Pengaruh Tingkat Inflasi dan Kurs Rupiah Terhadap Harga Saham Gabungan pada Bursa Efek Indonesia 2013-2015

(1)

(2)

(3)

(4)

CURRICULUM VITAE

Nama : Firda Rizqin Aziz

Tempat, Tanggal lahir : Cirebon, 22 Oktober 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Tinggi : 167 cm

Berat Badan : 75 kg

Agama : Islam

Status : Belum Menikah

Alamat : Kp. Kaum Rt 03 Rw 02 no. 7b Desa Plered Kecamatan Plered Kabupaten Purwakarta Nomor telepon : 085659493168

Email : azizrizqinfirda@gmail.com

2012 sampai dengan 2016 : Jurusan Manajemen Ekonomi, Universitas Komputer Indonesia (sedang masa kuliah)

2009 sampai dengan 2012 : SMA Negeri 1 Sukatani 2006 sampai dengan 2009 : SMP Negeri 1 Plered 2000 sampai dengan 2006 : SD Negeri 1 Plered

2013 sampai dengan 2014 : Anggota Himpunan Mahasiwa Manajemen (HIMMA) Universitas Komputer Indonesia

2009 sampai dengan 2012 : Anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMAN 1 Sukatani

2009 sampai dengan 2010 : Pasukan 17 Pengibar Bendera

2006 sampai dengan 2009 : Anggota Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMPN 1 Plered 2007 sampai dengan 2008 : Anggota Kelompok Ilmiah Remaja (KIR)

DATA PRIBADI

RIWAYAT PENDIDIKAN


(5)

Pelatihan Pajak Terapan (Brevet A & B Terpadu) Tahun 2015 Peserta Table Manner Tahun 2014

Peserta Latihan Dasar Keorganisasian

Relawan dalam acara Asian Afrika Carnival 2015

Peserta Kegiatan Seminar Detik-Detik Menjelang Masyarakat Ekonomi ASEAN Peserta Kegiatan Seminar Sistem Ekonomi Syariah Berbasis IT Tahun 2012 Peserta Kegiatan Pengembangan Karier dan Peluang Bisnis Tahun 2014 Sertifikat Pelatihan Linux Mint Tahun 2016

Mudah beradaptasi, ramah dan dapat berkomunikasi dengan baik Mempunyai sikap disiplin yang tinggi dan tepat waktu

Bekerja keras untuk belajar dan memiliki motivasi yang tinggi Mampu bekerja secara personal maupun dalam tim

Mampu mengoperasikan computer (Ms. Word, Ms.Excel, dll) dengan baik

Praktek Kerja Lapangan selama satu (1) bulan di Kantor Pusat PT. POS Indonesia Jl. Cilaki No.73 Bandung

KUALIFIKASI


(6)

vi

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridho – Nya dan juga tidak lupa shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada jungjungan Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan bagi kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan baik Skripsi yang berjudul “Pengaruh Tingkat Inflasi dan Kurs Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015”.

Skripsi ini sebagai salah satu syarat dalam proses pembuatan Skripsi yang harus dipenuhi dalam menempuh jenjang S1 pada program studi Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

Peneliti berusaha menyajikan Skripsi ini sebaik mungkin, namun peneliti menyadari bahwa Skripsi ini jauh dari sempurna dan banyak kekurangan, mengingat terbatasnya pengetahuan dan kemampuan peneliti.Oleh Karena itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak akan merupakan masukan yang berharga bagi peneliti guna memperbaiki dan menyempurnakan Skripsi di masa yang akan datang.

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada bapak Dr. Ir. H. Iman Santoso.SE., MM.,MBA selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, memberikan ilmunya serta membantu peneliti dalam penyeselaian Skripsi.


(7)

vii Komputer Indonesia

2. Ibu Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec., Lic. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. IbuDr. Raeni Dwi Santy, SE., M.Si. selaku Ketua Program Studi Manajemen, Manjemen Pemasaran serta Keuangan dan Perbankan. 4. Ibu Windi Novianti, SE., MM selaku Dosen Wali Sementara MN-5 di

Program Studi Manjemen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia

5. Ibu Linna Ismawati, SE., M.Si., selaku Koordinator Sidang Akhir 6. Dosen – dosen Program Studi Manajemen, Manajemen, Pemasaran

serta Keuangan dan Perbankan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia yang telah mengajarkan banyak hal kepada penulis.

7. Himpunan Mahasiswa Manajemen (HIMMA), terimakasih telah menjadi organisasi yang telah memberikan pengalaman yang sangat berharga kepada peneliti.

8. Bapa dan Mama yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya yang luar biasa kepada penulis selama ini. 9. Kakak saya Fajar Rohman Aziz yang selalu memberikan doa,

dukungan, semangat, saran, kemarahan, kekesalan, keceriaan, bimbingan, dan kasih sayangnya kepada penulis selama ini.


(8)

viii

11.Sahabat – sahabat saya Ceu Ipit Andriana, Neng Irma Nurherawati, Bun Annisa Mukaromah, Senok KhalimatusSa’diyah yang selalu memberikan amarah, kasih sayang, cinta, duka dan tawa dengan tak lupa selalu menyelipkan saran serta kritikannya

12.Teman-teman MN-5 yang selalu memberikan keceriaan, canda, tawa, suka, duka selama perkuliahan

13.Risman Rozaq Ramdani, pasangan teraneh yang selalu siaga pada saat-saat genting, supporter sejati setelah mamah sama papah dan samsak pribadi saat marah.

14.Teman satu bimbingan Dhilla Aini, Fitriyana Eka, Novianti Anggriani, Ari, Tresna Djatisunda, Widya Karulina dan Susanti

15.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah ikut serta membantu dalam penulisan Skripsi ini.


(9)

ix Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandung, September 2016 Peneliti,

Firda Rizqin Aziz NIM 21212193


(10)

x

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

MOTTO ... iii

ABSTRAK ...iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR GRAFIK ...xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ...xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah ... 10

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 10

1.2.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3Maksud dan Tujuan ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 11

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11

1.4Kegunaan Penelitian ... 11

1.4.1 Kegunaan Praktis ... 11

1.4.2 Kegunaan Akademis ... 12

1.5Lokasi dan Waktu Penelitian ... 12

1.5.1 Lokasi Penelitian Kegunaan Penelitian ... 12


(11)

xi

2.1.2.1 Jenis-Jenis Inflasi ... 14

2.1.2.2 Teori-teori Inflasi ... 16

2.1.2.3 Dampak Inflasi ... 16

2.1.2.4 Cara Mengatasi Inflasi ... 17

2.1.2 Kurs Rupiah ... 19

2.1.2.1 Penentuan Nilai Tukar ... 20

2.1.2.2 Nilai Tukar Mata Uang ... 21

2.1.2.3 Sistem Kurs Mata Uang ... 22

2.1.2.4 Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia ... 24

2.1.2.5 Jenis-Jenis Kurs ... 25

2.1.3 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 26

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya ... 28

2.2Kerangka Pemikiran ... 32

2.2.1 Hubungan Tingkat Inflasi dan IHSG ... 33

2.2.2 Hubungan Kurs Rupiah dan IHSG ... 34

2.2.3 Hubungan Tingkat Inflasi, Kurs Rupiah Terhadap IHSG . 35 2.3Hipotesis ... 36

BAB III OBJEK METODE PENELITIAN 3.1Objek Penelitian ... 38

3.2Metode Penelitian ... 38

3.2.1 Desain Penelitian ... 41

3.2.2 Operasional Variabel ... 46

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data ... 48

3.2.3.1Sumber Data ... 48

3.2.3.2Teknik Penentuan Data ... 49

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data ... 50

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 51

3.2.5.1Rancangan Analisis ... 51

3.2.5.2Pengujian Hipotesisi ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1Gambaran Umum Perusahaan ... 72

4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 72

4.1.2 Aspek Kegiatan pada PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 75


(12)

xii

4.2.3 Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan ... 92

4.3Analisis Verifikatif ... 96

4.3.1 Analisis Regresi Linear Berganda ... 97

4.3.2 Uji Asumsi Klasik ... 99

4.3.3 Analisis Korelasi ... 104

4.3.4 Koefisien Determinasi ... 107

4.4Uji Hipotesis ... 110

4.4.1 Pengujian Hipotesisi Secara Parsial (Uji-t) ... 110

4.4.1.1Pengujian Hipotesis Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 110

4.4.1.2Pengujian Hipotesis Kurs Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ... 113

4.4.2 Hasil Pengujian Pengaruh Inflasi dan Kurs Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan ... 115

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan ... 117

5.2Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 120 LAMPIRAN – LAMPIRAN


(13)

120

Pasar Modal Indoneisa. Jakarta: PT Bursa Efek Indonesia

Anak Agung Gde AK, Ni Gusti PW. 2013. Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI pada Indeks Harga Saham Gabungan di BEI. Skripsi. Universitas Udayana. Bali

Boediono. 2005. Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE

BPS.2014. Laporan Perekonomian Indonesia. Jakarta: Badan Pusat Statistik Dornbusch,R, Fischer,S., and Richard Starz. 2008. Makroekonomi (diterjemahkan

oleh:Roy Indra Mirazudin, SE. Jakarta: PT Media Global Edukasi

Gujarati Damodar. 2003. “Ekonometrika Dasar : Edisi Keenam”. Jakarta: Erlangga.

Hismendi, dkk. 2013. Analisis Pengaruh Nilai Tukar, SBI, Inflasi, dan Pertumbuhan GDP Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Tesis. Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh Husnan,S,2000.Dasar-Dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas di Pasar

Modal.Yogyakarta:UPPAMPYKPN

Indra Ria Safitri, Suresh Kumar. 2014. The Impact Of Interest Rate, Inflation, Exchange Rate and GDP On Stock Price Index Of Plantation Sector: Empirical Anlysis On BEI the Years Of 2008-2012. International Conference on Trends in Multidisciplinary Business and Economics Research, 27-28, March 2014 Bangkok,Thailand


(14)

121

Kuncoro,Mudrojad,2001.Metode Kuantitatif Teori dan Aplikasi Untuk Bisnis dan Ekonomi,UPP AMP YKPN.Yogyakarta

Linna Ismawati dan Beni Hermawan. 2013. Pengaruh Kurs Mata Uang Rupiah Atas Dollar AS, Tingkat Suku Bunga Setifikat Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi Terhadap IHSG pada Bursa Efek Indonesia. Jurnal. UNIKOM: Bandung

Nopirin. 1998. Ekonomi Moneter Buku II. BPFE: Yogyakarta

Panji, Anoraga dkk. 2001. Pengantar Pasar Modal. Jakart: Rineka Cipta Robet, A. 1997. Pasar Modal Indonesia. Jakarta: Mediasoft

Samsul, Mohammas. 2006. Pasar Modal dan Portofolio. Jakarta: Airlangga Singgih Santoso. 2002. “SPSS Statistik Multivariat”. Jakarta : Elex Media

Komputindo.

Sitinjak,Elyzabeth Lucky Maretha dan Widuri Kurniasari. 2003. Indikator Saham dan Pasar Uang yang Saling Berkaitan Ditinjau dari Pasar Saham Sedang Bullish dan Bearsish. Jurnal Riset Ekonomi dan Manajemen.vol3 no3,35-36

Sri Handaru Yulianti, Handoyo Prasetyo. (2005). Manajemen Keuangan Intenasional, Penerbit Andi: Yogyakarta


(15)

122

Pendekatam Tanya Jawan, Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat Umi, Narimawati. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif : Teori

Dan Aplikasi. Bandung

Umi,Narimawati dkk. 2010. Penulisan Karya Ilmiah:Paduan Awal Menyusun Skripsi dan Tugas Akhir. Jakarta: Penerbit Genesis

Wen-jen Hsieh. 2009. Study Of The Behavior Of The Indonesian Rupiah/US Dollar Exchange Rate and Policy Implications. Jurnal. National Cheng Kung University.

Winarno, Wing Wahyu. 2015. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews. Edisi 4. Yogyakarta : UPP STIM YKPN.

Widiatmodjo, Sawidji. 2009. Pasar Modal Indonesia Pengantar dan Studi Kasus. Jakarta: Ghalia Indonesia

Winarno, Wing Winarno. 2015. Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan EViews Edisi 4.Yogyakarta

Yusnita Jayanti, dkk. 2014. Pengaruh Tingkat Inflasi,Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, Indeks Down Jones dan Indeks KLSE Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Studi Kasus Pada Bursa Efek Indoneisa Periode Januari 2010 – Desember 2013. Universitas Brawijaya. Malang


(16)

123 Juruscuan.com

Liputan6.com Okezone.com Tempo.co

www.keumenkeu.go.id www.bi.go.id

www.bps.co.id


(17)

13 2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Tingkat Inflasi

Menurut Boediono (2005:155) “Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk naik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali kenaikan tersebut meluas kepada sebagian besar dari harga barang-barang lain”

Inflasi adalah peningkatan dalam seluruh tingkat harga. Kadang kadang kenaikan harga ini berlangsung terus-menerus dan berkepanjangan. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau menyebabkan kenaikan) kepada barang lainnya (Mankiw, 2005)

Adapun indikator yang sering digunakan dalam mengukur tingkat inflasi adalah :

1. Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Customer Price Index (CPI) merupakan indikator yang umum digunakan untuk menggambarkan pergerakan harga. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang dikonsumsi masyarakat.

2. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) merupakan indikator yang menggambarkan pergerakan harga dari komoditi-komoditi yang diperdagangkan di suatu daerah.


(18)

3. Produk Domestik Bruto (PDB) menggambarkan pengukuran level harga barang akhir (final goods) dan jasa yang diproduksi di dalam suatu ekonomi (negeri). Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas harga konstan.

Tingkat inflasi yang tinggi biasanya dikaitkan dengan kondisi ekonomi yang terlalu panas (overheated). Artinya, kondisi ekonomi mengalami permintaan atas produk yang melebihi kapasitas penawaran produknya, sehingga harga-harga cenderung mengalami kenaikan. Inflasi yang terlalu tinggi juga akan menyebabkan penurunan daya beli uang (purchasing power of money). Disamping itu, inflasi yang tinggi juga bisa mengurangi tingkat pendapatan riil yang diperoleh investor dari investasinya (Kewal, 2012).

2.1.1.1Jenis-Jenis Inflasi

1. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya

a. Inflasi Ringan : Inflasi yang belum terlalu mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ringan mampu dikendalikan dengan tingkat nilai dibawah 10% per tahun.

b. Inflasi Sedang : Inflasi yang dapat menurunkan kesejahteraan masyarakat bagi penghasilan tetap dengan tingkat laju inflasi sebesar 10%-30% per tahun.

c. Inflasi Berat : Inflasi yang mampu mengacaukan perekonomian yang berakibat pada kurangnya minat masyarakat dalam menabung karna


(19)

bunga bank lebih rendah dari laju angkat inflasi, inflasi berat memiliki laju sekitar 30%-100% per tahun.

d. Inflasi Sangat Berat atau Hiperinflasi : Inflasi yang telah mengacaukan kondisi perekonomian dan sulit dikendalikan walapun dengan melakukan kebijakan moneter atau kebijakan fiskal dengan laju inflasi diats 100% per tahun.

2. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya

a. Demand Pull Inflation atau inflasi permintaan : Inflasi yang timbul akibat dari kenaikan permintaan masyarakat

b. Cost Push Inflation atau inflasi biaya : Inflasi yang timbul akibat dari biaya produksi barang dan jasa

3. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Asal atau Sumbernya

a. Inflasi dalam Negeri : Inflasi yang terjadi akibat defisit anggaran belanja negara (APBN) sehingga pencetakan uang baru dan gagalnya pasar yang mengakibatkan tingginya harga bahan makanan.

b. Inflasi Luar Negeri : Inflasi yang disebabkan naiknya harga barang impor yang berasal dari biaya produksi barang di luar negeri yang tinggi atau naiknya tarif impor barang.

4. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Pengaruh terhadap Harga Barang a. Inflasi Tutup (Closed Inflation) : Inflasi yang terjadi akibat kenaikan

harga antara satu atau dua barang tertentu.

b. Inflasi Terbuka (Open Inflation) : Inflasi yang terjadi akibat kenaikan harga semua barang.


(20)

5. Inflasi Berdasarkan Tingkat Intensitasnya

a. Inflasi merayap (bila kenaikan harga-harga umum hanya terjadi secara perlahan-lahan)

b. Inflasi Hiper (bila kenaikan harga-harga umum terjadi secara cepat)

2.1.1.2Teori-teori Inflasi

Dari berbagai gejala-gejala inflasi yang timbul dapat dijelaskan dengan teori-teori inflasi. Teori-teori inflasi adalah sebagai berikut..

a. Teori Kuantitas (Irving Fisher) : Dalam teori kuantitas, jika penawaran terhadap uang bertambah maka akan terjadi pula kenaikan tingkat harga. b. Teori Keynes : Dalam teori keynes, inflasi terjadi karna adanya sebagian masyarakat yang hidup diluar dari batas ekonominya atau adanya kelebihan permintaan dari masyarakat.

c. Teori Strukturalis : Dalam teori strukturalis menyatakan bahwa terjadinya inflasi karena adanya kekakuan struktur perekonomian khususnya di negara berkembang. Arti dari kekakuan terhadap penerimaan ekspor dan penawaran atau produksi makanan dalam negeri.

2.1.1.3Dampak Inflasi

Dampak yang ditimbulkan inflasi dapat bersifat positif dan negatif. Tergantung pada tingat keparahnnya yang kita ketahui inflasi memberikan dampak bagi individu maupun pada kegiatan perekonomian secara luas.


(21)

a. Dampak Positif

1) Peredaran atau perputaran barang menjadi lebih cepat.

2) Produksi akan barang-barang bertambah, karena keuntungan pada pengusaha juga bertambah.

3) Kesempatan kerja bertambah, ini dapat terjadi karena tambahan investasi.

4) Pendapatan nominal juga bertambah, tetapi riil berkurang, karena kenaikan pendapatan kecil.

b. Dampak Negatif

1) Harga barang-barang dan jasa naik.

2) Nilai dan kepercayaan akan uang mengalami penurunan atau berkurang. 3) Menimbulkan tindakan spekulasi.

4) Banyak proyek pembangunan yang akan macet atau terlantar. 5) Kesadaran akan menabung masyarakat berkurang.

6) Menimbulkan masalah dalam neraca pembayaran 7) Menimbulkan masalah dalam keadaan di masa depan

8) Menyebabkan tingkat bunga bertambah dan akan mengurangi investasi

2.1.1.4Cara Mengatasi Inflasi

Inflasi dapat dicegah dengan tiga kebijakan yang dilakukan pemerintah. Cara mengatasi inflasi adalah sebagai berikut.

1. Kebijakan Moneter : Dalam teori moneter klasik, inflasi dapat terjadi karena penambahan jumlah uang yang beredar. Jadi, secara teoretis


(22)

relatif mudah dalam mengatasi inflasi, yaitu dengan cara mengendalikan jumlah uang beredar. Kebijakan moneter adalah tindakan yang dijalankan oleh Bank Indonesia untuk mengurangi atau menambah jumlah uang beredar. Ketika jumlah uang beredar terlalu banyak sehingga inflasi dapat meningkat tajam, Bank Indonesia akan segera melakukan dengan menerapkan berbagai kebijakan moneter untuk mengurangi banyak peredaran uang.

2. Kebijakan Fiskal : kebijakan fiskal adalah kebijakan yang berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan fiskal dapat dilakukan pemerintah dalam mengurangi inflasi adalah dengan cara mengurangi pengeluaran pemerintah dengan menaikkan tarif pajak dan mengadakan pinjaman pemerintah.

3. Kebijakan Non-Moneter dan Non-Fiskal : pemerintah dapat melakukan kebijakan nonmoneter atau nonfiskal dengan melakukan tiga cara, yaitu menstabilkan upah (gaji), distribusi barang, dan menaikkan hasil produksi, serta pengamanan harga

Rumus:

Keterangan :

IHKn = Indeks Harga Konsumen pada tahun n


(23)

2.1.2 Kurs Rupiah

Menurut Adiningsih, dkk (1998: 155), “nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai mata uang rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain”.

Misalnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika, nilai tukar rupiah terhadap Euro, dan lain sebagainya. Kurs merupakan salah satu indikator yang mempengaruhi aktivitas di pasar saham maupun di pasar uang karena investor cenderung akan berhati-hati untuk melakukan investasi portofolio. Menurunnya kurs Rupiah terhadap mata uang asing khususnya Dolar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal (Sitinjak dan Kurniasari, 2003).

Kurs mata uang menunjukkan harga mata uang apabila ditukarkan dengan mata uang lain. Penentuan nilai kurs mata uang suatu negara dengan mata uang negara lain ditentukan sebagai mana halnya barang yaitu oleh permintaan dan penawaran mata uang yang bersangkutan. Hukum ini juga berlaku untuk kurs rupiah, jika demand akan rupiah lebih banyak daripada suplainya maka kurs rupiah ini akan terapresiasi, demikian pula sebaliknya. Apresiasi atau depresiasi akan terjadi apabila negara menganut kebijakan nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) sehingga nilai tukar akan ditentukan oleh mekanisme pasar (Kuncoro, 2001).

Jadi, dapat disimpulkan nilai tukar rupiah adalah suatu perbandingan antara nilai mata uang suatu negara dengan negara lain. Heru (2008) menyatakan bahwa nilai tukar mencerminkan keseimbangan permintaan dan


(24)

penawaran terhadap mata uang dalam negeri maupun mata uang asing US$. Merosotnya nilai tukar rupiah merefleksikan menurunnya permintaan masyarakat terhadap mata uang rupiah karena menurunnya peran perekonomian nasional atau karena meningkatnya permintaan mata uang asing US$ sebagai alat pembayaran internasional. Semakin menguat kurs rupiah sampai batas tertentu berarti menggambarkan kinerja di pasar uang semakin menunjukkan perbaikan. Sebagai dampak meningkatnya laju inflasi maka nilai tukar domestik semakin melemah terhadap mata uang asing. Hal ini mengakibatkan menurunnya kinerja suatu perusahaan dan investasi di pasar modal menjadi berkurang.

2.1.2.1Penentuan Nilai Tukar

Ada beberapa faktor penentu yang mempengaruhi pergerakan nilai tukar, yaitu (Madura, 1993):

1. Faktor Fundamental

Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga,perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan intervensi bank sentral.

2. Faktor Teknis

Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran devisa pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valuta asing akan terapresiasi, sebaliknya apabila ada kekurangan permintaan, sementara penawaran tetap maka nilai tukar valuta asing akan terdepresiasi.


(25)

3. Sentimen Pasar

Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal.

2.1.2.2Nilai Tukar Mata Uang

Nilai tukar mata uang dibagi menjadi dua yaitu :

1) Nilai tukar nominal, adalah nilai tukar yang ditulis dengan angka nominal. Misalnya US$ 1,00=Rp10.000. kurs antara dua Negara adalah yang dinamakan kurs nominal.

2) Nilai tukar Riil atau kurs riil (riil exchange rate) adalah harga relative dari barang-barang kedua Negara yang menyatakan tingkat dimanakita dapat memperdagangkan barang-barang dari suatu Negara untuk barang-barang dari suatu Negara untuk barang-barang Negara lain. Oleh karena itu nilai tukar riil juga disebut terms of trade.

Kurs Beli= Nilai Mata Uang Asing x Nilai Rupiah

Kurs Jual = ���� � ���ℎ


(26)

Nilai tukar riil diantara kedua Negara dihitung dari nilai tukar nominal dan tingkat harga di kedua Negara.Jika nilai tukar riil adalah tinggi, berarti harga barang-barang luar negeri relatif murah, dan harga barang-barang domestik relatif mahal. Dan sebaliknya, jika nilai tukar riil rendah, berarti harga barang-barang luar negeri relatif mahal, dan harga-harga barang domestik relatif murah.

2.1.2.3Sistem Kurs Mata Uang

Menurut Kuncoro (2001: 26-31), ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu:

1. Sistem kurs mengambang (floating exchange rate), sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu :

a. Mengambang bebas (murni) dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan pemerintah. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. b. Mengambang terkendali (managed or dirty floating exchange rate)

dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya


(27)

dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valas untuk mempengaruhi pergerakan kurs.

2. Sistem kurs tertambat (peged exchange rate). Dalam sistem ini, suatu Negara mengkaitkan nilai mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner

dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai mata

uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya.

3. Sistem kurs tertambat merangkak (crawling pegs). Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai mata uangnya secara periodic dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam.

4. Sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan


(28)

dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai

perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda.

5. Sistem kurs tetap (fixed exchange rate). Dalam sistem ini, suatu Negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit.

2.1.2.4Sejarah Perkembangan Kebijakan Nilai Tukar di Indonesia

Sejak tahun 1970, negara Indonesia telah menerapkan tiga sistem nilai tukar, yaitu:

1 Sistem kurs tetap (1970- 1978) Sesuai dengan Undang-Undang No.32 Tahun 1964, Indonesia menganut sistem nilai tukar tetap kurs resmi Rp. 250/US$, sementara kurs uang lainnya dihitung berdasarkan nilai tukar rupiah terhadap US$. Untuk menjaga kestabilan nilai tukar pada tingkat yang ditetapkan, Bank Indonesia melakukan intervensi aktif di pasar valuta asing.

2 Sistem mengambang terkendali (1978-Juli 1997) Pada masa ini, nilai tukar rupiah didasarkan pada sistem sekeranjang mata uang (basket of currencies). Kebijakan ini diterapkan bersama dengan dilakukannya


(29)

devaluasi rupiah pada tahun 1978. Dengan sistem ini, pemerintah menetapkan kurs indikasi (pembatas) dan membiarkan kurs bergerak di pasar dengan spread tertentu. Pemerintah hanya melakukan intervensi bila kurs bergejolak melebihi batas atas atau bawah dari spread.

3 Sistem kurs mengambang (14 Agustus 1997-sekarang) Sejak pertengahan Juli 1997, nilai tukar rupiah terhadap US$ semakin melemah. Sehubungan dengan hal tersebut dan dalam rangka mengamankan cadangan devisa yang terus berkurang maka pemerintah memutuskan untukmenghapus rentang intervensi (sistem nilai tukar mengambang terkendali) dan mulai menganut sistem nilai tukar mengambang bebas (free floating exchange rate) pada tanggal 14 Agustus 1997. Penghapusan rentang intervensi ini juga dimaksudkan untuk mengurangi kegiatan intervensi pemerintah terhadap rupiah dan memantapkan pelaksanaan kebijakan moneter dalam negeri.

2.1.2.5 Jenis – Jenis Kurs

1 Selling rate (kurs jual), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk penjualan valuta asing tertentu pada saat tertentu.

2 Middle rate (kurs tengah), yaitu kurs tengah antara kurs jual dan kurs beli valuta asing terhadap mata uang nasional, yang ditetapkan oleh Bank Central pada suatu saat tertentu.

3 Buying rate (kurs beli), yaitu kurs yang ditentukan oleh suatu bank untuk pembelian valuta asing tertentu pada saat tertentu.


(30)

4 Flat rate (kurs flat), yaitu kurs yang berlaku dalam transaksi jual beli bank notes dan traveler chaque, di mana dalam kurs tersebut telah diperhitungkan promosi dan biaya lainlain.

2.1.3 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

Indeks harga saham sebenanya merupakan angka indeks harga saham yang telah disusun dengan dihitung sedemikian rupa sehingga menghasilkan trend. Tidak berubahnya indeks harga saham menunjukan situasi dalam keadaan stabil, sedangkan indek harga saham mengalami penurunan, menunjukan kondisi pasar sedang lesu.

Untuk mengetahui situasi pasar secara umum, kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan indeks harga saham gabungan. Indeks harga saham gabungan merupakan salah satu indeks pasar saham yang digunakan oleh BEI. Diperkenalkan pertama kali pada tanggal 1 April 1983, sebagai indikator pergerakan harga saham di BEI, Indeks ini mencakup pergerakan harga seluruh saham biasa dan saham preferen yang tercatat di BEI. Hari Dasar perhitungan IHSG adalah tanggal 10 Agustus 1982.

Pada prinsipnya perhitungan IHSG tidak berbeda dengan perhitungan indeks harga saham individu. Hanya saja, dalam perhitungan IHSG kita harus menjumlahkan seluruh harga saham yang ada (listing).

Kenaikan indeks harga saham gabungan sepanjang waktu tertenu, tentunya mendatangkan kondisi investasi dan perekonomian negara dalam


(31)

keadaan baik. Sebaliknya jika turun berarti iklim investasi sedang buruk. Kondisi demikian akan mempengaruhi naik atau turunny harga saham di pasar bursa.

MenurutSadwiji Widoatmojo (1996:189),adalah :“ IHSG adalah ringkasan dari dampak simultan dan kompleks atas berbagai macam faktor yang berpengaruh, terutama fenomena-fenomena ekonomi. Bahkan dewasa ini IHSG dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai landasan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir (current market)”.

Menurut Robert Ang (1997:14.6), pengertian IHSG adalah : “Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja saham yang tercatat dalam suatu bursa efek. IHSG ini ada yang dikeluarkan oleh bursa efek yang bersangkutan secara resmi dan ada yang dikeluarkan oleh institusi swasta tertentu seperti media massa keuangan, institusi keuangan, dan lain-lain”

Rumus untuk menghitung IHSG menurut (Iskandar Z. Alwi 2003: 89) adalah sebagai berikut :

IHSG =

dimana:

∑Ht = total harga semua saham pada waktu yang berlaku


(32)

2.1.4 Hasil Penelitian Sebelumnya 1. Wen-jen Hsieh, 2009(Asing)

Dalam penelitiannya yang berjudul “Study of the Behavior of the

Indonesian Rupiah/US Dollar Exchange Rate and Policy Implications”

menyatakan bahwa peningkatan tingkat inflasi akan berdampak pada depresiasi rupiah dan nilai tukar rupiah yang diharapkan positif dan sangat siginifan terhadap harga saham

2. Suramaya Suci Kewal (2012)

Dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs

dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan”

menyatakan bahwa secara parsial (uji t) Tingkat Inflasi, Suku Bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap IHSG, sedangkan kurs rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG. Secara simultan (uji F) terdapat pengaruh tingkat inflasi, suku bunga SBI, kurs rupiah, pertumbuhan PDB terhadap IHSG di BEI. 3. Anak Agung Gde Aditya Krisna dan Ni Gusti Putu Wirawati, 2013

Dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI Pada Indeks Harga Saham Gabungan di BEI Periode 2008-2012” menyatakan bahwa secara parsial (uji t) Tingkat Inflasi tidak berpengaruh terhadap IHSG, sedangkan Kurs Rupiah dan Suku Bunga SBI terdapat pengaruh positif terhadap IHSG. Secara simultan (uji F) menyatakan bahwa Tingkat Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, dan Tingkat Suku Bunga SBI berpengaruh terhadap IHSG.


(33)

4. Hismendi, dkk 2013

Dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Nilai Tukar, SBI,

Inflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Pergerakan Indeks Harga

Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia” menyatakan bahwa secara parsial (uji t) menunjukkan bahwa Nilai Tukar, Suku Bunga SBI dan pertumbuhan GDP berpengaruh signifikan, sedangkan Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap terhadap pergerakan IHSG. Secara simultan (uji F) menyatakan bahwa Nilai Tukar, SBI, Inflasi dan Pertumbuhan GDP berpengaruh signifikan terhadap IHSG

5. Linna Ismawati, dan Benni Hermawan, 2013

Dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kurs Mata Uang Rupiah Atas Dolar AS, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Pada Bursa

Efek Indonesia” menyatakan bahwa secara parsialkurs mata uang berpengaruh tidak signifikan terhadap IHSG, Suku Bunga SBI berpengaruh negative terhadap IHSG dan Inflasi tidak berpengaruh negatif terhadap IHSG inflasi berpengaruh terhadap IHSG. Secara simultan (uji F) Kurs Mata Uang Rupiah atas Dollar AS, Tingkat Suku Bunga SBI dan Tingkat Inflasi berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan.

6. Yusnita Jayanti, Darminto dan Nengah Sudjana, 2014

Dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, Indeks Dow Jones, dan Indeks KLSE


(34)

terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Periode Tahun 2010-1013” menyatakan bahwa secara parsial (uji t) Tingkat Suku Bunga SBI dan Nilai Tukar Rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap IHSG, variabel Indeks Dow Jones dan Indeks KLSE berpengaruh positif terhadap IHSG, sedangkan variabel Tingkat Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara simultan (uji F) tingkat inflasi, tingkat suku bunga SBI, nilai tukar Rupiah, indeks Dow Jones, dan indeks KLSE berpengaruh simultan (bersama-sama) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

7. Indra Ria Safitri dan Suresh Kumar, 2014 (Asing)

Dalam penelitiannya yang berjudul “The Impact Of Interest Ratem Inflation, exchange Rates and GDP On Stock Price Index” menyatakan bahwa secara parsial (uji t) Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap indeks harga saham, Nilai Tukar berpengaruh tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham pada Sektor Perkebunan sedangkan Nilai Tukar Rupiah berepngaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham sector perkebunansecara simultan (uji F) Inflasi, Nilai Tukar dan GDP berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham


(35)

Tabel 2.1

Perbandingan dengan Penelitian Sebelumnya No Nama dan Judul

Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1 Study of the Behavior of

the Indonesian

Rupiah/US Dollar Exchange Rate and Policy Implications

Wen-jen Hsieh (2009)

Koefisien nilai tukar yang diharapkan positif dan signifikan pada tingkat 1% terhadap harga saham

Menggunkaan metode

analisis regresi

Mengunakan model Bilson dan model Mundell-Fleming

2 Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs, dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

Suramaya Suci Kewal (2012)

Variabel Inflasi diperoleh t hitung sebesar-0,305 dan nilai signifikan 0,761 berarti inflasi tidak berpengaruh. Sedangkan variabel kurs rupiah t hitung sebesar -4,331 dan nilai signifikan 0,000 berarti berpengaruh negative

Menggunakan metode

analisis regresi linear berganda (multiple linear regression)

Tahun

periode yang diteliti

3 Analisis Pengaruh Nilai Tukar, SBI, Inflasi dan Pertumbuhan GDP Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia

Hismendi, dkk (2013)

Variabel Inflasi diperoleh t hitung sebesar1,513 dan nilai signifikan 0,139 berarti inflasi tidak berpengaruh. Sedangkan variabel kurs rupiah t hitung sebesar- 4,429 dan nilai signifikan 0,000 berarti berpengaruh signifikan Menggunakan metode analisis regresi linear berganda (multiple linear regression) Tahun

periode yang diteliti

4 Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah, Suku Bunga SBI Pada Indeks Harga Saham Gabungan di BEI Periode 2008-2012

Anak Agung Gde Aditya Krisna dan Ni Gusti Putu Wirawati (2013)

Variabel Inflasi diperoleh t hitung sebesa 2,105 dan nilai signifikan 0,040 berarti inflasi tidak berpengaruh. Sedangkan variabel kurs rupiah t hitung sebesar 2,818 dan nilai signifikan 0,007 berarti berpengaruh positif Menggunakan metode analisis regresi linear berganda (multiple linear regression) Tahun

periode yang diteliti


(36)

No Nama dan Judul Penelitian

Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 5 Pengaruh Kurs Mata

Uang Rupiah Atas Dolar AS, Tingkat Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan

(IHSG) Pada Bursa Efek Indonesia

Linna Ismawati, dan Benni Hermawan (2013)

Variabel Inflasi diperoleh t hitung sebesar 0, 370 dan nilai signifikan 0,713 berarti inflasi tidak berpengaruh. Sedangkan variabel kurs rupiah t hitung sebesar 1,360 dan nilai signifikan 0,719 berarti berpengaruh tidak signifikan

Menggunakan metode

analisis regresi linear berganda (multiple linear regression)

Tahun

periode yang diteliti

6 Pengaruh Tingkat Inflasi, Tingkat Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Rupiah, Indeks Dow Jones, dan Indeks KLSE terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan

Periode Tahun 2010-1013

Yusnita Jayanti, Darminto dan Nengah Sudjana

(2014)

Variabel Inflasi diperoleh t hitung sebesar 1,507 dan nilai signifikan 0,139 berarti inflasi tidak berpengaruh. Sedangkan variabel kurs rupiah t hitung sebesar -2,230 dan nilai signifikan 0,031 berarti berpengaruh negative

Menggunakan metode

analisis regresi linear berganda (multiple linear regression)

Periode tahun yang diteliti

7 The Impact Of Interest Rates, Inflation, exchange Rates and GDP On Stock Price Index Of Plantation Sector

Indra Ria Safitri dan Suresh Kumar (2014)

Variabel Inflasi diperoleh t hitung sebesar 4,076 dan nilai signifikan 0,690. Sedangkan variabel kurs rupiah t hitung sebesar -3,796 dan nilai signifikan 0,002

Menggunakan metode

analisis regresi linear berganda (multiple linear regression)

Sector yang diteli

terhadap indeks harga saham adalah sektor

perkebunan


(37)

Pasar modal merupakan salah satu alternatif pilihan investasi yang dapat menghasilkan tingkat keuntungan optimal bagi investor. Investasi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan peningkatan nilai investasi (Husnan, 2000).

Merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar memungkinkan berpengaruh negatif terhadap pasar modal, mengingat sebagian besar perusahaan yang go-public di BEI mempunyai hutang luar negeri dalam bentuk valuta asing.

Dalam penelitian ini, ditentukan analisa terhadap 3 variabel yang diduga berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia. Adapun variabel makro ekonomi yang diprediksikan berpengaruh terhadap Indeks Harga Saham Gabungan adalah inflasi, nilai tukar, Produk Domestik Bruto, dan harga minyak dunia. Berdasarkan deskripsi teori dan penelitian yang relevan, hubungan masing-masing variabel independen terhadap IHSG dapat dijelaskan sebagai berikut:

2.2.1 Hubungan antara Tingkat Inflasi dan IHSG

Studi mengenai hubungan antara tingkat inflasi dan reaksi pasar saham telah banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian yang berhubungan dengan masalah nilai tukar dan IHSG yang dilakukan oleh beberapa peneliti.

Menurut Tandelilin (2001:214): Peningkatan inflasi secara relatif merupakan sinyal negatif bagi pemodal di pasar modal. Hal ini dikarenakan


(38)

peningkatan inflasi akan menaikkan biaya produksi perusahaan. Inflasi berpengaruh terhadap harga saham melalui dua cara, secara langsung maupun secara tidak langsung.

Menurut Sawidji Widoatmodjo (2009:147) : Inflasi akan terjadi apabila harga pokok suatu barang naik (misalnya beras, beras adalah kebutuhan pokok). Harga beras yang naik sebagai akibat dari gagal panen (musim hujan) akan berakibat pada kenaikan tingkat inflasi karena beras adalah kebutuhan yang sangat penting. Inflasi yang tinggi berdampak pada penurunan IHSG.

2.2.2 Hubungan antara Kurs Rupiah dan IHSG

Studi mengenai hubungan antara nilai tukar dan reaksi pasar saham telah banyak dilakukan sebelumnya. Penelitian yang berhubungan dengan masalah nilai tukar dan IHSG yang dilakukan oleh beberapa peneliti.

Menurut Mohammad Samsul (2006:31) : nilai mata uang domestic yang stabil dapat menghindarkan investor asing di pasar modal menglami kerugian akibat perbedaan kurs valuta asing.

Menurut Sri Handaru (2005:179) : nilai tukar mata uang asing mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam aktivitas bisnis yang dilakukan individu, perusahaan maupun suatu negara. Para ekonom dan akademisi telah mengeluarkan berbagai teori yang menjelaskanpergerakan nilai tukar mata uang karena melemahnya kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar AS, akan memiliki pengaruh negatif terhadap perekonomian dan pasar modal.


(39)

2.2.3 Hubungan antara Tingkat Inflasi dan Kurs Rupiah Terhadap IHSG Menurut BPS (2000: 10) mendefinisikan “Inflasi sebagai salah satu indikator untuk melihat stabilitas ekonomi suatu wilayah atau daerah yang menunjukkan perkembangan harga barang dan jasa secara umum yang dihitung

dari indeks harga konsumen”.

Kurs atau nilai tukar adalah harga dari mata uang luar negeri (Dornbusch,et.al., 2008 : 46). Kenaikan nilai tukar mata uang dalam negeri disebut apresiasi atas mata uang (matauang asing lebih murah, hal ini berarti nilai mata uang asing dalam negeri meningkat). Penurunan nilai tukar (kurs) disebut depresiasi mata uang dalam negeri (mata uang asing menjadi lebih mahal, yang berarti mata uang dalam negeri menjadi merosot). Pada dasarnya para investor akan menanamkan modalnya dipasar saham apabila tingkat inflasi rendah dan juga nilai tukar (kurs) rupiah menguat. hal ini akan menunjukan bahwa perekonomian sedang baik, investor lebih cenderung tertarik kepada perekonomian yang sedang stabil karena keuntungan yang akan diperoleh bagus.


(40)

Gambar 2.1 Paradigma Penelitian

Perubahan Tingkat Inflasi, Kurs Rupiah terhadap IHSG 2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2002:39), dalam bukunya yang berjudul “ Metode

Penelitian Administrasi” hipotesis penelitian adalah :

Tingkat Inflasi (X1)

1. Indeks Harga Konsumen (IHK)

2. Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB)

3. Produk Domestik Bruto (PDB) (Mankiw, 2005)

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Y)

1. Harga saham 2. Nilai pembagi

(Iskandar Z. Alwi 2003: 89)

Kurs Rupiah (X2) 1 Kurs beli

2 Kurs jual

(Madura, 1993)

BPS (2000: 10)

danDornbusch,et.al., (2008 : 46)

Tandelilin (2001:214)dan Sawidji Widoatmodjo (2006)

Mohammad Samsul (2006:31) dan Sri Handaru (2005:179)


(41)

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah:

H1 : Tingkat inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

H2 : Kurs rupiah berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

H3 : Tingkat inflasi dan kurs rupiah berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan


(42)

(43)

38 3.1 Objek Penelitian

Pengertian dari objek penelitian menurut Husein Umar dalam Umi Narimawati (2010:29) adalah:

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi obyek penelitian. Juga di mana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan hal-hal lain jika dianggap perlu”.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa objek penelitian merupakan sesuatu hal atau objek yang perlu ditentukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian agar terdapat kejelasan mengenai apa yang akan diteliti.

Yang menjadi objek penelitian dalam penulisan usulan penelitian ini adalah tingkat inflasi, kurs rupiah dan indeks harga saham gabungan. Dari judul diatas maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah

1. Tingkat inflasi sebagai variabel bebas 2. Kurs rupiah sebagai variabel bebas

3. Indeks harga saham gabungan sebagai variabel terikat

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah suatu teknik atau cara mencari, memperoleh mengumpulkan atau mencatat data, baik data primer maupun data sekunder yang dapat digunakan untuk keperluan menyusun karya ilmiah dan kemudian


(44)

menganalisis faktor–faktor yang berhubungan dengan pokok permasalahan sehingga akan didapat suatu kebenaran atas data yang diperoleh. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif.

Metode penelitian merupakan suatu cara penulis dalam menganalisis data. Umi Narimawati (2010:29), menjelaskan bahwa:

“Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu”.

Menurut Sugiyono (2010:2), yaitu:

“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa metode penelitian merupakan cara dalam memecahkan masalah penelitian yang dilaksanakan secara terencana dan teliti dengan maksud mendapatkan fakta dan kesimpulan. Metode penelitian juga merupakan cara kerja untuk memahami dan mendalami objek yang menjadi sasaran.

Berdasarkan rumusan dan tujuan sebelumnya, penelitian ini termasuk penelitian terapan. Menurut Sugiyono (2010:4) yang dikutip dari Gay (1977) mengungkapkan bahwa:

“Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan

kemampuan suatu teori yang diterapkan dalam memecahkan masalah-masalah


(45)

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan kuantitatif, yaitu hasil penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka). Dengan menggunakan metode penelitian ini, akan diketahui hubungan yang signifikan atau tidaknya antar variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Menurut Sugiyono dalam Umi Narimawati (2010:29) menerangkan metode deskriptif sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas”.

Adapun tujuan metode deskriptif pada penelitian ini adalah untuk mengetahui perkembanagan Tingkat Inflasi, Kurs Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan pada Bursa Efek Indonesia Periode Tahun 2013-2015

Sedangkan pengertian verifikatif menurut Mashuri dalam Umi Narimawati (2010:29) sebagai berikut:

“Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan

di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan.”

Adapun tujuan metode verifikatif pada penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Tingkat Inflas dan Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Pada Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015


(46)

Dengan menggunakan metode penelitian, maka akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel-variabel yang diteliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

3.2.1 Desain Penelitian

Desain penelitian suatu pedoman kerja penelitian agar dapat berjalan efektif dan efisien. Kemudian desain penelitian akan berguna bagi pihak-pihak penelitian.

Menurut Moh Nazir dalam Narimawati Umi (2010:30) “Desain penelitian

adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan

penelitian”.

Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2010:30) adalah menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian, selanjutnya menetapkan judul penelitian.

1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelititan, selanjutnya menetapkan judul penelitian;

2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi; 3. Menetapkan rumusan masalah;

4. Menetapkan tujuan penelitian;

5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori;

6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang digunakan;


(47)

7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan data;

8. Melakukan analisis data;

9. Melakukan pelaporan hasil penelitian.

Desain penelitian ini menggunakan pendekatan paradigma hubungan dua variabel bebas masing-masing dengan satu variabel tergantung dan pendekatan paradigma hubungan dua variabel bebas secara bersamaan dengan satu variabel tergantung.

Berdasarkan proses penelitian yang dijelaskan di atas, maka desain pada penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:

1. Permasalahan dan Judul Penelitian

Permasalahan yang dicari berdasarkan fenomena yang ditemukan, baik itu berasal dari internal maupun eksternal perusahaan. Setelah itu menetapkan judul penelitian. Adapun judul dalam penelitian ini adalah

“Pengaruh Tingkat Inflasi dan Kurs Rupiah Terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan Pada Bursa Efek Indonesia periode tahun 2013-2015”. 2. Mengidentifikasi Masalah

Dalam penelitian ini permasalahan yang berhasil diidentifikasi adalah indeks harga saham mengalami fluktuasi sebagai akibat dari meningkatnya tingkat inflasi dan melemahnya nilai kurs rupiah.

3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jawabannya melalui pengumpulan data. Rumusan masalah dalam


(48)

penelitian ini adalah bagaimana perkembangan tingkat inflasi, kurs rupiah dan indeks harga saham gabungan serta seberapa besar pengaruh tingkat inflasi dan kurs rupiah dan indeks harga saham gabungan pada Bursa Efek Indonesia periode 2013-2015

4. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perkembangan tingkat inflasi, kurs rupiah dan indeks harga saham gabungan serta besarnya pengaruh tingkat inflasi dan kurs rupiah terhadap indeks harga saham gabungan pada Bursa Efek Indonesia Perode 2013-2015

5. Hipotesis Penelitian

Tingkat inflasi dan kurs rupiah berpengaruh terhadap indeks harga saham gabungan baik secara parsial maupun simultan

6. Konsep dan Pengukuran Variabel

Konsep variabel diperoleh dengan cara membaca referensi teoritis yang relevan dengan setiap variabel yang diteliti. Dalam penelitian ini konsep tingkat inflasi adalah menurut Boediono (2005:155) dan Mankiw (2005) konsep kurs rupiah menurut Kuncoro (2001: 26-31) dan Adiningsih, dkk (1998: 155)dan konsep indeks harga saham gabungan menurut Robert Ang (1997) dan Sadwiji Widoatmojo (1996:189) Pengukuran variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio.

7. Sumber Data, dan Metode Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Teknik penentuan sampel yang digunakan yaitu nonprobability sampling


(49)

dengan menggunakan teknik sampling purposive. Teknik pengumpulan data yaitu melalui dokumentasi

8. Analisis Data

Setelah data terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu. Pengujian statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi berganda dengan data panel, uji asumsi klasik yang diantaranya yaitu uji normalitas, uji heterokedastisitas, uji multikolinieritas, uji autokorelasi, koefisien determinasi, uji hipotesis dan juga menggunakan bantuan program aplikasi Eviews 7.0 for windows. 9. Pelaporan Hasil Penelitian

Pelaporan hasil penelitian dilakukan secara tertulis yang digunakan untuk mengkomunikasikan temuan-temuan riset yang sudah dilakukan. Didalamnya terdapat kesimpulan yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Adapun desain penelitiannya dapat digambarkan seperti dibawah ini:


(50)

Gambar 3.1 Desain Penelitian Keterangan :

X1 =Tingkat Inflasi X2 = Kurs Rupiah

Y = Indeks Harga Saham Gabungan Table 3.1 Desain Penelitian

No

Desain Penelitian

Tujuan Penelitian Metode

yang digunakan Time Horizon Jenis Data 1 Untuk mengetahui perkembangan Tingkat

Inflasi pada Bursa Efek Indonesia Deskriptif

Time Series S E K U N D E R 2 Untuk mengetahui perkembangan Kurs

Rupiah pada Bursa Efek Indonesia Deskriptif

Time Series 3 Untuk mengetahui perkembangan Indeks

Harga Saham Gabungan pada Bursa Efek Indonesia

Deskriptif Time Series 4 Untuk mengetahui besarnya Tingkat Inflasi

dan Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan secara parsial dan simultan

Verifikatif Time Series


(51)

3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Sugiono (2013:60), “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala

sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik

kesimpulannya.”

Operasional Variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator,serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan dengan benar. Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yaitu:

1. Variabel bebas atau variabel independen (X)

Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab berubahnya variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas atau variabel independent adalah Tingkat Inflasi (variabel X1) dan Kurs Rupiah (variabel X2).

2. Variabel terikat atau variabel dependen (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang memberikan reaksi (respon) jika dihubungkan dengan variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel yang variabelnya diamati dan diukur untuk menentukan pengaruh yang disebabkan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Indeks Harga Saham Gabungan (variabel Y) yang dipengaruhi Tingkat Inflasi (variabel X1) dan Kurs Rupiah (variabel X2).


(52)

Tabel 3.2 Operasional Variabel

Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala

Tingkat Inflasi (X1)

Inflasi adalah peningkatan dalam seluruh tingkat harga. Kadang kadang kenaikan harga ini berlangsung terus-menerus dan

berkepanjangan. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau menyebabkan kenaikan)

kepada barang lainnya

(Mankiw, 2005).

- Indeks Harga Konsumen (IHK) - Indeks Harga Perdagangan Besar

(IHPB)

- Produk Domestik Bruto (PDB) Inflasi =

(%) Rasio

Kurs Rupiah (X2)

Nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai

mata uang

rupiah yang ditranslasikan ke dalam mata uang negara lain (Adiningsih, dkk, 1998)

- Kurs Jual

- Kurs Beli

Rupiah Rasio

Kurs Beli = Nilai Mata Uang Asing x Nilai Rupiah

Kurs Jual = ����� ��ℎ ���� � ��� �� � �


(53)

Variabel Konsep Indikator Ukuran Skala IHSG (Y) Indeks Harga

Saham Gabungan (IHSG)

merupakan suatu nilai yang digunakan untuk mengukur

kinerja saham yang tercatat dalam suatu bursa efek. IHSG ini ada yang dikeluarkan oleh bursa efek yang bersangkutan secara resmi dan

ada yang

dikeluarkan oleh institusi swasta tertentu seperti media massa keuangan,

institusi

keuangan, dan lain-lain (Robert Ang, 1997)

IHSG =

∑Ht = total harga semua saham pada waktu yang berlaku

∑Ho = total harga saham pada waktu dasar

Rupiah (Rp)

Rasio

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data

Dalam penelitian ini terdapat sumber data dan metode pengumpulan data, berikut ini adalah penjelasannya.

3.2.3.1Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder.

Menurut Sugiyono dalam Umi Narimawati (2012:37) : “Sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data”.


(54)

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah beruba data sekunder eksternal yang terdapat di website publikasi IDX dan Badan Pusat Statistikdiperoleh dari hasil pengumpulan dan pengolahan pihak lain berupa tingkat inflasi dan kurs rupiah serta indeks harga saham gabungan.

3.2.3.2Teknik Penentuan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini 1. Sampel

Bila jumlah populasi besar dan tidak mungkin dilakukan penelitian terhadap seluruh anggota populasi maka dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Menurut Sugiyono (2013:118)

mengemukakan bahwa : “Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sampel adalah sebagian atau wakil dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang diteliti. Salah satu metode yang dapat dipakai untuk menentukan jumlah sampel ini adalah metode purposive sampling.

Menurut Sugiyono (2010:85) menjelaskan bahwa:

“Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan

pertimbangan tertentu.”

Adapun teknik pengumpulan data yang akan diteliti terdiri dari berbagai sumber yaitu dilakukan dengan cara dokumentasi, yaitu pengumpulan data dilakukan dengan menelaah dokumen-dokumen yang terdapat pada perusahaan.


(55)

Dalam metode ini besarnya sampel ditentukan dengan mempertimbangkan tujuan penelitian berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan terlebih dahulu.

Penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: 1. Data yang diambil merupakan data periode laporan pertumbuhan tingkat

inflasi, kurs dan ihsg

2. Data yang diambil sebanyak 3 tahun yaitu dari tahun 2013-2015.

3. Jumlah sampel yang diambil 36 sudah dianggap mewakili untuk dilakukan penelitian.

Sehingga yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah data periode laporan tingkat inflasi dan kurs rupiah pada Badan Pusat Statistik dan indeks harga saham gabungan pada IDX yang ada di BEI, selama kurun waktu 3 tahun, yaitu dari tahun 2013sampai tahun 2015.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Mulai dari literatur, buku-buku yang ada. Adapun dokumen-dokumen yang menggambarkan sejarah dan yang menerangkan struktur organisasi perusahaan. Selain itu, berdasarkan dokumentasi ini diharapkan akan memperoleh data mengenai Tingkat Inflasi, Kurs Rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan serta informasi-informasi lain yang diperlukan.


(56)

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.2.5.1Rancangan Analisis

Menurut Narimawati, Sri, dan Lina (2012:41), rancangan analisis adalah: Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang telah diperoleh dari hasil observasi lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Dalam penelitian melakukan analisis terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode deskriptif (kualitatif) dan verifikatif (kuantitatif). Penelitian Deskriptif (kualitatif) adalah jenis penelitian yang menggambarkan apa yang dilakukan berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Adapun dalam penelitian ini analisis deskriptif dilakukan untuk menjawab rumusan masalah pada point pertama sampai ketiga yaitu :

1. Analisis Deskriptif (Kualitatif)

Pengertian metode deskriptif yang dikemukakan oleh Sugiyono (2010: 29) sebagai berikut:

“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk


(57)

Analisis desktiptif ini akan memberikan gambaran tentang suatu data yang akan diteliti sehingga dapat membantu dalam mengetahui karakteristik data sampel. Dalam penelitian ini analisis deskriptif dilakukan untuk menjawab rumusan masalah nomor 1 (satu), 2 (dua), dan 3 (tiga) yaitu bagaimana perkembangan tingkat inflasi, perkembangan kurs rupiah, dan indeks harga saham gabungan yaitu dengan cara melihat perkembangan tahun sekarang dengan tahun sebelumnya, lalu diuraikan ke dalam grafik, tabel, atau diagram untuk perhitungan masing-masing besaran tingkat inflasi, kurs rupiah dan indeks harga saham gabungan. Rumus :

Keterangan :

P0= Perkembangan tahun berikutnya P1= Perkembangan tahun dasar

Untuk mengukur Tingkat inflasi, kurs rupiah dan IHSG digunakan rumus sebagai berikut :

1. Tingkat Inflai

2. Kurs rupiah

���� � = −

Kurs Jual = ����� ��ℎ ���� � ��� �� � �

Kurs Beli = Nilai Mata Uang Asing x Nilai Rupiah

Inflasi = � �


(58)

3. Indeks Harga Saham Gabungan

∑Ht = total harga semua saham pada waktu yang berlaku

∑Ho = total harga saham pada waktu dasar 2. Analisis Verifikatif (Kuantitatif)

Adapun Penelitian verifikatif (kuantitatif) adalah penelitian yang digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji pengaruh variabel independen yaitu Tingkat Inflasi dan Kurs Rupiah terhadap variabel dependen yang diteliti yaitu Indeks Harga Saham Gabungan.

Analisis kuantitatif menurut Sugiyono ( 2008:31) adalah:

“Merupakan metode analisis yang berlandaskan pada filasafat positivism, digunakan untuk meneliti pada populasi dan sampel tertentu. Analisis data bersifat kuantitatif atau lebih dikenal dengan statistic dilakukan dengan tujuan menguji hipotesis yang telah ditetapkan.”

Adapun langkah-langkah analisis kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Analisis Regresi Linear Berganda (Multiple Regression)

Menurut Umi Narimawati (2008:5) analisis regresi linear berganda

adalah: “Suatu analisis asosiasi yang digunakan secara bersamaan untuk meneliti pangaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel

tergantung dengan skala interval”.

IHSG =


(59)

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen, bila dua atau lebih variabel independen sebagai indikator. Dalam Eviews juga dapat digunakan untuk menganalisis dengan satu variabel dependen (Y) dan beberapa variabel independen (X1 dan X2 ). Bentuk umum persamaan regresinya ialah sebagai berikut:

Dimana:

Y = Pertumbuhan IHSG a = bilangan berkonstanta

, = koefisien arah garis = Tingkat Inflasi = Kurs Rupiah

Ɛ = Kesalahan Residual (error)

Untuk memperoleh hasil yang lebih akurat pada regresi berganda, maka perlu dilakukan pengujian asumsi klasik.

B. Uji Asumsi Klasik

Menurut Wing Wahyu Winarno (2011:5.37) terdapat beberapa asumsi yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum menggunakan Multiple Linear Regression sebagai alat untuk menganalisis pengaruh variabel-variabel yang diteliti, agar terhindar dari karakteristik-karakteristik BLUE (Best Linier Unbiased Estimate). Beberapa asumsi itu diantaranya adalah


(60)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah model regresi mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Asumsi normalitas merupakan persyaratan yang sangat penting pada pengujian kebermaknaan (signifikansi) koefisien regresi. Model regresi yang baik adalah model regresi yang memiliki distribusi normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan pengujian secara statistik.

Menurut Singgih Santoso (2002;393), dasar pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan probabilitas (Asymtotic Significance), yaitu:

- Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari populasi adalah normal.

- Jika probabilitas < 0,05 maka populasi tidak berdistribusi secara normal

Menurut Wing Wahyu Winarno (2011:5.37), untuk pengujian lebih akurat diperlukan alat analisis dan Eviews menggunakan dua cara, yaitu dengan histogram dan uji Jarque-bera.

Jarque-bera adalaha uji statistik untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal. Uji ini mengukur perbedaan skewness dan kurtosis data dan dibandingkan dengan apabila datanya bersifat normal. Rumus yang digunakan adalah :


(1)

b. Apabila (+) berarti terdapat hubungan positif. Interprestasi dari nilai koefisien korelasi :

c. Kalau r = -1 atau mendekati -1, maka hubungan antara kedua variabel kuat dan mempunyai hubungan yang berlawanan (jika X naik maka Y turun atau sebaliknya).

d. Kalau r = +1 atau mendekati +1, maka hubungan yang kuat antara variabel X dan variabel Y dan hubungannya searah.

Sedangkan nilai r akan digolongkan dengan tabel interprestasi nilai r sebagai berikut

Tabel 3.3

Pedoman untuk memberikan Interpretasi KoefisienKorelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah

0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat

0,80 – 1,000 Sangat Kuat

Sumber:Statistika untuk ekonomi dan Bisnis,Andi Supangat,2006 d. Koefisiensi Determinasi

Analisis Koefisiensi Determinasi (KD) digunakan untuk melihat seberapa besar variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) yang dinyatakan dalam persentase. Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Dimana :

KD = Seberapa jauh perubahan variabel Y dipergunakan oleh variabel X


(2)

r² = Kuadrat koefisien korelasi

3.2.5.2Pengujian Hipotesis

Rancangan pengujian hipotesis ini dinilai dengan penetapan hipotesis nol dan hipotesis alternatif, penelitian uji statistik dan perhitungan nilai uji statistik, perhitungan hipotesis, penetapan tingkat signifikan dan penarikan kesimpulan.Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Hipotesis nol (Ho) tidak terdapat pengaruh yang signifikan dan Hipotesis alternatif (Ha) menunjukkan adanya pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat.

Rancangan pengujian hipotesis penelitian ini untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara variabel independent (X1) Tingkat Inflasi dan Kurs Rupiah (X2) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (Y), dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Penetapan Hipotesis Pengujian secara parsial

Melakukan Uji-T, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut :

Hipotesis parsial antara variabel bebas Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

Ho : β1=0 : Inflasi berpengaruh tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan


(3)

Ha : β1≠0 : Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

Hipotesis parsial antara variabel bebas Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

Ho : β2=0 : Kurs rupiah berpengaruh tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

Ha: β2≠0 : Kurs rupiah berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

Pengujian secara simultan

Untuk menguji secara simultan ada tidaknya hubungan variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y), maka pengujian dilakukan dengan uji statistic F dengan langkah-langkah sebagai berikut :

Ho : β1,β2 = 0 : Terdapat pengaruh tidak signifikan antara Tingkat Inflasi dan Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

Ha : β1,β2 ≠ 0 : Terdapat pengaruh signifikan antara Tingkat Inflasi dan Kurs Rupiah terhadap Indeks Harga Saham Gabungan

2. Menentukan tingkat signifikan

Ditentukan dengan 5% dari derajat bebas (dk) = n – k – l, untuk menentukan t tabel sebagai batas daerah penerimaan dan penolakan hipotesis. Tingkat signifikan yang digunakan adalah 0,05 atau 5% karena


(4)

dinilai cukup untuk mewakili hubungan variabel – variabel yang diteliti dan merupakan tingkat signifikasi yang umum digunakan dalam suatu penelitian.

Menghitung nilai t hitung dengan mengetahui apakah variabel koefisien korelasi signifikan atau tidak dengan rumus :

= √ = √

Dimana :

r = Korelasi parsial yang ditentukan n = Jumlah sampel

t = t hitung

Selanjutnya menghitung nilai F hitung sebagai berikut :

Dimana:

R = koefisien kolerasi ganda K = jumlah variabel independen n = jumlah anggota sampel

3. Menggambar Daerah Penerimaan dan Penolakan

Untuk menggambar daerah penerimaan atau penolakan maka digunakan kriteria adalah sebagai berikut :

Hasil thitung dibandingkan dengan ttabel dengan kriteria : �= � ⁄�

�−�− ⁄


(5)

a) Jika t hitung ≥ t tabel maka H0 ada di daerah penolakan, berarti Ha diterima artinya antara variabel X dan variabel Y ada pengaruh yang signifikan.

b) Jika t hitung ≤ t tabel maka H0 ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak artinya antara variabel X dan variabel Y ada pengaruh tidak signifikan.

c) t hitung; dicari dengan rumus perhitungan t hitung, dan

d) t tabel; dicari didalam tabel distribusi t student dengan ketentuan sebagai berikut,α = 0,05 dan dk = (n-k-1)

Gambar 3.2

Daerah Penerimaan dan Penolakan Hipotesis parsial Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria :

a) Tolak Ho jika Fhitung > Ftabel pada alpha 5% untuk koefisien positif. b) Terima Ho jika Fhitung< Ftabel pada alpha 5% untuk koefisien

negatif.


(6)

Gambar 3.3

Uji daerah penerimaan dan penolakan hipotesis simultan

4. Penarikan Kesimpulan

Daerah yang diarsir merupakan daerah penolakan, dan berlaku sebaliknya. Jika thitung dan Fhitung jatuh di daerah penolakan (penerimaan), maka Ho ditolak (diterima) dan Ha diterima (ditolak). Artinya koefisian regresi signifikan (tidak signifikan).

Kesimpulannya Tingkat Inflasi dan Kurs Rupiah berpengaruh (tidak berpengaruh) terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Tingkat signifikannya yaitu 5 % (α = 0,05), artinya jika hipotesis nol ditolak (diterima) dengan taraf kepercayaan 95 %, maka kemungkinan bahwa hasil dari penarikan kesimpulan mempunyai kebenaran 95 % dan hal ini menunjukan adanya tidak adanya pengaruh yang meyakinkan (signifikan) antara dua variabel tersebut.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Tingkat Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Nilai Tukar Rupiah, Dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia

1 37 92

Pengaruh Kurs Rupiah – USD, Tingkat Suku Bunga SBI dan Inflasi terhadap indeks Harga saham Sektoral di Bursa Efek Indonesia

2 51 96

Pengaruh Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia 2006-2015

1 21 66

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI KURS Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Rupiah, Tingkat Suku Bungaterhadap Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 - 2013.

0 2 12

PENDAHULUAN Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Rupiah, Tingkat Suku Bungaterhadap Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 - 2013.

0 3 4

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI, NILAI KURS RUPIAH, TINGKAT SUKU BUNGATERHADAP HARGA Analisis Pengaruh Tingkat Inflasi, Nilai Kurs Rupiah, Tingkat Suku Bungaterhadap Harga Saham Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009 - 2013.

0 2 17

PENGARUH SUKU BUNGA SBI, NILAI KURS DOLLAR DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 14

Analisis Pengaruh Inflasi, Kurs Rupiah dan Tingkat SBI terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Bursa Efek Indonesia (BEI).

0 0 1

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA DAN KURS TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN PADA BURSA EFEK INDONESIA

0 0 9

Pengaruh Tingkat Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Nilai Tukar Rupiah, Dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia

0 0 14