Suwarni Pandangan Feminisme Pengarang dalam Novel Dawet Aju

Kutipan di atas menunjukkan bahwa Sriningsih adalah perempuan yang mandiri dan tidak bergantung pada laki-laki. Sriningsih menjual kalung untuk modal berdagang di pasar. Sriningsih belum pernah berdagang sebelumnya. Sriningsih tanpa rasa takut tetap melakukannya meskipun dengan resiko kerugian yang besar. Semua dilakukanya untuk dapat mencukupi kebutuhan hidupnya setelah pergi dari rumah dan tidak mempunyai pekerjaan. Berdasarkan berbagai kutipan-kutipan di atas tentang sosok Sriningsih, dapat diketahui bahwa pengarang menyisipkan paham feminisme liberal dan paham psikoanalisis gender dalam novel DA.

4.2.2 Suwarni

Suwarni adalah istrinya Rahardjo. Suwarni berani menolak dan menyampaikan pendapatnya kalau suaminya hanya lebih mementingkan pekerjaannya daripada dirinya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut. Suwarni katon ora seneng krungu wangsulane bodjone mangkono mau, mula tjlatune kanti songol: “Ora ta, wose pandjenengan kersa apa ora tindak Madiun suk setu? Ora perlu kakehan punika.” “Mbok ja ora suk setu bae to Djeng, adja ngono,”tjlatune Rahardjo alon semu mituruti. “Nek krungu tangga rak ngisin-isini, mundak diarani aku ora bekti marang wong-tuwa”. “Ngisin-isini apa” Wangsulane Suwarni seru. “Aku emoh Mas, nek mung tansah dikalahake karo kuwadjiban. Ora bisa kaja lumrahing bodjo.” Dawet Aju, hlm: 31-32 Suwarni tampak tidak senang mendengarjawaban suaminya itu, maka ujarnya dengan sinis: ‘Tidak lah, intinya kamu mau atau tidak pergi ke Madiun besok sabtu? Tidak perlu kebanyakan basa-basi.’ ‘Jangan besok Sabtu ya Jeng, jangan begitu,’ ujar Rahardjo pelan sembari berusaha menuruti. ‘Kalau kedengaran tetangga kan memalukan, nanti dikira aku tidak berbakti pada orangtua.’ ‘Memalukan apanya’ jawab Suwarni dengan seru. ‘Aku tidak mau Mas, kalau sampai dikalahkan kewajiban. Tidak bisa seperti selayaknya suami.’ Dalam kutipan di atas pengarang menggambarkan sosok Suwarni sebagai perempuan yang berani menyampaikan pendapatnya. Dia tidak mau diduakan oleh pekerjaan suaminya dan menginginkan supaya suaminya menuruti keinginannya. Keberanian Suwarni menyampaiakn pendapat kepada Rahardjo menunjukkan pengarang menganut paham feminisme liberal. Perempuan seringkali dianggap sebagai makhluk yang tidak berani melangkah dan mengambil keputusan karena takut pada suatu hal, namun hal tersebut tidak berlaku bagi Suwarni. Dia justru berani melangkah maju dan mengambil keputusan untuk meninggalkan rumah. Bagi pengarang, keberanian semacam ini sangat diperlukan oleh perempuan agar dirinya tidak terkungkung oleh rasa takut dan berani menghadapi masalah dalam hidup. Pengarang menggambarkannya dalam sosok Suwarni dalam kutipan sebagai berikut. Mas, dina iki aku sida mangkat njang Madiun idjen bae, putramu tak tinggal kareben diemong mbok Gito. Adja duka lan kaget ing penggalih, lungaku iki bisa uga terus ora bakal bali lan aku wis ora saguh ngladosi pandjenengan maneh, wong nyatane pandjenengan ja wis ora nggatosi. Mula mungsa bodowa putramu. Dawet Aju, hlm: 33 Mas, hari ini aku jadi berangkat ke Madiun sendirian, putramu kutinggal biar diasuh Mbok Gito. Jangan marah dan kaget, kepergianku ini bisa saja tidak akan kembali lagi dan aku sudah tidak sanggup melayani kamu lagi, karena kamu juga sudah tidak peduli. Maka jagalah putramu. Dalam kutipan di atas pengarang menggambarkan soosk Suwarni sebagai perempuan yang berani mengambil keputusan. Suwarni merasa kalau suaminya tidak mau menuruti keinginannya untuk pergi ke Madiun menengok orang tuanya. Dia kemudian mengambil keputusan untuk pergi ke Madiun sendirian. Tidak semua perempuan berani mengambil keputusan sendiri. Perempuan seringkali takut mengambil keputusan sendiri. Sikap berani mengambil keputusan menunjukkan kalau pengarang menganut feminisme Liberal.

4.2.3 Bu Sutomo