REVOLUSI SISTEM PEMERINTAHAN TURKI DARI KHILAFAH ISLAMIYAH MENUJU NEGARA SEKULER

(1)

REVOLUSI SISTEM PEMERINTAHAN TURKI DARI KHILAFAH ISLAMIYAH MENUJU NEGARA SEKULER

Revolution of Government System of Turkey from Khilafah Islamiyah to the Secular State

DISUSUN OLEH : YUSSA AZMI NAUFAL

20120510100

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(2)

REVOLUSI SISTEM PEMERINTAHAN TURKI DARI KHILAFAH ISLAMIYAH MENUJU NEGARA SEKULER

Revolution of Government System of Turkey from Khilafah Islamiyah to the Secular State

Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik S-1 pada program studi Ilmu Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun Oleh : YUSSA AZMI NAUFAL

20120510100

JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


(3)

ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah atau Skripsi ini adalah asli hasil karya saya sendiri dan Karya Ilmiah ini belum pernah diajukan sebagai pemenuhan untuk memperoleh gelar sarjana Sastra Satu (S1) maupun Magister (S2) dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun Perguruan Tinggi lain.

Semua informasi yang dimuat dalam Karya Ilmiah ini berasal dari penulis lain baik dipublikasikan atau tidak, telah diberikan penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya Ilmiah atau Skirpsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari mendapati ketidakbenaraan dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, 20 Mei 2016 Penulis


(4)

iii KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Alhamdulillahirobbil’alamin puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan barokah serta hidayah-Nya. Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa saya diberi kemudahan, kelancaran dan kesehatan sehingga saya dapat menyelesaikan studi ini dengan baik dan maksimal. Tak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW.

Saya menyadari, kajian mengenai kawasan Dunia Islam khususnya Turki merupakan kajian yang luas dan mendalam sehingga dalam proses penyusunan Skripsi sebagai persyaratan untuk meraih gelar S1 melibatkan berbagai pihak yang mendukung proses penyusunan Skripsi. Penulis menyaimpaikan terimakasih kepada :

1. Drs. Bambang Sunaryono M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang banyak memberikan arahan dalam proses penulisan Skripsi ini.

2. Dr. Surwandono, S.Sos, M.Si sebagai dosen penguji yang memberikan banyak masukan dan referensi mengenai kawasan Dunia Islam

3. Bambang Wahyu Nugroho S.IP, M.A sebagai dosen penguji yang memberikan arahan lebih luas mengenai studi Ilmu Hubungan Internasional.

4. Ibu Nur Azizah dan Ibu Siti Muslikhat sebagai Kaprodi dan Sekjur yang membirkan banyak kemudahan dalam kebijakanya sehingga saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan studi tahun ini.

5. Bapak Jumari, Bapak Ayoub, Bapak Waluyo yang bertugas di Jurusan dan Tata Usaha H.I.


(5)

iv Karya Tulis Ilmiah ini merupakan karya pertama yang penulis buat. Semoga dapat memberikan inspirasi dan bermanfaat dikemudian hari. Apabila terdapat kesalahan penulis dalam Karya Tulis ini, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Jazakallah khoiron katsiroh

Akhirul kalam, Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Yogyakarta, 20 Mei 2016


(6)

v MOTTO

“Ketika kita bercita-cita maka satu langkah sudah kita lewati untuk meraih impian kita, berbeda dengan bermimpi, mimpi akan lebih banyak menghasilkan pikiran semu yang akan menghambat terraihnya cita-cita kita”. (B.J Habibi)


(7)

vi HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada :

Bapak Soleh Suhaidi dan Ibu Uswatun Chasanah Yuliati, terimakasih atas kasih sayang yang begitu tulus dan ikhlas serta dukungan moral dan materiil dalam apapun yang saya lakukan selama ini.

Adik-adik tercinta Agha Firdaus dan Nisrina Divani

Mbah Kakung (Nikun Priyono S.H) yang selalu memberikan ilmu, inspirasi dan motivasi dalam kajian yang mendalam mengenai dunia Islam, Mbah Uti (Suseni), Pakdhe, Bude, Om, Bulik, Sepupu serta seluruh keluarga Nikun Priyono dan Bani Hasyim.

Anggota Drum Corps UMY:

- Pengurus Harian periode 2014-2016 yang terhormat Budi Setiawan (Ketua), Astrid Anggraeni (Bendahara), Moch Yuzdi Ghozali (Sekertaris), Satria Sukanandan (Kabid Properti), Renita Permatasari (Kabid Relasi dan Promosi)

- Anak-anak bidang Teknis dan Non-Teknis tersayang Candra Afif Alfian, Ayu Puspita Sari, Ibrahim Atawani, Kenang Masyitah Ratri, Trisna Al Hajj

- Anak-anak bidang Properti, Dani Rahman, Putra Nanda, Okta, Indrayani Wijayanti, Eriz, Shofi

- Anak-anak bidang Relasi dan Promosi, Nindha Dwi Hapasri, Bagas Reza Mukti, Arif Hidayatullah, Fijar

- DPO 2014-2016 Januari Pratama Nurratri, Taufan Hidayat, Yopie Kurniawan - Kakak-kakak Decky Kuncoro, Matra Aditiya PM, Dani Nur Darrojat dan lain

sebagainya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu

- Teman seperjuangan di DC UMY, Prigle Manggolo Kusumo, Eka Setiawan, M. Daud Firdaus dan lain sebagainya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu


(8)

vii - Serta seluruh anggota DC UMY yang saya hormati dan saya sayangi

Teman-teman dan sahabat HI UMY 2012 Sahabat-sahabat KKN kelompok 10 tahun 2015

Marching Band Gita Surya Persada SMA Muhammaiyah Wonosobo - Kepala Pelatih dan Band Director Muhammad Ridwan

- Sahabat-sahabat seperjuangan M. Ridhwan, Sukma Ranju, Farras Fadli S, Rakan Rahmat dan lain sebagainya yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Terimakasih kepada kakak dan sahabat Yudha Setya Negara, Muhammad Amhar Azaet, dan Pudra Fanky Amrillah yang senantiasa mengingatkan untuk selalu pulang ke rumah.

Terimakasih yang sangat mendalam untuk Januari Pratama Nurratri Trisnaningtyas yang senantiasa bersedia mengingatkan dan menasehati dikala mendapatkan nikmat dan mendapat cobaan.


(9)

8 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

DAFTAR ISI ... 8 BAB I ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Kerangka Teori ... Error! Bookmark not defined. D. Hipotesa ... Error! Bookmark not defined. E. Jangkauan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. F. Metode Penelitian ... Error! Bookmark not defined. G. Tujuan Penulisan ... Error! Bookmark not defined. H. Sistematika Penulisan ... Error! Bookmark not defined. BAB II ... Error! Bookmark not defined. DINAMIKA KHALIFAH ISLAMIYAH DI TURKI USTMANI ... Error! Bookmark not defined.

A. Masa Kesultanan Turki Ustmani ... Error! Bookmark not defined. 1. Periode Awal (tahun 1294-tahun 1389) ... Error! Bookmark not defined. 2. Periode Kejayaan (tahun 1389-tahun 1566) ... Error! Bookmark not defined. 3. Periode Kemunduran (Tahun 1566-1808)... Error! Bookmark not defined. B. Pencapaian Turki Ustmani ... Error! Bookmark not defined. BAB III ... Error! Bookmark not defined. REVOLUSI TURKI MENUJU NEGARA SEKULER ... Error! Bookmark not defined. A. KERUNTUHAN KHILAFAH TURKI USTMANI ... Error! Bookmark not defined. 1. Masa Pemerintahan Sultan Mahmud II ... Error! Bookmark not defined. 2. Masa Pemerintahan Sultan Abdul Majid ... Error! Bookmark not defined. 3. Masa Pemerintahan Sultan Abdul Hamid II ... Error! Bookmark not defined. B. ERA REFORMASI ... Error! Bookmark not defined. 1. Gerakan Turki Muda ... Error! Bookmark not defined. 2. Perjuangan Kemerdekaan ... Error! Bookmark not defined.


(10)

9 C. REPUBLIK TURKI ... Error! Bookmark not defined. 1. Mustafa Kemal At-taturk ... Error! Bookmark not defined. BAB IV ... Error! Bookmark not defined. PENYEBAB TERJADINYA REVOLUSI TURKI... Error! Bookmark not defined.

A. KEGAGALAN SISTEM KHILAFAH ISLAMIYAH MENURUT ALI ABDUL AL-RAZIQ ... Error! Bookmark not defined. B. KONSTELASI INTERNASIONAL ABAD KE 18-19 M ... Error! Bookmark not defined.

BAB V ... Error! Bookmark not defined. KESIMPULAN ... Error! Bookmark not defined. DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined. LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(11)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsidengan judlli

REVOLUSI SISTEM PEMERINTAHAN TURKI DARI KHILAFAH ISLAMIYAH MENUJUNEGARASEKULER

Revolution of Government System of Turkey from Khilafah Islamiyah to the Secular State

YUSSA AZMI NAUFAL 20120510100

Telah dipertahankan dalam ujian pendadaran, dinyatakan lulus dan disahkan didepan Tim Penguji Program Studi Ilmu Hubungari Intemasional

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilpm Politik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

セセ@ Pada:

Hari/tanggal : Rabu, 11 Mei 2016 Pukul / ; ' : 08.00

Riang , : HI.E FISIPOL UMY

enguji

Drs. Bambang Sunaryono M.Si

Penguji I Penguji II


(12)

PERNYA T AAN KEASLIAN KARY A ILMIAH

Dengan ini saya menyatakan bahwa Karya Ilmiah atau Skripsi ini adalah asli basil karya saya senditi dan Karya Ilmiah ini belum pemah diajukan sebagai pemenuhan untuk memperoleh gelar sarjana Sastra Satu (S 1) maupun Magister (S2) dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta maupun Perguruan Tinggi lain.

Semua infonnasi yang dimuat dalam Karya Ilmiah ini berasal dari penulis lain baik dipublikasikan atau tidak, telah diberikan penghargaan dengan mengutip nama sumber penulis secara benar dan semua isi dari Karya Ilmiah atau Skirpsi ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya sebagai penulis .

Pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari mendapati ketidakbenaraan dalam pemyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

Yogyakarta, 20 Mei 2016


(13)

REVOLUSI SISTEM PEMERINTAHAN TURKI DARI KHIALFAH ISLAMIYAH MENUJU NEGARA SEKULER

OLEH:

YUSSA AZMI NAUFAL Abstract

This research is porposed to know the factor that migh overthrow an Empire in case of Kingdom or State. The Empaire is like a human, it has age. The Empire processing life starts from being born, grow up, reach its golden age, getting old, and finally die or colapse. The weakenss of an Imperium that caused by pride, luxury, and greed become “ the number one reason” to make the Imperium collapse. That reason also happened in case of Imperium Turkey Ottoman. International constellation brings up Europe to be the superpower state in that era, compared to the biggest imperium of 16th century, Turkey Ustmani. through the normative approach and using secularism perspective, the writer is trying to explain the reason of revolution of Turkey from Khilafah Islamiyah to be secular state.

Keyword: revolution, Turkey Ustmani, khilafah Islamiyah

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor apa saja yang memunginkinkan dapat meruntuhkan sebuah imperium dalam konteks kerajaan maupun negara.kecenderungan sebuah imperium memiliki usia seperti halnya usia biologis manusia. Ia berproses mulai dari lahir, tumbuh-berkembang, mencapai masa keemasan, mengalami kerentaan, hingga kehancuran. Kelemahan yang disebabkan oleh kesombongan (pride), kemewahan (luxury), dan kerakusan (greed) pada hakikatnya menjadi hal yang paling sering ditemukan dalam runtuhnya sebuah Imperium, begitu juga dengan Imperium Turki Ustmani. Konstelasi Internasional yang memunculkan kawasan Eropa menjadi sebuah kekuatan besar nyatanya dapat menyaingi dan mengakhiri kekuatan super power Turki Ustmani. Melalui pendekatan normatif, penulis berusaha menjabarkan penyebab Revolusi Turki dari Khilafah Islamiyah menuju negara sekuler.


(14)

1

BAB I

A. Latar Belakang Masalah

Turki adalah sebuah bangsa yang pernah berkuasa dan mencapai puncak kejayaan dengan sistem khilafah Islamiyah pada abad pertengahan yang dimunculkan dalam bentuk kerajaan dengan nama Turki Ustmani. Sejarah mencatat dalam kekuasaannya yang berlangsung lebih dari 5 abad, Turki mengalami pasang surut dimana Sultan sebagai pimpinan tertinggi yang menjalankan fungsi pemerintahannya mempunyai peran yang sangat besar dalam membentuk dinamika yang terjadi di Turki.Turki Ustmani berdiri pada tahun 1300 M oleh Ustman putra Ertogrul, tepatnya setelah jatuhnya kerajaan Islam Seljuk dari serangan kekuatan Mongol yang mengakibatkan kekalahan dan kemunduran bagi kerajaan Seljuk.Ustman menjadi pendiri sekaligus Raja pertama kerajaan Turki Ustmani dan berkuasa penuh atas seluruh wilayah kekuasaannya. Dalam perjalanan sejarah kerajaan Turki Ustmani, secara garis besar Turki terbagi kedalam 4 frase, yaitu Turki pada masa kejayaan, masa kemunduran, masa pembaharuan, dan masarevolusi ke bentuksekularisme.

Kejayaan kerajaan Turki Ustmani dimulai sejak kepemimpinan Raja kedua berjuluk Sultan Orkhan I (1326-1359). Pada masa kepemimpinannya, beliau mendirikan akademi militer sebagai pusat pelatihan dan pendidikan yang melahirkan militer-militer yang cerdas dan tangguh sehingga beberapa daerah dikawasan Eropa berhasil dikuasainya. Setelah itu Sultan Murad I menggantikan kepemimpinan Sultan Orkhan dan berhasil memantapkan keamanan dalam negeri serta berhasil melakukan perluasan wilayah ke kawasan Eropa. Ekspansi yang dilakukan kerajaan Turki Ustmani menimbulkan kekhawatiran bagi kaum Kristen sehingga menyebabkan pecahnya perang di Kosovo pada tahun 1389. Peperangan tersebut berhasil dimenangkan oleh Turki Ustmani yang dipimpin oleh Sultan Murad I melawan Sijisman, pemimpin pasukan Kristen dari Eropa.


(15)

2

Sultan Bayazid I (1389-1403)kemudian naik tahta menggantikan Sultan Murad I. Dibawah kepemimpinan Sultan Bayazid I, Turki Usmani berhasil memperoleh kemenangan pada Perang Salib yang terjadi pada tahun 1394 di Nicapolas. Namun pada tahun 1402 Sultan Bayazid I menghadapi pemberontakan yang bersekutu dengan Timur Leng1 dan menyebabkan kekalahan serta penahan Sultan Bayazid I dan kedua putranya oleh pasukan Timur Leng.Sepeninggal Sultan Bayazid I, terjadi perebutan kekuasaan diantara ketiga putra beliau (Muhammad, Isa dan Sulaiman). Sultan Muhammad I akhirnya berhasil naik tahta dan memegang kekhalifahan Turki Ustmani. Sultan Muhammad I berhasil menyatukan kembali daerah kekuasaan yang pernah dikuasai oleh tentara Mongol. Sepeninggal Timur Leng pada tahun 1405, Turki Ustmani semakin memantapkan diri untuk mengamankan wilayah kekuasaannya.

Setelah Sultan Muhammad I meninggal dunia, Sultan Murad II(1421-1484) naik tahta menggantikan kepemimpinan beliau.Beliau memfokuskan periode kepemimpinannya untuk terus melakukan ekspansi wilayah kerajaan serta berupaya merebut Konstantinople yang menjadi pusat perdagangan dunia pada masa itu. Tetapi penaklukan Kota Konstantinople baru berhasil dilakukan pada masa kepemimpinan Sultan Muhammad II yang bergelar Sultan Muhammad Al-Fatih, putra Sultan Murad II, pada tahun 1453. Penaklukan Konstantinople menjadi ancaman besar bagi bangsa Eropa sekaligus menjadikan Islam dibawah naungan Turki Ustmani semakin berkembang pesat peradabannya.

Sepeninggal Sultan Muhammad II, kepemimpinan Turki Ustmani diserahkan kepadaSultan Bayazid II (1484-1512).Beliau lebih mengedepankan tasawuf2 dibandingkan memperluas wilayah kekuasaan yang menyebabkan kontroversi hingga pada akhirnya beliau mengundurkan diri. Kepemimpinan beliau digantikan oleh Sultan Salim I (1512-1520) yang

1 Pendiri kerajaan Islam Asia Tengah Dinasti Timurid


(16)

3

melakukan perubahan peta arah perluasan wilayah ke arah timur(Persia, Syiria, Afrika Utara). Selanjutnya Turki Ustmani dipimpin oleh putra Sultan Salim I, yaitu Sultan Sulaiman I (1520-1566). Sultan Sulaiman I merupakan Sultan yang termashur karena pada kepemimpinan beliau, Turki Ustmani berhasil menjadi penguasa yang adidaya serta menguasai setengah bagian dunia.Beliau dijuluki Al-Qonuni, atauorang-orang Barat menyebutnyaSulaiman The Magnificent yang berarti Sulaiman yang Agung dan Bijaksana. Pada masa kepemimpinan Sultan Sulaiman I, beliau sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan mengatur administrasi pemerintahan dengan sangat rapi dan baik sehingga mengantarkan Turki Ustmani sebagai kerajaan Islam terkuat dan paling berwibawa pada masa itu.

Masa keemasan Turki Ustmani perlahan mulai memudar setelah meninggalnya Sultan Sulaiman I tahun 1566 M. Beliau digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Salim II (1566-1573). Kepemimpinan beliau sekaligus menandai awal terjadinya fase kemunduran Kerajaan Turki Ustmani. Pada masa itu Turki mengalami kekalahan perang melawan armada laut Kristen yang dipimpin oleh Don Juan di Selat Lipoton yang berada di kawasan Yunani. Kekalahan tersebut mengakibatkan Turki Ustmani kehilangan Tunisia. Tunisia berhasil direbut kembali pada masa kepemimpinan Sultan Murad III (1574-1595).Meski demikian, kekacauan politik serta pemberontakan-pemberontakan mulai terjadi di dalam kerajaan.

Sultan Muhammad III (1595-1603) yang naik tahta menggantikan Sultan Murad III tidak mampu menghadapi gejolak politik yang terjadi didalam Turki Ustmani, terlebih setelah Austria berhasil memukul mundur pasukan Turki Ustmani dalam pertempuran memperebutkan Wina. Pada tahun (1603-1617) Sultan Ahmad I naik tahta menggantikan Sultan Muhammad III, tetapi tidak dapat merubah banyak kondisi yang terjadi di Kesultanan Turki Ustmani. Demikian pula pada masa kepemimpinan Sultan Mustafa (1617-1618 dan 1622-1623), Sultan Usman II (1618-1622), Sultan Murad IV (1623-1640), Sultan Ibrahim (1640-1648), Sultan Mustafa III (1757-1774), dan Sultan Abdul Hamid (1774-1789 M) tidak mampu merubah


(17)

4

keadaan dalam menghadapi kemunduran yang dialami oleh Turki Ustmani.Turki Ustmani pada masa kepemimpinan Sultan Abdul Hamidmengadakan perjanjian dengan Catherine II dari Rusia, dimana Kerajaan Turki Ustmani diharuskan menyerahkan benteng-benteng yang ada di Laut Hitam, mengizinkan armada Rusia melewati Selat antara Laut Hitam dan Laut Putih, dan mengakui kemerdekaan Crimea. Posisi Turki Ustmani di dalam perpolitikan Internasional menjadi semakin merosot.

Pada dasarnya kemunduran yang dialami oleh kekaisaran Ustmani sejak kepemimpinan sultan Salim II sampai dengan Sultan Abdul Hamid I tidak terlepas dari sifat para Sultan yang berkuasa. Sejak kepemimpinan Sultan Salim II, para Sultan cenderung lebih memilih untuk menghabiskan waktunya untuk berdiam diri di Istana dalam Topkapi Sarayi, sebuah Kubah kenikmatan yang disebut sebagai Dar-us Sadet atau gerbang kebahagiaan. Hal ini berakibat pada jalannya pemerintahan yang tidak efektif karena semua urusan pemerintahan dilimpahkan secara penuh kepada Wazir Agung yang ditunjuk oleh Sultan. Selain itu, diberlakukannya hukum pembunuhan saudara yang dibuat di kalangan Ke-khilafah-an, yaitu melegalkan untuk membunuh saudaranya demi memperoleh jabatan Sultan menunjukkan sifat serakah yang dimiliki para Sultan sehingga mengarah kepada kehancuran. Kebiasaan-kebiasaan lain seperti mabuk-mabukan dan menghabiskan waktu di Harem (tempat para selir berada) tidak menunjukkan perilaku sebagai Sultan yang seharusnya mementingkan urusan negara. Perilaku dan kebijakan yang dibuat oleh para Sultan di masa itu tidak selaras dengan konsep khilafah Islamiyahseperti yang dicontohkan oleh para pendahulunya menjadikan awal kemerosotan yang dialami oleh Kekhilafahan Turki Ustmani.

Kerajaan Turki Ustmani mulai beralih ke fase pembaharuan pada masa pemerintahan Sultan Mahmud II. Hal pertama yang dilakukan adalah dengan membentuk kesatuan militer baru yang disebut dengan Mansur, hal ini dimaksudkan untuk mengganti kesatuan milter Jenisari yang selalu memberontak dan digunakan oleh para Ulama sebagai angkatan bersenjata


(18)

5

untuk menentang Sultan yang berkuasa. Dalam keadaan Ke-khalifah-an yang semakin memburuk, Sultan Mahmud II berinisiatif untuk mengadopsi metode Eropa dalam bidang pendidikan dan kemeliteran agar dapat menyelamatkan kondisi Ke-khalifah-an. Tetapi pada dasarnya pembaharuan yang dilakukan oleh Sultan bukan berasal dari tuntutan rakyat sehingga kebijakan yang dibuat menuai banyak protes dari kalangan yang ingin tetap mempertahankan tradisi lama atau anti-barat.

Masa pembaharuan ini terus berlanjut pada masa Sultan Abdul Majid I (1839-1861) yang dibantu para pejabat dan tokoh-tokoh pembaharu seperti Mustafa Rasyid Pasya, Mehmed Ali Pasya dan Fuad Pasya yang menghasilkan gerakan Tanzimat. Tanzimat merupakan upaya untuk mengatur, menyusun, dan memperbaiki. Istilah Tanzimat dimaksudkan untuk menggambarkan seluruh gerakan pembaharuan yang terjadi di Turki Ustmani pada pertengahan abad ke- 19. Gerakan ini ditandai dengan munculnya berbagai tokoh pembaharuan Turki Utsmani yang mengenyam pendidikan bidang pemerintahan, hukum, administrasi dan perdagangan di dunia Barat.

Setelah berakhirnya Tanzimat yang sukses mengurangi otoritas kekuasaan Sultan, muncul gerakan Ustmani Muda yang ditokohi oleh Ziya Pasya dan Namik Kemal antara tahun (1825-1888). Pada awalnya gerakan ini didukung oleh Sultan Hamid II yang pada masa itu berkuasa.Namun akhirnya gerakan ini ditentangkarena dianggap menentang kekuasaan absolut Sultan serta berupaya untuk merubah Khilafah Islamiyah Turki Ustmani menjadi negara konstitusional.Pada fase tersebut muncul pro-kontra antara Sultan yang pada akhirnya tidak sepakat dengan perubahan sistem menjadi konstitusional, dengan pendukung gerakan tanzimat. Berakhirnya pembaharuan pasca Ustmani Muda dilanjutkan dengan terbenuknya gerakan Turki Muda yang berasal dari kalangan intelektual yang lari keluar negeri untuk memantapkan gerakan oposisi mereka. Tokoh yang terkenal dari gerakan ini adalah Ahmed Riza, Mahmed Murad dan Pangeran Sahabuddin. Ide pembaharuannya adalah membatasi


(19)

6

kekuasaan Sultan yang absolut. Mereka beranggapan bahwa Turki Ustmani mengalami kemorosotan karena tidak adanya batasan kekuasaan yang diberikan untuk Raja. Pada tataran ide pembatasan inilah nilai-nilai Barat mulai masuk dalam aspek format pemerintahan konstitusional. Di saat tim oposisi menginginkan perubahan sistem pemerintahan, para Sultan yang menjabat pada masa itu terus berupaya menentang untuk menyelamatkan kekuasaannya. Pemikiran sekular yang diadopsi dari Barat mulai masuk ke tubuh pemeritahan khilafah Turki Ustmani di Era kepemimpinan Sultan Hamid II. Hal tersebut dimulai pada tahun 1876 dimana Gerakan Turki Muda dengan basis pergerakan pemikiran ideologi Barat berhasil memaksa Sultan Abdul Hamid II menerima Konstitusi 1876, sebuah konstitusi sekuler yang diadopsi dari Konstitusi Belgia. Sejak saat itu tanda-tanda keruntuhan Khilafah Islamiyah mulai dirasakan semakin didepan mata. Secara garis besar Khilafah Turki Ustmani mengalami stagnan dalam berpikir karena sebagian besar kalangan di Turki Ustmani berhenti melakukan ijtihad.

Pada tanggal 26 April 1909 M, Turki Muda yang berkomplot dengan Syaikhul Islam Mohammad Dia’ uddin Afandi berhasil memberhentikan Sultan Abdul Hamid II dan menggantikannya dengan Sultan Muhammad Rasyid. Tetapi pada hakikatnya Daulah Islamiyah Turki Ustmani telah mengalami keruntuhan karena sepeninggal Sultan Abdul Hamid II menjabat sebagai Sultan, kepemimpinan Sultan digantikan oleh orang-orang dari kalangan Revolusioner Turki Muda.Hal tersebut semakin diperkuat dengan orang-orang yang berideologi sekuler liberal yang mengelilingi kehilafahan dan puncaknya adalah terpilihnya Midhat Pasya yang berasal dari kalangan Turki Muda sebagai Perdana Menteri

Pada tahun 1923 dominasi dari kalangan Turki Muda semakin kuat. Mereka berhasil sedikit demi sedikit menyebarkan dan meyakinkan gagasan dan ideologi liberal sekular di Turki Ustmani sehingga memudahkan Mustafa Kemal yang menjadi pemimpin gerakan tersebut melakukan perubahan secara drastis dan menyeluruh di Kekhaliafahan Turki Ustmani


(20)

7

dengan menggantikan Syari’at Islam yang selama 5 Abad telah dijadikan oleh Turki Ustmani pedoman dalam bernegara, digantikan dengan ideologi sekular oleh Mustafa Kamal hanya dalam kurun waktu tahun 1909-1923.

Mustafa Kemal Attaturk, seorang militer Turki di masa Sultan Abdul Hamid II yang juga tergabung dalam Gerakan Turki Muda, yang berupaya merubah sistem pemerintahan Turki yang dianggap sudah tidak relevan. Beliau memandang bahwa sistem khalifah yang digunakan Turki Ustmani membawa kemunduran bagi dunia Islam disebabkan oleh kesalahan kaum Muslim yang didominasi oleh pemikiran irasional dan bersikap sepenuhnya menerima sehingga membuat kaum Muslim menjadi lemah tak berdaya. Atas dasar pemikiran tersebut, beliau bersama Gerakan Turki Muda menentang despotisme Sultan Abdul Hamid II. Attaturk dan rekan-rekannya menawarkan restrukturisasi politik untuk memperbaiki kondisi Turki.

Untuk memusatkan dan mengendalikan perlawanan lokal yang meluas dan bersifat spontan, beliau membentuk majelis nasional alternatif yang mewakili perlawanan Turki. Pada akhirnya, ke-khalifah-an turki Ustmani berhasil ditaklukkan oleh Mustafa Kemal Attaturk dan rekan-rekannya tahun 1923. Attaturk resmi menjadi presiden pertama di Republik Turki dengan sistem pemerintahan barunya, sekularisme, serta menggulingkan kekuasaan Sultan Abdul Hamid II. Attaturk menjadikan Turki sebagai sebuah negara modern yang demokratis yang berakar dari konsep semangat kontemporer dan nasionalisme. Beliau memusatkan perhatian pada pemajuan revolusi nasionalis melalui serangkaian pembaharuan politik. Attaturk berupaya mengembangkan penyelidikan rasional sebagai otoritas puncak dalam masyarakat dan mengaitkan peradaban dengan perkembangan teknologi dan perbaikan moral. Kebijakan-kebijakan sekuler yang dibuat oleh Attaturk yang bersifat sekularis terutama pada tiga bidang, yaitu sekularisasi negara, pendidikan, dan hukum. Kebijakan tersebut antara lain adalah:


(21)

8

1. Penghapusan kesultanan dan ke-khalifah-an digantikan dengan proklamasi Republik Turki dengan konstitusi yang baru

2. Penghapusan ketentuan Islam sebagai agama resmi di Turki, penghapusan sekolah-sekolah agama dan digantikan dengan sekolah-sekolah khatib dan imam serta fakultas teologi di Universitas Istanbul

3. Penghapusan fungsi syekhul Islam dan Kementerian Urusan Agama dan Wakaf, digantikan dengan Direktorat Keagamaan serta Direktorat Jendral Yayasan Keagamaan sebagai wujud kontrol negara atas agama

4. Larangan mengenakan cadar

5. Mengganti hari libur dari hari Jumat menjadi hari Minggu 6. Mengganti tulisan Arab ke dalam format tulisan latin 7. Mengganti kalender Hijriyah menjadi kalender Masehi 8. Dll.

B. Rumusan Masalah

“Mengapa Turki melakukan revolusi sistem pemerintahan dari khilafah Islamiyah menjadi negara sekuler?”

C. Kerangka Teori

Pada penelitian ini penulis menggunakan kerangka teori sekularisasi, khususnya teori sekularisasi yang dikemukakan oleh Ali Abd Al-Raziq yang membahas sekularisme di Turki.

Sekularisasi dipahami sebagai pemisahan antara urusan negara (politik) dan urusan agama, atau pemisahan urusan duniawi dan ukhrowi (akhirat). Seperti yang dijelaskan oleh Cornelis van Peursen, seorang Theolog dari Belanda yang


(22)

9

mendefinisikan sekularisasi sebagai pembebasan manusia “pertama-tama dari agama kemudian dari metafisika yang mengatur nalar dan bahasanya”.Itu berarti “terlepasnya dunia dari pengertian-pengertian religius dan religius semu.3

Sedangkan menurut Surjanto Poespowardojo, pada hakikatnya sekularisasi menginginkan adanya pembebasan tajam antara agama dan ilmu pengetahuan, dan memandang ilmu pengetahuan otonom pada dirinya.4Dengan demikian, manusia mempunyai otonomi untuk dapat berbuat bebas sesuai dengan apa yang ia kehendai sesuai dengan rasionya. Atas dasar orientasi ilmiah, manusia berusaha untuk menemukan hal-hal yang baru agar dapat menangkap dan mengungkapkan realitas yang konkret. Sekulerisasi tidak hanya melingkupi aspek-aspek kehidupan sosial dan politik saja, tetapi juga menyangkut ke aspek kultural, karena proses tersebut menunjukan lenyapnya penentuan simbol-simbol integrasi kultural yang semakin lama membuat masyarakat terbebaskan dari pandangan-pandangan yang bersifat spiritual dan metafisis yang tertutup.

Dalam sejarahnya Sekularisasi muncul pada abad pertengahan di Eropa, tepatnya pada masa Renaisance dengan tujuan mengakhiri dominasi kekuasaan Gereja yang membuat Eropa mengalami masa-masa kegelapan.Pemisahan agama dan negara, menurut Swidler misalnya hanya representasi dari pemikiran Kristen. Sementara dalam Islam berlaku penyatuan agama dan negara. Adapun di kalangan Yahudi lebih cenderung ambigu, meskipun pandangan Swidler ini dapat diperdebatkan, sebab seperti dikatakan Davis, Yahudi lebih menerapkan panyatuan agama dan negara atau politik, sebagaimana mereka menggunakan agama untuk menjustifikasi klaim atas tanah Tepi

3https://budieagung.wordpress.com, diakses 20 Oktober 2015 pukul 05.00 4https://budieagung.wordpress.com, diakses 20 Oktober 2015 pukul 05.10


(23)

10

Barat jalur Gaza sebagai hadiah Tuhan. “ hak (atas tanah) ini diberikan kepada kami oleh Tuhan, ayah Abraham, Isaac dan Jacob”, kata Mencachem Begin.5

Dari kalangan muslim muncul tokoh yang berpendapat mengenai sekularisasi. Adalah Ali Abd al-Raziq, seorang ahli agama dan ahli politik yang merupakan hakim di pengadilan Syariat Al-Mansura yang terletak di Al-Azhar, yang memiliki pemikiran tersendiri mengenai sekularisasi khususnya pada khilafah Islamiyah. Beliau mengemukakan bahwa sejarah Islam tidak pernah mengharuskan sebuah negara menganut sistem khilafah dengan dipimpin oleh seorang khalifah. Atas dasar teori tersebut, Ali Abd al-Raziq berusaha menemukan konsep politik yang Islami namun memerlukan pemisahan antara agama dan politik dimana keduanya tidak mungkin dapat dipersatukan karena agama bersifat sakral, sedangkan politik lebih kepada permasalahan duniawi.

Dalam bukunya yang berjudul Al-Islam wa Ushul al-Hukm: Ba’ts fi Al-Khilafah wa Al-Hukumah fi Al-Islam (Islam dan Prinsip-Prinsip Pemerintahan), beliau berpendapat bahwa agama Islam harus terbebas dari khilafah yang selama ini dipahami kaum muslimin, juga terbebas dari bentuk kejayaan dan kekuatan yang mereka bangun. Khilafah, sama halnya dengan pendirian lembaga militer, pembangunan kota, dan pengaturan administrasi negara adalah semata-mata murni rancangan politik yang tidak ada kaitannya dengan agama. Agama merupakan pedoman yang ditinggalkan kepada manusia untuk menentukan tindakan yang didasarkan kepada pemikiran rasional, pengalaman, dan aturan-aturan politik

Menurut Al-Raziq, khilafah merupakan suatu pola pemerintahan dimana kekuasaan tertinggi dan mutlak ada di tangan kepala negara atau kepala pemerintahan yang bergelar khalifah, pengganti Nabi Muhammad saw., yang memiliki kewenangan


(24)

11

untuk mengatur kehidupan dan urusan umat-rakyat, baik keagamaan maupun duniawi yang hukumnya wajib bagi umat untuk patuh dan taat sepenuhnya.6 Dalam perjalanan sejarah, banyak penguasa Islam yang menggunakan gelar khalifah sebagai alat legitimasi untuk mempertahankan kekuasaannya. Kenyataan sejarah pula yang menunjukkan bahwa banyak khalifah yang berbuat semena-mena terhadap rakyatnya, bersifat kejam, bertindak tidak Islami, bahkan saling menumpahkan darah demi memperebutkan kekuasaan. Diatara khalifah yang dzalim dalam menjalankan pemerintahannya adalah Sultan Salim II dari Dinasti Turki Ustmani yang pemabuk dan cenderung mementingkan urusan diri sendiri dibandingkan urusan negara. Doktrin yang tertanam di masyarakat bahwa tunduk pada perintah khalifah berarti mematuhi perintah Allah dan melawan khalifah sama artinya dengan melawan Allah menjadikan Al-Raziq menentang konsep khilafah Islamiyah.

Pemikiran-pemikiran Ali Abd Al-Raziq muncul akibat adanya penyimpangan-penyimpangan dalam sistem khilafah Islamiyah, terkhusus atas apa yang dilakukan oleh khalifah nya dalam mempertahankan kekuasaannya. Pemikiran beliau muncul seiring dengan peristiwa Revolusi Turki pada tahun 1924 yang mengubah sistem ke-khilafah-an Turki menjadi sekular.

Dalam proses pembaharuan dan revolusinya Turki semakin dengan tegas memisahkan antara hal yang berkenaan dengan urusan dunia dan urusan keagamaan baik merubah secara struktur pemerintahan, kurikulum pendidikan dan perekonomian maupun kegiatan politik dan sosial.Melalui reformasi Turki, pemerintah Turki berupaya untuk menasioalisasikan dan memodernisasikan Islam. Manifestasi yang paling nyata adalah penggantian azdan Arab dengan adzan berbahasa Turki yang

6 Muhammad Iqbal dan Amin Husein Nasution, Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik Hingga Indonesia


(25)

12

dikumandangkan dengan melodi yang digubah oleh sekolah musik, pembacaan naskah hari lahirnya Nabi Muhammad dan Khotbah Jum’at dalam bahasa Turki, dll. Secara umum reformasi tersebut telah mengubah wajah Turki yang memilih untuk meninggalkan masa silamnya dan berupaya untuk mengikuti paham Barat.

D. Hipotesa

Berdasarkan uraian diatas, penulis menyimpulkan penyebab terjadinya revolusi sistem pemerintahan Turki dari khilafah Islamiyah menuju negara sekuler adalah karena :

1. Kegagalan khilafah dalam menjalankan pemerintahan pada tahun 1800-an sehingga memunculkan delegitimasi dari rakyat yang berakibat perubahan sistem pemerintahan menjadi Negara sekuler.

2. Konstelasi Internasional pada abad ke 18 – 19 M yang memunculkan Eropa sebagai kawasan adidaya.

E. Jangkauan Penelitian

Untuk mempermudah dalam memahami isi skripsi ini, penulis memberikan batasan-batasan dalam menganalisa studi kasus yang sedang diteliti. Pembahasan pada skripsi ini akan dibatasi pada Dinamika Turki dalam menghadapi revolusi sistem pemerintahan dari Khilafah Islamiyah menjadi Negara Sekuler di era Sultan Mahmud II tahun 1807 sampai dengan Mustafa Kemal Attaturk tahun 1923 dengan menggunakan kacamata analisa teori sekularisasi.


(26)

13

F. Metode Penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data studi pustaka (library research). Melalui studi pustaka, penulis mengumpulkan data dari berbagai literatur seperti buku-buku, jurnal ilmiah, artikel, koran, majalah, koran baik cetak maupun elektronik. Penulis mencoba untuk memahami dan menganalisa pokok masalah dalam skripsi ini berdasarkan sumber-sumber tersebut sehingga menghasilkan informasi yang akurat yang dapat menjawab pertanyaan tersebut.

G. Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah untuk meneliti dan menganalisa revolusi sistem pemerintahan Turki dari era Khilafah Islamiyah menjadi Negara sekuler di masa pemerintahan Sultan Mahmud II sampai dengan Mustafa Kemal Attaturk.

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami alur penulisan skripsi, penulis membagi pembahasan menjadi beberapa bagian, yaitu:

Bab I merupakan pendahuluan yang meliputi alasan pemilihan judul, latar belakang masalah, rumusan masalah, teori, hipotesa, metode penelitian, tujuan penulisan, jangkauan penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II membahas mengenai Turki di era Khilafah Islamiyah karena Turki membangun peradaban Islam selama 5 abad Turki berhasil berkuasa dan mencapai puncak kejayaannya.

Bab III membahas mengenai revolusi Turki menjadi negara sekuler karena pada masa tersebut Turki melakukan perubahan yang sangat cepat dalam sistem pemerintahannya.


(27)

14

Bab IV membahas mengenai penyebab yang melatarbelakangi Turki melakukan revolusi sistem pemerintahan dari Khilafah Islamiyah menuju negara sekuler.

Bab V merupakan kesimpulan, yaitu hasil dari pembahasan keempat bab sebelumnya.


(28)

15

BAB II

DINAMIKA KHALIFAH ISLAMIYAH DI TURKI USTMANI

Bangsa Turkik adalah satu dari dua ras utama yang menghuni Asia Tengah. Mereka diperkirakan berasal dari pegunungan Altai yang bermigrasi ke arah barat hingga mencapai pegunungan Ural dan Selat Bosporus. Beberapa kelompok etnik yang termasuk dalam bangsa ini antara lain Uyghur, Tajik, Uzbek, Azerbaijan, Kazakh, Turkmen, Tatar, Kirgiz, Bashkir, dan Turki serta termasuk didalamnya orang-orang Hun, Bulgar, Khazar, dan Timuriyah yang pada saat ini direpresentasikan di negara Tajikistan, Kirgiztan, Khazakhtan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan Turki.

Menurut catatan sejarah, bangsa Turkik telah banyak mendirikan negara-negaradalam bentuk kerajaan. Beberapa diantaranya berhasil mencapai kejayaan dan mempunyai banyak wilayah kekuasaan, diantaranya Kesultanan Mughol yang didirikan oleh Muhammad Babur. Kesultanan Mughol dijadikan batu loncatan orang-orang Turki untuk menguasai kawasan Asia Selatan hingga pada masa kepemimpinan Aurangzeb, Kesultanan Mughol menjadi salah satu Kesultanan terkaya di dunia pada kurun waktu tahun 1618-1707 M.

Kesuksesan Kesultanan Mughol dalam penguasaan kawasan Asia Selatan diikuti pula oleh orang-orang Turki yang mendiami kawasan Barat Asia Tengah.Salah satu kerajaan yang mengawalinya adalah Hunnic Empire yang didirikan oleh suku Hun dibawah kepemimpian Attila. Kerajaan ini diperkirakan berdiri sejak 370 SM sampai dengan 469 M1. Wilayah

kekuasaanHunnic Empire membentang dari Eropa Tengah ke Laut Hitam serta dari Sungai Danube ke Laut Baltik. Setelah berakhirnya era Hunnic Empire, berdirilah Kerajaan Tughrilyang berasal dari prajurit-prajurit suku Turkmen dan mendirikan Dinasti Seljuk. Selain


(29)

16

itu berdiri juga kerajaan Utsmaniyah atau Ottoman yang didirikan pada tahun 1299 M oleh Usman Ghazi yang menjadi kerajaan kesultanan terakhir penguasa dan penakluk dua per tiga daratan Eropa, Asia Barat dan Afrika Utara yang kemudian berintegrasi menjadi negara Republik pada tahun 1924.

Turki Ustmani atau Ottoman didirikan oleh bangsa Turki dari kabilah Qayogh Ughuz yang mendiami daerah Mongol dan utara negeri Cina (Tiongkok) yang dipimpin oleh Sulaiman Syah. Serangan yang dipimpin oleh Jengis Khan dalam upaya menguasai Asia Tengah dan Asia Barat membuat kabilah Qayigh Ughuz berpindah menuju Turkistan kemudian Persia dan Irak hingga membawa mereka ke tepi sungai Efrat. Sulaiman Syah memutuskan untuk menyebrangi sungai tersebut membawa rombongannya tetapi banjir bandang yang terjadi menyebabkan rombongan tersebut porak-poranda dan merenggut nyawa Sulaiman Syah.

Sepeninggalan Sulaiman Syah, kabilah Qayigh Ughuz terpecah menjadi dua, sebagian kembali ke daerah asalnya dan sebagian memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Rombongan yang melanjutkan perjalanan dipimpin oleh putra beliau yang bernama Ertugrol sampai ke Asia kecil. Pada saat itulah rombongan tersebut menjumpai peperangan yang terjadi antara bangsa Mongol dan Turki Saljuk. Ertughrol beserta rombongan memutuskan untuk membantu perlawanan dan bergabung dengan pasukan Turki Saljuk yang pada saat itu tengah lemah. Adanya bala bantuan menjadikan peperangan tersebut dapat dimenangkan oleh kerajaan Turki Saljuk yang dipimpin oleh Sultan Alaudin.

Setelah Turki Saljuk memperoleh kemenangan, Sultan Alaudin memberikan hadiah sebagai balas jasa kepada pasukan atau rombongan Erthogrol.Hadiah yang diberikan oleh Alaudin berupa suatu daerah di bagian Iskisyhar, dibatas kerajaan Byzantium dekat Brussa. Kawasan tersebut kemudian dijadikan ibu kota kerajaan oleh Erthogrol. Beliau terus mengembangkan wilayah kekuasaannya untuk memperluas daerah perjuangan Islam2.


(30)

17

Erthogrol meninggal dunia pada tahun 1289. Kepemimpinan beliau kemudian digantikan oleh putra beliau yang bernama Usman. Usman memerintah antara tahun 1290 M-1326 M. Sebagaimana ayahnya, ia banyak berjasa kepada Sultan Alaudin II dengan keberhasilannya menduduki benteng-benteng Bizantium yang berdekatan dengan kota Broessa.

Pada tahun 1300 M, bangsa Mongol menyerang kerajaan Saljuk sehingga Alauddin terbunuh. Kerajaan Saljuk ini kemudian terpecah-pecah dalam beberapa kerajaan kecil.Usman pun menyatakan kemerdekaan dan berkuasa penuh atas daerah yang didudukinya. Sejak itulah kerajaan Usman dinyatakan berdiri. Pengurus pertamanya adalah Usman yang sering juga disebut Usman I. Dalam praktiknya, kerajaan ini muncul dalam bentuk khilafah yang berarti dalam mengatur kehidupan bernegara Turki Ustmani dengan menerapkan syari’at Islam sebagai dasar hukumnya.

Kata khilafah dalam gramatika Arab menyatakan bentuk kata verbal yang menunjukkan adanya subjek atau pelaku yang aktif yang disebut khalifah. Kata tersebut merujuk pada serangkaian tindakan yang dilakukan oleh seseorang, yaitu seorang khalifah. Jadi, tidak akan terbentuk suatu khilafah tanpa adanya khalifah. Menurut Ganai, secara literal khilafah berarti pengganti terhadap pendahulu, baik bersifat individual maupun kelompok3.Sedangkan secara

teknis, khilafah adalah lembaga pemerintahan Islam yang berdasarkan pada Al-Qur’an dan As -Sunah. Khilafah merupakan media untuk menegakkan din (agama) dan memajukan syari’ah. Beberapa pemikir muslim dengan merujuk pada beberapa ayat,menyatakan bahwa bentuk pemerintahan khilafah bisa dalam bentuk kerajaan ataupun republik. Beberapa hal yang mencirikan Khilafah Islamiyah diantaranya adalah adanya Ummah (masyarakat muslim), Syariah (diberlakukanya hukum Islam), dan Khalifah ( kepemimpinan masyarakat muslim).

Sistem pemerintahan Dinasti Turki Utsmani adalah Sultan memegang kekuasaan tertinggi dengan menggunakan berbagai macam gelar. Gelar khalifah baru dipakai sejak pemerintahan


(31)

18

Murad I (1359-1389 M). Untuk menjalankan pemerintahan, sultan dibantu oleh seorang perdana menteri yang lazim disebut dengan Shadr al-A’zham. Perdana menteri inilah yang kemudian berurusan dengan gubernur di setiap wilayahnya. Selain itu, terdapat pula Syekh Islam atau mufti yang mengurusi masalah keagamaan. Ciri-ciri sistem pemerintahan Usmani yang paling khas adalah pengintegrasian qanun (hukum) kedalam syari’at. Pada beberapa aspek, keduanya dilebur menjadi sebuah sistem hukum tunggal.

A. Masa Kesultanan Turki Ustmani

Turki Ustmani sebagai kerajaan yang berdiri sejak tahun 1300 - 1924 mengalami beberapa kali pergantian Sultan dengan berbagai macam kebijakan yang dibuat oleh masing-masing Sultan. Berdasarkan periode kepemimpinannya, Turki Ustmani terbagi dalam tiga periode meliputi periode awal, periode kejayaan, periode kemunduran. 1. Periode Awal (tahun 1294-tahun 1389)

a. Sultan Ustman bin Urtoghal (699-726 H/ 1294-1326 M)

Sultan Ustman bin Urtoghal atau Usman I menyatakan dirinya sebagai ”Padisyah Al Usman”4, atau Raja besar keluarga Usman. Beliau merupakan pendiri

kerajaan Ustmani sekaligur Raja pertama kerajaan tersebut. Pada tahun 699 H/1300 M setapak demi setapak wilayah kerajaan dapat diperluas, bahkan sampai ke Romawi. Beliau bersama pasukannya menyerang daerah perbatasan Bizantium dan menaklukkan kota Broessa tahun 1317 M, yang kemudian pada tahun 1326 M dijadikan sebagai kota kerajaan. Selain melakukan ekspansi wilayah, Usman I juga berusaha memperkuat aspek militer dan memajukan negerinya. Beliau menerapkan kebijakan kepada kepada Raja-Raja kecil yang wilayahnya akanditaklukkan dengan mengajukan 3 opsi, yaitu masuk Islam, membayar jizyah, atau berperang.

4Trikoyo Lestari, Skripsi Kebijakan-Kebijakan Pemerintahan Ustman bin Ertohgrul Pendiri Dinasti Turki Ustmani, hlm 2


(32)

19

Penerapan kebijakan tersebut membuat banyak wilayah di sekitar kerajaan Ustmani takluk

b. Sultan Urkhan bin Utsman (726-761 H/ 1326-1359 M)

Sepeninggal Ustman I pada tahun 1326 M, kepemimpinan beliau digantikan oleh putranya yang bernama Sultan Orkhan I. Pada masa kepemimpinannya beliau mendirikan pusat pelatihan dan pendidikan Militer. Beliau berhasil menaklukkan beberapa daerah di kawasan Eropa atas keberhasilan pasukan militernya yang tangguh.

c. Sultan Murad I bin Urkhan (761-791 H/ 1359-1389 M)

Sultan Murad I adalah Sultan yang menggantikan kepemimpinan Sultan Orkhan. Beliau berhasil memantapkan keamanan dalam negeri Turki Ustmani. Di masa pemerintahannya, pengikut Turki Ustmani semakin banyak baik sesama Muslim maupun beragama Kristen. Berbagai macam ekspedisi yang dilakukan beliau juga berhasil sehingga hasil rampasan perang melimpah. Selain itu beliau juga berhasil melakukan perluasan wilayah ke kawasan Eropa yang menimbulkan kekhawatiran bagi kaum Kristen. Ekspansi wilayah ke Eropa ini diwarnai dengan pecahnya perang di Kosovo pada tahun 1389. Perang tersebut berlangsung antara pasukan Turki Ustmani yang dipimpin oleh Sultan Murad I melawan pasukan Kristen Eropa yang dipimpin oleh Sijisman. Peperangan ini berakhir dengan dimenangkan oleh pasukan Turki yang kemudian menguasai daratan Eropa. Sultan Murat gugur di medan perang sesaat sebelum meraih kemenangan.

2. Periode Kejayaan (tahun 1389-tahun 1566)

a. Sultan Bayazid I bin Murad ( 791-805 H/ 1389-1403 M)

Sultan Bayazid I adalah sultan berikutnya yang naik tahta menggantikan Sultan Murad I. Dibawah kepemimpinan Sultan Bayazid I, Turki Usmani semakin kuat


(33)

20

dan tidak terkalahkan. Beliau dikenal dengan julukan Yildirim atau petir karena kecepatan pasukannya pelakukan perjalanan PP Eropa-Asia5. Dalam periode

kepemimpinannya, beliau berhasil menaklukkan daerah kekuasaan yang dikuasai para emir Aydin, Saruhan, dan Mentese, serta memperkuat daerah taklukan ayahnya di Eropa. Kerajaan Turkijuga memperoleh kemenangan pada perang Salib yang terjadi pada tahun 1394 di Nicapolas. Setelah memperoleh kemenangan, Sultan Bayazid memperbarui pengepungan Konstantinopel, sebuah kota yang diidam-idamkan dinasti Ustmaniyah untuk ditaklukkan. Beliau membangun sebuah benteng yang mampu memotong persediaan gandum rakyat Konstantinopel dari Laut Hitam. Upaya menaklukkan kota tersebut belum berhasil karena pada saat yang bersamaan Ustmani menghadapi serangan dari Mongolia yang dipimpin Timur Leng yang menyebabkan Sultan Bayazid I ditangkap & meninggal setelah itu.

b. Sultan Muhammad I bin Bayazid (816-824 H/ 1403-1421 M)

Sepeninggal Sultan Bayazid I di tahanan Timur Leng 1403, terjadi perebutan kekuasaan diantara ketiga putra beliau (Muhammad, Isa dan Sulaiman). Perebutan kekuasaan ini yang pada akhirnya menjadi budaya berjuluk “perang suksesi” di tubuh kerajaan Ustmani. Pada akhirnya Sultan Muhammad I berhasil naik tahta dan memegang ke-khalifah-an Turki Ustmani atas bantuan dari kerajaan Byzantium. Pada masa kepemimpinannya, Sultan Muhammad I berhasil menyatukan kembali daerah kekuasaan Turki Ustmani yang pernah dikuasai oleh tentara Mongol. Setelah meninggalnya Timur Leng pada tahun 1405, Turki Ustmani semakin memantapkan diri untuk mengamankan wilayah kekuasaanya. c. Sultan Murad II bin Muhammad ( 824-855 H/ 1421-1451 M)


(34)

21

Sepeninggalannya Sultan Muhammad I, pemerintahan diambil alih oleh putranya, Sultan Murad II. Cita-citanya adalah melanjutkan usaha perjuangan Sultan Muhammad I. Perjuangan yang dimaksud adalah untuk menguasai kembali daerah-daerah yang terlepas dari kerajaan Turki Usmani sebelumnya. Daerah pertama yang dikuasainya adalah Asia Kecil, Salonika Albania, Falokh, dan Hongaria. Sultan Murat II juga melakukan upaya penaklukan Konstantinopel namun bernasib sama seperti ayahnya, belum berhasil. Setelah Turki Ustmani berhasil menaklukkan kembali serta menambah daerah kekuasaan, Paus Egenius VI kembali menyerukan Perang Salib. Tentara Sultan Murad II menderita kekalahan dalam perang salib tersebut, akan tetapi dengan bantuan putranya yang bernama Muhammad, perjuangan Murad II dapat dilanjutkan. Pada akhirnya Murad II kembali berjaya dan keadaan menjadi normal kembali sampai akhir kekuasaan dan tampuk pemerintahan diserahkan kepada putranya bernama Sultan Muhammad Al-Fatih.

d. Sultan Muhammad Al-Fatih (855-886 H/ 1451-1481 M)

Setelah Sultan Murad II meninggal dunia, pemerintahan kerajaan Turki Usmani dipimpin oleh putranya Muhammad II atau Muhammad Al-Fatih. Ia diberi gelar Al-fatih karena dapat menaklukkan Konstantinopel. Setelah naik tahta, beliau kemudian menyusun rencana untuk menaklukkan Konstantinopel, ibukota kerajaan Byzantium yang tangguh saat itu.

Usaha mula-mula umat Islam untuk menguasai kota Konstantinopel dengan cara mendirikan benteng besar bernama Rumli Haisar dipinggir Bosporus yang berhadapan dengan benteng yang didirikan Bayazid. Benteng tersebut dijadikan sebagai pusat persediaan perang untuk menyerang kota Konstantinopel. Setelah


(35)

22

segala sesuatunya dianggap cukup, dilakukan pengepungan selama 50 hari6.

Pasukan terbanyak dan terkuat yang pernah dimiliki Ustmani bergerak tahun 1453 dipimpin Sultan Mehmed Al-Fatih. Pasukan tersebut menyerang tembok pertahanan Konstantinopel dengan meriam yang sangat besar yang disebut dengan meriam urban dengan peluru seberat 500 kg dan jarak tempuh 500 m7. Kemudian

beliau bersama pasukan juga memindahkan kapal laut melalui bukit-bukit dalam waktu satu malam untuk dapat menembus pertahanan armada laut kostantinopel yang membentangkan rantai panjang untuk mengamankan selat Tanduk Emas.

Pada akhirnya penaklukan kota Konstantinopel berhasil dilakukan dengan diturunkannya pasukan elit terakhir Turki Ustmani yang disebut dengan Jenisari dan mengakhiri pertahanan kota Konstantinopel dan Kaitsar Bizantium tewas bersama tentara Romawi Timur. Gereja Aya Sofia yang berada di Konstantinopel pun kemudian dijadikan masjid bagi umat Islam setelah Al-Fatih berhasil menaklukkan kota tersebut. Setelah kota Konstantinopel dapat ditaklukkan, akhirnya kota tersebut dijadikan sebagai ibukota kerajaan Turki Usmani dan berganti nama menjadi Istanbul. Jatuhnya kota Konstantinopel ke tangan umat Islam menyebabkan kota-kota disekitarnya turut takluk ke tangan Turki Ustmani seperti Servia, Athena, Mora, Bosnia, dan Italia. Selain berhasil menaklukkan Konstantinopel, Sultan Mehmet II juga menandatangani perjanjian diplomatik pertama dengan bangsa Venesia, serta melakukan sensus pertama kali di Turki. Kerajaan Ustmaniyah pada masa pemerintahan Mehmet II merupakan kerajaan Islam yang terkuat dan berada di puncak kejayaan. Sultan Al-Fatih akhirnya meninggal ketika mempersiapkan ekspedisi baru di tahun 1481.

6 Mustafa Armagan, Muhammad Al-Fatih Kisah Kontroversional Sang Penakluk Konstantinopel, hlm 27 7 John Freely, Istabul Kota Kekaisaran, hlm 218


(36)

23

e. Sultan Bayazid II (1481-1512 M)

Sepeninggal Sultan Muhammad II kepemimpinan Turki Ustmani diserahkan kepada anaknya yang bernama Sultan Bayazid II (1484-1512). Beliau berhasil naik tahta setelah memenangkan perang suksesi melawan adiknya. Berbeda dengan ayahnya yang fokus pada perluasan wilayah, Sultan Bayazid II pada masa kepemimpinannya lebih mengedepankan Tasawuf8. Beliau sempat membangun

kompleks masjid Beyazidiye yang menjadi tanda awal masa klasik arsitektur Ustmani, serta Kulliye Beyazid yang menjadi pusat perdagangan kota. Sebelum masa kepemimpinannya berakhir, beliau menerima sejumlah pengungsi Yahudi yang meminta suaka Karena diusir dari Spanyol dan Portugal. Hal tersebut menimbulkan kontroversi hingga pada akhirnya beliau diturunkan secara paksa oleh putranya yang memperoleh dukungan dari Janisari.

f. Sultan Salim I (918-926 H/ 1512-1520 M)

Pada kepemimpinan Sultan Salim I terjadi perubahan peta arah perluasan wilayah, penaklukan lebih difokuskan ke arah Timur dengan menaklukan Persia, Syiria dan beberapa daerah di kawasan Afrika Utara. Selain berhasil melakukan beberapa ekspedisi, beliau juga mengorganisir kembali pemerintahan Kerajaan Turki Ustmani. Sultan Salim I dikenal sebagai “Selim yang Pemuram” karena kekejamannya, antara lain membunuh 1 wazir setiap tahun.

g. Sultan Sulaiman (926-974 H/ 1520-1566 M)

Pada tahun (1520-1566) putra Sultan Salim I yaitu Sultan Sulaiman I naik tahta menggantikan kepemimpinan beliau. Sultan Sulaiman I muncul sebagai Sultan yang sangat termashur karena pada kepemimpinan beliau Turki Ustmani berhasil menjadi penguasa yang adidaya serta menguasai setengah bagian dunia. Beliau


(37)

24

dijuluki “Al-Qonuni” atau pembuat hukum karena melakuan reformasi di bidang pengadilan9. Orang-orang barat menyebutnya dengan Sulaiman The

Magnificent”yang berarti Sulaiman yang Agungdan bijaksana.

Pada masa kepemimpinan Sultan Sulaiman I, beliau sangat memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan mengatur administrasi pemerintahan dengan sangat rapi dan baik. Turki Ustmani dikenal sebagai kerajaan Islam terkuat dan paling berwibawa pada masa itu dibawah kepemimpinan Sultan Sulaiman. Selain itu, pasukan Sulaiman beberapa kali melakukan ekspedisi dan memenangkannnya meskipun sebagian mengalami kegagalan. Meskipun menjadi kerajaan Islam yang terkuat, kerajaan Turki Ustmani sebenarnya mulai menunjukkan tanda-tanda kemundurannya yaitu dengan gagalnya melakukan penaklukan wilayah serta wabah penyakit yang menyerang masyarakatnya.

3. Periode Kemunduran (Tahun 1566-1808)

Sepeninggalan Sultan Sulaiman, Turki Ustmani yang tadinya merupakan kerajaan Islam yang berkuasa penuh atas wilayah-wilayah di Asia dan Eropa serta tak terkalahkan perlahan-lahan mengalami kemunduran. Tutki Ustmani bahkan pada akhirnya kehilangan banyak wilayah yang dahulu berhasil ditaklukkan, muncul pemberontakan-pemberontakan dalam negeri, perebutan kekuasaan, krisis, bahkan wabah penyakit. Berikut adalah para Sultan yang berkuasa di masa tersebut yang berupaya untuk mengembalikan masa kejayaan Turki Ustmani:

a. Sultan Salim II

Sultan Selim II naik tahta menggantikan ayahnya, Sultan Sulaiman. Diceritakan dalam sejarah bahwa beliau memiliki sifat-sifat yang tidak baik. Hal tersebut

9Hasnul Arifin Melayu, Jurnal Syariat Islam Pada Dinastidi Asia Telaah Kritis Tipologi Mujtahid dan Geneologi Intelektual, hlm 437


(38)

25

dibuktikan dengan perilaku beliau yang menghabiskan uang kas negara, senang mabuk-mabukan, dan menghabiskan sebagian besar waktunya bersama selir-selirnya di Harem (tempat tinggal istri dan selir Sultan). Bahkan beliau meninggal dunia dalam kondisi mabuk di Harem. Masa kepemimpinan beliau berada dalam pengaruh Joseph Nasi dan berhasil membujuk Sultan untuk menyerang Siprus yang berakhir dengan kekalahan pasukan Ustmani. Hal tersebut mengawali fakta bahwa setelah sekian lama Turki Berjaya, akhirnya Kristen mampu mengalahkan kembali Turki Ustmani.

b. Sultan Murat III

Setelah Sultan Salim II meninggal dunia, Sultan Murat III, anaknya, naik tahta. Beliau memiliki sifat dan perilaku yang mirip seperti ayahnya. Selama memimpin kerajaan, beliau hanya menjadi pejantan kekaisaran dengan menghasilkan 103 anak. Karena perilaku beliau, pasukan Janisari dan Sipahi (pasukan berkuda) memberontak kepada kerajaan yang disebabkan menurunnya nilai mata uang dan tidak mampu membayar gaji pasukan tersebut. Sultan Murat III meninggal karena sakit pada tahun 1595.

c. Sultan Mehmet III

Adalah Sultan Mehmet III yang menggantikan posisi Sultan Murat III setelah beliau meninggal. Sultan Mehmet III naik tahta setelah memenangkan perang Suksesi dengan mengalahkan kesembilan belas adiknya. Pada saat beliau menjabat, perebutan kekuasaan telah terjadi diantara selir dan anak-anaknya. Beliau meninggal karena serangan jantung pada tahun 1603.

d. Sultan Ahmet I

Sultan Ahmed I naik tahta pada usia tiga belas tahun dan turun tahta karena meninggal dunia di usia yang masih muda, yaitu dua puluh delapan tahun. Selama


(39)

26

berkuasa, beliau sempat membangun Sultan Ahmed I Camii, atau yang lebih dikenal dengan Blue Mosque dan menjadi situs wisata terkenal di masa sekarang karena kemegahannya.

e. Sultan Mustafa I

Setelah Sultan Ahmed I meninggal, ini menjadi kali pertama tampuk kekuasaannya tidak diteruskan oleh putranya melainkan oleh adik tertuanya, Sultan Mustafa I. Kondisi Sultan Mustafa yang terbelakang dan labil membuat beliau tidak dapat menjalankan pemerintahan secara maksimal. Beliau menjabat sebagai Sultan sebanyak 2 kali, setelah sebelumnya digantikan oleh putra Ahmed I dan kemudian diangkat kembali. Mustafa tidak dapat menghindari pemberontakan yang terjadi didalam negeri akibat melemahnya kondisi ekonomi negara. Beliau kemudian diturunkan secara paksa oleh pasukan Janisari dan Sipahi.

f. Sultan Usman I

Sultan Usman I merupakan putra dari Sultan Ahmed I yang naik tahta menggantikan pamannya, Sultan Mustafa. Beliau menjabat tidak lebih dari 3 tahun, sempat memimpin ekspedisi ke Polandia dan menyepakati perjanjian damai. Beliau juga melaksanakan reformasi internal dengan membatasi kekuasaan janisari dan ulama yang menyebabkan beliau digulingkan serta digantikan pamannya kembali.

g. Sultan Murat IV

Karena naik tahta di usianya yang belum genap tiga belas tahun, masa awal pemerintahan Sultan Murad IV didominasi oleh ibunya. Kegoyahan politik Turki Ustmani tampak jelas di masa ini dengan terjadinya tiga pemberontakan di Anatolia serta huru hara yang ditimbulkan oleh pasukan Janisari. Pemberontakan


(40)

27

tersebut berhasil diredakan oleh Sultan yang kemudian melakukan reformasi secara radikal. Selain itu, beliau juga melakukan ekspedisi perebutan Baghdad di tahun 1638. Sayangnya, pada akhir pemerintahannya Sultan Murat IV yang berhasil memperbaiki kondisi kerajaan kecanduan minuman dan akhirnya meninggal karena sakit di tahun 1640.

h. Sultan Ibrahim

Sultan Ibrahim adalah adik Murat IV yang merupakan satu-satunya keturunan Ustmani yang masih ada sehingga beliau diangkat menggantikan Murat IV. Sultan Ibrahim dijuluki “Ibrahim yang Gila” karena kegilaannya mengasingkan semua populasi termasuk pasukan dan ulama. Beliau juga tidak mampu mengendalikan diri yang dikuasai oleh nafsu seksual sehingga kembali menimbulkan pemberontakan oleh janisari dan akhirnya beliau turun tahta.

i. Sultan Mehmet IV

Sultan Mehmet IV naik tahta menggantikan ayahnya di usia enam tahun. Kondisi kekaisaran Turki Ustmani masih dirundung kekacauan terbukti dengan adanya suksesi empat belas wasir agung selama delapan tahun pemerintahan beliau, serta turunnya nilai mata uang yang menimbulkan pemberontakan. Karena tak mampu memperbaiki kondisi kerajaan dan menghentikan pemberontakan, Sultan Mehmet IV diturunkan kemudian diasingkan seumur hidupnya.

j. Sultan Sulaiman II

Diawal masa pemerintahannya, beliau berhasil memadamkan pergolakan yang terjadi di tubuh kerajaan. Pada masa itu kesultanan Turki masih dilanda krisis bahan pangan dan terancam terkena wabah kelamaran. Selain itu perang Salib mengancam pasukannya yang kemudian mengakibatkan pasukan Ustmani kalah.


(41)

28

k. Sultan Ahmet II

Sultan Ahmed II yang menggantikan kedudukan Sultan Sulaiman II memilih untuk mempercayakan tampuk pemerintahan di tengah krisis dan kekacauan yang melanda kepada wasir agung. Beliau menghabiskan seluruh waktunya di Harem sampai dengan akhir hayatnya.

l. Sultan Mustafa II

Setelah Sultan Ahmet II meninggal, Sultan Mustafa II naik tahta menggantikan pamannya. Beliau menjalankan misi mulia memberantas korupsi yang sudah mulai merajalela di kerajaan serta meninggalkan kenikmatan di Harem. Sultan Ahmed II juga memimpin ekspedisi melawan Austria dan menderita kekalahan karena sebagian besar pasukannya terbunuh dalam perang. Mesi beliau menjalankan perannya sebagai Sultan dengan baik, namun saat itu kondisi kekaisaran sudah carut marut dan bangkrut. Revolusi sosial pun tidak terelakkan, pemberontakan terjadi, dan Sultan Mustafa II terpaksa diturunkan dari tahta.

m. Sultan Ahmed III

Sultan Ahmed III turut aktif selama masa-masa awal pemerintahan, membuat kebijakan menggilir wasir agung demi meredakan konflik dari fraksi yang bertikai. Sultan Ahmed diberi julukan ”Raja Tulip” karena mengembangkan kecintaan masyarakat Turki terhadap bunga tulip yang menjadi simbol turki di masa kini. Sultan Ahmet juga secara aktif melakukan perjanjian perdamaian serta melebarkan hubungan diplomatik dengan wilayah di sekitarnya. Perjanjian damai ini mengurangi angka peperangan yang terjadi namun berimbas kepada lepasnya wilayah Hongaria dari Kesultanan Ustmani. Masa damai yang dialami oleh kerajaan ternnyata tidak disenangi oleh janisari yang merasa tidak dapat


(42)

29

menyalurkan kemampuan perang mereka. Pada akhirnya pemberontakan oleh janisari kembali terjadi dan memenjarakan Sultan Ahmed III beserta keluarganya. n. Sultan Mahmud I

Ketika Sultan Mahmud I naik tahta, kondisi pemerintahannya sangat rapuh karena para janisari mengendalikan kota. Disamping itu pemberontakan lain terjadi di dalam kerajaan namun berhasil dipadamkan oleh pasukan Sultan. Masa pemerintahan Sultan Mahmud I merupakan masa damai terpanjang sepanjang periode kesultanan, yaitu selama 20 tahun. Masa damai tersebut digunakan Sultan untuk membangkitkan masa-masa pesta tulip dan memodernkan sistem persediaan air di kota. Beliau meninggal secara tiba-tiba di tahun 1754 dan digantikan oleh adik tirinya.

o. Sultan Ustman III

Sultan Ustman III tidak menjabat sebagai Sultan dalam jangka waktu lama, yaitu hanya sekitar 3 tahun. Di masa singkat tersebut beliau menyelesaikan pendirian kulliye kekaisaran yang sebelumnya diawali oleh Sultan Mahmud I. Beliau meninggal tahun 1757 dan digantikan oleh sepupu-sepupunya.

p. Sultan Abdul Hamid

Masa perdamaian panjang berakhir di era kepemimpinan Sultan Abdul Hamid sewaktu Turki Ustmani terlibat perang dengan Rusia. Beliau juga memulai reformasi pasukan bersenjata Ustmani dengan cara menunjuk pejabat militer melalui jalur sogokan dan koneksi politik. Pada masa itu militer Turki kembali menjadi kuat. Namun demikian, pemerintahan pusat di Istanbul kehilangan kuasa atas daerah-daerahnya yang telah banyak hilang sehinggan Turki Ustmani memperoleh julukan “Orang Sakit di Eropa”.


(43)

30

q. Sultan Selim III

Saat berkuasa, Sultan Selim III melakukan program reformasi di seluruh institusi Kekaisaran Ustmani, terutama angkatan bersenjata. Salah satu upaya nya adalah menggantikan pasukan janisari dan sipahi dengan pasukan yang lebih modern dan efisien. Kebijakan tersebut tentunya menimbulkan aksi pemberontakan dari janisari dan sipahi. Penolakan tersebut justru mendorong Sultan Selim III membentuk pasukan berjalan kaki yang disebut nizami cedit (orde baru). Pada akhirnya pasukan nizami cedit berada di tangan pemberontak sehingga Sultan tidak memiliki pasukan militer untuk diandalkan. Sultan Selim III pun digulingkan dari tahta dan digantikan oleh sepupunya.

r. Sultan Mustafa IV

Sultan Mustafa IV naik tahta menggantikan sepupunya dalam kondisi sakit keras. Beliau benar-benar berada di bawah kekuasaan para pemberontak. Meskipun pada awalnya melakukan perlawanan, Sultan Mustafa IV akhirnya menyerah dan diturunkan dari singgasananya.

Setelah Sultan-Sultan tersebut, Sultan Mahmud II, Sultan Abdul Majid, Sultan Abdul Hamid II, Sultan Mehmet V, dan Sultan Mehmet VI secara berturut-turut menjadi Sultan terakhir kerajaan Turki Ustmani sebelum berubah haluan menjadi negara sekuler. Para Sultan tersebut berupaya untuk mempertahankan kesultanan dengan melakukan berbagai reformasi. Meskipun secara formal para Sultan tersebut masih memiliki kuasa atas kerajaan Turki Ustmani, tetapi sesungguhnya oposisi dan para pemberontak mulai menguasai negeri dan bersiap untuk memperjuangkan pergantian sistem.


(44)

31

B. Pencapaian Turki Ustmani

Sebagai sebuah khilafah,Turki Ustmani berhasil mengembangkan serta memajukan Ke-khilafah-an tersebut dalam berbagai aspek kehidupan. Adapun beberapa pencapaian yang telah didapatkan oleh Kekhilafahan Turki Ustmani antara lain sebagai berikut :

1. Perluasan wilayah

Kesultanan Turki Ustmani sangat terkenal dalam menaklukkan wilayah di masa kejayaannya. Pada masa pemerintahan Sultan Murat I, kerajaan Byzantium yang merupakan kerajaan terkuat pada masa itu mengakui kedaulatan Ustmani atas Konstantinopel, dan tak lama kemudian kota tersebut berhasil direbut oleh Al-Fatih. Pada masa pemerintahan Sultan Beyazid I, Turki Ustmani berhasil menguasai hampir seluruh daratan di Eropa dan Asia, termasuk daerah kekuasaan emir Aydin, Saruhan, Mentese, Hongaria, Baghdad, dan lain sebagainya. Kerajaan Muslim maupun non Muslim takluk dibawah kesultanan dan secara taat mematuhi kebijakan serta membayar jizyah. Pada saat Kesultanan Turki mengalami kemunduran, sebagian besar daerah kekuasaannya lepas melalui perebutan kembali maupun perjanjian damai dan kehilangan pengaruh dari kesultanan.

2. Bidang Kemiliteran

Para pemimpin kerajaan Turki Usmani pada masa-masa pertama adalah orang-orang yang kuat, sehingga kerajaan dapat melakukan ekspansi dengan cepat dan luas. Faktor terpenting adalah keberanian, keterampilan, ketangguhan, dan kekuatan militernya yang sanggup bertempur kapan dan dimana saja. Pada masa Raja Okrhan, beliau membangun pusat akademi militer demi mencetak pasukan


(45)

32

militer yang tangguh dan berkualitas. Hal tersebut dibuktikan dengan melakukan perjalanan tercepat bolak-balik Asia-Eropa ketika masa pemerintahan Sultan Bayazid I. Selain itu pasukan yang disebut dengan Janisari dan Sipahi (pasukan berkuda) tersebut selama bertahun-tahun selalu memenangkan peperangan dalam rangka ekspansi wilayah kekuasaan, termasuk berhasil menguasai Konstantinopel dalam hitungan malam.

3. Bidang Ilmu Pengetahuan dan Budaya

Kebudayaan Turki Usmani merupakan perpaduan bermacam-macam kebudayaan, diantaranya kebudayaan Persia, Bizantium dan Arab.Dari kebudayaan Persia, Turki Ustmani banyak mengambil ajaran-ajaran etika dan tata karma dalam istana raja-raja. Organisasi pemerintahan dan kemiliteran banyak diserap dari Bizantium, sedangkan ajaran tentang prinsip-prinsip ekonomi, sosial dan kemasyarakatan, keilmuan, dan huruf diterima dari bangsa Arab. Selain itu, beberapa Sultan Turki Ustmani merupakan ahli kaligrafi dan penikmat syair serta seni.

4. Bidang Keagamaan

Agama dalam tradisi masyarakat Turki mempunyai peranan besar dalam lapangan sosial dan politik.Karena itu, ulama mempunyai tempat tersendiri dan berperan besar dalam kerajaan dan masyarakat. Sebagai kesultanan yang menganut sistem khilafah Islamiyah, Turki Ustmani menempatkan beberapa pemuka agama dalam posisi penting seperti wasir agung yang menjadi tangan kanan raja, memperbolehkan agama-agama selain Islam berkembang dan membentuk komunitas dengan dipimpin oleh millet, mengintegrasikan hukum-hukum yang berlaku dengan syari’at Islam, dan lain sebagainya.


(46)

33

Dalam bidang arsitektur, masjid-masjid yang ada di Turki Ustmani membuktikan kemegahannya. Bangunan-bangunan seperti sekolah, istana raja, rumah sakit, penginapan, dan bangunan-bangunan lain berdiri dengan megah di Turki. Para pedagang kaya yang memiliki villa atau penginapan biasanya melengkap bangunan mereka dengan taman dan tembok yang mengelilinginya. Salah satu bukti kemegahan bangunannya adalah Aya Sophia, sebuah gereja Romawi yang setelah ditaklukkan oleh Turki Ustmani berubah menjadi masjid. Masjid-masjid penting lainnya adalah Masjid Agung Al-Muhammadi atau Masjid Agung Sultan Muhammad Al-Fatih, Masjid Abu Ayyub Al-Anshari (tempat pelantikan para sultan Usmani), Masjid Bayazid dengan gaya Persia, Blue Mosque, dan Masjid Sulaiman Al-Qanuni10

Setelah bertahun-tahun mengalami kemunduran sehingga menimbulkan krisis ekonomi, politik, serta militer, Kesultanan Turki Ustmani memasuki masa reformasi di bawah pemerintahan Sultan Hamid II dan keturunannya. Para Sultan tersebut merupakan Sultan terakhir dari dinasti Ustmaniyah yang berkuasa sebelum Turki Ustmani berubah menjadi negara Republik Turki yang merdeka di tahun 1924.


(47)

34

BAB III

REVOLUSI TURKI MENUJU NEGARA SEKULER

Menjelang tahun 1800, Kerajaan Turki Ustmani semakin melemah di dunia politik Internasional. Negara-negara di Eropa sejak abad ke-16 telah menunjukkan kemajuan yang pesat di bidang ekonomi, teknologi, dan militer mengalahkan kemampuan Turki Ustmani yang disegani selama berabad-abad lamanya. Wilayah kekuasaan Turki Ustmani perlahan-lahan mulai menyempit karena kekaperlahan-lahan perang yang menyebabkan daerahnya dikuasai oleh negara-negara lain.

Musuh utama Turki Ustmani pada abad ke-17 adalah Austria. Seiring berjalannya waktu, pada pertengahan abad ke-18, Rusia yang saat itu dipimpin oleh Ratu Catherine mulai menampakkan taringnya menjadi ancaman utama bagi Turki Ustmani. Pada tahun 1769-1774, Rusia berhasil memenangkan peperangan melawan Turki Ustmani dengan melahirkan sebuah perjanjian damai yang berisi : pengakuan kemerdekaan Crimea, memberikan kedudukan yang aman bagi Rusia di Laut Hitam diantara Dnieper dan Bug, memberikan hak navigasi bagi Rusia di Laut Hitam, serta memberikan hak kepada Ratu Rusia untuk melindungi Gereja Orthodoks Yunani yang berada di wilayah Konstantinopel1.

Akibatnya dalam beberapa tahun kemudian, terjadi pengangkatan konsul-konsul Rusia diseluruh wilayah Balkan dan di pulau-pulau Yunani yang pada akhirnya dipergunakan untuk memperluas dan memberikan legitimasi bagi warga Rusia hingga umat Kristen lokal dibawah sistem liberal Rusia.

Pada tahun-tahun berikutnya kondisi khilafah Ustmani semakin melemah. Perang yang terjadi pada tahun 1787-1789 menyebabkan Crimea yang dimerdekakan oleh Turki


(48)

35

Ustmani direbut dan dijadikan bagian Negara Rusia. Meskipun Rusia ditinggal oleh Austria yang menjadi sekutu untuk meghancurkan kekuatan Ustmani, peperangan tersebut pada akhirnya dimenangkan oleh Rusia yang berhasil memperkuat kekuasaannya tidak hanya di Laut Hitam disebelah utara, tetapi juga meluas sampai ke Dniester disebelah barat dan Georgia disebelah timur.

A. KERUNTUHAN KHILAFAH TURKI USTMANI

Sejak kondisi Turki Ustmani yang mulai melemah di berbagai sektor termasuk politik dan pemerintahannya, para Sultan yang berkuasa di masa tersebut menggunakan berbagai cara untuk mempertahankan kerajaan termasuk melakukan berbagai manuver dalam hal kebijakan ataupun reformasi. Berikut adalah Sultan-Sultan dari dinasti Turki Ustmani yang memerintah pada masa peralihan dari sistem khilafah Islamiyah menuju negara republik yang sekuler:

1. Masa Pemerintahan Sultan Mahmud II

Sultan Mahmud II naik tahta dalam kondisi negara yang sangat lemah. Beliau melakukan pergerakan demi pergerakan dengan sangat hati-hati. Selama kurang lebih 15 tahun di masa awal memerintah, sultan Mahmud II berupaya membagun kembali basis kekuasaan Turki Ustmani, seperti mengangkat para pendukungnya di jabatan-jabatan penting di bidang administrasi, serta menundukkan kaum ayan. Sementara memperkuat pijakannya di bidang pemerintahan, Sultan Mahmud II tidak serta merta memutuskan hubungan dengan pihak administrasi dan kemiliteran. Beliau menjalin hubungan yang baik dengan para janissari setelah sempat bersengketa pada masa kepemimpinan Selim III dan dipercaya dapat memperkuat posisi janissari di provinsi-provinsi. Sultan Mahmud II dengan para pembantunya berhasil membentuk kembali


(49)

36

kontrol atas sebagian wilayah Ustmani tengah, namun dibeberapa wilayah Sultan Mahmud II mengalami kesulitan dan kegagalan.

Pada tahun 1804 terjadi pemberontakan yang dilakukan oleh Kara George yang dibantu oleh Rusia diwilayah Serbia dengan tujuan memperoleh otonomi untuk wilayah Serbia. Kendati demikian pemberontakan tersebut berhasil dipadamkan oleh tentara Ustmani pada tahun 1813, namun dua tahun kemudian pemberontakan terjadi lagi diwilayah Serbia dengan pemimpin baru bernama Milos Obrenovic. Turki Ustmani mencapai kesepakatan untuk memberikan pengakuan wilayah otonomi bagi Serbia.

Wilayah terpenting yang lepas dari Turki Ustmani berikutnya adalah Mesir. Mesir melepaskan diri dari Turki Ustmani dibawah kepemimpinan gubernur Mehmet Ali. Berawal dari penaklukan Syria oleh Mehmet Ali dan pasukan Mesir yang berhasil mengalahkan pasukan Ustmani. Mehmet Ali menginginkan pengakuan dari Sultan bahwa dia adalah penguasa Mesir dan Syria sekaligus. Sultan berusaha untuk menggalang dukungan dari Prancis, Inggris maupun Rusia untuk menghancurkan kekuatan Mehmet Ali dan merebut kembali Syria, tetapi upaya tersebut gagal. Sultan mengalami kekalahan sehingga kehilangan wilayah Mesir dan Syria.

Dalam hal reformasi, Sultan Mahmud II juga melakukan dan meneruskan beberapa hal yang telah dimulai sejak kepemimpinan Sultan Salim III, antara lain pembentukan angkatan baru, upaya peningkatan pendapatan, dan membuat sistem pendidikan baru. Sultan Mahmud II juga melakukan terobosan dengan menciptakan struktur admnistratif dan hukum yang baru.

Sultan berusaha untuk menahan diri dengan tidak menciptakan pasukan infantry modern seperti yang dilakukan oleh Salim III. Sultan Mahmud II memutuskan untuk membentuk pasukan baru yang diberi nama Muallem Asakir-I Mansure-I Muhammadiye (tentara Muhammad yang terlatih dan Berjaya) dengan memasukan


(50)

37

seratus lima puluh orang dari setiap battalion tentara Janissari2. Pembentukan ini

menimbulkan pemberontakan oleh tentara janisari dan akhirnya tidak lama kemudian pasukan janisari resmi dibubarkan. Upaya reformasi kemiliteran secara modern telah membuat alokasi dana hanya terfokus pada hal tersebut sehingga krisis ekonomi tidak terelakkan. Sultan Mahmud II menciptakan reformasi yang modern tetapi mahal dan tidak efektif.

Dalam bidang pendidikan Sultan Mahmud melakukan berbagai manufer untuk membentuk sistem yang bagus serta meluluskan oraang-orang yang mempunyai intergritas dan kapabilitas dalam membangun Turki Ustmani. Beliau juga mendirikan kantor terjemahan setelah mengirim perwakilannya untuk belajar komunikasi ke luar negeri dengan tujuan mencetak diplomat-diplomat handal.

Beberapa hal yang menjadi catatan pada era kepemimpinan Sultan Mahmud II adalah sebagai berikut :

a. Penerapan sistem-sistem baru yang tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia di Turki.

b. Pembuatan undang-undang, peraturan, dan institusi-institusi baru pada era tersebut tidak dibarengi dengan penghapusan bentuk lama sehingga menimbulkan dualisme.

2. Masa Pemerintahan Sultan Abdul Majid

Pada periode 1839-1876 selama masa kepemimpinan Sultan Abdul Majid dalam histografi Turki dikenal sebagai periode Tanzimat (reformasi). Istilah Tanzimat-i HayrTanzimat-iye (reformasTanzimat-i yang bermaslahat) untuk pertama kalTanzimat-inya dTanzimat-ipakaTanzimat-i ketTanzimat-ika kerjajaan memerintahkan pembentukan Dewan tinggi untuk Regulasi Yudisial pada tahun 1838, yang mengilustrasikan kontinuitas antara periode Sultan Mahmud dan para penerusnya.


(1)

17 E. Kesimpulan

Islam sebagai agama rahmatanlil ‘alamin ( rahmat bagi alam semesta ) terbukti sukses dibawakan dan diaplikasikan oleh kesultanan Turki Ustmani. Pluralisme agama yang menjadi permasalahan sensitif bagi masyarakat dan pemipin non muslim pada abad pertengahan, tidak pernah menjadi masalah yang terlalu dipersoalkan oleh pemimpin-pemimpin muslim, terlebih pada masa kesultanan Turki Ustmani. Khilafah Islamiyah, merupakan suatu sistem yang diterapkan di Kesultanan Turki Ustmani dimana hukum dan syari’at Islam menjadi landasan untuk berdirinya negara dengan sistem pemerintahan Islam. Seperti yang telah dicontohkan dan diterapkan oleh kesultanan Turki Ustmani, masyarakat serta agama yang heterogen tidak menjadikan sebagai permasalahan, bahkan dapat menunjukan kemegahan dan kejayaannya tanpa adanya diskriminasi bagi kalangan non muslim.

Persatuan dan kesatuan yang tangguh ditunjukan oleh masyarakat heterogen Turki Ustmani kala terbagung dalam pasukan yang dipimpin oleh Sultan Muhammad Al-Fatih dalam menaklukan konstantinopel, bahkan pasukan perang khusus Sultan dengan nama Jenissari tidak hanya beranggotakan orang-orang muslim saja, tetapi juga orang-orang non muslim yang direkrut dan bersedia patuh terhadap Sultan. Pasukan Jenissari inilah yang kemudian menentukan keberhasilan penaklukan Konstantinopel. Selain itu, Turki Ustmani dikenal sebagai kesultanan yang sangat perkasa pada jaman kejayaanya tatkala kesultanan Turki Ustmani berhasil menaklukan sepertiga wilayah bagian dunia dan menancapkan bendera kesultananya pada masing-masing wilayah kekuasaan Turki Ustmani. Hal ini tercipta karena adanya integrasi antara masyarakat muslim dan non muslim yang saling percaya dan patuh kepada satu kepemimpinan Sultan.

Enam abad lamanya Turki Ustmani menjalankan roda pemerintahan dengan sistem tersebut, muculnya delegitimasi dari masyarakat sebagai akibat khalifah yang tidak cakap dalam memimpin kesultanan dan cenderung melakukan penyimpangan menjadi justifikasi bagi para Ulama bahkan pasukan Jenisarri untuk melakukan pemberontakan sehingga tidak jarang Sultan yang berkuasa harus mengakhiri kepemimpinanya lebih awal. Revolusi Industri di Prancis yang menjadi tonggak awal berkembang pesatnya pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi dikawasan Eropa tidak kunjung juga membuat Turki beranjak dari stagnanisasi berijtihad dalam bidang apapun. Mayoritas masayarakat pada umumnya dan para pemikir di Turki Ustmani lebih memilih untuk mengikuti berbagai hal yang telah ada sebelumnya,


(2)

18 menutup diri pada perkembangan dan merasa puas atas capaian yang telah diperoleh pada masa lalu.

Dengan kondisi masyarakat dan negara yang semaikin terpuruk membuat sebagian masyarakat yang lain menjadi risau. Beberapa orang berkumpul dan membentuk suatu pergerakan dengan visi dan misi menyelamatkan Turki Ustmani dari ambang kehancuran. Hal tersebut yang kemudian menjadi cikal bakal tebentuknya kelompok reformis nasionalis memberikan alternatif untuk menyelamatkan Turki Ustmani dari krisis yang tengah melanda negeri itu restrukturisasi politik. Restrukturisasi tersebut memungkinkan untuk melakukan perubahan pada hal-hal yang paling fundamental termasuk sistem khilafah Islamiyah.

Gagasan Pan Islamisme yang dikampanyekan oleh Sultan sebagai bentuk perlawanan atas gerakan nasionalis dan menghedaki agar umat muslim tetap berada dalam satu tubuh dan satu garis dibawah komando khalifah, tidak mampu membendung gerak kaum reformis yang semakin berkembang pesat.

Gerak perjuangan kaum reformis semakin banyak mendapat dukungan dikala kekalahan perang dunia satu menyebabkan Turki Ustmani harus rela dijadikan tempat bernaung oleh Inggris, duapuluh tujuh pasal ditandatangani antara Ustmani dan Inggris yang menjadai perwakilan pasukan entente memungkinkan pendudukan atas wilayah kekuasaan Turki Ustmani beserta Istanbul ibu kota pemerintahan. Perjuangan kemerdekaan yang dicetuskan oleh kelompok reformis nasionalis dipimpin langsung oleh Mustafa Kemal At-Taturk sukses mengusir dominasi Inggris dari Turki Ustmani menyebabkan Turki Ustmani mendeklarasikan diri sebagai negara yang merdeka dan berdaulat. Berada diatas angin karena momentum besar tersebut dimanfaatkan oleh Mustafa Kemal untuk melakukan revolusi Sistem Pemerintahan Turki Ustmani. Paham dan ideologi Mustafa Kemal mengenai konsep negara yang sekuler dituangkan dalam penghapusan Khilafah Turki Ustmani kemudian diganti dengan Republik Turki yang memicu kontroversi seantero dunia, khususnya dunia Islam.

Tetapi fakta berbicara lain, apa yang dikemukakan oleh Ali Abd al-Raziq barang kali menjadi salah satu fakta yang bisa digunakan untuk menjawab keruntuhan khilafah Turki Ustmani. Melalui pendekatan sekuler, beliau berpendapat bahwa jatuhnya kekhilafahan Turki Ustmani lebih disebabkan oleh hancurnya moral para khalifah yang memimpinnya. Sistem Khilafah yang seharusnya dapat


(3)

19 memajukan dan membawa umat keluar dari keterbelakangan nyatanya lebih mengarahkan terjadinya penentang-penentang oleh kaum separatis, Khilafah ditegakkan dengan tekanan dan paksaan serta para khalifah selalu berlaku sewenang-wenang yang bertentangan dengan prinsip keislaman. Menurut Ali Abd al-Raziq tidak adanya batasan kekuasaan yang jelas pada sistem khilafah, memungkinkan khalifah cenderung melakukan penyimpangan-peynimpangan yang lebih banyak mengorbankan rakyat demi kepentingan pribadinya.

Penyimpangan yang terjadi di kerajaan Turki Ustmani tidak semata-mata dilakukan oleh para khalifahnya saja, tetapi juga para elite politik dibawahnya. Terdapat kesenjangan sosial yang cukup jauh antara para elite politik dengan masyarakat Turki. Selain itu, tidak adanya kesamaan hak dan kewajiban antara kaum elite dengan masyarakat biasa semakin memperlebar jarak tersebut. Contohnya adalah tidak adanya kewajiban membayar pajak bagi elite politik, izin untuk menggunakan senjata, ketidakadilan dimata hukum, dan lain sebagainya. Hal tersebut tentu saja sudah bertentangan dengan konsep khilafah Islamiyah yang diterapkan pada awal berdirinya kerajaan Turki Ustmani sampai berhasil mempertahankan kejaaannya selama lebih dari 600 tahun.

Penyimpangan yang secara terus-menerus terjadi dalam pemerintahan Turki, ditambah dengan permasalahan krisis ekonomi, lepasnya wilayah kekuasaan Turki satu per satu, bebarnya pasukan militer Turki, serta banyak pemicu lain membuat kondisi kerajaan tersebut carut marut. Masyarakat yang mengalami deligitimasi atau ketidakpuasan terhadap sistem pemerintahan membuat sebuah gerakan revolusi yang bersifat reformasi. Gerakan tersebut dipelopori oleh gerakan Turki Muda yang berisi prajurit-prajurit militer dan cendekiawan muda yang tidak puas dengan berjalannya sistem khilafah. Turki muda sempat mengalami pecah kongsi karena perbedaan ideologi anggotanya. Kerajaan Turki Ustmani sudah terpecah-belah dan sulit untuk dipersatukan kembali.

Berbagai upaya dilakukan para Sultan yang sedang berkuasa untuk mengembalikan kondisi kerajaan seperti semula. Misalnya di masa sultan Selim III mengadakan program nizami cedid (orde baru), sultan Abdul Hamid II yang merombak lembaga-lembaga pemerintahan dan berupaya memperbaiki kondisi ekonomi, serta membuat Pan Islamisme yang dimotori oleh Jamaludin Al-Afghani sebagai tandingan Turki Muda. Namun upaya tersebut terkalahkan oleh ambisi


(4)

20 revolusi Turki Muda yang termotivasi oleh konstelasi Internasional dengan memunculkan keberhasilan Eropa sebagai kawasan adidaya yang baru.

Revolusi sistem pemerintahan Turki tidak terelakkan. Turki Muda dibawah pimpinan Mustafa Kemal Pasha berhasil memproklamirkan kemerdekaan Turki sebagai negara sekuler di tahun 1924. Modernisasi dan sekularisasi menjadi sebuah trend di masa tersebut, tak terkecuali bagi Turki.

Sekularisi yang menjadi fokus utama gerakan kemalisme mendorong terciptanya kebijakan-kebijakan pemerintahan dengan mengarah gaya barat. Penghapusan khilafah Turki Ustmani, mengganti tulisan Arab ke dalam tulisan latin, mengharuskan masyarakat Turki untuk mengganti pakaian tradisonal dengan pakaian modern ala barat yang berdampak pada pelarangan penggunaan jilbab, menutup madrasah dan digantikan dengan sekolah formal modern menggunakan kurikulum pendidikan prancis, mengganti kalender hijriah dengan masehi yang berujung menetapkan hari minggu sebagai hari libur menggantikan hari Jum’at menjadi fokus utama dalam merubah wajah Turki ke bentuk negara Republik demokratik.

Dari uraian diatas, penulis kemudian menyimpulkan bahwa adanya revolusi sistem pemerintahan Turki dari khilafah Islamiyah menuju negara sekuler disebabkan karena adanya beberapa faktor, terutama ditinjau dari perspektif sekularisme yang dikemukakan oleh Ali Abd al-Raziq. Faktor-faktor tersebut yang kemudian menjawab pertanyaan mengapa Turki melakukan revolusi sistem pemerintahan dari khilafah Islamiyah menuju negara sekuler adalah :

1. Karena kegagalan khilafah dalam menjalankan pemerintahan pada tahun 1800-an sehingga memunculk1800-an delegitimasi dari rakyat y1800-ang berakibat perubah1800-an sistem pemerintahan menjadi Negara sekuler.

2. Konstelasi Internasional pada abad ke 18 – 19 M yang memunculkan Eropa sebagai kawasan adidaya.


(5)

21 Referensi

Sumber Buku:

Abul Hasan Ali Nadwi, Islam dan Dunia, terj. Adang Affandi, (Bandung : Angkasa, 2008)

Ajied, Thohir., 2004‘Perkembangan Peradaban di Kawasan Dunia Islam’, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Armagan, Mustafa., 2014, ‘Muhammad Al-Fatih, Kisah Kontroversial Sang Penakluk Konstantinopel’, Kausa Media, Jakarta.

Al-Qordhawi, Y ., 1997, ‘Islam dan Sekularisme’, diterjemahkan oleh : Amirullah Kandu, Lc., CV. Pustaka Setia, Bandung.

Crowley, Roger ., 2005 , ‘1453 detik-detik jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Muslim’, Alvabet, Jakarta.

Ernest Jackh. Background of Middle East, Cornell University Press, Ithala, New York Esposito, John L., ‘Ensiklopedi Oxford Dunia Islam Modern’ , Mizan.

Freely, John ., 2012 , ‘Istanbul Kota Kekaisaran’ , diterjemahkan oleh : Fahmy Yamani, Pustaka Alfabet, Jakarta.

Husaini, Adian., 2005‘Wajah Peradaban Barat’ , Gema Insani,Jakarta.

Lembaga Pengkajian dan Penelitian WAMI, 1995, ‘Gerakan Keagamaan dan Pemikiran’ , diterjemahkan oleh : A. Najiyulloh, Al-Ishalny Press, Jakarta.

Mohammad Redzuan Othman&Abu Hanifah Haris, Jurnal, ‘Kemal Attaturk DanPembaharuan DiTurki Polemik Dalam Akhbar Dan MajalahMelayu Pada Tahun 1920-an Dan 1930-an’.

Jurnal dan Sumber Internet:

Deden Anjar Herdiansyah, Tesis Konspirasi Freemansory dalam kerajaan Turki Ustmani pada masa Sultan Abdul Hamid II (1876-1909)

Hasnul Arifin Melayu, Jurnal Syariat Islam Pada Dinastidi Asia Telaah Kritis Tipologi Mujtahid dan Geneologi Intelektual


(6)

22 Ida Novianti, Jurnal. ‘Sultan Mahmud II dan Pembaruan Pendidikan di Era Turki Usmani’.

Muhammad Iqbal & Amin Husein Nasution, Jurnal‘Pemikiran Politik Islam dari Masa Klasik hingga Indonesia Kontemporer’

http://as-me28.blogspot.co.id/2013/09/kemunduran-dan-kehancuran-turki-usmani.html. Diakses 13 Mei 2016 pukul 01.00