khilafah dalam sistem pemerintahan islam

KHILAFAH DALAM SISTEM PEMERINTAHAN ISLAM

1.Bentuk Negara Khilafah Islamiyah dan Negara Modern
Sudah jamak diketahui bahwa pada intinya ajaran islam melingkupi dua
hal yakni,hubungan vertikal dengan tuhan dan hubungan horizontal dengan
sesama manusia dan lingkungan hidup.Hubungan yang sifatnya vertikal tersebut
tidak dijabarkan dalam penelitian ini karena merupakan hubungan individu
kepada penciptanya.akan halnya dengan hubungan horizontal,islam sangat
mengajarkan umatnya agar mengembangkan prinsip perbaikan kualitas diri dan
masyarakat sebagai upaya mencapai tingkat peradaban,harkat dan martabat
yang tinggi,
Di dalam sebuah negara yang mayoritas penduduknya muslim
menegakkan sebuah pemerintahan yang islami dipandang sebagai suatu
keniscayaan.Oleh karena itu,tumbuh dan berkembangnya konsep negara sekuler
tidak bisa diterima dalam penduduk yang mayoritas islam,hal itu tentu saja akan
bertolak belakang dengan kekomprehesifan yang diajarkan dalam islam,bahwa
tidak ada pemisahan antara urusan agama dan urusan negara.
Diantara semboyan sesat yang tersebar luas adalah”Agama urusan Allah
dan tanah air urusan kita semua”
Yang dimaksud dengan ungkapan ”Agama urusan Allah dan tanah air
urusan kita semua” adalah bahwa agama hanya sekedar hubungan antara

dhamir(perasaan) manusia dengan Rabb-nya,sehingga tidak memiliki tempat
dalam sistem kehidupan dan sosial manusia.
Bandingkan dengan ajaran islam yang mengangkat tentang kewajiban
manusia sehubungan dengan tugas khilafahnya adalah menegakkan
keseimbangan,dalam pandangan islam keseimbangan(tawazun)selalu menjadi
dasar konsepsinya.
Dalam as-siyasah asy-syar;iyyah,ibnu Taimiyah menulis “wilayah (oranisasi
politik) bagi persoalan (kehidupan sosial) manusia merupakan keperluan agama
yang terpenting.Tanpa topangannya,agama tidak akan tegak secara kokoh dan
karena Allah SWT mewajibkan amar ma’ruf nahi munkar,dan menolong pihak
yang teraniaya.Semua yang diwajibkan tentang jihad,keadilan,dan menegakkan
hudud,tidak mungkin sempurna kecuali dengan kekuatan dan kekuasaan.
Oleh karena tu dikatakan bahwa agama dan kekuasaan adalah “saudara
kembar”.Dikatakan pula bahwa agama adalah pondasi(asas) dan kekuasaan
adalah penjaganya.segala sesuatu yang tidak berpondasi niscaya akan runtuh
dan segala sesuatu yang tidak berpenjaga niscaya akan hilang lenyap.
Al-qur’an sendiri tidak mengungkapkan konsep negara dan rincian
teorinya,akan tetapi menurut Syafi’i Ma’arif disebabkan dua alasan ;pertama,Alqur’an pada prinsipnya adalah petunjuk etik bagi umat manusia,bukanlah
sebuah kitab ilmu politik,kedua,sudah merupakan kenyataan bahwa institusiinstitusi sosio politik dan organisasi manusia selalu berubah dari masa ke
masa.Dengan demikian,diamnya Al-qyr’an dalam masalah ini dimaksudkan agar


tidak terjadi kebekuan hukum-hukum kenegaraan dalam setiap periode sejarah
umat manusia.
Dari pendapat Syafi’i Ma’arif diatas tergambar bahwa Al-qur’an
merupakan sebuah kitab suci yang diturnkan oleh Allah SWT dan tidak ada
seorang pun manusia yang berwenang untuk merubahnya.
Pernyataan diatas yang mengatakan bahwa negara yang dijadikan alat
bagi agama islam untuk menyebarkan dan mengembangkan agama,perlu
kiranya mendapat koreksian.Jika berpegangan pada hal ini maka prinsip
kekomprehesifan yang diajarkan islam menjadi abu-abu.Karena pendirian negara
islam semata-mata hanya untuk mnyebarkan agam semata.Ini jelas bertolak
belakang dengan penjelasan terdahulu yang mengatakan bahwa untuk
menegakkan hukum-hukum Allah maka diperlukan sebuah institusi kekuasaan
yang bisa melindungi umat.
Berikut beberapa contoh yang dikemukakan dibawah ini tentang
bagaimana kekomprehesifan islam yang mengatur segala aspek aktivitas
kehidupan mulai dari aspek muamalah,kehidupan bernegaraa,berekonomi,dan
berhubungan antar negara :
a.Kehidupan bernegara diperoleh pedomannya dalam banyak ayat Al-qur’an
antara lain QS An nisa’(4):58 mengajarkan”Sesungguhnya Allah menyuruh kamu

menyampaikan amanah kepada yang berhak menerimanya dan(menyuruh
kamu)apabila menetapkan hukum diantara manusia supaya kamu menetapkan
dengan adil.Seseungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu.Sesengguhnya Allah maha mendengarkan lagi maha melihat.”
b.Kehidupan ekonomi diperoleh pedomannya dalam banyak ayatAl-qur’an,antara
lain pada QS an-nisa’(4):29 yang megajrkan:”Hai orang-orang yang
beriman,janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
bathil kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku sukarela diantar kamu.Dan
jangan lah kamu membunuh dirimu;sesungguhnya Allah maha penyayang
kepadamu”
C.Kehidupan hubungan antar negara diperoleh pedomannya dalam beberapa
ayat Al qur’an antara lain pada QS Al Hajj (22):39-40 yang mengajarkan,
“Telah diizinkan (berperang)bagi orang-orang yang diperangi karena
sesungguhnya mereka telah dianiaya.Dn sesungguhnya Allah benar-benar maha
kuasa menolong mereka itu,(yaitu) orang-orang yang telah di usir dari kampung
halaman mereka tanpa alasan yang benar,kecuali karena mereka berkat,’Tuhan
kami hanyalah Allah’ dan sekiranya Allah tidak menolak
(keganasan)sebagaimana manusia dengan sebagian yang lain,tentulah telah
dirobohkan biara-biara nasrani,gereja-gereja,rumah-rumah ibadah yahudi dan
masjid-masjid yang didalamnya banyak disebut-sebut asma Allah.Sesungguhnya

Allah pasti menolong orang yang menolong agamanya,dan sesungguhnya Allah
benar-benar maha kuat lagi maha perkasa”
Dari penjelasan diatas,sebagian urusan yang diatur oleah islam dalam
setiap sendi-sendi kehidupan masyarakatnya menjadi bukti bahwa islam tidak
mengenal konsep yang memisah-misahkan antara satu dengan yang lain.

SKEMA SISTEMATIKA YANG MENGGAMBARKAN KEKOMPREHESIFAN ISLAM
Islam sebagai sebuah agama dan ideologi,akan dapat dilaksanakan secara utuh
apabila ”tiga asa penerapan hukum islam” ada didalamkeidupan umat,asas
tersebut terdiri dari; (1)Ketaqwaan individu yang mendorongnya untuk terikat
kepada hukum syara’ (2) Kawalan masyarakat, (3) Negara islam ang
menerapkan syari’at isalm secara utuh.
Urgensi institusi (negara islam) ini terfleksi pula dalam ungkapan Ibnu
Taimiyah dalam kitabnyayang sangat terkenal al Siyasah al Syar’iyah fi al Ra’i
wal al Ra’iyah yang mengatakan bahwa”wilayah”(perwalian
pemerintahan)urusan manusia merupakan kewajiban agama yang paling
besar.Bahkan,tidak ada artinya penegakan agama dan dunia tanpa ada perwlian
ini.
Sebagai sebuah ideologi bagi sebuah negara,masyarakat serta
kehidupan,islam telah menjadikan negara besertakekuasaannya sebagai bagian

yang tidak dapat dipisahkan dari eksistensi islam.
Ditinjau dari persfektif seorang muslim,negara (dalam hal ini adalah
negara islam) merupakan ideologi yang dibangun,di dasarkan dan bersumber
pada akidah islamiyah,yaitu sistem undang-undang yang diterapkannya
bersumber pada akidah tersebut.
Tata negara islam tegak pada landasan “La illaha illallah” karenanya
pertama-tama yang menjadi perhatian haruslah ditunjukkan kearah
membersuhkan hati nurani para anggotanya dari penghambaan diri kepada yang
lain selain Allah SWT dalam bentuk manapun juga.
Semboyan negara islam seperti yang diungkapkan oleh Rbi’i bin Amir
kepada Rustum,panglima besar persia :Seseungguhnya Allah mengutus kami
untuk mengeluarkan manusia dari menyembah sesama kepada menyembah
Allah saja,dari kesempitan dunia kepada kelapangannya,dari kezaliman berbagai
agama kepada keadilan islam”.
Salah satu argumentasi yang kerap dilontarkan untuk menolak sistem
khilafah adalah alasan sajarah.Sejarah khilafah digambarkan sebagai fragmen
kehidupan yang penu darah,kekacauan dan konflik.Paling tidak,ada tiga
argumentasi sejarah yang sering dilontarkan: (1) Khalifah yang otoriter dan
diktator; (2) Pembunuhan yang terjadi pada masa khulafur rasyidin; (3)
Perlakuan yang diskriminatif terhadap non-muslimdan wanita.

Secara mendasar,ada beberapa kesalahn dari argumentasi yang
disampaikan diatas,yaitu:

Pertama,kesalahan dalam menempatkan posisi sejarah islam.
Montgomery Watt menyatakan bahwa negara islam yang dibangun Nabi
Muhammad SAW merupakan suatu negra yang terdiri dari percampuan suku
bangsa arab.
Tolak ukur Watt menilai kekuasaan Nabi Muhammad SAW sebagai negara islam
adalah karena telah terdapat perangkat-perangkat dasar pemerintahan yang
ternyata telah memenuhi persyaratan sebagai suatu negara modern.Persyaratan
pokok tersebut antara lai;

1.Adanya kelompok manusia
2.Adanya ketaatan kepada suatu aturan tertentu
3.Mempunyai wilayah tertentu
4.Mempunyai pemerintahan
5.Memiliki ikatan bersama

BENTUK-BENTUK NEGARA MODERN SAAT INI
Negara dalam bentuk sederhananya,sebenarnya telah muncul sejak beberapa

puluh abad yang silam.Dalam pemahaman Socrates,cikal bakal tersebut untuk
pertama kalinya muncul di yunani dimana pada waktu itu terdapat suatu
masyarakat politik yang kemudian menjadi cikal bakal negara.Masyarakat politik
yang anggota-anggotanya terdiri dariraja yang filosof(the philosopher
king),prajurit(the guardian),dan para petani,serta tukang yang dinamakan
dengan polis.Polis berasal dari bahasa yunani yang berarti kota.
Sejalan dengan itu Plato memandang bahwa asal mula terjadinya negara
karena disebabkan adanya keinginan kerja sama dari setiap manusia untuk
memenuhi kepentingan mereka,maka selanjutnya mereka membentuk apa yang
dinamakan dengan negara.

NEGARA PADA MASA YUNANI KUNO
Mengenai negara pada masa zaman kuno kita mengenal sejarah yunani
kuno dan romawi kuno.Bentuk negara zaman kuno masih berupa polis,yang
mana hanya meliputi kota saja,maka apabila mereka mengadakan musyawarah
yang menyangkut hal negara,rakyat dan pihak pemerintah(raja) berkumpul pada
sebuah lapangan yang luas untuk mengadakan rapat besar.
Aristoteles meninjau mengenai bentuk negara itu berdasarkan ukuran
kwantitas bentuk ideal dan ukuran kualitas untuk bentuk pemerosotannya.yakni
sbb:

1.Monarchi
2.Aristokrasi
3.Politea

NEGARA PADA MASA ROMAWI KUNO
Perbedaan paling menonjol adalah bangsa romawi merupakan bangsa
yang menitik beratkan pada soal-soal praktis daripada berpikir
teoritis,sedangkan bangsa yunani lebih merupakan bangsa yang suka berpikir.
Pemerintah yang pertama kali dalam sejarah romawi adalah berbentuk
monarki atau kerajaan dan dalam sistem pemerintahan yang pertama kali ini

terlihat benih benih demokrasi,yang kemudian dapat dilaksanakan setelah raja
terusir dari tahtanya.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian dimasa romawi ternyata negara
dibedakan dengan masyarakat,negaramerupakan badan hukum disamping
masyarakat.Negara mempunyai kepentingan dan tujuan tersendiri,yang kadangkadang dapat bertentangan dengan kepentingan dan tujuan masyarakat.
Kekuasaan rakyat diberikan kepada penguasa,yaitu raja,sifatnya tidak
turun temurun,jadi setiap pengangkatan raja baru,rakyat menyerahkan
kekuasaannya kepada raja baru yang diangkat tersebut,dan sesudah itu rakyat
tidak dapat mencabut kembali,terhadap keadaan yang demikian ini polybios

mengatakan bahwa romawi merupakan pemerintahan yang mempersatukan
unsur-unsur demokrasi,Aristokrasi dan Oligarkhi.

NEGARA PADA ZAMAN PERTENGAHAN
Setelah jatuhnya impremium romaw,sejarah pemikiran tentang negara
hukum dan hukum memasuki zaman baru,yaitu zaman abad
pertengahan.sejalan dengan runtuhnya peradaban bangsa romawi,keruntuhan
ketatanegaraannya tidak dapat dihindari.Sebaliknya,kekuasaan dari agama
kristen semakin berkembang dan kemudian menggantikan sistem
ketatanegaraan menurut ketentuan gereja.
Jadi,sudah mulai sejak pada permulaan zaman abad pertemgahan
pandangan hidup ini sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran agama,lebih lebih
setelah agam kristen ini diakui sebagai agama resmi negara.Dan kalau ada
perintah-perintah Tuhan yang tidak terang,yag boleh menafsirkan hanyalah
pemimpin-pemimpin gereja,khususnya paus.
Selanjutnya yang penting juga untuk dibahas adalah bagaimanakah
membedakan anatara republik dan kerajaan? Menurut jellinek,untuk
membedakan antara republik dan kerajaan dapat dilihat dari kemauan
pembentukan negara.Dalam negara kerajaan kemauan pembentukan negara
terjadi sekuruhnya dan dalam badan seseeorang dan kemauan negara tertentu

terlihat sebagai kemauan yang tertentu berbadan individual.sedangkan didalam
republik,kemauan pembentukan negara tercapai berdasrkan kejadian yudiris
menurut tindakan-tindakan kemauan orang yang berbadan,sehingga kemauan
itu tidak terlihat sebagai kemauan satu orang hidup tertentu,melainkan kemauan
bdan yang hanya mempunyai bentuk realitas secara yudiris saja.

BENTUK NEGARA MODERN
Istilah aligarkhi dan aristokrahi di zaman modern ini tidak dikembangkan
lagi.Untuk sekarang bentuk negara hanya dikenal republik dan monarki.

KHILAFAH DALAM SISTEM PEMERINTAHAN ISLAM

Sebagaimana dipahami,nabi Muhammad SAW,disamping melaksanakan misi
kenabiannya serta memberitahukan hal-hal yang tetap dan menyampaikan
ajaran-ajaran universal seperti imamah(kepemimpinan),juga mengutarakan
dengan jelas maslah-masalah bersifat mungkin yang terjadi dizamannya.Dengan
kata lain,Nabi Muhammad SAW sambil menyampaikan hal-hal fundamental
tetap,sebagai seorang muslim yang sempurna,juga menggambarkan komponenkomponen yang berubah dan mungkin muncul dimasanya berdasarkan elemenelemen yang tetap itu.
Dikarenakan khilafah atau negara islam ini merupakan institusi
politik,yang tidak akan dapat diasingkan daripada aktivitas politik.

Empat asas aktivitas politik dalam islam,yakniterdiri dari:
Asas pertama:kedaulatan ditangan syara’ (as-siyadah li as-syar’i) kata
“kedaualatan”bukan berasal daripada konsep islam.Kata tersebut diterjemahkan
kedalam bahasa arab dengan perkataan as-siyadah.dalam bahsa inggrisnya
disebut soveregnty.makna yang dikehendaki oleh lafadz tersebut sebenarnya
adalah”sesuatu yang mengendalikan dan melaksanakan aspirassi”
Islam mengajarkan kedaulatan berada ditangan syara’ bukan berada
ditangan manusia,umat atau yang lainnya,demikian ajaran tersebut membawa
konsekuensi sbb:
Pertama:yang menjadi pengendali dan penguasa adalah hukum
syara’,bukannya akal.
Kedua:Siapa pun akan mempunyai kedudukan dihadapan syara’ apakah
dia penguasa maupun rakyat.
Ketiga:ketaatan kepada penguasa terikat dengan ketentuan hukum syara’
dan bukan ketaatan secara mutlak
Keempat:wajib mengembalikan maslah kepada hukum syara’ apabila
terjadi perselisihan antara penguasa dengan rakyat,sebagaimana yang
dinyatakan dalam ayat diatas
Kelima:wajib melakukan pengawasan keatas negara yang dilakukan
umat,apabila terjadi penyimpangan negara atau penguasa dari salah satu
hukum syara’
Keenam:adanya mahkamah yang bertugas menghilangkan penyimpangan
terhadap hukum syara’ adalah wajib.
Ketujuh:mengangkat senjata untuk mengambil alih kekuasaan apabila
khlifrah kaum muslimin telah menyimpamg dari pada hukum syara’ dan nyata
kufur adalah wajib.
Asas kedua:dari aktivitas politik dalam islam adalah kekuasaan ditangan
umat(as-sulthan li al-ummat).Kekuasaan ditangan umat ini tercermin dari pada
pengambilan kekuasaan yang diambil dalam Al-hadist maupun
ijma’sahabat,yang semuanya dilakukan melalui bai’at,sedangkan bai’at adalah
akad yang diberikan oleh ummat kepada khalifah.

Khalifah adalah pemegang kekuasaan dalam negara,dalam kedudukannya
sebagai khalifah bukan sebagai pribadi,selama umat tetap menempatkan dirinya
pada jabatannya tertinggi ini.
Adapun konsekuensinya daripada asas kedua mengenai aktivitas politik
didalam islam,yaitu kekuasaan ditangan umat adalah:
Pertama:tidak ada satu kekuasaan pun yang diperolehi oleh seorang
muslim,kecuali diberikan oleh umat.
Kedua:umat mempunyai hak untuk mengangkat khalifah dengan
ridha,tidak dibenarkan melalui paksaan.
Ketiga:pemerintahan islam tidak berbentuk kerajaan,yang diperolehi oleh
warisan.
Keempat:meskipun umat berhak mengangkat penguasa,namun
kedudukan umat bukan sebagai musta’jir(majikan) manakala khalifah bukan pula
sebagai ajir(buruh)
Kelima:umat mempunyai hak syura kepada khalifah
Keenam:penguasa adalah pelayan umat yang melayani mereka dengan
memenuhi maslahat mereka tanpa mencegah mudharat yang menimpa mereka
berdasarkan hukum syara’
Asas ketiga:mengenai aktivitas politik dalam islam adalah pengangkatan satu
khalifah untuk seluruh kaum muslimin hukumnya wajib (wujud nahsbi al khalifah
al wahid li al muslimin).Adapun konsekuensi dari asa pengangkatan khalifah ini
adalah:
Pertama:khalifah islam wajib hanya seorang saja.
Kedua:bentuk negara kekhalifahan adalah berbentuk kesatuan.
Ketiga:sistem pemerintahan khilafah islam mengikuti sistem
pusat(centralization),sedangkan sistem administrasinya tidak
terpusat(desentralization)
Keempat:khilafah adalah negara,karena konsep negara didalam islam
berbeda dengan konsep kapitalisme.
Asas keempat:dari aktivitas politik didalam islam adalah khalifahlah satu-satunya
yang mempunyai hak untuk mengambil dan menetapkan hukum syara’ untuk
menjadi undang-undang .
Berdasarkan asas tersebut diatas ada beberapa konsekuensi hak untuk
mengambil dan menetapkan hukum syara’ antara lain ssb:
Pertama:tidak ada yang berhak membuat apa-apa undang-undang kecuali
khalifah
Kedua:kekuasaan untuk membuat keputusan ada ditangan seorang
saja,yaitu khalifah.
Ketiga:kepimpinan negara islam bersifat tunggal,tidak ada kepemimpinan
kolektif dalam negara islam.

Keempat:khalifah mempunyai hak untuk mengambil dan mentapkan
hukum syara’untuk menghilangkan perselisihan ditengah masyarakat sesuai
dengan kaedah hukum syara’
Kelima:dalam mengambil dan menetapkan hukum syara’ bagi khalifah
hukumnya adalah mubah.
Keenam:khalifah dalam mengambil dan menetapkan semua undangundang dan peraturan apa saja mesti terikat dengan hukum syara’
Sebagaimana yang telah diuraikan diatas juga,oleh karenanya bentuk dan
sistem islam dapat dilihat sebagai berikut:
1.Negara islam tidak berbentuk persekutuan (federation),persemakmuran
(commonwelth),tetapi berbentuk kesatuan (union)
2.Sistem pemerintahan islam tidak berbentuk kerajaan (monarki),juga
tidak republik.Akan tetapi sistem pemerintahan islam adalah sistem
khilafah,dimana khalifah tidak seperti presiden,juga tidak seperti seorang raja.
3.Sistem pemerintahan islam tidak berbentuk demokrasi,juga tidak
berbentuk teokrasi,ataupun autokrasi.tetapi,sistem pemerintahan islam adalah
sistem syura khilafah yang tidak sama dengan demokrasi.
4.Sistem pentabiran pemerintahan islam adalah menganut sistem
terpusat (sentralization),sedangkan administrasinya menganut sistem
administrsinya tidak terpusat (decentralization)

STRUKTUR NEGARA KHILAFAH ISLAMIYAH DALAM SISTEM PEMERINTAHAN ISLAM
1.Khalifah
Khlifah adalah orang yang mewakili umat dalam urusan
pemerintahan dan kekuasaan serta menerapkan hukum-hukum syara’.
2.Mu’awin tafwidh
Mu’awin tafwidh adalah seorang pembantu yang diangkat oleh
khlifah agar dia bersama-sama dengan khalifah memikul tanggung jawab
pemerintahan dan kekuasaan.
3.Muawin tanfiz
Muawin tanfiz adalah pembantu yang diangkat oleh seorang
khalifah untuk membantunya dalam maslah operasional dan senantiasa
menyertai khalifah dalam melaksanakan tugan-tugasnya.
4.amir jihad
Amir jihad adalah orang yang diangkat oleh khalifah untuk menjadi
pemimpin yang berhubungan dengan hal-hal luar negeri,militer,keamanan dalam
negri dan perindustrian.
5.Wullat

Wullat atau biasa disebut dengan sebutan wali adalah orang yang
diangkat oleh khalifah untuk menjadi pejabat pemerintahan disuatu daerah
tertentu serta menjadi pimpinan didaeerah tersebut.
6.Qadhi atau Qadha (Hakim atau lembag peradilan)
Qadhi atau Qadha adalah lembaga yang bertugas menyampaikan
keputusan hukum yang bersifat mengikat.
Qadhi sendiri dibagi menjadi tiga bagian yaitu:Pertama yaitu Qadhi yang
menyelesaikan perkara sengketa ditengah masyarakat dalam hal mu’amallah
atau uqubat (sanksi hukum).Kedua yaitu Qadhi hishab/muhtasib yaitu Qadhi
yang mengurusi penyelesaian perkara penyimpangan yang bisa membahayakan
hak jama’ah.Ketiga Qadhi madzalim yang mengurusi penyelesaian perkara
perselisihan yang terjadi antara rakyat dengan negara.Penanganan urusan
negara serta kepentingan rakyat diatyr oleh suatu departemen,jawatan atau
unit-unit yang didirikan untuk menjalankan urusan negara serta memenuhi
kepentingan rakyat tersebut.
8.Majlis ummat
Majlis ummat adalah majlis yag terdiri dari orang-orang mewakili
aspirasi kaum muslimin,agar menjadi pertimbangan khalifah dan tempat khalifah
meminta masukan dalam urusan-urusan kaum muslimin.

SKEMA NEGARA KHILAFAH DALAM SISTEM PEMERINTAHAN ISLAM
PERBEDAAN BENTUK NEGARA KHILAFAH DENGAN BENTUK NEGARA MODERN
Bentuk negara khilafah dalam sistem pemerintahan islam adalah sebuah
bentuk yang lain dan berbeda sama sekali dengan bentuk negara yang ada pada
saat ini.Baik dari segi aspek asas yang menjadi landasan
berdirinya,pemikiran,konsep,standar(piawai)serta hukum-hukum yang
dipergunakan untuk melayani kepentingan umat,atau pun dari aspek bentuk
yang menggambarkan wujud negara,maupun hal-hal yang menjadikannya beda
sama sekali dari bentuk negara yang ada pada saat ini.
Pengertian konstitusional yang sesungguhnya adalah bahwa pemimpin
adalah suatu subyek dari kondisi-kondisi tertentu berlaku didalam kegitan
memerintah dan mengatur negara yang dijalankan oleh pemimpin tersebut,yaitu
kondisi-kondisi yang telah dinyatakan dalam Al-qur’an dan As-sunnah Nabi SAW.

BENTUK NEGARA KHILAFAH BUKAN BERBENTUK REPUBLIK
Dalam kedua bentuk negara,khalifah dalam sistem pemerintahan islam
dan bentukn negara republik,disinggung mengenai kekuasaan masyarakat untuk
menetukan nasib mereka.

Bentuk negara khilafah dalam sistem pemerintahan islam bukan
berbentuk republik.Dimana didalam sistem yang berbentuk republik diatasnya
terdiri pilar demokrasi,Yang mana kedaulatan bearda ditangan rakyat.
Disisi lain sesuain dengan asas kedua dalam sistem politik
islam,kekuasaan sesungguhnya berada ditangan umat.ini tercermin dari
pengambilan kekuasaan yang berdasarkan atas syura’dan bai’at.Yang
mana,pemilihan dalam pandangan islam adalah saksi.
BENTUK NEGARA KHILAFAH BUKAN BERBENTUK MONARKHI
Negara khilafah islamiyah dalam sistem pemerintahan islam juga bukan
berbentuk monarkhi,bahkan sistem monarkhi jauh dari apa merupakan ajaran
islam.Yang mana dalam bentuk negara monarkhi seorang raja diangkat
berdasarkan garis keturunannya.
Menurut Prof.Dr.M.Yusuf Musa ada empat prinsip yang jelas dalam negara
islam,yaitu:
1.Bahwa amr(khalifah)sebagai pelaksana eksekutif didalam negara
mempunyai hak untuk ditaati oleh semua warga negaranya,tanpa
memperdulikan adanya kelompok atau seseorang yang tidak suka atau tidak
setuju terhaddap sementara kebijakannya didalam menjalankan urusan negara.
2.Apabila pemerintahan mengeluarkan undang-undang atau
perintah yang dengan jelas menurut syara’ memuat hal-hal maksiat,maka warga
negara tidak ada kewajiban taat dan mendengarkan undang-undang dan
perintah semacam itu.
3.Apabila pemerintah bersikap terang-terrangan melawan nashnash Al-qur’an,maka sikap semacam ini dinilai sebagai kekufuran terangterangan.
4.Pencabutan kekuasaan dari tangan pemerintah tidak dapat
dilakukan dengan revolusi bersenjata oleh golongan minoritas dari umat.