Konsep Pendidikan Akhlak Prespektif KH. Hasyim Asy’ari

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Betapa majunya pemikiran KH. Hasyim Asy’ari dibanding tokoh- tokoh lain pada zamannya, bahkan beberapa tahun sesudahnya. Dan pemikiran ini ditumbuh serta diangkat kembali oleh pemikir pendidik zaman sekarang ini, yaitu Harun Nasution,yang mengatakan hendaknya para dosen-dosen di Perguruan Tinggi Islam khususnya agar membiasakan diri untuk menulis. b. Adab guru dalam mengajar Terlihat bahwa apa yang ditawarkan KH. Hasyim Asy’ari lebih bersifat pragmatis, artinya, apa yang ditawarkan beliau berangkat dari praktik yang selama ini dialaminya. Terlihat juga betapa beliau sangat memperhatikan sifat dan sikap serta penampilan seorang guru. Berpenampilan terpuji bukan saja dengan keramahtamahan, tetapi juga dengan berpakaian yang rapi dan memakai minyak wangi. Beliau juga menawarkan agar guru bisa bersifat terbuka, dan memandang murid sebagai subyek pengajaran bukan hanya sebagai obyek, dengan memberikan kesempatan kepada murid-murid bertanya dan menyampaikan berbagai persoalan dihadapan guru. c. Adab Guru Bersama Murid KH. Hasyim Asy’ari sangat menganjurkan agar seorang pendidik atau guru perlu memiliki kemampuan dalam mengembangkan metode dan memberi motivasi serta latihan-latihan yang bersifat membantu murid- digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id muridnya memahami pelajaran. Selain itu, guru juga harus memahami murid-muridnya secara psikologi, mampu memahami muridnya secara individual dan memecahkan persoalan yang dihadapi murid, mengarahkan murid pada minat yang lebih dicendrungi, serta guru harus bersifat arif. d. Adab Terhadap Buku, Alat Pelajaran dan Hal-hal Lain Yang Berkaitan Dengannya Satu hal yang menarik dan terlihat beda dengan materi-materi yang biasa disampaikan dalam ilmu pendidikan umumnya, adalah etika terhadap buku dan alat-alat pendidikan. Kalaupun ada etika untuk itu, namun biasanya hanya bersifat kasuistik dan seringkali tidak tertulis, dan seringkali juga hanya dianggap sebagai aturan yang umum berlaku dan cukup diketahui oleh masing- masing individu. KH. Hasyim Asy’ari pun memandang bahwa adab itu penting dan perlu diperhatikan. Diantara etika tersebut adalah: Menganjurkan untuk mengusahakan agar memiliki buku, merelakan dan mengizinkan bila ada kawan meminjam buku pelajaran, sebaliknya bagi peminjam menjaga barang pinjamannya, memeriksa dahulu bila membeli dan meminj amnya, bial menyalin buku syari’ah atau agama sebaiknya bersuci dan mengawalinya dengan bacaan basmalah, sedangkan untuk pelajaran umum maka mulailah dengan hamdalah dan sholawat nabi. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id Tampak kejelian dan ketelitian beliau dalam melihat permasalahan dan seluk beluk proses belajar mengajar. Adab khusus yang diterapkan untuk mengawali suatu proses belajar adalah etika terhadap buku yang dijadikan sumber rujukan, apalagi kitab-kitab yang digunakan adalah kitab “kuning” yang mempunyai keistimewaan atau kelebihan tersendiri. Agaknya beliau memakai dasar epistimologis, ilmu adalah nur Allah, maka bila hendak mempelajarinya orang harus beretika, bersih dan sucikan jiwa. Dengan demikian ilmu yang dipelajari diharapkan bermanfaat dan membawa berkah. e. Alat-alat Pendidikan 1 Metode Pendidikan Konsep metode pembelajaran KH. Hasyim Asy’ari yang ditawarkan terlihat pada setiap materi pelajaran. Sebagai seorang pengagum imam Syafi’I bukan menjadi rahasia umum lagi bahwa kebiasaan KH. Hasyim Asy’ari terinspirasi untuk menggunakan metode hafalan dalam belajar, sebab karakteristik tersebut sudah menjadi bagian yang tidak bisa dipisahkan dalam tradisi imam Syafi’i. Hanya dalam perkembangan selanjutnya, KH. Hasyim Asy’ari mengembangkannya jauh lebih inovatif, dengan mengkolaborasikan metode menulis dan mentaskhih pelajaran dahulu dihadapan guru atau teman yang dipercaya ketika belajar yang kemudian dihafal dengan berulang-ulang, hingga menjadi suatu kebiasaan. Beliau menawarkan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id metode seperti itu diharapkan pelajaran yang telah dihafalkan oleh peserta didik akan senantiasa terjaga dan sulit untuk hilang. Selain metode hafalan, menulis KH. Hasyim Asy’ari juga banyak menggunakan metode diskusi, pembiasaan, Tanya jawab, ceramah dan lain-lain, penggunaan metode oleh KH . Hasyim Asy’ari disesuaikan dengan materi dan kondisi psikologi anak didiknya. 2 Materi Pendidikan Sebelum membahas tentang materi terlebih dahulu mengetahui yang namanya ilmu, sedangkan ilmu mengandung arti kejelasan akan suatu hal, kejelasan itulah yang dibutuhkan oleh setiap manusia. Ilmu menurut KH. Hasyim Asy’ari identik bernuansa fardu a’in yang bermaterikan pelajaran agama Islam. Adapun materi-materi tersebut adalah materi yang mengkaji tentang zat dan sifat-sifat Allah, kemudian ilmu fiqih, mengkaji tentang ibadah, mengenal syarat dan rukun, mengenal halal haram, baik yang menyangkut tingkah laku secara umum atau menyangkut muamalah. Sementara materi-materi yang pertama dikaji menurutnya adalah yang lebih penting dan materi-materi yang bisa mendekatkan diri pada Allah, materi kajiannya mengupas tafsir Al- Qur’an, hadist, kitab-kitab fiqih madhab, nahwu, shorof, dan materi yang membahas tentang tasawuf. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 3 Evaluasi Pendidikan Menurut KH. Hasyim Asy’ari, evaluasi merupakan salah satu proses yang dibutuhkan dalam pembelajaran, menurut beliau dalam pembelajaran terdapat prinsip untuk mengetahui sejuah mana pelajaran bisa dipahami oleh peserta didiknya. a Terus Menerus Evaluasi seperti ini bisa dilihat pada waktu mengajar pelajaran, dengan cara mengulang-ulang pelajaran terlebih saat ada peserta didik yang terlambat datang dan ada kejadian yang perlu dicatat. b Menyeluruh Artinya seluruh segi perkembangan yang patut dibina harus dievaluasi, antara lain: 1 Hafalan 2 Belajar hingga tengah malam 3 Memperhatikan kesehatan 4 Menggunakan waktu sebaik-baiknya dalam belajar 5 Tawadlu’ 6 Zuhud c Ikhlas Menurut KH. Hasyim Asy;ari, menjelaskan pentingnya sifat ini dalam proses belajar mengajar. Terlebih oleh seorang guru atau digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id pendidik, beliau menjelaskan keikhlasan seorang pendidik mutlak dibutuhkan dalam mengajar, sebab pandangannya menuntut ilmu sama seperti dengan agama. Agar tercapainya tujuan pendidikan yang efesien dan efektif. 4 Lingkungan Pendidikan Seperti yang sudah dijelaskan oleh KH. Hasyim Asy’ari bahwa diantara tujuan pendidikan akhlak yang ditawarkannya adalah mengetahui ajaran agama secara ilmiyah dan alamiyah, serta menghidupkan syariat agama Islam. Hal ini menunjukkan bahwa manusia sebagai makhluk sosial, sehingga mereka membutuhkan bantuan orang lain untuk berproses. Adapun lingkungan yang dimaksud adalah sekolah dalam hal ini adalah pondok pesantren, dan pergaulan dengan teman. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 87

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN PENDIDIKAN AKHLAK PRESPEKTIF

PARA AHLI DAN KH. HASYIM ASY’ARI DALAM KITAB ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALLIM

A. Persamaan Konsep Pendidikan Akhlak Prespektif Para Ahli dengan KH.

Hasyim Asy’ari 1. Seringkali kita mendengar pernyataan yang menjelaskan bahwa perilaku, termasuk akhlak merupakan bawaan yang tak dapat diubah. Namun bagi ibn miskawaih bahwasanya akhlak itu bisa berubah melalui pembiasaan dan latihan atau pendidikan sejak kecil. Hal ini senada dengan pendapat tokoh- tokoh lain yang juga membahas tentang pendidikan akhlak seperti Zakiah Daradjat yang menyatakan bahwa akhlak merupakan kelakuan yang timbul dari hasil perpaduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan, dan kebiasaan yang menyatu, membentuk sesuatu tindakan akhlak yang dihayati dalam kehidupan keseharian. Dari kelakuan itulah terlahir moral yang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang jahat, mana yang bermanfaat dan mana yang tidak berguna. 44 2. Tentang tujuan pendidikan akhlak, menurut prespektif KH. Hasyim Asy’ari bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah ketercapain insan yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah, mengetahui ajaran agama secara ilmiyah dan alamiyah, hal yang demikian dimaksudkan agar ilmu yang dimiliki 44 Zakiah Daradjat, Pendidikan Islam Dalam Keluarga dan Sekolah, h. 10. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id bermanfaat sebagai bekal untuk kehidupan di akhirat kelak. Mengingat begitu pentingnya, maka syariat mewajibkan untuk menuntutnya dengan kompensasi pahala yang besar yaitu surga. Sedangkan menurut para ahli yang diambil oleh penulis yaitu Prof. Dr. H. Abudin Nata, M.A., DR. Zakiah Daradjat dan Ibn Miskawaih, mereka mengartikan bahwa tujuan pendidikan akhlak adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan yang sempurna. Artinya pendidikan yang ingin dicapai bersifat menyeluruh, bukan hanya berupa kesempurnaaan jasmani tapi juga rohani. Akhlak bertujuan untuk memberikan pedoman atau penerangan bagi manusia dalam mengetahui perbuatan yang baik atau yang buruk. 3. Metode pendidikan akhlak. Diantara metode yang digunakan beliau adalah metode keteladanan, di mana seorang anak didik hendaknya meniru pengalaman dan pengetahuan orang lain. Khususnya seorang guru yang sudah memberikan bimbingan dan arahan agar anak didiknya bisa mencapai apa yang dicita-dicitakan. 4. Menurut beliau guru pada umumnya adalah mereka yang memiliki berbagai persyaratan, anatara lain bisa dipercaya, pandai, dicintai, sejarah hidup yg jelas, dan tdk tercemar di masyarakat. Disamping itu beliau menambahkan digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id supaya guru menjadi cermin atau panutan dan bahkan harus lebih mulia dari orang yg dididiknya. 5. Pendidik atau guru. Menurut prespektif KH. Hasyim Asy’ari, seorang pendidik atau guru perlu memiliki kemampuan dalam mengembangkan metode dan memberi motivasi serta latihan-latihan yang bersifat membantu murid-muridnya memahami pelajaran. Guru haruslah membiasakan dirinya menulis, mengarang dan meringkas. Dan juga memperhatikan penampilan baik dalam keramahtamahan maupun berpakaian. 6. Peserta didik atau pelajar. Dalam hal ini peserta didik yaitu orang yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara fisik dan psikologis sebagai makhluk Allah dan kholifah-Nya di bumi makhluk sosial yang dianugrahi potensi untuk dikembangkan sesuai dengan fitrahnya. Hal tersebut menjadikan peserta didik harus memperhatikan tanggung jawabnya sebagai seorang penuntut ilmu.

B. Perbedaan Konsep Pendidikan Akhlak Prespektif Para Ahli dengan KH.

Hasyim Asy’ari 1. Materi pendidikan akhlak secarara garis besar menurut prespektif KH. Hasyim Asy’ari, membagi materi pendidikan akhlak menjadi dua jenis yaitu : Pertama, akhlak kepada Allah, guru dan murid dalam prosesi belajar mengajar diniatkan kepada Allah, menyerahkan semua urusan kepada Allah, dan sabar dengan segala kondisi dirinya. Kedua, akhlak kepada sesama digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id manusia, paling tidak terhadap teman sesamanya harus saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Sedangkan menurut Ibn Miskawaih, beliau membagi materi pendidikan akhlak menjadi tiga jenis yaitu, hal-hal yang wajib bagi kebutuhan tubuh, hal-hal yang wajib bagi jiwa pembahasan tentang akidah yang benar atau mengesakan Allah dan hal-hal yang wajib bagi hubungan manusia dengan manusia. 2. Metode pendidikan. Dalam hal ini antara KH. Hasyim Asy’ari dan Ibn Miskawaih sama-sama menggunakan metode keteladanan, yang membedakan adalah jika KH. Hasyim Asy’ari menggunakan metode hafalan yang kemudian dikembangkan secara inovatif dengan mengkolaborasikan medote menulis dan mentaskhih pelajaran kemudian dihafal secara berulang-ulang. Tujuannnya agar pelajaran yang telah dihafalkan oleh peserta didik akan senantiasa terjaga dan sulit untuk hilang. Sedangakan menurut Ibn Miskawaih yang membedakannya adalah beliau menggunakan metode ancaman, hukuman dan pujian. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id 91

C. Konsep Pendidikan Akhlak

NO Aspek KH. Hasyim Asy’ari Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A DR. Zakiah Daradjat Ibn Miskawaih 1. Tujuan Pendidikan Akhlak Ketercapain insan yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah, mengetahui ajaran agama secara ilmiyah dan alamiyah, hal yang demikian dimaksudkan agar ilmu yang dimiliki bermanfaat sebagai bekal untuk kehidupan di akhirat kelak. Mengingat begitu pentingnya, maka syariat mewajibkan untuk menuntutnya dengan kompensasi pahala yang besar yaitu surga. Mengandung keinginan untuk mewujudkan manusia yang sempurna insan kamil yang di dalamnya memiliki wawasan kafah agar mampu menjalankan tugas-tugas kehambaan, kekhalifaan dan pewaris Nabi. Agar manusia bisa menjadi insan kamil, artinya manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar dan normal karena takwanya kepada Allah SWT. Terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara spontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan dan kebahagiaan yang sejati dan sempurna. 2. Pendidik atau Guru Seorang pendidik atau guru perlu memiliki kemampuan dalam mengembangkan metode dan memberi motivasi serta latihan- Tenaga profesional yang diserahi tugas dan tanggung jawab untuk menumbuhkan, membina, mengembangkan bakat, minat, kecerdasan, akhlak, Pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung Meluruskan anak didik melalui ilmu rasional untuk memandu mereka menuju kebahagiaan