Judul Skripsi : PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB “ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALIM” KARYA K.H HASYIM ASY’ARI - Test Repository

PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB

  “ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALIM” KARYA K.H HASYIM ASY’ARI S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

  Disusun oleh Fitriyanti Wahyuni 111 13 088 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 201

  

7

  

DEKLARASI

  Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

  Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

  Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.

  Salatiga, 24 Juli 2017 Penulis

  Fitriyanti Wahyuni 111 13 088

  Mufiq, S. Ag., M. Phil. Dosen IAIN Salatiga

  Nota Pembimbing Lamp : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi

  Saudari : Fitriyanti Wahyuni Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga di Salatiga

  Assalamu'alaikum. Wr. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : Fitriyanti Wahyuni NIM : 111 13 088 Fakultas / Progdi : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan Agama

  Islam (PAI) Judul : PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB

  “ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALIM” KARYA K.H HASYIM ASY’ARI

  Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.

  Wassalamu'alaikum, Wr, Wb.

  Salatiga, 24 Juli 2017 Pembimbing ufiq, S. Ag., M. Phil.

  NIP.19690617 199603 1 004

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

   INSTITUT AGAMNA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK) Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tel. (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website :

  _______________________________________________________________________________

SKRIPSI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB

  “ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALIM” KARYA K.H HASYIM ASY’ARI

  Disusun oleh:

FITRIYANTI WAHYUNI NIM: 111 13 088

  Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 29 Agustus 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Imam Mas Arum, M.Pd.

  Sekretaris Penguji : Mufiq, S,Ag., M.Phil. Penguji I : Siti Rukhayati, M.Ag. Penguji II : Drs. Ahmad Sultoni, M.Pd.

  Salatiga, 29 Agustus 2017 Dekan Fakultas Tarbiyah dan

  Ilmu Keguruan (FTIK) Suwardi, M.Pd.

  NIP. 19670121 199903 1 002

  

MOTTO

  “Sebaik-baik kamu yaitu yang paling baik keadaan akhlakny “Dunia itu adalah sebagai satu hiasan, dan sebaik-baik hiasan dunia itu adalah wanita yang baik

  (Shalihah)” PERSEMBAHAN

  

“Sebagai Ungkapan Rasa Syukurku dan tanda Bakti Kepada Kedua

Orang Tuaku”

Tugas Akhir ini saya persembahkan kepada

Pertama

  

Kedua orang tuaku tercinta Ibundaku “Wasiyah” dan Ayahandaku

“Mujiran” yang senantiasa membimbing, mendorong, mendukung dengan

penuh kesabaran, keikhlasan, kegigihan dan tidak henti-hentinya

mendo’akan anak-anaknya supaya menjadi orang yang sholih, solihah

bermanfaat bagi Agama, Nusa dan Bangsa Amin Yaa Robbal alamiin

Taklupa kepada Adik-adiku tercinta dan yangku sayang Ahmmad

Sayfullah dan Syamsul Arifin Ke-dua

Kiyai saya KH. Abdul Rosyyid al-Hamid, Alm KH. Zumri RWS, Ibu

Nyai Hj Siti Basiro, Ibu Nyai Hj Latifah Guru-guruku, Ustad ustazah

Pondok pesantren Sabilull Huda, dan Pondok pesantren Al-Falah yang

selalu mendo’akan dan memberi nasehat-nasehatnya yang sangat

bermanfaat untuk saya Ke-tiga

Penyemangatku Kang Mas Muhammad Zubaidi yang selalu

mendo’akan, memberi semangat, memberi nasehat-nasehatnya dan

teman-temanku seperjuangan di pondok Al-Falah angkatan 2013 (mb Risa

Rosiana, mb Novita Intan) yang ikut serta memberi dorongan, semangat

dan do’anya dalam menyelesaikan tugas akhir ini Ke-empat

Yang terakhir Almamaterku FTIK (Fakultas tarbiyah dan ilmu

keguruan) S1 Pendidikan Agama Islam Institut Agama Islam Negri

(IAIN) Salatiga

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke jalan kebenaran dan keadilan.

  Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini adalah DALAM

  “PENDIDIKAN KARAKTER KITAB “ADABUL ‘ALIM WAL K.H HASYIM ASYARI MUTA’ALIM” KARYA ” . Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah memberikan dukungan moril maupun materi. Dengan penuh kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1.

  Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  3. Bapak Mufiq, S.Ag., M.Phil., selaku Dosen Pembimbing yang telah berkenan secara ikhlas dan sabar meluangakan waktu serta mencurahkan pikiran dan tenaganya memberi bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna sejak awal proses penyusunan dan penulisan hingga terselesaikannya skripsi ini.

  4. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Kajur Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga.

  5. Ibu Maslikhah, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik.

  6. Seluruh anggota tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk menilai kelayakan dan menguji skripsi dalam rangka menyelesaikan studi Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN Salatiga).

  ABSTRAK

  Wahyuni, Fitriyanti. 2017. Pendidikan Karakter

  Dalam Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim Karya K.H.Hasyim Asy’ari. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan

  Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Mufiq, S.Ag, M. Phil.

  Kata Kunci: P

  endidikan Karakter menurut K.H Hasyim Asy’ari Penelitian ini membahas tentang pendidikan karakter menurut K.H

  Hasyim Asy’ari. Fokus Penelitian yang akan dikaji adalah: 1. Bagaimana pendidikan karakter Perspektif K.H Hasyim Asy’ari; 2. Bagaimana relevansi Pendidikan Karakter Perspektif K.H Hasyim Asy’ari dalam konteks kekinian.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan library research yaitu suatu penelitian kepustakaan murni. Dengan demikian pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode dokumentasi yang mencari data mengenai hal-hal atau variabel-variabel yang berupa catatan seperti buku- buku, majalah, dokumen, artikel, perkataan-perkataan, notulen harian, catatan rapat dan sebagainya. Penulis menggunakan teknik analisis dekduktif induktif dengan cara menemukan pola, tema tertentu dan mencarihubungan yang logis antara pemikiran tersebut. Kemudian mengklasifikasikan pemikiran sang tokoh sehingga dapat dirumuskan dalam pendidikan karakter yang sesuai. Langkah terakhir yaitu merumuskan hasil penelitian yang dilakukan penulis.

  Hasil penelitian bahwa pendidikan karakter dalam k itab Adabul ‘Alim Wal K.H

  Muta’alim karya Hasyim Asy’ari bisa dilihat dalam integritas/ integral terbukti sesuai dengan kondisi sekarang ini. Pemikiran-pemikiran K.H Hasyim Asy’ari yang telah dituangkan dalam kitabnya yang tidak terlepas dari praktek pendidikan yang dialaminya. Seperti ketika hendak membaca atau hendak menulis buku atau kitab beliau selalu bersuci dan mengawalinya dengan membaca basmalah. Kebiasaan beliau pada saat itu masih terlaksana pada saat ini seperti, sebelum memulai pembelajaran setiap sekolah membuka pembelajaran dengan membaca do’a, membaca surat-surat pendek dan membaca asmaul husna. Pendidikan karakter dilakukan dengan cara memasukkan pelajaran PKN, Akidah Ahlak dan sebagainya. Pendidikan karakter ini dinyatakan dalam publikasi pusat kurikulum yang berfungsi mengembangkan potensi dasar Agama, memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikultural, meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif. Agar tercapainya generasi bangsa Indonesia yang berakhlakul karimah yang menjadikan generasi masa depan unggul, inovatif, kreatif, mandiri sesuai dengan kemajuan zaman.

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN BERLOGO .......................................................................... ii HALAMAN DEKLARASI ....................................................................... iii PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................. iv HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................ v HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vi MOTTO..................................................................................................... vii PERSEMBAHAN ..................................................................................... viii KATA PENGANTAR .............................................................................. x ABSTRAK ................................................................................................ xiii DAFTAR ISI ........ ................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvii

  BAB I PENDAHULUAN A.

  1 Latar Belakang Masalah ................................................

  B.

  5 Fokus Masalah ..............................................................

  C.

  5 Tujuan Penelitian ..........................................................

  D.

  6 Kegunaan Penelitian .....................................................

  E.

  7 Metode Penelitian .........................................................

  1. Library Research................................................... 7 2.

  Teknik Analisis Data........................................... 7 F.

  8 Telaah Pustaka ..............................................................

  G.

  10 Sistematika Penulisan ...................................................

  BAB II BIOGRAFI K. H HASYIM ASY’ARI A. Riwayat Hidup K.H Hasyim Asy’ari ............................ 13 B. Pendidikan K.H Hasyim Asy’ari ................................... 18 C. Mendirikan Pesantren Tebuireng....................... ............ 24 D. Pemikiran K.H Hasyim Asy’ari Dalam Bidang Pendidikan............................................. 31 E. Nasehat-Nasehat K.H Hasyim Asy’ari........................... 37 1. Tentang Pendidikan................................................ 37 2. Tentang Akhlaq...................................................... 40 3. Tentang Kesuksesan Murid.................................... 42 F. Karya- Karya K.H Hasyim Asy’ari.................................... 44 BAB III PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB

“ADABUL ‘ALIM WAL MUTA’ALIM” KARYA

K.H HASYIM ASY’ARI

  A.

  Pendidikan Karakter Secara Umum................................. 47 B. Pandangan K.H Hasyim Asy’ari tentang

  Pendidikan Karakter........................................................ 56 1.

  Etika yang harus dimiliki oleh pelajar terhadap dirinya sendiri............................................ 60

  2. Etika pelajar terhadap gurunya................................. 61 3.

  Etika pelajar dalam proses pembelajaran dan apa yang harus dilakukan di hadapan guru serta tujuan belajar........................................................... 62 4. Etika alim (guru)untuk dirinya sendiri..................... 63 5. Etika seorang guru terhadap pelajarannya............... 65 6. Etika seorang alim terhadap para muridnya............. 66

  7. Etika terhadap kitab................................................. 66

  BAB IV RELEVANSI PEMIKIRAN PENDIDIKAN KARAKTER K.H HASYIM ASY’ARI A. Relevansi Pemikiran....................................................... 73 B. Tujuan Pendidikan Karakter........................................... 81 C. Nilai-Nilai Karakter........................................................ 83 D. Pentingnya Pendidikan Karakter.................................... 84 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...................................................................... 86 B. Saran................................................................................ 89 DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era informasi dan pengetahuan yang ditandai oleh penempatan

  teknologi informasi dan pengetahuan intelektual sebagai modal utama dalam berbagai bidang kehidupan, teryata, di sisi lain memberikan dampak negatif terhadap pertumbuhan karakter bangsa. Semakin hari degradasi moral, sikap dan perilaku semakin terasa di berbagai kalangan masyarakat.

  Ada kecenderungan bahwa watak atau karakter anggota masyarakat Indonesia mengalami kemunduran.

  Degradasi moral ditandai oleh mundurnya sikap santun, ramah, serta jiwa kebhinnekaan, kebersamaan, dan kegotongroyongan dalam masyarakat Indonesia. Di samping itu, perilaku anarkisme dan ketidak jujuran marak di kalangan peserta didik, termasuk mahasiswa. Di sisi lain banyak terjadi penyalahgunaan wewenang oleh para pejabat negara sehingga korupsi semakin merajalela di hampir semua instansi pemerintah.

  Perilaku seperti itu menunjukkan bahwa bangsa ini telah terbelit oleh rendahnya moral, akhlak, atau karakter (Zuchdi, 2011:2).

  Rendahnya karakter bangsa ini menjadikan perhatian semua pihak. Kepedulian pada karakter telah dirumuskan pada fungsi dan tujuan pendidikan bagi masa depan bangsa ini. Pasal 3 Undang-Undang Nomer

  20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan.

  Suatu bangsa pasti tidak ingin menjadi bangsa yang tertinggal atau terbelakang. Berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk kemajuan bangsanaya. Guna untuk menghadapi kecanggihan teknologi dan komunikasi yang terus berkembang, perbaikan sumber daya manusi yang cerdas, terampil, mandiri, dan berakhlak mulia (Wiyani, 2013:20).

  Tidak ada yang menyangkal bahwa karakter merupakan aspek yang penting untuk kesuksesan manusia dimasa depan. Karakter yang kuat akan membentuk mental yang kuat. Sedangkan mental yang kuat akan melahirkan sepirit yang kuat, pantang menyerah, berani mengarungi proses yang panjang, serta menerjang arus badai yang bergelombang dan berbahaya. Karakter yang kuat merupakan prasyarat untuk menjadi seorang pemenang dalam medan kompetisi.

  Pentingnya karakter yang kuat. Jika karakter bangsa ini lemah maka bangsa Indonesia dijadikan budak negara-negara maju yang pandai dalam bidang pengetahuan dan teknologi, mampu membuat trobosan progresif di segala bidang. Negara ini akan semakin tertindas di dalam dan luar Negeri, menjadi buruh di negara sendiri, yang akhirnya dijajah sumber daya alam dan manusianya secara eksploitatif dan tidak manusiawi.

  Pendidikan karakter dapat dijadikan tolak ukur bagi kemajuan dan kualitas kehidupan suatu bangsa. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemajuan bangsa atau negara dapat dicapai dengan salah satunya melalui pembaharuan serta penataan pendidikan yang baik. Jadi, kedudukan pendidikan karakter mempunyai peran penting dalam menciptakan masyarakat yang cerdas, pandai, berjiwa demokritis serta berkarakter mulia.

  Dasar hukum pendidikan karakter: 1.

  Undang-Undang Dasar 1945.

  2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

  3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Asmani,2013:41).

  Pendidikan karakter, menurut Ratna Megawangi (2004:95), “Sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktikkannya dalam kehidupan sehari- hari, sehingga mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya”.

  Menurut pandangan di atas pendidikan karakter dapat dipahami bahwa suatu usaha masyarakat untuk membina dirinya menjadi peribadi yang baik serta memiliki ilmu yang luas. Agar mereka mampu menyesuaikan diri dengan cita-cita masyarakat dalam pembangunan bangsa dan negara.

  Dalam referensi Islam, nilai yang sangat terkenal dan melekat yang mencerminkan akhlak atau perilaku yang luar biasa tercermin pada Nabi Muhammad Saw, yaitu: Sidik, Amanah, Fatonah, Tablik. Tentu dipahami bahwa empat nilai ini merupakan esensi, bukan seluruhnya. Karena Nabi Muhammad juga terkenal dengan karakter kesabarannya, ketangguhannya, dan berbagai karakter lain (Permana, dkk, 2011: 11).

  Pada dasarnya pendidikan karakter dimulai dari hal yang terkecil dalam mewujudkannya. Melalui bimbingan akhlak sebagai modal utama.

  Sebagaimana yang telah difirmankan oleh Allah dalam surat An-Nahl Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran

  

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya

Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari

jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat

petunjuk”(Q.S An-Nahl 125).

  Nabi Muhammad diutus kebumi oleh Allah SWT untuk menyempurnakan ahlak. Beliau berkata: Dari Abu Dzar Jundub bin Junadah dan Ab u Abdurrahman Mu’adzib bin Jabal ra., keduanya berkata, Rosulullah saw. Bersabda:

  

“Bertakwalah kamu kepada Allah dimanapun kamu berada. Iringilah

kesalahanmu dengan berbuat baik, niscaya kebaikan itu menghapusnya.

Dan pergaulilah manusia dengan akhlak terpuji”(H.R Tirmidzi).

  Ketakwaan kepada Allah SWT dapat menjadi penghalang antara kita dengan siksa Allah SWT, ini dilakukan dengan jalan melaksanakan perintahnya dan menjauhi semua larangannya. Allah SWT menyuruh segenap manusia untuk menyembah-Nya semata dan tidak menyekutukan- Nya.

  Hasyim Asy’ari adalah salah satu tokoh atau pemikir Islam klasik di Indonesia membawa pemikiran tentang kemajuan. Merekalah yang disebut kaum pembaharu yang telah dinantikan. Tujuannya tidak hanya menentang pengaruh barat dari segi sosial dan budaya tetapi juga menghimbau agar mereka kembali pada dasar-dasar pokok Islam melalui pendidikan karakter. Sebagaimana pendidikan karakter dalam k itab “Adabul ‘Alim Wal Muta’Alim” karya K.H Hasyim Asyari. Perjalanan pendidikan harus melalui peroses yang pada akhirnya akan bermuara pada tumbuhnya kreatifitas dan inovasi. Berdasarkn dari berbagai realitas seperti yang telah dijabarkan di atas, penulis ingin melakukan penelitian mengenai pendidikan karakter dengan judul

  “Pendidikan Karakter Dalam Kitab “Adabul ‘Alim Wal Muta’Alim” Karya K.H Hasyim Asy’ari”.

B. Fokus Masalah

  Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka dalam penelitian ini fokus masalahnya sebagai berikut:

1. Bagaimana Pendidikan Karakter Dalam Kitab “Adabul ‘Alim Wal

  Muta’Alim” Karya K.H Hasyim Asyari? 2. Bagaimana relevansi Pendidikan Karakter Dalam Kitab “Adabul ‘Alim

  Wal Muta’Alim” Karya K.H Hasyim Asyari dalam konteks kekinian? C.

   Tujuan penelitian

  Dengan adanya fokus masalah di atas penelitian yang berjudul “Pendidikan Karakter Dalam Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’Alim Karya K.H Hasyim Asyari” maka tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut:

  1. Untuk mengetahui Pendidikan Karakter Dalam Kitab “Adabul ‘Alim Wal Muta’Alim” Karya K.H Hasyim Asyari.

  2. Untuk mengetahui relevansi Pendidikan Karakter Dalam Kitab “Adabul ‘Alim Wal Muta’Alim” Karya K.H Hasyim Asyari dalam konteks kekinian.

D. Kegunaan Penelitian

  Dalam penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat baik secara teoritik maupun praktik.

  1. Teoritik dalam arti: Sebagai salah satu sumbangan pemikiran untuk pengembangan ilmu pengetahuan pendidikan Indonesia secara umum dan khususnya dalam bidang pendidikan Islam.

  2. Secara praktis dalam arti: Memberikan informasi ulang kepada praktisi tentang pendidikan karakter Dalam Kitab “Adabul ‘Alim Wal Muta’Alim” Karya K.H Hasyim Asyari.

  a.

  Untuk dijadikan sebagai rujukan dalam pelaksanaan pendidikan Karakter di sekolah.

  b.

  Untuk dijadikan bahan penyusunan kurikulum pendidikan Islam yang berkarakter.

E. Metode Penelitian

  Jenis penelitian ini adalah studi perspektif tokoh. Dalam penelitian ini tokoh yang dijadikan sentral studi adalah K.H Hasyim Asyari. Penelitian ini termasuk penelitian literatur yang berfokus pada referensi buku. Penelitian literatur lebih difokuskan kepada setudi kepustakaan. Adapun pengertian metode dalam penelitian ini adalah suatu cara untuk memperoleh bahan-bahan penopang dalam penelitian. Dalam penulisan skripsi penulis menggunakan metode:

  1. Library Research Untuk memperoleh data yang valid dalam penelitian ini, penulis menggunakan library research yaitu penelitian perpustakaan, dengan metode ini peneliti mengambil langkah-langkah sebagai berikut: a.

  Mengumpulkan buku yang ada relevansinya dengan kajian permasalahan.

  b.

  Mengidentifikasikan semua permasalahan yang berkaitan dengan penelitian.

  c.

  Menarik suatu kesimpulan sebagai hasil kesimpulan suatu penelitian tentang pokok permasalahan (Komaruddin, 1988:145).

  2. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan penulis dalam penulisan skripsi ini adalah: a.

  Deduktif Metode deduktif adalah metode berfikir dari pengetahuan yang bersifat umum dan bertitik tolak dari pengetahuan itu kita hendak menilai suatu kejadian yang khusus (Sutrisno Hadi, 1981:42). Dengan cara mengumpulkan data dalam permasalahan umum kemudian mengerucut pada peroses pengambilan kesimpulan yang bersifat khusus.

  b.

  Induktif Metode induktif adalah metode berfikir yang berangkat dari fakta- fakta peristiwa khusus yang bersifat umum (Sutrisno Hadi, 1981:42).

  Metode ini digunakan untuk membahas tentang sejumlah data pendidikan karakter dalam k itab “Adabul ‘Alim Wal Muta’Alim” karya K.H Hasyim Asyari.

F. Telaah Pustaka K.H Hasyim Asyari ini merupakan pendiri (NU) Nahdlatul Ulama.

  Kepemimpinanya sangatlah penting didalam tubuh Nahdlatul Ulama tidak hanya itu beliau sosok yang dikenal aktif dalam menggulirkan gagasannya tentang gerakan pendidikan maupun dakwah sekaligus entrepreneur yang cukup sukses. Di ranah pendidikan K.H Hasyim Asyari terkenal sebagai seorang yang tenang, sabar dan tidak keburu nafsu. Ia selalu menghadapi segala persoalan dengan dada yang lapang, tidak terseret perasaan. Itulah sebabnya, ia mampu memecahkan masalah-masalah yang berat dalam situasai yang sulit, dengan hasil yang tepat dan memuaskan (Santoso, 2007:19). Sistem pendidikan yang dibangun yang berorentasi pada pendidikan ala santri deangan menggunakan sistem pendidikan klasikal.

  Adapun buku yang telah terbit mengenai beliau diantaranya: 1. Ditulis oleh Zaenuri Siroj dan Nur Hadi, dengan judul “Adabul ‘Alim Wal Muta’allim”. Ditetbitkan oleh CV Megah Jaya pada tahun 2009.

  2. Ditulis oleh Ai-Madyuni, dengan judul “Sang Kiai Tiga Generasi”.

  Diterbitkan oleh Pustaka Al-Khumul pada tahun 2013.

  3. Ditulis oleh Mukani, dengan judul “Biografi dan Nasehat Hadratussyaikh KH.M. Hasyim Asy’ari”. Diterbitkan oleh Pustaka Tebuireng pada tahun 2015.

  4. Ditulis oleh Masyamsul Huda, dengan judul “Guru Sejati K.H Hasyim Asyari pendiri pesantren Tebu Ireng yang mengakhiri era kejayaan Kebo Ireng dan Kebo Kecak”. Diterbitkan oleh Tim Pustaka Inspirasi pada tahun 2014.

  5. Ditulis oleh M. Sanusi, dengan judul “Kebiasaan-Kebiasaan Inspiratif K.H Hasyim Asyari”. Diterbitkan oleh DIVA Press (Anggota IKAPI) pada tahun 2013 di Jogjakarta.

  6. Ditulis oleh Fuad Jabali and Ismatu Ropi, dengan judul “Hasyim Asyari Religious Thought and Political Activities” (1871-1947).

  Diterbitkan oleh Logos Wacana Ilmu pada tahun 2000 Jakarta Selatan.

  7. Ditulis oleh Santoso, dengan judul “Manusia di panggung sejarah pemikiran dan gerakan tokoh- tokoh Islam”. Diterbitkan oleh SEGAR ARSY pada tahun 2007 di Bandung.

  8. Ditulis oleh Muhammad Mojlum Kham, dengan judul “100 Muslim Paling Berpengaruh Sepanjang Sejarah

  ”. Diterbitkan oleh PT Mizan Publika pada tahun 2012 Jagjakarta-Jakarta Selatan.

  9. Ditulis oleh Mahfudz, dengan judul “BIOGRAFI 5 RAIS’AM NU”.

  Diterbitkan oleh PUSTAKA PELAJAR pada tahun 1995 di Yogyakarta.

  10. Ditulis oleh Muhamad Sobari, dengan judul “NU DAN K

  EINDONESIAAN”. Diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 2010 Jakarta.

  11. Ditulis oleh KH. Abdurrahman Navis, Muhammad Idrus Ramli dan Faris Khoirul Anam, dengan judul “Risalah Ahlussunnah Wal- Jama’ah”. Diterbitkan oleh Kalista pada tahun 2012 Jawa Timur (surabaya).

  Dari beberapa sumber di atas, sejumlah pengamatan penulis masih ada kekurangan yang membahas tentang pendidikan karakter perspektif K.H Hasyim Asyari. Harapan penulis pemikiran yang akan disampaikan ini dapat melengkapi informasi yang ada sebelumnya dan menambah wacana.

G. Sistematika Penulisan Skripsi

  Dalam penyusunan skripsi, secara menyeluruh terdapat lima Bab untuk membahas Pendidikan Karakter Dalam Kitab “Adabul ‘Alim Wal

  Muta’Alim” Karya KH. Hasyim Asyari. Sistem penulisan skripsi untuk mempermudah jalan pikiran dalam memahami secara keseluruhan isi skripsi. Sistematika penulisan disusun sebagai berikut:

  BAB I: Pendahuluan. Dalam bab ini penulis menjabarkan mengenai pokok permasalahan yang terdiri: Latar Belakang Masalah, Fokus Masalah, Tujuan Penelitian, Telaah Pustaka, dan Sistematika Penulisan Skripsi.

  BAB II: Biografi K.H. Hasyim Asyari. Dalam bab ini memuat beberapa pembahasan seperti halnya tentang, Riwayat Hidup, Setting Sosial Politik, Karya-karya K.H Hasyim Asyari.

  BAB III: Pendidikan Karakter Dalam Kitab “Adabul ‘Alim Wal Muta’Alim” Karya K.H Hasyim Asyari. Dalam bab ini penulis memaparkan pemikiran beliau yang merupakan inti dari skripsi ini. Maka penulis mencoba memberikan penjelasan mengenai pengertian pendidikan karakter, tujuan pendidikan karakter, dan dasar pendidikan karakter.

  BAB IV: Pembahasan. Dalam bab ini penulis menelaah pendidikan karakter K.H Hasyim Asyari secara analisis. Selanjutnya dicari relevansinya dengan konteks kekinian dan implikasinya dalam pendidikan karakter di Indonesia.

  BAB V: Penutup. Dalam bab ini berisi tentang kesimpulan, saran- saran dan penutup.

BAB II BIOGRAFI K.H HASYIM ASY’ARI Hasyim A

  sy’ari merupakan orang yang istimewa di setiap langkahnya sangat disegani oleh masyarakat. Beliau adalah tokoh pejuang yang tidak kenal menyerah. Seorang pemimpin yang telah menuntun menjadi seorang yang kritis terhadap dunia pendidikan. Dari hasil pemikiran ini menghasilkan berbagai gagasan tentang pembaharuan yang meliputi masalah politik, sosial, budaya dan pendidikan. Tak hanya itu, beliau dikenal sebagai pejuang pendidik sejati yang membawa pembaharuan dalam kebudayaan Indonesia (Santoso,2007:36-37).

  Beliau juga sebagai pengajar, ilmu agama yang dibawa beliau sangat mempengaruhi para peserta didik. Hasyim Asy’ari juga sangat disegani masyarakat luas karena kesederhanaannya, beliau tidak segan bergaul pada masyarakat awam, tetangga, orang-orang yang lebih tua, golongan priyayi, tokoh-tokoh agama. Beliau juga tidak segan untuk tukar pendapat. Dalam bergaul beliau tidak memandang derajat apapun. Termasuk orang-orang yang sudah mempunyai jabatan tinggi dipemerintahan. Kesederhanaan hidupnya membuat beliau mempunyai teman-teman yang semisi dan sevisi dalam dunia pendidikan. Pergerakan beliau pun mempunyai hasil yang cukup baik dalam perputaran roda pemerintahan. Segala rintangan dan halangan tak mengurangi usaha untuk mengatasi tanpa memperhatikan betapa beratnya. Sampai akhirnya beliau pun bisa mengatasinya. Organisasi yang didirikan beliau mempunyai tanggapan positif di masyarakat (Sanusi,2013:264-266).

  Untuk mengetahui keseluruhan tentang K.H. Hasyim Asy’ari penulis mengajak pembaca untuk membahas bersama mengenai beliau:

A. Riwayat Hidup K.H Hasyim Asy’ari

  K.H. M. Hasyim Asy’ari lahir di Gedang, Jombang, Jawa Timur, hari selasa keliwon, Dzulhijah 1287 H, bertepatan dengan 14 Februari 1871 M (Madyuni,2013:2).

  K.H Hasyim Asy’ari lahir dari pasangan kyai Asy’ari dan Nyai Halimah. Nama lengkap kyai Hasyim adalah Muhammad Hasyim bin Asy’ari bin ‘Abdul Wahid bin ‘Abdul Halim (Pangeran Benowo) bin ‘Abdurrahman (Jojo Tingkir atau Mas Karebet atau Sultan Hadiwijaya) bin ‘Abdullah bin ‘Abdul Aziz bin ‘Abdul Fattah bin Maulana Ishaq bin Ainul Yaqin, yang lebih populer sunan Giri (Mukani,2015:4).

  K.

  H Hasyim Asy’ari adalah ketiga dari 11 bersaudara. Ayahnya bernama Kyai Asy’ari pemimpin pesantren keras Jombang, dari jalur ayah nasab Kyai Hasyim bersambung kepada Maulana Ishak. Hingga Imam Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Bakir. Sedangkan Ibunya bernama Nyai Halimah, putri kyai Usman pendiri dan pengasuh pesantren Gedung Jawa Timur. Kyai Usman juga merupakan seorang pemimpin Thariqah ternama pada akhir abad ke- 19 M. Dari garis ibu, kiyai Hasyim merupakan keturunan ke delapan dari Jaka Tingkir (Sultan Panjang) (Mukani,2015:6). Silsilah Nasab yaitu: menurut silsilah melalui sunan Giri (Raden Ainul Yaqin) K.H Hasyim Asy’ari memiliki garis keturunan sampai dengan Rasulullah dengan urutan sebagai berikut: 1.

  Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin) 2. Abdurrohman / Jaka Tingkir (Sultan Panjang) 3. Abdul Halim (Pangeran Benowo) 4. Abdurrohman (Pangeran Samhud Bagda) 5. Abdul Halim 6. Abdul Wahid 7. Abu Sarwan 8. K.H Asy’ari (Jombang) 9. K.H Hasyim Asy’ari (Jombang) (Madyuni,2013:2-3).

  Menurut catatan Sa’adah Ba Alawi Hadramaud, silsilah dari Sunan Giri (Raden Ainul Yaqin) merupakan keturunan Rasulullah sebagai berikut:

1. Husain bin Ali 2.

  Ali Zainal Abidin 3. Muhammad al-Baqir 4. Ja’far ash-Sadiq 5. Ali al-Uraidh 6. Muhammad an- Naqib 7.

  Isa ar-Rumi 8. Ahmad al-Muhajir

9. Ubaidullah 10.

  Alwi Awwal 11.

  Muhammad Sahibus Saumiah 12. Alwi ats-Tsani 13. Ali Khali’ Qasam 14. Muhammad Shahib Mirbath 15. Alwi Ammi Al-Faqih 16. Abdul Malik (Ahmad Khan) 17. Abdullah (al-Azhamat) Khan 18. Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan) 19. Jamaluddin Akbar al Husaini (Maulana Akbar) 20. Maulana Ishaq 21. Dan ‘Ainul Yaqin (Sunan Giri) (Madyuni,2013:3).

  Semasa kecil, K.H Hasyim Asyari sudah memperlihatkan tanda-tanda keulamaanya. Terdidik dan besar dari keluarga ulama yang tinggal di pesantren, membuat Hasyim Asy’ari kecil tidak canggung memerankan sosok kyai, yang kelak menjadi poros ketokohannya.

  Tanda- tanda keulamaan Hasyim Asy’ari tidak hanya terlihat saat dia berkelana dari pesantren satu ke pesantren lainnya, tetapi sudah terlihat saat beliau berusia sangat muda, usia 13 tahun. Bahkan tanda-tanda keulamaannya sudah terlihat saat beliau masih dalam kandungan ibunya, Nyai Halimah (Sanusi,2013:172).

  Menurut Ishom Hadzik (2000) dalam K.H H

  asyim Asy’ari: Figur

Ulamak dan Pejung Sejati, Nyai Halimah dikenal sebagai wanita yang taat

  beribadah. Beliau berpuasa selama tiga tahun berturut-turut. Puasa pertama diniatkan untuk dirinya sendiri, puasa tahun kedua diniatkan untuk anak dan cucunya, puasa tahun ketiga diniatkan untuk santrinya agar mereka senantiasa dilindungi Allah Swt. dan sukses dalam menjalani hidup (Sanusi,2013:172-173).

  Saat mengandung Nyai Halimah bermimpi pada suatu malam, bulan jatuh dari langit dan hinggap di kandungannya. Tentu saja, mimpi tersebut merupakan sebuah pertanda yang sangat baik, bahwa anak yang akan dilahirkan merupakan sosok yang istimewa di kemudian hari mempunyai kecerdasan, talenta, dan bimbingan dari Allah Swt. Hasyim Asy’ari berada dalam kandungan ibunya kurang lebih 14 bulan(Sanusi:2013,172-173).

  Keyakinan terhadap keistimewaan Hasyim Asy’ari terbukti dikemudian hari. Tidak perlu menunggu dewasa, pada usia 13 tahun.

  Hasyim sudah menunjukkan talentanya. Di usia ketika anak-anak lainnya masih senang bermain, Hasyim sudah terbiasa mengajar murit-muritnya, menggantikan , ayahnya, K.H Asy’ari.

  Saat itu, Ayahnya adalah pendiri sekaligus pengasuh pondok pesantren keras. Pesantren ini terletak di Jombang Selatan. Pesantren ini terletak di Desa Keras, maka dinamai pesantren keras. Pesantren ini didirikan pada tahun 1876, yang tanahnya merupakan hibah dari kepala desa setempat (Sanusi,2013:173).

  Di pesantren inilah, Hasyim tumbuh dan berkembang dari kecil hingga dewasa. Pada saat usia sangat belia, Hasyim sudah belajar ilmu- ilmu agama kepada ayahnya.

  Pada usia 13 tahun itulah, Hasyim sudah memperlihatkan kualitasnya sebagai pribadi yang istimewa. Beliau mengajar murid-murid ayahnya dengan keseriusan yang jarang diperlihatkan seorang anak seusia dirinya. Kebiasaan itu dilakukan hingga beliau berumur 15 tahun. Terbukti, ayahnya tidak salah membebani tugas mengajar kepada anak berumur13 tahun karena nantinya anak itu menjadi guru dari semua orang (Santoso,2007:21).

  Baru berumur 21 tahun, beliau dinikahkan dengan dengan Chadidjah, salah satu putri K yai Ya’qub. Tidak lama setelah menikah, Hasyim bersama istrinya berangkat ke Mekah guna menunaikan ibadah haji. Tujuh bulan di sana, Hasyim kembali ke tanah air, sesudah istri dan anaknya meninggal.

  Tahun 1893, beliau berangkat lagi ke tanah suci. Sejak itulah beliau menetap di Mekah selama 7 tahun dan berguru pada Syaikh Ahmad Khatib Minangkabau, Syaikh Mahfudz At-Tarmasi, Syaikh Said Yamani, Syaikh Rahmaullah, Syaikh Sholeh Saqqaf, dan Sayyid Husein Al Habsyi. Tahun 1899 pulang ke tanah air, Hasyim mengajar di pesantren milik kakeknya, Kyai Usman (Mahfudz,1995:3).

B. Pendidikan K.H Hasyim Asy’ari

  Sejak anak- anak kemauan keras dalam diri Hasyim Asy’ari untuk selalu belajar telah membentuk kebesaran namanya. Hal ini ditunjukkan dengan pola pengasuhan dari lingkungan keluarga yang sangat kental dengan nuansa pesantren. Sampai dengan umur 5 tahun (Mukani,2015:9).

  Beliau tumbuh dan dididik dengan baik oleh orang tuanya, yaitu dengan mengajarkan Al- Qur’an dan berbagai buku agama hingga beliau mencapai kedewasaannya. K.H Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai Utsman yang juga Pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang (Siroj dan Hadi,2009:1).

  Saat masih dalam masa pendidikan kakek dan ayah, Hasyim Asy’ari banyak belajar tentang dasar-dasar ushuluddin, fiqih, tafsir, hadits bahasa arab dan sebagainya. Bakat kepemimpinan dan kecerdasan Hasyim memang sudah nampak. Di antara teman sepermainannya, ia kerap tampil sebagai pemimpin. Dalam usia 13 tahun, ia sudah membantu ayahnya mengajar santri-santri yang lebih besar, lebih senior ketimbang dirinya.

  Dengan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, tepatnya pada tahun 1876. Usia 15 tahun, beliau berkelana meninggalkan kedua orang tuanya untuk

  “thalabul ‘ilmi” di beberapa pondok pesantren yang terkenal,

  dengan keterbatasan fasilitas pada masa beliau. Termasuk harus jalan kaki hingga sampai di Pesantren Wonorejo, Jombang. Mula-mula beliau menjadi santri di pondok pesantren Sona dan Siwalan (keduanya berada dikota Sidoarjo), pondok Langitan Tuban, kemudian pindah ke pondok

  Bangkalan Madura di mana Shibul Karomah Syekh Khalil (yang dipercaya Wali Allah), kemudian beliau melakukan perjalanan ke Kota Mekah dan sekitarnya. Kemudian, beliau bermukim beberapa tahun dan belajar kepada ulama’ terkenal setempat. Beliau belajar ilmu agama kepada Syekh Muhammad Nawawi al-Bantany, Syekh Khatib al- Minangkabawi, dan Syeh Syu’aib bin Abdurrohman. Saat menuntut ilmu, menurut Ahmad Muhibbin Zuhri, Hasyim menerapkan filosofi Jawa yaitu:

  

luru ilmu kanti lelaku dan santri kelana. Kedua filosofi itu

  menggambarkan bahwa mencari ilmu harus mengutamakan proses yang dijalani, bukan mengfokuskan diri kepada hasil yang diperoleh. Jika proses mencari ilmu dilalui dengan mematuhi rambu-rambu (laku-laku) tertentu, maka ilmu yang diperoleh akan memiliki nilai lebih (barokah) dan manfaat (Mukani,2015:9).

  Beliau belajar berbagai ilmu agama yaitu; masalah Kutub al-Hadis al- Nabawiy beliau berguru kep ada Sayyid ‘Abbas al-Maliky al-Hsaniy dan untuk ulum al- syar’iyyah, adab dan sosial beliau berguru kepada Syekh Muhammad Mahfudz bin abdulloh al-Tirmasiy. Has yim Asy’ari memang berpindah-pindah dalam menuntut ilmu karena beliau mencari ilmu yang dicari secara khash dari pesantren yang didatangi. Kondisi ini, menurut Zamakhsyari Dhofier, disebabkan masing-masing pesantren memang memiliki ciri khas dalam pelajaran ilmu agama yang diberikan. Dari semua itulah, beliau dapat banyak pengetahuan, baik berupa ma’qul maupun manqul (Mukadi,2015:11).

  Hasyim Asy’ari pindah ke Pesantren Wonokoyo di Probolinggo selama tiga tahun kemudian meneruskan rihlah ilmiyah ke Pesantren Langitan di Tuban. Kemudian pindah lagi ke Pesantren Tenggilis di Surabaya kemudian meneruskan perjalanan ke Pesantren Kademangan Bangkalan Madura. Saat itu pesantren diasuh syaikhona Kholil bin Abdul Latif.

  Dari tokoh ini Hasyim Asyari menimba ilmu selama tiga tahun tentang fiqih, akhlaq, tata bahasa dan tata Arab. Saikhona Khalil berperan besar saat pendirinan NU, karena Hasyim memohon restu terlebih dulu dari tokoh ini. Syaikhona Khalil dianggap sebagai waliyulloh dan mahaguru para kyai di pulau jawa dan madura. Meski demikian syaikhona Kholill tidak sungkan berguru ke Hasyim Asyari pada bidang hadis di Pesantren Tebuireng.

  Di pesantren ini, Hasyim Asyari tinggal selama tiga tahun. Segala ilmu yang diperoleh Hasyim Asy’ari teryata belum memuaskan hasrat ingin tahu yang kemudian mendorong dirinya untuk melajutkan rihlah

  

ilmiyahnya Kembali. Pada tahun 1891, Hasyim lalu balik ke pulau jawa,

  tepatnya ke Pesantren Siwalan Panji di Buduran Sidoarjo yang diasuh oleh K yai Ya’qub (Mukani,2015:12).

  Di Pesantren Panji, Hasyim lebih banyak menggunakan waktu untuk memperdalam pengetahuan yang dimiliki di bidang fiqih, tafsir, hadits, tauhid dan sastra Arab selama tiga tahun. Ketekunan dan kecerdasan yang dimiliki Hasyim diamati secara seksama oleh Kyai Y a’qub. Kelebihan dalam hal ini yang mendorong K yai Ya’qub berkehendak untuk menjadikan Hasyim Asyari sebagai calon menantu. Dinikahkan dengan putrinya bernama Khadijah (Madyuni,2013:4-5).

  Setelah menikah, satu tahun berikutnya Hasyim bersama istri dan mertua berangkat ke Mekah untuk melaksanakan ibadah haji, Hasyim menetap di Mekah. Belum genap tujuh bulan di Mekkah, istri Hasyim Asy’ari wafat setelah melahirkan putra pertama, Abdullah.

  Belum hilang kesedihan ditinggal Khadijah, bayi pertama Hasyim bernama Abdullah ikut meninggal dunia dalam usia 40 hari. Dua peristiwa ini mengganggu konsentrasi Hasyim dalam menimba ilmu di Mekkah. Lalu K yai Ya’qub mengajak pulang terlebih dahulu ke Indonesia untuk beberapa waktu guna menenangkan pikiran (Mukani,2015:7).

  Dikarenakan semangat menimba ilmu masih sangat tinggi dalam dirinya , pada tahun 1893 Hasyim Asy’ari berangkat kembali bersama adiknya, Anis. Hasyim kembali ke Mekkah untuk menimba ilmu setelah dinasehati K yai Ya’qub. Kemungkinan besar, menurut Ahmad Muhibbin Zuhri, anjuran guru sekaligus mertua didasarkan adat saat itu bahwa seorang ulama belum dikatakkan cukup ilmunya jika belum mengaji di Mekkah selama bertahun-tahun.

  Pada keberangkatan kedua ini, Hasyim Asy’ari lebih lama menetap di Mekkah karena selalu teringat pesan dan harapan al marhumah Khadijjah.

  Istri pertama ini mengharap agar Hasyim menjadi orang pandai yang mampu memimpin masyarakat. Pada masa ini Hasyim kembali berduka karena harus ditinggal wafat adiknya. Anis ini yang setia menemani dalam menimba ilmu selama di Arab Saudi.

  Hari-hari Hasyim Asy’ari lebih banyak dimanfaatkan untuk mengaji beberapa ilmu yang diajarkan oleh para ahlinya di Makkah. Di samping juga berupaya memperkuat emosi dengan cara memperbanyak wirid dan do’a di Masjid Haram maupun di Gua Hira’ yang berada di atas bukit Jabal Nur. Hasyim selalu membawa buku-buk u bacaan dan Al Qur’an untuk dikaji selama menetap di tempat itu. Ketika hari J um’at pagi, Hasyim turun untuk melaksanakan Shalat Jum’at di kota Mekkah.

  Menurut Zamkhsyar i Dhofier, Hsyim Asy’ari berhasil menela’ah dengan seksama banyak literatur yang valid di bawah bimbingan para

  syaikh di Makkah. Guru-

  guru Hasyim Asy’ari di Arab Saudi sangat banyak.

  Selam 7 tahun Hasyim Asy’ari menetap di Makkah untuk menimba ilmu yang diliputi dengan semangat yang membara. Dengan memiliki prestasi belajar yang menonjol, menurut Zuhairi Misrawi, membuat Hasyim Asy’ari memproleh kepercayaan untuk mengajar di Masjidil Haram.

  Beberapa ulama terkenal dari berbagai negara pernah belajar kepada Hasyim Asy’ari. Di antaranya adalah Syaikh Sa’dullah al-Maymani seorang mufti di Bombai di India, Syaikh Umar Hamdan yang ahli hadits di Mekkah, al-Syihab Ahmad bin Abdullah dari Syiria, KH. Abdul Wahab Hasbullah Tambak beras, KH. R.Asnawi Kudus, KH. Bisyri Syansuri Denanyar, KH.Dahlan Kudus dan KH. Saleh Tayu.