dapat dipertanggungjawabkan
dan valid mengenai hasil-hasil kebijakan yang secara eksplisit
dinilai oleh berbagai macam
pelaku kebijakan. Asumsi dari evaluasi teoritis keputusan adalah
bahwa tujuan dan sasaran dari perilaku kebijakan baik yang
dinyatakan secara formal maupun secara tersembunyi merupakan
ukuran
yang layak
terhadap manfaat atau nilai kebijakan dan
program. Dunn 2003:613-619
2.2.4. Tipe Evaluasi Kebijakan
Menurut Finance 1994:4 ada empat dasar tipe evaluasi sejalan dengan
tujuan yang ingin dicapai. Keempat tipe ini adalah
evaluasi kecocokan
appropriateness evaluation,
evaluasi efektivitas
effectiveness evaluation,
evaluasi efisiensi efficiency evaluation dan evaluasi meta meta-evaluations.
Evaluasi kecocokan
appropriateness evaluation menguji dan mengevaluasi tentang apakah kebijakan
yang sedang berlangsung cocok untuk dipertahankan ? juga, apakah kebijakan
baru
dibutuhkan untuk
mengganti kebijakan ini ? pertanyaan pokok dalam
evaluasi kecocokan ini adalah siapakah semestinya yang menjalankan kebijakan
publik tersebut pemerintah atau sektor swasta ? Jawaban atas pertanyaan ini
memungkinkan
penentuan tingkat
kecocokan implementasi kebijakan. Evaluasi efektivitas effectiveness
evaluation menguji dan menilai apakah program kebijakan tersebut menghasilkan
dampak hasil kebijakan yang diharapkan ? Apakah tujuan yang dicapai dapat
terwujud
? Apakah
dampak yang
diharapkan sebanding dengan usaha yang telah dilakukan ? Tipe evaluasi ini
memfokuskan diri
pada mekanisme
pengujian berdasar tujuan yang ingin dicapai yang biasanya secara tertulis
tersedia dalam setiap kebijakan publik. Evaluasi
efisiensi efficiency
evaluation, merupakan pengujian dan penilaian
berdasarkan tolok
ukur ekonomis yaitu apakah input
yang digunakan telah digunakan dan hasilnya
sebanding dengan output kebijakannya ? Apakah cukup efisien dalam penggunaan
keuangan publik untuk mencapai dampak kebijakan ?
Meta evaluasi,
menguji dan
menilai terhadap proses evaluasi itu sendiri. Apakah evaluasi yang dilakukan
lembaga berwenang sudah profesional ? apakah evaluasi tersebut sensitif terhadap
kondisi sosial, kultural dan lingkungan ? apakah evaluasi tersebut menghasilkan
laporan yang mempengaruhi pilihan- pilihan manajerial ?
2.2.5 Kriteria Evaluasi Kebijakan
Evaluasi kebijakan publik, dalam tahapan pelaksanaannya menggunakan
pengembangan beberapa indikator untuk menghindari timbulnya bias serta sebagai
pedoman ataupun arahan bagi evaluator. Kriteria-kriteria yang ditetapkan menjadi
tolak ukur dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu kebijakan publik.
Dunn
2003:429 mengemukakan
beberapa kriteria rekomendasi kebijakan yang sama dengan kriteria evaluasi
kebijakan, kriteria rekomendasi kebijakan terdiri atas :
a.
Efektivitas effectiveness. b.
Efisiensi efficiency. c.
Kecukupan adequacy. d.
Perataan equity. e.
Responsivitas responsiveness. f.
Ketepatan appropriateness. Berdasarkan
pendapat Dunn
terkait kriteria di atas maka dapat dijelaskan
keenam kriteria tersebut sebagai berikut: a.
Efektivitas effectiveness
berkenaan dengan apakah suatu alternatif mencapai hasil akibat yang diharapkan,
atau mencapai tujuan dari diadakannya tindakan. Efektivitas, yang secara dekat
berhubungan dengan rasionalitas teknis, selalu diukur dari unit produk atau layanan
atau nilai moneternya.
b. Efisiensi efficiency berkenaan
dengan jumlah usaha yang diperlukan untuk menghasilkan tingkat efektivitas
tertentu. Efisiensi
yang merupakan
sinonim dari rasionalitas ekonomi, adalah merupakan hubungan antara efektivitas
dan usaha, yang terakhir umumnya diukur dari ongkos moneter.
c.
Kecukupan adequacy
berkenaan dengan seberapa jauh suatu tingkat efektivitas memuaskan kebutuhan,
nilai, atau
kesempatan yang
menumbuhkan adanya masalah. Kriteria kecukupan menekankan pada kuatnya
hubungan antara alternatif kebijakan dan hasil yang diharapkan.
d.
Perataan equity
erat berhubungan dengan rasionalitas legal
dan sosial dan menunjuk pada distribusi akibat dan usaha antara kelompok-
kelompok yang
berbeda dalam
masyarakat. Kebijakan yang berorientasi pada perataan ini adalah kebijakan yang
akibatnya misalnya, moneter atau usaha misalnya, biaya moneter secara adil
didistribusikan. e.
Responsivitas responsiveness
berkenaan dengan seberapa jauh suatu kebijakan dapat memuaskan kebutuhan,
preferensi, atau
nilai kelompok
masyarakat tertentu. Kriteria responsivitas adalah penting karena analis yang dapat
memuaskan semua kriteria lainnya –
efektivitas, efisiensi,
kecukupan, perataan
– masih gagal jika belum menanggapi
kebutuhan aktual
dari kelompok yang semestinya diuntungkan
dari adanya suatu kebijakan. f.
Ketepatan appropriateness
kriteria ketepatan
secara dekat
berhubungan dengan
rasionalitas substantif, karena pertanyaan tentang
ketepatan kebijakan tidak berkenaan dengan satuan kriteria individu tetapi dua
atau lebih kriteria secara bersama-sama. Ketepatan merujuk pada nilai atau harga
dari tujuan program kepada kuatnya asumsi yang melandasi tujuan-tujuan
tersebut.
2.3 Pedagang Kaki Lima PKL