15
2. 3 Musik Keroncong
Menurut Soeharto 1996 : 45, musik Keroncong adalah jenis permainan musik tradisional menggunakan tangga nada diatonik dengan iringan beberapa
alat musik berdawai yang dimainkan dengan aturan tertentu sehingga menjadi ciri khas musik itu sendiri. Musik Keroncong merupakan musik tradisional dengan
tata nada dinamik, berbentuk vokal dengan iringan beberapa alat musik berdawai yang merupakan bentuk baku dari sebuah orchestra yang terdiri dari gitar melodi
secara berkesinambungan dari awal hingga akhir permainan atau lagu, gitar pengiring, ukulele cuk, dan cello untuk menimbulkan nada staccato yang disebut
sebagai kendhang menurut istilah dalam Keroncong atau efek bunyi kendang Dekdikbud 1987: 84.
2. 3. 1 Sejarah Musik Keroncong
Tahun 1511 bangsa Port ugis dibawah pimpinan Alfonso d‟ Albuquerque
merebut malaka yang waktu itu dipimpin oleh Sultan Alaudin Syah. Setelah 11 tahun berada di Melaka, maka pada tahun 1522 pedagang-pedagang Portugis
melanjutkan perdagangannya ke Ternate dan Ambon dan telah singgah di beberapa pulau. Karena datang dari jauh mereka kesepian disebabkan berpisah
dari ahli keluarganya. Untuk mengisi kesepian tersebut mereka membawa alat musik ukulele yaitu seperti gitar kecil. Bunyi yang keluar dari alat tersebut dan
nyanyian merdu yang didendangkanm oleh pedagang Portugis tersebut terasa asing dan aneh kedengarannya oleh orang-orang pribumi Nusantara, karena orang
pribumi biasa mendengar notasi pentatonik pelog dan slendro sedangkan saat itu yang mereka dengarkan adalah notasi diatonik. Berbekalkan hanya alat musik
16
ukulele yang dimulai dari musik soliter diamainkan seorang diri, maka berabad- abad kemudian tumbuhlah menjadi musik Keroncong yang kita kenali sekarang.
Bermain alat musik seorang menimbulkan kebosanan, sehingga mereka mulai bermain dengan kawan-kawannya dengan menambah alat musik yang lain seperti
tempurung kelapa, kentung bambu, rebana dan lain-lain. Dengan demikian alat musik Keroncong tidak wujud seperti yang ada sekarang tetapi memerlukan
waktu atau evolusi yang sangat panjang. Menurut Soeharto Keroncong, 1996 : 24.
Menurut Heins dalam Musik Keroncong, Harmunah 1987 : 7 sebelum abad XVI, datanglah kapal-kapal Portugis kekepulauan ini. Mereka mengadakan
perhubungan perdagangan
hamper diseluruh
pelosok Indonesia
dan mengembangkan agama katolik. Perdagangan portugis ini hanya menggunakan
kapal-kapal tetapi menimbulkan perbudakan-perbudakan hamba. Dan akhirnya meninggalkan bekas di Afrika India, Sri Langka, Malaya Malaysia yang dikenali
dengan istilah Indo Portugi s dan disebut pula dengan istilah “Portugis hitam”.
Orang-orang hitam ini merupakan keluarga baru yang disebut Mahardika dalam bahasa Sanskrit.
Dalam masa lampau di Eropa, orang-orang memandang bangsa Indo itu sebagai bangsa yang rendah derajatnya dan yang hanya mewarisi tabiat-tabiat
tidak baik dari orang tuanya. Pendapat ini ditentang oleh ahli pakar dan bukti menyatakan bahwa orang yang berdarah campuran pada umumnya ulung dalam
berbagai ilmu, jadi termasuklah orang yang berderajat tinggi. Pandangan yang salah seperti diatas itulah yang mungkin mempengaruhi tabiat para ahli, sehingga
17
mereka hanya timbul niat untuk menyelidiki apa yang di pandang asli saja, dan nyatalah bahwa musik Keroncong karena sejarahnya diketepikan oleh para ahli
musikologi serta para ahli sejarah musik Harmunah, Musik Keroncong 1987:8 .
2. 3. 2 Alat-alat pada Musik Keroncong