JUDUL INDONESIA: PENGARUH APLIKASI BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM (Sorghum bicolor [L.] Moench)

(1)

ABSTRAK

PENGARUH APLIKASI BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM

(Sorghum bicolor [L.] Moench)

OLEH

RYZKITA PRIMA PRAMANDA

Sorghum (Sorghum bicolor [L.] Moench) adalah tanaman serealia yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai sumber bahan pangan mendukung program diversifikasi pangan. Untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum maka perlu upaya pengembangan teknik budidaya seperti penambahan bahan organik dan penggunaan varietas unggul.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk (1) mengetahui dosis pemberian bahan organik terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum (2) mengetahui varietas tanaman sorgum yang menunjukan pertumbuhan dan hasil terbaik (3) mengetahui pengaruh interaksi antara dosis bahan organik dan jenis varietas yang digunakan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum. Penelitian ini dilaksanakan di Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Unit Kebun Percobaan Natar, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung


(2)

Selatan pada bulan Mei sampai September 2013. Penelitian dilaksanakan

berdasarkan rumusan masalah : (1) Berapakah dosis bahan organik terbaik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum ? (2) Adakah perbedaan pertumbuhan dan hasil ketiga varietas sorgum yang ditanam ? (3) Adakah pengaruh interaksi antara dosis pemberian bahan oganik dan jenis varietas yang ditanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum ?

Perlakuan disusun secara faktorial dengan split plot dalam rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan. Petak utama adalah dosis bahan organik (b) yang terdiri atas 4 taraf yaitu 0 ton/ha (b0), 5 ton/ha (b1), 10 ton/ha (b2) dan 15 ton/ha (b3). Anak petak adalah varietas sorgum (g) yaitu Numbu (g1), Keller (g2), dan Wray (g3). Sorgum ditanam dengan jarak tanam 80 cm x 20 cm pada setiap petakan percobaan yang berukuran 4 m x 4 m.

Pupuk yang digunakan adalah Urea, SP-36 dan KCl masing-masing dengan dosis 100, 100 dan 150 kg/ha. Pemberian Urea dilakukan secara bertahap yaitu 2 minggu setelah tanam (mst) dan 6 mst. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Aplikasi bahan organik meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum dan hasil sorgum tertinggi dicapai pada dosis 15 ton/ha. (2) Varietas Numbu menunjukkan keragaan komponen hasil bobot biji/ malai terbaik, sedangkan produksi biomassa terbaik ditunjukkan oleh varietas Keller dan Wray. (3)

Kombinasi penggunaan bahan organik dan varietas yang tepat untuk memperoleh hasil biji sorgum adalah dosis 15 ton/ha dengan varietas Numbu.

Kata kunci: bahan organik, pertumbuhan, hasil, varietas, sorgum


(3)

PENGARUH APLIKASI BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL BEBERAPA VARIETAS SORGUM

(Sorghum bicolor [L.] Moench)

Oleh

RYZKITA PRIMA PRAMANDA Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Rasuan, Kecamatan Madang Suku 1, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT), pada tanggal 15 September 1992, sebagai anak pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Bapak Daryono dan Ibu Afrida. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 1 Prabumulih pada tahun 2004, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Prabumulih pada tahun 2007, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 3 Prabumulih pada tahun 2010.

Tahun 2010, penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik dan Bakat (PKAB). Selama menjadi mahasiswa pernah menjadi anggota Organisasi LSMATA pada tahun 2010, asisten dosen Teknologi Benih pada tahun 2012 dan 2013, asisten dosen Produksi Tanaman Pangan pada tahun 2012 dan 2014, asisten dosen Dasar-Dasar Budidaya Tanaman pada tahun 2013, dan asisten dosen

Produksi Tanaman Getah, Gula dan Bahan Penyegar pada tahun 2014. Penulis juga aktif di kegiatan Rumah Baca Asma Nadia Lampung pada tahun 2013. Penulis juga tergabung sebagai anggota Deep Volunteer Organization (DPO) Bandar Lampung pada tahun 2013. Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP), Kecamatan


(8)

Natar,Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2013 yang berjudul “Pengelolaan Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) di Kebun Percobaan BPTP Lampung, Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan”. Penulis juga mengikuti KKN di Desa Labuhan Baru, Kecamatan Way Serdang Kabupaten Mesuji, Lampung pada tahun 2014.


(9)

“Twenty years from now you will be more disappointed by the things

that you didn’t do than by the ones you did do. So throw off the

bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade, winds

in your sails. Explore. Dream. Discover” (Mark Twain)

“Dengan tidak tahu maka mereka yang menyadari kalau tidak ada

yang sia-

sia dalam kehidupan akan selalu berbuat baik”


(10)

Ku persembahkan karya sederhana ini kepada:

Kedua Orangtua Ku Tercinta

Daryono dan Afrida yang telah mencurahkan segala cinta dan kasih

sayang, dan untuk semua doa yang selalu dipanjatkan.

Adik Ku Tersayang

Sonny Pramanda “Teman berantem disaat bersama, teman kangen

disaat jauh”

Keluarga Besar Ku

Teman juga Sahabat-Sahabat Terbaik

Almamater Tercinta


(11)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi yang berjudul Pengaruh Aplikasi Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Beberapa Varietas Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) dengan baik. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan kesalahan yang tidak disengaja. Pelaksanaan dan penulisan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa dukungan dan bimbingan dari semua pihak. Penulis telah banyak menerima bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh sebab itu, sebagai wujud rasa hormat, penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak berikut ini. 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Kamal, M.Sc., selaku pembimbing pertama

atas waktu, saran, nasehat, bantuan, bimbingan dan motivasi selama pelaksanaan penelitian hingga proses penulisan skripsi;

2. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku pembimbing kedua sekaligus Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung atas waktu, saran, nasehat, bantuan, bimbingan dan motivasi selama pelaksanaan penelitian hingga proses penulisan skripsi;


(12)

3. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang sangat bermanfaat dalam penulisan skripsi;

4. Bapak Dr. Ir. Paul Benyamin Timotiwu, M.S., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan dukungan selama ini; 5. Bapak Prof. Dr. Ir. Setyo Dwi Utomo, M.Sc., selaku Ketua Bidang Budidaya

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung;

7. Balai Pengkajian Teknologi Pangan (BPTP) Lampung Kebun Percobaan (KP) Natar dan segenap karyawan khususnya Pak Sumarko, Pak Jumari, dan Pakde Untung atas bantuan, arahan dan pengalaman teknis selama di

lapangan;

8. Keluarga tersayang, Ayah, Ibu, adik ku Sonny Pramanda dan Mbak ku

Norawaty Ma’as juga keluarga besar untuk semua kasih sayang, doa, dan semangat yang telah diberikan selama ini;

9. Teman seperjuangan dalam melaksanakan penelitian Sherly Ardhani Pithaloka, Dian Oktaviani, Novri, Iyut Paramita Napitupulu, Galih Dwi Cahyo, dan Desi Anggraeni atas kerjasama, semangat dan bantuannya dalam melaksanakan penelitian;

10. Sahabat terbaik Septianing Diah Awalia, Agnes Nurfatwa Meighriany, Novri Dwi Damayanti, Anisha, Alawiyah, Wasis Sugiyem, Retta Ramadhina Rias Nidya Wanda dan Mustajab atas bantuan juga dukungan yang selalu


(13)

11. Teman-teman Agroteknologi kelas A 2010 Ferdaner Humairah Fajri, Ade Yunike Larassati, Anissa Indra Wati, Nurjannah Yulia Hastuti, Nana Ratna Wati dan yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan mereka dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 2014


(14)

i

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Masalah... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Kerangka Pemikiran ... 4

1.4 Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Diversifikasi Pangan ... 7

2.2 Sorgum ... 8

2.3 Bahan Organik ... 10

2.4 Varietas ... 12

III. BAHAN DAN METODE ... 15

3.1 Tempat dan Waktu ... 15

3.2 Bahan dan Alat... 15

3.3 Metode Penelitian ... 16


(15)

ii

3.4.1 Pengolahan Tanah ... 18

3.4.2 Pembuatan Petakan ... 19

3.4.3 Penanaman ... 19

3.4.4 Pemupukan ... 19

3.4.5 Penyulaman ... 19

3.5 Pemeliharaan ... 20

3.6 Variabel Pengamatan ... 21

3.6.1 Komponen Pertumbuhan ... 21

3.6.2 Komponen Hasil ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

4.1Hasil Penelitian ... 24

4.1.1 Tinggi Tanaman ... 25

4.1.2 Jumlah Daun ... 27

4.1.3 Diameter Batang ... 29

4.1.4 Bobot Basah Tanaman ... 30

4.1.5 Bobot Kering Tanaman ... 30

4.1.6 Panjang Malai ... 31

4.1.7 Jumlah Biji per Malai ... 32

4.1.8 Bobot Biji per Malai ... 33

4.1.9 Bobot 100 Butir Pada Kadar Air 14% ... 34

4.2 Pembahasan ... 35

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

5.1 Kesimpulan ... 43

5.2 Saran ... 43

PUSTAKA ACUAN ... 44


(16)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Susunan perlakuan percobaan ... 17 2. Rekapitulasi hasil analisis ragam jumlah daun, diameter batang,

bobot basah tanaman, bobot kering tanaman, jumlah biji per malai,

bobot biji per malai, bobot 100 butir pada kadar air 14% ... 25 3. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap tinggi tanaman

Sorgum pada 6,7,8,9 dan 10 mst. ... 26 4. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap jumlah daun

tanaman sorgum pada 6,7,8,9 dan 10 mst ... 28 5. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap diameter batang

tanaman sorgum pada 8,9 dan 10 mst ... 29 6. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap bobot basah

tanaman sorgum ... 30 7. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap bobot kering

tanaman sorgum ... 31 8. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap panjang malai

tanaman sorgum ... 32 9. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap

jumlah biji/ malai tanaman sorgum. ... 33 10. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap

bobot biji/malai tanaman sorgum ... 34 11. Pengaruh bahan organik dan varietas terhadap

bobot 100 butir tanaman sorgum pada kadar air 14% ... 34 12. Data tinggi tanaman sorgum pada umur 6 mst ... 48 13. Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada umur 6 mst ... 48


(17)

iv

14. Data tinggi tanaman sorgum pada umur 7 mst ... 49

15. Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada umur 7 mst ... 49

16. Data tinggi tanaman sorgum pada umur 8 mst ... 50

17. Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada umur 8 mst ... 50

18. Data tinggi tanaman sorgum pada umur 9 mst ... 51

19. Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada umur 9 mst ... 51

20. Data tinggi tanaman sorgum pada umur 10 mst ... 52

21. Analisis ragam tinggi tanaman sorgum pada umur 10 mst ... 52

22. Data jumlah daun tanaman sorgum pada umur 6 mst ... 53

23. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 6 mst ... 53

24. Data jumlah daun tanaman sorgum pada umur 7 mst ... 54

25. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 7 mst ... 54

26. Data jumlah daun tanaman sorgum pada umur 8 mst ... 55

27. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 8 mst ... 55

28. Data jumlah daun tanaman sorgum pada umur 9 mst ... 56

29. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 9 mst ... 56

30. Data jumlah daun tanaman sorgum pada umur 10 mst ... 57

31. Analisis ragam jumlah daun tanaman sorgum pada umur 10 mst ... 57


(18)

v 32. Data diameter batang tanaman sorgum pada umur 8 mst ... 58 33. Analisis ragam diameter batang tanaman sorgum pada

umur 8 mst ... 58 34. Data diameter batang tanaman sorgum pada umur 9 mst ... 59 35. Analisis ragam diameter batang tanaman sorgum pada

umur 9 mst ... 59 36. Data diameter batang tanaman sorgum pada umur 10 mst ... 60 37. Analisis ragam diameter batang tanaman sorgum pada

umur 10 mst ... 60 38. Data bobot basah tanaman sorgum pada umur 12 mst ... 61 39. Analisis ragam bobot basah tanaman sorgum pada

umur 12 mst ... 61 40. Data bobot kering tanaman sorgum pada umur 12 mst ... 62 41. Analisis ragam bobot kering tanaman sorgum pada

umur 12 mst ... 62 42. Data panjang malai tanaman sorgum pada umur 12 mst ... 63 43. Analisis ragam panjang malai tanaman sorgum pada

umur 12 mst ... 63 44. Data jumlah biji per malai tanaman sorgum pada umur 12 mst ... 64 45. Analisis ragam panjang malai tanaman sorgum pada

umur 12 mst ... 64 46. Data bobot biji per malai tanaman sorgum pada umur 12 mst ... 65 47. Analisis ragam bobot biji per malai tanaman sorgum pada

umur 12 mst ... 65 48. Data bobot biji pada kadar air 14% tanaman sorgum pada


(19)

vi 49. Analisis ragam bobot biji pada kadar air 14% tanaman

sorgum pada umur 12 mst ... 66 50. Data analisis tanah sebelum dilakukan penelitian ... 67 51. Data analisis tanah setelah dilakukan penelitian ... 67 52. Data curah hujan stasiun Rejosari, Kecamatan Natar,

Kabupaten Lampung Selatan saat penelitian berlangsung... 67 53. Deskripsi varietas Numbu ... 68 54. Deskripsi varietas Keller berdasarkan hasil penelitian

Sungkono, dkk., (2009). ... 68 55. Deskripsi varietas Wray berdasarkan penelitian


(20)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Denah tata letak satuan percobaan ... 17

2. Tata letak lubang tanam pada setiap satuan perobaan ... 18

3. Pemberian bahan organik dengan dosis yang berbeda-beda ... 70

4. Sorgum berumur 7 HST dengan perlakuan bahan organik ... 70

5. Pupuk kimia yang digunnakan untuk pemupukan... 71

6. Tanaman sorgum umur 5 mst. ... 71

7. Malai sorgum varietas Numbu pada berbagai dosis perlakuan ... 72

8. Malai sorgum varietas Keller pada berbagai dosis perlakuan ... 72


(21)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Peranan sektor pertanian tanaman pangan di Indonesia sangat penting karena keharusannya memenuhi kebutuhan pangan penduduk. Berdasarkan Sensus Penduduk 2010, jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,6 juta jiwa atau bertambah 32,5 juta jiwa sejak tahun 2000. Kebutuhan pangan senantiasa

meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Namun demikian, tidak semua kebutuhan pangan dapat dipenuhi, karena kapasitas produksi dan distribusi pangan semakin terbatas. Hal ini menyebabkan ketidakstabilan pangan antara kebutuhan dan pemenuhannya secara nasional (Purwaningsih, 2008).

Dalam rencana strategis Kementerian Pertanian, beras merupakan komoditas pangan utama. Kementerian Pertanian mentargetkan pencapaian swasembada yang berkelanjutan atas tanaman pangan pada tahun 2010-2014 yakni padi, jagung, kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubi kayu, dan ubi jalar. Karena padi sudah pada posisi swasembada mulai 2007, maka target pencapaian selama 2010-2014 adalah swasembada berkelanjutan dengan sasaran produksi padi sebesar 75,7 juta ton GKG (gabah kering giling) (Anonim, 2012).


(22)

2 Pemilihan tanaman padi sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat Indonesia yang berjumlah besar tentu tidaklah salah mengingat kebiasaan makan orang Indonesia yang sangat bergantung pada beras sebagai sumber zat gizi karbohidrat. Namun, perlu dicari alternatif tanaman pangan lain selain beras untuk mencapai tujuan ketahanan pangan jangka panjang yang dapat dilakukan melalui penyediaan pangan lain sebagai sumber karbohidrat. Salah satu tanaman pangan sumber karbohidrat yang berpotensi besar menggantikan beras adalah sorgum (Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB, 2012).

Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) merupakan salah satu jenis tanaman serealia yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia karena mempunyai daerah adaptasi yang luas. Tanaman sorgum toleran terhadap kekeringan dan dapat berproduksi pada lahan marginal, serta relatif tahan terhadap gangguan hama/penyakit (Sirappa, 2003). Hal ini seharusnya

dimanfaatkan dengan baik untuk mengatasi permasalahan pangan di Indonesia. Sorgum memiliki beberapa keunggulan dibandingkan tanaman sejenisnya. Sorgum termasuk tanaman yang tahan terhadap kekeringan. Sebagai

perbandingan 1 kg bahan kering sorgum hanya memerlukan sekitar 332 kg air selama pembudidayaan, sedangkan pada jumlah bahan kering yang sama, jagung membutuhkan 368 kg air, barley 434 kg air, dan gandum 514 kg air (Sennang, 2012). Ketahanan terhadap kekeringan karena ditopang oleh perakaran yang halus dan dapat tumbuh agak dalam di bawah tanah serta adanya lapisan lilin pada batang dan daun sehingga penguapan dapat dikurangi. Sebagian besar tanah lahan kering memiliki kesuburan dan kandungan bahan organik yang rendah, sehingga


(23)

3 pemanfaatan lahan kurang. Untuk mendukung produksi pangan yang merupakan kebutuhan pokok dengan berbasis pada tanaman semusim banyak menghadapi hambatan. Tanpa penambahan bahan organik yang memiliki kandungan hara lengkap, kesuburan dan produktivitas tanah sulit ditingkatkan. Masalah yang dihadapi jumlah bahan organik yang harus diberikan cukup besar, karena

kandungan hara pada bahan organik relatif rendah dan laju pelapukan cepat serta mudah tercuci.

Beberapa manfaat pemberian bahan organik adalah meningkatkan kandungan humus tanah, mengurangi pencemaran lingkungan, mengurangi pengurasan hara yang terangkut dalam bentuk panenan dan erosi, memperbaiki sifat-sifat tanah (Swift & Sanchez, 1984 dalam Prihastanti, 2010), dan memperbaiki kesehatan tanah (Logan, 1990 dalam Prihastanti, 2010). Namun pemberian bahan oganik tetap harus mempehatikan efisiensi penggunaannya, sehingga dosis optimum yang harus diberikan pada tanaman sorgum harus diketahui secara tepat, tetapi sumber pustaka yang berkaitan dengan dosis pupuk kandang terbaik bagi tanaman sorgum masih belum banyak dilaporkan.

Pada prinsipnya pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, sehingga tingkat produksi tanaman tidak akan lebih tinggi daripada tanaman yang tumbuh dengan faktor yang paling minimum. Oleh karena itu Subeni (2000) menganjurkan untuk menggunakan varietas yang mempunyai daya adaptasi yang tinggi sangat tanggap terhadap pemupukan dan masa berbunga serta masa berbuah yang cepat sehingga dapat diperoleh hasil yang maksimal.


(24)

4 Berdasarkan kerangka di atas, permasalahan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut :

1. Berapakah dosis bahan organik terbaik untuk pertumbuhan dan produksi tanaman sorgum ?

2. Adakah perbedaan pertumbuhan dan hasil ketiga varietas sorgum yang ditanam ?

3. Adakah pengaruh interaksi antara dosis pemberian bahan oganik dan jenis varietas yang ditanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum ?

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang telah dikemukakan maka tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Mengetahui dosis pemberian bahan organik terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum.

2. Mengetahui pebedaan pertumbuhan dan hasil ketiga varietas sorgum yang ditanam.

3. Mengetahui pengaruh interaksi antara dosis bahan organik dan jenis varietas yang ditanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum.

1.3 Kerangka Pemikiran

Rata-rata produktivitas sorgum tertinggi dicapai di Amerika Serikat, yaitu 3,60 t/ha, bahkan secara individu dapat mencapai 7 t/ha (Sumarno dan Karsono 1996). Produktivitas yang tinggi ini dapat dicapai dengan menerapkan teknologi


(25)

5 budidaya secara optimal, antara lain penggunaan varietas hibrida, pemupukan secara optimal, dan pengairan (Sirappa, 2003).

Pemupukan merupakan hal yang sangat penting dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pemupukan bertujuan untuk menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Pupuk kimia biasanya menjadi pilihan petani untuk mendapatkan hasil produksi yang maksimal, tanpa memperhatikan dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh penggunaan pupuk kimia dalam jumlah besar bagi tanaman.

Penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dapat berdampak negatif pada tanah dan lingkungan. Dampak negatif tersebut sudah sepantasnya dihentikan atau setidaknya dikurangi. Salah satu cara untuk mengurangi pemakaian pupuk kimia adalah pemakaian kompos atau pupuk organik lainnya. Di dalam tanah pupuk organik dirombak mikroba menjadi humus atau bahan organik tanah yang berguna sebagai pengikat butiran-butiran primer tanah menjadi butiran sekunder (Setyorini, 2005).

Penggunaan pupuk kandang menjadi alternatif yang bisa digunakan, karena selain mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman juga mampu memperbaiki struktur tanah sehingga sejalan dengan konsep pertanian berkelanjutan. Pemberian bahan organik juga harus memperhatikan dosis, sehingga bisa menekan biaya produksi seminimal mungkin dan mendapatkan produktivitas yang maksimal.


(26)

6 Faktor lingkungan seperti cahaya, air dan unsur hara sangat memepengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum. Walaupun daya adaptasi sorgum luas dan mampu tumbuh pada lahan marjinal, ketersediaan unsur hara sangat dibutuhkan untuk produksi sorgum yang maksimal. Pupuk organik seperti kotoran sapi mengandung komposisi unsur hara yang lengkap sehingga bisa diberikan untuk menunjang pertumbuhan sorgum.

Selain faktor lingkungan, faktor genetik tanaman juga harus diperhatikan. Sorgum sendiri mempunyai beberapa varietas yang beredar di pasaran. Setiap varietas ini mempunyai kemampuan genetik yang berbeda-beda, untuk

mendukung program ketahanan pangan maka perlu diadakan penelitian mengenai varietas sorgum yang memiliki hasil tertinggi.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat dosis bahan organik terbaik untuk pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum.

2. Terdapat perbedaan pertumbuhan dan hasil ketiga varietas sorgum yang ditanam.

3. Terdapat pengaruh interaksi antara dosis bahan organik dan varietas yang ditanam terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum.


(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diversifikasi Pangan

Ketahanan pangan merupakan salah satu faktor penentu dalam stabilitas nasional suatu negara, baik di bidang ekonomi, keamanan, politik dan sosial. Oleh sebab itu, ketahanan pangan merupakan program utama dalam pembangunan pertanian saat ini dan masa mendatang (Anonim, 2012).

Pada tahun 2011, APBN untuk Kementerian Pertanian ditetapkan sebanyak Rp17,6 triliun naik cukup signifikan dibanding pada tahun 2009 sebesar Rp8,2 triliun. Jumlah itu, menurut Menteri Pertanian Suswono, belum berdampak pada peningkatan produktivitas. Hal tersebut dikarenakan periode 2010-2014 ini sektor pertanian bergerak stagnan. Pertumbuhan produksi pangan pokok masyarakat Indonesia ini tak lebih dari 3%. Produksi tanaman pangan padi lebih rendah dari target yang ditetapkan yakni hanya mencapai 65,39 juta ton GKG di banding yang ditargetkan yakni sebanyak 70,06 juta ton GKG (Anonim, 2012).

Rendahnya produktivitas lahan padi sawah tersebut disebabkan rendahnya

kualitas lahan. Di sisi lain alih fungsi lahan sawah menjadi bukan sawah. Periode 1983 -1993 luas lahan pertanian mengalami penurunan dari 16,7 juta hektar menjadi 15,6 juta hektar atau sekitar 110.000 hektar per tahun (Nurmalina, 2007).


(28)

8 Pemerintah harus melaksanakan kebijakan pangan, yaitu menjamin ketahanan pangan yang meliputi pasokan, diversifikasi, keamanan, kelembagaan, dan organisasi pangan. Kebijakan ini diperlukan untuk meningkatkan kemandirian pangan. Pembangunan yang mengabaikan keswadayaan dalam kebutuhan dasar penduduknya, akan menjadi sangat tergantung pada negara lain, dan itu berarti menjadi Negara yang tidak berdaulat (Arifin, 2004).

Pemilihan tanaman padi sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan rakyat Indonesia yang berjumlah besar tentu tidaklah salah mengingat kebiasaan makan orang Indonesia yang sangat bergantung pada beras sebagai sumber zat gizi karbohidrat. Namun, perlu dicari alternatif tanaman pangan lain selain beras untuk mencapai tujuan ketahanan pangan jangka panjang yang dapat dilakukan melalui penyediaan pangan lain sebagai sumber karbohidrat. Salah satu tanaman pangan sumber karbohidrat yang berpotensi besar menggantikan beras adalah sorgum (Departemen Ilmu dan Ketahanan Pangan IPB, 2010).

Secara agronomis, sorghum sangat potensial dikembangkan di lahan-lahan marginal tersebut, teutama sebagai pangan alternatif untuk memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia. Sesuai proyeksi Bank Dunia, pada tahun 2025 kebutuhan pangan di Indonesia akan mencapai 64,2 juta ton beras sehingga diperlukan pengamanan dan diversifikasi pangan (Zubair, 2010).

2.2 Sorgum

Sorghum (Sorghum bicolor [L.] Moench) adalah tanaman serealia yang potensial untuk dibudidayakan dan dikembangkan, khususnya pada daerah-daerah marginal


(29)

9 dan kering di Indonesia. Keunggulan sorghum terletak pada daya adaptasi

agroekologi yang luas, tahan terhadap kekeringan, produksi tinggi, perlu input lebih sedikit serta lebih tahan terhadap hama dan penyakit dibnading tanaman pangan lain. Selain itu, tanaman sorghum memiliki kandungan nutrisi yang tinggi, sehingga sangat baik digunakan sebagai sumber bahan pangan maupun pakan ternak alternatif (Beti, 1990).

Tanaman sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) merupakan tanaman graminae yang mampu tumbuh hingga 6 meter. Bunga sorgum termasuk bunga sempurna dimana kedua alat kelaminnya berada di dalam satu bunga. Pada daun sorgum terdapat lapisan lilin yang ada pada lapisan epidermisnya. Adanya lapisan lilin tersebut menyebabkan tanaman sorgum mampu bertahan pada daerah dengan kelembaban sangat rendah (Kusuma et al., 2008). Kandungan nutrisi yang cukup tingggi pada sorghum menjadikan sorghum sebagai bahan pangan subtitusi beras atau pendamping beras. Dalam setiap 100 g sorghum memiliki kandungan nutrisi, yaitu karbohidrat 73 g, protein 11 g, lemak 3,3 g, kalsium 28 mg, fosfor 287 mg, zat besi 4,4 mg, vitamin B1 0,38 mg, dan air 11 g ( Rukmana dan Oesman, 2001). Sorgum sangat penting untuk dikembangkan karena memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Toleransi terhadap kekurangan air karna adanya lapisan lilin pada batang dan daun sorgum yang dapat mengurangi kehilangan air melalui penguapan (transpirasi tanaman) sehingga dapat diusahakan di lingkungan semi-arid (kering)


(30)

10 2. Mempunyai daerah adaptasi yang luas dan dapat menghasilkan pada

tanah-tanah marginal

3. Keragaman genetiknya besar sehingga memiliki agam varietas yang sangat berbeda mutu, rasa, warna dan kegunaannya

4. Budidaya tanaman sorghum relatif lebih mudah dan murah, tetapi daya hasilnya tinggi antar 3-5 ton per hektar

5. Sorghum dapat di ratoon (tanaman tumbuh kembali setelah tanaman dipangkas saat panen) dengan kemampuan tanaman untuk dapat diratoon berbeda antar varietas

6. Kandungan nutrisi biji sorghum cukup tinggi dibandingkan dengan jagung dan padi sehingga dapat digunakan untuk perbaikan gizi masyarakat 7. Merupakan komoditas ekspor dunia (Sennang, 2012).

2.3 Bahan Organik

Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem

kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia (Kononova, 1961). Menurut Stevenson (1994), bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus.


(31)

11 Menurut Lal (1995), pengelolaan tanah yang berkelanjutan berarti suatu

upaya pemanfaatan tanah melalui pengendalian masukan dalam suatu proses untuk memperoleh produktivitas tinggi secara berkelanjutan, meningkatkan kualitas tanah, serta memperbaiki karakteristik lingkungan. Dengan demikian diharapkan kerusakan tanah dapat ditekan seminimal mungkin sampai batas yang dapat ditoleransi, sehingga sumberdaya tersebut dapat dipergunakan secara lestari dan dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang.

Bahan organik tanah berpengaruh terhadap sifat-sifat kimia, fisik, maupun

biologi tanah. Fungsi bahan organik di dalam tanah sangat banyak, baik terhadap sifat fisik, kimia maupun biologi tanah, antara lain sebagai berikut (Stevenson, 1994):

1. Berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap ketersediaan hara. Bahan organik secara langsung merupakan sumber hara N, P, S, unsur mikro maupun unsur hara esensial lainnya. Secara tidak langsung bahan organik membantu menyediakan unsur hara N melalui fiksasi N2 dengan cara menyediakan energi bagi bakteri penambat N2, membebaskan fosfat yang difiksasi secara kimiawi maupun biologi dan menyebabkan pengkhelatan unsur mikro sehingga tidak mudah hilang dari zona perakaran.

2. Membentuk agregat tanah yang lebih baik dan memantapkan agregat yang telah terbentuk sehingga aerasi, permeabilitas dan infiltrasi menjadi lebih baik. Akibatnya adalah daya tahan tanah terhadap erosi akan meningkat.

3. Meningkatkan retensi air yang dibutuhkan bagi pertumbuhan tanaman. 4. Meningkatkan retensi unsur hara melalui peningkatan muatan di dalam tanah.


(32)

12 5. Mengimmobilisasi senyawa antropogenik maupun logam berat yang masuk ke

dalam tanah

6. Meningkatkan kapasitas sangga tanah 7. Meningkatkan suhu tanah

8. Mensuplai energi bagi organisme tanah

9. Meningkatkan organisme saprofit dan menekan organisme parasit bagi tanaman.

Pemanfaatan lahan secara intensif untuk tanaman semusim sepanjang tahun perlu diimbangi dengan pemberian pupuk organik yang memdai untuk mempertahankan kandungan bahan organik tanah. Tanpa bahan organik, kesuburan tanah akan menurun meskipun pupuk anorganik diberikan dalam takaran tinggi

(Karama et al., 1990).

2.4 Varietas

Menurut UU No.29 Tahun 2000 Pasal 1 ayat 3 tentang Perlindungan Varietas Tanaman yang dimaksud varietas adalah sekelompok tanaman dari suatu jenis atau spesies yang ditandai oleh bentuk tanaman, pertumbuhan tanaman, daun bunga, biji, dan eksperesi karakteristik genotype atau kombinasi genotype yang dapat membedakan dari jenis atau spesies yang sama oleh sekurang-kurangnya satu sifat yang menentukan dan apabila diperbanyak tidak mengalami perubahan. Varietas unggul yang dianjurkan untuk ditanam harus memperhatikan kegunaan dan lingkungan tumbuhnya. Untuk keperluan konsumsi manusia (pangan) varietas yang dianjurkan antara lain UPCA S1, Keris, Badik dan Hegari Genjah.


(33)

13 Karena varietas ini mempunyai keunggulan seperti berumur genjah, tinggi batang sedang, berbiji putih dengan rasa olah sebagai nasi cukup enak. Varietas Kawali dan Numbu yang dilepas tahun 2001 juga mempunyai rasa olah sebagai nasi cukup enak, namun umurnya relatif lebih panjang. Sedangkan untuk pakan ternak dipilih varietas sorgum yang tahan hama penyakit, tahan rebah, tahan disimpan dan dapat diratun. Pada lingkungan yang ketersediaan airnya terbatas dan masa tanam yang singkat dipilih varietas-varietas umur genjah seperti Keris, Badik, Lokal Muneng dan Hegari Genjah. Ditinjau dari segi hasil, varietas umur genjah memang hasilnya jauh lebih rendah daripada varietas umur sedang atau dalam, tetapi keistimewaannya dapat segera dipanen, menyelamatkan dari resiko kegagalan hasil akibat kekeringan (http://www. pustaka.litbang.deptan.go.id, 2011).

Di Indonesia budidaya sorgum masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari jumlah varietas sorgum yang dibudidayakan di Indonesia. Sedikitnya varietas yang ada di negeri ini dan masih rendahnya perkembangan tanaman sorgum dapat

disebabkan oleh rendahnya keragaman genetik dan produktivitas dari tanaman tersebut. Budidaya sorgum manis di Indonesia juga masih belum berkembang, hal ini terlihat dari sedikitnya varietas yang dapat dibudidayakan oleh petani (Surya, 2007).

Dalam deskripsi varietas tanaman, seringkali suatu varietas dikelompokkan berdasatkan umur panen, yaitu genjah, sedang, dan dalam. Suatu varietas


(34)

14 dari 85 hari, varietas berumur sedang dipanen pada umur 85-95 hari, dan varietas yang berumur lebih dari 95 hari (Subandi, 1988).

Umur panen tanaman merupakan salah satu pertimbangan bagi petani dalam memilih varietas. Petani umumnya memilih varietas yang berumur pendek atau genjah. Umur panen ini dapat dijadikan pertimbangan dalam budidaya

pertanaman atau pergiliran tanaman sepanjang tahun (Laimeheriwa, 1990). Tingkat hasil suatu tanaman ditentukan oleh interaksi faktor genetis varietas unggul dengan lingkungan tumbuhnya seperti kesuburan tanah, ketersediaan air, dan pengelolaan tanaman. Tingkat hasil varietas unggul yang tercantum dalam deskripsi umumnya berupa angka rata-rata dari hasil yang terendah dan tertinggi pada beberapa lokasi dan musim. Potensi hasil varietas unggul dapat saja lebih tinggi atau lebih rendah pada lokasi tertentu dengan penggunaan masukan dan pengelolaan tertentu pula. Biasanya untuk mendapatkan hasil yang lebih tinggi dari penggunaan varietas unggul diperlukan pengelolaan yang lebih intensif dan perhatian serius serta kondisi lahan yang optimal. Agar memperoleh hasil yang optimal di atas rata-rata dalam deskripsi maka perolehan varietas unggul harus sesuai 6 tepat (tepat varietas, jumlah, mutu, waktu, lokasi, dan tepat harga) (Gani, 2000).


(35)

III. BAHAN DAN METODE

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Desa Negara Ratu, Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan dan Laboratorium Poduksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung mulai bulan Mei – September 2013. Lahan percobaan ini berada pada ketinggian 135 m dpl, dengan jenis tanah latosol dan sebagian podsolik merah kuning (PMK), serta iklim disekitar Kebun Percobaan Natar termasuk tipe B menurut Schmith Firguson (1951) dengan curah hujan rata-rata 1.786 mm/ tahun (BPTP Lampung, 2009).

3.2 Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah bahan organik

(campuran pupuk kandang sapi dan sekam) (Yuwono, 2009) dengan kandungan N, P dan K pada setiap ton pupuk kandang sapi adalah 5 kg, 2 kg dan 5 kg (Agus dan Ruirrer, 2004), pupuk anorganik (Urea, SP-36 dan KCl. Varietas Numbu memiliki tinggi tanaman ±187 cm, panen ± 100-105 hari, potensi hasil 4,0-5,0 ton/ha. Varietas Keller memiliki diameter batang 1,17 cm, tinggi tanaman 269,10


(36)

16 cm, umur sorgum 4-4,5 bulan. Sedangkan varietas Wray memiliki diameter batang 1,73 cm, tinggi tanaman 231,16 cm, umur sorgum 4-4,5 bulan. Sorgum manis yang digunakan memiliki volume nira 67-76 ml dan kadar gula (brix) sebesar 5,8-13,7%.

Sedangkan alat yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu mesin pompa air, selang, kertas koran, sabit, tali plastik, label sampel, cutter, streples, meteran, seed counter, seed blower, timbangan, plastik, koran, alat tulis, karung, kamera dan oven.

3.3 Metode Penelitian

Perlakuan disusun secara faktorial dengan split plot dalam split plot dengan tiga ulangan. Petak utama adalah dosis bahan organik (b) yang terdiri dari empat taraf yaitu 0 (b0), 5 (b1), 10 (b2) dan 15 (b3). Anak petak adalah varietas sorgum (g) yang terdiri dari Numbu (g1), Keller (g2), dan Wray (g3). Petak percobaan yang digunakan pada penelitian ini berukuran 4 m x 4 m dan jarak tanam yang

digunakan pada penelitian ini adalah 20 cm x 80 cm, sehingga jumlah tanaman 62.500 tanaman per ha.

Homogenitas ragam pada pengamatan dianalisis dengan sidik ragam setelah melakukan uji Bartlet dan aditivitas data dengan uji Tukey. Selanjutnya

perbedaan nilai tengah antar perlakuan ditentukan dengan menggunakan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Tata letak satuan percobaan dapat dilihat pada Gambar 1 dan tata letak tanaman dalam petakan disajikan pada Gambar 2. Keterangan susunan kombinasi perlakuan adalah sebagai berikut :


(37)

17 Tabel 1. Susunan perlakuan percobaan

No. Kombinasi Perlakuan

Bahan Organik (ton/ha)

Varietas

1. b0g1 0 Numbu

2. b0g2 0 Keller

3. b0g3 0 Wray

4. b1g1 5 Numbu

5. b1g2 5 Keller

6. b1g3 5 Wray

7. b2g1 10 Numbu

8. b2g2 10 Keller

9. b2g3 10 Wray

10. b3g1 15 Numbu

11. b3g2 15 Keller

12. b3g3 15 Wray

U1 U2 U3

Gambar 1. Tata Petak Percobaan

B2 G1 B1 G3 B3 G1 B0 G3 B0 G2 B3 G1 B2 G2 B1 G2 B3 G3 B0 G1 B2 G3 B1 G1 B3 G2 B3 G2 B2 G3 B0 G1 B1 G3 B2 G2 B3 G3 B0 G3 B1 G2 B2 G1 B0 G2 B1 G1 B2 G3 B3 G2 B0 G2 B1 G1 B2 G1 B3 G1 B0 G3 B1 G2 B2 G2 B3 G3 B0 G1 B1 G3 U


(38)

18 Di dalam satu petakan terdapat 100 lubang tanam seperti pada gambar (Gambar 2).

4 m

4 m

Gambar 2. Tata letak tanaman per satuan percobaan

3.4 Pelaksanaan Penelitian

3.4.1 Pengolahan Tanah

Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, kemudian dibajak 2 kali dengan kedalaman 20 cm dengan menggunakan bajak rotari. Selanjutnya lahan diratakan kembali menggunakan cangkul dan sekaligus pembuatan saluran drainase di sekeliling atau di tengah lahan.

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 80 cm

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X 20 cm

X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X X


(39)

19

3.4.2 Pembuatan Petakan

Pembuatan petakan dilakukan dengan menggunakan cangkul dan setiap petak percobaan petak berukuran 4 m x 4 m dengan jarak antarpetak 1 m. Seluruh petak percobaan berjumlah 36 petak.

3.4.3 Penanaman

Penanaman dilakukan secara manual, yaitu dengan cara ditugal sedalam 3-5 cm. Setiap lubang tanam diisi dengan 3-5 benih/ lubang tanam. Jarak tanam yang di gunakan untuk tanaman sorgum adalah 80 cm x 20 cm sehingga terdapat 100 lubang tanam per satuan percobaan.

3.4.4 Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk membantu menyediakan unsur hara dalam tanah. Pupuk NPK diberikan dalam bentuk Urea, SP-36 dan KCl masing-masing dengan dosis yaitu 100 kg Urea, 100 kg SP-36 dan 150 kg KCl. Pupuk diberikan 2 kali yaitu 2 MST dengan perbandingan ½: 1:1 dan 8 MST dengan perbandingan ½:0:0. Pemupukan diberikan dengan cara larikan.

3.4.5 Penyulaman

Penyulaman bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh. Hal tersebut dilakukan harus lebih awal karena agar benih yang ditanam dapat agar tidak


(40)

20 tertinggal atau tumbuh bersamaan. Bahan penyulaman dengan biji apabila

pertumbuhan masih berdekatan tanaman awal tetapi apabila terlalu lama

menggunakan tanaman yang sudah disiapkan atau mencari sulaman dari petak lain yang tumbuh banyak. Penyulaman dilakukan maksimal 2 minggu setelah tanam (mst).

3.5 Pemeliharaan

Pemeliharaan meliputi penyiraman, pembumbunan, penjarangan, pengendalian gulma. Penyiraman dilakukan untuk memberi ketersediaan air dalam tanah, agar tanaman tidak kekurangan air dan untuk membantu proses fotosintesis dan masa pembuahan. Penyiraman hanya dilakukan kalau terjadi kekurangan air selama awal pertumbuhan tanaman. Pembumbunan dilakukan dengan cara

menggemburkan tanah disekitar tanaman. Kemudian menimbunkan tanah tersebut pada pangkal batang tanaman sorgum sehingga membentuk guludan-guludan kecil. Penjarangan juga dilakukan pada tanaman yang tumbuh terlalu banyak yang dilakukan pada umur 2 mst.

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan cara mencabut gulma yang tumbuh pada petak percobaan. Penyiangan pertama dilakukan umur pada 7 – 10 hari setelah tanam (hst) dan selanjutnya dilakukan jika terdapat gulma yang mengganggu tanaman.


(41)

21

3.6 Variabel pengamatan

Jumlah tanaman yang diamati adalah 5 tanaman setiap petak yang dipilih secara acak. Variabel-variabel yang diamati adalah :

3.6.1 Komponen pertumbuhan

1. Tinggi tanaman

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang di permukaan tanah sampai menguncupkan daun tertinggi dengan satuan cm. Pengukuran dimulai 4 MST samapai munculnya daun bendera. Pengukuran dilakukan 1 minggu sekali.

2. Jumlah daun

Jumlah daun dihitung sejak tanaman muncul daun pertama sampai

munculnya daun bendera. Daun yang dihitung adalah daun yang masih ada pada tanaman sorgum. Pengukuran dilakukan 1 minggu sekali.

3. Diameter batang

Diameter batang diukur saat berumur 8 MST sampai saat panen dengan satuan cm. Pengukuran dilakukan pada batang bagian bawah atau setelah 1 ruas dari permukaan tanah


(42)

22

3.6.1 Komponen hasil

1. Bobot basah brangkasan tanaman

Dihitung dengan cara menimbang seluruh bagian tanaman sampel setelah dipanen. Bagian tanaman tersebut meliputi batang dan daun yang ditimbang secara bersama-sama.

2. Bobot kering brangkasan tanaman

Dihitung dengan cara menimbang bobot batang dan daun pada seluruh

tanaman sampel yang sudah dipanen dan dikeringkan di oven pada suhu 80oC selama kurang lebih 2 hari.

3. Panjang malai

Panjang malai diukur mulai dari titik tumbuh daun bendera sampai dengan ujung malai tetinggi. Pengukuran dilakukan saat panen

4. Jumlah biji/ malai

Dilakukan dengan cara menghitung seluruh biji/ malai hasil panen setelah dipipil pada semua sampel perlakuan untuk semua petak percobaan.

5. Bobot biji/ malai

Bobot biji/malai dihitung dengan memipil biji sorgum setiap sampelnya kemudian ditimbang.


(43)

23 6. Bobot 100 biji pada kadar air 14%

Bobot 100 biji dihitung kemudian ditimbang dan diukur kadar airnya dengan moister meter. Selanjutnya digunakan rumus untuk mengkalibrasinya menjadi 14%.


(44)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Aplikasi bahan organik meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum. Hasil sorgum tertinggi dicapai pada dosis 15 ton/ha

2. Varietas Numbu menunjukkan keragaan komponen hasil bobot biji/ malai terbaik, sedangkan produksi biomassa terbaik ditunjukkan oleh varietas Keller dan Wray.

3. Kombinasi penggunaan bahan organik dan varietas yang tepat untuk memperoleh hasil biji sorgum tertinggi adalah dosis 15 ton/ha dengan varietas Numbu.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis memberikan saran bahwa masih mungkin dilakukan penelitian dengan dosis yang lebih tinggi karena penambahan dosis sampai 15 ton/ha masih menunjukkan penambahan terhadap komponen hasil tanaman sorgum.


(45)

PUSTAKA ACUAN

Agus dan Ruuter. 2004. Perhitungan Kebutuhan Pupuk. Word Agroforestry Center. Jakarta.

Anonim. 2012. Kebijakan Pemerintah Dalam Pencapaian Swasembada Beras Pada Program Peningkatan Ketahanan Pangan.

http://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2012/03/tulisan-hukum-ketahanan-pangan.pdf . Diakses pada 15 Agustus 2013

Arifin, B. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Penerbit Buku Kompas. Jakarta

Beti, Y.A., A. Ispandi, Sudaryono. 1990. Sorghum. Monografi No 5. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang 25 Hal

(BPTP) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2009. Blok Suplemen Pakan (BSP) untuk Ternak Kambing di Lampung. BPTP. Lampung.

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB. 2012.Antisipasi El Nino dengan Sorgum.http://itp.fateta.ipb.ac.id/id/index.php?option=com_content&task =view&id=137&Itemid=94. Diakses pada 15 Agustus 2013

Gani, J. A. 2000. Kedelai Varietas Unggul Baru. Penerbit Instlasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram. Mataram.

Harjadi, W. (1993). Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Karama, A.S., A.R. Marzuki, dan I. Manwan. 1990. Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Pangan. Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Badan Litbang Pertanian. Cisarua, 12-13 November 1990. Kusuma, J., F.N. Azis, A. Hanif, Erifah I. M. Iqbal, A. Reza dan Sarno. 2008.

Tugas Terstruktur Mata Kuliah Pemulihan Tanaman Terapan; Sorgum. Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas Pertanian, Purwokerto.


(46)

45 Lal, R. 1995. Sustainable Management of Soil Resources in the Humic Tropics.

United nations University Press. Tokio-New York-Paris. Pp 25-29. Laimeheriwa, J. 1990. Teknologi Budidaya Sorgum. Departemen Pertanian. Balai

Informasi Pertanian. Irian Jaya.

Nasaruddin. 2010. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit Yayasan Forest Indonesia dan Fakultas Pertanian Unhas. Makassar.

Purwaningsih, Y. 2008. Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan dan Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Surakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 9(1):1-27.

Prihastanti, E. 2010. Pembibitan Jarak Pagar (Jatropha curcas [L.] ) pada Jenis Tanah dan Penambahan Kompos yang Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi 18(2).

Rahmawati, A. 2013. Respons Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) yang Ditumpangsarikan dengan Ubikayu (Manihot esculanta

Crantz). Skripsi. Uniersitas Lampung. Lampung. Hal 36.

Rukmana, R.Y.,Y. Oesman. 2001. Usaha Tani Sorghum. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia, Jakarta.

Safitri, R, N. Akhir, dan I. Suliansyah. 2010. Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor [L.] Moench). Jurnal Jerami 3(2). Senang, R. Nadira, dan Nurfaida. 2012. Budidaya Sorghum. Massagena Press.

Makasar

Setyorini, D. 2005. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Tanaman. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 27:13-15.

Sirappa, MP. 2003. Prospek Pengembangan Sorghum di Indonesia sebagai Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan dan Industri. Jurnal Litbang Pertanian. 22(4):133-140

Stevenson, F. J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reactions. 2th ed. JohnWiley & Sons Inc. New York.

Subandi., M. Syam, dan A. Widjono. 1988. Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.


(47)

46 Subeni. 2000. Pengaruh Pengolahan Tanah Terhadap Petumbuhan dan Hasil

Enam Varietas Sorghum Manis. Jurnal Embryo

Sucipto. 2010. Efektifitas Cara Pemupukan dan Hasil Beberapa Varietas Sorghum Manis. Jurnal Embriyo. 7(2).

Sumarno dan S. Karsono. 1996. Perkembangan Produksi Sorgum di Dunia dan Penggunaannya. Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk Pengembangan Agroindustri. 17−18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No. 4-1996:

13−24.

Sungkono., Trikoesoemaningtyas, D. Wirnas, D. Sopandie, S. Human dan M. A. Yudiarto. 2009. Pendugaan Parameter Genetik dan Seleksi Galur Mutan Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) di Tanah Masam. Jurnal

Agronomi Indonesia. 37 (3):220-225.

Surya, M. I. 2007. Evaluasi Keragaman Genetik Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor [L.]) Hasil Radiasi Sinar Gamma pada Generasi ke-2(M2). Skripsi. Fakultas Matematika dan IPA UI. Jakarta.

Syafruddin, Nurhayati, dan R. Wati. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung Manis. Jurnal Floratek 7: 107 – 114

Syam, M. A., W. Hermanto, Inu, G.I. Hans, A. Sabrawi, M. 1996. Usaha Tanaman Pangan (Eds.). Pusat penelitian Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian Bogor. Bogor.

Wahida, N. R Sennang dan Hernusye HL.2003. Aplikasi Pupuk Kandang Ayam Pada Tiga Varietas Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench).

Yuliasari, R. 2013. Distribusi Bahan Kering Beberapa Genotipe Sorgum

(Sorghum bicolor [L] Moench) yang Ditumpangsarikan dengan Ubikayu (Manihot esculanta Crantz). Skripsi. Uniersitas Lampung. Lampung. Hal 32-33.

Yuwono, N.W. 2009. Membangun Kesuburan Tanah di Lahan Marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 9 : 137-141.

Zubair. A. 2010. Potensi Sorghum. http:// anaszu.wordpresss.com. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2013


(1)

22

3.6.1 Komponen hasil

1. Bobot basah brangkasan tanaman

Dihitung dengan cara menimbang seluruh bagian tanaman sampel setelah dipanen. Bagian tanaman tersebut meliputi batang dan daun yang ditimbang secara bersama-sama.

2. Bobot kering brangkasan tanaman

Dihitung dengan cara menimbang bobot batang dan daun pada seluruh

tanaman sampel yang sudah dipanen dan dikeringkan di oven pada suhu 80oC selama kurang lebih 2 hari.

3. Panjang malai

Panjang malai diukur mulai dari titik tumbuh daun bendera sampai dengan ujung malai tetinggi. Pengukuran dilakukan saat panen

4. Jumlah biji/ malai

Dilakukan dengan cara menghitung seluruh biji/ malai hasil panen setelah dipipil pada semua sampel perlakuan untuk semua petak percobaan.

5. Bobot biji/ malai

Bobot biji/malai dihitung dengan memipil biji sorgum setiap sampelnya kemudian ditimbang.


(2)

23

6. Bobot 100 biji pada kadar air 14%

Bobot 100 biji dihitung kemudian ditimbang dan diukur kadar airnya dengan moister meter. Selanjutnya digunakan rumus untuk mengkalibrasinya menjadi 14%.


(3)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat diambil kesimpulan bahwa :

1. Aplikasi bahan organik meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman sorgum. Hasil sorgum tertinggi dicapai pada dosis 15 ton/ha

2. Varietas Numbu menunjukkan keragaan komponen hasil bobot biji/ malai terbaik, sedangkan produksi biomassa terbaik ditunjukkan oleh varietas Keller dan Wray.

3. Kombinasi penggunaan bahan organik dan varietas yang tepat untuk memperoleh hasil biji sorgum tertinggi adalah dosis 15 ton/ha dengan varietas Numbu.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan penulis memberikan saran bahwa masih mungkin dilakukan penelitian dengan dosis yang lebih tinggi karena penambahan dosis sampai 15 ton/ha masih menunjukkan penambahan terhadap komponen hasil tanaman sorgum.


(4)

PUSTAKA ACUAN

Agus dan Ruuter. 2004. Perhitungan Kebutuhan Pupuk. Word Agroforestry Center. Jakarta.

Anonim. 2012. Kebijakan Pemerintah Dalam Pencapaian Swasembada Beras Pada Program Peningkatan Ketahanan Pangan.

http://jdih.bpk.go.id/wp-content/uploads/2012/03/tulisan-hukum-ketahanan-pangan.pdf . Diakses pada 15 Agustus 2013

Arifin, B. 2004. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Penerbit Buku Kompas. Jakarta

Beti, Y.A., A. Ispandi, Sudaryono. 1990. Sorghum. Monografi No 5. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Malang 25 Hal

(BPTP) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. 2009. Blok Suplemen Pakan (BSP) untuk Ternak Kambing di Lampung. BPTP. Lampung.

Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB. 2012.Antisipasi El Nino dengan Sorgum.http://itp.fateta.ipb.ac.id/id/index.php?option=com_content&task =view&id=137&Itemid=94. Diakses pada 15 Agustus 2013

Gani, J. A. 2000. Kedelai Varietas Unggul Baru. Penerbit Instlasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Mataram. Mataram.

Harjadi, W. (1993). Ilmu Kimia Analitik Dasar. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Karama, A.S., A.R. Marzuki, dan I. Manwan. 1990. Penggunaan Pupuk Organik pada Tanaman Pangan. Lokakarya Nasional Efisiensi Penggunaan Pupuk V. Badan Litbang Pertanian. Cisarua, 12-13 November 1990. Kusuma, J., F.N. Azis, A. Hanif, Erifah I. M. Iqbal, A. Reza dan Sarno. 2008.

Tugas Terstruktur Mata Kuliah Pemulihan Tanaman Terapan; Sorgum. Departemen Pendidikan Nasional. Universitas Jenderal Soedirman. Fakultas Pertanian, Purwokerto.


(5)

45

Lal, R. 1995. Sustainable Management of Soil Resources in the Humic Tropics. United nations University Press. Tokio-New York-Paris. Pp 25-29. Laimeheriwa, J. 1990. Teknologi Budidaya Sorgum. Departemen Pertanian. Balai

Informasi Pertanian. Irian Jaya.

Nasaruddin. 2010. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Penerbit Yayasan Forest Indonesia dan Fakultas Pertanian Unhas. Makassar.

Purwaningsih, Y. 2008. Ketahanan Pangan: Situasi, Permasalahan, Kebijakan dan Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Surakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Ekonomi Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta. 9(1):1-27.

Prihastanti, E. 2010. Pembibitan Jarak Pagar (Jatropha curcas [L.] ) pada Jenis Tanah dan Penambahan Kompos yang Berbeda. Buletin Anatomi dan Fisiologi 18(2).

Rahmawati, A. 2013. Respons Beberapa Genotipe Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) yang Ditumpangsarikan dengan Ubikayu (Manihot esculanta Crantz). Skripsi. Uniersitas Lampung. Lampung. Hal 36.

Rukmana, R.Y.,Y. Oesman. 2001. Usaha Tani Sorghum. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia, Jakarta.

Safitri, R, N. Akhir, dan I. Suliansyah. 2010. Pengaruh Jarak Tanam dan Dosis Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor [L.] Moench). Jurnal Jerami 3(2). Senang, R. Nadira, dan Nurfaida. 2012. Budidaya Sorghum. Massagena Press.

Makasar

Setyorini, D. 2005. Pupuk Organik Tingkatkan Produksi Tanaman. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 27:13-15.

Sirappa, MP. 2003. Prospek Pengembangan Sorghum di Indonesia sebagai Komoditas Alternatif untuk Pangan, Pakan dan Industri. Jurnal Litbang Pertanian. 22(4):133-140

Stevenson, F. J. 1994. Humus Chemistry: Genesis, Composition, Reactions. 2th ed. John Wiley & Sons Inc. New York.

Subandi., M. Syam, dan A. Widjono. 1988. Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.


(6)

46

Subeni. 2000. Pengaruh Pengolahan Tanah Terhadap Petumbuhan dan Hasil Enam Varietas Sorghum Manis. Jurnal Embryo

Sucipto. 2010. Efektifitas Cara Pemupukan dan Hasil Beberapa Varietas Sorghum Manis. Jurnal Embriyo. 7(2).

Sumarno dan S. Karsono. 1996. Perkembangan Produksi Sorgum di Dunia dan Penggunaannya. Risalah Simposium Prospek Tanaman Sorgum untuk Pengembangan Agroindustri. 17−18 Januari 1995. Edisi Khusus Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian No. 4-1996:

13−24.

Sungkono., Trikoesoemaningtyas, D. Wirnas, D. Sopandie, S. Human dan M. A. Yudiarto. 2009. Pendugaan Parameter Genetik dan Seleksi Galur Mutan Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench) di Tanah Masam. Jurnal

Agronomi Indonesia. 37 (3):220-225.

Surya, M. I. 2007. Evaluasi Keragaman Genetik Tanaman Sorgum Manis (Sorghum bicolor [L.]) Hasil Radiasi Sinar Gamma pada Generasi ke-2(M2). Skripsi. Fakultas Matematika dan IPA UI. Jakarta.

Syafruddin, Nurhayati, dan R. Wati. 2012. Pengaruh Jenis Pupuk Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Beberapa Varietas Jagung Manis. Jurnal Floratek 7: 107 – 114

Syam, M. A., W. Hermanto, Inu, G.I. Hans, A. Sabrawi, M. 1996. Usaha Tanaman Pangan (Eds.). Pusat penelitian Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian Bogor. Bogor.

Wahida, N. R Sennang dan Hernusye HL.2003. Aplikasi Pupuk Kandang Ayam Pada Tiga Varietas Sorgum (Sorghum bicolor [L.] Moench).

Yuliasari, R. 2013. Distribusi Bahan Kering Beberapa Genotipe Sorgum

(Sorghum bicolor [L] Moench) yang Ditumpangsarikan dengan Ubikayu (Manihot esculanta Crantz). Skripsi. Uniersitas Lampung. Lampung. Hal 32-33.

Yuwono, N.W. 2009. Membangun Kesuburan Tanah di Lahan Marginal. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. 9 : 137-141.

Zubair. A. 2010. Potensi Sorghum. http:// anaszu.wordpresss.com. Diakses pada tanggal 15 Agustus 2013