Status Gizi Anak Landasan Teori

12

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Status Gizi Anak

Masa anak-anak merupakan proses pertumbuhan yang pesat dimana memerlukan perhatian dan kasih sayang dari orang tua dan lingkungannya. Disamping itu balita membutuhkan zat gizi yang seimbang agar status gizinya baik, serta proses pertumbuhan tidak terhambat, karena balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi Soegeng Santoso dan Anne Lies, 2004 : 71. 2.1.1.1. Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan Suhardjo,2003:25. Menurut Supariasa, dkk 2001:88 status gizi adalah hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan kebutuhan tubuh akan suatu zat gizi dan dapat pula diartikan sebagai ekspresi nutriture dalam bentuk variabel tertentu. Menurut Sunita Almatsier 2003:3, status gizi merupakan suatu keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dari zat-zat gizi. Dengan kata lain status gizi adalah suatu keadaan gizi seseorang atau keadaan tubuh yang diakibatkan karena konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi tersebut. 13

2.1.1.2. Zat Gizi

Balita dalam proses tumbuh kembang, sehingga makanan sehari-hari harus mencukupi kebutuhan gizi. Zat gizi atau zat makanan merupakan bahan dasar penyusun bahan makanan. Zat gizi terdiri atas :

2.1.1.2.1. Karbohidrat

Karbohidrat sebagai zat gizi merupakan kelompok zat-zat organik yang mempunyai struktur molekul yang berbeda-beda, meski terdapat persamaan dari sudut dan fungsinya. Karbohidrat yang terkandung dalam makanan pada umumnya hanya ada 3 jenis yaitu: Polisakarida, Disakarida, dan Monosakarida Soegeng Santoso dan Anne Lies, 2004 : 108. Karbohidrat terdapat dalam bahan makanan yang berasal dari tumbuh- tumbuhan dan hanya sedikit yang termasuk bahan makanan hewani. Fungsi utama karbohirat yaitu: a. Sumber utama energi yang murah. b. Memberikan rangsangan mekanik. c. Melancarkan gerakan peristaltik yang melancarkan aliran bubur makanan serta memudahkan pembuangan tinja.

2.1.1.2.2. Protein

Protein merupakan zat gizi yang sangat penting karena yang paling erat hubungannya dengan kehidupan. Protein mengandung unsur C, H, O dan unsur khusus yang tidak terdapat pada karbohidrat maupun lemak yaitu nitrogen. Protein nabati dapat diperoleh dari tumbuh-tumbuhan, sedangkan protein hewani didapat dari hewan. 14 Protein berfungsi: a. Membangun sel-sel yang rusak. b. Membentuk zat-zat pengatur seperti enzim dan hormon. c. Membentuk zat anti energi, dalam hal ini tiap protein menghasilkan sekitar 4,1 kalori Soegeng Santoso dan Anne Lies,2004: 112.

2.1.1.2.3. Lemak

Merupakan senyawa organik yang majemuk, terdiri dari unsur-unsur C, H, O yang membentuk senyawa asam lemak dan gliserol, apabila bergabung dengan zat lain akan membentuk lipoid, fosfolipoid dan sterol. Fungsi lemak antara lain : a. Sumber utama energi atau cadangan dalam jaringan tubuh dan bantalan bagi organ tertentu dari tubuh. b. Sebagai sumber asam lemak yaitu zat gizi yang esensial bagi kesehatan kulit dan rambut. c. Sebagai pelarut vitamin-vitamin A, D, E, K yang larut dalam lemak Soegeng Santoso dan Anne Lies, 2004: 114.

2.1.1.2.4. Vitamin

Vitamin berasal dari kata Vitamine oleh Vladimin Funk karena disangka suatu ikatan organic amine dan merupakan zat vitamin yang dibutuhkan untuk kehidupan. Ternyata zat ini bukan merupakan amine, sehingga diubah menjadi vitamin. Fungsi vitamin sebagai berikut: a. Vitamin A : fungsi dalam proses melihat, metabolisme umum, dan reproduksi. 15 b. Vitamin D : calciferol, berfungsi sebagai prohormon transport calsium ke dalam sel. Bahan makanan yang kaya vitamin D adalah susu. c. Vitamin E : alpha tocoperol, berfungsi sebagai antioksida alamiah dan metabolisme selenium. Umumnya bahan makanan kacangkacangan atau biji-bijian khususnya bentuk kecambah, mengandung vitamin E yang baik. d. Vitamin K : menadion, berfungsi di dalam proses sintesis prothrombine yang diperlukan dalam pembekuan darah. Vitamin K terdapat dalam konsentrasi tinggi di dalam ginjal. Paru-paru dan sumsum tulang. Pada penyerapan vitamin K diperlukan garam empedu dan lemak. Soegeng Santoso dan Anne Lies, 2004 : 116.

2.1.1.2.5. Mineral

Mineral merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah yang sedikit. Mineral mempunyai fungsi : a. Sebagai pembentuk berbagai jaringan tubuh, tulang, hormon, dan enzim. b. Sebagai zat pengatur 1 Berbagai proses metabolisme. 2 Keseimbangan cairan tubuh. 3 Proses pembekuan darah. 4 Kepekaan saraf dan untuk kontraksi otot

2.1.1.3. Jumlah Makanan yang Dibutuhkan

Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi rata-rata yang dianjurkan Oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi ke IV LIPI, 1988 adalah sebagai berikut: 16 Tabel 2.1. Kebutuhan Zat Gizi Blita Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi AKG rata-rata perhari Golongan Umur Balita Berat Badan Kg Tinggi Badan cm Energi Kkal Protein g Lemak g Vitamin A mg Vitamin C mg 0-6 bln 5.5 60 560 12 13 350 30 7-12 bln 8.5 71 800 15 19 350 35 1-3 thn 12 90 1250 23 28 350 40 4-6 thn 18 110 1750 32 39 460 45 Sumber: Solihin Pudjiadi 2003 : 30

2.1.1.4. Penilaian Status Gizi

Penilaian status gizi dipakai sebagai landasan untuk pengembangan program masyarakat dan nasional dalam membantu mengatasi masalah kurang gizi, menyediakan jumlah dan jenis pangan yang diperlukan, dan umumnya mendukung kesehatan penduduk. Untuk menentukan atau menaksir status gizi seseorang, suatu kelompok penduduk atau suatu masyarakat dilakukan pengukuran-pengukuran untuk menilai berbagai tingkatan kurang gizi yang ada. Menurut Supariasa 2001:18, penilaian status gizi dapat dilakukan melalui 2 cara, yaitu: pengukuran secara langsung dan pengukuran secara tidak langsung.

2.1.1.4.1. Penilaian Status Gizi Secara Langsung

Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi 4 penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik. Tetapi dalam penilaian ini menggunakan penilaian Antopometri, jadi hanya akan dibahas lebih luas mengenai antropometri. 17 2.1.1.4.1.1. Antropometri a. Pengertian Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi I Dewa Nyoman,2001 : 19. b. Penggunaan Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh I Dewa Nyoman, 2001 : 19. c. Indeks Antropometri 1 Berat badan menurut umur BBU Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan jumlah makanan yang dikonsumsi. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan abnormal, terdapat 2 kemungkinan perkembangan berat badan yaitu dapat 18 berkembang cepat atau lebih lambat dari keadaan normal I Dewa Nyoman, 2001 : 56-57. Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BBU lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini I Dewa Nyoman, 2001 : 56-57. 2 Tinggi badan menurut umur TBU Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama I Dewa Nyoman, 2001 : 57. 3 Berat badan menurut tinggi badan BBTB Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah dengan pertumbuhan berat badan dengan kecepatan tertentu. Indeks BBTB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi saat ini I Dewa Nyoman, 2001: 58. Dari berbagai jenis indeks tersebut, untuk menginterpretasikan dibutuhkan ambang batas, penentuan ambang 19 batas diperlukan kesepakatan para ahli gizi. Ambang batas dapat disajikan kedalam 3 cara yaitu persen terhadap median, persentil, dan standar deviasi unit. 4 Persen Terhadap Median Median adalah nilai tengah dari suatu populasi. Dalam antropometri gizi median sama dengan persentil 50. Rumus persen terhadap median : X 100 I Dewa Nyoman Supriasa, 2001 : 59. 5 Persentil Para pakar merasa kurang puas dengan menggunakan persen terhadap median, akhirnya memilih cara persentil. Persentil 50 sama dengan median atau nilai tengah dari jumlah populasi berada diatasnya dan setengahnya berada dibawahnya I Dewa Nyoman Supriasa, 2001 : 70. National Center for Health Statistics NCHS merekomendasikan persentil ke 5 sebagai batas gizi baik dan kurang, serta persentil 95 sebagai batas gizi lebih dan gizi baik. 6 Standar deviasi Unit SD Standar deviasi unit disebut juga Z-skor. WHO menyarankan menggunakan cara ini untuk meneliti dan untuk memantau pertumbuhan I Dewa Nyoman Supriasa, 2001 : 71. Rumus perhitungan Z skor adalah 20 Sumber: Supariasa, dkk, 2001:71 Klasifikasi status gizi berdasarkan perhitungan rumus di atas adalah sebagai berikut: Tabel 2.2 Status Gizi Berdasarkan Indeks Antropometri Status Gizi Indeks BBU Status Gizi Indeks BBTB Status Gizi Indeks TBU 1. Buruk 2. Kurang 3. Normal 4. Lebih ≤ - 3 SD -3 SD sd ≤ -2 SD -2 SD sd + 2 SD ≥ + 2SD 1. Sangat kurus 2. Kurus 3. Normal 4. Gemuk ≤ - 3 SD -3 SD sd ≤ -2 SD -2 SD sd + 2 SD ≥ + 2SD 1. Pendek 2. Normal -2SD -2SD Sumber: Soekirman, 2000:68

2.1.1.4.2. Penilaian Status Gizi Secara Tidak Lagsung

Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu : survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Dalam penelitian ini menggunakan survey konsumsi dengan metode kuantitatif recall 24 jam. 2.1.1.4.2.1. Survei Konsumsi a. Pengertian Survei Konsumsi pangan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan zat gizi yang dikonsumsi I Dewa Nyoman Supriasa, 2001:20. 21 b. Penggunaan Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi I Dewa Nyoman Supriasa, 2001 : 20. c. Metode Recall 24 jam Untuk dapat melakukan recall, makanan dengan baik terlebih dahulu harus mempelajari jenis bahan makanan yang biasa dikonsumsi oleh kelompok sasaran survey. Oleh karena itu kadang-kadang perlu dilakukan survey pasar. Tujuannya adalah mengetahui sasaran berat dari tiap jenis bahan makanan yang biasa dikonsumsi. Berikut langkah-langkah kerjanya: a Masing-masing kelompok menyiapkan bahan makanan, misal: Bahan makanan pokok: nasi biasa, nasi tim, bubur masing-masing kelompok membawa satu porsi makanan yang biasa dikonsumsi. Lauk hewani: bahan yang sudah dimasak seperti telur, ikan goreng, ayam goreng, dan lain-lain. Lauk nabati: bahan yang sudah dimasak yang berasal dari tumbuhan seperti tahu, tempe dan lain-lain. Sayuran : sayur bayam, kacang panjang, dan lain-lain. Buah-buahan: pisang, jeruk, apel dan lain-lain. b Lakukan penimbangan terhadap masing-masing bahan makanan untuk setiap ukuran rumah tangga yang dipakai. 22 c Catat hasil penimbangan dalam suatu daftar ukuran rumah tangga I Dewa Nyoman Supriasa, 2001 : 94.

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Status Gizi Anak

Dokumen yang terkait

Karakteristik Anak dan Ibu, Status Gizi Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Sentosa Baru Kecamatan Medan Perjuangan Kota Medan Tahun 2014

4 89 208

Status Gizi Anak Pra-Sekolah Usia 3 Sampai 5 Tahun Di Pinggiran Sungai Deli

11 76 71

Studi faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi anak balita di propinsi Sumateera Selatan

0 3 244

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2 SAMPAI 3 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GAMBIRSARI KOTA SURAKARTA

0 4 56

(ABSTRAK) FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PASCA BANJIR PADA ANAK USIA 1-2 TAHUN DI DESA BANJARSARI KECAMATAN GABUS KABUPATEN PATI TAHUN 2009.

0 0 3

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia 0-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Simarmata Kecamatan Simanindo Kabupaten Samosir Tahun 2013

0 0 2

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA USIA 6-23 BULAN DIKELURAHAN PANTOLOAN BOYA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PANTOLOAN

0 0 8

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI LEBIH PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UMBULHARJO I YOGYAKARTA TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI - FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI LEBIH PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS UMBULHARJO

0 0 25

FAKTOR- FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BONTOMARANNU

0 0 117

HALAMAN PERSETUJUAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS 1 PURWONEGORO KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013

0 0 16