Pengaruh Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia 2006-2015

(1)

(2)

(3)

(4)

Jenis Kelamin : Perempuan

Gol Darah : A

Agama : Islam

Suku : Sunda

Kebangsaan : Indonesia

Kewarganegaraan : Indonesia Status Perkawinan : Belum menikah

Nomor HP : 081223639094

E-Mail : [email protected]

Alamat : Komplek Bumi Abdi Negara Jl. Senam No.8,Subang

Pendidikan :

1. SDN Kalapa Kembar Subang 2001-2016

2. SMPN 2 Subang 2006-2009

3. SMAN 3 Subang 2009-2012

4. Universitas Komputer Indonesia Kota Bandung Semester 8 (Berjalan)


(5)

The Influence of Inflation and Crude Oil Price and Share Price Index at Indonesian Stock Exchange Period 2006-2015

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Jenjang S1 Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi

Oleh:

CYNTIA ANGGIANI NATALIA 21212246

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

2016


(6)

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI DAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN

(IHSG) PADA BEI PERIODE 2006-2015” ini penulis ajukan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih banyak kekurangan baik dalam pengumpulan data maupun tata cara penyusunan, pembahasan masalah serta penyajiannya mengingat keterbatasan kemampuan dan ilmun yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak yang sifatnya membangun.

Terselesaikannya Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ir. H. Eddy Soeryanto Soegoto, selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec., Lic. Selaku Dekan Universitas Komputer Indonesia

3. Dr. Raeny Dwi Santy SE., MSi, selaku Ketua Program Studi Manajemen 4. Ibu Windi Novianti, SE., MM. Selaku Dosen Wali Jurusan Manajemen Kelas

MN-6 Universitas Komputer Indonesia.

5. Ibu Linna Ismawati, SE., M.Si. Selaku Pembimbing. 6. Para Dosen Penguji 1 dan 2 Sidang Skripsi.

7. Bapak / Ibu Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia. iv


(7)

padam bagi kelancaran anaknya menyelesaikan kuliah agar lancar.

10. Geng saya MMG dan teman-teman MN6 yang sebenarnya tidak selalu membantu saya dalam suka maupun duka dalam menyusun laporan Skripsi ini hingga selesai, tapi mereka yang membuat saya bersemangat.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas doa dan semangatnya.

Penulis berharap semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya bagi semua pihak tersebut di atas dan semoga amal baik yang telah diberikan kepda penulis mendapatkan balasan dari Allah SWT, Amin.

Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.


(8)

ABSTRAK...iv

ABSTRACT...v

KATA PENGANTAR...vi

DAFTAR ISI...vii

DAFTAR GAMBAR...ix

DAFTAR TABEL...x

DAFTAR LAMPIRAN...xii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1.Latar Belakang Penelitian...1

1.2.Identifikasi dan Rumusan Masalah...7

1.2.1...Id entifikasi Masalah...7

1.2.2...Ru musan Masalah...8

1.3.Tujuan Penelitian...8

1.4...Ke gunaan Penelitian...8

1.4.1...Ke gunaan Akademis...8

1.4.2...Ke gunaan Praktis...9

1.5...Lo kasi dan Waktu Penelitian...9

1.5.1...Lo kasi Penelitian...9

1.5.2...W aktu Penelitian...10

BAB II...11

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN...11

2.1.Kajian Pustaka...11


(9)

2.1.1.3. Jenis-Jenis Inflasi...13

2.1.1.4. Dampak Inflasi...15

2.1.1.5. Teori-Teori Penyebab Inflasi...20

2.1.1.6. Pengukuran Tingkat Inflasi...21

2.1.2. Harga Minyak Bumi...23

2.1.2.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Minya Dunia.24 2.1.2.2. Penetapan Harga Minyak Dunia...28

2.1.3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)...29

2.1.3.1. Pengertian IHSG...29

2.1.3.2. Metode Penghitungan IHSG...30

2.1.4. Hasil Penelitian Terdahulu...32

2.2. Kerangka Pemikiran...38

2.2.1. Keterkaitan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...39

2.2.2. Keterkaitan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan...40

2.2.3. Keterkaitan Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia Terhadap IHSG...40

2.3. Paradigma Penelitian...40

2.4. Hipotesis...41

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN...42

3.1...O bjek Penelitian...42

3.2...M etode Penelitian...43

3.2.1. Desain Penelitian...44


(10)

3.2.3.2. Teknik Penentuan Data...48

3.2.4. Teknik Pengumpulan Data...49

3.2.5. Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis...50

3.2.5.1. Rancangan Analisis...50

3.2.5.2. Pengujian Hipotesis...57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...64

4.1 Gambaran umum perusahaan...64

4.1.1. Sejarah perusahaan...64

4.1.1.1. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia...68

4.2 Analisis Deskriptif...70

4.2.1. Perkembangan Inflasi...70

4.2.2. Perkembangan Harga Minyak Dunia...74

4.2.3. Perkembangan Indeks Harga Saham Gabungan...79

4.3 Analisis Verifikatif...83

4.3.1. Analisis Regresi Linear Berganda...83

4.3.2. Uji Asumsi Klasik...85

4.3.3. Koefisien Korelasi Parsial...91

4.3.4. Uji Koefisien Determinasi...93

4.4 Pengujian Hipotesis...95

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...103

5.1 Kesimpulan...103

5.2 Saran...104


(11)

Ardian Agung Witjaksono, 2010. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI, Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Dow Jones terhadap IHSG (Studi Kasus Pada IHSG di BEI Selama Periode 2000-2009). Jurnal Studi Magister Manajemen Universitas Diponegoro.

Dwi Eko Waluyo, 2003. Teori Ekonomi Makro. Malang : Penerbit UMM.

Endang Puspitawati, Dkk, 2007. Ekonomi untuk SMA/MA Kelas XI Semester Genap. Klaten : Viva Pakarindo.

Imam Ghozali, 2006.Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Cetakan Keempat. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Hasan, 2009. MANAJEMEN BISNIS SYARI’AH Kaya di Dunia Terhormat di Akhirat. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Husein Umar, 2005. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis.Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Istriyansah Novitasari, 2013. Pengaruh Inflasi, Harga Minyak Mentah Indonesia, dan Suku Bunga (BI RATE) Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Data Perbulan Periode 2006-2012). Jurnal Ilmiah Universitas Brawijaya.

Mohamad Samsul, 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portfolio.

Muliaman, 2004. Indeks Saham Perbankan. Jakarta: Direktorat Penelitian Dana Pengaturan Perbankan Indonesia.

Priyatno, 2008. Mandiri Belajar SPSS Untuk Analisis Data dan Uji Statistik. Mediakom.

Ria Astuti, dkk, 2013. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar (Kurs) Rupiah, Inflasi dan Indeks Bursa Internasional Terhadap IHSG


(12)

Singgih Santoso, 2012. Analisis SPSS pada Statistik Parametrik. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Sobel Russel S.et.al, 2009. Macroeconomics : Private and Public Choice. 13th edition.

Sugiono, 2008. Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta, Bandung.

Sunariyah, 2006. Pengantar Pengetahuan Pasar Modal. Edisi Kelima, UPP STIM YKPN, Yogyakarta.

Suprihati MM, 2015. Analisis Pelaksanaan Manajemen Mutu ISO. Jurnal kuntansi dan Pajak Vol.15.

Suramaya Suci Kewal, 2012. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga, Kurs dan Pertumbuhan PDB Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan. Jurnal Economia. Volume 8, Nomor 1.

Sylvia Handiani, 2014. Pengaruh Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia dan Nilai Tukar Dollar Amerika/Rupiah Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Pada Periode 2008-2013. E-Journal Graduate UNPAR Part-A Economics. Vol.1 , No.1. ISSN : 2355-4304.

Badan Pusat Statistik, 2016. Laporan Tingkat Inflasi. http://bps.go.id diakses tanggal 10 Maret 2016.

Finance Yahoo, 2016. Laporan Indeks Harga Saham Gabungan.

http://finance.yahoo.com diakses tanggal 10 Maret 2016.

Seputar Forex, 2016. Definisi dan Faktor-Faktor Harga Minyak Dunia. http://seputarforex.com diakses tanggal 22 Maret 2016.

Bursa Efek Indonesia, 2016. Laporan IHSG. http://idx.co.id diakses tanggal 10 Maret 2016.


(13)

(14)

11 2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Inflasi

2.1.1.1. Pengertian Inflasi

Menurut Investoword inflasi merupakan suatu kenaikan harga umum dari keseluruhan barang dan jasa dalam suatu perekonomian yang biasanya diukur dengan indeks harga konsumen (Consumer Price Index) dan Indeks Harga Produsen (Producer Price Index).

Wordnet 1,6 (Universitas Princeton) mengatakan bahwa inflasi adalah peningkatan harga umum secara progresif; (Saat inflasi terjadi, semuanya semakin bernilai kecuali uang).

Menurut Kamus Lengkap Webster’s New Universal (1983) inflasi merupakan peningkatan jumlah mata uang yang beredar yang mengakibatkan penurunan nilai mata uang yang tajam dan mendadak serta kenaikan harga.

Pengertian inflasi menurut Russel Sobel.et.al (2009) adalah “peningkatan tingkat umum harga barang dan jasa. Inflasi sendiri bukan merupakan suatu gejala dimana terjadi kenaikan harga pada jangka waktu yang pendek, melainkan bahwa inflasi menunjukkan peningkatan harga yang berlangsung pada jangka waktu yang relatif panjang.”

Selain pengertian dari Russel tersebut diketahui juga bahwa pengertian

dari Inflasi menurut seorang ekonom terkenal di Indonesia, yang menyebutkan


(15)

perekonomian (Sadono Sukirno, 2002;15). Sadono Sukirno menyebutkan dengan

singkat dan jelas bahwa “yang disebut dengan Inflasi adalah suatu proses kenaikan harga-harga.”

Sedangkan menurut Gerald J. Thuesen dan W.J. Fabrycky yang dikutip

dalam buku Analisis Investasi dalam perspektif Ekonomi dan Politik

menyebutkan bahwa Inflasi adalah “keadaan yang menggambarkan perubahan tingkat harga dalam sebuah perekonomian.”

Dari pengertian-pengertian diatas dapat kita simpulkan dengan singkat bahwa inflasi adalah kenaikan harga barang-barang yang bersifat umum dan terjadi secara terus-menerus dan menggambarkan perekonomian di Indonesia secara keseluruhan.

2.1.1.2. Penyebab Inflasi

Menurut Adrian Sutedi (2012) inflasi disebabkan oleh kenaikan permintaan dan kenaikan biaya produksi. Penjelasan lebih lanjut untuk kedua penyebab inflasi tersebut adalah sebagai berikut.

a. Inflasi karena kenaikan permintaan (Demand Pull Inflation)

Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan untuk beberapa jenis barang. Dalam hal ini, permintaan masyarakat meningkatkan secara agregat (aggregate demand). Peningkatan permintaan ini dapat terjadi karena peningkatan belanja pada pemerintah, peningkatan permintaan akan barang untuk diekspor, dan peningkatan permintaan barang bagi kebutuhan swasta. Kenaikan permintaan masyarakat (aggregate demand) ini mengakibatkan harga-harga naik karena penawaran tetap.


(16)

b. Inflasi karena biaya produksi (Cost Pull Inflation)

Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi. Kenaikan pada biaya produksi terjadi akibat karena kenaikan harga-harga bahan baku, misalnya karena keberhasilan serikat buruh dalam menaikkan upah atau karena kenaikan harga bahan bakar minyak. Kenaikan biaya produksi mengakibatkan harga naik dan terjadilah inflasi.

c. Inflasi karena jumlah uang yang beredar bertambah

Teori ini diajukan oleh kaum klasik yang mengatakan bahwa ada hubungan antara jumlah uang yang beredar dan harga-harga. Bila jumlah barang itu tetap, sedangkan uang beredar bertambah dua kali lipat maka harga akan naik dua kali lipat. Penambahan jumlah uang yang beredar dapat terjadi misalnya kalau pemerintah memakai sistem anggaran defisit. Kekurangan anggaran ditutup dengan melakukan pencetakan uang baru yang mengakibatkan harga-harga naik. 2.1.1.3. Jenis-Jenis Inflasi

Adapun jenis-jenis inflasi atau macam-macam inflasi dapat dibedakan berdasarkan tingkat keparahan, sumber dan penyebabnya menurut Adrian Sutedi (2012) adalah sebagai berikut :

a. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya

Berdasarkan tingkat keparahannya, inflasi dapat dibedakan atas ringan, sedang, berat, dan sangat berat.

1) Inflasi ringan : Inflasi ringan adalah inflasi yang masih belum begitu mengganggu keadaan ekonomi. Inflasi ini dapat dengan mudah dikendalikan. Harga-harga yang naik secara umum, namun belum


(17)

menimbulkan krisis di bidang ekonomi. Inflasi ringan berada di bawah 10% per tahun.

2) Inflasi sedang : Inflasi ini belum membahayakan kegiatan ekonomi. Tetapi inflasi ini bisa menurunkan kesejahteraan orang-orang berpenghasilan tetap. Inflasi sedang berkisar antara 10%-30% per tahun.

3) Inflasi berat : Inflasi ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian. Pada inflasi berat ini, biasanya orang cenderung menyimpan barang. Dan pada umumnya orang mengurungkan niatnya untuk menabung, karena bunga pada tabungan lebih rendah daripada laju inflasi. Inflasi berat berkisar antara 30%-100% per tahun.

4) Inflasi sangat berat (Hyperinflation) : Inflasi jenis ini sudah mengacaukan kondisi perekonomian dan susah dikendalikan walaupun dengan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Inflasi yang sangat berat berada pada 100% keatas setiap tahun.

b. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Sumbernya

Berdasarkan sumbernya, inflasi dibedakan atas inflasi yang bersumber dari luar negeri dan inflasi yang bersumber dari dalam negeri.

1) Inflasi yang bersumber dari luar negeri : Inflasi ini terjadi karena ada kenaikan harga di luar negeri. Pada perdagangan bebas, banyak negara yang saling berhubungan dalam perdagangan. Bila suatu negara mengimpor barang pada negara yang mengalami inflasi, maka otomatis kenaikan harga tersebut (inflasi) akan memengaruhi harga-harga dalam


(18)

negerinya sehingga menimbulkan inflasi. Contoh, Indonesia banyak mengimpor barang-barang modal dari negara lain. Jika di negara itu harga barang-barang modal naik, maka kenaikannya itu akan turut berpengaruh di Indonesia sehingga menimbulkan inflasi.

2) Inflasi yang bersumber dari dalam negeri : Inflasi yang bersumber dari dalam negeri dapat terjadi karena pencetakan uang baru oleh pemerintah atau penerapan anggaran defisit. Inflasi yang bersumber dari dalam negeri juga dapat terjadi karena kegagalan panen. Kegagalan panen menyebabkan penawaran pada suatu jenis barang berkurang, sedangkan permintaan tetap, sehingga harga-harga akan naik.

2.1.1.4. Dampak Inflasi

a. Dampak Inflasi

Inflasi tidak selalu berdampak buruk bagi perekonomian. Inflasi yang terkendali justru dapat meningkatkan kegiatan perekonomian. Berikut ini adalah akibat-akibat yang ditimbulkan inflasi dan cara mengendalikannya terhadap kegiatan ekonomi masyarakat. Berikut adalah dampak inflasi menurut Endang Puspitawati, dkk (2007:27) :

1) Dampak Inflasi terhadap Pendapatan : Inflasi dapat mengubah pendapatan masyarakat. Perubahan dapat bersifat menguntungkan atau merugikan. Pada beberapa kondisi (kondisi inflasi lunak), inflasi dapat mendorong perkembangan ekonomi. Inflasi dapat mendorong para pengusaha memperluas produksinya. Dengan demikian, akan tumbuh kesempatan


(19)

kerja baru sekaligus bertambahnya pendapatan seseorang. Namun, bagi masyarakat yang berpenghasilan tetap inflasi akan menyebabkan mereka rugi karena penghasilan yang tetap itu jika ditukarkan dengan barang dan jasa akan semakin sedikit.

2) Dampak Inflasi Terhadap Ekspor : Pada keadaan inflasi, daya saing untuk barang ekspor berkurang. Berkurangnya daya saing terjadi karena harga barang ekspor semakin mahal. Inflasi dapat menyulitkan para eksportir dan negara. Negara mengalami kerugian karena daya saing barang ekspor berkurang, yang mengakibatkan jumlah penjualan berkurang. Devisa yang diperoleh juga semakin kecil.

3) Dampak Inflasi Terhadap Minat Orang untuk Menabung : Pada masa inflasi, pendapatan rill para penabung berkurang karena jumlah bunga yang diterima pada kenyataannya berkurang karena laju inflasi. Misalnya, bulan januria tahun 2006 seseorang menyetor uangnya ke bank dalam bentuk deposito satu tahun. Deposito tersebut menghasilkan bunga sebesar, misalnya, 15% per tahun. Apabila tingkat inflasi sepanjang januari 2006-januari 2007 cukup tinggi, katakanlah 11%, maka pendapatan dari uang yang didepositokan tinggal 4%. Minat orang untuk menabung akan berkurang.

4) Dampak Inflasi terhadap Kalkulasi Harga Pokok : Keadaan inflasi menyebabkan perhitungan untuk menetapkan harga pokok dapat terlalu kecil atau bahkan terlalu besar. Oleh karena persentase dari inflasi tidak teratur, kita tidak dapat memastikan berapa persen inflasi untuk masa


(20)

tertentu. Akibatnya, penetapan harga pokok dan harga jual sering tidak tepat. Keadaan inflasi ini dapat mengacaukan perekonomian, terutama untuk produsen.

b. Cara Mengendalikan Inflasi

Tingkat inflasi yang terlalu tinggi dapat membahayakan perekonomian suatu negara. Oleh karena itu, inflasi harus segera diatas. Tindakan yang dapat diambil untuk mengatasi inflasi dapat berupa kebijakan moneter, kebijakan fiskal, atau kebijakan lainnya.

1. Kebijakan Moneter :

a) Kebijakan penetapan persediaan kas : Bank sentral dapat mengambil kebijakan untuk mengurangi uang yang beredar dengan jalan menetapkan persediaan uang yang beredar dengan jalan menetapkan persediaan uang kas pada bank-bank. Dengan mewajibkan bank-bank umum dapat diedarkan oleh bank-bank umum menjadi sedikit. Dengan mengurangi jumlah uang beredar, inflasi dapat ditekan.

b) Kebijakan diskonto : Untuk mengatasi inflasi, bank sentral dapat menerapkan kebijakan diskonto dengan cara meningkatkan nilai suku bunga. Tujuannya adalah agar masyarakat terdorong untuk menabung. Dengan demikian, diharapkan jumlah uang yang beredar dapat berkurang sehingga tingkat inflasi dapat ditekan.


(21)

c) Kebijakan operasi pasar terbuka : melalui kebijakan ini, bank sentral dapat mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara menjual surat-surat berharga, misalnya Surat Utang Negara (SUN). Semakin banyak jumlah surat-surat berharga yang terjual, jumlah uang beredar akan berkurang sehingga dapat mengurangi tingkat inflasi.

2. Kebijakan Fiskal

Kebijakan fiskal adalah langkah untuk memengaruhi penerimaan dan pengeluaran pemerintah. Kebijakan itu dapat memengaruhi tingkat inflasi. Kebijakan itu antara lain sebagai berikut.

a) Menghemat pengeluaran pemerintah : Pemerintah dapat menekan inflasi dengan cara mengurangi pengeluaran, sehingga permintaan akan barang dan jasa berkurang yang pada akhirnya dapat menurunkan harga.

b) Menaikkan tarif pajak : Untuk menekan inflasi, pemerintah dapat menaikkan tarif pajak. Naiknya tarif pajak untuk rumah tangga dan perusahaan akan mengurangi tingkat konsumsi. Pengurangan tingkat konsumsi dapat mengurangi permintaan barang dan jasa, sehingga harga dapat turun.

3. Kebijakan Lain di Luar Kebijakan Moneter dan Kebijakan Fiskal Untuk memperbaiki dampak yang diakibatkan inflasi, pemerintah menerapkan kebijakan moneter dan kebijakan fiskal. Tetapi selain kebijakan moneter dan fiskal, pemerintah masih mempunyai cara lain. Cara-cara dalam mengendalikan inflasi adalah sebagai berikut..


(22)

a) Meningkatkan produksi dan menambah jumlah barang di pasar : Untuk menambah produksi, pemerintah dapat mengeluarkan produksi. Hal itu dapat ditempuh, misalnya, dengan memberi premi atau subsidi pada perusahaan yang dapat memenuhi target tertentu. Selain itu, untuk menambah jumlah barang yang beredar, pemerintah juga dapat melonggarkan keran impor. Misalnya, dengan menurunkan bea masuk barang impor.

b) Menetapkan harga maksimum untuk beberapa jenis barang : Penetapan harga tersebut akan mengendalikan harga yang ada sehingga inflasi dapat dikendalikan. Tetapi penetapan itu harus realistis. Kalau penetapan itu tidak realistis, dapat berakibat terjadi pasar gelap (black market).

c. Jenis-Jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya

Berdasarkan penyebabnya, inflasi dapat dibedakan atas inflasi karena kenaikan permintaan dan inflasi karena biaya produksi menurut Sadono Sukirno (2002) yaitu :

a) Inflasi karena kenaikan permintaan : Kenaikan permintaan terkadang tidak dapat dipenuhi produsen. Oleh karena itu, harga-harga cenderung naik. Hal ini sesuai dengan hukum ekonomi "jika permintaan naik sedangkan penawaran tetap, maka harga cenderung naik.

b) Inflasi karena kenaikan biaya produksi : Kenaikan biaya produksi

mengakibatkan harga penawaran barang naik, sehingga dapat


(23)

2.1.1.5. Teori – Teori Penyebab Inflasi

Sering timbul pertanyaan mengapa inflasi itu terjadi. Pertanyaan itu dapat dijawab dengan mengemukakan teori-teori inflasi. Ada tiga teori yang membahas mengapa inflasi itu terjadi, yaitu teori kuantitas, teori Keynes, dan teori struktural menurut Sadono Sukirno (2002).

1) Teori Kuantitas : Sebagaimana diungkapkan sebelumnya, kaum klasik berpendapat bahwa tingkat harga ditentukan oleh jumlah uang yang beredar. Harga akan naik jika ada penambahan uang yang beredar. Jika jumlah barang yang ditawarkan tetap, sedangkan jumlah uang ditambah menjadi dua kali lipat, maka cepat atau lambat harga akan naik menjadi dua kali lipat.

2) Teori Keynes : Keynes melihat bahwa inflasi terjadi karena nafsu berlebihan dari suatu golongan masyarakat yang ingin memanfaatkan lebih banyak barang dan jasa yang tersedia. Karena keinginan memenuhi kebutuhan secara berlebihan, permintaan bertambah, sedangkan penawaran tetap, yang akan terjadi adalah harga akan naik, pemerintah dapat membeli barang dan jasa dengan cara mencetak uang, misalnya inflasi juga dapat terjadi karena keberhasilan pengusaha memperoleh kredit. Kredit yang diperoleh ini digunakan untuk membeli barang dan jasa sehingga permintaan agregat meningkat, sedangkan penawaran agregat tetap. Kondisi ini berakibat pada kenaikan harga-harga.

3) Teori Struktural : Teori ini menyorot penyebab inflasi dari segi struktural ekonomi yang kaku. Produsen tidak dapat mengantisipasi cepat kenaikan


(24)

permintaan yang disebabkan oleh pertambahan penduduk. Permintaan sulit dipenuhi ketika ada kenaikan jumlah penduduk,

2.1.1.6. Pengukuran Tingkat Inflasi

Banyak cara yang digunakan untuk mengukur tingkat Inflasi, diantaranya

adalah dengan menggunakan :

1. General Price

2. Angka Deflator Produk Nasional Bruto.

3. IHK (Indeks Harga Konsumen).

4. Atas Harga Yang Hiharapkan

5. Indeks Harga Dalam Negeri dan Luar Negeri.

(Dwi Eko Waluyo, 2003; 120-122)

1. Pengukuran Dengan Menggunakan General Price.

Cara umum yang dipakai untuk menghitung Inflasi adalah dengan

angka-angka harga umum (general price). Dengan formulasi sebagai berikut :

LIt = Laju Inflasi pada tahun t

Namun demikian dalam banyak penelitian empiris, khususnya di negara

berkembang pengamat ekonomi sering dihadapkan pada suatu kesulitan untuk

mendapatkan angka-angka harga umum. Berbagai cara untuk mendapat taksiran

harga umum dan laju inflasi telah banyak dicoba, walaupun kadang-kadang antara

penafsiran yang satu dengan yang lain menghasilkan angka dan pengaruh yang


(25)

2. Cara Penghitungan dengan menggunakan Angka Deflator Produk Nasional

Bruto (GNP Deflator).

Cara ini menggunakan formulasi sebagai berikut :

AD = Angka Deflator PNB

Yb = PNB menurut harga berlaku.

Yk = PNB menurut harga konsumen.

Kemudian untuk menghitung laju inflasinya ada dengan menggunakan formulasi

sebagai berikut :

LIt = Laju Inflasi pada periode t.

ADt = Angka Deflator PNB pada periode t.

ADt-1 = Angka Deflator PNB periode t-1.

Kelemahan dari cara ini adalah sulitnya diperoleh angka deflator PNB

bulanan, triwulanan, semesteran. Sehingga kita hanya mempunyai angka deflator

dan laju Inflasi tahunan.

3. Cara Perhitungan Dengan Indeks Harga Konsumen.

Pendekatan ini merupakan pendekatan yang paling banyak digunakan


(26)

diperoleh dalam bentuk bulanan, triwulanan ataupun tahunan. Untuk Indonesia

data IHK cukup mudah diperoleh baik dari laporan BPS, BI atau lembaga lainnya.

Model dari Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah sebagai berikut :

LIt = Laju Inflasi pada periode t.

IHKt = Indeks Harga Konsumen periode t.

IHKt-1 = Indeks Harga Konsumen periode t-1

4. Cara Perhitungan Berdasarkan Atas Harga Yang Diharapkan.

Cara ini menitik beratkan pada perhitungan harga dan laju Inflasi pada

periode yang berlaku, dan yang ditonjolkan adalah peranan harga yang diharapkan

pada periode yang akan datang.

Untuk menghitungnya adalah dengan rumus berikut :

Llt = Laju inflasi yang diharapkan pada tahun t.

Ht+1 = Atas Harga Pengharapan pada tahun t + 1.

Ht = Atas harga yang berlaku pada tahun t.

2.1.2. Harga Minyak Bumi

Sebagaimana telah umum diketahui, setiap tahun pergerakan harga minyak dari waktu ke waktu selalu menjadi sorotan pelaku ekonomi dunia. Hal tersebut tidak lepas dari transmisi yang disalurkan dari salah satu komoditas energi ini.


(27)

Minyak tidak hanya sebatas mampu mempengaruhi komoditas energi lain maupun komoditas mineral lain, tapi juga sangat berpengaruh terhadap pergolakan sendi perkenomian makro maupun mikro di hampir seluruh negara.

Sebagian kalangan tentunya sudah memahami bagaimana harga minyak dapat naik ataupun turun. Namun bagi sebagian lainnya, hal ini agaknya menjadi pertanyaan menarik mengapa dan apa penyebab serta bagaimana keseimbangan harga minyak terjadi. Uraian catatan berikut kiranya akan sedikit mengedukasi dan menjawab pertanyaan publik tersebut.

Di tengah kompleksitasnya, dengan beragam faktor yang berkaitan satu sama lain dan saling mempengaruhi, pada kenyataannya pergerakan harga minyak dari waktu ke waktu tidaklah mungkin dapat untuk dihitung dan diprediksi secara pasti. Namun demikian, eskalasi harga miyak yang mungkin terjadi umumnya dapat dipahami dengan melihat dua faktor, yaitu faktor fundamental dan faktor nonfundamental. (Faiz Nouval, 2012 dalam blog seputarforex.com)

2.1.2.1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Harga Minyak Dunia

Menurut Faiz Nouval, 2012 dalam blog seputarforex.com bahwa fluktuasi harga minyak dunia yang terjadi umumnya dapat dilihat dengan dua faktor yaitu :

1. Faktor Fundamental

Faktor fundamental ini merujuk pada prinsip-prinsip dasar atau pokok yang dalam kegiatan ekonomi dapat dimaknai sebagai pertemuan antara permintaan dan penawaran, yang mana permintaan (demand) bersumber dari konsumen sedangkan penawaran (supply) berasal dari


(28)

produsen. Pada hakekatnya, harga (price) akan terbentuk melalui interaksi dari kedua komponen yang memiliki kepentingan yang berlawanan ini.

Dalam dunia nyata dewasa ini, di mana seluruh negara di dunia hampir tidak ada lagi “sekat” untuk berinteraksi melakukan perdagangan satu sama lain, permintaan akan minyak merupakan representasi dari kebutuhan minyak hampir seluruh dunia. Sedangkan pada sisi sebaliknya, penawaran merupakan representasi dari produksi minyak di seluruh dunia, sehingga faktor fundamental di sini merupakan titik pertemuan antara kebutuhan minyak dunia dan produksi minyak dunia yang kemudian membentuk harga pada titik tersebut.

Secara empiris, penawaran minyak yang dalam hal ini merupakan produksi minyak akan dipengaruhi ketersediaan cadangan untuk kemudian diproduksi menjadi minyak. Selanjutnya, hal ini akan sangat tergantung kepada kemauan dan kemampuan negara-negara pemilik cadangan tersebut untuk memproduksi minyak.

Dewasa ini kelompok negara penghasil minyak yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang memiliki sebagian besar cadangan minyak dunia menjadi sangat dominan dalam menentukan besar atau kecilnya produksi minyak dunia. Kesepakatan-kesepakatan yang terjadi di antara mereka, dengan kepentingan kepentingan tertentu yang mengikutinya dari waktu ke waktu, telah menjadikan naik turunnya produksi (supply) minyak secara kasat mata berada di tangan negara-negara tersebut.


(29)

Sebaliknya dari sisi demand, secara empiris permintaan dunia akan dipengaruhi oleh pemakaian minyak oleh negara-negara, baik yang tergabung dalam dalam komunitas ekonomi misalnya Organisasi untuk Kerja Sama dan Pengembangan Ekonomi (Organisation for Economic Co-operation and Development) yang disebut OECD maupun negara-negara yang non-OECD.

Namun demikian, pada kenyataannya demand minyak yang terjadi tidak secara langsung mencerminkan kebutuhan total negara-negara di seluruh dunia (baik yang tergabung dalam OECD dan non-OECD) ini untuk menggunakan minyak pada saat itu juga. Hal ini disebabkan pergerakan dan pengiriman minyak dari suatu negara ke negara lain memerlukan waktu.

Mengingat pada hakekatnya minyak merupakan barang komoditas yang diperdagangkan, dalam jeda waktu tersebut sangat dimungkinkan eskalasi keperluan dan spekulasi-spekulasi yang pada akhirnya menjadikan demand minyak yang dimaksud bergerak naik dan turun.

Spekulasi-spekulasi inilah yang menjadikan demand minyak susah ditebak dan ditentukan arahnya karena hal tersebut berkenaan langsung dengan barang dagangan lainnya, seperti mata uang dan saham yang keseimbangannya tercipta di financial market.

2. Faktor Nonfundamental

Faktor nonfundamental dalam artian sebenarnya merupakan faktor-faktor yang selain faktor-faktor fundamental. Maksudnya adalah faktor-faktor selain


(30)

penawaran dan permintaan seperti yang dijelaskan di atas. Pada kenyataannya, faktor-faktor inilah yang sejak dimulainya era perdagangannya minyak sangat menentukan titik keseimbangan harga minyak yang terjadi.

Hal ini menunjukkan bahwa selain faktor fundamental, faktor nonfundamental ini juga sangat berpengaruh pada titik harga minyak yang tercipta. Arah dari pergolakan faktor nonfundamental ini sangatlah sulit untuk ditebak. Hal inilah yang kemudian menjadikan arah pergerakan harga minyak dari waktu ke waktu juga susah untuk diprediksi dengan tepat.

Dilihat dari posisi perekonomian Indonesia, faktor penyebab eskalasi naik turunnya harga minyak seperti yang tersebut di atas secara langsung mempengaruhi terbentuknya harga minyak Indonesia yang biasa disebut dengan ICP (Indonesia Crude Price).

Sulitnya pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat menentukan asumsi pada titik harga ICP yang tepat dan presisi dalam anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), secara historis telah menyebabkan perubahan-perubahan yang signifikan pada postur APBN.

Tidak hanya perubahan signifikan pada pos penerimaan negara maupun pada pos pengeluaran negara untuk subsidi energi (BBM dan listrik), namun juga menyebabkan perubahan signifikan pada tingkat inflasi dan pertumbuhan ekonomi nasional. Pada akhirnya, hal ini akan berujung pada kebutuhan negara melakukan perubahan terhadap APBN di


(31)

tengah tahun (APBN-Perubahan) seperti halnya yang hingga tulisan ini dibuat tengah dibahas pemerintah dengan DPR.

2.1.2.2. Penetapan Harga Minyak Dunia

Menurut A. Muttaqiena dalam seputarforex.com, saat ini penetapan harga minyak dunia didasarkan pada dua kelompok/standar yang umum dan besar yaitu:

1. Brent (Brent Crude)

Merupakan nilai standarisasi minyak yang sumbernya berasal dari laut utara (Eropa). Sedangkan nama Brent berasal dari lahan tambang di laut utara, yang dibuka pada tahun 1970. Harga minyak Brent menjadi dasar pembentukan harga sejak tahun 1971 untuk hampir 40% nilai minyak diseluruh dunia, dan terus digunakan sampai sekarang ini. Namun dalam perkembangannya, karena produksi dari Brent terus mengalami penurunan maka sejak 2007 mulai berkembang standarisasi harga baru yaitu WTI

2. WTI (West Texas Intermediate)

Adalah minyak bumi yang diproduksi di Texas (AS) dan dalam aplikasinya kebanyakan digunakan untuk bensin industri dan itulah sebabnya minyak ini banyak diminati , terutama di AS dan Cina.


(32)

2.1.3. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 2.1.3.1. Pengertian IHSG

Indeks yang paling populer dalam mengukur kinerja bursa efek Indonesia salah satuny adalah IHSG. Pengertian IHSG menurut Widoatmodjo (2004:13) dalam Hendri N Ardiansyah (2012) “IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) adalah suatu nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh saham yang tercatat di suatu bursa efek”

Menurut Mohamad Samsul (2006:183) dalam bukunya Pasar Modal dan

Manajemen Portfolio menyebutkan bahwa indeks harga saham gabungan (composite stock price index = CSPI) merupakan indeks gabungan dari seluruh jenis sham yang tercatat di bursa efek. Indeks harga saham gabungan (IHSG) diterbitkan oleh bursa efek. Cara penghitungan IHSG sama seperti indeks haega saham parsial, yang berbeda hanya jumlah emitennya. IHSG berubah setiap hari karena (1) perubahan harga saham yang terjadi setiap hari dan (2) adanya saham tambahan. Pertambahan jumlah saham beredar berasal dari emisi baru, yaitu masuknya emiten baru yang tercatat di Bursa Efek, atau terjadi tindakan corporate action berupa split, right, waran, dividen saham, saham bonus dan saham konversi.

Perubahan harga individu di pasar terjadi karena faktor permintaan dan penawaran. Terdapat berbagai variabel yang mempengaruhi permintaan dan penawaran, baik yang rasional maupun yang irrasional. Pengaruh yang sifatnya rasional meliputi kinerja perusahaan, tingkat bunga, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan, kurs valuta asing, atau indeks harga saham dari negara lain.


(33)

Pengaruh yang irrasional mencakup rumor di pasar, mengikuti mimpi, bisikan teman, atau permainan harga. Pada umumnya, kenaikan harga atau penurunan harga dapat terjadi secara bersama-sama.

Oleh karena itu, jika kenaikan atau penurunan berlangsung terus menerus selama beberapa hari, maka hal itu akan diikuti oleh arus balik (reversal). Hal ini membuktikan bahwa dalam kenaikan atau penurunan selalu ada kesalahan yang dinamakan overreaction atau mispriced. Jika harga terus naik, maka akan diikuti dengan penurunan harga di periode berikutnya.

2.1.3.2. Metode Penghitungan IHSG

Dalam mengukur indeks harga saham terdapat beberapa metode yang dapat digunakan. Beberapa metode tersebut adalah :

1. Metode Market Value Weighted Index

Metode berdasarkan nilai value diatas memberikan bobot yang besar terhadap saham berkapitalisasi besar dan bukan pada harga yang tinggi.

“Dengan metode ini, tingkat kepentingan (bobot) dari individual saham dalam sampel tergantung dari nilai pasar saham tersebut. Dengan demikian, apabila terjadi perubahan dengan presentase tertentu pada perusahaan besar akan memiliki dampak yang lebih besar dibandingkan dengan perubahan dengan angka yang sama pada perusahaan kecil.” Muliaman (2004:9) dalam Hendri N Ardiansyah (2012)


(34)

Metode ini cocok untuk mengindikasikan perubahan dalam nilai pasar saham secara keseluruhan dalam indeks.

2. Metode Price Weighted Index

Berbeda dengan metode berdasarkan nilai Value, metode Price Weighted Index lebih memberikan bobot yang besar terhadap saham dengan harga yang tinggi.

“Metode perhitungan indeks ini merupakan metode yang menggunakan rata-rata aritmatika dari harga saat ini, sehingga pergerakan indeks akan dipengaruhi oleh perbedaan harga. Indeks ini lebih cocok digunakan untuk

mengindikasikan pergerakan harga dari saham tertentu.” Muliaman

(2004:10) dalam Hendri N Ardiansyah (2012).

Dalam perhitungan yang menggunakan metode ini, seluruh harga-harga saham yang termasuk dalam perhitungan indeks dijumlahkan kemudian dibagi dengan suatu nilai pembagi yang akan disesuaikan bila terjadi stock split dan perubahan pada sampel setiap saat.

3. Metode Unweighted Price Index

Berbeda dengan kedua metode yang telah disebutkan, metode ini memberikan bobot yang sama tanpa melihat nilai ataupun harga saham.

Seperti yang sikemukakan Muliaman (2004:11) dalam Hendri N

Ardiansyah (2012) “Dengan metode ini, semua saham yang memiliki bobot yang sama tanpa melihat harga atau nilai pasarnya.”

Berdasarkan Buku Panduan Indeks Harga Saham Bursa Efek Indonesia (2010:22) “saham indeks yang ada di BEI dihitung dengan menggunakan


(35)

metodologi rata-rata tertimbang berdasarkan jumlah saham tercatat (nilai pasar)

atau Market value Weighted Average Index”. Adapun cara menghitunng indeks

saham dengan metode ini adalah sebagai berikut.

Rumus :

=

����� �� �

����� �� �

x

Muliaman (2004:7)

Nilai Pasar adalah kumulatif jumlah saham hari ini dikali harga pasar hari ini (kapitalisasi pasar), yaitu.

Rumus : �� �� �� � = ∑��= �� ��

Muliaman (2004:8)

Keterangan :

c = closing price (harga yang terjadi) untuk emiten ke i

n = jumlah saham yang digunakan untuk perhitungan indeks (jumlah saham yang tercatat) untuk emiten ke i

N = jumlah emiten yang tercatat di BEI 2.1.4. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Ardian Agung W (2010)

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Sementara variable Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Dow Jones berpengaruh positif terhadap IHSG.

2. Penelitian Suramaya Suci Kewal (2012)

Hasil penelitian menemukan bahwa hanya kurs yang berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG, sedangkan tingkat inflasi, suku bunga SBI dan


(36)

pertumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap IHSG. Penelitian ini hanya menggunakan empat variable makroekonomi, sehingga penelitian selanjutnya perlu menemukan variable makroekonomi lain yang diduga berpengaruh terhadap IHSG.

3. Penelitian Ria Astuti,Apriatni , Hari Susanta (2013)

Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan bukti bahwa Tingkat Suku Bunga (SBI) dan Nilai Tukar (Kurs) Rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sementara itu, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Hang Seng berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar (Kurs) Rupiah, Inflasi, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Hang Seng terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

4. Penelitian Istriyansah Novitasari (2013)

IHSG dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga minyak mentah Indonesia , Inflasi dan Suku Bunga ( BI Rate) . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Harga Minyak Mentah Indonesia , Inflasi dan Suku Bunga ( BI Rate) dari Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG)


(37)

secara parsial . Ini Penelitian mengambil studi kasus di Indonesia selama periode 2006-2012 .

5. Penelitian Sylvia Handiani (2014)

Hasil penelitian ini adalah Harga Emas Dunia berpengaruh secara positif sebesar 2,724 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2013, Harga Minyak Dunia berpengaruh secara positif sebesar 16,176 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2013, Nilai Tukar USD/IDR berpengaruh secara positif sebesar 0,168 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2013 dan Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia dan Nilai Tukar USD/IDR berpengaruh secara bersama-sama terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008 - 2013.

6. Penelitian Suprihati MM , 2015 (Jurnal Internasional)

Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan simultan , ada pengaruh yang signifikan antara Nilai Tukar , Suku Bunga SBI , Tingkat Inflasi , Dow Jones dan Nikkei 225 terhadap IHSG . Dengan menggunakan pendekatan parsial Kurs , tingkat suku bunga SBI , tingkat inflasi dan indeks Nikkei 225 dan efek negatif yang signifikan terhadap indeks saham dan Dow Jones memiliki dampak positif dan signifikan terhadap IHSG .


(38)

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Hasil Peneliti Perbedaan Persamaan

1. Ardian

Agung W

(2010)

Analisis Pengaruh

Tingkat Suku

Bunga SBI, Harga

Minyak Dunia,

Harga Emas

Dunia, Kurs

Rupiah,

Indeks Nikkei

225, dan Indeks

Dow Jones

terhadap IHSG

(studi kasus pada

IHSG di BEI

selama periode

2000-2009)

Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa

variabel Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs

Rupiah berpengaruh

negatif terhadap IHSG. Sementara variable Harga Minyak Dunia,

Harga Emas Dunia,

Indeks Nikkei 225 dan

Indeks Dow Jones

berpengaruh positif terhadap IHSG. SBI, Harga Emas, Kurs Rupiah, Indeks Nikkei. Indeks Dow Jones Harga Minyak Dunia, IHSG

2. Suramaya

Suci Kewal (2012)

Pengaruh inflasi,

Suku Bunga,

Kurs, dan

Pertumbuhan

PDB terhadap

Indeks Harga

Saham Gabungan

Hasil penelitian

menemukan bahwa

hanya kurs yang

berpengaruh secara

signifikan terhadap

IHSG, sedangkan

tingkat inflasi, suku

bunga SBI dan

pertumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap IHSG. Penelitian ini

hanya menggunakan

empat variable

makroekonomi,

sehingga penelitian

selanjutnya perlu

menemukan variable

makroekonomi lain

yang diduga

berpengaruh terhadap IHSG. Suku Bunga, Kurs, Pertmbuha n PDB Inflasi, IHSG


(39)

No Peneliti Judul Hasil Peneliti Perbedaan Persamaan 3. Ria Astuti,

Apriatni, Hari Susanta (2013)

Analisis Pengaruh

Tingkat Suku

Bunga (SBI),

Nilai Tukar (Kurs Rupiah), Inflasi dan Indeks Bursa Internasional

Terhadap IHSG

(Studi Pada IHSG di BEI Periode 2008-2012)

Bahwa Tingkat Suku Bunga (SBI) dan Nilai Tukar (Kurs) Rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG),

Inflasi berpengaruh

negatif dan tidak

signifikan terhadap Indeks Harga Saham

Gabungan (IHSG).

Sementara itu, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Hang Seng berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan

(IHSG). Secara

simultan terdapat

pengaruh yang

signifikan antara

Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar (Kurs) Rupiah, Inflasi, Indeks Nikkei 225, dan

Indeks Hang Seng

terhadap Indeks Harga

Saham Gabungan

(IHSG).

Tingkat SBI, Nilai Tukar, Indeks Bursa Internasio nal Tinflasi, IHSG


(40)

No Peneliti Judul Hasil Peneliti Perbedaan Persamaan 4. Istriyansah

Novitasari (2013)

Pengaruh Inflasi,

Harga Minyak

Mentah Indonesia dan Suku Bunga

(BI Rate)

Terhadap Indeks

Harga Saham

Gabungan (IHSG) (Data Per Bulan

Periode

2006-2012)

IHSG dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga minyak mentah Indonesia , Inflasi dan Suku Bunga ( BI Rate) . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Harga Minyak Mentah Indonesia , Inflasi dan Suku Bunga ( BI Rate) dari Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG) secara parsial . Ini Penelitian mengambil studi kasus di Indonesia selama periode 2006-2012 .

Suku Bunga BI Rate

Inflasi , harga Minyak Mentah

5. Sylvia Handiani (2014)

Pengaruh Harga

Emas Dunia,

Harga Minyak

Dunia dan Nilai

Tukar Dolar

Amerika/Rupiah Terhadap Indeks

Harga Saham

Gabungan

Pada Periode

2008-2013

Hasil penelitian ini

adalah Harga Emas

Dunia berpengaruh

secara positif sebesar 2,724 terhadap Indeks

Harga Saham

Gabungan pada periode

2008-2013, Harga

Minyak Dunia

berpengaruh secara

positif sebesar 16,176 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada

periode 2008-2013,

Nilai Tukar USD/IDR

berpengaruh secara

positif sebesar 0,168 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2013 dan

Harga Emas Dunia,

Harga Minyak Dunia

dan Nilai Tukar

USD/IDR berpengaruh

Harga Emas Dunia, Nilai tukar dollar

Harga Minyak Dunia, IHSG


(41)

No Peneliti Judul Hasil Peneliti Perbedaan Persamaan secara bersama-sama

terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008 - 2013.

6. Suprihati MM (2015) (Jurnal Internasiona l)

The Analysis of The Influence of Exchange Rate, SBI, Interest Rate, Dow Jones Index and Nikkei 225 to IHSG

Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menggunakan pendekatan simultan , ada pengaruh yang signifikan antara Nilai Tukar , Suku Bunga SBI , Tingkat Inflasi , Dow Jones dan Nikkei 225 terhadap IHSG . Dengan menggunakan pendekatan parsial Kurs , tingkat suku bunga SBI , tingkat inflasi dan indeks Nikkei 225 dan efek negatif yang signifikan terhadap indeks saham dan Dow Jones memiliki dampak positif dan signifikan terhadap IHSG .

SBI Rate, Dow Jones

Inflasi, IHSG

2.2. Kerangka Pemikiran

Pasar modal memegang peranan penting dalam perekonomian sebuah negara secara makro dan perusahaan secara mikro. Dengan adanya pasar modal maka dapat memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pemilik perusahaan selaku emiten untuk memperluas usahanya. Sependapat dengan apa yang dikemukakan oleh Widoatmodjo (2009:8) dalam Hendri N Ardiansyah (2012) “Bila orang menilai perekonomian sebuah negara maka ia akan melihat juga


(42)

perkembangan indeks harga saham disamping angka inflasi, neraca transaksi, PDB, dan data ekonomi makro lainnya.”

Diantara beberapa indikator yang menjadi analisis dalam pasar modal diantaranya pergerakan IHSG di Bursa Efek yang menjadi perhatian dari para investor yang akan menanamkan investasinya. Ada beberapa variabel yang mempengaruhi pergerakan IHSG seperti dikemukakan oleh Muhamad Samsul (2016:185) yaitu terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi permintaan dan penawaran baik yang bersifat rasional maupun irrasional. Pengaruh yang sifatnya rasional mencakup kinerja perusahaan, tingkat bunga, tingkat inflasi, tingkat pertumbuhan, kurs valuta asing, atau indeks harga dari negara lain. Pengaruh irrasional mencakup rumor pasar, mengikuti mimpi, bisikan teman, atau permainan harga.

Demikian juga dengan pergerakan harga minyak dunia yang fluktuatif dan bisa mempengaruhi harga saham dan tingkat inflasi suatu negara. Dimana hal tersebuut menjadi sangat penting untuk dijaga kelangsungan pergerakannya agar tidak banyak menyulitkan warga negara Indonesia. Pemerintah harus mengambil tindakan dalam setiap pergerakan tingkat inflasi, harga minyak dunia yang berdampak pada IHSG untuk kelangsungan perekonomian Indonesia.

2.2.1. Keterkaitan Tingkat Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Hasil penelitian menemukan bahwa hanya kurs yang berpengaruh secara signifikan terhadap IHSG, sedangkan tingkat inflasi, suku bunga SBI dan pertumbuhan PDB tidak berpengaruh terhadap IHSG. Penelitian ini hanya menggunakan empat variable makroekonomi, sehingga penelitian selanjutnya


(43)

perlu menemukan variable makroekonomi lain yang diduga berpengaruh terhadap IHSG.

Tingkat Suku Bunga (SBI) dan Nilai Tukar (Kurs) Rupiah berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), Inflasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sementara itu, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Hang Seng berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara Tingkat Suku Bunga (SBI), Nilai Tukar (Kurs) Rupiah, Inflasi, Indeks Nikkei 225, dan Indeks Hang Seng terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

2.2.2. Keterkaitan Harga Minyak Dunia Terhadap IHSG

Harga Emas Dunia berpengaruh secara positif sebesar 2,724 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2013, Harga Minyak Dunia berpengaruh secara positif sebesar 16,176 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2013, Nilai Tukar USD/IDR berpengaruh secara positif sebesar 0,168 terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008-2013 dan Harga Emas Dunia, Harga Minyak Dunia dan Nilai Tukar USD/IDR berpengaruh secara bersama-sama terhadap Indeks Harga Saham Gabungan pada periode 2008 - 2013.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga SBI, dan Kurs Rupiah berpengaruh negatif terhadap IHSG. Sementara variable


(44)

Harga Minyak Dunia, Harga Emas Dunia, Indeks Nikkei 225 dan Indeks Dow Jones berpengaruh positif terhadap IHSG.

2.2.3. Keterkaitan Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia terhadap IHSG

IHSG dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti harga minyak mentah Indonesia , Inflasi dan Suku Bunga ( BI Rate) . Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Harga Minyak Mentah Indonesia , Inflasi dan Suku Bunga ( BI Rate) dari Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG) secara parsial . Ini Penelitian mengambil studi kasus di Indonesia selama periode 2006-2012 .

2.3. Paradigma Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas dapat digambarkan paradigma penelitian sebagai berikut :

Tingkat Inflasi : - Indeks Harga

Konsumen (Dwi Eko Waluyo,

2003; 120-122)

Harga Minyak Dunia :

- USD

- Inflasi

Indeks harga Saham Gabungan (IHSG) Indikator :

Persentase IHSG berdasarkan closing price di BEI

Sunariyah (2011:141) Suramaya Suci Kewal

(2012)

Ardian Agung W (2010) Istriyansah Novitasari (2013)


(45)

2.4. Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kajian empiris yang telah dilakukan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

: Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

: Harga Minyak Dunia berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)

: Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)


(46)

43 3.1.Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan sesuatu yang menjadi perhatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaran dalam penelitian untuk mendapatkan jawaban ataupun solusi dari permasalahan yang terjadi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sugiyono, (2008:8) mengatakan Metode Deskriptif adalah menggambarkan kondisi sebenarnya obyek penelitian ketika melakukan penelitian.Kuantitatif/statistic dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Jadi deskriptif artinya yaitu suatu metode analisis yang dilaksanakan dengan cara mengumpulkan data, kemudian berdasarkan fakta dan kejadian yang ada termasuk masalah yang dihadapi perusahaan, dan membandingkannya dengan teori-teori mengenai hal tersebut. Data yang dikumpulkan kemudian disusun dan diolah secara statistik, kemudian selanjutnya dilakukan suatu analisis dengan menggunakan perhitungan statistik, dan berusaha untuk memecahkan permasalahan tersebut sehingga dapat menghasilkan kesimpulan.

Berdasarkan definisi objek penelitian di atas, maka yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) periode 2006-2015.


(47)

3.2.Metode Penelitian

Metode adalah suatu kerangka kerja untuk melakukan tindakan, atau suatu kerangka berfikir menyusun gagasan, yang beraturan, terarah dan terkonteks, yang relevan dengan maksud dan tujuan. Secara ringkas, metode adalah suatu sistem untuk melalukan suatu tindakan. Pada penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif dan metode verifikatif.

Sedangkan menurut Sugiono (2006:6) metode deskriptif adalah “Penelitian yang dilakukan terhadap variable mandiri yaitu tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variable lainnya”.

Maka tujuan metode deskriptif yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui perkembangan tingkat inflasi periode 2006-2015 2. Untuk mengetahui perkembangan harga minyak dunia periode 2006-2015 3. Untuk mengetahui perkembangan indeks harga saham gabungan (IHSG)

periode 2006-2015

Menurut Hasan (2009:11), “metode verifikatif yaitu menguji kebenaran sesuatu (pengetahuan) dalam bidang yang telah ada dan digunakan untuk menguji hipotesis yang menggunakan perhitungan statistik”.

Metode verifikatif dalam penelitian ini untuk mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat inflasi dan harga minyak dunia terhadap indeks harga saham gabungan (IHSG) periode 2006-2015 (data perkwartal).


(48)

3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan sebuah penelitian sangat penting dilakukan adanya perencanaan dan perancangan penelitian, agar penelitian dapat berjalan secara sistematis.

Adapun pengertian desain penelitian menurut Husein Umar (2005:30) yaitu “Desain penelitian adalah semua proses yang dilakukan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian.”

Proses penelitian kuantitatif menurut Sugiyono (2006:26) adalah sebagai berikut:

1. Sumber masalah; 2. Rumusan masalah;

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan; 4. Pengajuan hipotesis;

5. Metode/ Strategi pendekatan penelitian; 6. Menyusun instrumen penelitian;

7. Kesimpulan;

Penulis menerapkan desain penelitian dengan proses seperti berikut: 1. Mencari sumber permasalahan dan fenomena.

2. Menetapkan masalah – masalah yang akan diteliti, dalam penelitian ini Pengaruh Tingkat Inflasi (variabel X1) dan Harga Minyak Dunia (variabel


(49)

X2) yang menjadi variabel bebas dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (variabel Y) yang menjadi variabel terikat.

3. Mengumpulkan teori-teori yang relevan dengan masalah untuk menjawab rumusan masalah yang sifatnya sementara.

4. Membuat hipotesis yang didukung oleh data dan informasi yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia, website www.idx.co.id dan website

www.bps.go.id yang telah dilakukan pembahasan terdahulu walaupun

belum ada pembuktian secara empiris.

5. Memilih metode penelitian yang sesuai dalam pengujian hipotesis. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif dengan pendekatan kuantitatif.

6. Menyusun dan menganalisa data yang telah diperoleh untuk pengujian hipotesis.

7. Menyimpulkan penelitian dari jawaban-jawaban rumusan masalah sehingga dapat memverifikasi hipotesis yang diajukan.


(50)

Adapun gambar desain penelitian yang digunakan oleh penulis adalah sebagai berikut:

Gambar : 3.1 Desain Penelitian Keterangan :

X = Tingkat Inflasi

X = Harga Minyak Dunia

Y = Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) 3.2.2 Operasionalisasi Variabel

Table 3.1

Operasionalisasi Varibel Penelitian

Variable Konsep Variabel Indikator Ukuran Skala Tingkat

Inflasi ( )

peningkatan tingkat umum harga barang dan jasa. Inflasi sendiri bukan merupakan suatu gejala dimana terjadi kenaikan harga pada jangka waktu yang pendek, melainkan

1. Indeks harga konsumen pada tahun n

2. Indeks harga konsumen pada tahun sebelumnya % R A S I O X X Y


(51)

bahwa inflasi menunjukkan

peningkatan harga yang berlangsung pada jangka waktu yang relatif panjang.

Russel Sobel.et.al (2009)

(Dwi Eko Waluyo, 2003; 120-122)

Harga Minyak

Dunia )

Dewasa ini kelompok negara penghasil minyak yang tergabung dalam Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC) yang memiliki sebagian besar cadangan minyak dunia menjadi sangat dominan dalam menentukan besar atau kecilnya produksi minyak dunia.

(seputarforex.com)

Harga minyak dunia per barrel (Seputarforex.com) $ U S D Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) (Y)

“IHSG (Indeks Harga

Saham Gabungan)

adalah suatu nilai yang

digunakan untuk

mengukur kinerja

gabungan seluruh

saham yang tercatat di suatu bursa efek”

Widoatmodjo (2004:13) dalam Hendri N Ardiansyah

(2012)

Persentase IHSG berdasarkan closing price

di Bursa Efek Indonesia Sunariyah (2011:142) Lot R A S I O


(52)

3.2.3 Sumber dan Teknik Penentuan Data 3.2.3.1 Sumber Data

Jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini tentang bagaimana pengaruh tingkat inflasi dan harga minyak dunia terhadap indeks harga saham gabungan adalah menggunakan data sekunder.

Data sekunder merupakan data yang diambil oleh penulis dari laporan keuangan IHSG yang terdapat di yahoo finance dan BEI periode 2006-2015.

3.2.3.2 Teknik Penentuan Data

Dalam melakukan penelitian ini, terlebih dahulu harus mengidentifikasi dan mempelajari mengenai populasi yang diteliti

1. Populasi

Populasi pada umumnya sering diartikan sekumpulan data/objek yang ditentukan melalui kriteria tertentu, biasanya mengidentifikasikan suatu fenomena.

Andi Supangat (2007:3) menyatakan “Populasi yaitu sekumpulan objek yang akan dijadikan sebagai bahan penelitian (penelaahan) dengan ciri mempunyai karakteristik yang sama”.

Dari pengertian tersebut dapat diketahui populasi merupakan obyek atau subjek yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu berkaitan dengan masalah penelitian. Dengan demikian, populasi yang digunakan dalam


(53)

penelitian ini adalah Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

2. Sampel

Uma Sekaran (2006:123) mendefinisikan sampel adalah sebagian dari populasi dan terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi.

Menurut Sugiyono (2008:81) mengemukakan bahwa:

“Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.”

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel penelitian adalah berupa perkembangan Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia dan IHSG yang telah di audit. Data yang diambil adalah 10 tahun (2006-2015) karena dirasa Tingkat Inflasi, Harga Minyak Dunia dan IHSG mengalami fluktuasi sehingga terjadi fenomena pada tahun tertentu. Sampel yang diambil sebanyak sepuluh periode dengan total sampel 30 data.

3.2.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1) Studi Pustaka

Penelitian kepustakaan dilakukan sebagai usaha memperoleh data yang bersifat teori sebagai pembanding dengan data penelitian yang diperoleh. Data tersebut dapat diperoleh dari literature, catatan kuliah serta tulisan lain yang berhubungan dengan penelitian.


(54)

2) Dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah suatu langkah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan dan menganalisis dokumen-dokumen yang berhubungan dengan masalah yang akan diuraikan dalam penelitian. Dokumen tersebut berupa laporan keuangan perusahaan telekomunikasi yang terdiri dari modal kerja, likuiditas dan profitabilitas.

3.2.5 Rancangan Analisis dan Pengujian Hipotesis 3.2.5.1 Rancangan Analisis

Rancangan analisis adalah proses mencari dan menyusun sebuah penelitian secara sistematis data yang telah di peroleh dari hasil dokumentasi. Pada penelitian ini peneliti melakukan analisa terhadap data yang telah diuraikan dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif.

1. Analisis Deskriptif (Kualitatif)

Pendekatan kualitatif menurut Sugiono (2008:14) :

Merupakan metode analisis yang berlandaskan pada filsafat post positivism, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, hasil p enelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generelasi.


(55)

2. Analisis Verifikatif (Kuantitatif)

Analisis kuantitatif adalah analisis pengolahan data berbentuk angka. Dalam hal ini penulis melakukan analisis pada laporan keuangan tahunan selama periode 2006-2015. Dari analisis tersebut akan didapat analisis Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia Terhadap IHSG.

Hal ini diperlukan agar hasil akhir dan kesimpulan yang dikemukakan peneliti tidak akan keliru dan memberikan gambaran yang tidak jauh berbeda dengan keadaan yang sebenarnya serta hipotesis yang digunakan juga akan mengenai sasarannya. Suatu alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek yang dikenai tes tersebut. Untuk itulah maka perlu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap alat ukur penelitian ini.

Pengujian statistik yang digunakan adalah :

a) Analisis Regresi

Analisis regresi digunakan untuk memprediksi seberapa jauh nilai variabel terikat (Y) bila variabel bebas (X) diubah.

Menurut Sugiyono (2012: 213) “analisis regresi digunakan untuk melakukan prediksi, bagaimana perubahan nilai variabel dependen bila naik variabel independen dinaikkan atau diturunkan nilainnya.”

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda digunakan peneliti


(56)

dengan maksud untuk mengetahui besarnya Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia Terhadap IHSG periode 2006-2015.

Persamaan yang menyatakan bentuk hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y) disebut dengan persamaan regresi.

Dalam penelitian ini, analisis regresi linier berganda digunakan untuk membuktikan sejauh mana hubungan pengaruh Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia Terhadap IHSG periode 2006-2015. Analisis regresi berganda digunakan untuk meramalkan bagaimana keadaan (naik turunnya) variabel dependen Indeks Harga Saham Gabungan, bila dua atau lebih variabel (Tingkat Inflasi) dan (Harga Minyak Dunia) sebagai indikator.

Analisis Linear berganda digunakan dengan melibatkan dua atau lebih variabel bebas antara variabel dependen (Y) dan variabel independen ( dan ) Bentuk persamaan dari regresi linier berganda ini yaitu :

= + + + έ

(Sumber Sugiyono; 2009) Keterangan :

Y = variable tak bebas IHSG

a = konstanta, merupakan nilai terikat yang dalam hal ini adalah Y pada saat variabel bebasnya adalah 0 (� , � = 0)

� = Variabel bebas (Tingkat Inflasi)


(57)

= koefisien regresi berganda � terhadap variabel terikat Y, apabila variabel bebas � dianggap konstan

= koefisien regresi berganda � terhadap variabel terikat Y, apabila variabel bebas � dianggap konstan.

έ = Faktor-faltor yang mempengaruhi variabel Y

Regresi linier berganda dengan dua variabel bebas � dan � metode kuadrat kecil memberikan hasil bahwa koefisien-koefisien a, , dan dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Σy = na + b1ΣX1 + b2ΣX2

ΣX1y = aΣX1 + b1ΣX12 +b2ΣX1X2 ΣX2y = aΣX2 + b1ΣX1X2 + b2ΣX22

(sumber: Sugiyono,2009;279)

b. Uji Asumsi Klasik

Untuk menguji kelayakan model regresi yang digunakan, maka harus memenuhi uji asumsi klasik, uji Asumsi klasik dalam penelitian ini adalah :

1. Uji Nomalitas

Sebelum dilakukan uji statistik, terlebih dahulu perlu diketahui apakah sampel yang dipergunakan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan variabel independen keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang sahih (valid)


(58)

adalah distribusi data normal atau mendekati normal(Santosa dan Ashari, 2005:12). Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan P-P Plot Test. Pengujian normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik distribusi normal.

2. Uji Autokorelasi

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (Singgih Santoso, 71 2012:241). Metode pengujian yang sering digunakan adalah dengan uji Durbin Watson (DW) untuk mendeteksi uji autokorelasi. Namun secara umum bisa diambil patokan :

a) Angka D-W di bawah - 2 berarti ada autokorelasi positif.

b) Angka D-W di antara – 2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi. c) Angka D-W di atas +2, berarti ada autokorelasi negatif.

3. Uji Multikolineritas

Uji ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linier antar variabel independen dalam model regresi (Priyatno, 2008:39). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya.

Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas, menurut Singgih Santoso (2012:236) : a. Besaran VIF (Variance Inflation Factor) dan Tolerance

Pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah : 1. Mempunyai nilai VIF di sekitar 1.


(59)

2. Mempunyai angka tolerance mendekati 1. Nilai VIF dapat diperoleh dengan rumus berikut :

VIF = � �� �

a. Besaran Korelasi Antar variabel Independen pedoman suatu model regresi yang bebas multikolinieritas adalah :

1. Koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah (dibawah 0,5 ). Jikakorelasi kuat, terjadi problem multikolinieritas.

Menurut Ghozali (2006:95) dasar pengambilan keputusan : VIF >10 : Antar variabel independen terjadi multikolinieritas VIF <10 : antar variabel independen tidak terjadi multikolinieritas 4. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Gejala varians yang tidak sama ini disebut dengan heteroskedastisitas, sedangkan adanya gejala residual yang sama dari satu pengamatan ke pengamatan lain disebut dengan homoskedastisitas. Sebuah model regresi dikatakan baik jika tidak terjadi heteroskedastisitas. (Singgih Santoso, 2012:238).

Menurut Singgih Santoso (2012:240) untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas yaitu : “deteksi dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik di atas di mana sumbu X adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah


(60)

residual (Y prediksi – Y sesungguhnya) yang telah di studientized. Maka dasar pengambilan keputusan :

Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik (point-point) yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka telah terjadi Heteroskedastisitas.Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas. b) Analisis Korelasi Pearson

Dalam analisis korelasi yang dicari adalah koefesien korelasi yaitu angka yang menyatakan derajat hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen atau untuk mengetahui kuat atau lemahnya hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

c) Koefisien Determinasi

Analisis Koefisiensi Determinasi (KD) digunakan untuk melihat seberapa besar variabel independen (X) berpengaruh terhadap variabel dependen (Y) yang dinyatakan dalam persentase. Besarnya koefisien determinasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

KD = � x 100% Sugiyono (2012: 257) Keterangan :

Kd : koefisien determinasi


(61)

Tujuan metode koefisien determinasi berbeda dengan koefisien korelasi berganda.Pada metode koefisien determinasi, kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat inflasi dan harga minyak dunia terhadap IHSG, tapi bukan taraf hubungan seperti pada koefisien berganda (lebih memberikan gambaran fisik atau keadaan sebenarnya dari kaitan tingkat inflasi dan harga minyak dunia terhadap IHSG.

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara parsial (uji t) dan penyajian secara simultan (uji F).

a. Uji Parsial (t-test)

Dalam hal ini, variabel independennya yaitu tingkat inflasi dan harga minyak dunia, sedangkan variabel dependennya yaitu IHSG. Langkah-langkah pengujian hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh antara variabel X (variabel bebas) dan variabel Y (variabel terikat). Dimana hipotesis nol (� ) yaitu hipotesis tentang tidak adanya pengaruh. Sedangkan hipotesis alternatif (� ) merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini. Masing-masing hipotesis tersebut dijabarkan sebagai berikut:

: = 0, artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.


(62)

: ≠ 0, artinya terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.

2. Menghitung Uji t (t-test)

Menurut Sugiyono (2012: 250), mencari�ℎ� �� :

�ℎ� �� = � − −− � Keterangan:

r : Korelasi parsial

k : jumlah variabel independen n : Jumlah sampel

3. Kriteria Pengambilan Keputusan

a. � ditolak jika p-value < 0,05 dan thitung > ttabel b. � diterima jika p-value > 0,05 dan thitung < ttabel

Uji Parsial antara Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

a) Hipotesis parsial antara variabel bebas Tingkat Inflasi terhadap IHSG yang merupakan variabel terikat.

� : � = 0 : Tingkat Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

�a : � ≠ 0 : Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).


(63)

b) Hipotesis parsial antara variabel bebas Kebijakan Hutang terhadap Kebijakan Dividen yang merupakan variabel terikat.

� : � = 0 : Harga Minyak Dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

�a : β2 ≠ 0 : Harga Minyak Dunia berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

b. Uji Simultan (F-test)

Uji F merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan yang bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Langkah-langkah pengujian

dengan menggunakan Uji F adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh secara simultan variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Dimana hipotesis nol (� ) yaitu hipotesis tentang tidak adanya pengaruh, umumnya diformulasikan untuk ditolak. Sedangkan hipotesis alternatif (� ) merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini. Masing-masing hipotesis tersebut dijabarkan sebagai berikut:

� : � , � = 0, Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).


(64)

�� : � , � ≠ 0, Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Menghitung uji F (F-test), rumus yang digunakan :

� = + − � / −R / k −

Keterangan:

R : Koefisien determinasi gabungan k : Jumlah variabel independen n : Jumlah sampel

2. Kriteria Pengambilan Keputusan

a. � ditolak jika F statistik < 0,05 atau Fhitung > Ftabel b. � diterima jika F statistik > 0,05 atau Fhitung < Ftabel

� : � , � = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen yaitu Tingkat Inflasi (� ), Harga Minyak Dunia (� ), terhadap variabel dependen, IHSG (Y).

�� : � , � ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen yaitu Tingkat Inflasi � , Harga Minyak Dunia

� ), terhadap variabel dependen IHSG (Y).


(65)

Untuk menggambar daerah penerimaan atau penolakan maka digunakan kriteria sebagai berikut :

 Hasil thitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria :

a) Jika thitung ≥ ttabel maka H ada di daerah penolakan, berarti Hditerima artinya antara variabel X dan variabel Y ada pengaruhnya.

b) Jika thitung ≤ ttabel maka H ada di daerah penerimaan, berarti H ditolak artinya antara variabel X dan variabel Y tidak ada pengaruhnya.

c) thitung; dicari dengan rumus perhitungan thitung, dan

d) ttabel; dicari di dalam tabel distribusi tstudent dengan ketentuan sebagai berikut, α = 0,05 dan dk = (n-k-1) atau misal 30-2-1=27.

 Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria :

a) Tolak H jika Fhitung > Ftabel pada α = 5% untuk koefisien positif. b) Tolak H jika Fhitung < Ftabel pada α = 5% untuk koefisien negatif. c) Tolak H jika nilai F-sign α < 0,05.


(66)

Berikut merupakan gambar daerah penerimaan dan penolakan H0 secara simultan:

Gambar 3.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Secara Simultan

Berikut ini gambar yang memperlihatkan daerah penerimaan dan penolakan

H secara parsial.

Gambar 3.2


(1)

Tujuan metode koefisien determinasi berbeda dengan koefisien korelasi berganda.Pada metode koefisien determinasi, kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruh tingkat inflasi dan harga minyak dunia terhadap IHSG, tapi bukan taraf hubungan seperti pada koefisien berganda (lebih memberikan gambaran fisik atau keadaan sebenarnya dari kaitan tingkat inflasi dan harga minyak dunia terhadap IHSG.

3.2.5.2 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan pengujian secara parsial (uji t) dan penyajian secara simultan (uji F).

a. Uji Parsial (t-test)

Dalam hal ini, variabel independennya yaitu tingkat inflasi dan harga minyak dunia, sedangkan variabel dependennya yaitu IHSG. Langkah-langkah pengujian hipotesis secara parsial adalah sebagai berikut:

1. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada tidaknya pengaruh antara variabel X (variabel bebas) dan variabel Y (variabel terikat). Dimana hipotesis nol (� ) yaitu hipotesis tentang tidak adanya pengaruh. Sedangkan hipotesis alternatif (� ) merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini. Masing-masing hipotesis tersebut dijabarkan sebagai berikut:

: = 0, artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat.


(2)

: ≠ 0, artinya terdapat pengaruh antara variabel bebas terhadap variabel terikat. 2. Menghitung Uji t (t-test)

Menurut Sugiyono (2012: 250), mencari�ℎ� �� :

�ℎ� �� = � − −− � Keterangan:

r : Korelasi parsial

k : jumlah variabel independen n : Jumlah sampel

3. Kriteria Pengambilan Keputusan

a. � ditolak jika p-value < 0,05 dan thitung > ttabel

b. � diterima jika p-value > 0,05 dan thitung < ttabel

Uji Parsial antara Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

a) Hipotesis parsial antara variabel bebas Tingkat Inflasi terhadap IHSG yang merupakan variabel terikat.

� : � = 0 : Tingkat Inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

�a : � ≠ 0 : Tingkat Inflasi berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).


(3)

b) Hipotesis parsial antara variabel bebas Kebijakan Hutang terhadap Kebijakan Dividen yang merupakan variabel terikat.

� : � = 0 : Harga Minyak Dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

�a : β2 ≠ 0 : Harga Minyak Dunia berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

b. Uji Simultan (F-test)

Uji F merupakan pengujian hubungan regresi secara simultan yang bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Langkah-langkah pengujian

dengan menggunakan Uji F adalah sebagai berikut : 1. Merumuskan Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini berkaitan dengan ada atau tidaknya pengaruh secara simultan variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Dimana hipotesis nol (� ) yaitu hipotesis tentang tidak adanya pengaruh, umumnya diformulasikan untuk ditolak. Sedangkan hipotesis alternatif (� ) merupakan hipotesis yang diajukan peneliti dalam penelitian ini. Masing-masing hipotesis tersebut dijabarkan sebagai berikut:

� : � , � = 0, Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).


(4)

�� : � , � ≠ 0, Tingkat Inflasi dan Harga Minyak Dunia berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Menghitung uji F (F-test), rumus yang digunakan :

� = + − � / −R / k −

Keterangan:

R : Koefisien determinasi gabungan k : Jumlah variabel independen n : Jumlah sampel

2. Kriteria Pengambilan Keputusan

a. � ditolak jika F statistik < 0,05 atau Fhitung > Ftabel

b. � diterima jika F statistik > 0,05 atau Fhitung < Ftabel

� : � , � = 0, artinya tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen yaitu Tingkat Inflasi (� ), Harga Minyak Dunia (� ), terhadap variabel dependen, IHSG (Y).

�� : � , � ≠ 0, artinya terdapat pengaruh signifikan antara variabel independen yaitu Tingkat Inflasi � , Harga Minyak Dunia

� ), terhadap variabel dependen IHSG (Y).


(5)

Untuk menggambar daerah penerimaan atau penolakan maka digunakan kriteria sebagai berikut :

 Hasil thitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria :

a) Jika thitung ≥ ttabel maka H ada di daerah penolakan, berarti H diterima artinya antara variabel X dan variabel Y ada pengaruhnya.

b) Jika thitung ≤ ttabel maka H ada di daerah penerimaan, berarti H� ditolak artinya antara variabel X dan variabel Y tidak ada pengaruhnya.

c) thitung; dicari dengan rumus perhitungan thitung, dan

d) ttabel; dicari di dalam tabel distribusi tstudent dengan ketentuan sebagai berikut, α = 0,05 dan dk = (n-k-1) atau misal 30-2-1=27.

 Hasil Fhitung dibandingkan dengan Ftabel dengan kriteria :

a) Tolak H jika Fhitung > Ftabel pada α = 5% untuk koefisien positif. b) Tolak H jika Fhitung < Ftabel pada α = 5% untuk koefisien negatif. c) Tolak H jika nilai F-sign α < 0,05.


(6)

Berikut merupakan gambar daerah penerimaan dan penolakan H0 secara simultan:

Gambar 3.1

Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Secara Simultan

Berikut ini gambar yang memperlihatkan daerah penerimaan dan penolakan H secara parsial.

Gambar 3.2


Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

3 67 113

Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta dengan PModel Arch-Garch

7 56 74

Analisis Pengaruh Faktor Fundamental Terhadap Indeks Harga Saham Sektor Industri Barang Konsumsi Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

6 70 84

Analisis Pengaruh Makro Ekonomi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia

2 25 105

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2009

2 39 90

Analisis Perbedaan Kinerja Reksadana Saham Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Dengan Metode Sharpe Dan Treynor Di Bursa Efek Indonesia

0 32 86

Pengaruh Tingkat Inflasi, Suku Bunga, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Nilai Tukar Rupiah, dan Harga Minyak Dunia terhadap Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2013.

1 3 18

PENGARUH HARGA EMAS DUNIA DAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN SEKTOR PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) - Perbanas Institutional Repository

0 0 9

PENGARUH HARGA EMAS DUNIA DAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN SEKTOR PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) - Perbanas Institutional Repository

0 0 17

PENGARUH HARGA EMAS DUNIA DAN HARGA MINYAK DUNIA TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN SEKTOR PERTAMBANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) - Perbanas Institutional Repository

0 0 16