diatur sehingga memenuhi drum. Setelah drum penuh dengan bahan baku, balok kayu atau bambu yang ada pada bagian tengah dicabut secara perlahan-lahan
sehingga bekas cabutan tersebut membentuk lubang. Lubang tersebut nantinya akan digunakan sebagai tempat untuk membakar bahan baku.
Sebelum dilakukan pembakaran lubang drum pada bagian dua dan tiga ditutup terlebih dahulu dengan asbes atau tanah liat, sehingga yang tetap terbuka
adalah empat lubang pada baris bagian bawah. Untuk memudahkan pada proses pembakaran digunakan bahan-bahan yang mudah terbakar sebagai umpan bakar
seperti: kertas, daun kering, ranting kayu, atau percikan minyak tanah. Pada saat api telah nyala dengan baik maka kiln drum ditutup dan diberi cerobong asap pada
bagian atasnya. Penutup pada bagian atas kiln drum ini bisa dibuka untuk menambahkan bahan baku pada proses pengarangan.
Bahan baku akan terbakar mulai dari bawah dan menjalar kebagian atas. Pada saat pembakaran melewati barisan lubang pertama yang ditandai dengan
bara merah yang nampak dari lubang, maka lubang pada baris pertama ditutup sedangkan lubang pada bagian atasnya dibuka, demikian selanjutnya sampai pada
lubang yang terakhir. Proses ini dianggap telah selesai apabila asap yang keluar dari cerobong telah sedikit. Pada saat itu semua lubang yang ada pada kiln drum
ditutup, hal ini untuk menghindari terjadinya pembakaran secara berlanjutan sehingga arang yang sudah terbentuk tidak terus terbakar menjadi abu.
4.Pendinginan dan penyortiran.
Setelah semua tahap pengarangan telah selesai, kiln drum dibiarkan menjadi dingin. Pendinginan dilakukan selama kurang lebih 6-7 jam. Setelah kiln
drum dingin maka tutup bisa dibuka dan arang bisa dikeluarkan untuk dipisahkan dari abu. Arang yang sudah dingin selanjutnya dikemas dalam plastik.
5. Penggilingan dan penyaringan
Arang serbuk gergajian yang sudah jadi kemudian digiling dan disaring pada ukuran lolos 20-50 mesh, sedangkan arang tempurung kelapa digiling dan
disaring pada ukuran lolos 70 mesh.
6. Persiapan perekat
Perekat tapioka ditimbang sebanyak 25 gram, lalu dicampur dengan air dengan perbandingan konsentrasi perekat dan air adalah 1 : 10. air yang
ditambahkan sebanyak 250 ml untuk 25 gram sambil dipanaskan diatas kompor hingga perekatnya merata sempurna.
7. Pencampuran perekat
Serbuk kayu sengon, kayu afrika, dan arang yang telah disaring kemudian dibuat briket pada beberapa komposisi bahan baku setelah terlebih dahulu
dicampur dengan perekat kanji dengan konsentrasi sebanyak 2,5 atau 5 dari berat serbuk arang Hendra dan Darmawan, 2000. Proses pembuatan briket
serbuk kayu gergajian dan briket arang yang dilakukan dalam penelitian ini terdiri dari 9 perlakuan. Perlakuan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perbandingan Penambahan Tempurung Kelapa Dalam Pembuatan Briket Arang dari Campuran Serbuk Gergaji Kayu Afrika dan Kayu Sengon
Jenis bahan Serbuk gergajian
kayu sengon Serbuk gergajian
kayu afrika Serbuk
campuran
A 100 100 50+50
B 100 100 50+50
C 85 + 15
85 + 15 85 + 15
Keterangan: A : Briket serbuk gergajian kayu
B : Briket arang serbuk gergajian kayu C : 85 arang serbuk kayu sengon, afrika, dan campuran arang serbuk
kayu sengon, kayu afrika yang masing-masing ditambah dengan15 arang tempurung kelapa.
Komposisi 85 campuran arang serbuk gergajian kayu sengon dan kayu afrika ditambah dengan 15 arang tempurung kelapa, diambil dari penelitian
Rustini tahun 2004 yang menyatakan bahwa dengan kompoisi tersebut memberikan hasil yang terbaik untuk kadar zat menguap, kadar karbon
terikat,kerapatan, dan nilai kalor.
8. Pencetakan dan pengempaan
Hasil dari pencampuran tersebut selanjutnya disiapkan dalam cetakan dan dilakukan pengempaan sistem hidrolik dengan besar tekanan 3,125 ton.
Sedangkan tekanan yang diberikan kebriketnya sebesar 41,47 kgcm
2
untuk semua luas bidang kempa Hendra dan Darmawan, 2000.
30
40 72
40
Gambar 2. Sketsa Cetakan Arang Briket Sistem Manual
9. Pengeringan