Kriminologi Kriminologi

BAB II
PANDANGAN KRIMINOLOGI TERHADAP KENAKALAN REMAJA

A. KLASIFIKASI DAN TIPE KENAKALAN REMAJA
Kenakalan dalam diri seorang anak atau remaja merupakan perkara yang
lazim terjadi. Tidak seorang pun yang tidak melewati tahap / fase negatif ini atau
sama sekali tidak melakukan perbuatan kenakalan. Masalah ini tidak hanya
menimpa beberapa golongan anak atau remaja di suatu daerah tertentu saja.
Dengan kata lain, keadaan ini terjadi di setiap tempat, lapisan dan kawasan
masyarakat.

Bentuk kenakalan anak atau remaja terbagi mengikuti tiga kriteria, yaitu :
“kebetulan, kadang-kadang, dan habitual sebagai kebiasaan, yang menampilkan
tingkat penyesuaian dengan titik patahan yang tinggi, medium dan rendah.
Klasifikasi ilmiah lainnya menggunakan penggolongan tripartite, yaitu :historis,
instinktual, dan mental. Semua itu dapat saling berkombinasi. Misalnya berkenaan
dengan sebab-musabab terjadinya kejahatan instinktual, bisa dilihat dari aspek
keserakahan, agresivitas, seksualitas, kepecahan keluarga dan anomali-anomali
dalam dorongan berkelompok”. 32

Klasifikasi ini dilengkapi dengan kondisi mental, dan hasilnya

menampilkan suatu bentuk anak atau remaja yang agresif, serakah, pendek pikir,
sangat emosional dan tidak mampu mengenal nilai-nilai etis serta kecenderungan
untuk menjatuhkan dirinya ke dalam perbuatan yang merugikan dan berbahaya.
32

Kartini Kartono, op cit, hal 47.

Universitas Sumatera Utara

Adapun macam dan bentuk-bentuk kejahatan yang dilakukan oleh anak
atau remaja dibedakan menjadi beberapa macam :

1. Kenakalan biasa.
2. Kenakalan yang menjurus pada tindak kriminal.
3. Kenakalan khusus. 33
Ad. 1. Kenakalan biasa.
Adalah suatu bentuk kenakalan anak atau remaja yang dapat berupa berbohong,
pergi keluar rumah tanpa pamit pada orang tuanya, keluyuran, berkelahi dengan
teman, membuang sampah sembarangan, membolos dari sekolah dan lain
sebagainya.

Ad. 2. Kenakalan yang menjurus pada tindakan Kriminal.
Adalah suatu bentuk kenakalan anak atau remaja yang merupakan perbuatan
pidana, berupa kejahatan yang meliputi : mencuri, mencopet, menodong,
menggugurkan kandungan, memperkosa, membunuh, berjudi, menonton dan
mengedarkan film porno, dan lain sebagainya.

Ad. 3. Kenakalan Khusus.
Adalah kenakalan anak atau remaja yang diatur dalam Undang- Undang Pidana
khusus, seperti kejahatan narkotika, psikotropika, pencucian uang (Money
Laundering), kejahatan di internet (Cyber Crime), kejahatan terhadap HAM dan
sebagainya.

33

Akirom Syamsudin Meliala dan E. Sumarsono, cetakan pertama, Kejahatan Anak Suatu
Tinjauan dari Psikologi dan Hukum, Liberti, Yogyakarta, 1985.

Universitas Sumatera Utara

Bentuk lain dari kenakalan remaja (juvenile delinquency) ialah

berdasarkan ciri kepribadian yang defek, yang mendorong mereka menjadi
delinquen. Anak-anak muda ini pada umumnya bersifat pendek pikir, sangat
emosional, agresif, tidak mampu mengenal nilai-nilai etis, dan cenderung suka
menceburkan diri dalam perbuatan yang berbahaya. Hati nurani mereka hampir
tidak dapat digugah, beku.
Tipe Delinquen menurut struktur kepribadian ini dibagi atas :
1. delinquensi terisolir
2. delinquensi neurotik
3. delinquensi psikopatik
4. delinquensi defek mental. 34
Ad. 1. Delinquensi Terisolir
Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari para remaja delinquen;
merupakan kelompok mayoritas. Pada umumnya mereka tidak menderita
kerusakan psikologis. Perbuatan kejahatan mereka disebabkan oleh dorongan
faktor sebagai berikut :
a. Kejahatan mereka tidak didorong oleh motifasi kecemasan dan konflik
batin yang tidak dapat diselesaikan, dan motif yang mendalam, akan tetapi
lebih banyak dirangsang oleh keinginan meniru, ingin konform dengan
norma gengnya. biasanya semua kegiatan mereka lakukan bersama-sama
dalam bentuk kegiatan kelompok.

34

Kartini Kartono, Op cit, hal 49.

Universitas Sumatera Utara

b. Mereka kebanyakan berasal dari daerah-daerah kota yang transisional
sifatnya memiliki subkultur kriminal. sejak kecil anak melihat adanya
geng-geng kriminal, sampai suatu saat dia ikut menjadi anggota salah satu
kelompok geng tersebut. Di dalam geng ini anak merasa diterima,
mendapat kedudukan terhormat, pengakuan status sosial dan prestise
tertentu. Semua nilai, norma dan kebiasaan kelompoknya dengan
subkultur kriminal itu, diopernya dengan serta merta.
c. Pada umumnya anak delinquen tipe ini berasal dari keluarga berantakan,
tidak harmonis, tidak konsekuen dan mengalami banyak frustasi. Situasi
keluarga dipenuhi dengan konflik hebat di antara sesama anggota
keluarga, dan ada suasana penolakan oleh orang tua, sehingga anak
merasakan disiakan serta kesepian. Dalam situasi demikian anak tidak
pernah merasakan iklim kehangatan emosional. Kebutuhan elementernya
tidak terpenuhi, misalnya, tidak pernah merasa aman, harga dirinya terasa

diinjak, merasa dilupakan dan ditolak oleh orang tua, dan lain-lain.
Pendeknya, anak mengalami banyak frustasi dalam lingkuang keluarga
sendiri, dan mereaksi negatif terhadap lingkungannya.
d. Sebagai jalan keluarnya, anak memuaskan semua kebutuhan dasarnya
ditengah lingkungan anak-anak kriminal. Geng delinquen memberikannya
alternatif hidup yang menyenangkan. Mereka akhirnya mengadopsi etik
dan kebiasaan gengnya, dan dipakai sebagai sarana untuk meyakinkan diri
sendiri bahwa dirinya adalah penting, cukup “menonjol” dan berarti. geng

Universitas Sumatera Utara

tersebut memberikan pada dirinya perasaan aman, diterima, bahkan
mendapatkan bimbingan untuk menonjolkan egonya.
e. Secara typis mereka dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali
mendapatkan supervisi dan latiha disiplin dan teratur. sebagai akibatnya,
anak tidak sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Bahkan
banyak dari mereka kebal terhadap nilai kesusilaan, sebaliknya lebih peka
terhadap pengaruh jahat.
Ringkasnya, delinquensi terisolasi itu mereaksi terhadap tekanan dari
lingkungan sosial. Mereka mencari panutan dan sekuritas dari dan di dalam diri

kelompok gengnya. Namun pada usia dewasa, mayoritas anak delinquen tipe
terisolir tadi meninggalkan tingkah laku kriminalnya.
Ad. 2. Delinquensi Neurotik 35
Pada umumnya anak-anak delinquen tipe ini menderita ganguan kejiwaan
yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman,
merasa terancam, tersudut dan terpojok, merasa bersalah dan berdosa, dan lainlain. Ciri tingkah laku mereka itu antara lain :
a. Tingkah laku delinquennya bersumber pada sebab-sebab psikologis yang
sangat dalam, dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan
nilai subkultur gengnya yang kriminal itu saja, juga bukan berupa usaha
untuk mendapatkan prestise sosial dan simpati dari luar.

35

Ibid, hal 52.

Universitas Sumatera Utara

b. Tingkah laku kriminal mereka merupakan ekspresi dari konflik batin yang
belum terselesaikan, karena itu tindak kejahatan mereka merupakan alat
pelepas bagi rasa ketakutan, kecemasan dan kebingungan batinnyayang

jelas tidak terpikulkan oleh egonya.
c. Biasanya, anak remaja delinquen tipe ini melakukan kejahatan seorang
diri, dan mempraktekkan jenis kejahatan tertentu, misalnya suka
memperkosa lalu membunuh korbannya, kriminal dan sekaligus neurotik.
d. Anak delinquen neurotik ini banyak yang berasal dari kelas menengah,
yaitu dari lingkungan konvensional yang cukup baik kondisi sosila
ekonominya. Namun pada umumnya keluarga mereka mengalami banyak
ketegangan emosional yang parah, dan orang tuanya biasanya juga
neurotik atau psikotik.
e. Anak delinquen neurotik ini memiliki ego yang lemah, dan ada
kecenderungan untuk mengisolir diri dari lingkungan orang dewasa dan
anak-anak remaja lainnya.
f. Motivasi kejahatan mereka berbeda-beda. Misalnya, para penyundut api
(pyromania, suka membakar) didorong oleh nafsu ekshibisionistis, anakanak yang suka membongkar melakukan pembongkaran didorong oleh
keinginan melepaskan nafsu seks, dan lain-lain.
g. Perilakunya memperlihatkan kualitas kompulsif (paksaan). Kualitas
sedemikian ini tidak terdapat pada tipe delinquen terisolir. Anak-anak dan
orang muda tukang bakar, para peledak dinamit dan bom waktu, penjahat

Universitas Sumatera Utara


seks, dan pecandu narkotika dimasukkan dalam kelompok tipe neurotik
ini.
Oleh karena perubahan tingkah laku anak-anak delinquen neurotik ini
berlangsung atas dasar konflik jiwani yang serius atau mendalam sekali, maka
mereka akan terus melanjutkan tingkah laku kejahatannya sampai usia dewasa dan
umur tua.
Ad. 3. Delinquen Psikopatik 36
Delinquen psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari
kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang
paling berbahaya. Ciri tingkah laku mereka ialah :
a. Hampir seluruh anak delinquen ini berasal dan dibesarkan dalam
lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian
keluarga, berdisiplin keras namun tidak konsisten, dan selalu menyiakan
anaknya. Tak sedikit dari mereka berasal dari rumah yatim piatu. Dalam
lingkungan demikian mereka tidak pernah merasakan kehangatan, kasih
sayang dan relasi personal yang akrab dengan orang lain. Sebagai
akibatnya mreka tidak mempunyai kapasitas untuk menumbuhkan afeksi,
sedang kehidupan perasaan pada umumnya menjadi tumpul atau mati.
Sebagai akibatnya mereka tidak mampu menjalin relasi emosional yang

akrab atau baik dengan orang lain.
b. Mereaka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa atau melakukan
pelanggaran. Karena itu sering meledak dan tidak terkendali.

36

Ibid, hal 53.

Universitas Sumatera Utara

c. Bentuk kejahatan majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau
tidak dapat diduga-duga. Mereka pada umumnya sangat agresif dan
impulsif. Biasanya mereka residivis yang berulangkali keluar masuk
penjara, dan sulit sekali diperbaiki.
d. Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan normanorma sosial yang umum berlaku. Juga tidak perduli terhadap norma
subkultur gengnya sendiri.
e. Acapkali mereka juga menderita gangguan neurologis, sehingga
mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri.
Psikopat itu merupakan bentuk kekalutan mental dengan ciri-ciri sebagai
berikut : tidak memiliki pengorganisasian dan integrasi diri. Orangnya tidak

pernah bertanggung jawab secara moral, dia selalu konflik dengan norma sosial
dan hukum. Biasanya juga immoral. Tingkah laku dan relasi sosialnya selalu asosial, eksentrik kegila-gilaan, dan jelas tidak memiliki kesadaran sosial serta
intelegensi sosial. Mereka sangat egoistis, fanatik, dan selalu menentang apa dan
siapapun juga. sikapnya aneh, sangat kasar, kurang ajar, ganas buas terhadap
siapapun tanpa sebab sesuatu pun juga. Kata-katanya selalu menyakiti hati orang
lain, perbuatannya sering ganas sadis, suka menyakiti jasmani orang lain tanpa
motif atau apapun juga. Karena itu, remaja delinquen yang psikopatik ini
digolongkan kedalam bentuk penjahat yang paling berbahaya.
Ad. 4. Delinquen Defek Moral 37

37

Ibid, hal 54.

Universitas Sumatera Utara

Defek (defect, defectus) artinya: rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat,
kurang. Delinquensi defek moral mempunyai ciri : selalu melakukan tindakan asosial atau anti sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan dan
gangguan kognitif, namun ada disfungsi pada intelegensinya.
Kelemahan dn kegagalan para remaja delinquen tipe ini adalah : mereka

tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak
mampu mengendalikan dan mengaturnya. Selalu saja mereka ingin melakukan
perbuatan kekerasan, penyerangan dan kejahatan. Relasi kemanusiaannya sangat
terganggu. Sikapnya sangat dingin dan beku, tanpa afeksi (perasaan), jadi ada
kemiskinan afektif dan sterilitas emosional. Mereka tidak memiliki rasa harga diri.
Terdapat kelemahan pada dorongan instinktif yang primer, sehingga pembentukan
super egonya sangat lemah. Impulsnya tetap ada dalam tarif primitif, sehingga
sukar dikontrol dan dikendalikan. Mereka merasa cepat puas dengan
“prestasinya”, namun sering perbuatan mereka disertai agresivitas yang meledak.
mereka juga selalu bersikap bermusuhan terhadap siapapun juga, karena itu
mereka selalu melakukan perbuatan kejahatan.
Pada umumnya bentuk tubuh para penjahat habitual dan residivis itu lebih
kecil daripada tubuh orang normal. Berat badan mereka juga lebih ringan.
Acapkali mereka memiliki kelainan jasmaniah. Pengaruh lingkungan adalah
relatif kecil dalam membentuk seseorang menjadi defek moralnya. Sebaliknya,
konstitusi dan disposisi psikis yang abnormal menyebabkan pertumbuhan anak
muda menjadi defek moralnya. Selanjutnya, apabila perbuatan kejahatan anak

Universitas Sumatera Utara

muda dan remaja yang defek moralnya itu sangat mencolok ekstrim biasanya
mereka digolongkan ke dalam tipe delinquen psikopatik.
B. PERKEMBANGAN KENAKALAN REMAJA
Kenakalan remaja tidak dapt dipisahkan dari perkembangan zaman dari
era ke era. Sebab setiap zaman memiliki ciri khas yang berbeda dan memiliki
tantangan yang berbeda khususnya kepada generasi mudanya, sehingga anak-anak
muda ini bereaksi dengan cara yang khas pula terhadap situasi atau zaman yang
berbeda.
Pada tahun 50 sampai pada tahun 60-an di Indonesia yang menjadi
masalah rumit bagi orang muda ialah adaptasi terhadap situasi sosial politik yang
baru, yaitu setelah menjalani kemelut merebut kemerdekaan. Kenakalan remaja
pada saat itu umumnya berupa penodongan sekolah-sekolah untuk mendapatkan
izasah dan penonjolan diri yang berlebihan bak pahlawan kesiangan. Selain itu,
kenalan remaja pada zaman ini juga berupa keberandalan dan tindak-tindak
kriminal ringan ala anak-anak jalanan, menirukan pola perilaku anak-anak muda
di luar negri yang mereka hayati dengan hadirnya film-film impor dan buku-buku
bacaan sadistis dan buku-buku porno. Adapub faktor kejahatan mereka adalah
karena ketidak mampuan si anak memanfaatkan waktu kosong dan kurangnya
pengendalian terhadap dorongan meniru. Sayangnya yang mereka tiru justru
perbuatan yang tidak terpuji, misalnya; hidup bermalas-malasan dan hidup seperti
hippis, melakukan tindak kriminal untuk memuaskan ambisi sosial yang semakin
meningkat.

Universitas Sumatera Utara

Pada tahun 70-an keatas, kenakalan remaja di kota-kota besar di tanah air
sudah menjurus pada kejahatan yang lebih serius, antara lain berupa tidak
kekerasan, penjambretan, penggarongan, perbuatan seksual dalam bentuk
perkosaan sampai pada perbuatan pembunuhan danperbuatan kriminal lain seperti
pecandu narkotika.
Kejahatan dan kenakalan tersebut erat kaitannya dengan makin derasnya
arus urbanisasi dan semakin banyaknya jumlah remaja desa bermigrasi kedaerah
perkotaan tanpa jaminan sosial yang mantap, ditambah sulitnya mencari pekerjaan
yang cocok dengan keinginan mereka.
Pada tahun berikutnya kenakalan remaja semakin meluas baik dalam
frekuensinya maupun dalam kualitas kejahatannya. Hal ini dapat dilihat dari
semakin banyaknya pengedaran dan penggunaan ganja dan narkotika ditengah
masyarakat dan memasuki ruang sekolah.
Seiring dengan berkembangnya zaman, tak dapat kita pungkiri kenakan
remaja pun semakin berkembang. Pada masa sekarang ini yang dikenal dengan
masa atau era reformasi dan kebesasan sepertinya membawa dampak yang nyata
dalam perkembangan kenakalan remaja. Dimana pada masa sekarang ini remaja
juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani
mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat
mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi orang tua sebagai pembangkangan.
Remaja tidak ingin diperlakukan seperti anak kecil lagi, mereka lebih senang
bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya.
Mereka juga semakin berani menentang tardisi orang tua yang dianggapnya kuno

Universitas Sumatera Utara

dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka
kurang beralasan. 38
Kenakalan remaja lain yang sedang populer di zaman sekarang ini adalah
kenakalan remaja geng motor. Remaja khususnya laki-laki, lebih suka membentuk
sebuah kelompok yang dinamai dengan “geng motor”, dimana para remaja ini
merasa populer dan disegani oleh orang lain apabila bergabung kedalam sebuah
geng motor, karena banyak orang yang berasumsi bahwa geng motor itu
merupakan segerombolan pemuda yang brutal, sadis, tidak berpendidikan dan
memiliki hobi menyakiti orang lain. Namun, bagi remaja yang bergabung dalam
geng motor tersebut, malah menyukai asumsi masyarakat yang seperti itu.
Semakin buruk asumsi masyarakat terhadap geng motor, maka semakin senanglah
para remaja yang tergabung dalam geng tersebut. Geng motor ini,, cenderung
melakukan kenakalannya dengan melakukan aksi balap liar di jalan raya,
perkelahian antar geng motor yang lain, penjambretan, dan penganiayaan terhadap
orang lain yang tidak mereka sukai.
dewasa ini banyak hal yang meresahkan masyarakat akibat ulah para
remaja baik itu dalam kondisi statis maupun dinamis. Seiring dengan
perkembangan dan pencarian identitas kepribadian, banya wujud dan perilaku
delinquen yang dilakukan remaja baik yang diketahui ataupun yang tidak
diketahui. Umumnya perbuatan remaja yang tidak diketahui selalu tidak terjerat
hukum yang disebabkan oleh :
a) kejahatan yang dianggap sepele,

38

http:// rinaanddiary.blogspot.com/2010/12/kenakalanremaja.html

Universitas Sumatera Utara

b) tidak pernah dilaporkan kepada yang berwajib karena orang malas dan
segan berurusan dengan polisi dan pengadilan,
c) orang takut akkan adanya balas dendam. 39
sementara itu wujud-wujud perilaku kenakalan remaja yang dapat
diketahuidan terjerat hukum adalah :
a) Kebut-kebutan di jalanan yang mengganggu keamanan lalu lintas, dan
membahayakan jiwa sendiri serta orang lain.
b) Perilaku ugal-ugalan, brandalan, urakan yang mengacaukan ketenraman
masyarakat sekitar. Tingkah ini bersumber pada kelebihan energi dan
dorongan primitif yang tidak terkendali serta kesukaan menteror
lingkungan.
c) Perkelahian antar geng, antar kelompok, antar sekolah, antar suku,
sehingga kadang-kadang membawa korban jiwa.
d) Membolos sekolah lalu bergelandangan sepanjang jalan, atau bersembunyi
di tempat-tempat terpencil sambil melakukan eksperimen bermacammacam kedurjanaan dan tindak asusila.
e) Kriminalitas anak, remaja dan adolesens antara lain berupa perbuatan
mengancam, intimidasi, memeras, maling, mencuri, mencopet, merampas,
menjambret,

menyerang,

merampok,

menggarong,

melakukan

pembunuhan dengan jalan menyembelih korbannya, mencekik, meracun,
tindak kekerasan dan pelanggaran lainnya.

39

http;// golongkara.blogspot.com/2010/10/juvenile-delinquency-kenakalanremaja/htm, hal 2.

Universitas Sumatera Utara

f) Berpesta pora, sambil mabuk-mabukan, melakukan hubungan seks bebas,
atau orgi ( mabuk-mabukan hemat dengan menimbulkan keadaan yang
kacau-balau) yang mengganggu lingkungan.
g) Perkosaan, agresivitas seksual dan pembunuhan dengan motif seksual,
atau didorong oleh reaksi-reaksi kompensatoris dari perasaan inferior,
menurut pengakuan diri, depresi hebat, rasa kesunyian, emosi, balas
dendam, kekecewaan ditolak cintanya oleh seorang wanita dan lain-lain.
h) Kecanduan dan ketagihan bahan narkotika (obat bius; drugs) yang erat
bergandengan dengan tindak kejahatan.
i) Tindak-tindak immoral seksual secara terang-terangan, tanpa tendenga
aling-aling, tanpa rasa malu dengan cara yang kasar. Ada seks dan cinta
bebas tanpa kendali (promiscuity) yang didorong oleh hiperseksualitas,
geltungsrieb (dorongan menuntut hak) dan usaha-usaha kompensasi
lainnya yang kriminal sifatnya.
j) Homoseksualitas, erotisme anal dan oral, dan gangguan seksual lain pada
anak remaja lain disertai tindakan sadistis.
k) Perjudian dalam bentuk-bentuk permainan lain dengan taruhan, sehingga
mengakibatkan ekses kriminalitas.
l) Komersialisasi seks, pengguguran janin oleh gadis-gadis delinquen, dan
pembunuhan bayi-bayi oleh ibu-ibu yang tidak kawin.
m) Tindakan radikal dan ekstrim, dengan cara kekerasan, penculikan dan
pembunuhan yang dilakukan oleh anak-anak remaja.

Universitas Sumatera Utara

n) Perbuatan a-sosial dan anti-sosial lain disebabkan oleh gangguan kejiwaan
pada anak-anak dan remaja psikopatik, psikotik, neurotik, dan menderita
gangguan-gangguan jiwa lainnya.
o) Tindakan kejahatan disebabkan oleh penyakit tidur ( encephalitis
lethargical), dan ledakan meningitis serta post- enchepalitics; juga luka
dikepala dengan kerusakan pada otak adakalanya membuahkan kerusakan
mental, sehingga orang yang bersangkutan tidak mampu melakukan
kontrol diri.
p) Penyimpangan tingkah laku disebabkan oleh kerusakan pada karakter anak
yang menuntut kompensasi, disebabkan oleh adanya organ-organ yang
inferior. 40
Dari uraian diatas maka dukungan dari teman-teman seperjuangan tidak
dapat diabaikan keberadaannya. Steven Box dalam bukunya yang berjudul
Deviance, Reality, and Society mengemukakan bahwa ada anak-anak dan remaja
yang mempunyai kemauan untuk melakukan kejahatan tetapi tidak pernah
terwujud. Untuk mewujudkan keinginan tersebut, ada beberapa hal yang
diperlukan yaitu : 41
1. Keahlian (skills)
a) Anak-anak remaja yang mempunyai keinginan untuk melakukan
kejahatan, mungkin harus menunda keinginannya mengingat mereka
tidak mempunyai tingkat pengetahuan yang khusus atau keahlian
(skills).
40
41

Kartini Kartono, op cit, hal 21.
Made Darma Weda, op cit, hal 87

Universitas Sumatera Utara

b) Keahlian dalam melakukan kejahatan merupakan proses belajar, yang
diperoleh dari teman-teman sekelompok. Cara-cara mengompas,
mengancam, menggunakan senjata tajam merupakan keahlian yang
harus dipelajari.
2. Perlengkapan (suplay)
Seseorang yang mempunyai keinginan melakukan kejahatan akan
mengabaikan keinginannya bila tidak mempunyai perlengkapan yang
memadai. Perlengkapan ini pun tidak mudah diperoleh. Hanya mereka
yang dikenal dan termasuk dalam kelompoklah yang mudah memperoleh
perlengkapan. Misalnya untuk memperoleh obat-obat terlarang, narkotika,
bahan-bahan kimia tertentu, senjata api, dan sebagainya.
3. Adanya dukungan sosial
Mereka

yang

mempunyai

keinginan

untuk

melakukan

penyimpangan/kejahatan baru dapat melaksanakan keinginannya bila
terdapat dukungan kelompok. Dukungan sosial, yang berbentuk dukungan
kelompok sangat penting bagi pelaksanaan kejahatan. Dengan adanya
dukungan kelompok ini segala perbuatan yang akan dilakukan dapat
direncanakan dengan baik. Dan yang lebih penting lagi, dengan dukungan
sosial ini akan diperoleh pembenaran dari perbuatan tersebut.
4. Adanya dukungan simbolis (symbolic support)
Para remaja yang mempunyai kemauan dan kemampuan dalam
melaksanakan kejahatan, memerlukan dukungan simbolis sebagai dasar
pembenaran dari perbuatan yang dilakukan.

Universitas Sumatera Utara

Dari paparan di atas jelas bahwa perbuatan kenakalan remaja akan
menjurus menjadi kejahatan bila dilakukan secara berkelompok atau mendapat
dukungan dari kelompok. Adanya dukungan dari kelompok yang berbentuk
“geng” akan mempermudah pelaksanaan kejahatan. Oleh karena itu, kerumunan
tempat remaja-remaja berkumpul/berkelompok akan menjadi tempat yang rawan
dan perlu mendapat perhatian.
C. FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KENAKALAN REMAJA
A. Sebab-Sebab Kejahatan Menurut Teori Kriminologi.
Ada tiga bagian yang disebut dalam typhological atau bio-typhological
berdasarkan dalil yang menyatakan bahwa beda penjahat dan bukan penjahat
terletak pada sifat-sifat tertentu pada kepribadian, yang mengakibatkan seorang
tertentu dalam suatu keadaan berbuad kejahatan dan seseorang lain tidak.
Kecenderungan berbuat jahat ini mungkin diturunkan dari orang tua atau
merupakan ekspresi dan sifat-sifat kepribadian dan keadaan sosial maupun prosesproses lain tidak diperhitungkan dalam menerangkan sebab-sebab kejahatan.
Ketiga aliran ini saling berbeda hanya dalam sifat mana yang dianggap perbedaan
antara penjahat dan bukan penjahat.
Ketiga bagian sebab-sebab tersebut adalah :
1. Lambrosian
Teori ini dikenal sebagai “Italian School”, yang dimana berpendapat :
a. Penjahat sejak lahirnya sudah mempunyai suatu tipe tersendiri.

Universitas Sumatera Utara

b. Memiliki tipe tersendiri, misalnya; tengkorak asimetris, rahang bawah
yang panjang, hidung yang pesek, rambut janggut jarang, tahan sakit.
c. Tanda-tanda lahiriah yang merupakan bawaan sejak lahir seperti
berbentuk atavisme atau suatu degenerasi terutama epilepsy.
2. The Mental Testers
Teori ini merupakan teori yang mempertahankan teori Lambrosian.
teori ini lebih menekankan pada feeble minded sebagi suatu ciri khas seorang
penjahat. Teori ini ini berpendapat bahwa kelemahan otak (yang diturunkan
dari orang tua menurut hukum-hukum kebaikan dan mental) mengakibatkan
orang-orang bersangkutan tak mampu menilai akibat tingkah lakunya dan
tidak bisa menghargai undang-undang sebagaimana mestinya.
3. The Psychiatric School/ Aliran Psikiatri
Teori ini merupakan kelanjutan dari aliran Lambroso, tetapi tanpa
bentuk khusus dari tanda badan. Pada aliran ini mengajarkan bahwa
gangguan-gangguan emosional yang terjadi dalam hubungan pergaulan
kelompok merupakan penyebab kejahatan dan warisan biologis sebagai
penyebab kejahatan sudah tidak diakui lagi. Aliran ini sangat dipengaruhi
oleh teori Sigmund Freud, khusus ajarannya yang menitikberatkan pada:
“alam tak sadar,” frustasi dan Oedipus Complex. 42
B. Faktor penyebab kenakalan remaja
Kenakalan anak atau remaja tidak timbul dan ada begitu saja dalam setiap
kehidupan, karena kenakalan-kenakalan tersebut mempunyai penyebab yang

42

Ninik Widiyanti-Yulius Waskita, op cit, hal 52.

Universitas Sumatera Utara

merupakan faktor terjadinya kejahatan anak atau remaja. Untuk mengetahui sebab
musabab timbulnya kenakalan remaja harus diperhatikan faktor-faktor dari dalam
diri anak remaja tersebut, faktor keluarga, lingkungan dan hal-hal lainnya yang
dapat mempengaruhi seseorang anak itu melakukan kenakalan. Kenakalan remaja
yang sering terjadi di dalam masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri
sendiri. Kenakalan anak / remaja tersebut timbul karena adanya beberapa sebab
dan tiap-tiap sebab dapat ditanggulangi dengan cara-cara tertentu.

Menurut pengalaman POLRI dalam menangani kasus-kasus yang terjadi
di masyarakat dapat dikatakan bahwa banyak faktor yang turut mempengaruhi
terjadinya kenakalan remaja. Untuk terjadinya suatu pelanggaran maka 2 (dua)
unsur harus bertemu yaitu NIAT untuk melakukan suatu pelanggaran dan
KESEMPATAN untuk melaksanakan niat tersebut. Jika hanya ada salah satu dari
kedua unsur tersebut di atas maka tidak akan terjadi apa-apa, yaitu ada niat untuk
melakukan pelanggaran tetapi tidak ada kesempatan untuk melaksanakan niat
tersebut, maka tidak mungkin terlaksanan pelanggaran itu. Dan sebaliknya
walaupun ada kesempatan, tetapi tidak ada niat untuk melanggar maka juga tidak
akan terjadi suatu pelanggaran. Jadi kedua unsur NIAT dan KESEMPATAN
adalah hal yang sangat penting dalam hal terjadinya kenakalan remaja. 43

Disisi lain ada pula faktor-faktor penyebab kenakalan remaja yaitu faktor
yang mempengaruhi secara langsung adalah faktor endogin dan faktor eksogin.

43

Ninik Widiyanti- Yulius Waskita, op cit, hal 116.

Universitas Sumatera Utara

Yang dimaksud dengan faktor endogin adalah faktor-faktor yang berasal dari
dalam diri anak itu sendiri yang mempengaruhi tingkah laku yaitu antara lain:

a. cacat yang bersifat biologis dan psikis
b. Perkembangan kepribadian dan intelegensi yang terhambat sehingga tidak
bisa menghayati norma-norma yang berlaku.
Faktor-faktor ekssogin adala faktor-faktor yang berasal dari anak, yang
mempengaruhi tingkah lakunya, antara lain :
a. pengaruh negatif dari orang tua,
b. pengaruh negatif dari lingkungan sekolah,
c. pengaruh negatif dari lingkungan maasyarakat,
d. tidak ada/ kurangnya pengawasan orang tua,
e. tidak ada/ kurangnya pengawasan pemerintah,
f. tidak ada/ kurangnya pengawasan masyarakat,
g. tidak ada pengisian waktu yang sehat,
h. tidak ada pekerjaan,
i. lingkungan fisik kota besar,
j. anonimitas karena banyaknya penduduk kota-kota besar, dll. 44
Selain faktor-faktor penyebab kenakalan remaja yang telah diuraikan
diatas, ada beberapa faktor lain yang ditinjau dari lingkungan tempat remaja itu
bertumbuh dan berkembang. Faktor-faktor lingkungan tersebut terdiri :
1. Lingkungan keluraga

44

Ninik Widiyanti-Panji Anoraga, Perkembangan Kejahatan dan Masalahnya ditinjau dari
Segi Kriminologi dan sosial, Pradnya Paramita, Jakarta, 1987, hal 38.

Universitas Sumatera Utara

Keluarga menjadi tolak ukur orang menilai kepribadian dan keberadaan anak
di luar lingkungan keluarga. Keluarga adalah satu-satunya tempat pendidikan
awal sebelum berlangsung ke institusi lain di luar keluarga. Berbagai problem
yang menyangkut kenakalan remaja (juvenile delinquency) akhir-akhir ini
tidak terlepas dari keterkaitannya dengan lingkungan keluarga.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku remaja oleh keluarga :
1) Status ekonomi orang tua rendah, banyak penghuni/keluarga besar, rumah
kotor, moralitasnya merupakan tanda tanya sehingga tidak mampu
mengembangkan ketenangan emosional pada anak.
2) Anak kurang mendapat kasih sayang, kurangnya pengawasan secara
langsung dan tidak diasuh oleh orang tua kandung serta tidak ada
persekutuan antara anggota keluarga.
3) Ada penolakan baik ibu maupun ayah atau broken home (karena kematian,
perceraian, hukuman dan lain-lain).
2. Lingkungan sekolah
sekolah merupakan satu-satunya tempat anak mendapatkan pendidikan secara
formal yang dengan kesungguhannya melaksanakan tugas untuk mewujudkan
tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan yang diharapkan adalah membimbing
anak didik menjadi warga negara pancasilayang berdasarkan atas Ketuhanan
Yang Maha Esa, bermoral, berkesadaran masyarakat serta bertanggunjawab
terhadap kesejahteraan masyarakat.
Tetapi tidak jarang sekolah menjadi tempat yang turut mempengaruhi pola
kenakalan remaja, diantaranya :

Universitas Sumatera Utara

1) Sekolah yang selalu berusaha memanjakan anak-anak yang sebenarnya
kurang mampu.
2) Guru bersifat menolak (reject).
3) Sekolah menerapkan disiplin secara kaku, tanpa menghiraukan perasaan
anak serta suasana sekolah yang buruk menimbulkan anak-anak yang suka
membolos, malas belajar, melawan guru dan meninggalkan sekolah (
droup out).
3. Lingkungan masyarakat
masyarakat adalah keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas
sifatnyadan tersusun dari berbagai sistem dan sub sistem salah satunya adalah
keluarga. Dalam proses untuk membentuk seorang individu masyarakat
mendapat peranan penting terutama dalam membentuk mentalitas hidup
seorang anak.
Ada beberapa hal yang terdapat dalam masyarakat kita yang mempengaruhi
pola kehidupan remaja, antara lain :
1) Sulit memperhatikan kepentingan anak dan melindungi hak anak
khususnya berhadapan dengan berbagai perilaku kekerasan terhadap anak
yang marak terjadi belakangan ini.
2) Masyarakat kita sulit memberikan kesempatan bagi anak untuk
melaksanakan kehidupan sosial, dan tidak mampu menyalurkan emosi
anak secara sehat.
3) Perilaku masyarakat yang suka memilah-memilah atau mengkategorikan
masyarakat berdasarkan umur. Hal ini menjadikan para remaja seolah-olah

Universitas Sumatera Utara

tersisih dari suatu hubungan yang positif, bermakna, langgeng, dan
mendalam dengan generasi yang lebih tua yang sebenarnya bisa membantu
mereka dalam pertumbuhannya. 45
Selanjutnya faktor-faktor penyebab kenakalan remaja juga dipaparkan oleh
Ali Qaimi dalam bukunya yang berjudul Keluarga dan Anak Bermasalah. Ada
beberapa faktor yang menyebabkan anak berbuat nakan atau jahat, antara lain
yaitu :

1. Kondisi pertumbuhan.
Adakalanya kenakalan seorang anak/remaja terjadi pada tahap-tahap
pertumbuhannya. Sebagaimana yang sering kita saksikan, pada tahapan- tahapan
tertentu, sang anak mulai menunjukkan kemandiriaannya dan tidak bersedia
terikat dengan aturan apapun. Ia berusaha menundukkan orang lain dan menolak
mengikuti setiap perintah. Dalam mencapai kemandiriannya, sang anak
melakukan kenakalan dan berulah tertentu demi melancarkan protes (dengan katakata) atau kritikan. Dengan cara seperti inilah, ia ingin menunjukkan
kepribadiannya. Kenakalan seperti ini harus segera diperbaiki. Dan sang anak
harus segera dikembalikan ke dalam kondisinya yang normal dan alamiah.

2. Kerusakan syaraf.
Sebagian anak-anak, dikarenakan kerusakan syarafnya, selalu mempersulit
keadaan, bersikap sensitif, dan senang mencari-cari alasan. Ia memiliki banyak
keinginan dan ingin segera mewujudkannya tanpa melalui pertimbangan yang

45

http;// golingkara.blogspot.com/2010/12/ kenakalan remaja. html.

Universitas Sumatera Utara

matang. Ketika keinginannya dihambat, ia akan berulah dan berbuat nakal.
Kerusakan syaraf ini besar kemungkinan berasal dari faktor genetik atau kondisi
lingkungan yang kurang baik. Atau terkadang bersumber dari sejumlah penyakit
lainnya.

3. Tidak memperhatikan kebutuhan anak.
Adakalanya kenakalan seorang anak timbul lantaran faktor orang tua,
khususnya ibu, yang tidak memperhatikan segenap kebutuhannya. Misalnya, sang
anak meminta makan kepada ibunya, dan ibunya itu kemudian berkata,
“bersabarlah!” mendengar jawaban itu, sang anak akan mulai menangis dan
merengek-rengek menuntut pemenuhan keinginannya. Atau seorang anak yang
suka makan (banyak), kemudian meminta makanan dari kedua orang tuanya.
Memang, orang tuanya itu tidak menghalangi atau mencegah keinginannya.
Namun pemberian mereka itu masih dianggap kurang oleh sang anak. Atau
seorang anak menghendaki sesuatu dari toko, dan kedua orang tuanya tidak
memenuhi keinginannya atau menolaknya dengan cara-cara yang kasar.
Disebabkan inilah, sang anak kemudian berbuat nakal dan bersikeras untuk
meraih keinginannya.

4. Pendidikan buruk.
Dalam hal ini bisa dianggap pendidikan yang salah kaprah, berhubungan
dengan cara pendidikan anak yang keliru, yang kemudian menimbulkan pelbagai
dampak (buruk). Adakalanya seorang ibu

terlampau

berlebihan dalam

mencurahkan perhatian dan kasih sayang kepada anak-anaknya. Ini menjadikan

Universitas Sumatera Utara

sang anak bersikap manja dan tergantung kepadanya. Ketika sang anak menangis,
ibunya berusaha menghentikan tangisnya dengan cara memenuhi keinginannya.
Itu dilakukan agar sang anak menjadi terdiam dan tidak menangis lagi. Namun,
pada masa-masa berikutnya, semua itu akan menjadi kebiasaan (buruk) bagi sang
anak. Sikap inilah yang memicu sang anak untuk menangis, berbuat nakal, dan
menentang perintah.

5. Faktor perasaan.
Seorang anak pada umumnya haus akan kasih sayang orang tuanya serta
merindukan seseorang yang mau mencurahkan perhatian kepadanya. Namun,
sewaktu merasa kasih sayang yang diberikan orang tua kepadanya masih kurang,
sang anak akan berusaha dengan berbagai macam cara untuk menarik perhatian
dan kasih sayang orang tuanya itu. umpama, berpura-pura terjatuh ke tanah dan
menangis sedih. Ia tak akan berhenti melakukannya sampai dirinya memperoleh
kasih sayang yang diharapkannya. Apabila kondisi seperti ini terus dibiarkan,
sementara kedua orang tuanya tidak kunjung memperhatikan kebutuhannya,
niscaya ia akan melakukan kenakalan. Lebih dari itu, kondisi kejiwaan sang anak
akan berada dalam bahaya dan akan dihinggapi sifat dengki atau merasa terasing
di tengah- tengah keluarganya sendiri. Untuk melawan kondisi semacam ini, sang
anak akan selalu berbuat nakal sampai ibunya mencurahkan perhatian dan kasih
sayang kepadanya.

6. Penyakit kejiwaan.

Universitas Sumatera Utara

Sebagian penyakit kejiwaan direfleksikan dalam bentuk kenakalan,
mencari-cari alasan, dan berprasangka buruk. Barangkali, masih terlalu dini bagi
kita untuk membahas soal penyakit kejiwaan anak-anak. Namun kita tidak boleh
lupa bahwa sebagian anak-anak telah terjangkiti sindrom skizofrenia. Di antara
ciri dari sindrom atau penyakit ini adalah sikap mengasingkan diri secara ekstrem,
hanyut dalam kesedihan dan kegundahan hati, serta membatasi dunia
kehidupannya sendiri. Dalam beberapa keadaan, penderitanya seringkali menangis
tanpa sebab. Dan sewaktu anda bertanya kepadanya tentang penyebab tangisnya,
ia akan segera tutup mulut dan tidak berbicara sepatah kata pun kepada anda. Ia
akan selalu berusaha menumpahkan air matanya. Kadangkala, baginya sebuah
perkara kecil bisa menjadi besar dan menyebabkan tangisannya.

7. Faktor kesehatan.
Dalam beberapa keadaan, kenakalan seorang anak timbul lantaran faktor
kesehatan. Misalnya, tiba-tiba anda melihat anak anda berteriak lantaran hal
sepele,

kemudian

menangis dan membuat kegaduhan.

Tanpa

meneliti

penyebabnya, anda langsung marah atau jengkel dan bahkan memukulnya.
Namun selang beberapa saat, barulah anda mengerti ternyata anak anda itu tengah
menderita sakit gigi atau telinganya berdarah. Sementara ia belum sempat
menjelaskan keadaannya itu kepada anda. Penelitian menunjukkan bahwa kondisi
kesehatan dan kenakalan anak saling terkait satu sama lain.

8. Faktor kejiwaan.

Universitas Sumatera Utara

Faktor kejiwaan tidak identik dengan penyakit kejiwaan. Namun lebih
dimaksudkan dengan keinginan terhadap sesuatu yang bersumber pada sifat dasar
manusia, seorang anak menghendaki kebebasan dan kemandirian, tercapainya
tujuan tertentu, serta bergaya hidup tersendiri. Namun, sewaktu merasa kedua
orang tuanya menghalangi keinginannya, ia lantas memikirkan cara untuk
menyingkirkan penghalang tersebut. Kalau merasa tak sanggup menghancurkan
penghalang dengan kata-kata atau logika, maka sang anak akan menempuh cara
lain demi meraih tujuannya itu. dan demi kesuksesannya, ia tak akan sungkansungkan menggunakan cara-cara yang menyimpang.

9. Faktor peraturan.
Dalam beberapa keadaan, penyebab kenakalan dan kekeraskepalaan anakanak berasal dari peraturan yang diberlakukan orang tua yang mempersulit
keadaannya. Ya, pemaksaan kehendak hanya akan mendorong sang anak berani
menentang atau melawan perintah orang tua. Mencampuri urusan anak dan
membatasi kebebasannya juga dapat memicu kenakalan anak, khususnya bagi
yang masih berusia 2,5 hingga tiga tahun. Memaksakan anak untuk makan atau
tidur serta mengenakan pakaian tertentu, terlebih dengan menyertakan ancaman
tertentu, merupakan faktor lain yang mendorong anak berbuat nakal.

10. Faktor ajaran buruk.
Dari satu sisi, masalah kenakalan anak merupakan problem akhlak.
Sementara pada sisi yang lain merupakan problem perasaan. Apabila kita mampu
mengarahkan kenakalan sang anak sejak masih kecil, niscaya ia akan tumbuh

Universitas Sumatera Utara

dewasa dengan wajar dan normal. Kenakalan merupakan perilaku yang dapat
menular. Karena itu, kenakalan atau perilaku buruk anggota keluarga, terutama
kedua orang tua, sangat berpengaruh dalam memicu kenakalan anak. Kedua orang
tua merupakan contoh (teladan) bagi anak-anaknya. Setiap anak akan meniru
gerak-gerik dan perilaku orang tua atau anggota keluarga lainnya. Kadangkala,
sang anak mempelajari kenakalan atau ulah tertentu dari teman-teman
pergaulannya. 46
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada bulan April tahun 2009 dengan
20 informan narapidana di lembaga pemasyarakatan anak Tanjung Gusta
disimpulkan penyebab anak melakukan kejahatan diantaranya adalah : 47
1. Pengaruh keluarga
Anak-anak

yang

dilembaga

pemasyarakatan Tanjung

Gusta

terjadi

dikarenakan mereka sering berteman dengan anak-anak yang kurang baik,
contohnya berteman dengananak yang tidak sekolah.
2. Kurang perhatian
Kedua orang tua yang sibuk dan kurangnya perhatian dari saudara-saudara
serumah terhadap anak, hingga anak merasa kurang perhatian. Kurang
perhatian membuat anak tersebut bertindak sesuai dengan pola pikir dan
kemauannya akibatnya melakukan tindakan yang tidak seharusnya dilakukan
oleh anak-anak seperti mencuri, memukul, menendang, dan tindak kekerasan
lainnya.
3. Keluarga broken home (keluarga berantakan)
46
47

Ali Qaimi, Keluarga dan Anak Bermasalah, Cahaya, Bogor, 2002, hal 33.
Marlina, op cit, hal 65.

Universitas Sumatera Utara

Anak yang berasal dari keluarga broken home kebanyakan menjadi anak
nakal, karena kehidupannya sudah kacau da orang tuanya sudah sulit untuk
memberikan pengarahan.
4. Ekonomi
Tingkat ekonomi yang rendah pada umumnya menyebabkan orang tua tidak
memiliki waktu untuk memberikan pemenuhan kebutuhan untuk anaknya.
Akibatnya anak akan mencari pemenuhan keinginan dan kebutuhan sesuai
dengan pola pikir yang dimilikinya. Oleh karena itu, terkadang anak
melakukan perbuatan mengambil barang milik orang lain atau melakukan
tindakan asusila.
5. Pendidikan (education)
Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan anak tidak mempunyai
kesempatan untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang berguna. Dengan
banyaknya waktu yang dmiliki oleh anak sedangkan kegiatan-kegiatan
terarah tidak ada, mengakibatkan anak melakukan kegiatan-kegiatan yang
menurutnya baik dan sering bergabung dengan anak-anak yang dari golongan
sama. Akibanya terkadang perbuatan yang dilakukan adalah kegiatankegiatan yang melanggar hukum seperti mencoret-coret tembok, melempar
orang, berkelahi, bolos sekolah, dan lain sebaginya.

Universitas Sumatera Utara