Semiotik Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013

Semiotik Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran
Harian Tempo Tahun 2013

Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk
Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S. Kom. I)

Oleh:
Triana Afrianti
NIM: 1110051100001

KONSENTRASI JURNALISTIK
JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2014 M

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah
satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti karya ini bukan hasil karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, Desember 2014

Triana Afrianti

ABSTRAK
Triana Afrianti
Semiotik Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran
Harian Tempo Tahun 2013


Koran adalah salah satu alat untuk penyampaian informasi yang saat ini
sangat diminati oleh setiap kalangan, baik dari kalangan menengah atas maupun
kalangan bawah. Pada halaman depan terdapat berita utama atau biasa disebut
dengan headline yang memuat bermacam-macam tulisan yang dihiasi dengan
ilustrasi maupun foto-foto. Ilustrasi pada headline koran yang diterbitkan tentu
saja harus mampu mewakili isi pesan yang terkandung. Ilustrasi sebagai gambaran
pesan yang tak terbaca, namun bisa mengurai cerita, berupa gambar dan
penulisan, yaitu bentuk grafis, informasi yang memikat.
Kemudian muncul pertanyaan, bagaimana koran Tempo mengemas ilustrasi
gambar yang juga menjadi bagian dari headline tersebut? Makna apa yang
terkandung dalam ilustrasi gambar headline koran Tempo?
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tinjauan teoristis semiotika
menurut Charles Sander Peirce yaitu dengan melihat makna atas graound, objek
(ikon, indeks, simbol) dan interpretan. Ikon adalah tanda yang hubungan antara
penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah atau objeknya bersifat
kemiripan. Indeks adalah tanda yang menunjukan adanya hubungan alamiah
antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab akibat, atau
tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Simbol adalah tanda yang
menunjukan hubungan alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan ini
berdasarkan perjanjian masyarakat.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
dengan model deskriptif. Data yang didapatkan adalah ilustrasi headline Koran
Tempo edisi 2013 tentang kasus korupsi Ratu Atut Chosiyah dipilih agar dapat
mendeskripsikan ilustrasi tersebut.
Setelah melihat kedelapan ilustrasi headline koran Tempo yang diteliti,
maka kesimpulannya adalah setiap berita headline yang dimuat pada kasus
korupsi Ratu Atut, ilustrasi Ratu Atut lebih dominan dan dibuat seperti menyindir,
juga setiap judul ada yang diberi warna merah sebagai tanda bahwa warna merah
tersebut adalah inti dari berita yang akan disajikan.

Kata Kunci: Semiotika, Koran Tempo, Headline¸ Ilustrasi.

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puja dan puji syukur peneliti panjatkan hanya
kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, nikmat dan karunia yang
begitu banyak sehingga dengan Ridho-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAWyang telah memberikan banyak pencerahan kepada

umatnya, dari zaman Jahiliyah menuju zaman penuh ilmu seperti yang kita
rasakan sekarang.
Alhamdulillah peneliti telah menyelesaikan skripsi sebagai tugas akhir
pendidikan Strata Satu (S1) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Peneliti
menyadari tanpa bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak,
penelitian skripsi ini tidak akan selesai, untuk itu pada kesempatan kali ini peneliti
ining menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. H. Arief Subhan.
M,Ag.Wakil Dekan I Bidang Akademik, Dr. Suparto, M,Pd, M.A, Wakil
Dekan II Bidang Administrasi Umum, Drs. Jumroni, M.Si, Wakil Dekan III
Bidang Kemahasiswaan, Dr. H. Sunandar Ibnu Nur, MA.
2. Ketua Konsentrasi Jurnalistik, Kholis Ridho, M.si Yang telah banyak waktunya
untuk membantu menyelesaikan kuliah.
3. Sekertari Jurnalistik, Dra. Hj. Musfirah Nurlaily, MA. Yang dengan sabar ikut
membantu dalam penyelesaian perkuliahan.

4. DR. Rulli Nasrullah, M.Si selaku pembimbing, yang telah banyak memberikan
pengarahan dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
5. Teruntuk kedua orang tua tercinta, Bapak (Kasmui) dan mama (Marwiyah)

yang tidak pernah putus mendoakan penulis, terima kasih atas seluruh rasa
sayangnya, cintanya, materi, suport, Serta tidak henti-hentinya mengatakan
“kapan lulus?” sebagai satu motivasi untuk penulis. Sampai kapan pun penulis
tidak akan pernah bisa membalas semuanya. Mungkin dengan selesainya
skripsi ini bisa memberi sedikit rasa bangga untuk bapak dan mama. Hanya
doa penulis kepada Allah SWT semoga Ridho-Nya menyertai bapak dan
mama. Amiin.
6. Untuk kedua jagoan, mas Iwan Purwanto dan adik Iman Ardiansyah atas
guyonnya, marahnya, bawelnya, semangatnya, dan suportnya tiap hari.
7. Untuk teman seperjuangan, Jurnalistik angkatan 2010 terutama NAJUA
(Jurnalistik A) yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terima kasih untuk
semangatnya dan semua kenangan. Semoga pertemanan kita tidak hanya
sampai perkuliahan saja.
8. Tema-teman KKN GUNTUR, terutama Rosyid, Arfan, Fajri, Devi, Mentari,
Nabila, Ayunda, Mila. Terima kasih suportnya dan semangatnya. Kalian luar
biasa.
9. Teruntuk sahabat WIA, Wuri, Irni, Afini. terima kasih semangat, suport,
masukan, dan doanya untuk penulis. Akhirnya penulis menyelesaikan
skripsinya semua juga karna kalian.


10. Sahabat sekaligus kakak perempuan penulis, Naila Hadawiyah (mamoii)
terima kasih untuk suport, semangat dan menjadi tempat berbagi untuk
penulis. “to finish a dream”.
Penulis mohon maaf karena tidak dapat menyebutkan satu persatu. Penulis
hanya dapat mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak
yang sudah banyak membantu. Semoga Allah SWT selalu menyayangi kalian dan
membalas semua kebaikan yang telah kalian berikan untuk penulis. Harapan
penulis semoga karya ini dapat bermanfaat untuk para pembacanya. Amiin
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Jakarta, Desember 2014

Triana Afrianti

DAFTAR ISI
ABSTRAK.............................................................................................................iii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL...............................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................iix

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah .................................................. 4
C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
E. Tinjauan Pustaka ................................................................................ 6
F. Metodologi Penelitian ........................................................................ 6

BAB II

LANDASAN TEORI
A. Headline Di Media Cetak ................................................................ 12
B. Korupsi ........................................................................ .....................21
C. Semiotika ......................................................................................... 23

BAB III PROFIL DAN GAMBARAN UMUM KORAN TEMPO
A. Sejarah Dan Perkembangan Koran Tempo...................................... 43
B. Tentang Ratu Atut Chosiyah ............................................................ 45

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Objek Semiotika dalam Headline Koran Tempo ............................ 49
B. Hasil Temuan Dalam Headline Koran Tempo ................................ 53
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 102
B. Saran............................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................104

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Trikotomi Model Semiotik Peirce..........................................................31
Tabel 4.1 Headline Koran Tempo Yang Diteliti .................................................. 50
Tabel 4.2 Tanda Ground Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013...................... 55
Tabel 4.3 Tanda Object Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013 ....................... 57
Tabel 4.4 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013 .............. 59
Tabel 4.5 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013....................... 60

Tabel 4.6 Tanda Ground Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013...................... 63
Tabel 4.7 Tanda Object Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013 ....................... 64
Tabel 4.8 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013 ............... 66
Tabel 4.9 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013....................... 66
Tabel 4.10 Tanda Ground Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 .................. 70
Tabel 4.11 Tanda Object Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 .................... 71
Tabel 4.12 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 ........... 73
Tabel 4.13 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 ................... 74
Tabel 4.14 Tanda Ground Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 .................. 75
Tabel 4.15 Tanda Object Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 .................... 78
Tabel 4.16 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 ........... 80
Tabel 4.17 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 ................... 80
Tabel 4.18 Tanda Ground Headline Koran Tempo 4 November 2013 ................ 84
Tabel 4.19 Tanda Object Headline Koran Tempo 4 November 2013 .................. 85
Tabel 4.20 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 4 November 2013 ......... 87
Tabel 4.21 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 4 November 2013 ................. 87
Tabel 4.22 Tanda Ground Headline Koran Tempo 5 November 2013 ................ 91
Tabel 4.23 Tanda Object Headline Koran Tempo 5 November 2013 .................. 92
Tabel 4.24 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 5 November 2013 ......... 93
Tabel 4.25 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 5 November 2013 ................. 93

Tabel 4.26 Tanda Ground Headline Koran Tempo 18 Desember 2013 ............... 97
Tabel 4.27 Tanda Object Headline Koran Tempo 18 Desember 2013 ................. 98
Tabel 4.28 Tanda Interpretant Headline Koran Tempo 18 Desember 2013 ...... 100
Tabel 4.29 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 18 Desember 2013 .............. 100

DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1 Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013 ........................................... 51
Gambar 4.2 Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013 ........................................... 51
Gambar 4.3 Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 ......................................... 51
Gambar 4.4 Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 ......................................... 51
Gambar 4.5 Headline Koran Tempo 4 November 2013 ....................................... 52
Gambar 4.6 Headline Koran Tempo 5 November 2013 ....................................... 52
Gambar 4.7 Headline Koran Tempo 18 November 2013 ..................................... 52
Gambar 4.8 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 5 Oktober 2013 ................... 53
Gambar 4.9 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 8 Oktober 2013 ................... 61
Gambar 4.10 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 25 Oktober 2013 ............... 68
Gambar 4.11 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 31 Oktober 2013 ............... 75
Gambar 4.12 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 4 November 2013 ............. 82
Gambar 4.13 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 5 November 2013 ............. 89
Gambar 4.14 Hasil Temuan Headline Koran Tempo 18 November 2013 ........... 95


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Surat kabar harian atau yang biasa disebut dengan koran adalah salah satu
alat untuk penyampaian informasi yang saat ini sangat diminati oleh setiap
kalangan, baik dari kalangan menengah atas maupun kalangan bawah.
Menurut Onong Uchjana Effendy, “surat kabar adalah lembaran tercetak
yang memuat laporan yang terjadi di masyarakat dengan ciri-ciri terbit secara
periodik, bersifat umum, isinya termasa dan aktual mengenai apa saja dan dimana
saja di seluruh dunia untuk diketahui pembaca”.1 Karena terbitnya secara
periodik, jadi kita bisa mendapatka berita yang aktual setiap harinya tanpa takut
ketinggalan informsi. Pada surat kabar, terdapat berita utama yang berupa pada
halaman depan surat kabar. Berita utama atau headline adalah berita yang
menurut penilaian redaksi surat kabar merupakan berita penting dari semua berita
yang disajikan surat kabar pada hari itu. Karena itu, headline diberikan tempat
utama, yang mudah dibaca, yaitu halaman satu atau halaman pertama dan bagian
atas yang paling kiri. Headline biasanya terdiri dari 3,4 atau 5 kolom.2 Biasanya
pembaca melihat berita utama pada halaman depan surat kabar. Pembaca selain
melihat dari berita utamanya, yang membuat menarik perhatian pembaca untuk
membaca surat kabar tersebut adalah bagaimana tampilan halaman depan yang
1

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1992), h.241
2
A.M. Hoeta Soehoet, Dasar-dasar Jurnalistik, (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta IISIP,
2003), h. 78

1

2

berisikan berita utama disajikan secara menarik. Baik dari tulisannya maupun dari
gambarnya. Semakin menarik tampilan berita utama semakin tertarik para
pembaca untuk membeli surat kabar tersebut. Pada surat kabar biasanya
menampilkan sebuah ilustrasi dari berita yang disajikan. Terkadang ilustrasi
tersebut membuat timbul pertanyaan dari para pembaca, apa maksud dari ilustrasi
tersebut.
Ilustrasi pada majalah biasanya dijumpai pada cover atau sampul. Ilustrasi
pada headline surat kabar yang diterbitkan tentu saja harus mampu mewakili isi
pesan yang terkandung. Sedangkan dari segi pemasaran, ilustrasi harus mampu
menjadi nilai tambah agar mampu menarik perhatian khalayak, yang diikuti oleh
perilaku pembeli. Ilustrasi digunakan untuk membantu mengkomunikasikan pesan
dengan cepat, tepat, serta tegas, dan merupakan sebuah terjemahan dari sebuah
judul. Ilustrasi yang berupa gambar dan tulisan dapat mengurai suatu cerita yang
berupa bentuk grafis yang berupa informasi yang memikat.
Mengilustrasikan seorang wanita biasanya digambarkan dengan kecantikan,
menonjolkan sifat kelembutannya sebagai seorang wanita. Dengan pakaian yang
melekat dari seorang wanita mencirikan bagaimana wanita tersebut dipandang
dan bagaimana wanita tersebut tergambar dari kepribadiannya.
Alasan peneliti mengambil objek penelitian Ilustrasi Ratu Atut Pada
Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013 karena dalam tahun 2013 adalah
tahunnya Gubernur Banten yaitu Atut Choisyiah atau yang dikenal dengan Ratu
Atut terlibat dalam kasus korupsi. Ditahun 2013 koran Tempo memberitakan
kasus yang terjadi pada Ratu Atut yang dijadikan berita utama atau headline. Ada

3

beberapa edisi yang mengilustrasikan Ratu Atut dalam kasusnya. Sehingga
peneliti ingin mengetahui bagaimana Koran Tempo dalam mengilustrasikan
seorang wanita yang terlibat dalam kasus korupsi. Di indonesia sendiri kasus
korupsi yang melibatkan peran wanita bukan hanya terjadi pada Gubernur Banten
saja. Ada beberapa nama wanita yang terlibat dalam kasus korupsi, salah satunya
seperti Angelina Shondakh. Akan tetapi peneliti hanya ingin meneliti dan
memfokuskan penelitian pada Ratu Atut saja. Karena dari hasil korupsinya Ratu
Atut sampai memiliki Dinasti Ratu Atut yang melibatkan keluarganya.
Mengapa Koran Tempo? Tempo merupakan media cetak besar di Indonesia.
Tempo menyajikan berita-berita investigasi, terutama yang berkaitan dengan
korupsi dan penyalagunaan kekuasaan. Dari situlah Tempo sering mendapatkan
beberapa penghargaan, salah satunya memperoleh penghargaan sebagai koran
paling kredibel dariDewanPers pada tahun 2002.3
Headline Koran tersebut memiliki ilustrasi yang unik dan karena keunikan
dari ilustrasi tersebut setiap orang dapat mengartikan sendiri ilustrasi tersebut.
karena itu memahami ilustrasi dari sebuah headline koran pada kenyataannya
bukan sebuah pekerjaan yang mudah. Dalam penelitian ini, peneliti, menggunakan
metode semiotika Charles Sanders Peirce guna menggali makna dan tanda dari
Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo
Tahun 2013. Pada metode semiotika Pierce ditekankan pada objek tanda yang
dibagi ke dalam ikon, indeks, dan simbol. Penggunaan metode Peirce ini sangat
tepat dalam memaknai keseluruhan ilustrasi halaman depan surat kabar tersebut

3

Lampiran Company Profile Koran Tempo

4

karena pada ilustrasi berita utama tersebut terdiri dari beberapa tanda yaitu tulisan,
gambar, dan simbol-simbol yang ada pada berita utama. Menurut Peirce tulisan,
gambar maupun simbol-simbol adalah sebuah tanda yang saling berhubungan
dalam menghasilkan suatu pemaknaan dan menjadi landasan bagi teori semiotika
komunikasi.4 Selain itu peneliti juga menggunakan warna sebagai acuan untuk
meneliti berita utama karena warna memiliki makna yang bermacam-macam.
Dengan menggunakan metode semiotik dari Charles Sanders Peirce, maka
tanda-tanda pada gambar ilustrasi tersebut dapat dilihat dari jenis tanda yang
digolongkan dalam semiotik, yaitu ikon, indeks, simbol. Dari interpretasi tersebut,
maka dapat diungkapkan muatan pesan yang terkandung dalam Ilustrasi Ratu
Atut Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun
2013.

B. Pembatasan Dan Rumusan Masalah
Menyadari pengetahuan penulis dalam pengetahuan, pengalaman, waktu
dan dana. Maka penelitian ini penulis membatasi pada Ilustrasi Ratu Atut Dalam
Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013.
Peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana makna ikon dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Pada
Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013?
2. Bagaimana makna indeks dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus KorupsiPada
Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013?

4

Alex Sobur, Semiotika Komunikas, (Bandung : Rosdakarya, 2004). h. 135

5

3. Bagaimana makna simbol dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi
Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013?

C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah tersebut, tujuan diadakanya penelitian ini
yaitu untuk:
1. Untuk mengetahui bagaimana makna ikon dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam
Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013.
2. Untuk mengetahui bagaimana makna indeks dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam
Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013.
3. Untuk mengetahui bagaimana makna simbol dalam Ilustrasi Ratu Atut Dalam
Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada pengembangan
keilmuan komunikasi, khususnya bagi penelitian yang bersifat Analisis Semiotika.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis penelitaian ini diharapkan dapat digunakan oleh praktisi
bidang Jurnalistik, seperti wartawan dalam memaknai suatu simbol dan
diharapkan memberi masukan sebagai referensi tambahan terkait dengan data
analisis yang sama. Selain itu dapat menambah ilmu dalam memaparkan
bagaimana sebuah ilustrasi tidak hanya sebagai gambar saja, tetapi bisa menjadi

6

sarana bagi sebagian orang dalam mengekspresikan permasalahan-permasalahan
sevara sederhana tetapi tetap lugas dan mudah dipahami.

E. Tinjaan Pustaka
Setelah melakukan penelusuran koleksi skripsi pada Perpustakaan Utama
dan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta dan perpustakaan universitas lainnya, ada beberapa
contoh judul yang menjadi inspirasi untuk penulis beberapa judul yang
menginspirasi penulis untuk memfokuskan penelitian pada Ilustrasi Ratu Atut
Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Edisi Tahun
2013 adalah:
1. Analisis Semiotika Foto Berita Headline Koran Tempo oleh Angga Rizal
Nurhuda Pendidikan Konsentrasi Jurnalistik Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi 2009.
2. Analisis Semiotika Kepemimpinan Dalam Komik Strip Si Bujang oleh Novita
Intan Sari Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Fakultas Ilmu Dakwah Dan
Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012.

F. Metodologi Penelitian
1. Paradigma Penelitian
Peran paradigma sangat penting dalam memengaruhi teori, analisis atau
tindak perilaku seseorang. Secara tegas boleh dikatakan bahwa pada dasarnya

7

tidak ada suatu pandangan atau teori pun yang bersifat netral dan objektif,
melainkan salah satu diantaranya sangat tergantung pada paradigma yang
digunakan. Setiap penelitian berpegang pada paradigma tertentu. Pada penelitian
ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme. Paradigma ini memandang
ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui
pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan
menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka.5
Penjelasan tentang konstruksivisme diambil dari teori George Kelley, teori
ini menyatakan bahwa individu menginterpretasikan pesan dan bertindak berdasar
pada kategori yang terkonsep pada pikiran. Realitas yang terjadi dan pesan yang
disampaikan tidak sedemikian adanya, tetapi melalui proses seleksi dari perspektif
induvidu. Konstruksivisme tersusun dari teori konstruk personal yang memandang
bahwa seseorang memahami pengalamannya melalui kejadian-kejadian yang
dikelompokan berdasarkan kesamaan dan perbedaan yang dimiliki tentang
sesuatu. Individu akan memberikan makna pada pengalaman tersebut melalui
pengklasivikasian. Teori konstruksivisme juga mengakui bahwa konstrukkonstruk mempunyai kondisi sosial yang alami dan dipelajari melalui hubungan
dengan orang lain. Budaya menjadi penting dalam memaknai suatu peristiwa.6
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang pakai pada penelitian ini adalah pendekatan
penelitian kualitatif dengan sifat penelitian deskriptif. Pendekatan kualitatif
5

Dedy N, Hidayat, Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik, (Jakarta:
Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI, 2003), h. 3
6
Rajiem, Widodo Agus Setianto, Konstruksi Budaya Dalam Iklan: Analisis Semiotik
Terhadap Konstruksi Budaya Dalam Iklan “Viva Mangir Beuty Lotion” Dalam Jurnal Humaniora
Volume 16, No. 2, juni, 2014, h. 155-167

8

menurut taylor adalah sebagai prosedur sebuat penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, berupa kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku yang diamati.7
Pendekatan penelitian kualitatif bertujuan untuk mendapatkan pemahaman
bersifat umum yang diperoleh setelah melakukan analisis terhadap kenyataan
sosial yang menjadi fokus penelitian, kemudian ditarik kesimpulan berupa
pemahaman umum tentang kenyataan-kenyataan tersebut. mengenai sumber data
utama dalam pendekatan kualitatif menurut lofland ialah kata-kata, tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lainnya.8
3. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti, menggunakan metode semiotika Charles
Sanders Peirce guna menggali makna dan tanda dari ilustrasi Ratu Atut Dalam
Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013. Pada metode
semiotika Peirce ditekankan pada objek tanda yang dibagi ke dalam ikon, indeks,
dan simbol. Penggunaan metode Peirce ini sangat tepat dalam memaknai
keseluruhan ilustrasi berita utama pada surat kabar tersebut karena pada ilustrasi
berita utama tersebut terdiri dari beberapa tanda yaitu tulisan, gambar, dan simbolsimbol yang ada pada berita utama. Menurut Peirce tulisan, gambar maupun
simbol-simbol adalah sebuah tanda yang saling berhubungan dalam menghasilkan
suatu pemaknaan dan menjadi landasan bagi teori semiotika komunikasi.9
a. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek dari penelitian ini adalah peneliti mewawancarai pembuat ilustrasi
pada Koran Harian Tempo.
7

Lexy J.Moleong, Metode Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), hal .4
Lexy J.Moleong, Metode Kualitatif, hal.157
9
Alex Sobur, Semiotika Komunikas, Bandung : Rosdakarya, 2004, h. 115

8

9

Dan Objek dari penelitian ini adalah Ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus
Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun 2013.
b. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai dari Maret 2014 sampai dengan
selesai. Dari penelitian ini peneliti mengambil tempat di kantor redaksi Tempo
Kebayoran Centre Blok A11- A15 Jalan Kebayoran Baru, Mayestik, Jakarta
12240, Telp. 021-7255625, Faks 725-5645/50 Email red@tempo.co.id, untuk
membatu dalam berjalannya penelitian ini.
c. Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. 10 Teknik
pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu:
a. Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data
yang yang diperlukan.11 Menurut Indriantoro dan Supomo, obsevasi
adalah proses encatatan pola perilaku subjek (orang), objek (bendabenda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau
komunikasi dengan individu-individu. Data yang dikumpulakan pada
umumnya tidak terdistorsi, lebih akurat dan rinci, serta bebas dari respon
bias.12 Dalam penelitian ini, penelitian melakukan pengamatan dengan
melihat serta mencermati langsung tanda-tanda pada objek penelitian

10

Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 62
Lexy J.Moleong, Metode Kualitatif, hal.4
12
Rosady Ruslan, Metode Penelitian Public Relation dan Komunikasi, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada,2005), hal.34
11

10

Yaitu ilustrasi Ratu Atut Dalam Kasus Korupsi Headline pada Koran
Harian Tempo Tahun 2013.
b. Dokumentasi adalah representasi dari arsi. Dokumen adalah rekaman
peristiwa yang lebih dekat dengan percakapan.13 Dokumentasi adalah
penelitian mengumpulkan, membaca dan mempelajari berbagai bentuk
data tulisan (buku, koran, atau tulisan) yang terdapat diperpustakaan,
internet, atau instansi lain yang dijadikan analisis dalam penelitian.
Peneliti mengumpulkan data yang berhubungan dengan penelitian berupa
ilustrasi Headline Koran Harian Tempo.
c. Wawancara (interview) merupakan alat pengumpulan data yang sangat
penting dalam penelitian komunikasi kualitatif yang melibatkan manusia
sebagai subjek (pelaku atau aktor).14 Dalam penelitian ini dilakukan
wawancara mendalam (in-depth interview), yaitu wawancara yang
bersifat struktur dan mendetail.15 Dalam hal ini, wawancara langsung dan
mendalam dilakukan kepada Rdaktur Koran Tempo.
d. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, peneliti, menggunakan metode semiotika Charles
Sanders Peirce guna menggali makna dan tanda dari Ilustrasi Ratu Atut Dalam
Kasus Korupsi Dalam Kasus Korupsi Pada Headline Koran Harian Tempo Tahun
2013. Pada metode semiotika Peirce ditekankan pada objek tanda yang dibagi ke

13

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2004), hal. 97
14

Parwito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: Lkis Pelangi Aksara, 2007),
hal.37-38
15
Parwito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, hal. 134

11

dalam ikon, indeks, dan simbol. Penggunaan metode Peirce ini sangat tepat dalam
memaknai keseluruhan ilustrasi berita utama surat kabar tersebut karena pada
berita utama tersebut terdiri dari beberapa tanda yaitu tulisan, gambar, dan simbolsimbol. Menurut Peirce tulisan, gambar maupun simbol-simbol adalah sebuah
tanda yang saling berhubungan dalam menghasilkan suatu pemaknaan dan
menjadi

16

landasan

bagi

teori

semiotika

komunikasi.16

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi,Bandung : Rosdakarya, 2004, hal: 115

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Headline Di Media Cetak
1. Pengertian Media Cetak
Media massa cetak merupakan media komunikasi pertama yang dikenal
manusia sebagai media yang memenuhiciri-ciri komunikasi massa (satu arah,
melembaga, umum, serempak). Media massa cetak berbentuk surat kabar, tabloid,
buletin, koran, dan majalah.
Menurut Onong Uchjana Effendy, kegiatan jurnalistik sudah sangat tua,
yaitu dimulai dari zaman Romawi Kuno ketika Julius Caesar berkuasa. Waktu ia
mengeluarkan peraturan agar kegiatan-kegiatan senat setiap hari diumumkan
kepada khalayak dengan detempel pada semacam papan pengumuman yang
disebut dengan Acta Diurna.1
Surat kabar di Indonesia hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya
bergantung pada frekuensi terbit, bentuk, kelas ekonomi pembaca, peredarannya
serta penekanan isinya. Menurut Onong Uchjana Effendy,
“surat kabar adalah lembaran tercetak yang memuat laporan yang terjadi di
masyarakatdengan ciri-ciri terbit secara periodik, bersifat umum, isinya termasa

Sudirman Tebba, “Jurnalistik Indonesia: menulis berita dan feature (Panduan Praktis
Jurnalis Profesional), (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya , 2005), h. 4
1

12

13

dan aktual mengenai apa saja dan dimana saja di seluruh dunia untuk diketahui
pembaca”.2
Pada umumnya kalau kita berbicara mengenai pers sebagai media massa tercetak
ialah dalam pengertian sempit, yakni surat kabar. Menurut Onong Uchjana Effendy
ada empat ciri yang dapat dikatakan sebagai syarat yang harus dipenuhi oleh surat
kabar, antara lain:3
a. Publisitas (Publisity)
Yang mengandung arti penyebaran kepada khalayak atau kepada publik.
Karena diperuntukan untuk khalayak umum, isi atau informasi dalam surat kabar ini
terdiri dari berbagai kepentingan yang berkaitan dengan umum. Untuk itu penerbitan
yang meskipun sama dengan surat kabar tidak bisa disebut sebagai surat kabar jika
hanya ditunjukan kepada sekelompok orang atau golongan.
b. Periodesitas (Periodisity)
Yang berkaitan dengan keteraturan dalam penerbitannya. Keteraturanini bisa
satu kali sehari bisa juga satu atau dua kali terbit dalam seminggu. Karenamempunyai
keteraturan dalam penerbitannya, maka penerbit buku tidak dapat dikategorikan
sebagai surat kabar meskipunisinya menyangkut kepentingan umum karena tidak
disebarkan secara periodik dan berkala.

2

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1992), h. 241
3
Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, h.199-121

14

c. Universalitas ( Universality)
Yang berarti kemestaan dan keragaman. Isinya yang datang dari berbagai
penjuru dunia. Untuk itu jika sebuah penerbit berkala isinya hanya mengkhususkan
diri pada suatu profesi atau aspek kehidupan, seperti majalah kdokteran, arsitektur,
koperasi, atau pertanian, tidak termasuk surat kabar. Memang benar bahwa berkala
itu ditunjukan kepada khalayak umum dan diterbitkan secara berkal, namun bila
isinya hanya mengenai salah satu aspek kehidupan saja maka tidak dapat dimasukan
ke dalam kategori surat kabar
d. Aktualitas (actuality)
Menurut kata asalnya aktualitas, berarti “kini” dan “keadaan sebenarnya”.
Kedua-duanya erat sekali sangkut pautnya dengan berita yang disiarkan surat kabar.
Berita adalah laporanmengenai peristiwa yang terjadi kini, dengan perkataan lain
laporan mengenai peristiwa yang baru terjadi dan yang dilaporkan itu harus benar.
Tetapi yang dimaksudkan aktualitas sebagai ciri surat kabar adalah pertama, yaitu
kecepatan laporan, tanpa menyampaikan pentingnya kebenaran berita.
2. Pengertian Headline
Headline menurut Kurniawan Junaedhi merupakan berita utama atau lebih
populer dengan istilah headline news adalah yang dianggap layak dipadang
dihalaman depan, dengan judul yang merangsang perhatian dan menggunakan tipe
huruf yang relatif besar. Pendeknya adalah berita yang istimewa.4

4

Kurniawan Junaedhi, Ensiklopedia Pers Indonesia, (Gramedia Pustaka Utama, 1991), h. 257

15

Sementara Onong Uchjana Effendy mengatakan, “headline news atau berita
utama adalah berita surat kabar, majalah, radio, atau televisi yang dinilai terpenting
untuk suatu masa penyiaran”.5
Secara sederhana headline news didefinisikan sebagai kepala berita atau judul
berita. Dibagian inilah sari berita akan ditampilkan. Dibagian ini pula yang akan
membuat seseorang pembaca berhenti dan membaca berita yang bersangkutan atau
akan melewatinya begitu saja. Headline news yang bagus adalah yang mampu
membuat orang tertarik dan penasaran membaca berita hingga tuntas. Disamping itu
ada pula pengertian headline news lain yaitu berita-berita menarik yang dijadikan
berita utama dan dipasang di halaman depanpada media massa koran.6 Tidak hanya
itu headline news juga sebagai suatu yang dianggap paling layak untuk dimuat di
halaman depan, dengan judul yang menarik perhatian dan menggunakan tipe huruf
lebih besar dari suatu surat kabar.7
Berita utama adalah berita yang menurut penilaian redaksi surat kabar
merupakan berita penting dari semua berita yang disajikan surat kabar pada hari itu.
Karena itu, headline diberikan tempat utama, yang mudah dibaca, yaitu halaman satu

5

Onong Uchajana Efendy, Dimensi-dimensi Komunikasi, (Bandung: Mandar Maju, 1981),

h.160
6

Teofillus G.P Anis, Proses Penentuan Headline Surat Kabar, Studi Pada Harian Manado
Post, (Jurnal Portal Garuda, 2013), h. 7
7
Kurniawan Djunaedi, Ensiklopedia Pers Indonesia, Jurnal Portal Garuda TGP. Anis
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1990), h. 29

16

atau halaman pertama dan bagian atas yang paling kiri. Headline biasanya terdiri dari
3, 4 atau 5 kolom.8
Berdasarkan isi headline dapat dikelompokan kedalam dua kategori yaitu
langsung dan tidak langsung. Headline seperti ini cenderung menggunakan daya tarik
rasional menunjukan bahwa produk tersebut akan menghasilkan manfaat yang
dikatakan. Contoh headline yang menunjukan kualitas, nilai ekonomis, manfaat, atau
kinerja suatu produk. Ditinjau dari segi demoografis dan psikografi, tampaknya
audience pada kebudayaan industrial paling respontif tehadap headline ini.
Headline tidak langsung tidak seselektif headline langsung dalam memberi
informasi. Headline jenis ini cenderung menggunakan daya tarik emosional. Daya
tarik emosional mencoba membangkitkan emosi positif atau negatif yang akan
memotivasi pembelian. Dalam hal ini headline memiliki asosiasi yang unik bagi
audience yang secara emosional mampu mendorong munculnya suatu image yang
baikmengenai produk yang diiklankan. Hal itu dapat dicapai dengan menggunakan
daya tarik negatif seperti rasa takut, rasa bersalah, dan malu agar orang berhenti
melakukan hal yang seharusnya mereka tidak lakukan. Selain itu, juga dapat
digunakan daya tarik emosional yang positif seperti humor, cinta, kebanggaan, dan
kebahagiaan.
Berdasarkan bentuknya headline dikelompokan ke dalam enam kategori,
diantaranya:9

8

A.M. Hoeta Soehoet, Dasar-dasar Jurnalistik, (Jakarta: Yayasan Kampus Tercinta IISIP,
2003), h. 78

17

1. Headline berita menyatakan suatu berita ( “Krisis Multifungsi Segera
Selesai...”)
2. Headline pertanyaan biasanya mengajukan pertanyaan problematik (“Saban
Bulan Menggangu Sampeyan?”)
3. Headline narasi menceritakan sesuatu peristiwa yang mengesankan (“Permen
yang Terlalu Enak Buat Anak Kecil...”)
4. Headlune perintah biasanya mensugesti audiens untuk melakukan suatu
tindakan (“Jangan Membeli Sebelum Anda Mencoba Ketiganya...”)
5. Headline cara-1-2-3 berisi kiat untuk mengatasi persoalan (“12 Cara Untuk
Mengurangi Pajak Penghasilan Anda”)
6. Headline

bangaimana-apa-mengapa-mengungkapkan

rangkaian

kejadian

sbab-akibat (Mengapa Mereka Tidak Dapat Berhenti Membeli”)
Dari pengertian yang sudah ada, headline memiliki fungsi yang penting dalam
suatu media cetak. Pada dasarnya, headline yang bagus akan menarik perhatian
audience yang memiliki prospek; headline tidak akan menarik perhatian mereka yang
tidak berkepentingan dengan produk. Sebuah headline yang bagus akan memilih
target audience-nya dengan membicarakan kesenangan mereka.
Headline berfungsi untuk menghentikan audience. Salah satu cara untuk
menghentikannya adalah dengan melalui pesan yang menantang. Teknik iniakan
semakin memiliki pengaruh jika mengundang audience untuk berpatisipasi dalam

9

Pranata, Moeljadi, Apakah Desain Komunikasi Visual Itu?,(surabaya: Fakultas Seni dan
Desain UK Petra, 2000), h. 76-79

18

mengembangkan pesan, atau dipaksa untuk membaca dan menemukan jawabannya.
Untuk itu, pesan yang agak tidak sesuai dengan yang diyakini audience mrupakan
penarik perhatian yang paling berharga.
10

Headline juga berfungsi untuk menerangkan produk dan merk. Untuk itu,

headline mengemban tugas untuk menjawab pertanyaan: “apa kebaikan merk itu?”
satu dari tantangan terbaik dalam perancangan headline ialah menciptakan memori,
bahwa merk yang ditawarkan merupakan yang terbaik untuk jenis produk itu.
Sehubungan dengan itu, dibutuhkan kunci verbal sebagai pengingat dan pemandu
identitas suatu merk. Kunci verbal yang bagus antara lain ditunjukan oleh headline 7up yang memberitakan bahwa 7-up bukanlah minuman cola dengan “the un cola”.
fungsi lain dari headline yang bagus adalah untuk mengenalkan ide yang
hendak dijual. Hal ini dapat dilakukan jika iklan akan dibarengi dengan perencanaan
penjualan, strategi pemasaran, atau strategi promosi yang unik. Akhirnya headline
yang bagus akan mengajak audience untuk membaca bodycopy. Hal ini bukanlah
halyang mudah, sebab riset telah menunjukan bahwa hanya 20% mereka yang
membaca headline meneruskan untuk membaca bodycopy. Idealnya, setiap target
audience yang membaca headline melanjutkannya untuk membaca bodycopy. Jika
hal ini tidak terjadi, headline tidak berfungsi secara baik. Headline hanya berfungsi
untuk menarik perhatian, tetapi tidak mampu mengikat perhatian.
Headline dapat diartika sebagai berita utama. Secara bahasa head berarti kepala
line berarti garis. Jadi, dapat diartikan kepala garis atau kepala berita. Dalam media
10

Pranata, Moeljadi, Apakah Desain Komunikasi Visual Itu?, h. 79-80

19

cetak headline merupakan berita yang paling banyak dibaca dan menarik perhatian.
Jika peristiwa itu dijadikam headline maka pihak terkait atau khalayak
menganggapnya sebagai peristiwa penting. Di sinilah media sangat berperan
membentuk opini publik (public opinion).
Headline yang peneliti maksud adalah berita utama yang ditempatkan pada
halaman depan surat kabar yang diteliti. Hal ini menjadi pertimbangan karena
headline yang berada pada halama depan adalah peristiwa yang dianggap pentik oleh
pemilik dan orang-orang yang berada di media tersebut.
Grand M. Hyde dalam bukunya The Journalitic Writing, mengatakan bahwa
judul dalam sebuh surat kabar dapat dinamakan headline. Sedangkan dalam majalah
disebut heading atau titles

3. Ilustrasi dalam Headline
Ilustrasi pada majalah biasanya dijumpai cover atau sampul. Ilustrasi pada
headline surat kabar yang diterbitkan tentu saja harus mampu mewakili isi pesan
yang terkandung. Sedangkan dari segi pemasaran, ilustrasi harus mampu menjadi
nilai tambah agar mampu menarik perhatian khalayak, yang diikuti oleh perilaku
membeli. Ilustrasi digunakan untuk membantu mengkomunikasikan pesan dengan
cepat, tepat, serta tegas, dan merupakan terjemahan dari sebuah judul. Ilustrasi
sebagai gambaran pesan yang tak terbaca, namun bisa mengurai cerita, berupa
gambar dan penulisan, yaitu bentuk grafis, informasi yang memikat. Meskipun

20

ilustrasi merupakan attention – getter (penarik perhatian). yang paling efektif, tetapi
akan lebih efektif lagi bila ilustrasi tersebut juga menunjang pesan yang terkandung.11
Ilustrasi adalah gambaran singkat alur cerita suatu cerita guna lebih
menjelaskan salah satu adegan. Dengan demikian, gambar ilustrasi adalah gambar
yang bercerita yang memiliki tema sesuai dengan tema isi cerita tersebut.12
Dalam proses belajar mengajar ilustrasi merupakan bagian yang paling menarik
untuk belajar sesuai gambar-gambar, dari hasil penelitian Seth Spaulding
menyimpulkan ilustrasi gambar sebagai berikut:
1. Ilustrasi gambar merupakan perangkat pelajaran yang sangat menarik minat
belajar siswa.
2. Ilustrasi gambar membatu siswa membaca dalam penafsiran dan mengingat isi
materi teks yang menyertainya.
3. Pada umumnya anak-anak lebih menyukai setengah atau sehalaman penuh
bergambar disertai beberapa petunjuk yang jelas.
4. Ilustrasi gambar harus dikaitkan dengan kehidupan yang nyata, agar minat
siswa menjadi efektif.
5. Ilustrasi gambar hendaknya ditata sedemikian rupa.
Ilustrasi adalah hasil visualisasi dari suatu tulisan dengan teknik drawing,
lukisan, fotografi, atau teknik seni rupa lainnya yang lebih menekankan hubungan
subjek dengan tulisan yang dimaksud daripada bentuk. Tujuan ilustrasi adalah untuk
11

Kusmiati, A, S. Pudjiastuti , P. Suptandar, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual, (Jakarta:
Djambatan,1999), h. 44
12
Kusmiati, A, S. Pudjiastuti , P. Suptandar, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual, h.46

21

menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan, puisi, atau informasi tertulis
lainnya. Diharapkan dengan bantuan visual, tulisan tersebut lebih mudah dicerna.13
Fungsi ilustrasi dalam iklan adalah :
a. Menarik perhatian.
b. Merangsang minat membaca keseluruhan pesan
c. Menonjolkan salah satu keistimewaan produk.·
d. Menjelaskan suatu pernyataan.
e. Memenangkan persaingan dalam menarik perhatian pembaca di antara rentetan
pesan lainnya dalam suatu media yang sama.
f. Menciptakan suatu suasana yang khas.
g. Mendramatisasi pesan.
h. Menonjolkan suatu merk atau menunjang semboyan yang ditampilkan.
i. Mendukung judul iklan.

B. Korupsi
Pakar Korupsi Robert Klitggard menulis bahwa munculnya korupsi disebabkan
oleh tumbuhnya kesempatan, resiko kecil, dan mental lembek. Menurut Baharuddin
Lopa, salah satu yang menyebabkan terjadinya korupsi dan pelanggaran hukum
adalah oleh karena pejabat yang serakah.14

13

Kusmiati, A, S. Pudjiastuti , P. Suptandar, Teori Dasar Desain Komunikasi Visual, h.47
Media Transparansi, (Edisi 4/ Januari 1999), Dalam Jurnal Demokrasi Vol. VI. No. 1 Thn.

14

2007

22

Syed Husein Alatas sejalan dengan pendekatan yang digunakan Willian J.
Chambliss dan Dillon melihat korupsi sebagai bagian yang integral dari setiap
birokrasi sebagai akibat dari konflik kepentingan antara segelintir pengusaha,
penegak hukum, birokrat dan politisi. Teori yang dikemukakan Alatas adalah hasil
refleksi dari gejala korupsi di Asia. Pendekatan Chambliss merupakan sebuah refleksi
terhadap munculnya “cabal” (jejaring) disebagian besar kota-kota di Amerika Serikat.
Chambliss menyebut korupsi sebagai kejahatan yang teroganisir dan bukan bagian
yang terpisah, melainkan semacam birokrasi pemerintah yang berbentuk jejaring
yang terdiri dari birokrat, politisi, pengusaha, dan aparat penegak hukum. Sedangkan
Djilas menggali persoalan korupsi dan koruptor dai siste ekonomi yang sosialis, yang
kemudian menimbulkan “kelas baru” dalam sebuah negara. Hal ini mirip dengan
zama orde baru di Indonesia, dengan partai tunggalnya Golkar15
Alatas menekankan kepada tiga tipe fenomena yang tercangkup dalam
peristiwa korupsi: penyuapan (bribery), pemerasan (extortion), dan nepotisme16.
Terdapat tiga lapis korupsi menurut kerangka teori Alatas, Chambliss, dan Djilas.
Korupsi lapisan pertama berupa suap (bribery), dan pemerasan (extortion). Korupsi
lapisan kedua nepotisme dan kronisme. Lapisan ketiga jejaring yang meliputi
pengusaha, politisi, pengusaha, dan aparat penegak hukum. Namun bila dilihat lebih
jauh ketiga kerangka teori ini bergerak untuk level dan skala yang besar. Meskipun

15

George Junus Aditjondro, kembar siam pengusaha politik dan ekonomi indonesia, (jakarta:
LP3ES), h. 5-7, dalam Jurnal Demokrasi Vol. VI. No. 1 Thn. 2007
16
Syed Husein Alatas, 1975 Sosiologi Korupsi: Sebuah Penjelajahan Dengan Data
Kontemporer (Jakarta: LP3ES), h. 12, Dalam Jurnal Demokrasi Vol. VI. No. 1 Thn. 2007

23

dalam skala yang kecil ia merupakan bagian yang integral dari korupsi skala besar.
Menurut budayawan Mochtar Lubis, penyebab korupsi merajalela di Indonesia adalah
“birokrasi patrimonial”17 yaitu ketika dalam birokrasi orang-orang (aparat birokrasi)
lebih mengutamakan hubungan-hubungan trasional

daropada hubungan yang

rasional, misalnya: sanak famili dan teman dekat, serta tidak adanya nilai yang
memisahkan secara tajam antara milik masyarakat dengan milik pribadi.

D. Semiotik
1. Pengertian Semiotik
Secara etimologis istilah Semiotik berasal dari kata Yunani semion, yang
beraarti tanda.18 Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai suatu yang atas dasar
konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu hal
yang lain. Contohnya, asap menandai adanya api, sirine mobil yang keras meraungraung menandai adanya kebakaran di sudut kota.
Secara terminologis, Semiotik dapat diidentifikasikan sebagai ilmu yang
mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa, seluruh kebudayaanh
sebagai tanda.19

17

Mochtar Lubis dan James C Scott, (ed), 1985, Bunga Rampai Korupsi, Jakarta: LP3ES, p,
xvi-xvii, Liat Juga Andri Febrianto, 2005, “Korupsi Dari Sudut Pandang Antropologi” Dalam Jurnal
Antropologi, Tahun V, Nomor 7, Januari- Juni 2004 dan Dalam Jurnal Demokrasi Vol. VI. No. 1 Thn.
2007.
18
Sumbo Tinaarbuko, Semiotika Komunikasi Visual, (Yogyakarta : Jalasutra, 2008), h. 11
19
Indiwan Seto Wahyu Wibowo, Semiotika Komunikasi, (Jakarta, Mitra Wacana Media, 2011),
h.5

24

Berkenaan dengan studi semiotik, pada dasarnya pusat perhatian pendekatan
semiotika adalah pada tanda (sign). Menurut John Fiske, terdapat tiga area penting
dalam studi semiotik, yakni (Fiske,1990: 40):
a. Tanda itu sendiri. Hal ini berkaitan dengan beragam tanda yang berbeda, seerti
cara mengantarkan makna serta cara menghubungkannya dengan orang yang
menggunakannya. Tanda adalah buatan manusia dan hanya bisa dimengerti
oleh orang-orang yang menggunakannya.
b. Kode atau sistem di mana lambang-lambang disusun. Studi ini meliputi
bagaimana beragam kode yang berbeda dibangun untuk mempertemukan
dengan kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan.
c. Kebudayaan di mana kode dan lambang itu beroprasi.
Semiotik digunakan sebagai pendekatan untuk menganalisis teks media dengan
asumsi bahwa media itu sendiri dikonsumsikan melalui seperangkat tanda. Teks
media yang tersusun atas seperangkat tanda tersebut tidak pernah membawa makna
tunggal. kenyataannya, teks media selalu memiliki ideologi dominan yang terbentuk
melalui tanda tersebut.20
Terdapat dua kubu semiotik, yakni semiotik kontimental Ferdinand de Saussure
(1857-1913) dan semiotik Amerika Charles Sanders Peirce (1834-1914). Kedua
tokoh semiotik ini sesungguhnya tidak saling berseteru, tidak saling beroposisi,
melainkan saling mengisi dan melengkai. Semiotik signifikansi identik dengan

20

Alex Sobur, Analisis Teks Media; Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotik, dan Analisis Framing, , (Bandung, Rosdakarya 2006), h. 94-95

25

Saussure dan semiotik komunikasi identik dengan Peirce. Dengan demikian, tidak
merupakan sebuah oposisi biner, melainkan sebuah totalitas teori bahasa yang saling
menghidupi.
Semiotik signifikasi yang berakar pada pemikiran bahasa Saussure, meskipun
lebih menaruh perhatian pada tanda sebagai sebuah sistem dan struktur, akan tetapi
tidak berarti mengabaikan penggunaan tanda secara konkret oleh individu-individu
didalam konteks sosial.
Semiotik komunikasi yang memunyai jejaknya ada pemikiran Peirce, meskipun
menekankan produksi tanda secara sosial dan proses interpretasi yang tanpa akhir
(semiosis), akan tetapi tidak berarti mengabaikan sistem tanda. Kedua semiotik ini
justru hidup dalam relasi saling mendinamisasi.21
Menurut Pateda, Semiotik ada sembilan macam, yaitu:
1. Semiotik analitik, yakni semiotik yang menganalisa sistem tanda. Peirce
mengatakan bahwa semiotik berobjekan tanda dan menganalisisnya menjadi
ide, objek dan makna.
2. Semiotik Deskriptif, yaitu semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang
dapat kita alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti
yang disaksikan sekarang.
3. Semiotik Faunal (zoomsemiotic), yaitu semiotik yang khusus memperhatikan
sistem tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda

21

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2004), h.v-vi

26

untuk berkomunikasi dengan sesamanya, tetapi sering juga menghasilkan tanda
yang dapat ditafsirkan oleh manusia.
4. Semiotik Cultural, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
berlaku dalam kebudayaan masyarakat tertentu. Telah diketahui bahwa
masyarakat sebagai makhluk sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah
turun-menurun dipertahankan dan dihormati.
5. Semiotik Naratif, yaitu semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang
berwujud mitos dan cerita lisan (folklore). Itu sebabnya Greimas (1987) melalui
pembahasannya tentang nilai-nilai kultural ketika ia membahas persoalan
semiotika naratif.
6. Semiotik NaturalI, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh alam.
7. Semiotik Normativ, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dibuat oleh manusia yang berwujud norma-norma.
8. Semiotik Sosial, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dihasilkan oleh manusia yang berwujud

Dokumen yang terkait

Objektivitas Pemberitaan Dugaan kasus Korupsi Nazaruddin di Koran tempo

5 75 87

Analisis semiotika foto berita headline koran Tempo

2 17 87

Analisis semiotik foto berita headline pemilukada Banten 2011 di Koran Tangsel Pos

1 11 94

Perbandingan Makna Korupsi pada Ilustrasi Sampul antara Majalah Gatra dan Tempo Tahun 2013

0 6 119

Pemberitaan Penetapan Ratu Atut Chosiyah Sebagai Tersangka Korupsi (Analisis Framing Pemberitaan Penetapan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Sebagai Tersangka Korupsi pada VIVAnews dan Tempo.co Periode 17 – 20 Desember 2013).

0 2 13

PEMBERITAAN PENETAPAN RATU ATUTCHOSIYAH SEBAGAI TERSANGKA KORUPSI Pemberitaan Penetapan Ratu Atut Chosiyah Sebagai Tersangka Korupsi (Analisis Framing Pemberitaan Penetapan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Sebagai Tersangka Korupsi pada VIVAnews dan Te

0 3 15

PENDAHULUAN Pemberitaan Penetapan Ratu Atut Chosiyah Sebagai Tersangka Korupsi (Analisis Framing Pemberitaan Penetapan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Sebagai Tersangka Korupsi pada VIVAnews dan Tempo.co Periode 17 – 20 Desember 2013).

0 4 22

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN Pemberitaan Penetapan Ratu Atut Chosiyah Sebagai Tersangka Korupsi (Analisis Framing Pemberitaan Penetapan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Sebagai Tersangka Korupsi pada VIVAnews dan Tempo.co Periode 17 – 20 Desember 2013).

0 4 16

PENUTUP Pemberitaan Penetapan Ratu Atut Chosiyah Sebagai Tersangka Korupsi (Analisis Framing Pemberitaan Penetapan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah, Sebagai Tersangka Korupsi pada VIVAnews dan Tempo.co Periode 17 – 20 Desember 2013).

0 4 63

Implikatur dalam teks wacana kasus korupsi berkadar politik dalam Koran Tempo.

1 8 115