... 72 43.Analisis ragam bobot batang kering tanaman sorgum pada

umur 12 mst. ... 72 44.Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 5 mst. ... 73 45.Analisis ragam bobot akar kering tanaman sorgum pada

umur 5 mst. ... 73 46.Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 74 47.Analisis ragam bobot akar kering tanaman sorgum pada

umur 7 mst. ... 74 48.Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 75 49.Analisis ragam bobot akar kering tanaman sorgum pada

umur 8 mst. ... 75 50.Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 76 51.Analisis ragam bobot akar kering tanaman sorgum pada

umur 9 mst. ... 76 52.Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 10 mst. ... 77 53.Analisis ragam bobot akar kering tanaman sorgum pada

Umur 10 mst. ... 77 54.Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 11 mst. ... 78 55.Analisis ragam bobot akar kering tanaman sorgum pada

umur 11 mst. ... 78 56.Data bobot akar kering tanaman sorgum pada umur 12 mst. ... 79 57.Analisis ragam bobot akar kering tanaman sorgum pada

umur 12 mst. ... 79 58.Data bobot malai kering tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 80 59.Analisis ragam bobot malai kering tanaman sorgum pada

umur 7 mst. ... 80 60.Data bobot malai kering tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 81


(19)

viii 61.Analisis ragam bobot malai kering tanaman sorgum pada

umur 8 mst. ... 81 62.Data bobot malai kering tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 82 63.Analisis ragam bobot malai kering tanaman sorgum pada

umur 9 mst. ... 82 64.Data bobot malai kering tanaman sorgum pada umur

10 mst. ... 83 65.Analisis ragam bobot malai kering tanaman sorgum pada

umur 10 mst. ... 83 66.Data bobot malai kering tanaman sorgum pada umur

11 mst. ... 84 67.Analisis ragam bobot malai kering tanaman sorgum pada

umur 11 mst. ... 84 68.Data bobot malai kering tanaman sorgum pada umur

12 mst. ... 85 69.Analisis ragam bobot malai kering tanaman sorgum pada

umur 12 mst. ... 85 70.Data bobot biji kering tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 86 71.Analisis ragam bobot biji kering tanaman sorgum pada

umur 8 mst. ... 86 72.Data bobot biji kering tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 87 73.Analisis ragam bobot biji kering tanaman sorgum pada

umur 9 mst. ... 87 74.Data bobot biji kering tanaman sorgum pada umur 10 mst. ... 88 75.Analisis ragam bobot biji kering tanaman sorgum pada

umur 10 mst. ... 88 76.Data bobot biji kering tanaman sorgum pada umur 11 mst. ... 89 77.Analisis ragam bobot biji kering tanaman sorgum pada

umur 11 mst. ... 89 78.Data bobot biji kering tanaman sorgum pada umur 12 mst. ... 90


(20)

ix 79.Analisis ragam bobot biji kering tanaman sorgum pada

umur 12 mst. ... 90 80.Data jumlah biji tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 91 81.Analisis ragam jumlah biji tanaman sorgum pada

umur 8 mst. ... 91 82.Data jumlah biji tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 92 83.Analisis ragam jumlah biji tanaman sorgum pada umur

9 mst. ... 92 84.Data jumlah biji tanaman sorgum pada umur 10 mst. ... 93 85.Analisis ragam jumlah biji tanaman sorgum pada umur

10 mst. ... 93 86.Data jumlah biji tanaman sorgum pada umur 11 mst. ... 94 87.Analisis ragam jumlah biji tanaman sorgum pada umur

11 mst. ... 94 88.Data jumlah biji tanaman sorgum pada umur 12 mst. ... 95 89.Analisis ragam jumlah biji tanaman sorgum pada umur

12 mst. ... 95 90.Data klorofil tanaman sorgum pada umur 7 mst. ... 96 91.Analisis ragam klorofil tanaman sorgum pada umur

7 mst. ... 96 92.Data klorofil tanaman sorgum pada umur 8 mst. ... 97 93.Analisis ragam klorofil tanaman sorgum pada umur

8 mst. ... 97 94.Data klorofil tanaman sorgum pada umur 9 mst. ... 98 95.Analisis ragam klorofil tanaman sorgum pada umur

9 mst. ... 98 96.Data klorofil tanaman sorgum pada umur 10 mst. ... 99 97. Analisis ragam klorofil tanaman sorgum pada umur


(21)

x

98. Data klorofil tanaman sorgum pada umur 11 mst. ... 100

99. Analisis ragam klorofil tanaman sorgum pada umur 11 mst. ... 100

100.Data klorofil tanaman sorgum pada umur 12 mst. ... 101

101.Analisis ragam klorofil tanaman sorgum pada umur 12 mst. ... 101

102.Data bobot brangkasan kering tanaman sorgum. ... 102

103.Analisis ragam bobot brangkasan kering tanaman sorgum. ... 102

104.Data indeks panen tanaman sorgum. ... 103

105.Analisis ragam indeks panen tanaman sorgum. ... 103

106.Data analisis tanah sebelum dilakukan penelitian. ... 104

107.Data curah hujan stasiun Rejosari, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan saat penelitian berlangsung. ... 104


(22)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata Petak Percobaan ... 18 2. Tata letak tanaman per satuan percobaan ... 19 3. Bobot biji kering tanaman sorgum akibat perbedaan dosis

bahan organik (aplikasi pada tanaman sorgum pertama) ... 34 4. Bobot biji kering tanaman sorgum pada varietas yang

berbeda ... 34 5. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 5 mst

akibat perbedaan dosis bahan organik (aplikasi pada

tanaman sorgum pertama) ... 39 6. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 7 mst

akibat perbedaan dosis bahan organik (aplikasi pada

tanaman sorgum pertama) ... 40 7. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 8 mst

akibat perbedaan dosis bahan organik (aplikasi pada

tanaman sorgum pertama) ... 41 8. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 9 mst

akibat perbedaan dosis bahan organik (aplikasi pada

tanaman sorgum pertama) ... 41 9. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 10 mst

akibat perbedaan dosis bahan organik (aplikasi pada tanaman

sorgum pertama) ... 42 10. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 11 mst

akibat perbedaan dosis bahan organik (aplikasi pada tanaman


(23)

xii 11. Pola akumulasi bahan kering tanaman sorgum umur 12 mst

akibat perbedaan dosis bahan organik (aplikasi pada tanaman

sorgum pertama) ... 43 12. Lahan pertanaman sorgum ratoon I pada umur 3 mst ... 105 13. Keadaan tanaman sorgum ratoon I pada umur 2 mst ... 105 14. Keadaan tanaman sorgum ratoon I pada umur 3 mst ... 105 15. Pengambilan sampel tanaman sorgum ratoon I pada umur

5 mst ... 106 16. Pengambilan sampel tanaman sorgum ratoon I ... 106 17. Sampel tanaman sorgum ratoon I pada umur 5 mst ... 106 18. Memisahkan batang, daun, dan akar sampel tanaman sorgum

ratoon I ... 107 19. Keadaan tanaman sorgum ratoon I pada umur 6 mst ... 107 20. Keadaan tanaman sorgum ratoon I pada umur 7 mst ... 107 21. Keadaan tanaman sorgum ratoon I pada umur 10 mst ... 108 22. Memimbang akar, batang, dan daun sampel tanaman sorgum

ratoon I ... 108 23. Malai tanaman sorgum ratoon I ... 109 24. Malai dan biji tanaman sorgum ratoon I ... 109 25. Biji tanaman sorgum ratoon I pada perlakuan bahan organik

0 ton/ha ... 110 26. Biji tanaman sorgum ratoon I pada perlakuan bahan organik

5 ton/ha ... 110 27. Biji tanaman sorgum ratoon I pada perlakuan bahan organik

10 ton/ha ... 111 28. Biji tanaman sorgum ratoon I pada perlakuan bahan organik


(24)

1

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang dan Masalah

Sorgum merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Tanaman sorgum mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan, dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama/penyakit. Biji sorgum dapat digunakan sebagai bahan baku di industri pangan seperti industri gula, industri minuman monosodium glutamat (MSG),dan asam amino. Dengan kata lain, sorgum merupakan komoditas pengembang untuk diversifikasi industri dan pangan (Sirappa, 2003).

Sorgum (Sorghum bicolor (L). Moench) merupakan komoditas bahan pangan alternatif yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia. Usaha peningkatan produksi bahan pangan terus dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan terutama makanan pokok sejalan dengan laju pembangunan dan

pertambahan penduduk. Usaha ini tidak terbatas hanya pada tanaman pangan utama (padi) tetapi juga penganekaraman (diversifikasi) dengan mengembangkan tanaman pangan alternatif seperti sorgum (Turmudi, 2010).


(25)

2 Upaya lain dalam diversifikasi pangan untuk peningkatan produksi sorgum adalah melalui pemanfaatan sistem ratoon. Ratoon adalah tunas-tunas yang tumbuh setelah pemotongan batang. Menurut Chauchan et al. (1985) dalam Puspitasari (2012), beberapa keuntungan dengan cara ini di antaranya adalah umurnya relatif lebih pendek, kebutuhan air lebih sedikit, biaya produksi lebih rendah karena penghematan dalam pengolahan tanah, penggunaan benih, kemurnian genetik lebih terpelihara dan hasil panen tidak berbeda jauh dengan tanaman utama.

Bahan kering tanaman merupakan parameter yang baik digunakan sebagai

indikator pertumbuhan tanaman yaitu meliputi semua bahan tanaman yang secara kasar berasal dari hasil fotosintesis dan serapan unsur hara. Bahan kering

tanaman dipandang sebagai manifestasi dari semua proses dan peristiwa yang terjadi dalam pertumbuhan tanaman. Sehingga parameter ini merupakan indikator pertumbuhan yang paling baik dalam mendapatkan penampilan keseluruhan tanaman atau organ tertentu pada setiap periode pertumbuhan (Sitompul dan Guritno, 1995).

Bahan kering yang dihasilkan akan didistribusikan ke organ-organ tanaman sorgum. Distribusi bahan kering merupakan pembagian hasil fotosintesis yang diakumulasikan pada organ-organ tanaman baik dalam bentuk struktur vegetatif maupun generatif (Gardner et al., 1991). Fotosintat yang dihasilkan akan ditranslokasikan pada berbagai organ vegetatif seperti daun, batang, dan akar sebagai cadangan makanan pada saat tanaman memasuki fase generatif. Sebagian fotosintat digunakan untuk pembentukan organ generatif seperti malai dan

sebagian lagi ditranslokasikan ke biji. Rangkaian proses ini menunjukkan bahwa hasil tanaman sorgum yang dibudidayakan tidak terlepas dari pertumbuhan


(26)

3 vegetatifnya. Pertumbuhan vegetatif yang baik memungkinkan tanaman dapat melakukan fotosintesis secara optimal sehingga fotosintat yang dihasilkan meningkat. Selanjutnya fotosintat digunakan untuk pembentukan malai dan pengisian biji yang pada akhirnya akan meningkatkan bobot malai kering, bobot biji per tanaman, dan hasil per petak (Turmudi, 2010).

Tanaman sorgum akan tumbuh dengan baik apabila suplai unsur hara cukup dan seimbang. Upaya yang dilakukan adalah dengan pemupukan yang dapat

memperbaiki kondisi tanah dengan cara penambahan pupuk organik dalam tanah. Salah satu pupuk organik yang dapat diberikan alah pupuk kandang yang berasal dari kotoran sapi. Komposisi dari kotoran sapi berkisar antara 20 – 25 % bahan kering dan terkandung didalamnya 0,36 – 0,60 % nitrogen 0,20 – 0,35 % P2O5 dan

0,10 – 0,15 % K2O (Lingga dan Marsono, 2000).

Pemberian pupuk kandang sapi dapat memperbaiki sifat fisik tanah, seperti yang dikemukakan oleh Foth (1988) bahwa pemberian pupuk kandang ke dalam tanah akan meningkatkan daya pegang air, memperbaiki struktur tanah, dan melepaskan unsur hara yang mudah diserap tanaman. Ketersediaan air dan unsur hara pada tanaman sorgum sangat penting dalam proses pembelahan sel.

Pemberian pupuk organik perlu dilakukan dengan tujuan untuk memelihara kesuburan tanah dan mengurangi penggunaan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari sisa-sisa tanaman, hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos, baik yang berbentuk cair, maupun padat. Manfaat utama pupuk organik adalah untuk memperbaiki kesuburan kimia, fisik, dan biologi tanah, selain sebagai sumber unsur hara bagi tanaman


(27)

4 (Hakim et al., 1986). Adimihardja et. al. (2000), melaporkan pemberian beberapa jenis pupuk kandang sapi, kambing dan ayam dengan takaran 5 ton/ha pada tanah ultisol Jambi nyata meningkatkan kadar C-organik tanah, serta hasil jagung dan kedelai.

Bahan organik dapat berperan menyimpan dan melepaskan unsur hara bagi tanaman. Handayanto (1996) dalam Martajaya (2003) menyatakan bahwa dekomposisi bahan organik mempunyai pengaruh langsung dan tidak langsung terhadap kesuburan tanah. Pengaruh langsung disebabkan karena pelepasan unsur hara melalui mineralisasi, sedangkan pengaruh tidak langsung adalah

menyebabkan akumulasi bahan organik tanah, yang pada gilirannya juga akan meningkatkan penyediaan unsur hara tanaman. Pemakaian kotoran hewan selalu memperhatikan pengaruh baik pada hasil tanaman untuk beberapa tahun.

Pengaruh yang menguntungkan didistribusikan dalam waktu yang lebih lama daripada hal yang sama pada pupuk kimia (Foth, 1998).

Berdasarkan uraian di atas dalam penelitian ini dapat di rumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah terdapat perbedaan respons akumulasi bahan kering tanaman sorgum

ratoon I akibat aplikasi bahan organik dengan berbagai dosis pada tanaman sorgum pertama.

2. Apakah terdapat perbedaan respons akumulasi bahan kering pada tiga varietas sorgum ratoon I.

3. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara dosis bahan organik dan varietas dalam akumulasi bahan kering tanaman sorgum ratoon I.


(28)

5

1.2 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini sebagai berikut:

1. Mengetahui respons akumulasi bahan kering tanaman sorgum ratoon I akibat aplikasi bahan organik dengan berbagai dosis pada tanaman sorgum pertama. 2. Mengetahui respons akumulasi bahan kering pada tiga varietas sorgum

ratoon I.

3. Mengetahui pengaruh interaksi antara dosis bahan organik dan varietas dalam akumulasi bahan kering tanaman sorgum ratoon I.

1.3 Kerangka Pemikiran

Faktor genetik dan lingkungan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

ratoon tanaman sorgum. Berbagai genotipe yang ditanam menghasilkan

pertumbuhan dan produksi yang berbeda. Faktor lingkungan seperti curah hujan berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil sorgum. Salah musim berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena untuk awal masa vegetatifnya, tanaman ini memerlukan penyebaran hari hujan yang merata (Septiani, 2009).

Setiap genotipe yang ditanam memiliki keunggulan masing-masing, dalam memanfaatkan faktor lingkungan seperti cahaya, air, dan unsur hara sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan ratoon tersebut. Perbedaan antar genotipe terlihat dari tinggi tanaman, hijaunya daun, tidak serempaknya dalam pembungaan, dan pertumbuhan malai (Septiani, 2009).


(29)

6 Perbedaan genetik antarvarietas menyebabkan perbedaan pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum yang diperoleh. Dilihat dari pontensi produksi biji Varietas Numbu, Keller dan Wray memiliki perbedaan berturut-turut yaitu 4000-5000, 1960, dan 1426 kg/ha (Purnomohadi, 2006). Faktor genetik dari antarvarietas menimbulkan perbedaan respon terhadap faktor lingkungan. Bahan tanam yang mempunyai susunan genetik yang berbeda ditanam pada kondisi lingkungan yang sama, maka keragaman tanaman yang muncul dapat dihubungkan dengan

perbedaan susunan genetik (Sitompul dan Guritno, 1995).

Tanaman akan memberikan reaksi ( tanggapan) terhadap perubahan lingkungan dengan tingkat tanggapan yang tergantung pada jenis tanaman dan tingkat perubahan lingkungan tersebut (Sitompul dan Guritno, 1995). Perubahan lingkungan yang terjadi yaitu dengan memberi pupuk kandang sapi dosis yang berbeda-beda yaitu 0, 5, 10, dan 15 ton/ha yang akan memberikan respon yang berbeda. Menurut Hamim dan Sunyoto (2011), tanaman sorgum yang diberi pupuk berbeda-beda dosisnya akan mengalami respon yang berbeda, dan sangat mungkin setiap genotipe berbeda pula dalam tanggapannya yang dimunculkan dalam fenotip tanaman.

Pemberian bahan organik dapat menambah tersedianya bahan makanan (unsur hara) bagi tanaman yang dapat diserap dari dalam tanah, memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah serta mendorong kehidupan jasad renik di dalam tanah. Tanaman akan berproduksi maksimal apabila kondisi tanah dan tempat tumbuhnya ideal, yaitu secara fisik dan kimia. Dari segi kimia tanah harus mampu menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup dan seimbang.


(30)

7 Pupuk kandang merupakan salah satu sumber bahan organik bagi tanaman.

Walaupun pupuk kandang memiliki kandungan unsur hara yang lebih rendah dibandingkan dengan pupuk buatan tetapi pupuk kandang dapat mempertinggi humus, memperbaiki struktur tanah, dan mendorong kehidupan jasad renik tanah.

Menurut Sumadi (2008) dalam Hamim dan Sunyoto (2011), tanaman sorgum termasuk tanaman siklus C4 yang mempunyai efisiensi dua kali lipat dalam memproduksi bahan organik dan dalam pemanfaatan N juga lebih efisien dua kali lipat. Kandungan N yang cukup tinggi pada kotoran sapi mengakibatkan

pemberian bahan organik berpengaruh responsif pada tanaman sorgum. Hal ini sesuai dengan pendapat Lingga (1997) bahwa unsur nitrogen bagi tanaman berfungsi untuk memacu pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya batang, cabang dan daun. Unsur tersebut kemudian dibawa ke daun dan di sana terjadi peristiwa fotosintesis, kemudian hasilnya dibawa keseluruh bagian tanaman yang akan berpengaruh pada bobot kering tanaman sorgum.

Proses produksi bahan kering bervariasi tergantung pada genotipe dan kondisi lingkungan yang memberikan kombinasi terbaik. Pemahaman tentang perbedaan produksi bahan kering antarkultivar dan kondisi lingkungan sangat penting dalam upaya mengembangkan kultivar berdaya hasil tinggi. Sarief (1986) dalam Safitri (2010) menyatakan bahwa tersedianya unsur hara yang cukup saat pertumbuhan maka proses fotosintesis akan lebih aktif, sehingga pemanjangan, pembelahan, dan diferensiasi sel akan lebih baik pula. Jadi semakin banyak unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman sorgum maka proses fotosintesis akan lebih aktif.


(31)

8 Fotosintat ditranslokasikan dan diakumulasikan dalam berbagai organ tanaman selama pertumbuhan vegetatif dan reproduktif. Daun berfungsi sebagai sumber (source) utama dan polong/ biji bertindak sebagai organ “sink” fotosintat yang utama. Kapasitas dan aktivitas fotosintesis (source) dan kompetisi antar “sink” akan mempengaruhi hasil tanaman. Egli (1999) dalam Purnamawati (2010) menyatakan bahwa hasil (potential yield) tanaman ditentukan oleh kemampuan tanaman mengakumulasikan bahan kering dan pembagian bahan kering tersebut ke bagian yang akan dipanen.

Adanya pertumbuhan vegetatif ini dapat mempengaruhi pembagian fotosintat yang pada akhirnya berakibat mengurangi banyaknya bahan kering yang disimpan dalam biji. Sebaliknya apabila kegiatan fotosintesis dapat tetap dipertahankan tinggi selama periode pengisian biji maka akan sangat menguntungkan karena kebutuhan biji akan dapat terpenuhi. Remobilisasi fotosintat yang tersimpan dalam daun dan batang dapat menjadi sumber lain untuk memenuhi kebutuhan biji selama periode pengisian biji. Akan tetapi remobilisasi juga dapat

mengakibatkan laju fotosintesis daun terganggu yang selanjutnya akan

menurunkan laju serapan hara akar dan memicu senesens (Purnamawati, 2010).

Hasil fotosintesis akan ditranslokasikan keseluruh bagian tanaman untuk

pembentukan organ tanaman dan sebagian akan tersimpan sebagai bahan kering (Jumin, 1991). Hasil bahan kering tanaman hampir 90 % dibentuk dari

fotosintesis. Pertumbuhan tinggi tanaman, diameter batang, luas daun, dan secara langsung akan meningkatkan bobot kering bagian atas tanaman (Gardner et al., 1991).


(32)

9

1.4 Hipotesis

Dari kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat diambil hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan respons akumulasi bahan kering akibat aplikasi bahan organik dengan berbagai dosis pada tanaman sorgum ratoon I.

2. Terdapat perbedaan respons akumulasi bahan kering pada tiga varietas sorgum ratoon I.

3. Terdapat pengaruh interaksi antara dosis bahan organik dan varietas dalam akumulasi bahan kering tanaman sorgum ratoon I.


(33)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Tanaman Sorgum

Berdasarkan klasifikasi botaninya Sorghum bicolor (L.) Moench termasuk ke dalam kingdom Plantae, divisi Magnoliophyta, class Liliopsida, ordo Cyperales, family Poaceae, genus Sorghum, spesies Sorghum bicolor (L.) Moench.

Sorgum adalah jenis serealia yang di Indonesia belum banyak dimanfaatkan kegunaannya. Tanaman sorgum masih demikian kurang perkembangannya, padahal hasilnya dapat merupakan bahan pangan pengganti beras atau untuk diekspor (Kartasapoetra, 1994). Sorgum memiliki potensi yang cukup besar untuk dapat dikembangkan di Indonesia. Tanaman ini toleransi terhadap kekeringan dan genangan, memiliki adaptasi yang luas dan dapat tumbuh baik di lahan yang kurang subur (Syam et al., 1996).

2.2 Morfologi Tanaman Sorgum

Secara umum, biji sorgum dapat dikenali dengan bentuknya yang bulat lonjong atau bulat telur, dan terdiri dari tiga lapisan utama, yaitu kulit luar (8%), lembaga (10%), dan endosperma (82%). Ukuran bijinya kira-kira adalah 4.0 x 2.5 x 3.5 mm, dan berat bijinya berkisar antara 8 - 50 mg dengan rata-rata 28 mg. Berdasarkan bentuk dan ukurannya, biji sorgum dapat digolongkan sebagai biji


(34)

11 berukuran kecil (8-10 mg), sedang (12-24 mg), dan besar (25-35 mg). Kulit bijinya ada yang berwarna putih, merah, atau coklat (Suprapto et al., 1987). Daun sorgum biasanya terdapat secara berselang dalam dua baris pada sisi-sisi batang yang berlawanan dan masing-masing terdiri atas suatu pelepah dan helaian. Ukuran daun meningkat dari bawah (pertama ketika mulai tumbuh) ke atas umumnya sampai daun ketiga atau keempat kemudian menurun sampai daun bendera jumlah daun pada saat dewasa berkorelasi dengan panjang periode vegetatif tetapi, umumnya berkisar antara 7-18 helai daun atau lebih (Leonard et al., 1963).

Rismunandar (1989) mendeskripsikan batang tanaman sorgum tegak, lurus

berbentuk silindres, beruas-ruas dan berbuku-buku. Setiap ruas mempunyai alur 5 yang letaknya berseling seling. Batangnya padat, walaupun bagian tengah dapat menjadi seperti bunga karang, dengan ruang-ruang dalam empulur. Menurut Martin (1970), banyaknya cabang anakan yang berkembang tergantung pada faktor genetik, jarak tanam, kelembapan tanah, kesuburan tanah, fotoperiode, vigor tanaman dan waktu.

Sistem perakaran sorgum terdiri dari akar-akar primer dan sekunder yang panjangnya hampir dua kali panjang akar jagung pada tahap pertumbuhan yang sama sehingga merupakan faktor utama penyebab toleransi sorgum terhadap kekeringan (Thomas et al., 1976).


(35)

12

2.3 Syarat Tumbuh Tanaman Sorgum

Keunggulan sorgum terletak pada daya adaptasi agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibanding tanaman pangan lain seperti jagung dan gandum. Sorgum memiliki kandungan nutrisi yang baik, sehingga dapat digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif. Biji sorgum memiliki kandungan karbohidrat tinggi dan sering digunakan sebagai bahan baku industri bir, pati, gula cair atau sirup, etanol, lem, cat, kertas dan industri lainnya. Tanaman sorgum telah lama dan banyak dikenal oleh petani Indonesia khususnya di daerah Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku, NTB, dan NTT (Yanuwar, 2002).

Tanaman sorgum dapat tumbuh di daerah tropis maupun sub tropis dari dataran rendah hingga dataran tinggi yang mencapai ketinggian 1500 m dpl

(Rismunandar, 1989). Apabila tanaman sorgum ditanam pada daerah yang berketinggian >500 m dpl tanaman sorgum akan terhambat pertumbuhannya dan memiliki umur yang panjang. Rukmana dan Oesman (2001) menambahkan bahwa tanaman sorgum memerlukan suhu optimal berkisar 23-30oC, dengan kelembapan udara 20 % dan suhu tanah 25oC. Sorgum dapat bertahan pada kondisi panas lebih baik dibandingkan tanaman lainnya seperti jagung, namun suhu yang terlalu tinggi dapat menurunkan produksi biji.

Curah hujan yang diperlukan berkisar 375-425 mm/musim tanam dan tanaman sorgum dapat beradaptasi dengan baik pada tanah yang sering tergenang air pada saat turun hujan apabila sistem perakarannya sudah kuat. Beti et al. (1990)


(36)

13 menambahkan tanaman ini mampu beradaptasi dengan baik pada tanah yang sedikit masam (pH 5) hingga sedikit basa (pH 7,5).

2.4 Varietas Sorgum

Menurut Undang-Undang No.29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman pasal 1 ayat 3, varietas tanaman yang selanjutnya disebut varietas, adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun, bunga, buah, biji, dan ekspresi karakteristik genotipe atau kombinasi genotipe yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang - kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan.

Varietas Numbu merupakan varietas sorgum yang berumur 100 – 105 hari dengan tinggi tanaman ± 187 cm. Biji sorgum varietas numbu berwarna krem dengan bentuk biji bulat lonjong. Kelebihan dari sorgum varietas ini adalah mudah dirontokkan, tahan terhadap bercak dan karat daun. Bobot biji sorgum varietas ini mencapai 36 – 37 gr dengan potensi hasil panen 4 – 5 ton/ha. Selain itu, kadar protein dari varietas numbu ini sebesar 9,12 % dengan kadar lemak 3,94 % dan karbohidrat sebesar 84,58 % (DIY Agricenter, 2008).

Dajue dan Guangwei (2000) dalam Purnomohadi (2006) melaporkan hasil penelitiannya tentang beberapa varietas sorgum manis (Wray, Keller, dan Rio) di Beijing menghasilkan hijauan segar berturut-turut 106, 107, dan 82 t/ha. Sedangkan produksi biji berturut-turut 1426, 1960, dan 2866 kg/ha.


(37)

14 Kadar serat kasar ketiga varietas sorgum manis berbeda baik pada 50 HST

maupun 100 HST. Varietas Rio menghasilkan kadar serat kasar lebih tinggi daripada Wray dan Keller.

Dari hasil penelitian Purnomohadi (2006), varietas Keller dan Wray mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai tanaman penghasil hijauan pakan. Selain itu varietas Keller dan Wray mempunyai pertumbuhan vegetatif yang lebih panjang, komposisi kimiawi yang dihasilkan lebih baik kualitasnya untuk hijauan pakan.

2.5 Bahan Organik

Bahan organik adalah salah satu unsur pembentuk tanah. Bahan organik yang telah terdekomposisi dapat memperkaya bahan makanan untuk tanaman. Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan serta kualitas hasil tanaman sorgum adalah dengan memberikan suplai hara yang cukup dan seimbang melalui pemupukan yang dapat memperbaiki kondisi tanah dengan cara penambahan pupuk organik dalam tanah. Salah satu pupuk organik yang dapat diberikan adalah pupuk kandang yang berasal dari kandang ternak berupa kotorannya (Safitri, 2010).

Pupuk kandang dapat menambah kandungan bahan organik atau humus yang memperbaiki sifat fisika tanah terutama struktur tanah, daya mengikat air dan porositas tanah. Pupuk kandang juga dapat memperbaiki sifat biologi tanah yaitu dalam memperbaiki kehidupan mikroorganisme tanah dan melindungi tanah dari kerusakan yang disebabkan oleh erosi.


(38)

15 Kandungan bahan organik disuatu tanah dapat turun apabila tanah tersebut

ditanami terus-menerus. Kadar bahan organik terbanyak ditemukan di lapisan atas (top soil) setebal 20 cm yaitu 15-20%. Apabila kandungan bahan organik kurang dari 15% berbahaya sekali karena dapat menurunkan produksi tanaman, oleh karena itu penambahan bahan organik ke dalam tanah sangat diperlukan untuk meningkatkan produksi tanaman karena bahan organik dapat memperbaiki sifak fisik, kimia, dan biologi tanah yang berpengaruh terhadap kesuburan fisik. Sumber bahan organik yang berbeda akan berbeda pula yang disumbangkan ke tanah (Hakim et al., 1986).

Seiring dengan perkembangan teknologi diketahui bahwa didalam kotoran ternak (pupuk kandang) tersebut terdapat zat-zat hara (makanan) yang penting untuk tanaman. Kandungan unsur hara dalam pupuk kandang yang penting untuk tanaman antara lain unsur nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Ketiga jenis unsur ini sangat penting diberikan karena masing-masing memiliki fungsi yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman (Setiawan, 2005).


(39)

16

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Ilmu Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung mulai bulan September sampai dengan Desember 2013. Lahan percobaan terletak pada ketinggian 135 m dpl, dengan jenis tanah latosol dan sebagian podsolik merah kuning (PMK). Iklim di sekitar kebun percobaan

termasuk tipe B (Schmith Ferguson, 1951) dengan curah hujan rata-rata 1786 mm/ tahun (BPTP Lampung, 2013).

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 3 benih varietas sorgum ( Numbu, Keller, dan Wray) yang digunakan merupakan jenis sorgum manis yang berasal dari BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) Sulusuban, Lampung Tengah. Benih ini merupakan benih introduksi yang diteliti oleh Prof. Dr. Soeranto Hoeman dan dibawa ke Lampung oleh Dr. Soengkono (Sungkono et al., 2010). Varietas Numbu memiliki tinggi tanaman ± 187 cm, panen ± 100-105 hari, potensi hasil 4,0-5,0 t/ha. Varietas Keller memiliki diameter batang 1,17 cm, tinggi tanaman 269,10 cm, umur sorgum 4 - 4,5 bulan, sedangkan varietas Wray


(40)

17 memiliki diameter batang 1,73 cm, tinggi tanaman 231,16 cm, umur sorgum 4 - 4,5 bulan. Sorgum manis yang digunakan memiliki kadar nira 67-76% dan kadar gula brix hasil ekstraksi 5,8-13,7%, bahan organik (pupuk kandang sapi), Urea, SP-36 , KCl. Alat-alat yang dipakai dalam penelitian ini adalah cangkul, sabit, carter, meteran, tali raffia, pompa air, kertas koran, kertas label, timbangan elektrik, streples, oven, plastik, karung, buku tulis, alat tulis, seed counter, klorofilmeter, dan kamera.

3.3 Metode penelitian

Perlakuan dalam penelitian disusun secara faktorial dengan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dengan tiga ulangan. Petak utama adalah dosis bahan organik dari pupuk kandang sapi (B) yang terdiri atas 0 (b0), 5 (b1), 10 (b2), dan 15 ton/ha (b3). Sedangkan anak petak adalah varietas tanaman sorgum (G) yang terdiri dari varietas Numbu (g1), Keller (g2), dan Wray (g3). Petak percobaan yang digunakan pada penelitian ini berukuran 4 m x 4 m dan jarak tanam yang digunakan pada penelitian ini adalah 20 cm x 80 cm, sehingga jumlah tanaman 62.500 tanaman per ha.

Data dianalisis dengan analisis ragam setelah dilakukan Uji Homogenitas ragam antarperlakuan dengan Uji Bartlet dan aditivitas data dengan Uji Tukey.

Perbedaan nilai tengah antarperlakuan ditentukan dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%.


(41)

18 Tabel 1. Kombinasi perlakuan bahan organik dan varietas sorgum dalam

percobaan

No. Kombinasi Perlakuan Dosis Bahan Organik

(ton/ha) Varietas

1. 0 Numbu

2. b0g2 0 Keller

3. b0g3 0 Wray

4. b1g1 5 Numbu

5. b1g2 5 Keller

6. b1g3 5 Wray

7. b2g1 10 Numbu

8. b2g2 10 Keller

9. b2g3 10 Wray

10. b3g1 15 Numbu

11. b3g2 15 Keller

12. b3g3 15 Wray

U1 U2 U3

Gambar 1. Tata Petak Percobaan

B2G1

B1G3

B3G1

B0G3 B0G2

B3G1 B2G2

B1G2 B3G3 B0G1 B2G3 B1G1 B3G2 B3G2 B2G3 B0G1 B1G3 B2G2 B3G3 B0G3 B1G2 B2G1 B0G2 B1G1 B2G3 B3G2 B0G2 B1G1 B2G1 B3G1 B0G3 B1G2 B2G2 B3G3 B0G1 B1G3 U


(42)

19

4 m

4 m

Gambar 2. Tata letak tanaman per satuan percobaan

3.4 Pelaksanaan penelitian

3.4.1 Pemotongan Batang

Pemotongan batang dilakukan pada saat pemanenan tanaman sorgum pertama dengan cara memotong batang sorgum 10-15 cm di atas permukaan tanah dengan menggunakan sabit. Selanjutnya batang sorgum yang telah dipotong dibiarkan sehingga tunas tanaman sorgum tumbuh (ratoon) dari pangkal batang. Tunas-tunas yang tumbuh disebut Ratoon.

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 80 cm

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 20 cm

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X


(43)

20

3.4.2 Perbaikan Petak Percobaan

Perbaikan petak percobaan dilakukan setelah pemotongan batang, sehingga batas antarpetakan terlihat jelas. Perbaikan petakan meliputi perataan tanah,

pembumbunan, dan membuat saluran drainase. Masing-masing petak berukuran 4 m x 4 m dan jarak tanam yang digunakan pada penelitian ini adalah 20 cm x 80 cm dan jarak antarpetak satu meter.

1.4.3 Pemupukan

Perlakuan bahan organik (pupuk kandang sapi) sudah diaplikasikan pada awal pertanaman sorgum pertama sehingga pada tanaman ratoon ini tidak dilakukan penambahan bahan organik. Pupuk kimia yang digunakan adalah Urea, SP 36 dan KCl masing-masing dengan dosis 100, 100, 150 kg/ha dan dilakukan sebanyak dua kali yaitu pemupukan pertama dengan perbandingan ½ : 1: 1 pada 3 mst, sedangkan pemupukan kedua dengan perbandingan ½ : 0 :0 pada 7 mst dengan sistem larikan terputus. Pupuk diberikan dalam lubang ± 10 cm dan ditutup dengan tanah. Pemupukan bertujuan untuk membantu menyediakan unsur hara dalam tanah.

3.4.4 Penjarangan

Penjarangan dilakukan 2 minggu setelah pemotongan batang tanaman sorgum pertama, kemudian dipelihara satu tanaman sorgum yang terbaik dengan jarak antar tanaman hampir sama dengan cara melihat (visual) tanaman ratoon yang tumbuh seragam.


(44)

21

3.4.5. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman ratoon meliputi penyiangan, penyiraman dan pengendalian hama penyakit. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma agar tidak menganggu tanaman sorgum dan dilakukan secara manual. Penyiangan dilakukan pada saat awal pertanaman pada umur 3 mst dan pada saat pemberian pupuk. Penyiraman dilakukan 2 minggu sekali untuk mendukung pertumbuhan tanaman sorgum.

3.5 Variabel yang diamati

Pengamatan dilakukan pada tanaman sampel sebanyak 2 tanaman per petak yang dipilih secara acak. Variabel-variabel yang diamati adalah ;

1. Bobot daun kering

Bobot daun kering diukur dalam satuan gram (g). Bobot daun kering ditentukan dengan cara mengeringkan daun dalam oven selama tiga hari dengan suhu 80oC. Sampel diambil sejak 5 minggu setelah tanam (mst) dengan interval seminggu sekali.

2. Bobot batang kering

Bobot batang kering diukur dalam satuan gram (g). Bobot batang kering ditentukan dengan cara mengeringkan batang dalam oven selama tiga hari dengan suhu 80oC. Sampel diambil sejak 5 minggu setelah tanam (mst) dengan interval seminggu sekali.

3. Bobot akar kering

Bobot akar kering diukur dalam satuan gram (g). Bobot akar kering ditentukan dengan cara mengeringkan akar dalam oven selama tiga hari dengan suhu


(45)

22 80oC. Sampel diambil sejak 5 minggu setelah tanam (mst) dengan interval seminggu sekali.

4. Bobot malai kering

Bobot malai kering diukur dalam satuan gram (g). Bobot malai kering ditentukan dengan cara mengeringkan malai dalam oven selama tiga hari dengan suhu 80oC. Sampel diambil sejak 7 minggu setelah tanam (mst) dengan interval seminggu sekali.

5. Bobot biji kering

Bobot biji kering diukur dalam satuan gram (g). Bobot biji kering ditentukan dengan cara mengeringkan biji dalam oven selama tiga hari dengan suhu 80oC. Sampel diambil sejak 8 minggu setelah tanam (mst) dengan interval seminggu sekali.

6. Jumlah biji

Jumlah biji ditentukan dengan cara menghitung biji menggunakan seed counter. Sampel diambil mulai 8 minggu setelah tanam (mst) dengan interval pengambilan sampel setiap minggu.

7. Klorofil

Klorofil diukur dalam satuan unit dan ditentukan dengan cara menggunakan

klorofilmeter. Sampel diukur sejak 7 minggu setelah tanam (mst) dengan interval seminggu sekali.

8. Bobot brangkasan kering

Bobot brangkasan kering diukur dalam satuan gram (g). Bobot brangkasan kering ditentukan dengan cara mengeringkan daun, batang, dan akar dalam oven selama tiga hari dengan suhu 80oC. Sampel diambil pada 12 minggu setelah tanam (mst).


(46)

23 9. Indeks panen

Indeks panen diperoleh dari hasil tanaman dibagi dengan berta kering total tanaman. Indeks panen merupakan kemampuan tanaman untuk

mendistribusikan bahan kering ke biji. Indeks panen diukur dalam satuan persen (%). Lalu dihitung dengan cara:


(47)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Dosis bahan organik 0, 5, 10 dan 15 ton/ha tidak mempengaruhi akumulasi

bahan kering tanaman sorgum, kecuali pada jumlah biji 8 mst. Sebagian bahan kering diakumulasikan pada batang, biji, akar, daun, dan malai.

2. Varietas Numbu memiliki akumulasi bahan kering yang paling besar dibandingkan Varietas Wray dan Keller.

3. Pengaruh bahan organik terhadap bobot kering tanaman sorgum tergantung pada varietas, pada dosis bahan organik 15 ton/ha Varietas Numbu memiliki bobot akar kering dan bobot malai kering tertinggi dibandingkan dengan Varietas Keller dan Wray.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk menggunakan bahan organik setiap musim. Jadi pada saat tanaman ratoon diberikan lagi bahan organik.


(48)

53

PUSTAKA ACUAN

Adimihardja, A., I. Juarsah, dan U. Kurnia. 2000. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis dan Takaran Pupuk Kandang terhadap Produktivitas Tanah Ultisol Terdegradasi di Desa Batin, Jambi. Hal 303-319 dalam Pros.Seminar Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim dan Pupuk. Buku II. Lido Bogor 6-8 Desember 1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor.

Agustina, K., D. Sopandie, Trikoesoemaningtyas, dan D. Wirnas. 2010. Tanggap Fisiologi Akar Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) terhadap Cekaman Aluminium dan Defisiensi Fosfor di dalam Rhizotron. Jurnal Agronomi Indonesia. Volume 38 No. 2. Hlm 88-94.

Beti, Y. A., A. Ispandi dan Sudaryono. 1990. Sorgum. Monografi Balai Penelitian Tanaman.Malang No. 5. Malang.

BPTP Lampung, 2013. Sekilas Kebun Percobaan Natar BPTP Lampung. http://www.lampung.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2013. Pukul 15.30 WIB.

Chauchan J.S, B.S. Vergara dan S.S. Lopez. 1985. Rice Ratooning. IRRI Research Paper Series. Number 102 . February 1985. IRRI: Philippines.

Dajue L. dan Guangwei S., 2000. Sweet Sorghum A Fine Forage Crop For The Beijing Region, China. Paper Presented In FAO E-Conference On Tropical Silage, 1 Sept−15 Dec 1999 In FAO, 2000. Vol. 161: 123−124.

Dermawan, R. 2011. Respon Genotipe Sorgum [Sorghum bicolor (L.) Moench] Terhadap Pemupukan P Pada Berbagai Taraf Kejenuhan Aluminium Di Tanah Masam. Disertasi. Sekolah pascasarjana IPB. Bogor.

DIY Agricenter. 2008. Teknologi Produksi Sorgum. Seksi Pengembangan Teknologi Dan Produksi Perbenihan Tanaman Pangan. UPTD Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan Dan Hortikultura (BP2APTP). Http://Agricenter.Jogjaprov.Go.Id/Index.Php?Action= Generic_Content.Main&Id_Gc=315. Diakses Tanggal 21 Juni 2013. Bandar Lampung.


(49)

54

Foth, D. H. 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Gardner, F. P., R. B. Pearce., R. Roger and I. Mitchel. 1992. Physiologi of Plant. Lowa State University Press. Diterjemahkan oleh Tohari,S. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Goldsworthy, P.R. dan N. M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S.G. Nugroho, M. A. Diha, G.B. Hong dan H.H. Barley. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Diterbitkan untuk BKS-PTN/UNSAID WUAE Project. Universitas Lapmung Press. Bandar Lampung. 450 hlm.

Hamim, H. dan Sunyoto. 2011. Penampilan Agronomi Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor L.) Pada Pingkat Pemupukan Nitrogen Berbeda. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hoeman, S. 2007. Peluang dan potensi pengembangan sorgum. Makalah pada

Workshop ―Peluang dan tantangan sorgum sebagai bahan baku

bioetanol‖. Dirjen Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. 10 hal. House, LR. 1985. A guide to Sorghum Breeding. 2nd Ed. International Crops

Research Institute for Semi-Arid Tropics (ICRISAT). India. 206p.

Kamal, M. 2011. Kanjian Sinergi Pemanfaatan Cahaya dan Nitrogen dalam Produksi Tanaman Pangan. Pidato ilmiah pengukuhan guru besar ilmu tanaman pada 23 Februari 2011. Penerbit Universitas Lampung.

Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Leonard, W. H. & Martin, J. H. 1963. Cereal Crops. The Macmillan Company, USA, Pp679-735.

Lingga, P., dan Marsono. 2000. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.


(50)

55

Martajaya, M. 2003. Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Manis (Zea mays Saccharata Stury) Yang Dipupuk Beberapa Macam Pupuk Organik Pada Saat Yang Berbeda Terhadap Anorganik. Tesis. Pascasarjana Unibraw. Malang.

Mudjisihono R. dan H.S. Suprapto. 1987. Budidaya dan Pengolahan Sorgum. Jakarta:Penebar Swadaya

Mutiah, Z. 2013. Uji Daya Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Di Tanah Masam, Jasinga. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Novemprirenta, Y. C., S. Indriyani, Y. Prayogo. 2013. Respon Beberapa Galur Sorgum [Sorghum bicolor (L.) Moench] terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia sorghi Schw.). Jurnal Biotropika. Edisi 1 No 2. Hlm 57-61.

Poerwanto, R. 2003. Peran Manajemen Budidaya Tanaman Dalam Peningkatan Ketersediaan dan Mutu Buah-buahan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 13 September 2003

Purnamawati, H., R.Poerwanto, I. Lubis, Yudiwanti, S.A. Rais, dan

A.G.Manshuri. 2010. Akumulasi dan Distribusi Bahan Kering pada Beberapa Kultivar Kacang Tanah. Jurnal Agronomi Indonesia Volume 38 No. 2. Hlm 100 - 106.

Purnomohadi, M. 2006. Potensi Penggunaan Beberapa Varietas Sorgum Manis (Sorghum bicolor (L.)Moench) Sebagai Tanaman Pakan. Berk. Penel. Hayati: Vol.12 No.41–4. Surabya. Hlm 41-44.

Puspitasari, G., D. Kastono, S. Waluyo. 2012. Pertumbuhan Dan Hasil Sorgum Manis (Sorghum bicolor (L.) Moench) Tanam Baru Dan Ratoon Pada Jarak Tanam Berbeda. Jurnal Budidaya Pertanian Vol. 1 No.4. Yogyakarta.

Rauf, A. W., Syamsuddin, T., S. R. Sihombing, 2000. Peranan Pupuk NPK pada Tanaman Padi. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Loka Pengkajian Teknologi Petanian Koya Barat. Irian Jaya.

Rismunandar. 1989. Sorghum Tanaman Serba Guna. Bandung: Sinarbaru. Rukmana, H dan Y. Oesman. 2001. Usaha tani sorgum. Kanisius. Jakarta. 40 hal.


(51)

56

Safitri, R., N. Akhir, I. Suliansyah. 2010. Pengaruh Jarak Tanam Dan Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor ( L.) Moench). J. Jerami Volume 3 No. 2. Hlm 107-119.

Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. Third Edition. Wadsworth Publishing Company, Belmont, California. 540p.

Sanchez, P.A., 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika (Terjemahan). Penerbit ITB. Bandung.

Septiani, R. 2009. Evaluasi Pertumbuahan Dan Hasil Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor L.) Ratoon I. Di Bandar Lampung. Skripsi Mahasiswa. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Setiawan, A.I. 2005. Memanfaatkan kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. 82 hlm.

Sirappa, M.P. 2003. Prospek Pengembangan Sorghum Di Indonesia Sebagai Komoditas Alternatif Untuk Pangan, Pakan, Dan Industri. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Vol.22 No.4. Jakarta. Hlm. 133-140.

Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Subeni, 2000. Pengaruh Pengolahan Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Enam Varietas Sorghum Manis. Jurnal Embryo.

Sucitpo, 2010. Efektifitas Cara Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Sorghum Manis [Sorghum bicolor (L.) Moench].

Jurnal Embryo, Vol. 7 No.2. Hlm 67-74.

Sungkono. 2004. Evaluasi Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Genotipe Padi Gogo Tahan Naungan Pada Dua Lokasi Berbeda. Tesis Pascasarjana. Universitas Lampung. Lampung. 60 hlm.

Sungkono. 2010. Seleksi Galur Mutan Sorgum [Sorghum bicolor (L.) Moench] Untuk Produktivitas Biji dan Bioetanol Tinggi Di Tanah Masam Melalui Pendekatan Participatory Plant Breeding. [Disertasi]. Bogor: Sekolah PascaSarjana, Institut Pertanian Bogor.


(52)

57

Suseno, S. 2013. Respon Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Sistem Tumpangsari dengan Tanaman Ubukayu (Manihot esculenta CRANTZ). Skripsi. Universitas lampung. Lampung. Hal 35.

Syahruddin, A. dan Nuraini. 1999. Pemberian Pupuk Kandang Memperbaiki Swat Fisika Dan Kimia Tanah. Lokakarya Fungsional Non Peneliti. Bogor.

Syam, M., Hermanto dan A. Musaddad. 1996. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan, Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III, Buku 4. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Tarigan, Dewi H., T. Irmansyah, E. Purba. 2013. Pengaruh Waktu Penyiangan Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Sorgum

(Sorghum bicolor [L.] Moench). Jurnal Online Agroekoteknologi, Vol.2, No.1:86-94.

Thomas J. C., K. W. Brown and W. R. Jordan. 1976. ‘Stomata response to leaf water potential as affected by preconditioning water stree in the

field’, Agron. J., 68: 706-708.

Turmudi, E. 2010. Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor) Terhadap Frekuensi Dan Dosis Pupuk Nitrogen. Jurnal Ilmiah Pertania Biofarm, Volume 13, No. 9. Pekalongan. Hlm 11-24.

Yanuwar, W. 2002. Aktivitas Antioksidan Dan Imunomodulator Serealia Non -Beras. Institut Pertanian Bogor.

Yuliasari, R. 2013. Distribusi Bahan Kering Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) Yang Ditumpangsarikan

Dengan Ubikayu (Manihot esculenta CRANTZ). Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. Hal 32-33.


(1)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Dosis bahan organik 0, 5, 10 dan 15 ton/ha tidak mempengaruhi akumulasi

bahan kering tanaman sorgum, kecuali pada jumlah biji 8 mst. Sebagian bahan kering diakumulasikan pada batang, biji, akar, daun, dan malai.

2. Varietas Numbu memiliki akumulasi bahan kering yang paling besar dibandingkan Varietas Wray dan Keller.

3. Pengaruh bahan organik terhadap bobot kering tanaman sorgum tergantung pada varietas, pada dosis bahan organik 15 ton/ha Varietas Numbu memiliki bobot akar kering dan bobot malai kering tertinggi dibandingkan dengan Varietas Keller dan Wray.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, disarankan untuk menggunakan bahan organik setiap musim. Jadi pada saat tanaman ratoon diberikan lagi bahan organik.


(2)

PUSTAKA ACUAN

Adimihardja, A., I. Juarsah, dan U. Kurnia. 2000. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis dan Takaran Pupuk Kandang terhadap Produktivitas Tanah Ultisol Terdegradasi di Desa Batin, Jambi. Hal 303-319 dalam Pros.Seminar Nasional Sumber Daya Tanah, Iklim dan Pupuk. Buku II. Lido Bogor 6-8 Desember 1999. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat Bogor.

Agustina, K., D. Sopandie, Trikoesoemaningtyas, dan D. Wirnas. 2010. Tanggap Fisiologi Akar Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) terhadap Cekaman Aluminium dan Defisiensi Fosfor di dalam Rhizotron. Jurnal Agronomi Indonesia. Volume 38 No. 2. Hlm 88-94.

Beti, Y. A., A. Ispandi dan Sudaryono. 1990. Sorgum. Monografi Balai Penelitian Tanaman. Malang No. 5. Malang.

BPTP Lampung, 2013. Sekilas Kebun Percobaan Natar BPTP Lampung. http://www.lampung.litbang.deptan.go.id. Diakses pada tanggal 27 Agustus 2013. Pukul 15.30 WIB.

Chauchan J.S, B.S. Vergara dan S.S. Lopez. 1985. Rice Ratooning. IRRI Research Paper Series. Number 102 . February 1985. IRRI: Philippines.

Dajue L. dan Guangwei S., 2000. Sweet Sorghum A Fine Forage Crop For The Beijing Region, China. Paper Presented In FAO E-Conference On Tropical Silage, 1 Sept−15 Dec 1999 In FAO, 2000. Vol. 161: 123−124.

Dermawan, R. 2011. Respon Genotipe Sorgum [Sorghum bicolor (L.) Moench] Terhadap Pemupukan P Pada Berbagai Taraf Kejenuhan Aluminium Di Tanah Masam. Disertasi. Sekolah pascasarjana IPB. Bogor.

DIY Agricenter. 2008. Teknologi Produksi Sorgum. Seksi Pengembangan Teknologi Dan Produksi Perbenihan Tanaman Pangan. UPTD Balai Pengembangan Perbenihan Tanaman Pangan Dan Hortikultura (BP2APTP). Http://Agricenter.Jogjaprov.Go.Id/Index.Php?Action= Generic_Content.Main&Id_Gc=315. Diakses Tanggal 21 Juni 2013. Bandar Lampung.


(3)

Foth, D. H. 1998. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Gardner, F. P., R. B. Pearce., R. Roger and I. Mitchel. 1992. Physiologi of Plant. Lowa State University Press. Diterjemahkan oleh Tohari,S. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Goldsworthy, P.R. dan N. M. Fisher. 1992. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. Penerbit Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Hakim, N., M.Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S.G. Nugroho, M. A. Diha, G.B. Hong dan H.H. Barley. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Diterbitkan untuk BKS-PTN/UNSAID WUAE Project. Universitas Lapmung Press. Bandar Lampung. 450 hlm.

Hamim, H. dan Sunyoto. 2011. Penampilan Agronomi Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor L.) Pada Pingkat Pemupukan Nitrogen Berbeda. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hoeman, S. 2007. Peluang dan potensi pengembangan sorgum. Makalah pada Workshop ―Peluang dan tantangan sorgum sebagai bahan baku bioetanol‖. Dirjen Perkebunan, Departemen Pertanian. Jakarta. 10 hal.

House, LR. 1985. A guide to Sorghum Breeding. 2nd Ed. International Crops Research Institute for Semi-Arid Tropics (ICRISAT). India. 206p.

Kamal, M. 2011. Kanjian Sinergi Pemanfaatan Cahaya dan Nitrogen dalam Produksi Tanaman Pangan. Pidato ilmiah pengukuhan guru besar ilmu tanaman pada 23 Februari 2011. Penerbit Universitas Lampung.

Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Leonard, W. H. & Martin, J. H. 1963. Cereal Crops. The Macmillan Company, USA, Pp679-735.

Lingga, P., dan Marsono. 2000. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 150 hal.


(4)

Martajaya, M. 2003. Pertumbuhan Dan Hasil Jagung Manis (Zea mays Saccharata Stury) Yang Dipupuk Beberapa Macam Pupuk Organik Pada Saat Yang Berbeda Terhadap Anorganik. Tesis. Pascasarjana Unibraw. Malang.

Mudjisihono R. dan H.S. Suprapto. 1987. Budidaya dan Pengolahan Sorgum. Jakarta:Penebar Swadaya

Mutiah, Z. 2013. Uji Daya Hasil Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) Di Tanah Masam, Jasinga. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Novemprirenta, Y. C., S. Indriyani, Y. Prayogo. 2013. Respon Beberapa Galur Sorgum [Sorghum bicolor (L.) Moench] terhadap Penyakit Karat Daun (Puccinia sorghi Schw.). Jurnal Biotropika. Edisi 1 No 2. Hlm 57-61.

Poerwanto, R. 2003. Peran Manajemen Budidaya Tanaman Dalam Peningkatan Ketersediaan dan Mutu Buah-buahan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Ilmu Hortikultura. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor. 13 September 2003

Purnamawati, H., R.Poerwanto, I. Lubis, Yudiwanti, S.A. Rais, dan

A.G.Manshuri. 2010. Akumulasi dan Distribusi Bahan Kering pada Beberapa Kultivar Kacang Tanah. Jurnal Agronomi Indonesia Volume 38 No. 2. Hlm 100 - 106.

Purnomohadi, M. 2006. Potensi Penggunaan Beberapa Varietas Sorgum Manis (Sorghum bicolor (L.) Moench) Sebagai Tanaman Pakan. Berk. Penel. Hayati: Vol.12 No.41–4. Surabya. Hlm 41-44.

Puspitasari, G., D. Kastono, S. Waluyo. 2012. Pertumbuhan Dan Hasil Sorgum Manis (Sorghum bicolor (L.) Moench) Tanam Baru Dan Ratoon Pada Jarak Tanam Berbeda. Jurnal Budidaya Pertanian Vol. 1 No.4. Yogyakarta.

Rauf, A. W., Syamsuddin, T., S. R. Sihombing, 2000. Peranan Pupuk NPK pada Tanaman Padi. Departemen Pertanian. Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian. Loka Pengkajian Teknologi Petanian Koya Barat. Irian Jaya.

Rismunandar. 1989. Sorghum Tanaman Serba Guna. Bandung: Sinarbaru. Rukmana, H dan Y. Oesman. 2001. Usaha tani sorgum. Kanisius. Jakarta. 40 hal.


(5)

Safitri, R., N. Akhir, I. Suliansyah. 2010. Pengaruh Jarak Tanam Dan Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor ( L.) Moench). J. Jerami Volume 3 No. 2. Hlm 107-119.

Salisbury, F.B. and C.W. Ross. 1992. Plant Physiology. Third Edition. Wadsworth Publishing Company, Belmont, California. 540p.

Sanchez, P.A., 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika (Terjemahan). Penerbit ITB. Bandung.

Septiani, R. 2009. Evaluasi Pertumbuahan Dan Hasil Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor L.) Ratoon I. Di Bandar Lampung. Skripsi Mahasiswa. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Setiawan, A.I. 2005. Memanfaatkan kotoran Ternak. Penebar Swadaya. Jakarta. 82 hlm.

Sirappa, M.P. 2003. Prospek Pengembangan Sorghum Di Indonesia Sebagai Komoditas Alternatif Untuk Pangan, Pakan, Dan Industri. Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Pertanian, Vol.22 No.4. Jakarta. Hlm. 133-140.

Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Subeni, 2000. Pengaruh Pengolahan Tanah Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Enam Varietas Sorghum Manis. Jurnal Embryo.

Sucitpo, 2010. Efektifitas Cara Pemupukan Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Sorghum Manis [Sorghum bicolor (L.) Moench]. Jurnal Embryo, Vol. 7 No.2. Hlm 67-74.

Sungkono. 2004. Evaluasi Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Genotipe Padi Gogo Tahan Naungan Pada Dua Lokasi Berbeda. Tesis Pascasarjana. Universitas Lampung. Lampung. 60 hlm.

Sungkono. 2010. Seleksi Galur Mutan Sorgum [Sorghum bicolor (L.) Moench] Untuk Produktivitas Biji dan Bioetanol Tinggi Di Tanah Masam Melalui Pendekatan Participatory Plant Breeding. [Disertasi]. Bogor: Sekolah PascaSarjana, Institut Pertanian Bogor.


(6)

Suseno, S. 2013. Respon Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Tanaman Jagung (Zea mays L.) Terhadap Sistem Tumpangsari dengan Tanaman Ubukayu (Manihot esculenta CRANTZ). Skripsi. Universitas lampung. Lampung. Hal 35.

Syahruddin, A. dan Nuraini. 1999. Pemberian Pupuk Kandang Memperbaiki Swat Fisika Dan Kimia Tanah. Lokakarya Fungsional Non Peneliti. Bogor.

Syam, M., Hermanto dan A. Musaddad. 1996. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan, Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III, Buku 4. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor.

Tarigan, Dewi H., T. Irmansyah, E. Purba. 2013. Pengaruh Waktu Penyiangan Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Sorgum

(Sorghum bicolor [L.] Moench). Jurnal Online Agroekoteknologi, Vol.2, No.1:86-94.

Thomas J. C., K. W. Brown and W. R. Jordan. 1976. ‘Stomata response to leaf water potential as affected by preconditioning water stree in the field’, Agron. J., 68: 706-708.

Turmudi, E. 2010. Respon Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor) Terhadap Frekuensi Dan Dosis Pupuk Nitrogen. Jurnal Ilmiah Pertania Biofarm, Volume 13, No. 9. Pekalongan. Hlm 11-24.

Yanuwar, W. 2002. Aktivitas Antioksidan Dan Imunomodulator Serealia Non -Beras. Institut Pertanian Bogor.

Yuliasari, R. 2013. Distribusi Bahan Kering Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) Yang Ditumpangsarikan

Dengan Ubikayu (Manihot esculenta CRANTZ). Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. Hal 32-33.