Bagaimana Cara Kerjanya? BEBERAPA PENGERTIAN DASAR

26 kenyataan. E.F. Schumacher, 1977. Filsafat sains dewasa ini juga tidak dapat mengabaikan munculnya temuan-temuan baru yang dihasilkan oleh kajian ilmu-ilmu lain seperti misalnya sejarah sains, psikologi pengetahuan, dan sosiologi pengetahuan. 2. Bagaimana Cara Kerjanya? Bicara tentang cara kerja atau metode pendekatan epistemologi berarti bicara tentang ciri khas pendekatan filosofis terhadap gejala pengetahuan. Pengetahuan bukan hanya menjadi objek kajian ilmu filsafat, tetapi juga ilmu-ilmu lain, seperti tilmu psikologi kognitif dan sosiologi pengetahuan. Yang membedakan ilmu filsafat secara umum dari ilmu-ilmu lain bukanlah objek materialnya atau apa yang dijadikan bahan kajian, tetapi objek formal atau cara pendekatannya; bagaimana objek yang dijadikan bahan kajian itu didekati. Ciri khas cara pendekatan filsafat terhadap objek kajiannya tampak dari jenis pertanyaan yang diajukan dan upaya jawaban yang diberikan. Filsafat berusaha secara kritis mengajukan dan mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat umum, menyeluruh, dan mendasar. Filsafat bermaksud secara kritis menggugat serta mengusik pandangan dan pendapat umum yang sudah mapan. Bukan sekadar cari perkara, tetapi guna merangsang orang untuk berpikir secara lebih serius dan bertanggung jawab. Tidak asal menerima pandangan dan pendapat umum. Juga dalam hal pengetahuan. Misalnya kalau pengetahuan secara umum dianggap sama dengan ilmu pengetahuan, dan ilmu pengetahuan dianggap identik dengan sains, maka lingkup pengetahuan manusia menjadi dipersempit. Penyempitan paham pengetahuan seperti ini, sebagaimana terjadi dengan paham saintisme, jelas telah dan akan mempermiskin kekayaan budaya manusia dan perlu ditanggapi dengan kritis. Seperti sudah tersirat dari rumusan pengertian tentang apa itu epistemologi yang diberikan di atas, pertanyaan-pertanyaan filosofis yang bersifat umum dan mendasar dalam hal pengetahuan misalnya : Apa itu pengetahuan? Apa ciri-ciri hakikinya dan mana batas-batas ruang lingkupnya? Apa beda antara pengetahuan dan pendapat? Apa beda antara pengetahuan dan kepercayaan? Bagaimana proses manusia mengetahui dapat dijelaskan dan bagaimana struktur dasar budi atau pikiran manusia itu bisa dijelaskan sehingga pengetahuan itu mungkin bagi manusia? Apa peran imajinasi, introspeksi, intuisi, ingatan, persepsi indrawi, konsep, dan putusan dalam kegiatan 27 manusia mengetahui? Apa artinya dan mana tolok ukurnya untuk dapat secara rasional, dan bertanggung jawab menyatakan bahwa “saya tahu sesuatu”? Sungguhkah manusia dapat tahu? Bukankah sering terjadi bahwa orang merasa dirinya yakin tahu tentang sesuatu, tetapi ternyata keliru? Mengapa manusia dapat keliru? Apa itu kepastian dan keraguan? Apa itu kebenaran, dan manakah tolok ukurnya? Apakah kebenaran sama dengan objektivitas? Dapatkah kita mengetahui objek pada dirinya? Bukankah kita hanya dapat mengetahui suatu objek sejauh tampak pada kita dan dapat kita tangkap? Apa hubungan antara pengetahuan dan bahasa, pengetahuan dan kebudayaan? Adakah hubungan antara pengetahuan dan kekuasaan? Kalau ada, bagaimana hubungan antara pengetahuan dan kekuasaan dapat dijelaskan? Itulah beberapa pertanyaan pokok, dan masih banyak lain lagi, yang selama ini telah menyibukkan para epistemolog dari masa ke masa. Para epistemolog dari masa ke masa, sesuai dengan permasalahan pokok zamannya, masing-masing mencoba menggeluti salah satu atau beberapa pertanyaan- pertanyaan mendasar di atas.

3. Macam-macam Epistemologi