Alur Penelitian PROSEDUR PENELITIAN

Encep Cahyadi Taris, 2015 PENGARUH MEDIA INFORMASI TERHADAP KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG API DI WILAYAH GUNUNG SLAMET KABUPATEN BANYUMAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 41 Gambar 3.1 Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung Slamet Encep Cahyadi Taris, 2015 PENGARUH MEDIA INFORMASI TERHADAP KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG API DI WILAYAH GUNUNG SLAMET KABUPATEN BANYUMAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 42 Gambar 3.2. Peta Populasi dan Sampel Penelitian Encep Cahyadi Taris, 2015 PENGARUH MEDIA INFORMASI TERHADAP KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG API DI WILAYAH GUNUNG SLAMET KABUPATEN BANYUMAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 43 Gambar 3.3 Peta Wilayah Administrasi Gunung Slamet 175 Encep Cahyadi Taris, 2015 PENGARUH MEDIA INFORMASI TERHADAP KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG API DI WILAYAH GUNUNG SLAMET KABUPATEN BANYUMAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kesimpulan yang dapat diambildalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Tingkat kesiapsiagaan masyarakat yang termasuk kawasan rawan bencana Gunung Slamet kabupaten Banyumas memiliki total nilai 58,63 dan berada pada tingkat “Hampi Siap” berdasarkan parameter tingkat kesiapsiagaan yang dikeluarkan LIPI-UnescoISDR 2006. Adapun jika dilakukan perhitungan per desa sampel Desa Kemutug Lor berada dalam tingkat “Siap” dengan nilai 68,69; Desa Rempoah berdada dalam tingkat “Hampir Siap” dengan nilai 56,7; Desa Kutaliman berada dalam tingkat “Hampir Siap” dengan nilai 60,79; dan Desa Kotayasa berada pada tingkat “Kurang Siap” dengan nilai 54,95. 2. Sumber informasi yang digunakan masyarakat di kawasan rawan bencana Gunung Slamet dalam penelitian ini adalah televisi radio koran media internet dan jejaring sosial dengan persentase berbeda-beda setiap medianya. 3. Sumber media informasi yang dominan masyarakat di kawasan rawan bencana Gunung Selamet adalah Televisi hampir semuanya melebihi 50 pada tiap parameter kesiapsiagaan. Dalam parameter Pengetahuan dan Sikap penggunaan mencapai 41,17 n=56 setelah digabungkan dengan yang menggunakan televisi saja dan yang memilih televisi dan media lain berada diatas media yang lain selain itu ada yang menggunakan. Dalam parameter rencana tanggap darurat mencapai 58,71 n=64 yang memilih televisi. Untuk parameter peringatan dini 54,12 n=59 memilih televisi dan dalam parameter mobilissasi sumberdaya masyarakat memilih televisi sebanyak 60,83 n=73 . 4. Setelah dilakukan analisis terdapat pengaruh terhadap masing-masing parameter kesiapsiagaan. Untuk parameter pengetahuan dan sikap, rencana tanggap darurat dan Peringatan dini terdapat pengaruh dari media informasi sedangkan mobilisasi sumberdaya setelah dilakukan analisis belum terdapat pengaruh dari media informasi. 176 Encep Cahyadi Taris, 2015 PENGARUH MEDIA INFORMASI TERHADAP KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA LETUSAN GUNUNG API DI WILAYAH GUNUNG SLAMET KABUPATEN BANYUMAS Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis mengajukan beberapa rekomendasi terkait penelitian ini, sebagai berikut: 1. Perlu adanya upaya peningkatan kesiapsiagaan masyarakat yang berda di kawasan rawan bencana Gunung Slamet melihat tingkat kesiapsiagaanya berada pada tingkat ”Hampir Siap” terlebih untuk desa yang dalam tingkatan”Kurang Siap” perlu adanya tindak lanjut supaya kerugian akibat bencana bisa dikurangi. Hal ini perlu tindakan lebih lanjut dari pemerintah setempat yang mempunyai wewnang dan tanggung jawab terhadap daerahnya. 2. Perlu adanya kerjasama pemerintah dengan media terkait melihat beragamnya sumber informasi yang digunakan masyarakat, sebenarnya menjadi peluang untuk bisa menyebarluaskan informasi terkait kesiapsiagaan masyarakat. 3. Diharapkan pemerintah lebih bisa mengoptimalkan televisi untuk meningkatkan kesiapsiagaan massyarakat agar jumlah kerugian yang didapat jika terjadi letusan bisa dikurangi. Melihat pengaruh televisi yang tinggi in menjadi keuntungan bagi pemeritah dalam menyebarkan informasi tentang kesiapsiagaan. 4. Perlu adanya alternatif lain yang digunakan pemerintah untuk meningkatkan kesadaran mobilisasi sumberdaya masyarakat karenna tidak adanya pengaruh media informasi tehadap mobilisasi sumberdaya. Kegiatan yang langsung yang lebih bisa diterima dan dimengerti masyarkat bisa menjadi opsi lain dalam peningkatan mobilisasi sumberdaya.