HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MANAJEMEN EMOSI DENGAN PERILAKU SCHOOL REFUSAL PADA REMAJA DI SMP “XY” KOTA BATU

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MANAJEMEN EMOSI

DENGAN PERILAKU SCHOOL REFUSAL PADA REMAJA

DI SMP “XY”

KOTA BATU

SKRIPSI

Oleh:

TIHAR YERDHA PRASTIKA

201010420311041

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2014


(2)

ii

LEMBAR PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MANAJEMEN EMOSI

DENGAN PERILAKU SCHOOL REFUSAL PADA REMAJA

DI SMP “XY” KOTA BATU

SKRIPSI

Disusun Oleh :

TIHAR YERDHA PRASTIKA NIM. 201010420311041

Skripsi Ini Telah Disetujui

Untuk Diujikan Pada Tanggal 1 Februari 2014

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang Mengetahui,

Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

Nurul Aini, S.Kep, Ns, M.Kep. NIP. UMM. 112.0501.0419 Pembimbing I,

Nurul Aini, S.Kep, Ns, M.Kep. NIP. UMM. 112.0501.0419

Pembimbing II,

Sunardi, S.Kep, Ns, M,Kep NIP. UMM. 112.0508.0425


(3)

iii

LEMBAR PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MANAJEMEN EMOSI

DENGAN PERILAKU SCHOOL REFUSAL PADA REMAJA

DI SMP “XY” KOTA BATU

SKRIPSI

Disusun Oleh :

TIHAR YERDHA PRASTIKA NIM. 201010420311041

Diujikan

Tanggal 1 Februari 2014

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang Penguji I,

Nurul Aini, S. Kep., Ns., M. Kep. NIP. UMM. 112.0501.0419

Penguji II,

Sunardi, S. Kep., Ns., M. Kep NIP. UMM. 112.0508.0425 Penguji III,

Ledy Martha A., S. Kep., Ns., M. Kes NIDN. 0725038204

Penguji IV,

Nur Lailatul M., M. NS NIP. UMM. 112.0501.0421

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang

Yoyok Bekti P., M. Kep., Sp. Kom. NIP. UMM. 112.0309.0405


(4)

iv

SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : TIHAR YERDHA PRASTIKA NIM : 201010420311041

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Judul Skripsi : Hubungan antara Kemampuan Manajemen Emosi dengan Perilaku School Refusal Pada Remaja di SMP “XY” Kota Batu

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Malang, 1 Februari 2014 Yang Membuat Pernyataan

Tihar Yerdha Prastika NIM. 201010420311041


(5)

v

MOTTO

Dream, Pray, and Action!.

Bermimpi!.

Berdo’a!.

Lakukan!.


(6)

vi

LEMBAR PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmanirrohim

Dengan Rahmat Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Dengan ini saya persembahkan skripsi ini untuk

Kedua orang tua saya,

Mama yang selalu mendo’akan saya,

memberi restu terhadap apa yang saya lakukan, selalu mengingatkan saya untuk selalu beribadah,

berdo’a dalam segala hal, belajar dengan sungguh-sungguh,

dan selalu memberi support baik mental maupun materi. Ayah yang selalu menguatkan,

selalu memberi arahan untuk masa depan,

selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk menjadi pribadi yang kuat, tahan banting, tidak gampang mengeluh,

selalu menerima tantangan, dan selalu memberi support baik mental maupun materi.

Tanpa beliau berdua apa daya saya sebagai seorang anak yang terlahir di dunia ini. Apa yang saya berikan kepada orang tua saat ini mungkin tidak sebanding dengan

apa yang telah diberikan oleh orang tua saya kepada saya selama ini. Adik saya,

Fitra Nanda Hardika yang selalu memberi saya semangat ketika melihat dia, memberi semangat dengan melihat pancaran matanya yang seakan berkata “Mas,

pasti bisa!”. Semoga kerja keras yang selama ini saya lakukan bisa di contoh oleh adik. Semangat Fitra my brother. You can do it!.

Keluarga besar saya,

Alm. Mbah Jum, Mbah Kung, Mbah Uti, Mbah Mah, Alm. Mbah Min, Alm. Pakde Bari, Pakde Man, Bude har, Mas Rizky, Pakde San,

Bude Indah, Mas Dimas, Mbak Rossa, Paklek Agus, Bulek Ari, Huda, Arga, Pak Musa, Buk As, Mega, Nanda, Paklek Edi, Bulek Ndari, Iqbal, Icank, Pak Ji, Buk Yah, Mbak Aris, Indra, Pak No, Bulek Sus, Prisma, Anggun, Pak Sanap, Bulek Sus,

Dikri dan adiknya,

Paklek Agus, Bulek Lilik, Dian, Bagas, Paklek Kariono, Bulek Wiwik, Tika, Annas, Om Setyo, Bulek Ida, dan Arya yang sudah memberi semangat, do’a restu kepada

saya sehingga saya bisa menyelesaikan kuliah saya dan mendapat gelar Sarjana Keperawatan dan semoga ilmu yang saya dapat ini dapat bermanfaat untuk

orang-orang disekitar saya. Aaaaammmmmiiiiinnnnn.


(7)

vii

Dosen pembimbing skripsi,

Ibu Nurul Aini, S. Kep., Ns., M. Kep dan

Bapak Sunardi, S. Kep., Ns., M. Kep yang selalu memberi motivasi dan arahan dalam proses mengerjakan skripsi, selalu bersedia memberi bimbingan kepada saya

dalam menyelesaikan tugas skripsi. Semoga apa yang Bapak/Ibu berikan kepada saya dibalas dengan balasan yang setimpal, balasan yang baik oleh Allah SWT.

Terima kasih.

Aaaaaammmmmmiiiiiiiinnnnnnnnnn.

Dosen wali saya Bu Anis Khilya Lailia, S. Kep., Ns., Dosen Fikes UMM yang tiada henti dalam memberikan ilmunya kepada saya untuk bekal masa depan saya nantinya, dan semoga ilmu yang Bapak/Ibu Dosen berikan dapat bermanfaat

untuk orang-orang disekitar saya. Terima kasih. Aaaaaaaaaaaaaaammmmmmmmmmmmiiiiiinnnnnn.

Meliyana Indah Permatasari, terima kasih supportnya selama ini, terima kasih

do’anya selama ini, terima kasih atas segalanya. Mungkin kalau ada kata lebih dari

terima kasih itu yang akan ku ucapkan buat kamu.

Dowek Darma Putra, terima kasih Bro, kamu memang teman yang paling tulus yang pernah aku kenal selama ini, kamu tidak mempermasalahkan latar belakangku seperti apa, tidak mempermasalahkan aku ini seperti apa dulunya,

kamu tidak mempermasalahkan aku ini seperti apa, kamu yang selalu support ketika ku terpuruk, teman sharing dalam segala hal, dan selalu berfikir untuk masa

depan. Terima kasih Bro Wek. Takkan ku lupakan seorang Dowek. Teman-teman PSIK 2010 A,

Catur Priyo Yuwono, Anggi Mahendra Kusuma Putra, Isma Choiriyah, Christine Wido Retno, Sony Andrianto, Sri Agustina Rahmadyanti, Ari Nugroho,

Nur Dewi Masyitoh, Alfian Hari Gunawan, Doni Wariatman, Imam Syafi’ih, Thoriq Aziz, Rika Angrayny, Citra Shintia Devi, Nurjani Sumirah Mewar,

Muhammad Amirullah, Arwin Rahman Hakim, Yanuar Refangga Aria, Aspina Purbasari, Meylanda Dini Anggara, Novietri Shofiani, Siti Khotimah, Wenny Rusyanti, Ade Isnaini Umar, Dapit Riau Malaka, Diah Mega Pramesti, Mulyani Septia Rini, Cindy Lailya Saputri, Mike Gita Rahayu, Saudah, Siti Alfiah,

Rezky Yuliani Ismaniah, Yulianti Ummurah, Yhummei Veronia Frasia, Dessy Marliyana, Mentari Lazuardi Islamiah, Kamariah, Emy Harianti Akbar, Farida Nirmala, Atma Triyaningsih, Namira Hidayat. Saya mengucapkan banyak

terima kasih kepada teman-teman semua yang sudah member support dan saya senang bisa bertemu dan kenal dengan teman-teman semua yang luar biasa.

Keluarga Pondok Alam Sunan Muria 3 blok c no. 6,

Mas Bobi, Bos Besar, Om Bembi, Bung Sukron, Bos Anas, Bos A’ang, Bos Tian, Bos Zhiro, Bos Simad, Mas Aden, Mas Shofa, Ikal, Mas Ucil, Bang Edo. Terima

kasih atas semangatnya selama ini.


(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan bimbingan-Nya saya dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul “Kemampuan antara Manajemen Emosi dengan Perilaku School Refusal Pada Remaja di SMP “XY” Kota Batu”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana keperawatan (S.Kep) pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini dapat terselesaikan berkat bantuan, arahan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada yang terhormat:

1. Yoyok Bekti P., M.Kep, Sp.Kom, selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah.

2. Nurul Aini, S.Kep. Ns. M. Kep, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang dan selaku Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

3. Sunardi, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi ini.

4. Kedua orang tua yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan moril dan materil bagi terselesaikanya skripsi ini.

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan yang telah memberikan ilmunya. 6. Drs. H. M. Ismail AW selaku Kepala SMP Islam Kota Batu yang telah memberi izin


(9)

ix

7. Teman-teman PSIK A 2010 dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis hanya mampu berdoa semoga amal kebaikannya mendapat imbalan dan diterima sebagai ibadah oleh Allah SWT. Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

Malang, Februari 2014


(10)

x

Correlation Management Capability of Emotions

With School Refusal Behavior to Teenagers

at Junior High School “XY”

Batu City

Tihar Yerdha Prastika1, Nurul Aini, S.Kep., Ns., M.Kep. 2,

Sunardi, S.Kep, Ns, M.Kep 3

ABSTRACT

Background: School refusal behavior is the loss of all consistency or rejection of adolescent students to go to school based on the emotional immaturity of teenagers. The behaviour of the adolescent students have school refusal can be seen of his behavior at school, such absences are constantly present in the school, but returned home before the hour lesson, present at school but shows unexpected behavior, and suggests physical complaints and other complaints (beyond physical). The behavior of this refusal to the school if not immediately treated, it will have an impact on the lives of poor academics, personal (psychological), and social. Therefore, in order to prevent and address the problem of school refusal by management capabilities of emotions that can suppress the occurrence of behaviors school refusal to be high, with how to recognize emotions, managing emotions, motivating oneself, recognizing emotions in others, and establishing relationships with others.

Research Method: The research design used in this research is descriptive research with korelasional and the type of Cross Sectional research conducted in some populations were observed at the same time and at the same time at the teen's school refusal behavior which has. This research was conducted on January 16-20, 2014 at Junior High School “XY” Batu City. The subject of research is the teenage students grades 7 and 8 that have behaviors school refusal (n = 47) taken with Purposive sampling method. Data analysis was Chi-Square test.

Result: Based on the results of the analysis of Chi-Square test with obtained values of probability (Sigs.) < 0,05 i.e 0,027 dan χ² count (7,238) > χ² table (5,991), so it can be concluded that Ho is rejected and H1 is accepted. Seen from the contingency coefficient has a value of 0,365 Which is under 0,5, the correlation between the two variables is weak. Conclusion: Management capability emotions relating to school refusal behavior to teenagers at Junior High School “XY” Batu City.

Keyword: Teenagers, Management Capability, and School Refusal Behavior.

1. Student of Nursing Science Program, Faculty of Health Sciences, Muhammadiyah University of Malang.

2. Lecture of Nursing Science Program, Faculty of Health Sciences, Muhammadiyah University of Malang.

3. Lecture of Nursing Science Program, Faculty of Health Sciences, Muhammadiyah University of Malang.


(11)

xi

Hubungan antara Kemampuan Manajemen Emosi

Dengan Perilaku School Refusal pada Remaja

di SMP “XY” Kota Batu

Tihar Yerdha Prastika1, Nurul Aini, S.Kep., Ns., M.Kep. 2, Sunardi, S.Kep, Ns, M.Kep 3

INTISARI

Latar Belakang : Perilaku school refusal merupakan hilangnya semua konsistensi atau penolakan dari siswa remaja untuk pergi ke sekolah yang didasari oleh ketidakmatangan emosional para remaja. Tingkah laku siswa remaja yang mengalami school refusal dapat dilihat dari perilakunya di sekolah , seperti absen terus-menerus, hadir di sekolah tetapi pulang sebelum jam pelajaran usai, hadir di sekolah tetapi menunjukkan perilaku yang tidak diharapkan, dan mengemukakan keluhan fisik dan keluhan lain (di luar fisik). Perilaku school refusal ini jika tidak segera ditangani maka akan berdampak buruk pada kehidupan akademik, personal (kejiwaan), maupun sosial. Oleh karena itu, untuk mencegah dan mengatasi masalah school refusal salah satunya dengan kemampuan manajemen emosi yang dapat menekan terjadinya perilaku school refusal menjadi tinggi, dengan cara mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain, dan menjalin hubungan dengan orang lain.

Metode Penelitian : Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan Cross Sectional yang dilakukan pada beberapa sampel yang diamati pada waktu yang sama dan dalam satu waktu pada remaja yang memiliki perilaku school refusal. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16-20 Januari 2014

di SMP “XY” Kota Batu. Subjek penelitian adalah siswa remaja kelas 7 dan 8 yang memiliki perilaku school refusal (n=47) diambil dengan metode Purposive sampling. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi-Square.

Hasil : Berdasarkan hasil analisa uji Chi-Square dengan didapat nilai probabilitas (Sig.)

sebesar < 0,05 yaitu 0,027 dan χ² hitung (7,238) > χ² tabel (5,991), maka dengan demikian dapat diartikan Ho ditolak dan Hi diterima. Dilihat dari koefisien kontingensi yang mempunyai nilai sebesar 0,365 yang berada di bawah 0,5 maka hubungan antara kedua variabel adalah lemah.

Kesimpulan : Kemampuan manajemen emosi berhubungan dengan perilaku school refusal

pada remaja di SMP “XY” Kota Batu.

Kata Kunci : Remaja, Kemampuan Manajemen Emosi, dan Perilaku School Refusal.

1. Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Dosen Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Malang.


(12)

xii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan ... ii

Lembar pengesahan ... iii

Surat Peryataan Keaslian Tulisan ... iv

Motto ... v

Lembar Persembahan ... vi

Kata Pengantar ... viii

Abstract ... x

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xv

Daftar Gambar ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 TujuanPenelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti... 6

1.4.2 Manfaat Bagi Remaja ... 7

1.4.3 Manfaat Bagi Institusi ... 7

1.4.4 Manfaat Bagi Instansi Kesehatan dan Dinas Pendidikan ... 7

1.4.5 Manfaat Bagi Keperawatan ... 7

1.5 Keaslian Penelitian ... 7

1.6 Batasan Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10

2.1 Konsep Remaja ... 10

2.1.1 Definisi Remaja ... 10

2.1.2 Karakteristik Remaja ... 11

2.1.3 Ciri-ciri Umum Masa Remaja ... 12

2.1.4 Proses Perkembangan dan Perubahan pada Masa Remaja ... 14

2.1.5 Tujuan Perkembangan Masa Remaja ... 18

2.2 Perilaku School Refusal ... 19

2.2.1 Definisi Perilaku School Refusal ... 19

2.2.2 Karakteristik Perilaku School Refusal ... 21

2.2.3 Faktor-faktor Penyebab Perilaku School Refusal ... 22

2.2.4 Tingkatan Perilaku School Refusal ... 23

2.2.5 Penanganan Perilaku School Refusal ... 24

2.3 Konsep Emosi... 25

2.3.1 Definisi Emosi ... 25

2.3.2 Kategori Emosi ... 26


(13)

xiii

2.3.4 Pengaruh Emosi Terhadap Perilaku dan Perubahan Fisik

Individu ... 27

2.4 Kemampuan Manajemen Emosi ... 29

2.4.1 Definisi Kemampuan Manajemen Emosi ... 30

2.4.2 Aspek Dasar Pengembangan Kemampuan Manajemen Emosi ... 30

2.4.3 Ciri-ciri Individu yang Memiliki Kemampuan Manajemen Emosi ... 33

2.4.4 Tahapan Pencapaian Kemampuan Manajemen Emosi ... 33

2.5 Hubungan Kemampuan Manajemen Emosi dengan Perilaku School Refusalpada Remaja ... 37

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 41

3.1 Kerangka Konsep ... 41

3.2 Hipotesis Penelitian ... 43

BAB IV METODE PENELITIAN ... 44

4.1 Desain Penelitian ... 44

4.2 Kerangka Penelitian ... 44

4.3 Populasi, Teknik Sampling, dan Sampel ... 46

4.3.1 Populasi ... 46

4.3.2 Sampling ... 46

4.3.3 Sampel ... 46

4.4 Variabel Penelitian ... 47

4.5 Definisi Operasional ... 47

4.6 Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

4.7 Instrumen Penelitian, Uji Validitas, dan Uji Reliabilitas ... 48

4.7.1 Instrumen Penelitian ... 48

4.7.2 Uji Validitas ... 50

4.7.3 Uji Reliabilitas ... 51

4.8 Prosedur Pengumpulan Data dan Analisa Data ... 52

4.8.1 Pengumpulan Data ... 52

4.9 Analisa Data ... 54

4.9.1 Analisa Univariat ... 54

4.9.2 Analisa Bivariat ... 54

4.10 Etika Penelitian ... 55

BAB V HASIL PENELITIAN DAN ANALISA DATA ... 57

5.1 Hasil Penelitian ... 57

5.1.1 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 58

5.1.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelas ... 58

5.1.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia ... 59

5.1.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kemampuan Manajemen Emosi ... 59

5.1.5 Distribusi Responden Berdasarkan Perilaku School Refusal ... 61

5.2 Hasil Analisa Hubungan Kemampuan Manajemen Emosi dengan Perilaku School Refusal pada Remaja di SMP “XY” Kota Batu ... 62


(14)

xiv

BAB VI PEMBAHASAN ... 64

6.1 Gambaran Karakteristik Umum Responden ... 64

6.2 Gambaran Kemampuan Manajemen Emosi Responden ... 65

6.3 Gambaran Perilaku School Refusal Responden ... 68

6.4 Hubungan Kemampuan Manajemen Emosi dengan Perilaku School Refusal pada Remaja ... 72

6.5 Keterbatasan Penelitian ... 75

6.6 Implikasi Keperawatan ... 77

BAB VII PENUTUP ... 79

7.1 Kesimpulan ... 79

7.2 Saran ... 79

Daftar Pustaka ... 82


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Definisi Operasional ... 47

Tabel 4.2 Kisi-kisi Kuesioner Kemampuan Manajemen Emosi ... 49

Tabel 4.3 Kisi-kisi Kuesioner Perilaku School Refusal ... 50

Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas Kuesioner Kemampuan Manajemen Emosi dan Perilaku School Refusal ... 51

Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas Kuesioner Kemampuan Manajemen Emosi danPerilaku School Refusal ... 52

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di SMP “XY” Kota Batu pada Bulan Januari 2014 ... 59

Tabel 5.2 Prosentase Pertanyaan Positif ... 60

Tabel 5.3 Prosentase Pertanyaan Negatif ... 60

Tabel 5.4 Prosentase Perilaku School Refusal ... 61

Tabel 5.5 Hasil AnalisaChi-Square Test Hubungan Kemampuan Manajemen Emosi dengan Perilaku School Refusal pada Remaja di SMP “XY” Kota Batu ... 62

Tabel 5.6 Crosstabulation Kemampuan Manajemen Emosi dengan Perilaku School Refusal ... 63


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka konsep ... 42 Gambar 4.1 Kerangka Penelitian ... 45 Gambar 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di

SMP “XY” Kota Batu pada Bulan Januari 2014 ... 58

Gambar 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Kelas di SMP “XY” Kota

Batu pada Bulan Januari 2014 ... 58 Gambar 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Kemampuan Manajemen Emosi di SMP “XY” Kota Batu pada Bulan Januari 2014 ... 59 Gambar 5.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Perilaku School Refusal di


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Surat Permohonan Studi Pendahuluan dan Penelitian ... 86

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 87

Lampiran 3. Lembar Konsultasi Pembimbing 1 ... 88

Lampiran 4. Lembar Konsultasi Pembimbing 2 ... 89

Lampiran 5. Angket Persetujuan ... 90

Lampiran 6. Lembar Permohonan Izin Menjadi Responden ... 91

Lampiran 7. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 92

Lampiran 8. Kisi-kisi Kuesioner dan Kuesioner Kemampuan Manajemen Emosi ... 93

Lampiran 9. Kisi-kisi Kuesioner dan Kuesioner Perilaku School Refusal ... 96

Lampiran 10. Analisis Validitas Reliabilitas Variabel ... 99

Lampiran 11. Data Hasil Penelitian ... 104

Lampiran 12. Hasil Analisis Uji Chi-Square ... 108

Lampiran 13. Dokumentasi ... 110


(18)

xviii

DAFTAR PUSTAKA

Adisti, Prisna (2010). Personality Plus for Teen. Jogjakarta: Pustaka Grhatama.

Agustiani, Hendrianti (2006). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Remaja. Bandung: Refik Aditama.

Ampuni, Sutarimah., & Andayani, Budi (2007). Memahami Anak dan Remaja Dengan Kasus Mogok Sekolah: Gejala, Penyebab, Struktur Kepribadian, Profil Keluarga, dan Keberhasilan Penanganan. Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada,34 (1), 55-75. Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Charlina, T. Riva (2013). Pengaruh Behavior Modification Terhadap Perubahan Frekuensi Perilaku Seksual pada Remaja di Kota Batu. Malang: PSIK Universitas Muhammadiyah Malang. Chaplin, J.P (2002). Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Chomariah, Nurul (2008). Aku Sudah Gede (Ngobrolin Pubertas Buat Remaja Islam). Solo: Samudera.

Connection, Comunity (2009). School Refusal Coping Study: An Abridged Report of an Investigation for New Responses to Student Who are Often Absent from School with Their Parents Knowlwedge. Queensland: Community Living Association Inc.

Davison, G. C., John, M. N., & Ann, M. K. (2006). Psikologi Abnormal (Edisi ke 9). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Efendi, Ferry & Makhfudli (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Elkind, D. (2005). Formal Education and Early Childhood Education An Essential Difference. Phi Delta Kappan.

Erikson, E. H. (2003). Childhood and Society (edisi II). New York: W.W. Norton & Co.

Gohm, C. L., & Clore, G. L. (2002). Four Latents Trait of Emotional Eperience and Their Involvment in Well-being, Coping and Attributional style. Cognition and Emotion, 16 (4) 495-518

Goleman, D. (2002). Healing Emotions (Penyembuhan Emosi). Batam: Interaksara. Handerson, Crhristine (2005). Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta: EGC.


(19)

xix

Hurlock, B. (2000). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga.

Hidayat, A Aziz Alimul (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Jahja, Yudrik (2011). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana.

Kearney, Christoper A., Chapman, Gillian., & Cook, L. Caitlin (2005). School Refusal Behavior in Young Children. International Journal of Behavioral Consultation and Therapy, 1 (3), 216-222.

Kearney, Christoper A., Chapman, Gillian., & Cook, L. Caitlin (2005). Moving From Assesment To Treatment Of School Refusal Behavior In Youth. International Journal of Behavioral Consultation and Therapy, 1 (1), 46-51.

Kearney, Christopher A., & Albano, Anne Marie (2007). When Children Refuse School. First Edition. New York : Oxford Press, Inc.

Kearney, Christoper A (2007). Forms and Function of School Refusal Behavior in Youth: an Empirical Analysis of Absenteeism Severity. Journal of Child Psychology and Psychiatry, 48 (1), 53-61.

Kearney, Christoper A (2007). Addressing School Refusal Behavior: Suggestion for Frontline Professionals. Journal of Child and School, 27 (4), 207-216.

Lanner, R. M. (2009). Adolescent Development A Life Span Perspectif. Toronto: McGraw Hill. Book Company.

Manurung, Nazwa (2012). School Refusal pada Anak Sekolah Dasar. Jurnal Psikologi Undip, 11 (1), 83-92.

Martin, Anthony Dio (2003). Emotional Quality Management. Jakarta: Arga.

Musbikin, Imam (2012). Mengatasi Anak Mogok Sekolah+Malas Belajar. Jogjakarta: Laksana Nurita, Meta (2012). Hubungan Antara Kecerdasa Emosional (EQ) dengan Kinerja Perawat pada

Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan. Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Nursalam (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan/Nursalam. Jakarta: Salemba Medika

Nuryadin, Rusmin (2013). Pengaruh Kecerdasan Emosi dan Stres Terhadap Prestasi Belajar Mahasiswa Jurusan Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Mulawarman,Jurnal Skripsi, 1-12.


(20)

xx

Piaget, Jean (2010). Psikologi Anak: The Psikologi of the Child. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pina, Armando A., Zerr, Argego A., Gonzales, Nancy A., & Ortiz Claudio D. (2009).

Psychosocial Interventions for School Refusal Behavior in Chilren and Adolescents, Journal Compilation © 2009, Society for Research in Child Development. Arizona State University and The Pensylvania State University, 3 (1), 11-20.

Plante, W. A. (2007). The Role of Parenting: Anxiety, Somatic Symptoms and School Refusal in Children and Adolescent. The Brown University Child and Adolescent Behavior Letter, 23 (12), 1-6.

Purwanto (2011). Statistic untuk Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Riduwan (2009). Dasar-Dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.

Safaria, Triantoro & Saputra, Norfans Eka (2012). Manajemen Emosi. Jakarta: Erlangga. Santrock, John W (2003). Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta : Salemba Humanika. ______________ (2011). Masa Perkembangan Anak. Jakarta : Salemba Humanika. ______________ (2007). Remaja. Edisi kesebelas Jilid 1. Jakarta : Erlangga. ______________ (2007). Remaja. Edisi kesebelas Jilid 2. Jakarta : Erlangga.

Saputro, Wahyu (2011). Hubungan Kecerdasan Emosional Remaja Terhadap Tindakan Kenakalan Remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak (LPA) Kota Blitar dan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 1 Muhammadiyah Malang. Malang: PSIK Universitas Muhammadiyah Malang.

Saptoto, Ridwan (2010). Hubungan Kecerdasan Emosi dengan Kemampuan Coping Adaptif. Jurnal Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 37 (1), 13-22.

Sarwono, Sarlito W (2004). Psikologi Remaja. Jakarta: Rajawali Pres.

Shapiro, F. (2001). Eye Movement Desensitization and Reprocessing: Basic Principles, Protocols, and Procedure. 2nd ed. New York: Guilford Press.

Sugiyono (2013). Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suseno, Tutu April A. (2009). EQ Orangtua VS EQ Anak. Orangtua Pintar, Anak pun Pintar. Jogjakarta: Locus.

Wijetunge, G.S. & Lakmini, W. D (2011). School Refusal in Children and Adolescents. Sri Lanka Journal of Child Health, 40 (3), 128-131.

Witts, Benjamin & Houlian, Daniel (2007). Recent Perspectives Concerning School Refusal Behavior. Electronic Journal of Research in Educational Psychology, 5 (2), 381-389.


(21)

xxi

Walick, Chris (2011). Working Through School Refusal.Journal of School District Psychology Departement, 1 (1), 1-4.

Wimmer, Mary (2008). School Refusal: Understanding the Reason That Student Avoid School is the the First Step in Getting Them to Return. Bristol and Woodland: Association of School Psychologists (NASP).

Winarno, Jacinta (2008). Emotional Intelegence Sebagai Salah Satu Faktor Penunjang Prestasi Kerja. Jurnal Manajemen, 8 (1), 12-19.


(22)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang memiliki emosi dan rasa. Tanpa adanya emosi dan rasa maka manusia akan sulit menikmati hidup secara optimal, karena emosi dan rasa merupakan bagian yang tidak bisa terpisahkan dalam kehidupan manusia. Ahli psikologi memandang manusia adalah makhluk yang secara alami memiliki emosi yang berarti keadaan jiwa yang menampakkan diri dengan sesuatu perubahan yang jelas pada tubuh, selain itu juga sebagai cerminan keadaan jiwa yang tampak nyata pada perubahan jasmaninya. Sebagai contoh, ketika seseorang marah maka wajah akan memerah, napasnya cepat, otot-ototnya akan menegang (Safaria & Saputra, 2012). Emosi dapat merubah manusia terutama perubahan perilaku pada manusia. Emosi dapat ditimbulkan oleh situasi tertentu dan cenderung dengan kaitannya perilaku mengarah (approach) atau menyingkir (avoidance) terhadap sesuatu yang dihadapinya (Chaplin, 2002).

Emosi pada prinsipnya menggambarkan perasaan manusia menghadapi berbagai situasi yang berbeda (Martin, 2003). Emosi dikategorikan menjadi dua yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif akan memberi dampak yang menyenangkan dan menenangkan, sedangkan emosi negatif akan memberi dampak yang tidak menyenangkan dan menyusahkan (Gohm & Clore, 2002).

Emosi merupakan suatu keadaan pada diri individu pada suatu waktu tertentu yang diwarnai dengan adanya gradasi efektif mulai dari tingkatan yang lemah sampai pada tingkatan yang kuat (mendalam). Berbagai emosi muncul dalam diri seperti sedih, gembira, kecewa, benci, cinta, marah, dan sebagainya. Emosi pada umumnya


(23)

2

berlangsung dalam waktu yang relatif singkat dan seseorang yang mengalami emosi pada umumnya tidak lagi memperhatikan keadaan sekitarnya. Suatu aktivitas tidak dilakukan oleh seorang dalam keadaan normal (Jahja, 2011).

Perkembangan pada remaja sekarang ini, dengan melihat usia remaja yang relatif muda antara 12 tahun sampai dengan 21 bagi wanita dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria, serta para remaja ini sedang melewati masa transisi dari anak-anak menuju dewasa, hal ini rentan terjadinya emosi yang tidak terkendali dan tidak bisa mengontrol emosi diri (Hurlock, 2000). Masa remaja adalah masa yang paling indah dan selalu ingin hidup bahagia. Masa ini juga disebut dengan masa prime time (masa yang prima), dimana masa remaja adalah masa yang pendek, vitalitas, dan energinya sangat tinggi. Remaja berperan bagaikan anak panah yang siap meluncur, kalau tidak dijaga dan terjaga kualitasnya, maka anak panah akan melenceng dan tidak tepat sasaran. Pada masa remaja, semua aspek kehidupan akan berkembang, seperti

perkembangan fisik, perkembangan seksual, perkembangan psikologis,

perkembangan sosio-emosional, perkembangan kognitif dan moral (Chomariah, 2008). Ketidakmatangan emosi yang dimiliki oleh para remaja ini akan berdampak negatif dan akan melanggar norma-norma yang ada dalam masyarakat. Ketidakmatangan emosi ini juga akan mengganggu dan melanggar norma pendidikan pada para remaja itu sendiri, seperti contoh perilaku school refusal.

Perilaku school refusal yang lebih akrab dikenal dengan aksi penolakan sekolah merupakan masalah kesehatan mental dan masalah dalam bidang pendidikan profesional (Kearney, 2007). Perilaku school refusal merupakan pengalaman yang sangat menegangkan bagi para siswa remaja yang baru pertama kali melakukan hal ini. Sebaliknya, perilaku school refusal menjadi hal yang sudah biasa dan bisa membuat kecanduan bagi sebagian para siswa remaja yang memiliki tingkat keseringan untuk


(24)

3

melakukannya. Perilaku school refusal dipicu karena sebagian dari para siswa remaja tidak bisa menyelesaikan masalah dalam lingkungan sekolahnya dan mencoba menghindar dari masalahnya (Walick, 2011). Perilaku school refusal merupakan hilangnya semua konsistensi atau penolakan dari para siswa remaja untuk pergi ke sekolah yang didasari oleh ketidakmatangan emosional para remaja (Plante, 2007).

Perilaku school refusal ditujukan pada anak usia 5-17 tahun yang sering tidak masuk dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah karena mempunyai beberapa masalah di sekolah karena adanya kecemasan, ketakutan, depresi, dan kemarahan (Pina, et al. 2009). Perilaku school refusal merupakan masalah yang sulit dan bisa menjadi masalah yang besar serta dapat menjadi masalah yang serius jika tidak segera diatasi. Para siswa remaja sering menunjukkan perilaku school refusal ini dengan seringnya siswa remaja tersebut tidak masuk sekolah padahal awalnya berpamitan pergi ke sekolah tetapi dalam kenyataannya siswa remaja ini tidak sampai di sekolah karena menurutnya ada sesuatu hal yang lebih menarik daripada sekolah. Adapula siswa remaja akan pergi ke sekolah setelah dimarahi oleh orang tua dan itu dilakukan secara terpaksa atau bahkan siswa remaja tersebut mempunyai tekanan dan beban tersendiri untuk pergi ke sekolah karena ada masalah dalam lingkungan sekolah yang tidak bisa diselesaikan dan cenderung untuk menghindari permasalahan yang dihadapinya (Kearney & Albano, 2007). Perilaku school refusal juga disebabkan karena para siswa remaja tidak mempunyai motivasi untuk datang ke sekolah. Hal ini menjadi masalah yang sangat sulit diatasi oleh orang tua serta guru di sekolah (Kearney, Chapman & Cook, 2005).

Perilaku school refusal merupakan gambaran para siswa remaja yang sering melakukan aksi penolakan sekolah karena remaja sering mengeluh tentang keadaan lingkungan disekolah dan mempengaruhi diri sendiri, sehingga siswa remaja ini


(25)

4

kehilangan waktu di sekolah untuk belajar dari berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, hingga bertahun-tahun. Perilaku school refusal sangat didasari oleh ketidakmatangan emosional para siswa remaja yang sulit untuk dikendalikan dan remaja tersebut tidak bisa mengelola emosi sendiri (Wimmer, 2008).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMP “XY” Kota Batu, didapatkan informasi bahwa siswa yang memiliki perilaku school refusal memang cukup tinggi. Perilaku school refusal ini diakibatkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah faktor keluarga. Faktor keluarga sangat berperan untuk memicu terjadinya perilaku school refusal pada siswa remaja yang diakibatkan adanya ketidakharmonisan rumah tangga atau terjadinya perceraian orang tua sehingga anak mengalami tekanan atau stressor dan anak malas atau enggan untuk berangkat ke sekolah.

Perilaku school refusal yang dilakukan oleh para siswa remaja ini, akan menimbulkan banyak permasalahan dan dapat merugikan remaja itu sendiri, serta orang-orang disekitarnya. Hal ini merupakan masalah emosional yang ditunjukkan oleh siswa dengan tidak masuk sekolah karena adanya kecemasan yang dialami oleh siswa remaja terhadap lingkungan fisiknya (Manurung, 2012). Siswa remaja ini perlu segera adanya penanganan dan perlakuan khusus untuk mengontrol perilaku school refusal.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Charlina pada bulan Februari 2013 dengan menyebarkan kuisioner pada 191 responden tentang perilaku school refusal pada remaja di 8 SMP kelas 7 dan 8 di SMP “XY” Kota Batu. Hasil penelitian di kelas 7 sebanyak 65,7% mengaku keluar kelas saat guru tidak datang mengajar, sedangkan di kelas 8 sebanyak 73.9% mengaku tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Manurung (2012), menjelaskan bahwa perilaku school refusal jika tidak segera ditangani dan berkepanjangan maka akan berdampak pada prestasi belajar


(26)

5

siswa remaja, seperti menurunnya prestasi akademik di sekolah, terganggunya kehidupan individu maupun sosial pada siswa remaja, serta dampak yang paling buruk adalah siswa remaja bisa dikeluarkan dari sekolah (dropout).

Kemampuan manajemen emosi merupakan salah satu cara untuk menurunkan perilaku school refusal yang dialami oleh para siswa remaja. Tujuan dari manajemen emosi ini adalah menurunkan tingkat psikis dan fisiologis akibat adanya stressor sehingga seseorang menjadi emosi. Individu yang memiliki kemampuan mengelola emosi akan lebih cakap dan bisa menempatkan diri dalam menangani emosi. Suatu penelitian mengatakan, bahwa seseorang yang bisa mengendalikan emosi dengan cerdas akan cenderung dalam kondisi bahagia, lebih percaya diri dan lebih sukses di sekolah (Shapiro, 2001).

Peran perawat komunitas sebagai pelaksana asuhan keperawatan disekolah mempunyai peran untuk mengkaji masalah kesehatan baik fisik maupun mental siswa, mengumpulkan data, analisis data, dan merumuskan prioritas masalah. Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan, peranan perawat kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan dapat dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Dalam fungsinya perawat dapat memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu, memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental serta kesehatan lingkungan (Efendi & Makhfudli, 2009).

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian berkaitan

dengan “Hubungan Kemampuan Manajemen Emosi dengan Perilaku School Refusal


(27)

6

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada

Hubungan antara Kemampuan Manajemen Emosi dengan Perilaku School Refusal pada Remaja di SMP “XY” Kota Batu”.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada dan sudah ditetapkan, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara Kemampuan Manajemen Emosi dengan Perilaku School Refusal pada Remaja di SMP “XY” Kota Batu.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mendeskripsikan gambaran kemampuan manajemen emosi pada siswa remaja di SMP “XY” Kota Batu.

2. Untuk mendeskripsikan gambaran perilaku school refusal yang dilakukan oleh para siswa remaja di SMP “XY” Kota Batu.

3. Untuk menganalisis apakah ada hubungan antara kemampuan manajemen emosi

dengan perilaku school refusal pada siswa remaja di SMP “XY” Kota Batu.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan peneliti, serta menjadi pengalaman berharga untuk peneliti yang kemudian menjadi sumber referensi pada penelitian berikutnya.


(28)

7

1.4.2 Manfaat Bagi Remaja

Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para remaja tentang perilaku-perilaku menyimpang yang dapat merugikan para remaja untuk kedepannya dan alternative solusi yang dapat dilakukan.

1.4.3 Manfaat Bagi Sekolah

Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat untuk pihak sekolah karena akan menjadi bahan acuan untuk pendidikan dan pembinaan bagi para guru-guru dalam mengatasi perilaku school refusal pada siswa remaja.

1.4.4 Manfaat Bagi Instansi Kesehatan dan Dinas Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi instansi kesehatan guna mengetahui masalah kesehatan jiwa/mental pada remaja, serta diharapkan bermanfaat bagi dinas pendidikan untuk mendata dan menangani siswa yang mengalami perilaku school refusal.

1.4.5 Manfaat Bagi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber dan referensi bagi keperawatan komunitas dalam sekolah guna mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan lingkungan.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian Saputro (2011), meneliti tentang Hubungan Kecerdasan Emosional terhadap Tindakan Kenakalan Remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak (LPA) Kota Blitar dan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 1 Muhammadiyah Malang. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputro terletak pada variabel dependen dan variabel independennya. Pada penelitian ini variable dependennya adalah manajemen emosi, sedangkan pada variabel independennya adalah perilaku


(29)

8

school refusal. Selain itu, tujuan penelitan juga berbeda. Tujuan penelitian dari Saputro untuk mengetahui tindakan kenakalan pada remaja. Sama halnya dengan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui kenakalan remaja tetapi lebih spesifik ke perilaku school refusal pada remaja.

Penelitian Wijayanto (2012), meneliti tentang Pengaruh Pengendalian Emosi, Usia, dan Pengalaman Kerja Terhadap Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Pusdik Gasum Porong Sidoarjo. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel independen serta pada tujuannya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wijayanto, variabel independenya adalah kinerja perawat, sedangkan dalam penelitian ini variabel independennya adalah perilaku school refusal. Perbedaan selanjutnya terletak pada tujuan penelitian. Tujuan penelitian Wijayanto adalah untuk mengetahui pengaruh pengendalian emosi dengan kinerja perawat. Sedangkan tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan manajemen emosi dengan perilaku school refusal pada remaja.

Penelitian Zulfianti (2011) meneliti tentang Hubungan antara Kecerdasan Emosi dan Occupational Self-Efficacy dengan Kepuasan Kerja Pada Perawat di RSI Aisyiyah Malang. Jika dibandingkan, penelitian Zulfianti dengan penelitian ini sama-sama mencari sebuah hubungan, tetapi perbedaannya terletak pada variabel dan tujuan penelitian. Dilihat dari variabel independen pada penelitian Zulfianti yang menghubungkan dengan kepuasan kerja tentulah berbeda dengan penelitian ini yang menghubungkan dengan perilaku school refusal. Selain itu, tujuan penelitian Zulfianti untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan kepuasan kerja pada perawat, sedangkan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan manajemen emosi dengan perilaku school refusal pada remaja.


(30)

9

1.6 Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan pada:

1. Remaja adalah masa transisi yang menghubungkan antara masa anak-anak ke masa dewasa dan menjadi masa depan masyarakat (Santrock, 2003).

2. Manajemen emosi yaitu pengendalian emosi untuk menurunkan dan meredakan

emosi akibat stressor yang didapatkan seseorang (Safaria & Saputra, 2012).

3. Perilaku school refusal merupakan hilangnya semua konsistensi atau penolakan dari siswa remaja untuk pergi ke sekolah yang didasari oleh ketidakmatangan emosional remaja (Plante, 2007).

4. Siswa remaja kelas 7 dan kelas 8 SMP (Sekolah Menengah Pertama) di SMP


(1)

kehilangan waktu di sekolah untuk belajar dari berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan, hingga bertahun-tahun. Perilaku school refusal sangat didasari oleh ketidakmatangan emosional para siswa remaja yang sulit untuk dikendalikan dan remaja tersebut tidak bisa mengelola emosi sendiri (Wimmer, 2008).

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK di SMP “XY” Kota Batu, didapatkan informasi bahwa siswa yang memiliki perilaku school refusal memang cukup tinggi. Perilaku school refusal ini diakibatkan oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah faktor keluarga. Faktor keluarga sangat berperan untuk memicu terjadinya perilaku school refusal pada siswa remaja yang diakibatkan adanya ketidakharmonisan rumah tangga atau terjadinya perceraian orang tua sehingga anak mengalami tekanan atau stressor dan anak malas atau enggan untuk berangkat ke sekolah.

Perilaku school refusal yang dilakukan oleh para siswa remaja ini, akan menimbulkan banyak permasalahan dan dapat merugikan remaja itu sendiri, serta orang-orang disekitarnya. Hal ini merupakan masalah emosional yang ditunjukkan oleh siswa dengan tidak masuk sekolah karena adanya kecemasan yang dialami oleh siswa remaja terhadap lingkungan fisiknya (Manurung, 2012). Siswa remaja ini perlu segera adanya penanganan dan perlakuan khusus untuk mengontrol perilaku school refusal.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Charlina pada bulan Februari 2013 dengan menyebarkan kuisioner pada 191 responden tentang perilaku school refusal pada remaja di 8 SMP kelas 7 dan 8 di SMP “XY” Kota Batu. Hasil penelitian di kelas 7 sebanyak 65,7% mengaku keluar kelas saat guru tidak datang mengajar, sedangkan di kelas 8 sebanyak 73.9% mengaku tidak masuk sekolah tanpa keterangan. Manurung (2012), menjelaskan bahwa perilaku school refusal jika tidak segera ditangani dan berkepanjangan maka akan berdampak pada prestasi belajar


(2)

siswa remaja, seperti menurunnya prestasi akademik di sekolah, terganggunya kehidupan individu maupun sosial pada siswa remaja, serta dampak yang paling buruk adalah siswa remaja bisa dikeluarkan dari sekolah (dropout).

Kemampuan manajemen emosi merupakan salah satu cara untuk menurunkan perilaku school refusal yang dialami oleh para siswa remaja. Tujuan dari manajemen emosi ini adalah menurunkan tingkat psikis dan fisiologis akibat adanya stressor sehingga seseorang menjadi emosi. Individu yang memiliki kemampuan mengelola emosi akan lebih cakap dan bisa menempatkan diri dalam menangani emosi. Suatu penelitian mengatakan, bahwa seseorang yang bisa mengendalikan emosi dengan cerdas akan cenderung dalam kondisi bahagia, lebih percaya diri dan lebih sukses di sekolah (Shapiro, 2001).

Peran perawat komunitas sebagai pelaksana asuhan keperawatan disekolah mempunyai peran untuk mengkaji masalah kesehatan baik fisik maupun mental siswa, mengumpulkan data, analisis data, dan merumuskan prioritas masalah. Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan, peranan perawat kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan dapat dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Dalam fungsinya perawat dapat memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu, memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik dan mental serta kesehatan lingkungan (Efendi & Makhfudli, 2009).

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian berkaitan dengan “Hubungan Kemampuan Manajemen Emosi dengan Perilaku School Refusal pada Remaja di SMP “XY” Kota Batu”.


(3)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada Hubungan antara Kemampuan Manajemen Emosi dengan Perilaku School Refusal pada Remaja di SMP “XY” Kota Batu”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Sesuai dengan rumusan masalah yang ada dan sudah ditetapkan, maka tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara Kemampuan Manajemen Emosi dengan Perilaku School Refusal pada Remaja di SMP “XY” Kota Batu.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mendeskripsikan gambaran kemampuan manajemen emosi pada siswa remaja di SMP “XY” Kota Batu.

2. Untuk mendeskripsikan gambaran perilaku school refusal yang dilakukan oleh para siswa remaja di SMP “XY” Kota Batu.

3. Untuk menganalisis apakah ada hubungan antara kemampuan manajemen emosi dengan perilaku school refusal pada siswa remaja di SMP “XY” Kota Batu.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan dan pengetahuan peneliti, serta menjadi pengalaman berharga untuk peneliti yang kemudian menjadi sumber referensi pada penelitian berikutnya.


(4)

1.4.2 Manfaat Bagi Remaja

Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi para remaja tentang perilaku-perilaku menyimpang yang dapat merugikan para remaja untuk kedepannya dan alternative solusi yang dapat dilakukan.

1.4.3 Manfaat Bagi Sekolah

Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat untuk pihak sekolah karena akan menjadi bahan acuan untuk pendidikan dan pembinaan bagi para guru-guru dalam mengatasi perilaku school refusal pada siswa remaja.

1.4.4 Manfaat Bagi Instansi Kesehatan dan Dinas Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi instansi kesehatan guna mengetahui masalah kesehatan jiwa/mental pada remaja, serta diharapkan bermanfaat bagi dinas pendidikan untuk mendata dan menangani siswa yang mengalami perilaku school refusal.

1.4.5 Manfaat Bagi Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber dan referensi bagi keperawatan komunitas dalam sekolah guna mempertahankan dan meningkatkan kesehatan fisik, kesehatan mental, dan kesehatan lingkungan.

1.5 Keaslian Penelitian

Penelitian Saputro (2011), meneliti tentang Hubungan Kecerdasan Emosional terhadap Tindakan Kenakalan Remaja di Lembaga Pemasyarakatan Anak (LPA) Kota Blitar dan di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 1 Muhammadiyah Malang. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Saputro terletak pada variabel dependen dan variabel independennya. Pada penelitian ini variable dependennya adalah manajemen emosi, sedangkan pada variabel independennya adalah perilaku


(5)

school refusal. Selain itu, tujuan penelitan juga berbeda. Tujuan penelitian dari Saputro untuk mengetahui tindakan kenakalan pada remaja. Sama halnya dengan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui kenakalan remaja tetapi lebih spesifik ke perilaku school refusal pada remaja.

Penelitian Wijayanto (2012), meneliti tentang Pengaruh Pengendalian Emosi, Usia, dan Pengalaman Kerja Terhadap Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Bhayangkara Pusdik Gasum Porong Sidoarjo. Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada variabel independen serta pada tujuannya. Pada penelitian yang dilakukan oleh Wijayanto, variabel independenya adalah kinerja perawat, sedangkan dalam penelitian ini variabel independennya adalah perilaku school refusal. Perbedaan selanjutnya terletak pada tujuan penelitian. Tujuan penelitian Wijayanto adalah untuk mengetahui pengaruh pengendalian emosi dengan kinerja perawat. Sedangkan tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan manajemen emosi dengan perilaku school refusal pada remaja.

Penelitian Zulfianti (2011) meneliti tentang Hubungan antara Kecerdasan Emosi dan Occupational Self-Efficacy dengan Kepuasan Kerja Pada Perawat di RSI Aisyiyah Malang. Jika dibandingkan, penelitian Zulfianti dengan penelitian ini sama-sama mencari sebuah hubungan, tetapi perbedaannya terletak pada variabel dan tujuan penelitian. Dilihat dari variabel independen pada penelitian Zulfianti yang menghubungkan dengan kepuasan kerja tentulah berbeda dengan penelitian ini yang menghubungkan dengan perilaku school refusal. Selain itu, tujuan penelitian Zulfianti untuk mengetahui hubungan kecerdasan emosi dengan kepuasan kerja pada perawat, sedangkan pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan manajemen emosi dengan perilaku school refusal pada remaja.


(6)

1.6 Batasan Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti memberi batasan pada:

1. Remaja adalah masa transisi yang menghubungkan antara masa anak-anak ke masa dewasa dan menjadi masa depan masyarakat (Santrock, 2003).

2. Manajemen emosi yaitu pengendalian emosi untuk menurunkan dan meredakan emosi akibat stressor yang didapatkan seseorang (Safaria & Saputra, 2012).

3. Perilaku school refusal merupakan hilangnya semua konsistensi atau penolakan dari siswa remaja untuk pergi ke sekolah yang didasari oleh ketidakmatangan emosional remaja (Plante, 2007).

4. Siswa remaja kelas 7 dan kelas 8 SMP (Sekolah Menengah Pertama) di SMP “XY” Kota Batu yang memiliki perilaku school refusal/memiliki kriteria inklusi.