Implikatur dalam teks wacana kasus korupsi berkadar politik dalam Koran Tempo.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
IMPLIKATUR DALAM TEKS WACANA KASUS KORUPSI BERKADAR POLITIK
DALAM KORAN TEMPO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh :
Evensius Dimas Hendro Riberu
071224069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA
2013

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
IMPLIKATUR DALAM TEKS WACANA KASUS KORUPSI BERKADAR POLITIK
DALAM KORAN TEMPO
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Disusun oleh :
Evensius Dimas Hendro Riberu
071224069


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2013
i

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

ii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

iii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Mereka yang tidak mau berjuang
yang hanya mencari ketenteraman dan kemudahan
tidak akan pernah maju,
hanya mereka yang berani menghadapi tekanan hidup
dengan tekad dan ketenteraman di dalam
dapat mencapai kebesaran dalam hidupnya
(avandhutika)


iv

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Tanda bakti untuk kedua orang tuaku

Bapak Hendrikus Antonius Edy Riberu dan
Ibu Coleta Oriria

Terima kasihku untuk semua saudara

dan sahabat-sahabatku

v


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 9 Juli 2013
Penulis

Evensius Dimas Hendro Riberu

vi


PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama

: Evensius Dimas Hendro Riberu

Nomor Induk Mahasiswa

: 071224069

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas
Sanata Dharma sebuah karya ilmiah saya yang berjudul :

IMPLIKATUR DALAM TEKS WACANA KASUS KORUPSI BERKADAR POLITIK
DALAM KORAN TEMPO
berserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,
mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan
memublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan
nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 9 Juli 2013
Yang menyatakan,

Evensius Dimas Hendro Riberu

vii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN

TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRAK
Riberu, Evensius Dimas Hendro. 2013. IMPLIKATUR DALAM TEKS WACANA KASUS
KORUPSI BERKADAR POLITIK DALAM KORAN TEMPO. Skripsi. Yogyakarta:
Program studi pendidikan bahasa, sastra indonesia, dan daerah Jurusan pendidikan
bahasa dan seniFakultas keguruan dan ilmu pendidikan Universitas sanata dharma
Yogyakarta.

Penelitian ini mencoba untuk menganalisis secara pragmatik mengenai implikatur
dalam wacana kasus korupsi yang berkadar politik dalam Koran Tempo. Penelitian ini
berfokus pada implikatur yang terdapat dalam Koran Tempo itu sendiri. Permasalahan yang
diangkat dalam penelitian ini, yaitu bagaimanakah implikatur dalam wacana kasus korupsi
yang berkadar politik dalam Koran Tempo bulan Januari 2012 sampai dengan Juni 2012.
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan implikatur yang terdapat
dalam kasus korupsi berkadar politik dalam Koran Tempo. Tujuan ini dapat dicapai dengan
mencoba menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, yaitu bagaimanakah implikatur
dalam wacana kasus korupsi berkadar politik dalam Koran Tempo bulan Januari 2012 sampai
dengan Juni 2012.

Temuan dalam penelitian ini adalah bahwa implikatur yang terdapat dalam wacana
kasus korupsi berkadar politik ternyata muncul secara beragam, artinya terbagi menjadi lebih
dari satu jenis, di antaranya adalah implikatur konvensional dan implikatur percakapan.
Implikatur percakapan terbagi lagi menjadi implikatur percakapan khusus, dan implikatur
berskala. Jenis implikatur percakapan yang tidak muncul dalam penelitian ini adalah
implikatur percakapan umum. Dalam penelitian ini juga ditemukan pelanggaran terhadap
prinsip-prinsip kerjasama. Kesimpulan ini juga dapat dijelaskan dengan beberapa hal sebagai
berikut, (a) Dari 100 wacana yang diambil untuk penelitian, di antaranya memperlihatkan
implikatur, baik implikatur konvensional maupun implikatur percakapan. Kemunculan
implikatur konvensional lebih mendominasi dibanding implikatur percakapan. Dari 26 data
yang diteliti, semuanya memperlihatkan kadar politik dalam setiap pemberitaannya, hal ini
sangat jelas mengingat jabatan politis dan peran para tokoh sebagai politisi, sehingga dalam
pekerjaannya selalu terkait dengan urusan “politik”, dan yang paling jelas terlihat adalah
dalam bentuk tuturan yang mengarah kepada lobi-lobi politik kotor dan berujung pada
terkuaknya kasus korupsi dalam pemberitaan-pemberitaan yang ada dalam Koran Tempo ini.
(b) Dari 5 wacana yang disajikan dengan dialog, semuanya melanggar prinsip kerja sama
dalam percakapan. Pelanggaran ini dimungkinkan karena penutur melakukan pembelaan
terhadap diri sendiri dalam menanggapi tuduhan yang disampaikan oleh pihak lain, kemudian
penutur yang tidak ingin percakapan mereka terlihat begitu mencolok/vulgar dalam
melakukan konspirasi tindak korupsi, sehingga bukti menjadi kabur dan tidak mudah

diketahui oleh oknum berwenang dan berkaitan dengan hukum.

viii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
ABSTRACT
Riberu, Evensius Dimas Hendro. 2013. IMPLICATURES IN DISCOURSE TEXTS
ON POLITICAL CORRUPTION CASES IN KORAN TEMPO.Thesis.
Yogyakarta: Indonesian Literature and Vernacular Language Study Program
Language and Art Department Teachers’ Training Faculty Sanata Dharma
University Yogyakarta.
This research was trying to analyze the implicatures in discourse texts on
political corruption cases in Koran Tempo pragmatically. This research focused on the
implicatureswritten in Koran Tempo. The research problem was how the implicatures in
discourse texts on political corruption cases in Koran Tempodring the months of

January 2012 until June 2012 were.
This research was aimed to describe the implicatures in discourse texts on
political corruption cases in Koran Tempo. The aim was fulfilled by answering the
research problem: how the implicatures in discourse texts on political corruption cases
in Koran Tempodring the months of January 2012 until June 2012 were.
The results of this research showed that there were various implicatures on
political corruption cases. In other words, there was more than one kind of implicatures.
They were conventional implicatures and conversational implicatures. Conversational
implicatures were divided into specific conversational implicatures and scaled
implicatures. The conversational implicatures that did not show up in this research was
general conversational implicatures. The results also showed that there were principle
violations in the cooperation. The conclusion could be explained as followed: (a) From
the 100 discourses taken for this research, there were implicatures both conventional
and conversational implicatures. The conventional implicatures were more dominant
than conversational implicatures. From the 26 data of conventional implicatures, there
were political issues. It was obvious since the people had positions in politics and roles
as politicians, so that their jobs were related to “politics”, and it was even more obvious
that the speeches tended to come to the dirty politics and ended at the disclosure of
corruption cases in the discourse texts in this Koran Tempo. (b) From the 5
conversational implicatures, all conversations broke the cooperation principles. The
violations were likely caused by the self-defencedone by the speakers when accused by
others, and then the speakers did not want the conversations flashy/vulgar in doing
conspiracy when doing corruption, so that it blurred the evidence and it was not easy for
the authorized people to find out the cases.

ix

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
skripsi ini. Kesempatan berharga ini menjadi salah satu bagian dari sejarah perjalanan hidup,
khususnya pengalaman berlatih dan belajar dalam menerapkan ilmu pengetahuan yang
penulis dapatkan selama menempuh studi. Skripsi yang berjudul IMPLIKATUR DALAM
TEKS WACANA KASUS KORUPSI BERKADAR POLITIK DALAM KORAN TEMPO ini
penulis susun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bahasa,
Sastra, Indonesia dan Daerah di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Banyak pihak yang telah memberikan sumbangan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Pranowo M.Pd yang selalu berkenan memberikan bimbingan, baik
dalam bentuk masukan maupun dalam bentuk nasihat yang tentunya sangat berarti bagi
penulis dalam mengerjakan skripsi, sekalipun di tengah-tengah kesibukannya beliau
masih sempat meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing penulis.
2. Ibu Dr. Yuliana Setyaningsih M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa,
Sastra, Indonesia dan Daerah yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk
menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
3. Terima kasih sedalam-dalamnya penulis sampaikan juga kepada kedua orang tua,
Bapak H.A Edy Riberu dan Ibu Coleta Oriria, Adik/Saudara Leonardo Hendri Riberu,
kepada Om Y.A.T Lukman Riberu, serta seluruh keluarga yang tidak mungkin
disebutkan satu persatu karena senantiasa mendoakan, memberikan dukungan baik
moral, materi, cinta maupun perhatian.
4. Kepada Evi Utami, terima kasih atas dorongan semangat, motivasi, perhatian dan
waktunya untuk penulis dalam menghilangkan kejenuhan di saat penyusunan skripsi,
bahkan sampai saat ini.
5. Kepada seluruh teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yaitu temanteman selama ini sama-sama berjuang, terima kasih telah saling menguatkan.

x

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Semoga semua kebaikan dan doa yang telah diberikan kepada penulis mendapatkan balasan
yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Pengasih.
Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat dan memberikan sumbangsih bagi
pembaca serta dunia ilmu pendidikan.

Penulis,

Evensius Dimas Hendro Riberu

xi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL....................................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................................... iii
HALAMAN MOTTO ..................................................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA........................................................................... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............. vii
ABSTRAK ..................................................................................................................... viii
ABSTRACT ..................................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR..................................................................................................... x
DAFTAR ISI .................................................................................................................. xii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
C. Tujuan Penelitian................................................................................................. 4
D. Batasan Istilah ..................................................................................................... 4
E. Manfaat Penelitian ............................................................................................... 5
F. Ruang Lingkup .................................................................................................... 6
G. Sistematika Penyajian .......................................................................................... 6

BAB II LANDASAN TEORI .............................................................................................. 8
A. Pengertian Wacana .............................................................................................. 8
xii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
B. Wacana Kasus Korupsi Berkadar Politik.............................................................. 9
C. Pragmatik ............................................................................................................ 10
D. Implikatur............................................................................................................ 11

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................. 27
A. Jenis Penelitian .................................................................................................... 27
B. Subjek Penelitian dan Data Penelitian .................................................................. 27
C. Teknik Pengumpul Data ...................................................................................... 28
D. Instrumen Penelitian ............................................................................................ 28
E. Teknik Analisis Data ........................................................................................... 28

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................... 29
A. Deskripsi Data ......................................................................................................... 29
B. Hasil Analisis Data .................................................................................................. 30
a. Implikatur ...................................................................................................... 30
b. Implikatur Konvensional................................................................................ 33
c. Implikatur Percakapan Khusus ....................................................................... 39
d. Implikatur Berskala ....................................................................................... 44
e. Pelanggaran Terhadap Maksim Kerjasama ..................................................... 48
C. Pembahasan ............................................................................................................. 54

BAB V PENUTUP .............................................................................................................. 67
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 67
B. Implikasi ............................................................................................................. 68
C. Saran ................................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 70
LAMPIRAN ................................................................................................................... 72

xiii

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Sebagai suatu wacana, teks berita kasus korupsi bermuatan politik merupakan berita
politik yang banyak menyita perhatian semua kalangan berkaitan dengan permasalahan hukum
yang besar, karena melibatkan petinggi-petinggi partai besar yang merupakan politisi dan
pejabat-pejabat publik yang sedang berkuasa saat ini, serta cerita keterlibatan para tersangka baru
termasuk perkembangan penyelesaian dari kasus itu sendiri, seperti sebuah drama panjang yang
mewarnai kehidupan bangsa ini. Kasus korupsi bermuatan politik yang dimuat dalam Koran
Tempo disediakan secara umum bagi masyarakat atau lebih khususnya bagi pembaca koran atau
surat kabar ini, untuk menambah informasi dan lebih jauh untuk mengetahui perkembangan
setiap kasus tersebut secara runtun, dan terlebih lagi melalui penelitian yang berupa analisis
unsur wacana pragmatik ini, kita akan melihat bagaimana mengungkap tuturan-tuturan yang
tidak tampak secara eksplisit, yang terdapat dalam teks wacana berita kasus korupsi bermuatan
politik dalam Koran Tempo. Di dalam bukunya, Yoce Aliyah Darma (2009:1) mengatakan
bahwa berdasarkan hierarkinya, wacana merupakan tataran bahasa yang terbesar, tertinggi, dan
terlengkap. Hal yang sama juga disampaikan oleh Tarigan, bahwa wacana adalah satuan bahasa
terlengkap dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi
tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata,
disampaikan secara lisan atau tertulis (Tarigan, 1987:27).
Anton M. Moeliono (1988:334) mengatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang
berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lainnya dalam kesatuan

1

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

2

makna. Sobur Alex (2001) Via Darma (2009:3), mengungkapkan bahwa wacana adalah
rangkaian ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal yang disajikan secara
teratur, sistematis, dalam suatu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun
nonsegmental bahasa.
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan
ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis
tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah
dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang
maksud penutur. Tipe studi ini perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang
dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang
dikatakan. Diperlukan suatu pertimbangan tentang bagaimkana cara penutur mengatur apa yang
ingin mereka katakan yang disesuaikan dengan orang yang mereka ajak bicara, dimana, kapan,
dan dalam keadaan apa. Dengan kata lain Pragmatik juga merupakan studi tentang makna
kontekstual. Pendekatan ini juga perlu menyelidiki bagaimana cara pendengar dapat
menyimpulkan tentang apa yang dituturkan agar dapat sampai pada suatu interpretasi makna
yang dimaksudkan penutur, bisa dikatakan studi ini adalah studi pencairan makna yang tersamar.
Pandangan ini kemudian menimbulkan pertanyaan tentang apa yang menentukan pilihan antara
yang dituturkan dengan yang tidak dituturkan. Jawaban yang mendasar terikat pada gagasan
jarak keakraban. Keakraban, baik keabrakan fisik, sosial, konseptual, menyiratkan adanya
pengalaman yang sama. Inilah empat ruang lingkup yang tercakup dalam pragmatik. (Yule,
2006:3-4).
Penelitian ini mencoba untuk menganalisis secara pragmatik mengenai implikatur dalam
wacana kasus korupsi yang berkadar politik dalam Koran Tempo. Ada beberapa alasan mengapa

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

3

peneliti mengangkat topik ini. Pertama, karena peneliti merasa tertarik dan tertantang untuk
menganalisis wacana-wacana teks berita politik sebab saat ini masih jarang dilakukan. Kedua,
melalui analisis implikatur wacana tersebut secara pragmatik, peneliti berharap dapat
mengungkap dan menunjukkan informasi-informasi yang tidak tampak secara eksplisit yang
terdapat dalam berita-berita kasus korupsi yang terselubung oleh politik dalam Koran Tempo.
Ketiga, menambah lebih luas pengetahuan kita secara umum, dan secara khusus bagi peneliti
tentang analisis wacana berita politik khususnya implikatur dalam tinjauan pragmatik.
Pembahasan masalah-masalah dalam penelitian ini mengurai secara deskriptif implikatur
dalam teks wacana kasus korupsi yang berkadar politik yang terdapat dalam Koran Tempo.
Wacana jelas merupakan proses komunikasi, yang menggunakan simbol-simbol, yang berkaitan
dengan interpretasi dan peristiwa-peristiwa, di dalam sistem kemasyarakatan yang luas. Melalui
pendekatan wacana pragmatik, pesan-pesan komunikasi seperti kata-kata, tulisan, gambargambar, dan lain-lain, tidak bersifat netral atau steril. Eksistensinya ditentukan oleh orang-orang
yang menggunakannya, konteks peristiwa yang berkenaan dengannya, situasi masyarakat luas
yang melatarbelakangi keberadaannya, dan lain-lain. Kesemuanya itu dapat berupa nilai-nilai,
ideologi, emosi, kepentingan, kekuasaan, dan lain-lain. Penelitian ini membatasi permasalahan
pada implikatur yang terdapat pada wacana kasus korupsi berkadar politik dalam Koran Tempo.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

4

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas rumusan masalah penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Jenis implikatur dalam teks wacana kasus korupsi yang berkadar politik dalam Koran
Tempo bulan Januari 2012 sampai dengan Juni 2012.
2. Pelanggaran terhadap maksim kerjasama dalam teks wacana kasus korupsi yang berkadar
politik dalam Koran Tempo bulan Januari 2012 sampai dengan Juni 2012.

C. Tujuan Penelitian
1. Mendeskripsikan jenis implikatur yang terdapat dalam kasus korupsi yang berkadar
politik dalam Koran Tempo.
2. Mendeskripsikan pelanggaran terhadap maksim kerjasama dalam teks wacana kasus
korupsi yang berkadar politik dalam Koran Tempo

D. Batasan Istilah

1. Implikatur

: adalah ujaran yang menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan
yang diucapkan. Sesuatu “yang berbeda” tersebut adalah maksud
pembicara yang tidak dikemukakan secara eksplisit. Dengan kata
lain, implikatur adalah maksud, keinginan, atau ungkapanungkapan hati yang tersembunyi. (Grice via Soeseno, 1993:30).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
2. Kasus Korupsi

5

: adalah segala macam kasus yang melibatkan tindak perbuatan
korupsi.

3. Pragmatik

: adalah studi tentang hubungan antara bentuk-bentuk linguistik
dan pemakai bentuk-bentuk itu, atau studi tentang penggunaan
bahasa berdasarkan konteksnya. (Yule, 2006:5)

4. Teks berita

: teks merupakan wujud esensi bahasa. Artinya, teks direalisasikan
atau diwujudkan dalam bentuk wacana dan lebih bersifat
konseptual (van Dyk via Nababan, 1987:64).

5. Kadar Politik

: ukuran keadaan atau situasi tentang keterkaitan dengan politik.

6. Wacana

: adalah rentetan kalimat yang berkaitan, yang menghubungkan
proposisi yang satu dengan yang lainnya dalam kesatuan makna.
Di samping itu, wacana juga berarti satuan bahasa terlengkap,
yang dalam hirarki kebahasaan merupakan satuan gramatikal
tertinggi dan terbesar (Moeliono, 1988:334).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

6

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Bagi penelitian
a. Memberikan sumbangan informasi terhadap studi analisis wacana, khususnya
yang berkaitan dengan wacana dalam teks berita dengan menyajikan hasil analisis
wacana berdasarkan tinjauan pragmatik deskriptif.
b. Memberikan informasi tentang analisis implikatur dalam teks berita.
2. Bagi pengajaran
Memberikan contoh konkret dalam menganalisis wacana, khususnya dengan
tinjauan pragmatik deskriptif.

F. Ruang Lingkup Penelitian
Berdasarkan medium penyampaian yang dipakai, kasus korupsi berkadar politik dalam
teks wacana Koran Tempo ialah berbentuk wacana tulis, dan jika dilihat berdasarkan isi wacana,
jelas merupakan wacana politik. Analisis kasus korupsi berkadar politik yang diambil sebagai
objek penelitian adalah yang diberitakan dalam Koran Tempo. Dalam penelitian ini yang akan
akan dianalisis secara pragmatik adalah kasus korupsi yang berkadar politik dalam Koran
Tempo, yang mana selalu mewarnai headline pemberitaan setiap harinya dan menyita perhatian
publik, khususnya pembaca Koran Tempo.
Pembahasan suatu wacana dapat meliputi aspek yang sangat luas. Penelitian ini
membatasi masalah pada salah satu unsur wacana pragmatik yakni pada implikatur saja. Data

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

7

yang akan dianalisis diambil dari Koran Tempo yang terbit bulan Januari 2012 sampai bulan Juni
2012.

G. Sistematika Penyajian

Sistematika penyajiannya nanti akan dijabarkan dalam 5 Bab, yaitu Bab I Pendahuluan,
Bab II Landasan Teori, Bab III Metodologi Penelitian, Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan,
Bab V Kesimpulan dan Saran.
Bab I adalah Pendahuluan, yang berisi beberapa sub bab yang terdiri dari (A) Latar
Belakang, (B) Rumusan Masalah, (C) Tujuan Penelitian, (D) Batasan Istilah, (E) Manfaat
Penelitian, (F) Ruang Lingkup dan (G) Sistematika Penyajian.
Bab II adalah Landasan Teori, yang berisi tiga pokok bahasan yang terdiri dari, (A)
Pengertian Wacana, (B) Wacana Kasus Korupsi Berkadar Politik, (C) Pragmatik, (D) Implikatur.
Bab III adalah Metodologi Penelitian, yang berisi enam hal di antaranya adalah (A) Jenis
Penelitian, (B) Data dan Sumber Data, (C) Instrumen Penelitian, (D) Objek Penelitian, (D)
Teknik Pengumpulan Data, dan (E) Teknik Analisis Data.
Bab IV adalah Laporan Hasil Penelitian, yang berisi tiga pokok bahasan yang terdiri dari
(A) Deskripsi Data, (B) Hasil Analisis Data, dan (C) Pembahasan.
Bab V adalah Penutup, yang berisi tiga hal yakni, (A) Kesimpulan, (B) Implikasi, dan (C)
Saran.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Wacana
Secara etimologi istilah “wacana” berasal dari bahasa Sanskerta wac/wak/vak, artinya
‘berkata’, ‘berucap’ (Douglas via Mulyana, 2005:3). Oleh para linguis Indonesia istilah wacana
dikenalkan dan digunakan sebagai bentuk terjemahan dari istilah inggris ‘discourse’ (Dede
Oetomo, 1993:3). Kata discourse sendiri berasal dari bahasa latin ‘discursus’ yang berarti ‘lari
kesana kemari’, ‘lari bolak-balik’. Kata ini diturunkan dari ‘dis’ (dari/dalam arah yang berbeda)
dan currere (lari). Jadi discursus berarti ‘lari dari arah yang berbeda’. Perkembangan asal-usul
kata itu dapat digambarkan sebagai berikut.
dis + currere → discursus → discourse (wacana).
Webster memperluas makna discourse sebagai berikut: (1) komunikasi kata-kata, (2)
ekspresi gagasan-gagasan, (3) risalah tulis, ceramah, dan sebagainya (Webster, 1983 via
Mulyana, 2005:4). Ini berarti discourse berkaitan dengan kata, kalimat, atau ungkapan
komunikatif, baik secara lisan maupun tulis.
Di dalam bukunya, Yoce Aliyah Darma (2009:1) mengatakan bahwa berdasarkan
hierarkinya, wacana merupakan tataran bahasa yang terbesar, tertinggi, dan terlengkap. Hal yang
sama disampaikan oleh Tarigan, yaitu bahwa wacana adalah satuan bahasa terlengkap dan
tertinggi atau terbesar di atas kalimat atau klausa dengan koherensi dan kohesi tinggi yang
berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata, disampaikan secara
lisan atau tertulis (Tarigan, 1987:27).
8

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

9

Anton M. Moeliono (1988:334) mengatakan bahwa wacana adalah rentetan kalimat yang
berkaitan, yang menghubungkan proposisi yang satu dengan yang lainnya dalam kesatuan
makna. Sobur Alex (2001) Via Darma (2009:3), mengungkap bahwa wacana adalah rangkaian
ujar atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal yang disajikan secara teratur,
sistematis, dalam suatu kesatuan yang koheren, dibentuk oleh unsur segmental maupun
nonsegmental bahasa.
Dalam satuan kebahasaan atau hirarki kebahasaan, kedudukan wacana berada pada posisi
paling besar dan paling tinggi (Harimukti Kridalaksana, 1984:334). Hal ini disebabkan wacana –
sebagai satuan gramatikal dan sekaligus objek kajian linguistik – mengandung semua unsur
kebahasaan yang diperlukan dalam segala bentuk komunikasi.
Dalam penelitian ini akan dianalisis secara pragmatik wacana kasus korupsi bermuatan
politik dalam Koran Tempo, yang bila dilihat berdasarkan isinya merupakan wacana politik.
Analisis pragmatik deskriptif pada wacana ini nantinya akan digunakan untuk mengetahui
bagian-bagian apa saja yang mutlak muncul dalam saja yang mutlak ada dan yang tidak mutlak
ada dalam wacana tersebut.

B. Wacana Kasus Korupsi Berkadar Politik
Kasus suap wisma atlet, korupsi dan mark-up kasus hambalang, kasus cek pelawat, dan
lain-lain merupakan deretan kasus korupsi yang diangkat mengisi kolom-kolom berita politik
yang saat ini sedang hangat diberitakan di berbagai media massa, baik media elektronik maupun
media cetak. Berdasarkan sebuah penelitian (Hamad, 2004:2-4), proses konstruksi realitas oleh

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

10

pelaku pembuat wacana, misalnya dalam media massa dimulai dengan adanya realitas pertama
berupa keadaan, benda, pikiran, orang, peristiwa, dan sebagainya. hal ini menunjukkan bahwa
kasus korupsi merupakan salah satu konstruksi realitas dari sebuah keadaan atau peristiwa nyata
yang sedang terjadi, dan melalui Koran Tempo dibahas menjadi sebuah suguhan wacana berita
politik.
Sebagai suatu wacana, teks berita kasus korupsi bermuatan politik merupakan berita
politik yang banyak menyita perhatian semua kalangan berkaitan dengan permasalahan hukum
yang besar, karena melibatkan petinggi-petinggi partai besar yang merupakan politisi dan
pejabat-pejabat publik yang sedang berkuasa saat ini, serta cerita keterlibatan para tersangka baru
termasuk perkembangan penyelesaian dari kasus itu sendiri, seperti sebuah drama panjang yang
mewarnai kehidupan bangsa ini. Kasus korupsi bermuatan politik yang dimuat dalam Koran
Tempo disediakan secara umum bagi masyarakat atau lebih khususnya bagi pembaca koran atau
surat kabar ini, untuk menambah informasi dan lebih jauh untuk mengetahui perkembangan
setiap kasus tersebut secara runtun, dan terlebih lagi melalui penelitian yang berupa analisis
unsur wacana pragmatik ini, kita akan melihat bagaimana mengungkap tuturan-tuturan yang
tidak tampak secara eksplisit, yang terdapat dalam teks wacana berita kasus korupsi bermuatan
politik dalam Koran Tempo.

C. Pragmatik
Pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan
ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Studi ini lebih banyak berhubungan dengan analisis

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

11

tentang apa yang dimaksudkan orang dengan tuturan-tuturannya daripada dengan makna terpisah
dari kata atau frasa yang digunakan dalam tuturan itu sendiri. Pragmatik adalah studi tentang
maksud penutur. Tipe studi ini perlu melibatkan penafsiran tentang apa yang dimaksudkan orang
dalam suatu konteks khusus dan bagaimana konteks itu berpengaruh terhadap apa yang
dikatakan. Berkaitan dengan hal di atas, studi pragmatik memerlukan pertimbangan tentang
bagaimana cara penutur mengatur apa yang ingin mereka katakan yang disesuaikan dengan
orang yang mereka ajak bicara, dimana, kapan, dan dalam keadaan apa.
Dengan kata lain Pragmatik merupakan studi tentang makna kontekstual. Pendekatan ini
juga perlu menyelidiki bagaimana cara pendengar dapat menyimpulkan tentang apa yang
dituturkan agar dapat sampai pada suatu interpretasi makna yang dimaksudkan penutur, bisa
dikatakan studi ini adalah studi pencairan makna yang tersamar. Pandangan ini kemudian
menimbulkan pertanyaan tentang apa yang menentukan pilihan antara yang dituturkan dengan
yang tidak dituturkan. Jawaban yang mendasar terikat pada gagasan jarak keakraban. Keakraban,
baik keabrakan fisik, sosial, konseptual, menyiratkan adanya pengalaman yang sama. Inilah
empat ruang lingkup yang tercakup dalam pragmatik. (Yule, 2006:3-4). Dalam penelitian ini
dikaji secara deskriptif pragmatik mengenai implikatur yang terdapat dalam wacana kasus
korupsi berkadar politik dalam Koran Tempo.

D. Implikatur
Grice (Soeseno, 1993:30) mengemukakan bahwa implikatur ialah ujaran yang
menyiratkan sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu yang berbeda

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

12

dengan yang sebenarnya diucapkan. Sesuatu “yang berbeda” tersebut adalah maksud pembicara
yang tidak dikemukakan secara eksplisit. Dengan kata lain, implikatur adalah maksud,
keinginan, atau ungkapan-ungkapan hati yang tersembunyi. Pendapat lain juga mengungkapkan
bahwa implikatur adalah makna atau pesan yang tersirat dalam ungkapan lisan dan atau wacana
tulis. Kata lain implikatur adalah ungkapan secara tidak langsung yakni makna ungkapan yang
tidak tercermin dalam kosakata secara literal (Ihsan, 2011:93).
Secara etimologis, implikatur diturunkan dari implikatum. Secara nominal, istilah ini
hampir sama dengan implication, yang artinya maksud, pengertian, keterlibatan (Echols,
1984:313). Menurut Mulyana (2005:11), dalam lingkup analisis wacana , implikatur berarti
sesuatu yang terlibat atau yang menjadi bahan pembicaraan. Secara struktural, implikatur
berfungsi sebagai jembatan/rantai yang menghubungkan apa “yang diucapkan” dengan yang
“diimplikasikan”. Jadi, suatu dialog yang mengandung implikatur akan selalu melibatkan
penafsiran yang tidak langsung. Dalam komunikasi verbal, implikatur biasanya sudah diketahui
oleh pembicara, dan karenanya tidak perlu diungkapkan secara eksplisit. Dengan berbagai
alasan, implikatur justru sering disembunyikan agar hal yang dimplikasikan tidak nampak terlalu
mencolok.
Konsep implikatur muncul dari pendapat Grice tentang seperangkat asumsi yang
melingkupi dan mengatur kegiatan percakapan suatu tindakan berbahasa. Seperangkat asumsi
tersebut adalah kerjasama yang diperlukan untuk dapat menggunakan bahasa secara berhasil
guna (efektif) dan berdaya guna (efisien). (Nababan, 1987:31). Ditambahkan oleh Rustono
(1999:55), yang menyatakan bahwa prinsip percakapan (Convensional principle) adalah prinsip

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

13

yang mengatur mekanisme percakapan antar pesertanya agar dapat bercakap-cakap secara
kooperatif dan santun.
Perangkat asumsi Grice tersebut terdiri dari empat aturan percakapan (maxims of
conversation) yang mendasar dan dipandang sebagai dasar-dasar umum (general principle).
Prinsip ini mendasari kerjasama penggunaan bahasa. Keempat aturan tersebut secara keseluruhan
disebut dasar kerjasama (cooperative principles). (Nababan, 1987:31-32). Keempat maksim itu
adalah sebagai berikut.
a. Maksim Kuantitas : berilah informasi yang tepat.
Maksim ini mempunyai aturan khusus yaitu :
1. Buat sumbangan Anda seinformatif yang diperlukan
2. Jangan Anda buat sumbangan Anda lebih informatif daripada yang
diperlukan
Contoh

: Jika Anda menolong saya membelikan barang-barang di
toko, Saya mengharapkan kontribusi Anda tidak lebih
tidak kurang dari apa yang saya butuhkan. Jika Saya minta
tolong dibelikan dua buku tulis, saya mengharapkan anda
membeli dua buku tulis tidak lebih atau kurang.

b. Maksim Kualitas : cobalah membuat sumbangan atau kontribusi anda merupakan
suatu yang benar. Maksim kualitas terdiri dari dua aturan yaitu :
1. Jangan katakan yang anda yakini salah
2. Jangan katakan yang anda tidak tahu persis

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Contoh

14

: Jika saya membutuhkan air untuk minum, saya tidak
berharap

anda

memberikan

makanan.

Jika

saya

membutuhkan baju hangat, saya tidak mengharapkan anda
memberikan saya kaos oblong atau celana pendek.
c. Maksim Relevansi : Saya mengharapkan kontribusi teman kerja saya sesuai dengan
apa yang saya butuhkan pada tahapan transaksi. Maksim ini mempunyai satu aturan
khusus yaitu, “perkataan anda harus relevan”.
Contoh : Jika saya mencampur bahan adonan kue, saya tidak mengharapkan diberikan
buku bagus atau bahkan kain serbet, walaupun benda yang terakhir ini saya butuhkan
pada tahap berikutnya.
d. Maksim Cara

: Saya mengharapkan teman kerja saya memahami kontribusi yang

harus dilakukannya dan melaksanakannya secara rasional. Maksim ini mempunyai
aturan khusus “Anda harus jelas”, aturan itu diuraikan atas empat aturan khusus.
1. Hindari ketidakjelasan dan kekaburan ungkapan.
2. Hindari kedwimaknaan.
3. Hindari kata-kata yang berlebihan.
4. Anda harus berbicara teratur.
Contoh :

Untuk keramas rambut, mula-mula basahi rambut kemudian
pakailah shampo, pijit-pijit sebentar kemudian bilaslah, ulangi lagi
memakai shampo dan bilas sampai bersih. Selanjutnya keringkan.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

15

Lebih jauh, Nababan (1987:28) menyatakan bahwa implikatur berkaitan erat dengan
konvensi kebermaknaan yang terjadi di dalam proses komunikasi. Grice (1975:44) menyatakan,
bahwa ada dua macam implikatur, yaitu (1) conventional implicature (implikatur konvensional),
dan (2) conversation implicature (implikatur percakapan). Perbedaan di antara keduanya secara
tegas dijelaskan oleh Lyons (1995:272) sebagai berikut.

“the difference between them is that the former depend on something
other than what is truth-conditional in the conventional use, or meaning,
of particular forms of expressions, whereas the latter derive from a set of
more general principles which regulate the proper conduct of conversation”
Berdasarkan pernyataan di atas tersebut, Levinson (1991) via Mulyana (2005:12), juga
menjelaskan tentang dua jenis implikatur ini, penjelasannya adalah sebagai berikut.
a. Implikatur Konvensional
Ialah pengertian yang bersifat umum dan konvensional. Semua orang umumnya
sudah mengetahui (mahfum) tentang maksud atau pengertian sesuatu hal tertentu.
Contoh

: 1. Muhammad Ali adalah petarung yang indah.
2. Lestari putrid Solo, jadi ia luwes.

Kata petarung pada 1. berarti ‘atlet tinju’. Pemaknaan ini dipastikan benar karena
secara umum (konvensional), orang sudah mengetahui bahwa Muhammad Ali adalah
atlet tinju, yang legendaries. Jadi, dalam konteks wacana tersebut, orang tidak akan
memahami kata petarung dengan pengertian lain. Demikian juga implikasi umum yang
dapat diambil antara putri Solo dengan luwes pada contoh 2. Selama ini, kota Solo selalu
mendapat predikat sebagai kota kebudayaan yang penuh dengan kehalusan dan

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

16

keluwesan putri-putrinya. Implikasi yang muncul adalah, bahwa perempuan atau wanita
Solo umumnya dikenal luwes penampilannya.
Implikatur Konvensional bersifat nontemporer. Artinya, makna atau pengertian
tentang sesuatu bersifat lebih tahan lama. Suatu leksem, yang terdapat dalam suatu
bentuk ujaran, dapat dikenali implikasinya karena maknanya “yang tahan lama” dan
sudah diketahui secara umum.
Dalam bukunya George Yule (1996) dengan cukup panjang menerangkan bahwa
implikatur konvensional tidak harus terjadi dalam percakapan, dan tidak bergantung pada
konteks khusus untuk menginterpretasikannya. Seperti halnya presuposisi leksikal,
implikatur konvensional diasosiasikan dengan kata-kata khusus dan menghasilkan
maksud tambahan yang disampaikan apabila kata-kata itu digunakan. Kata penghubung
‘tetapi’ dalam bahasa inggris adalah salah satu dari kata-kata ini. Penginterpretasian
tuturan apapun dari tipe p tetapi q akan didasarkan pada kata penghubung p & q
ditambah sebuah implikatur dari ‘kebalikan’ antara informasi dalam p tetapi q. Dalam
(1), kenyataannya ‘Mary menyarankan hitam’ (= p) bertolak belakang dengan pilihan
saya putih (= q), dengan melalui implikatur konvensional ‘tetapi’.
(1) a. Mary suggested black, but I chose white.
(Mary menyarankan warna hitam, tetapi saya pilih warna putih.)
b. p & q ( + > p is in contrast to q )
(p & q [ + > p bertolak belakang dengan q ]).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

17

Kata-kata bahasa inggris yang lain misalnya ‘bahkan’ dan ‘tetapi’ juga memiliki
implikatur konvensional. Apabila kata ‘bahkan’ dimasukkan dalam kalimat apapun yang
menerangkan suatu peristiwa, ada suatu implikatur yang bertolak belakang dengan apa
yang diharapkan. Jadi dalam (2) terdapat dua peristiwa yang dilaporkan (yaitu; John akan
datang dan dia akan membantu) dengan implikatur konvensional ‘bahkan’ yang
menambahkan interpretasi ‘yang bertolak belakang dengan yang diharapkan ‘ dari
peristiwa-peristiwa itu.
(2) a. Even John came to the party.
(Bahkan John datang ke pesta itu).
b. He even helped tidy up afterwards.
(Dia bahkan membantu merapikan setelah itu).
Implikatur konvensional ‘tetapi’ ialah bahwa situasi pada waktu itu diharapkan
berbeda, atau mungkin sebaliknya diwaktu yang akan datang. Ketika menuturkan
pernyataan dalam (3 a.), penutur menghasilkan suatu implikatur bahwa dia
mengharapkan pernyataan ‘Denis belum ada disini’ (= p) menjadi benar kemudian,
seperti yang ditunjukkan dalam (25 b.).
(3) a. Dennis isn’t here yet. (= NOT p)
b. NOT p is true. ( + > expected to be true later).
BELUM p benar. [ + > diharapkan benar kemudian ]).
Ada kemungkinan untuk menghilangkan apa yang disebut dengan ‘makna’ yang
berbeda dari kata ‘dan’ dalam bahasa inggris, sebagai contoh-contoh implikatur

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

18

konvensional dalam struktur-struktur yang berbeda. Jika dua pernyataan yang
mengandung informasi statis digabungkan dengan ‘dan’, seperti dalam (4 a.), implikatur
itu secara sederhana ada ‘dalam tambahan’ atau ‘bertambah’. Apabila dua pernyataan
yang mengandung informasi dinamis, informasi yang berhubungan dengan tindakan,
seperti dalam (4 b.), implikatur dari ‘dan’ adalah ‘dan kemudian’ menunjukkan tata
urutan.
(4) a. Yesterday, Mary was happy and ready to work.
(p & q1, + > p plus q)
(Kemarin, Mary senang dan siap untuk bekerja. [p & q, + > p tambah q ])
b. She put on her clothes and left the house.
(p & q, + > after p)
(Dia mengenakan bajunya dan berangkat. [p & q, + > q setelah p])
Karena implikaturnya berbeda, kedua bagian dari (4 a.) dapat dibalik
(dipertukarkan) dengan sedikit perbedaan arti, akan tetapi hal ini akan menimbulkan
perbedaan yang besar/mencolok jika ke dua bagian dalam (4 b.) di balik.
b. Implikatur Percakapan
Implikatur percakapan memiliki makna dan pengertian yang lebih bervariasi.
Pasalnya, pemahaman terhadap hal “yang dimaksudkan” sangat bergantung kepada
konteks terjadinya percakapan. Implikatur percakapan hanya muncul dalam suatu tindak
percakapan (speech act). Oleh karenanya, implikatur tersebut bersifat temporer (terjadi

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

19

saat berlangsungnya tindak percakapan), dan non-konvensional (sesuatu yang
diimplikasikan tidak mempunyai relasi langsung dengan tuturan yang diucapkan.
Dalam suatu dialog (percakapan), sering terjadi seorang penutur tidak
mengutarakan maksudnya secara langsung. Hal yang hendak diucapkan justru
‘disembunyikan’, diucapkan secara tidak langsung, atau yang diucapkan sama sekali
berbeda dengan maksud ucapannya.
Contoh

: 1. Ibu
Ani
2. Guru
Murid

: Ani, adikmu belum makan.
: Ya, Bu. Lauknya apa?
: Kelasnya panas sekali ya.
: Jendelanya dibuka ya, pak?

Percakapan antara Ibu dan Ani pada contoh (1) mengandung implikatur yang
bermakna ’perintah menyuapi’. Dalam tuturan itu, tidak ada sama sekali bentuk kalimat
perintah. Tuturan yang diucapkan Ibu hanyalah pemberitahuan bahwa ‘adik belum
makan’. Namun karena Ani dapat memahami implikatur yang disampaikan Ibunya, ia
menjawab dan kesiapan untuk melaksanakan perintah ibunya tersebut. Gejala yang
hampir sama terjadi pada contoh (2), yaitu perintah guru untuk melakukan sesuatu agar
panas di kelas berkurang. Murid yang paham maksud gurunya, segera membuka jendela.
George Yule dalam bukunya (1996), juga menyampaikan bahwa asumsi dasar
percakapan adalah, jikalau tidak ditunjukkan sebaliknya, bahwa peserta-pesertanya
mengikuti prinsip kerjasama dan maksim-maksim. Di dalam contoh (1), mungkin Dexter
terlihat melanggar persyaratan-persyaratan maksim kuantitas.
(1).

Charlene

: I hope you brought the bread and the cheese.
(Saya harap kamu membawakan roti dan keju).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

Dexter

20

: Ah, I brought the bread.
(Ah, saya bawakan roti).

Setelah mendengar jawaban jawaban Dexter dalam (1), Charlene pasti berasumsi
bahwa Dexter melakukan kerja sama dan tidak sadar sepenuhnya tentang maksim
kuantitas, karena dia tidak menyebutkan keju itu. Andaikata ia membawakan keju, dia
akan mengatakannya, karena ia ingin memenuhi maksim kuantitas. Dexter mestinya
bermaksud supaya Charlene menyimpulkan bahwa apa yang tidak dia sebutkan tidak
dibawa. Dalam kasus ini, Dexter telah memberikan informasi lebih banyak daripada yang
dia katakana melalui suatu implikatur percakapan.
Kita bisa menunjukkan struktur dari apa yang dia katakan dengan b (=bread) dan
c (=cheese) seperti dalam (2). Dengan menggunakan symbol + > untuk sutu implikatur,
kita juga dapat menunjukkan maksud tambahan yang disampaikan.
(2).

Charlene

: ‘b & c ?’

Dexter

: ‘b

( + > TIDAK c )

Penting dicatat bahwa penuturlah yang menyampaikan makna lewat implikatur
dan pendengarlah yang mengenali makna-makna yang disampaikan lewat inferensi itu.
Kesimpulan yang sudah dipilih ialah kesimpulan yang mempertahankan asumsi kerja
sama.
Agar lebih dipahami dibawah ini akan dijelaskan mengenai jenis-jenis implikatur
percakapan. Melalui bukunya yang sama Yule (1996), menunjukkan bahwa implikatur

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

21

percakapan dibagi menjadi tiga jenis yaitu, implikatur percakapan umum, implikatur
berskala, implikatur percakapan khusus.
i.

Implikatur percakapan umum
Dalam kasus contoh (1), khususnya yang ditunjukkan dalam konteks (2), tidak

ada latar belakang pengetahuan khusus dan konteks tuturan yang diminta untuk membuat
kesimpulan yang diperlukan. Proses yang sama dari pemerhitungan implikatur akan
terjadi apabila Doobie menanyakan Mary tentang undangannya ke sebuah pesta kepada
temannya Bella (=b) dan Cathy (=c), seperti dalam (a.), dan mendapatkan jawaban dalam
(3 b.). konteks itu berbeda dengan (1), tetapi proses umum tentang pengenalan implikatur
sama seperti dalam (2).

(3).

a.

Doobie : Did you invite Bella and Cathy? (b & c)
(Apakah Anda mengundang Bella dan Cathy?) (b & c?)

b.

Mary : I invited Bella. (b + > NOT c)
(Saya mengundang Bella). (b + > TIDAK c).

Jika pengetahuan khusus tidak dipersyaratkan untuk memperhitungkan makna
tambahan yang disampaikan seperti dalam (1) sampai (3), hal ini disebut implikatur
percakapan umum. Satu contoh yang umum dalam bahasa inggris melibatkan frasa apa
saja dengan sebuah kata sandang tidak tentu dari tipe ‘sebuah X’, seperti misalnya
‘sebuah kebun’ dan ‘seorang anak’ seperti dalam (4). Frasa-frasa ini secara khusus
diinterpretasikan menurut implikatur percakapan umum bahwa: sebuah X > bukan X
penutur.

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTERPUJI
TERPUJI

(4) .

22

I was sitting in a garden one day. A child look over the fence.
(Pada suatu hari saya duduk di sebuah kebun. Seorang anak kecil
melongok lewat pagar).

Implikatur dalam (4), bahwa kebun dan anak yang disebutkan tersebut bukan
milik penutur, diperhitungkan pada setiap prinsip bahwa apabila penutur mampu lebih
spesifik (yaitu menjadi lebih informatif karena mengikuti maksim kuantitas), kemudian
dia tentunya mengatakan ‘kebunku’ dan ‘anakku’.
Sejumlah implikatur percakapan umum yang lain secara umum disampaikan
didasarkan pada suatu skala nilai dan oleh karenanya dikenal sebagai implikatur berskala.
ii.

Implikatur berskala
Informasi tertentu selalu disampaikan dengan memilih sebuah kata yang

menyatakan suatu nilai dari suatu skala nilai. Ini secara khusus tampak jelas dalam
istilah-istilah untuk mengungkapkan kuantitas, seperti yang ditunjukkan dalam skala (5),
di mana istilah-istilah itu didaftar dari skala nilai tertinggi ke nilai terendah.
(5).

< all, most, many, some, few >
< always, often, sometimes >
(semua, sebagian besar, banyak, beberapa, sedikit)
(selalu, sering, kadang-kadang)

Ketika sedang bertutur, seorang penutur memilih kata dari skala itu yang paling
informatif dan benar (kualitas dan kuantitas), seperti dalam (6).

PLAGIAT
PLAGIATMERUPAKAN
MERUPAKANTINDAKAN
TINDAKANTIDAK
TIDAKTE