108
mengembangkan diri, merancang, mengembangkan tingkah laku positif, dan menjauhi konflik. Manusia bukanlah hasil dari dorongan tidak sadar melainkan
merupakan hasil belajar, sehingga ia dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi pembentukan tingkah laku. Manusia cenderung akan
mengambil stimulus yang menyenangkan dan menghindarkan stimulus yang tidak
menyenangkan.
Berdasarkan pada teori pendekatan konseling maka disimpulkan bahwa, konseling behavioristik adalah sebuah pendekatan terapi perilaku yang bertujuan
untuk mengubah dan membentuk perilaku individu yang lebih adaptif dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya. Terapi dilakukan dengan cara melatih
dan memperkuat munculnya perilaku yang diharapkan. Keberhasilan individu merespon tingkahlaku baru yang lebih adaptif adalah merupakan hasil belajar
yang diharapkan.
E. Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas instrumen dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi product moment, dan untuk menguji nilai signifikansi butir soal
menggunakan uji t dengan menggunakan bantuan program Ms.Excel 2007. Hasil uji reliabilitas sebesar 0,94 termasuk pada kategori sangat kuat dan menunjukkan
tingkat reliabilitas sangat tinggi. Revisi dan finalisasi ditindaklanjuti dengan penataan bentuk instrumen, dan penyusunan pedoman,
109
F. Teknik Analisis Data
Terdapat dua jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Data kecemasan belajar dan karakteristik perilaku
siswa sebagian berbentuk kuantitatif, sedangkan data pendapat siswa pada setiap akhir sesi intervensi dan saran dari pakar bimbingan dan konseling terhadap
model konseling berbentuk kualitatif. Untuk menganalisis data kuantitatif digunakan analisis statistik, sedangkan untuk menganalisa data kualitatif
digunakan analisis nonstatistik melalui inferensi yang logis berdasarkan pertimbangan dan kondisi aktual.
Pertanyaan penelitian pertama dirumuskan dalam hipotesis : “Model Konseling Behavioristik efektif untuk membantu siswa mengatasi kecemasan
belajar”. Pertanyaan penelitian kedua dirumuskan kedalam hipotesis: Model konseling behavioristik efektif untuk mengatasi kecemasan belajar siswa dalam
setiap aspek dan indikator”. Untuk menjawab hipotesis penelitian pertama melalui konversi skor responden dengan skor ideal, sehingga dapat diketahui gambaran
tingkat kecemasan belajar siswa. Teknik statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis menggunakan uji
perbedaan data gain. Syarat penggunaan uji perbedaan adalah data harus berdistribusi normal dan variannya homogen. Uji normalitas data menggunakan
uji Kolmogorov Smirnov dan uji homogenitas menggunakan uji Levene‘s dengan menggunakan bantuan perhitungan sofware SPSS versi 17.00. Pengolahan data
kualitatif hasil validasi pakar bimbingan dan konseling terhadap model hipotetik konseling behavioristik untuk membantu siswa mengatasi kecemasan belajar dan
110
pendapat subjek selama mengikuti sesi intervensi konseling menggunakan analisis nonstatistik melalui inferensi logis berdasarkan pertimbangan konseptual dan
kondisi aktual. Untuk mengetahui tingkat kecemasan belajar siswa berada pada kategori
sangat cemas, cukup cemas dan tidak cemas dilakukan dengan menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1 Menentukan Skor maksimal ideal yang diperoleh sampel sebagai berikut: Skor
maksimal ideal = jumlah soal x skor tertinggi 2
Menentukan Skor terendah ideal yang diperoleh sampel : Skor minimal ideal = jumlah soal x skor terendah
3 Mencari rentang skor ideal yang diperoleh sampel: Rentang skor = Skor
maksimal ideal – skor minimal ideal 4
Mencari interval skor : Interval skor = Rentang skor 3 Sudjana,1996 Rincian tabel distribusi klasifikasi kecemasan belajar disajikan pada tabel
3.7. berikut:
Tabel 3.7 Frekuensi Kecemasan Belajar
No Interval
Keterangan
1 75 -175
Tidak cemas 2
176-225 Cukup cemas
3 226-375
Sangat cemas
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Kesimpulan