yang ditanamkan tiap keluarga berbeda dengan keluarga lainnya. Hal ini tergantung dari pandangan pada diri tiap orang tua Gunarsa, 2002, hlm. 86.
Menurut Baumrind, para orang tua tidak boleh menghukum dan mengucilkan anak, tetapi sebagai gantinya orang tua harus mengembangkan aturan-aturan bagi
anak dan mencurahkan kasih sayang kepada mereka. Orang tua juga perlu untuk melakukan penyesuaian perilaku mereka terhadap anak, yang didasarkan atas
kedewasaan perkembangan anak karena setiap anak memiliki kebutuhan dan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda.
Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh adalah interaksi antara anak dan pengasuh selama pengasuhan, yang meliputi proses
mengembangkan cara mendidik dengan memberi aturan-aturan dan batasan-batasan yang diterapkan pada anak-anaknya, pemeliharaan, menanamkan kepercayaan, cara
bergaul, sikap menciptakan suasana emosional memenuhi kebutuhan anak, memberi perlindungan, serta mengajarkan tingkah laku umum yang dapat diterima oleh
masyarakat.
2. Tipe-tipe Pola Pengasuhan
Salah satu cara agar anak “berhasil” dimasa depannya dapat dimulai di lingkungan keluarga, yaitu dengan menerapkan pola asuh orang tua terhadap anak
yang tepat. Kesalahan yang terjadi dapat berakibat buruk bagi masa depan anak, baik dari segi kognitif, afektif, dan perilaku Surya, 2007, hlm.86.
Pola pengasuhan pun menjadi sangat berpengaruh. Pola pengasuhan tersebut masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain, seperti pendidikan orang tua, tingkat
ekonomi, dan karir orang tua di luar rumah Danarty, 2010, hlm.18. Menurut Tjandrasa 2005 sumber sikap orang tua dalam pola pengasuhan juga dipengaruhi
Universitas Sumatera Utara
oleh pengalaman orang tua di masa kecilnya dan pengaruh nilai-nilai budaya yang ada disekitarnya.
Pada dasarnya, setiap orang tua menginginkan anaknya kelak menjadi orang yang matang dan dewasa secara sosial. Sehingga apapun jenis pengasuhan yang diterapkan
orang tua pada dasarnya dimaksudkan untuk mencapai hal tersebut. Namun, kadang orang tua tidak menyadari bahwa pola pengasuhan tertentu dapat membawa dampak
merugikan anak. Menurut seorang pakar psikologi, Diana Baumrind, ada empat jenis pola pengasuhan, yaitu : otoriter, permisif, indulgent, dan demokratis Danarti, 2010,
hlm.19. a.
Pola Pengasuhan Otoriter Pola otoriter adalah pengasuhan yang kaku, diktator, dan memaksa anak untuk
selalu mengikuti perintah orang tua tanpa banyak alasan. Dalam pola asuh ini, biasa ditemukan penerapan hukuman fisik dan aturan-aturan tanpa merasa perlu
menjelaskan kepada anak tentang guna dan alasan dibalik aturan tersebut Danarti, 2010, hlm.19.
Dalam pola asuh orang tua merupakan sentral artinya segala ucapan, perkataan maupun kehendak orang tua dijadikan patokan aturan yang harus ditaati oleh anak-
anak. Supaya taat, orang tua tak segan-segan menerapkan hukuman yang keras kepada anak. Orang tua beranggapan agar aturan itu stabil dan tak berubah, maka
seringkali orang tua tak menyukai tindakan anak yang memprotes, mengkritik atau membantahnya Dariyo, 2007, hlm. 206-207.
Kondisi tersebut mempengaruhi perkembangan diri pada anak. Banyak anak yang dididik dengan pola asuh otoriter ini, cenderung tumbuh berkembang menjadi
pribadi yang suka membantah, membrontak dan berani melawan arus terhadap lingkungan sosial. Kadang-kadang anak tidak mempunyai sikap peduli, antisipasi,
Universitas Sumatera Utara
pesimis dan anti-sosial. Hal ini, akibat dari tidak adanya kesempatan bagi anak untuk mengemukakan gagasan, ide, pemikiran maupun inisiatifnya. Apapun yang
dilakukan oleh anak tidak pernah mendapat perhatian, penghargaan dan penerimaan yang tulus oleh lingkungan keluarga atau orang tuanya Dariyo, 2007, hlm. 207.
b. Pola Pengasuhan Permisif
Kebalikan dengan tipe otoriter, tipe ini adalah permisif alias serba membolehkan. Pola permisifadalah pola di mana orang tua tidak mau terlibat dan
tidak mau memedulikan kehidupan anaknya. Akibatnya, anak menganggap bahwa aspek-aspek lain dalam kehidupan orang tuanya lebih penting daripada keberadaan
dirinya. Walaupun tinggal di bawah atap yang sama, bisa jadi orang tua tidak begitu tahu perkembangan anaknya Danarti, 2010, hlm. 20-21.
Pola asuh seperti ini tentu akan menimbulkan serangkaian dampak buruk, di antaranya anak akan mempunyai harga diri yang rendah, tidak punya kontrol diri
yang baik, kemampuan sosial yang buruk, dan merasa bukan bagian yang penting untuk orang tuanya. Bukan tidak mungkin serangkaian dampak buruk ini akan
terbawa sampai ia dewasa. Tidak tertutup kemungkinan pula si anak melakukan hal yang sama terhadap anaknya kelak Danarti, 2010, hlm.21. Pola asuh ini juga dapat
mengakibatkan anak agresif, tidak patuh pada orang tua, sok kuasa, kurang mampu mengontrol diri, dan kurang intens mengikuti pelajaran sekolah Surya, 2007, hlm.
87. c.
Pola Pengasuhan Indulgent Orang tua seperti ini ingin selalu terlibat dalam semua aspek kehidupan anak,
namun mereka tidak memberi tuntunan dan kontrol kepada anak. Mereka cenderung membiarkan anaknya melakukan apa saja sesuai dengan keinginan mereka. Dalam
bahasa sederhananya, orang tua akan selalu menuruti keinginan anak, apa pun
Universitas Sumatera Utara
keinginan tersebut. Bahkan orang tua jadi tidak punya posisi tawar sama sekali di depan anak karena semua keinginan si anak akan dituruti, tanpa mempertimbangkan
apakah itu baik atau buruk baginya Danarti, 2010, hlm.21. Banyak orang tua yang menerapkan pola asuh ini berkilah bahwa sikap yang di
ambilnya didasari rasa sayangnya terhadap anak. Karena itulah, semua keinginan anak harus dituruti. Padahal cinta terhadap anak tidak identik dengan keharusan
menuruti semua keinginannya. Akibat buruk yang harus diterima anak sehubungan dengan pola asuh orang tua yang seperti ini adalah anak jadi sama sekali tidak belajar
mengontrol diri. Ia selalu menuntut orang lain untuk menuruti keinginannya, tapi tidak berusaha belajar menghormati orang lain. Anak pun cenderung mendominasi
orang lain sehingga punya kesulitan dalam berteman Danarti, 2010, hlm. 21-22. d.
Pola Pengasuhan Demokratis Pola demokratis mendorong anak untuk mandiri, tapi orang tua tetap menetapkan
batas dan kontrol. Orang tua biasanya bersikap hangat dan penuh welas asih kepada anak, bisa menerima alasan dari semua tindakan anak, dan mendukung tindakan anak
yang konstruktif. Anak yang terbiasa dengan pola asuh demokratisakan memperoleh dampak menguntungkan, di antaranya anak akan merasa bahagia, mempunyai
kontrol diri dan rasa percaya diri, bisa mengatasi stres, punya keinginan untuk berprestasi, dan bisa komunikasi baik dengan teman-temannya ataupun orang-orang
yang lebih dewasa Danarti, 2010, hlm. 22. Berdasarkan Hart, Newell dan Olsen dalam Santrock, 2007 pengasuhan
demokratis merupakan gaya pengasuhan yang paling efektif diantara gaya pengasuhan yang lain karena orang tua menerapkan keseimbangan yang tepat antara
kendali dan otonomi sehingga memberikan kesempatan pada anak untuk membentuk kemandirian dengan memberikan batas, standar, dan panduan yang dibutuhkan anak.
Universitas Sumatera Utara
Karena hubungan komunikasi antara orang tua dengan anak dapat berjalan dengan menyenangkan, maka terjadi pengembangan kepribadian yang mantap pada
diri anak. Anak makin mandiri, matang dan dapat menghargai diri sendiri dengan baik. Pola asuh demokratis ini akan dapat berjalan secara efektif bila ada tiga syarat
yaitu : 1. Orang tua dapat menjalankan fungsi sebagai orang tua yang memberi
kesempatan kepada anak untuk mengemukakan pendapatnya. 2. Anak memiliki sikap yang dewasa yakni dapat memahami dan menghargai
orang tua sebagai tokoh utama yang tetap memimpin keluarganya. 3. Orang tua belajar memberi kepercayaan dan tanggung jawab terhadap
anaknya Dariyo, 2007, hlm. 208.
3. Tujuan Pola Pengasuhan