Objektivitas Pemberitaan Dugaan kasus Korupsi Nazaruddin di Koran tempo

(1)

DUGAAN KASUS KORUPSI NAZARUDDIN DI KORAN TEMPO (Studi Kasus Pemberitaan Kasus Dugaan Korupsi Nazaruddin

di Koran Tempo)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata satu (S1) pada Departemen Ekstensi Ilmu Komunikasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

FRISKY MINOVA 100922005

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2014


(2)

Nama : Frisky Minova

Nim :100922005

Departemen : Ekstensi Ilmu Komunikasi

Judul : Objektivitas Pemberitaan Dugaan kasus Korupsi Nazaruddin di Koran tempo

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Pengujidan di terima sebagai persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Departemen Ilmu Komunikasi dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Majelis Penguji

Ketua Penguji : ( )

Penguji I : ( )

Penguji II : ( )

Ditetapkan di : Tanggal :


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur hanya bagi Allah, Tuhan semesta alam. Tiada daya dan kekuatan selain dari-Nya. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang mengikutinya hingga akhir zaman. Alhamdulillah, atas izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu persyaratan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Sosial Politik (SSos) Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Politik Sumatera Utara. Adapun judul Skripsi ini adalah “Objektivitas Pemberitaan Dugaan Kasus Korupsi Nazaruddin”.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan yang diberikan oleh berbagai pihak, tanpa bantuan bimbingan dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini saa mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ayahanda dan Ibunda tercinta terima kasih atas segala cinta dan kasih, mereka yang telah memberikan dukungan moril dan materil serta do’anya demi kesuksesan saya. Saya sangat berterima kasih kepada suami dan anak saya. Mereka adalah penyemangat hidup saya.terima kaih atas bimbingan dan suportnya. Tak lupa pula penulis sampaikan rasa terima kasih kepada kakak dan kedua adik saya yang telah memberikan doa dan selalu memberikan semangat kepada saya.


(4)

2. Bapak Prof. Dr.Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera utara.

4. Bapak Drs. Hendra Harahap, Msi selaku dosen pembimbing, yang dengan tekun dan sabar serta bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam memberikan masukan-masukan untuk skripsi ini dan mendorong penulis agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. 5. Ibu Dra. Rusni, M.A selaku dosen pembimbing akademik selama penulis

menjalani masa perkuliahan.

6. Seluruh Bapak dan Ibu dosen pengajar pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal pengetahuan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan hingga akhir studi dan seluruh pegawai administrasi di Departemen Ilmu Komunikasi.

7. Kak Maya, yang telah membantu penulis dalam menjalani segala proses administrasi selama perkuliahan di FISIP USU, serta seluruh staf perpustakaan, karyawan bagian pendidikan FISIP USU yang membantu penulis semasa perkuliahan.


(5)

Akhir kata penulis memanjatkan doa dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala kekuatan dan kemudahan yang telah diberikan, dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan dapat dilanjutkan oleh rekan-rekan mahasiswa lain. Amiin yaa rabbal ’alamin.

Medan, April 2014

Frisky Minova NIM.100922005


(6)

SebagaiCivitasAkademikaUniversitas Sumatera Utara. Saya yang bertandatangan di bawahini:

Nama : Frisky Minova Nim :100922005

Departemen : EkstensiIlmuKomunikasi Fakultas : Ilmu social danIlmuPolitik Universitas : Universitas Sumatera Utara JenisKarya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Eksklusif atas karya ilmiah saya yang berjudul: ”OBJEKTIVITAS PEMBERITAAN DUGAAN

KORUPSI NAZARUDDIN” beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti non eksklusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihkan media/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data(database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Medan, April 2014


(7)

Penelitian ini berjudul “Objektivitas Pemberitaan Dugaan Kasus Korupsi Nazaruddin di Koran Tempo, sebuah studi kasus mengenai objektivitas pemberitaan pada sebuah media masa nasional yakni Koran Tempo. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui objektivitas pemberitaan dugaan kasus korupsi Nazaruddin di Koran Tempo dan untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam penyampaian berita secara objektif kepada pembaca. Nazaruddin yang merupakan orang yang dekat dengan penguasa negeri ini, sehingga muncul kekhawatiran akan munculnya berita-berita yang tidak berimbang dan memihak kepada sesuatu. Teori yang digunakan adalah teori Wastersal (1983) yang lebih lanjut dijabarkan oleh Mc Quail, dimana konsep objektivitas pemberitaan harus memenuhi unsur faktualitas meliputi unsur fakta sosiologis, fakta psikologis, unsur cek dan ricek, keaktualan, cover both side, dan netralitas. Objek yang menjadi penelitian ini adalah berita pada Headline Koran Tempo edisi 1 Julis.d 31 Agustus 2011. Pemberitaan dimedia masa di nilai dapat mempengaruhi persepsi didalam masyarakat, sehingga diperlukan keseimbangan dalam penyampaian berita agar sesuai dengan fakta yang ada. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk Koran tempo mampu menyajikan berita secara objektif kepada masyarakat mengenai berita dugaan kasus korupsi yang menimpa Nazaruddin, kedekatan Nazaruddin dengan partai penguasa tidak mempengaruhi objektivitas Koran Tempo dalam penyampaian berita kepada khalayak.


(8)

This study, entitled "Objectivity of Reporting AboutNazaruddin’sCorruption Case in Koran Tempo, a case study of the objectivity of the news on a National Media that Koran Tempo. The purpose of this study is to determine the objectivity of reporting about corruption case ofNazaruddin in Koran Tempo and to know the principles of objective news to the publik. Nazaruddin is a person who is close to the leader of this country, so there is concern about the emergence of news that is not balanced and impartial to something. In this case use Wastersal Theory (1983 ) which is further elaborated by McQuail, where the concept of objectivity of news should meet factuality elements include elements of sociological facts, psychological facts, check and re-check, actuality, cover both side, and neutrality. Objects of this research is headline news in Koran Tempo, issued on July 1, till August 31, 2011. News in media feared can affect perception in society, so that the necessary balance in the delivery of news to fit the facts. The results of this study indicate that Koran Tempo is able to present news objectively to the public, position Nazaruddin close to the leader not affect Koran Tempo do deliver news objectively to the public.


(9)

KATA PENGANTAR v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI viii

ABSTRAK ix

DAFTAR ISI xi

DAFTAR TABEL xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1Latar Belakang Masalah 1

1.2Rumusan Masalah 6

1.3Pembatasan Masalah 7

1.4Tujuan Penelitian 7

1.5Manfaat Penelitian 7

BAB II KERANGKA TEORI 8

2.1Kerangka Teori 8

2.2Jenis-jenis Isi Surat Kabar 9

2.3Pengertian Headline 9

2.4Pengertian Analisis Isi 27

2.4.1 Defenisi Analisis Isi 27

2.4.2 Prinsip Analisis Isi 27

2.4.3 Tujuan Analisis Isi 28

2.5Konsep Objektivitas Berita 29

2.6Objektivitas Pemberitaan 32

2.6.1 Dimensi Truth 32

2.6.2 Dimensi Relevansi 33

2.6.3 Ketidakberpihakan (impartiality) 34

2.7Nisbah Antar Konsep 37

2.8Kerangka Pemikiran 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40

3.1Kerangka Pemikiran 40


(10)

3.3.1 Operational Konsep 45

3.3.2 Operational Variabel 46

3.4Teknik Analisis Data dan Validitas Hasil Penelitian 48

BAB IV ANALISI DATA DAN HASIL PEMBAHASAN 49

4.1Gambaran Umum Isi Headline 50

4.1.1 Jumlah Berita 50

4.1.2 Narasumber Dalam Pemberitaan 50

4.2Objektivitas Pemberitaan 52

4.2.1 Faktualitas 52

4.2.1.1Kebenaran 52

4.2.1.2Relevansi 60

4.2.2 Impartialitas 61

4.2.2.1Keseimbangan Dalam Peliputab (Cover Both Side) 61 4.2.2.2Netralitas Dalam Pemberitaan 63 4.3Hasil Analisa Tingkat Objektivitas Pemberitaan 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 71

5.1Kesimpulan 71

5.2Saran 72

DAFTAR PUSTAKA 73


(11)

DAFTAR TABEL

HAL

Tabel 4.1 Persentase Unsur Fakta Sosiologis 53

Tabel 4.2 Persentase Ketidaklengkapan Unsur 55

Tabel 4.3 Persentase Unsur Fakta Psikologis 56

Tabel 4.4 Persentase Unsur Cek dan Ricek 59

Tabel 4.5 Keaktualan Berita Pada Koran Tempo 60

Tabel. 4.6 Keseimbangan / Peliputan Dua Sisi Berita Pada Koran Tempo 62

Tabel. 4.7 Netralitas Berita Pada Koran Tempo 63


(12)

Penelitian ini berjudul “Objektivitas Pemberitaan Dugaan Kasus Korupsi Nazaruddin di Koran Tempo, sebuah studi kasus mengenai objektivitas pemberitaan pada sebuah media masa nasional yakni Koran Tempo. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui objektivitas pemberitaan dugaan kasus korupsi Nazaruddin di Koran Tempo dan untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam penyampaian berita secara objektif kepada pembaca. Nazaruddin yang merupakan orang yang dekat dengan penguasa negeri ini, sehingga muncul kekhawatiran akan munculnya berita-berita yang tidak berimbang dan memihak kepada sesuatu. Teori yang digunakan adalah teori Wastersal (1983) yang lebih lanjut dijabarkan oleh Mc Quail, dimana konsep objektivitas pemberitaan harus memenuhi unsur faktualitas meliputi unsur fakta sosiologis, fakta psikologis, unsur cek dan ricek, keaktualan, cover both side, dan netralitas. Objek yang menjadi penelitian ini adalah berita pada Headline Koran Tempo edisi 1 Julis.d 31 Agustus 2011. Pemberitaan dimedia masa di nilai dapat mempengaruhi persepsi didalam masyarakat, sehingga diperlukan keseimbangan dalam penyampaian berita agar sesuai dengan fakta yang ada. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk Koran tempo mampu menyajikan berita secara objektif kepada masyarakat mengenai berita dugaan kasus korupsi yang menimpa Nazaruddin, kedekatan Nazaruddin dengan partai penguasa tidak mempengaruhi objektivitas Koran Tempo dalam penyampaian berita kepada khalayak.


(13)

This study, entitled "Objectivity of Reporting AboutNazaruddin’sCorruption Case in Koran Tempo, a case study of the objectivity of the news on a National Media that Koran Tempo. The purpose of this study is to determine the objectivity of reporting about corruption case ofNazaruddin in Koran Tempo and to know the principles of objective news to the publik. Nazaruddin is a person who is close to the leader of this country, so there is concern about the emergence of news that is not balanced and impartial to something. In this case use Wastersal Theory (1983 ) which is further elaborated by McQuail, where the concept of objectivity of news should meet factuality elements include elements of sociological facts, psychological facts, check and re-check, actuality, cover both side, and neutrality. Objects of this research is headline news in Koran Tempo, issued on July 1, till August 31, 2011. News in media feared can affect perception in society, so that the necessary balance in the delivery of news to fit the facts. The results of this study indicate that Koran Tempo is able to present news objectively to the public, position Nazaruddin close to the leader not affect Koran Tempo do deliver news objectively to the public.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Tujuan Jurnalisme adalah melaporkan kebenaran, namun tugas ini bukan pekerjaan sederhana. Ada berbagai kepentingan ikut “berbicara”, yang akhirnya membentuk kebenaran yang disampaikan. Itu terjadi saat reporter mengumpulkan fakta di lapangan, diwawancarai, apa yang ditanyakan, bagaimana berita ditulis, bagian mana ditonjolkan dan bagian mana diabaikan, sehingga saat redaktur melakukan penyuntingan dan pemuatan. Pers atas pilihannya sendiri telah menempatkan di tengah antara pihak yang memiliki kepentingan dan khalayak sebagai konsumen berita. Dengan posisinya itu, pers menanggung kewajiban utama menyampaikan kebenaran melalui, antara lain sikap tak memihak. Dengan kata lain pers dituntut menyampaikan kebenaran melalui pemberitaan objektif” (Siahaan, 2001, p.64).

McQuail (1987) berpendapat, prinsip objektivitas memiliki fungsi yang tak boleh dianggap remeh. Terutama dalam kaitan kualitas informasi. Objektivitas mengandung sekian banyak pengertian, antara lain merupakan nilai sentral yang mendasari disiplin profesi yang dituntut oleh para wartawan sendiri. Prinsip itu sangat dihargai dalam kebudayaan modern, termasuk berbagai bidang diluar bidang media massa.

Prinsip kedua dalam jurnalisme, menurut Ashadi adalah keseimbangan dan berkepihakan yang merupakan dua sisi dari mata koin kerja jurnalisme, yang satu menjadi penyebab lainnya resiprokal. Keseimbangan menciptakan ketidak


(15)

berpihakan menjaga keseimbangan dan berkepihakan dapat dilihat dari keseimbangan. Keseimbangan dan berkepihakan dapat dilihat dari kandungan konteks fakta sosial. Pada dasarnya fakta sosial menyangkut interaksi social pihak (dua atau lebih) dalam struktur sosial. Jika individu yang berinteraksi itu berada pada dataran kekuasaan yang sama, maka posisi kedua pihak seimbang. “Namun jika salah satu individu memiliki kekuasaan berupa kekuatan fisik, kekuasaan Negara, modal/ekonomi, ataupun kebudayaan/komunialisme lebih besar dibanding pihak lain, maka terjadilah ketidakseimbangan” (Siahaan, 2001 p.66-67).

Partai Demokrat merupakan partai politik yang mengantarkan Susilo Bambang Yudoyono menjadi Preseiden Republik Indonesia dari tahun 2004. Dari hasil Pemilu 2009, Partai Demokrat menjadi Pemenang Pemilu Legislatif 2009. Partai Demokrat memperoleh 150 kursi (26,4%) di DPR RI, setelah mendapat 21.703.137 total suara (20,4%), dan Partai ini kembali mengantarkan Susilo Bambang Yudoyono Menjadi Presiden Republik Indonesia untuk periode kedua. Sebagai pemenang pemilu dua kali berturut-turut membuat partai ini mendapatkan masalah internal. Salah satunya berita yang sering dibicarakan dan menjadi topik headline di beberapa surat kabar adalah tentang kasus yang dialami Muhammad Nazaruddin.

Pemberitaan Nazaruddin menjadi sangat menarik karena menyangkut partai yang sedang berkuasa di Republik ini. Kronologis kejadian bermula pada 21 April 2011, Komisi Pemberantasan Korupsi menangkap Sekretaris Menteri Pemuda dan Olah Raga Wafid Muharam, pejabat perusahaan rekanan Mohammad El Idris, dan perantara Mindo Rosalina Manulang karena diduga sedang


(16)

melakukan tindak pidana korupsi suap menyuap. Penyidik KPK menemukan 3 lembar cek tunai dengan jumlah kurang lebih sebesar Rp. 3,2 milyar di lokasi penangkapan. Keesokan harinya, ketiga orang tersebut dijadikan tersangka tindak pidana korupsi suap menyuap terkait dengan pembangunan wisma atlet untuk SEA Games ke-26 di Palembang, Sumatera Selatan. Mohammad El Idris mengaku sebagai manajer pemasaran PT Duta Graha Indah, perusahaan yang menjalankan proyek pembangunan wisma atlet tersebut, dan juru bicara KPK Johan Budi menyatakan bahwa cek yang diterima Wafid Muharam tersebut merupakan uang balas jasa dari PT DGI karena telah memenangi tender proyek itu.

Pada 27 April 2011, Koordinator LSM Masyarakat Anti Korupsi Indonesia (MAKI) Boyamin Saiman menyatakan kepada wartawan bahwa Mindo Rosalina Manulang adalah staf Muhammad Nazaruddin. Nazaruddin menyangkal pernyataan itu dan mengatakan bahwa ia tidak mengenal Rosalina maupun Wafid. Namun, pernyataan Boyamin tersebut sesuai dengan keterangan Rosalina sendiri kepada penyidik KPK pada hari yang sama dan keterangan kuasa hukum Rosalina, Kamaruddin Simanjuntak, kepada wartawan keesokan harinya. Kepada penyidik KPK, Rosalina menyatakan bahwa pada tahun 2010 ia diminta Nazaruddin untuk mempertemukan pihak PT DGI dengan Wafid, dan bahwa PT DGI akhirnya menang tender karena sanggup memberi komisi 15 persen dari nilai proyek, dua persen untuk Wafid dan 13 persen untuk Nazaruddin. Akan tetapi, Rosalina lalu mengganti pengacaranya menjadi Djufri Taufik dan membantah bahwa Nazaruddin adalah atasannya. Ia bahkan kemudian menyatakan bahwa Kamaruddin, mantan pengacaranya, berniat menghancurkan Partai Demokrat


(17)

sehingga merekayasa keterangan sebelumnya, dan pada 12 Mei Rosalina resmi mengubah keterangannya mengenai keterlibatan Nazaruddin dalam berita acara pemeriksaannya. Namun demikian, Wafid menyatakan bahwa ia pernah bertemu beberapa kali dengan Nazaruddin setelah dikenalkan kepadanya oleh Rosalina.

Menurut Itule dan Anderson (2003), headline memiliki perngertian sebagai berita yang menjadi laporan utama yang letaknya di halaman paling depan, dan judul beritanya dicetak lebih besar dari pada kerangka ceritanya yang nantinya menentukan minat pembaca untuk membaca atau tidak. Pada pemberitaan mengenai isu Korupsi Nazaruddin di beberapa surat kabar tersebut memiliki obyek yang sama, namun terdapat perbedaan akan beberapa hal yang mencolok. Diantaranya adalah pemilihan sudut pandang penulis berita. Pemilihan judul berita beserta isinya, tampilan foto dan grafis yang digunakan oleh masing-masing surat kabar tersebut. Misalnya dalam Head Line Koran Tempo Edisi 1 Juli 2011. M.Nazaruddin kembali menggulirkan bola panas. Bekas Bendahara Umum Partai Demokrat itu menyebut Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum dan Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Alifian Mallarangeng ikut menikmati uang pembangunan wisma atlet SEA Games XXVI di Palembang, Sumatera Selatan. Tudingan ini disampaikan Nazaruddin dari Singapura lewat pesan BlackBerry kepada Tempo kemarin, setelah ia ditetapkan sebagai tersangka oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dalam kasus suap pembangunan wisma atlet. Selain kedua nama itu, Nazaruddin menyebut empat nama lain, yaitu Angelina Sondakh (anggota Komisi Olahraga dan Badan Anggaran DPR Fraksi Demokrat), Mirwan Amir (Wakil Ketua Badan Anggaran DPR Fraksi Demokrat), Mohammad Jafar Hafsah (Ketua Fraksi Demokrat DPR), serta I Wayan Koster (anggota Komisi


(18)

Olahraga dan Badan Anggaran DPR Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan).

Adanya keterkaitan erat kasus Nazaruddin dengan beberapa tokoh besar pada partai yang sedang berkuasa, sangat menarik peneliti untuk melakukan penelitian terhadap pemberitaan yang dilakukan pada surat kabar tersebut. Dan dalam melakukan penelitian ini, penelitian akan menggunakan metode analisis isi karena dengan metode ini peneliti dapat menganalisa seluruh isi pesan yang ada didalam pemberitaan mengenai isu dugaan korupsi Nazaruddin di media cetak secara sistematik, objektif dan kuantitatif. Hal itu disebabkan karena dalam sistem media yang memiliki keanekaragaman eksternal yang berarti terdapat sejumlah media alternatif dalam suatu masyarakat, terbuka kesempatan untuk penyajian informasi yang memihak. Meskipun sumber informasi terebut harus bersaing dengan sumber informasi lainnya yang menyatakan dirinya objektif. Menurut McQuail (1987), “hanya sedikit media yang apapun tujuan dan pertanyaan dirinya dapat terbebas sepenuhnya dari tuduhan bahwa media itu sepenuhnya tidak objektif” (p.131). Santana (2005) juga mengatakan bahwa loyalitas wartawan yang pertama adalah “kepada masyarakat, dan isi liputannya bukan karena didasari oleh kepentingan pribadi atau kawan-kawan. Pemberitaannya bukanlah berdasarkan niat persuasif, melainkan akurasi pada segala fakta” (p.209).

Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan kerangka Westershal. Dimensi factuality memiliki dua sub-dimensi, yakni truth dan relevance. Sub-dimensi truth adalah tingkat kebenaran atau keterandalan (realibilitas) fakta yang disajikan, ditentukan oleh factualnesss (pemisahan yang jelas antara fakta dan opini), dan accuracy (ketepatan data yang diberitakan, seperti jumlah, tempat,


(19)

waktu, nama dan sebagainya). Sedangkan sub-dimensi relevance mensyaratkan perlunya proses seleksi menurut prinsip kegunaan yang jelas, demi kepentingan khalayak. Dimensi kedua yaitu impartiality, merupakan dimensi evaluative, dikaitkan sikap wartawan yang harus menjauhkan setiap penilaian pribadi (personal) dan subyektif. Impartiality memiliki dua sub-dimensi, yaitu neutralitydan balance. Yang disebut pertama bersangkut paut dengan penyajian (presentation), sedangkan yang terakhir berkaitan dengan proses seleksi. Sub-dimensi neutrality ditentukan oleh penyajian yang non evaluative dan non sensasional. Sedangkan sub-dimensi balance accesslattention, yakni pemberian akses, kesempatan dan perhatian yang sama terhadap para pelaku penting dalam berita, dan evenhanded evaluation, yaitu pemilihan penilaian negatif dan positif yang berimbang untuk setiap pihak yang diberitakan (Siahaan, 2001).

1.2Rumusan Masalah

Perumusan masalah ini bertujuan untuk upaya membatasi penelitian agar lebih terarah dan tidak terlalu luas namun tetap dalam fokus yang diharapkan dan yang telah ditentukan. Berdasarkan latar belakang masalah dan uraian di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: “Bagaimana Objektivitas Pemberitaan Dugaan Korupsi Nazaruddin di Koran Tempo”.


(20)

1.3Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut yaitu sebagai berikut:

1. Penelitian terbatas pada pemberitaan Headline Koran Tempo pada tanggal 1 Juli s.d 31 Agustus 2011.

2. Peneliti memilih Koran Tempo karena surat kabar ini merupakan Koran nasional yang dapat diakses secara konvesional maupun digital.

1.4Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan diatas maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah untuk mengetahui objektivitas pemberitaan dugaan korupsi Nazaruddin di Koran Tempo edisi 1 Juli s.d 31Agustus 2011.

1.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Akademis

Penelitian ini bisa mendeskripsikan salah satu bentuk komunikasi massa yaitu media cetak surat kabar dengan metode analisis isi, beserta penyusunan kategorisasinya agar berguna bagi penelitian analisis isi media lainnya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran dan masukan kepada Tempo agar menerapkan standart jurnalisme yang netral. Selain itu diharapkan agar Tempo dapat melakukan penulisan berita secara objektif dan apa adanya.


(21)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kerangka teori yang merupakan kemampuan peneliti di dalam mengaplikasikan pola berfikirnya dalam menyusun secara sistematis teori-teori yang mendukung masalah penelitian.teori berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan pandangan dan melahirkan strategi dalam sebuah penelitian.

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan masalah atau menyoroti masalah tersebut. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian disorot. Uraian didalam kerangka teori ini merupakan hasil berfikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah ataupun sub-sub masalah (Nawawi, 1998:39-40).

Sifat dan tujuan teori bukan hanya untuk menemukan fakta yang tersembunyi, tetapi juga untuk suatu cara melihat fakta, mengorganisasikan serta mempresentasikan fakta tersebut. Karenanya teori yang baik adalah teori yang konseptualisasi dan penjelasannya didukung oleh fakta serta dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Bila sebaliknya, maka teori demikian tergolong teori semu (Abraham Kaplan, 1964).


(22)

2.2 Jenis-jenis Isi Surat Kabar

Menurut Suhandang (2004, p.103-104)., yang dimaksud dengan berita adalah “laporan atau pemberitahuan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak”.

Dalam sebuah berita terdapat beberapa kriteria, kriteria tersebut antara lain adalah:

a. Baru (Aktual)

b. Memberi pemahaman pada pembaca tentang informasi yang tidak diketahui sebelumnya

c. Nyata (Faktual)

d. Informasi tentang sesuatu yang sebenarnya terjadi. Gabungan dari kejadian nyata, pendapat dan pernyataan dari nara sumber

e. Penting

f. Menyangkut kepentingan orang banyak g. Menarik

h. Mengundang orang untuk membaca (menghibur, aneh, menyentuh emosi). Sebagai lembaga yang dikelola secara bisnis, perusahaan penerbitan pers juga menghasilkan produk yang dijual pada masyarakat. Beda dengan produk barang lainnya, produk penerbitan pers mempunyai misi tersendiri, yaitu ikut mencerdaskan masyarakat, dan menegakkan keadilan. Itulah sebabnya, produk penerbitan pers tidak bisa dikelola dengan sembarangan. Artinya, produk yang dihasilkan harus disesuaikan dengan perkembangan kehidupan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat, dimana pers tersebut melaksanakan operasinya.


(23)

Pada dasarnya, produk jurnalistik atau isi kabar terdiri atas beberapa bagian, pertama adalah penyajian berita sebagai produk utama yang disajikan kepada pembacanya. Dengan penyajian berita, masyarakat akan tahu segala perubahan yang terjadi dan itu sangat mereka butuhkan. Dart penyajian berita inilah konsumen pers akan memperoleh banyak informasi yang dapat menambah wawasan serta mencerdaskan pemikirannya.

Kedua adalah pandangan atau pendapat. Dalam istilah jurnalistik, pandangan atau pendapat irti disebut opini (opinion). Perusahaan penerbit pers, perlu menyajikan pendapat atau pandangan (opini), baik opini masyarakat (public opinion), maupun opini redaksi (desk opinion). Opini adalah sarana bagi masyarakat untuk menyampaikan ide, gagasan, kritik, dan saran kepada sistem kehidupan bermasyarakat yang merupakan kontrol bagi pelaksanaan pemerintahan.

Ketiga adalah periklanan. Isi dari periklanan int merupakan tempat perusahan penerbitan pers untuk menggali keuntungan. Dengan iklan dimungkinkan perusahaan surat kabar mendapatkan penghasilan tambahan, selain itu dari menjual berita rnelalui langganan dart eceran. Bahkan manajemen penerbitan pers itu bagus, iklan merupakan penghasilan utama bagi usahanya. Secara keseluruhan pers khususnya surat kabar bisa dilihat sebagai berikut:

1. Pemberitaan (News getter)

a. Pengertian Berita (Perception news) b. Berita Langsung (Straight news) c. Penggalian Berita (Investigative news) d. Pengemabangan Berita (Depth news)


(24)

e. Feature (Human interest news ) 2. Pandangan atau pendapat (opinion)

a. Pendapat masyarakat (Public opinion) 1) Komentar

2) Artikel

3) Surat Pembaca

b. Opini penerbit (Press opinion) 1) Tajuk Rencana

2) Pojok Karikatur c. Periklanan

1. Iklan Display 2. Iklan Baris

3. Iklan Pariwara (advetorial)

1. Pemberitaan (News getting)

a. Pengertian berita (Perception news)

Berita berasal dan bahasa Sanseketrta, yakni Vrit yang dalam bahasa inggris disebut Write, yang artinya sebenarnya ialah ada atau terjadi. Sebagian ada yang menyebut Vritta, artinya "kejadian" atau "yang telah terjadi". Vritta dalam bahasa Indonesia kemudian menjadi berita atau warta.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karya W. J. Spoerwodarminta, "berita" berarti kabar atau warna, sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan balai pustaka, arti berita diperjelas menjadi : "Laporan


(25)

mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat". Jadi, berita dapat dikaitkan dengan kejadian atau peristiwa yang terjadi. (Junaidi, 1990: 57).

Berita terdiri dan beberapa bagian. Bagian terkecil dari berita adalah data. Data berasal dan datum, sedangkan datum diambil dan semua kejadian atau peristiwa. Untuk bisa jadi berita, data hams dibuat atau diolah lebih dahulu. Seseorang yang kebetulan melihat suatu kejadian atau peristiwa, orang tersebut tidak bisa dikatakan mendapat berita, tetapi disebut orang yang melihat kejadian/peristiwa. Jika orang tersebut kemudian menceritakan kejadian/peristiwa tersebut kepada orang lain secara lisan atau tertulis, orang itulah yang disebut mendapat atau mendengarkan berita.

Sampai sekarang, masih sulit mendefinisikan berita. Para sarjana publisistik maupun jurnalistik belum merumuskan definisi berita secara pasti. Ilmuwan, penulis dan para pakar ilmu komunikasi memberikan definisi berita, dengan beraneka ragam, yaitu: Menurut Williard C. Bleyer, dalam bukunya "Newspaper Writing And Editing": berita adalah sesuatu yang termasa yang dipilih oleh wartawan untuk dimuat dalam surat kabar, karena ia dapat menarik atau mempunyai makna bagi pembaca surat kabar; atau karena ia dapat menarik pembaca-pembaca tersebut (Assegaf, 1991:22).

Salah satu yang sangat terkenal adalah apa yang ditemukan oleh Jhon Bogart Kepala Desk kota Koran New York Sun, hampir seabad yang lalu Bogart menemukan kata-kata yang sering dikutip mengenai berita, yaitu : "when a dog bites a man, that's not news. But when a man bites a dog that is news" ("jika ada anjing menggigit orang, itu bukan berita. Namun jika ada orang menggigit anjing, itu barn berita") (Torben dan Eric, 2001:17).


(26)

Sedangkan menurut batasan atau definisi, berita dalam arti teknis jurnalistik adalah "laporan tentang fakta atau ide yang termasa, yang dipilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca, entah karena luar biasa, entah karena pentingnya atau akibatnya, entah pula karena mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi dan ketegangan.

Apa yang menarik perhatian pembaca haruslah terdapat dalam sebuah berita, namun dari semua itu yang terpenting adalah berita hares ditulis berdasarkan peristiwa yang faktual atau benar-benar terjadi untuk menghindari rekayasa dalam pembuatan berita karena sebuah berita riiemiliki banyak pengaruh terhadap masyarakat.

Untuk membuat berita, paling tidak hams memenuhi dua syarat, yaitu: a. Faktanya tidak boleh diputar sedemikian rupa sehingga kebenaran tinggal

sebagian saja.

b. Berita itu hares menceritakan segala aspek secara lengkap.

Untuk membuat berita yang baik, harus memahami unsur yang terdapat di dalam berita. Agar berita dapat menarik perhatian pembaca, perlu diperhatikan unsur-unsur seperti : aktual atau baru (termasa), jarak, terkenal, keluar biasaan, akibat, ketegangan, pertentangan, seks, kemajuan, human interest, emosi dan humor.

b. Berita langsung (straight news)

Berita langsung adalah berita yang ditulis secara langsung. Artinya, informasi yang dituangkan dalam berita itu diperoleh langsung dari sumber beritanya. Biasanya diungkapkan dalam bentuk pemaparan (descriptive).


(27)

Penulisan berita langsung lebih mengutamakan aktualitas informasinya. Informasi disini bisa berasal dari keterangan pejabat atau berdasarkan kejadian yang sebenarnya.

Jika ada seorang pejabat atau pimpinan lembaga yang memberikan keterangan tentang suatu kasus maka penjelasan-penjelasan pejabat tersebut bisa dibuat berita secara langsung tanpa ditambah informasi lainnya. Fokus pemberitaannya hanya tertuju pada penjelasan-penjelasan kasus tersebut. Jika pejabat itu beropini, maka opini pejabat bisa menjadi fakta karena opini itulah yang disebut fact in idea.

Berita langsung biasanya dibuat dengan gaya memaparkan, yaitu suatu gaya penulisan berita yang memaparkan kejadian atau peristiwa yang terjadi, dalam keadaan apa adanya saja, tanpa ditambah dengan penjelasan. Penulisan berita ini cenderung menguraikan suatu peristiwa atau kejadian sejelas-jelasnya.

c. Penggalian berita (investigative news)

Semua yang hidup di dunia ini pasti ada asalnya. Demikian juga dengan berita. Santa dengan kehidupan yang lain. Asal berita, kita sebut dengan sumber berita. Untuk dapat membuat berita hams ada kejadian atau peristiwa. Kejadian atau peristiwa ini bisa disebut sebagai sumber berita.

Selain peristiwa atau kejadian yang dilakukan oleh manusia, kumpulan dari berbagai berita bisa juga dijadikan sumber berita. Karena dari manusia dapat kita peroleh data, sedangkan pada kumpulan berita juga bisa diambil datanya, yang merupakan dasar untuk membuat berita. Sumber berita dibagi menjadi dua, yaitu sumber berita utama (primer) dan sumber berita kedua (sekunder).


(28)

Sumber berita utama (primer) adalah kantor berita resmi dari pemerintahan dalam hal menyampaikan pengumuman, pemberitahuan, dan sebagainya. Sedangkan sumber berita kedua (sekunder) adalah media massa, seperti surat kabar, siaran radio, televisi, dan sebagainya.

Berita harus dalam bentuk sederhana, lugas, langsung, tidak berbunga-bunga, namun kaya akan data. Berita tidak boleh bersumber pada omong kosong, isu, suara-suara halus, wangsit, cerita burung. Selain itu, berita juga hams mendapatakan dukungan data otentik, kejelasan dan segala hal yang telah diperkuat "authority". Berita-berita yang berdasarkan investigasi ini sering disebut dengan istilah berita eksklusif. Artinya, berita tersebut jarang terjadi. Tetapi kejadian itu pada akhirnya diketahui banyak orang. Dalam menggali berita untuk mendapatkan sumber berita yang valid (dapat dipercaya) bisa dilakukan dengan tiga cara:

1) Penulis berita menerima data atau informasi langsung dari informan, 2) Meliput acara,

3) Menggali berita

d. Pengungkapan berita (explanatory news)

Explanatory news adalah pengungkapan berita atau bisa juga disebut sebagai berita yang menjelaskan. Artinya, dalam hal penulisan berita, data yang disajikan lebih banyak diuraikan daripada diungkap secara langsung. Explanatory news lebih banyak kita jumpai pada reportase berita. Bentuk penulisan ini bisa memadukan antara fakta dan opini. Fakta yang diperoleh dijelaskan secara rinci dengan beberapa argumentasi oleh penulisannya sendiri.


(29)

Pengungkapan berita bisa ditulis secara panjang lebar. Jika memungkinkan bisa disajikan secara bersambung dua sampai empat kali tulisan. Karena beritanya panjang, diperlukan banyak data. Jika data yang diperoleh dari suatu peristiwa atau kejadian hanya sebatas peristiwa atau kejadian itu saja, penulis bisa melengkapi dengan data lain yang diungkapkan dan sumber lain. Tetapi data itu harus masih ada hubungan dengan berita yang ditulisnya. Dalam penulisan explanatory news, penulis dengan bebas memaparkan data yang baik dari orang lain maupun dad hasil penyelidikan sendiri.

e. Penjelasan berita (interpretative news)

Interpretative news adalah bentuk berita yang penyajiannya merupakan gabungan antara fakta dan interpretasi. Artinya, dalam penulisan berita seperti ini, penulis boleh memasukkan uraian. Komentar dan sebagainya yang ada kaitannya dengan data yang diperoleh dan peristiwa atau kejadian yang dilihatnya. Dalam hal ini sumber berita memberikan data atau informasi yang dirasakan masih kurang jelas arti dan maksudnya. Maka penulis wajib mencarikan penjelasan terhadap arti dan maksud dan informasi tadi. Jika penulis punya banyak wawasan terhadap informasi tersebut, bisa saja penulis mengartikan atau menjelaskan apa arti dan maksud informasi yang diberikan oleh narasumber tersebut. Tetapi jika tidak punya wawasan, penulis bisa mencari penjelasan dengan mewawancarai keinbali narasumber tersebut atau dengan narasumber yang lain, namun masih tetap dalam lingkup permasalahan yang sama.


(30)

f. Pengembangan berita (depth news)

Pengembangan berita atau depth news, merupakan kelanjutan atau hampir sama dengan investigative news. Bedanya, jika investigative news bermula dari adanya isu atau data mentah yang kemudian dilakukan penelitian atau penggalian. Sedangkan depth news, berasal dan adanya sebuah berita yang masih belum selesai pengungkapannya dan bisa dilanjutkan kembali.

Lahirnya pengembangan berita ini karena banyaknya data yang didapat pada satu peristiwa, tetapi data itu tidak saling terkait meskipun topiknya sama. Jika data itu diungkap dengan straight news atau investigative news, rasanya sangat dangkal karena bisa berdiri sendiri-sendiri. Untuk mengatasi ini penulis berita berinisiatif mengembangkan data itu sesuai dengan klarifikasinya, dan kemudian menambah dengan data lain yang sama topiknya. Upaya inilah yang disebut dengan pengembangan berita atau depth news.

g. Karangan khas (feature)

Feature adalah bagian dari penyajian berita yang cara menulisnya dapat mengabaikan pegangan utama dalam penulisan berita, yaitu 5 W + 1 H. Feature sampai sekarang banyak yang mengartikan berbeda. Sebagian pendapat menganggap feature adalah karangan khas. Sebagian lain menyebut feature adalah penyajian berita yang berbentuk human interest.

"Karangan khas (feature) dalam surat kabar sebenarnya ibarat "asinan" di dalam sajian makanan, yang tidak memberikan kalori utama. Akan tetapi ia menimbulkan selera makan dan penyedap. Karangan khas merupakan bagian yang


(31)

cukup penting sehingga surat kabar tersebut bisa memenuhi pula fungsi ketiga dari pers yang tidak dapat diabaikan, yaitu hiburan (entertainment), disamping fungsi memberi informasi dan pendidikan." (Wolseley dan Campbell, Exploring Journalism, Djafar H. Assegaf, Jumalistik Masa Kini) (Assegaf, 1991: 27)

R. Amak Syarifuddin dalam bukunya Jurnalistik Praktis, membagi sembilan topik yang bisa ditulis secara feature: (1) Sketsa human interest, (2) sketsa kehidupan orang yang menarik publik, (3) Kilasan berita-berita yang menarik, (4) Dokumen otobiografi kemanusiaan yang berkaitan dengan pengalaman seseorang yang disoroti secara objektif, (5) Feature historis, (6) Sketsa perjalanan, (7) Interpretative feature, (8) artikel pengetahuan popular tentang ilmu pengetahuan, teknologi yang ditulis secara populer, dan (9) Giudance feature.

2. Pandangan atau Pendapat (opinion)

Penerbitan pers khususnya surat kabar dan majalah, hampir semuanya menyediakan kolom atau rubrik untuk menampung pendapat atau pandangan (opini). Ini perwujudan dan institusi pers sebagai lembaga kontrol sosial. Opini dalam penerbitan pers dapat berasal dan masyarakat luas yang disebut pendapat umum (public opinion) dan yang berasal dari penerbitannya sendiri dinamakan reedaksi (desk opinion). Opini terbagi atas:

a. Pendapat umum (public opinion)

Pendapat umum (public opinion) adalah pendapat, pandangan atau pemikiran lain dan masyarakat luas, untuk menanggapi atau membahas suatu


(32)

permasalahan yang dimuat dalam penerbitan pers. Yang dimaksud dengan masyarakat luas adalah orang-orang yang bukan pengelola penerbitan pers itu sendiri. Pendapat biasanya disajikan dalam 3 bentuk, yaitu:

1) Komentar

Pendapat, pandangan atau pemikiran yang disampaikan oleh masyarakat khusus menanggapi terjadinya suatu peristiwa, kejadian, atau kebijakan pemerintah yang dimuat dalam penerbitan pers. Komentar ini dilakukan oleh perseorangan dan bersifat individu. Bisa jadi individu tersebut mewakili suatu lembaga. Tetapi fokus pandangannya tetap tertuju pada satu masalah yang dibahasnya.

2) Artikel

Artikel adalah opini masyarakat yang dituangkan dalam tulisan tentang berbagai soal, mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, teknologi bahkan olah raga. Bedanya dengan komentar, tulisannya terfokus untuk menanggapi atau mengomentari nuansa/fenomena dari suatu permasalahan yang terjadi. Sedangkan artikel, penulisannya tidak sekedar mengomentari masalah, tetapi bisa juga mengajukan pandangan, pendapat atau pemikiran lain, baik yang sudah banyak diketahui masyarakat maupun yang belum diketahui.

3) Surat pembaca

Surat pembaca (letter to the editor) adalah opini publik yang cukup menarik dalam penerbitan pers. Surat pembaca ini pula dijadikan sebagai umpan balik (feedback) bagi pengelola penerbitan pers untuk mengetahui sejauhmana


(33)

berita atau informasi yang disajikan itu dibaca/ditanggapi pembacanya. Karena pengirim surat pembaca ini adalah publik yang pada umumnya adalah pelanggan atau pembaca maka masalah yang ditulisnya beraneka ragam, terutama yang menyangkut dengan kehidupan mereka. Penulis surat pembaca hams menyertakan identitas din dan mau dimuat bersama dengan pemuatan suratnya. Surat pembaca seringkali dijadikan sarana berkomunikasi antar sesama pelanggan.

b. Opini penerbit (desk opinion)

Opini penerbit (desk opinion) adalah pandangan, pendapat atau opini dan redaksi terhadap sesuatu masalah yang terjadi ditengah masyarakat, dan dijadikan sajian dalam penerbitannya. Itu sebabnya, opini penerbit sering juga disebut sebagai "Suara Redaksi". Yang mempunyai hak menulis adalah pemimpin redaksi dan masing-masing penerbitan pers. Tetapi pada pelaksanaannya seringkali pemimpin redaksi tersebut melimpahkan atau menugaskan orang lain. Penulisan opini penerbit ini bisa digunakan untuk menjelaskan informasi yang disajikan, mengkritik kebijakan penguasa, memberikan gambaran suasana yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Opini penerbit biasanya ditulis dalam beberapa bentuk, seperti: Tajuk rencana, Pojok, Catatan kecil, dan Karikatur.

1) Tajuk rencana

Tajuk rencana, ada juga yang menyebutnya sebagai "Catatan Redaksi", atau bisa juga disebut "Editorial". Tajuk rencana adalah merupakan sikap, pandangan atau pendapat penerbit terhadap masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan masyarakat. Menulis tajuk memerlukan situasi atau kejadian dalam


(34)

pemberitahuan sehari-hari. Tajuk rencana tidak bisa mengupas suatu kejadian yang sudah lama berlangsung. Tajuk rencana juga menggambarkan falsafah dan pandangan hidup dari penerbitnya. Sikap itu bisa eksplisit atau implisit.

Tajuk rencana biasanya ditulis secara panjang, untuk memberikan kesempatan kepada penulisannya memasukkan analisis dan menguraikan permasalahan yang ingin diungkapkannya. Jenis tajuk rencana antara lain:

1. Meramalkan (forcasting) 2. Memaparkan (interpretating)

3. Mengungkapkan (explorating)

2) Pojok

Pojok adalah opini yang penyajiannya dilakukan secara humor. Sentilan lucu terhadap sesuatu yang dimuat dalam penerbitannya. Beda dengan tajuk, pojok ditulis amat singkat, lugas, menohok, tetapi tidak (kehilangan ketepatan dan antisipasi permasalahannya yang di "Pojok" kan. Penulis pojok bisa dilakukan oleh pemimpin redaksi, wartawan senior, atau orang lain yang bisa mewakili penerbitannya.

3) Karikatur

Karikatur (carricature/cartoon) adalah bagian dari opini penerbit yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar khusus. Semula karikatur ini hanya selingan atau ilustrasi belaka. Tetapi perkembangan selanjutnya, karikatur dijadikan sarana untuk menyampaikan kritik yang sehat. Dikatakan sehat karena penyampaiannya dilakukan dengan gambargambar lucu dan menarik.


(35)

Beda dengan tajuk rencana maupun pojok, pembuat karikatur ini bukan oleh pemimpin redaksi atau wartawan senior, tetapi oleh orang-orang khusus yang bisa menggambar secara kontinyu. Namun demikian, ide dari kritik yang digambarkan itu tetap berasal dari redaksi. Bisa jadi kartunis (istilah penggambar karikatur) adalah orang luar yang mendapat kepercayaan khusus dari redaksi atau orang tersebut memang diangkat menjadi karyawan penerbitannya, khusus membuat gambar-gambar karikatur.

c. Periklanan (advertisement)

Periklanan adalah kegiatan memasok penghasilan bagi perusahaan pers dengan jalan menjual kolom-kolom yang ada pada surat kabar atau majalah dalam bentuk advertensi (advertising). Iklan nerupakan sumber pendapatan sampingan (selain menjual berita) bagi perusahaan penerbitan pers. Jika dikelola dengan baik, iklan dapat menjadi penghasilan utama yang sangat menunjang bagi bisnis media massaa cetak.

Dilihat dan bentuknya, iklan pada penerbitan surat kabar atau majalah dibagi menjadi 3 (tiga) bentuk, yaitu:

a. Iklan display

Iklan display memakai ukuran milimeter/kolom. Ukuran ini pula yang menentukan harganya. Misalnya harga iklan Rp. 15.000,- per mm/kolom. Artinya harga tersebut adalah untuk ukuran tiap satu milimeter, dalam satu kolom. Cara menghitungnya, milimeter dihitung dari ujung bagian atas iklan, kebagian bawah.


(36)

Iklan display itu sendiri sebenarnya masih dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu: iklan display biasa, dispaly keluarga dan display koloman.

b. Iklan baris

Iklan baris adalah iklan yang hanya terdiri dari baris huruf-huruf. Iklan baris bisa dalam beberapa bentuk, seperti "iklan baris dengan huruf biasa". "iklan baris dengan huruf lebih besar", "iklan baris positif" atau "iklan baris negatif (dasar hitam tulisan putih)". Iklan baris jumlah kata-kata yang diiklankan dibatasi barisnya dalam satu kolom. Misalnya minimal 4 baris, maksimal 8 atau 10 baris.

c. Iklan pariwara

Pariwara, iklan yang berbentuk berita atau artikel. Itu sebabnya pariwara disebut juga sebagai advertorial. Istilah advertorial merupakan gabungan dari kata advertensi dan editorial. Sedangkan bentuk iklan pariwara antara satu surat kabar dengan surat kabar lainnya berbeda. Ini ada kaitannya dengan gaya penulisan berita pada masing-masing media cetak. Biasanya bentuk penyajian iklan pariwara ditentukan pada saat penawaran dan masing-masing media cetak.

2.3 Pengertian Headline

Pada hakikatnya headline merupakan intisari dari berita. Dibuat dalam satu atau dua kalimat pendek, tapi cukup memberitahukan persoalan pokok peristiwa yang diberitakannya. Karena berita yang harus disajikan itu banyak dan masing-masing berita harus bisa diminati dan dinikmati pembaca, pendengar atau penontonnya, maka headline pun dibuat tidak seragam. Diusahakan agar masing-masing berita dapat ditonjolkan lain dari yang lainnya.


(37)

Headline selain memiliki pengertian sebagai judul berita atau intisari dari berita, headline juga memiliki pengertian sebagai berita yang menjadi laporan utama, yang letaknya dihalaman paling depan, dan judul beritanya dicetak lebih besar dari pada kerangka ceritanya yang nantinya menentukan minat khalayak untuk membaca atau tidak (Itule & Anderson, 2003).

Variasi penyajian headline diusahakan agar khalayak tertarik untuk menikmati pemberitaannya. Dengan demikian headline pun berfungsi untuk memanggil khalayak agar mau membaca, mendengar atau menontonnya. Dalam hal ini kita mengenal berbagai bentuk headline didasarkan pada kepentingan berita, keserasian (susunan) baris (deck) headline-nya, tipografi dan penempatan beritanya (dalam surat kabar atau majalah) (Suhandang, 2004, p.116).

Menurut Suhandang (2004,p.116), terdapat empat jenis headline, dimana masing-masing headline memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Berikut adalah penjelasan keempat jenis headline tersebut:

1. Banner Headline, untuk berita yang sangat atau terpenting. Headline dimaksud dibua dengan jenis dan ukuran huruf yang mencerminkan sifat gagah dan kuat, dalam arti hurufnya terbesar dan lebih tebal ketimbang jenis headline lainnya, serta menduduki dari empat kolom surat kabar.

2. Spread Headline, untuk berita penting. Headline dimaksud tampak lebih kecil ketimbang jenis banner headline tadi. Maksudnya, besar dan tebal hurufnya kurang dari jenis yang pertama, namun lebih besar daripada secondaryheadline. Tempat yang diperlukannya pun hanya tiga atau empat kolom saja.


(38)

3. Secondary Headline, untuk berita yang kurang penting. Headline jenis ini tampak lebih kecil lagi dari spread headline, tetapi lebih besar dari subordinated headline, baik ukuran maupun ketebalan hurufnya. Demikian pula tempat yang diperlukannya hanya dua kolom saja.

4. Subordinated headline, untuk berita yang dianggap tidak penting. Kehadirannya kadang-kadang dibutuhkan untuk menutup tempat kosong pada halaman yang bersangkutan. Kosong dalam arti sisa tempat pada halaman yang bersangkutan. Kosong dalam arti sisa tempat pada halaman yang memuat berita-berita lain yang dianggap kurang penting sampai dengan yang terpenting. Karena itu tempatnya pun cukup satu kolom saja dengan ukuran huruf dan ketebalannya lebih rendah ketimbang jenis lainnya.

Didasarkan pada keserasian baris (deck), kita mengenal enam bentuk headline masing-masing:

1. Cross Line Headline, yaitu headline yang terdiri dari satu deck.

2. Pyramide Headline, yaitu headline yang lebih dari satu deck dan disusun pyramid.

3. Inverted Pyramide Headline, yaitu headling yang terdiri dari beberapa deck dan disusun sedemikian rupa membentuk piramid terbalik.

4. Flush Left Headline, yaitu headline yang terdiri dari bebrapa deck dan disusun dengan tepi sebelah kiri rata.

5. Flush Right Headline, kebalikan dari Flush Left Headlin, yaitu headline yang terdiri dari bebrapa deck dan disusun dengan tepi sebelah kanannya rata. 6. Hanging Idention Headline, yaitu headline yang terdiri dari tiga deck atau


(39)

berikutnya sama panjang namun lebih pendek daripada deck pertama serta disusun seolah-oleh menggantung pada deck pertama.

Dari segi tipografinya kita mengenal headline dalam tujuh macam, yaitu: 1. Red In Headline atau disebut juga Astonisher Headline, yaitu headline yang

diberi garis bawah.

2. Rocket Headline, yaitu headline yang dicetak lebih kecil dan pendek serta ditempatkan dibawah atau diatas headline yang besar dan panjang.

3. Contrast Headline, yaitu Headline yang menggunakan jenis dan ukuran huruf yang berbeda diatara baris (deck) nya.

4. Big Part Mental Headline, yaitu headline yang diberi bingkai penuh. 5. Modified Boxed Headline, yaitu headline yang diberi bingkai tidak penuh. 6. Jump Headline, yaitu headline yang digunakan sebagai judul dari sambungan

berita yang ditempatkan dihalaman lain. Biasanya cukup dengan kata awal dari judul aslinya.

Khusus bagi headline dari berita yang harus menempati bagian teratas (biasanya sebelah kanan) dari halaman surat kabarnya, kita kenal dengan sebutan Top Headline. Hal tersebut dibuat bukan didasarkan kepada kepentingan beritanya, melainkan atas perimbangan bahwa berita dimaksud harus (minta) dibaca lebih dahuli. Pertimbangan tersebut diambil berdasarakan kebiasaan mata pembaca selalu bergerak dari kanan atas halaman objek bacaanya, apabila hendak mancari sasaran bacaannya.


(40)

2.4 Pengertian Analisis Isi 2.4.1 Definisi Analisis Isi

Analisis isi menurut Kerlinger, “merupakan suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak” (Wimmer & Dominick, 2003, p.141). dengan metode ini penulis bisa menganalisis isi pesan yang tampak dalam suatu pemberitaan di media dengan tepat.

Pertama, analisis secara sistematik berarti isi yang di analisis dipilih berdasarkan aturan yang telah ditetapkan secara eksplisit dan konsisten. Kedua, analisis bersifat objektif yakni opini penulis tidak dapat dimasukkan dalam penelitian. Dan bila penelitian ini dianalisa oleh penulis lain, harus menghasilkan hasil yang sama. Dan ketiga, analisis isi disusun secara kuantitatif yaitu analisis isi lebih mementingkan data statistik angka yang akurat dari pada opini.

2.4.2 Prinsip Analisis Isi

Analisis isi memiliki beberapa prinsip dalam penerapannya. Rachmat Kriyantono (2006, p.229) menjelaskan sebagai berikut:

a. Prinsip Sistematik

Ada perlakuan prosedur yang sama pada semua isi yang dianalisis. Penulis harus menganalisis keseluruhan isi yang telah ditetapkan untuk diteliti.

b. Prinsip Objektif

Hasil analisis tergantung pada prosedur penelitian bukan pada penelitinya. Kategori yang sama bila digunakan untuk isi yang sama dengan prosedur yang sama, maka hasilnya harus sama, walau penelitinya beda.


(41)

c. Prinip Kuantitatif

Mencatat nilai-nilai bilangan atau frekuensi untuk menggambarkan berbagai jenis isi yang didefenisikan.

d. Prinsip isi yang nyata

Hasil penelitian adalah pesan yang tersurat atau tampak, bukan makna yang dirasakan penulis.

2.4.3 Tujuan Analisis Isi

Tujuan Analisis isi yang dikemukakan Wimmer & Dominick (2003,p.141-143) sebagai berikut:

a. Menggambarkan isi Komunikasi

Analisis isi digunakan untuk mengidentifikasi suatu hal yang terjadi. Selain itu juga bisa digunakan untuk mempelajari perubahan sosial dimasyarakat.

b. Menguji Hipotesis tentang karakteristik pesan

Analisis isi digunakan dalam berbagai studi dengan bentuk hipotesis: bila suatu sumber memiliki karakteristik A, maka hasilnya adalah pesan dengan elemen x dan y; dan bila suatu sumber memiliki karakteristik B, maka hasilnya adalah pesan dengan elemen w dan z.

c. Membandingkan isi media dengan dunia nyata

Sebagian besar analisis isi merupakan reality check dimana potret dari suatu kelompok, fenomena, cirri atau karakteristik dinilai melawan standar dari kehidupan yang nyata.


(42)

d. Memperkirakan gambaran media terhadap kelompok tertentu di masyarakat. Analisis isi digunakan untuk menilai perubahan pada kebijakan media terhadap kelompok tertentu, untuk membuat kesimpulan tentang responsitas media dalam cara pemberitaan yang lebih baik atau untuk mendokumentasi kecenderung sosial.

e. Mendukung studi efek media massa

Analisis isi juga digunakan dalam studi agenda setting. Analisis isi media yang relevan adalah penting agar dapat menentukan pentingnya topic berita.

2.5 Konsep Objektivitas Berita

Berita merupakan sebuah pemberitahuan tentang fakta atau ide dengan dalam periode tertentu, yang dipilih oleh redaksi suatu surat kabar untuk di siarkan, yang dapat menarik perhatian pembaca karena ia luar biasa, atau karena penting dan akibat yang ditimbulkannya, atau kerena mencakup human interest, emosi dan ketegangan (Assegaf, 1991:24).

Oleh karena itulah, dalam melaporkan sebuah berita haruslah bersifat objektif, tidak ada pencampuran antara fakta dan opini. Objektivitas adalah prinsip yang sering kali hanya dihubungkan dengan isi. Prinsip tersebut tidak dapat diteliti secara isi dan secara langsung baik pada tingkat masyarakat maupun tingkat organisasi media, meskipun pandangan para komunikator media tentang prinsip itu tetap ada kaitannya dengan pengujian.

McQuail (1987) menambahkan objektivitas merupakan nilai sentral yang mendasari disiplin profesi yang dituntut oleh wartawan sendiri. Prinsip tersebut sangat dihargai dalam kebudayaan modern, termasuk berbagai bidang di luar


(43)

bidang media massa, terutama dalam kaitannya dengan rasionalitas ilmu pengetahuan dan birokrasi. Objektivitas mempunyai korelasi dengan independensi, prinsip tersebut sangat dihargai bilamana kondisi keanekaragaman mengalami kemunduran, yaitu kondisi yang diwarnai oleh semakin menurunnya jumlah sumber dan uniformitas (situasi monopoli semakin tampak).

Semakin banyak tipe media independent, semakin banyak pula dukungan terhadap prinsip pluralitas. Objektivitas sangat dihargai bilamana kondisi pluralitas mengalami kemunduran, yaitu kondisi yang diwarnai makin menurunnya jumlah sumber dan kian meningkatknya uniformitas. Objektivitas diperlukan untuk mempertahankan kredibilitas.

Namun persoalan objektivitas itu sendiri bukan tanpa kontroversi. Setidaknya ada dua pandangan dominan mengenai objektivitas ini. Salah satu perdebatan bermutu yang mewakili dua pandangan adalah perdebatan yang melibatkan John C.Merril dan Everette E. Dennin (Kupas 2001:17).

Merril berpendapat objektivitas jurnalisme itu omong kosong dan mustahil. Hal ini karena semua kerja jurnalistik pada dasarnya adalah subjektif. Mulai dari pencarian berita, peliputan, penulisan, sampai editing berita. Nilai-nilai subjektif wartawan ikut memberi pengaruh dalam semua proses kerja jurnalistik. Kenapa suatu peristiwa diliput, siapa yang diwawancara, apa yang ditanyakan, kemana kecenderungan berita ditulis, bagian mana yang dihilangkan, bagian mana yang ditonjolkan, semua proses tersebut adalah pertimbangan subjektif, bukan objektif. Karena itu peliputan dua sisi adalah mitos karena pada dasarnya wartawan bukan robot yang mengambil fakta berdasarkan pertimbangan-pertimbangan objektif.


(44)

Sebaliknya, Everette E. Dennis mengatakan bahwan objektivitas jurnalisme itu sesuatu yang mungkin, bukan mutahil (Kupas, 2001:18). Karena semua proses kerja jurnlistik pada dasarnya dapat diukur dengan nilai-nilai objektif. Misalnya memisahkan fakta dan opini, menghindari pandangan emosional dalam melihat peristiwa dan memberitakan prinsip keseimbangan, keadilan dan melihat peristiwa dari dua sisi. Dennis percaya objektivitas jurnalisme mungkin dilakukan jika mengadopsi metode dan prosedur yang dapat membatasi subjektivitas wartawan atau editor.

Prosedur ini diterapkan baik pada tingkat peristiwa yang diliput (ada pertimbangan ojektif dan rasional mengapa meliput suatu peristiwa), mencari data (dari mana data akan diambil) sampai menulis (kata-kata apa yang dipakai) dan editing tulisan (apa alasan menempatkan bertita menjadi headline) dan sebagainya. Meskipun kedua ahli ini berbeda pandangan dalam hal objektivitas media, keduanya mempunyai pandangan yang sama dalam hal standar jurnalisme. Pada akhirnya keberpihakan media tidak boleh melupakan standar baku jurnalisme-fairness, balance dan cover both side.

Westersthal (1983) mengembangkan kerangka konseptual dasar bagi meneliti dan mengukur objektivitas pemberitaan yang kemudian dirinci lebih lanjut oleh McQuail:


(45)

2.6 Objektivitas Pemberitaan

Objektivitas pemberitaan adalah penyajian berita yang benar, tak berpihak dan berimbang. Indikator yang digunakan adalah dimensi truth (yakini tingkatan sejauh mana fakta yang disajikan benar atau bias diandalkan/realible); relevansi (yakni tingkatan sejauh mana relevansi aspek-aspek fakta yang diberitakan dengan standar jurnalistik/newsworthiness); dan ketidak berpihakan (impartiality) yakni tingkatan sejauhmana fakta-fakta yang diberitakan bersifat netral dan berimbang. Menurut Siahaan, et,at., (2001,p.100-102). Objektivitas pemberitaan diukur dengan indikator-indikator:

2.6.1. Dimensi Truth:

Dimensi truth terdiri dari faktual dan accuracy. Kefaktualan merupakan penyajian berita seperti apa adanya, tidak ditambahi maupun dikurangi sehingga

Kerangka Konseptual Ojektivitas Pemberitaan

Faktualitas Dimensi Kognitif

1. Faktual

a. Fakta Sosiologis b. Fakta Psikologis

2. Accuracy

a. Check dan recheck

3. Relevansi 1. Significant 2. Magnitude 3. Prominance 4. Timeliness 5. Proximity

Impartiality Dimensi Evaluatif

1. Neutrality

a. Non Evaluatif (opini & fakta) b. Non Sensational

(kesesuaian judul dan isi, dramatisasi)

2. Balance

1. Equal Proportional (Cover Both Side) 2. Even Handed Evaluation

(Evaluasi sisi positif dan negative)


(46)

bersifat original. Kefaktualan dikaitkan dengan bentuk penyajian laporan tentang peristiwa atau pernyataan yang dapat dicek kebenarannya pada sumber dan disajikan tanpa komentar.

a. Sifat fakta (factualness), adalah sifat fakta bahan buku berita, yang terdiri dari dua kategori:

Fakta sosiologis adalah pemberitaan yang bahan bakunya berupa peristiwa/kejadian nyata/faktual.

Fakta psikologis adalah berita yang bahan bakunya berupa interpretasi subjektif (pernyataan/opini) terhadap fakta kejadian/gagasan.

b. Akurasi adalah kecermatan atau ketepatan fakta yang diberitakan. Indikator yang digunakan adalah check and recheck, yakni mengkonfirmasi / menguji kebenaran dan ketepatan fakta kepada subjek, objek, atau saksi berita sebelum disajikan.

2.6.2 Dimensi Relevansi

Relevansi lebih sulit ditentukan dan dicapai secara objektif. Namun demikian, pada dasarnya relevansi sama pentingnya dengan kebenaran dan berkenaan dengan proses seleksi, bukannya dengan bentuk atau penyajian. Relevansi juga mengisyaratkan perlunya proses seleksi yang dilaksanakan menurut prinsip penggunaan yang jelas demi kepentingan calon penerima dan masyarakat menurut Nondenstreng (dalam Mc Quail, 1996:33).

Secara umum dapat dikatakan bahwa apapun yang paling berkemungkinan untuk mempengaruhi masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang, dan sangat bergunan untuk mereka ketahui, harus dipandang


(47)

sebagai lebih memiliki relevansi. Relevansi diukur melalui indikator kelayakan berita (newsworthiness), yakini significance, magnitude, prominence, timeless, dan proximity (geografis dan psikologis).

a. Significance adalah fakta yang mempengaruhi kehidupan orang banyak atau berakibat terhadap kehidupan khalayak pembaca.

b. Prominence adalah keterkenalan fakta/tokoh

c. Magnitude adalah kebesaran fakta yang berkaitan dengan angka-angka yang berarti, atau fakta yang berakibat bisa di jumlahkan dalam angka yang menarik bagi pembaca.

d. Timeliness adalah fakta yang baruterjadi atau diungkap.

e. Proximity geografis adalah fakta kejadian yang lokasinya dekat dengan tempat tinggal mayoritas khalayak pembaca.

f. Proximity psikologis adalah fakta kejadian yang memiliki kedekatan emosional dengan mayoritas khalayak pembaca.

2.6.3 Ketidakberpihakan (impartiality)

Ketidakberpihakan adalah tingkatan sejauh mana evaluasi subjektivitas (penilaian, interpretasi, dan opini pribadi) wartawan tak terlibat dalam memproses fakta menjadi bertita. Indikator yang digunakan:

a. Netralitas adalah tingkatan sejauh mana sikap tak memihak wartawan dalam menyajikan berita. Netralitas diukur dengan indikator :

Pencampuran opini dengan fakta adalah opini/pendapat pribadi wartawan masuk ke dalam berita yang disajikan.


(48)

Kesesuaian judul dengan isi adalah kesesuaian substansi judul berita dengan isi /tubuh berita.

Dramatisasi adalah penyajian fakta secara tidak proporsional sehingga memunculkan kesan berlebihan (menimbulkan kesan ngeri, kesal, jengkel, senang, simpati, antipati, dan sejenisnya). b. Balance adalah keseimbangan dalam penyajian aspek-aspek

evaluative (pendapat, komentar, penafsiran fakta oleh pihak-pihak tertentu) dalam pemberitaan. Balance diukur dengan indikator:

Cover both sides adalah menyajikan dua/lebih gagasan/tokoh atau pihak-pihak yang berlawanan secara bersamaan dan proporsional. Nilai imbang (even handed-evaluation) adalah menyajikan evaluasi dua sisi (aspek negatif dan positif) terhadap fakta maupun pihak-pihak yang menjadi berita secara bersamaan dan proporsional. Dalam beberapa media tidak jarang wartawan memasukkan opini atau sudut pandangnya sendiri tentang suatu permasalahan. Persoalannya kemudian adalah emosional dapat menggusur objektivitas suatu berita. Seperti yang dikatakan Merril, objektivitas berita dapat dicapai melalui 3 cara. Pertama, pemisahan fakta dan pendapat. Kedua, menyajikan pandangan terhadap berita tanpa disertai dimensi emosional. Ketiga, berusaha untuk jujur dan seimbang, memberikan kesempatan kepada seluruh pihak untuk menjawab dalam cara memberikan informasi kepada khalayak (Sudibyo, 2001:73).

Betapa pun sulitnya membayangkan sebuah berita dapat objektif terhadap semua pihak dan fakta-fakta yang ada, objektivitas tetap perlu dijadikan tolak ukur utama dalam menilai sebuah berita. Menurut Entman, secara teoritik


(49)

objektivitas membatasi wartawan untuk tidak melukiskan realitas menurut kepentingan sendiri, mencegah kalangan media memperngaruhi pikiran dan perilaku politik masyarakat. Dampak atau pengaruh setiap berita harus terlahir dari fakta yang digambarkan, dan bukan dari jurnalis-jurnalis yang dimasukkan ke dalam penulisan berita.

Serangkaian prosedur harus dilakukan oleh wartawan agar apa yang ditulis dapat disebut sebagai objektif. Berbagai prosedur itu terinternalisasi dalam pikiran dan dipraktikan dalam praktik produksi berita wartawan. Tuchman menyebut paling tidak ada empat strategi dasar. Pertama, menampilkan semua kemungkinan konflik yang muncul. Wartawan harusnya menampilkan fakta, tetapi fakta yang dimaksud kadang sukar ditemukan. Kadang-kadang apa yang disebut fakta, bukan fakta tetapi apa yang orang katakan tentang fakta. Kedua, menampilkan fakta-fakta pendukung. Prosedur lain objektivitas yang dapat dikenali dalam tulisan adalah ada fakta-fakta pendukung dalam tulisan. Fakta-fakta pendukung tersebut berfungsi sebagai argumentasi, apa yang disajikan wartawan bukanlah khayalan dan opini pribadi wartawan. Ketiga, pemakaian kutipan pendapat. Prosedur standar lain adalah adanya pemakaian kutipan untuk menyatakan bahwa apa yang disajikan benar-benar bukan pendapat pakar politik tertentu. Keempat, menyusun informasi dalam tata urutan tertentu. Bagian lain dari tulisan yang objektif adalah menyusun berbagai komentar, aneka informasi, beragam fakta kedalam tata susunan berita tertentu.


(50)

2.7 Nisbah Antar Konsep

Media memiliki peran yang sangat penting dalam mensosialisasikan suatu informasi yang penting kepada masyarakat. Media di sini memiliki dua fungsi yang dominan yaitu menginformasikan suatu hal yang mempengaruhi khalayak untuk bertindak. Salah satu media yang cukup berpengaruh di masyarakat adalah media cetak surat kabar. Media dengan karakteristik: berita merupakan unsur utama yang dominan, memiliki ruang yang relatif lebih leluasa dan memiliki waktu untuk dibaca ulang relatif lebih lama membuat surat kabar cukup „dekat‟ dengan masyarakat. Apalagi harga surat kabar relatif terjangkau.

Isu-isu yang terjadi dan akan terjadi berkaitan dengan kehidupan masyarakat sudah pasti akan diangkat menjadi berita dalam setiap media. Isu mengenai kasus Nazaruddin yang terlibat dalam kasus dugaan korupsi, bisa jadi merupakan ajang pembuktian bagi penegakan hokum di Indonesia. Kedekatan Nazaruddin dengan pusat kekuasaan bisa jadi akan mempengaruhi proses hukum yang akan ditegakkan.

Disinilah surat kabar berperan untuk melakukan fungsinya sebagai penyalur informasi dan sebagai kontrol sosial masyarakat terhadap pemerintahan yang memimpin. Dalam menyalurkan informasi kepada masyarakat, surat kabar dituntut untuk dapat menyampaikan informasi tersebut secara faktual dan secara objektif, tidak pada unsur subjektif dalam penulisan berita-berita mengenai isu korupsi Nazaruddin.

Oleh karena itu peneliti ingin mengangkat topik ini untuk melihat bagaimana pemberitaan isu korupsi Nazaruddin dengan menggunakan metode analisis isi. Dengan metode ini penelitian akan berjalan secara sistematis, objektif


(51)

dan kuantitatif sehingga menghasilkan kesimpulan yang tepat dan akurat. Dengan penelitian ini kita akan mengetahui bagaimana objektivitas media dalam pemberitaan mengenai isu kenaikan korupsi tersebut.


(52)

2.8 Kerangka Pemikiran

Analisis Isi Kuantitatif

Objektivitas Koran Tempo Dalam Pemberitaan Dugaan Korupsi Nazaruddin di Koran Tempo pada

1 Juli s.d 31 Agustus 2011 Teori Objektivitas pemberitaan (Penyajian berita secara berimbang)

Pemberitaan Dugaan Korupsi Nazaruddin di Koran Tempo pada 1 Juli s.d 31 Agustus 2011

Kerangka Konseptual Ojektivitas Pemberitaan

Faktualitas Dimensi Kognitif

1. Faktual

a. Fakta Sosiologis b. Fakta Psikologis

2. Accuracy

a. Check dan recheck

3. Relevansi 1. Significant 2. Magnitude 3. Prominance 4. Timeliness 5. Proximity

Impartiality Dimensi Evaluatif

1. Neutrality

c. Non Evaluatif (opini & fakta) d. Non Sensational

(kesesuaian judul dan isi, dramatisasi)

2. Balance

1. Equal Proportional (Cover Both Side) 2. Even Handed Evaluation

(Evaluasi sisi positif dan negative)


(53)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pemikiran

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode studi analisis ini. Analisis isi merupakan suatu metode untuk melukiskan isi komunikasi yang nyata secara deskriptif, sistematik dan kuantitatif. Menurut Jalaluddin Rakhmat, analisis isi berguna untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang.

Kelebihan utama metode analisis isi adalah tidak digunakannya manusia sebagai subjek penelitian. Sehingga penelitian relatif lebih mudah, tidak ada reaksi dari populasi maupun sampel yang diteliti karena tidak ada orang yang diwawancarai, diminta mengisi kuisioner, ataupun diminta data di laboratorium. Analisis isi juga relatif lebih mudah ditemukan terutama di perpustakaan, atau bagian dokumentasi visual.

Kekurangan analisis isi adalah hanya meneliti pesan yang tampak, sehingga sesuatu yang disembunyikan dalam pesan bisa luput dari analisis isi. Kelemahan lain adalah pesan komunikasi tidak selamanya merefleksikan fakta, sehingga terkadang memang ada ada usaha untuk membelokkan dunia simbolis yang ada di media (pesan) dari realitas sesungguhnya.

Wimmer dan Dominick uang dikutip dari Kriyantono menyampaikan setidaknya ada lima hal yang dapat dilakukan dalam penelitian analisis isi yaitu:


(54)

1. Menggambarkan isi komunikasi (describing communication content), yaitu mengungkapkan kecenderungan yang ada pada isi komunikasi, baik melalui media cetak maupun elektronik.

2. Menguji hipotesis tentang karakteristik pesan (testing hipotheses of messages characteristics), yaitu menghubungkan karakteristik tertentu dari komunikator (sumber) dengan karakteristik pesan yang dihasilkan.

3. Membandingkan isi media dengan dunia nyata (comparing media content to the real world), yaitu menguji apa yang ada di media dengan situasi aktual yang ada di kehidupan nyata.

4. Memperkirakan gambaran kelompok tertentu di masyarakat (assessing the image of particular groups in society), yaitu untuk meneliti gambaran media mengenai gambaran media dengan kelompok minoritas, agama tertentu, etnik dan lain-lainnya.

5. Mendukung studi efek media massa, yang digunakan sebagai sarana untuk memulai penelitian efek media massa.

Metode penelitian adalah cara yang dipakai dalam mengumpulkan data, sedangkan alat bantu yang digunakan dalam mengumpulkan data itu disebut instrument (Arikunto 1997:188)

Metode yang digunakan adalah metode analisi isi berita. Analisis isi adalah suatu penelitian yang membahas secara mendalam terhadap isi informasi tertulis dalam media massa khususnya surat kabar. Teknik yang mengungkapkan apa yang tersirat maupun tersurat dalam surat kabar yang diteliti. Sifat analisis isi tekstual yaitu suatu analisis yang mengantungkan sumber analisis dari apa yang tercetak dalam surat kabar yang diamati. Dengan mempergunakan simbol koding


(55)

yaitu mencatat lambang-lambang atau pesan secara sistematis. Sehingga dalam analisisnya akan muncul tabel-tabel frekuensi atas berita yang ditampilkan dalam surat kabar yang diteliti dalam waktu tertentu (Suwardi, 1993:78).

Analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi yang disampaikan dalam bentuk lambang dan juga digunakan untuk menganalisa semua bentuk lambang dan dapat juga digunakan untuk menganalisa semua bentuk komunikasi seperti surat kabar, buku, puisi, lagu, cerita rakyat, tulisan, pidato, surat, musik teater dan sebagainya. (Rachmat 1995:89).

Menurut Wimmer & Dominick analisis isi didefenisikan sebagai suatu metode untuk mempelajari dan menganalisis komunikasi secara sistematik, objektif dan kuantitatif terhadap pesan yang tampak (Bungin, 2001:134):

a. Prinsip Sistematik yaitu terdapat prosedur baku yang sama dalam dalam melakukan analisis isi.

b. Prinsip Objektif yaitu output dalam analisis isi tergantung pada prosedur penelitian dan bukan pada subjek orangnya.

c. Prinsip Kualitatif, mencatat nilai-nilai bilangan atau fekuansi untuk melukiskan berbagai jenis isi yang didefenisikan.

d. Isi yang nyata, dimana isi yang diteliti dan dianalisis adalah isi yang tersurat dan tampak dan bukan merupakan makna yang dirasakan oleh penliti.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan isi pesan tanpa mengaitkan dengan efek pesan yang disampaikan. Titik perhatian dalam penelitian ini adalah untuk melihat objektivitas pemberitaan dugaan korupsi Nazaruddin di Koran Tempo melalui isi berita yang ditampilkan dimana telah dikategorisasikan terlebih dahulu.


(56)

3.2. Populasi dan Sampel a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek pembertitaan yang terdiri dari manusia, benda-benda, hewan, rumbuhan, gejala, nilai test atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik dalam sebuah penelitian (Nawawi, 2001:141).

Adapun dalam penelitian ini, populasi yang ditetapkan adalah keseluruhan edisi surat kabar yang terbit yang berisikan pemberitaan mengenai “Pemberitaan Dugaan Korupsi Nazaruddin” yang terbit mulai tanggal 1 Juli s.d 31 Agustus 2011.

b. Sampling

Metode sampling adalah pembicaraan bagaimana menata berbagai teknik dalam penarikan atau pengambilan sampel penelitian, bagaimana kita merancang tata cara pengambilan sampel agar menjadi sampel yang mewakili (Bungin, 2001:108). Teknik sampling yang digunakan untuk mengambil sampel adalah teknik sample total yaitu dengan memakai seleuruh populasi dalam penelitian.

Sampel dibuat berdasarkan teknik Guido H. Stempel, dimana sampel terdiri dari 6, 12, 24,48 edisi surat kabar dimana yang apabila dibandingkan maka terdapat suatu kesimpulan. Namun penambahan ukuran sampel diatas 12 terbitan tidak membawa perbedaan yang berarti dalam hasil penelitian (Flournoy, 1989:32).


(57)

Adapun daftar sampel berita tentang Dugaan Korupsi Nazaruddin dapat dilihat pada table dibawah ini:

No Tanggal Judul Headline

1 1 Juli 2011 Nazaruddin: Anas dan Andi Terima Setoran 2 2 Juli 2011 Wafid Ungkap Pertemuan Nazar-Andi-Angie

3 3 Juli 2011

Kasus NazaruddinPPATK Temukan Ratusan Transaksi Mencurigakan

4 4 Juli 2011 Andi Mallarangeng Akui Bertemu Nazar cs 5 6 Juli 2011 Nazar Menghilang Demokrat Tebar Ancaman 6 7 Juli 2011

Jejak Nazar di Tender PemerintahTotal Proyek Rp 1,3 Triliun

7 8 Juli 2011 Kasus Terkait Nazar Dikhawatirkan Telantar 8 9 Juli 2011

Jejak Nazar-NasirProyek PT Mahkota Rp 492 M Belum Disentuh

9 11 Juli 2011 Nazar Ungkap Biaya Politik Uang Anas 10 13 Juli 2011 Nazaruddin Setir Proyek BUMN dan Kampus 11 14 Juli 2011 Jusuf Kalla: Mafia ala Nazar Kuras Anggaran

12 20 Juli 2011 Wawancara KhususRosalina Bicara Soal Nazar hingga Anas 13 23 Juli 2011 Serangan Nazar Persulit Anas

14 1 Agus 2011

Dugaan Politik Uang Di Kongres Partai Demokrat Anak Buah Nazaruddin Siap Diperiksa KPK

15 8 Agus 2011 Kasus Nazaruddin Gerus Citra KPK 16 9 Agus 2011

Wawancara Sebelum PenangkapanNazar Terus Sudutkan Anas

17 11 Agus 2011

Kasus Vaksin dan Alat Peraga Dokter Proyek Janggal Rp 2,3 Triliun Tunggu Nazaruddin


(58)

3.3. Operasional Konsep/Variabel Penelitian 3.3.1 Operasional Konsep

Untuk memudahkan pengguna kerangka konsep diatas, digunakan operasional variable. Maka, operasional variabelnya adalah:

Variabel Penelitian Variabel Operasional Objektivitas berita 1. Faktualitas

a. Kebenaran yang terdiri dari:

Fakta Sosiologi (kelengkapan 5W+1H) Fakta Psikologi (Narasumber)

Cek dan Ricek b. Relevansi

2. Impartialitas

a. Keseimbangan yang meliputi: Peliputan dua sisi

b. Netralitas

Pencampuran fakta dan opini

No Tanggal Judul Headline

19 15 Agus 2011 KPK Diminta Waspadai Pembungkaman Nazar

20 18 Agus 2011 Nazar Tawarkan Kompromi kepada SBY

21 20 Agus 2011 Nasir-Kaligis Bermanuver atas Nama Nazar

22 21 Agus 2011 Istri Nazar Diduga di Malaysia

23 22 Agus 2011 SBY Minta Nazar Bicara

24 23 Agus 2011 Nazar Ditanggapi, Korban HAM Diabaikan

25 24 Agus 2011 Nazar Juga Mainkan Proyek Bandara


(1)

Hasil Pengukuran Dua Pengkoding Terhadap

Headline Berita Dugaan Kasus Korupsi Nazaruddin di Koran Tempo Kategori Cover Both Side

Edisi Hasil Koding (Cover Both Side)

P1 P2

1 Juli 2011 S S

2 Juli 2011 S S

3 Juli 2011 S S

4 Juli 2011 S S

6 Juli 2011 S S

7 Juli 2011 S TS

8 Juli 2011 S S

9 Juli 2011 S S

11 Juli 2011 S S

13 Juli 2011 S S

14 Juli 2011 S S

16 Juli 2011 S S

20 Juli 2011 S S

23 Juli 2011 S TS

1 Agus 2011 S S

8 Agus 2011 S S

9 Agus 2011 S S

11 Agus 2011 S S

12 Agus 2011 S S

15 Agus 2011 S S

18 Agus 2011 S S

20 Agus 2011 S S

21 Agus 2011 S S

22 Agus 2011 S S

23 Agus 2011 TS TS

24 Agus 2011 S S

Keterangan:

S = Seimbang TS = Tidak Seimbang


(2)

Hasil Pengukuran Dua Pengkoding Terhadap

Headline Berita Dugaan Kasus Korupsi Nazaruddin di Koran Tempo Kategori Pencampuran Fakta dan Opini

Edisi Hasil Koding (Cover Both Side)

P1 P2

1 Juli 2011 TP TP

2 Juli 2011 TP TP

3 Juli 2011 TP TP

4 Juli 2011 TP TP

6 Juli 2011 TP TP

7 Juli 2011 TP TP

8 Juli 2011 TP TP

9 Juli 2011 TP TP

11 Juli 2011 TP TP

13 Juli 2011 TP TP

14 Juli 2011 TP TP

16 Juli 2011 TP TP

20 Juli 2011 TP TP

23 Juli 2011 TP TP

1 Agus 2011 TP TP

8 Agus 2011 TP TP

9 Agus 2011 TP TP

11 Agus 2011 TP TP

12 Agus 2011 TP TP

15 Agus 2011 TP TP

18 Agus 2011 TP TP

20 Agus 2011 TP TP

21 Agus 2011 TP TP

22 Agus 2011 TP TP

23 Agus 2011 TP TP

24 Agus 2011 TP TP

Keterangan:

AP = Ada Pencampuran Fakta dan Opini


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan ini bersifat analisis yang mengacu kepada uraian teroritis yang telah disampaikan pada bab sebelumnya. Selain itu, pada bab ini juga berisi mengenai saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas Koran Tempo dalam menerbitkan berita.

5.1 Kesimpulan

1. Objektivitas pemberitaan Dugaan Kasus Korupsi Nazaruddin pada harian Koran Tempo dinilai telah memenuhi kaidah-kaidah objektivitas dalam penyajian berita, baik segi kebenaran, faktualitas serta keseimbangan dalam melakukan penyajian berita.

2. Mengingat berita yang disampaikan adalah mengenai masalah hukum, dimana proses penyidikan oleh lembaga berwenang sedang berlangsung, Koran Tempo dalam menyajikan berita selalu melakukan teknik investigatif dengan membandingkan informasi yang diperoleh dari beberapa narasumber, baik langsung melalui yang bersangkutan, pengacara maupun dari lembaga Negara untuk mencari sebuah kebenaran atas sebeuah berita dan disampaikan secara apa adanya kepada pembaca. 3. Koran Tempo selalu mencari informasi mengenai kasus ini melalui


(4)

5.2Saran

1. Untuk meningkatkan tingkat kepercayaan kepada hasil analisis objektivitas ini, agar penelitian selanjutnya menggunakan pembanding dari media lain, mengenai objek pemberitaan yang sama, sehingga dapat dilakukan perbandingan mengenai objektivitas penyampaian berita.

2. Koran Tempo dapat dijadikan sebagai salah satu referensi untuk mendapatkan informasi/berita harian yang objektif dalam menyampaikan berita kepada khalayak.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. 2007. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung : Simbosa Rekatama Media

Assegaf, H. Djafar, 1991, Jurnalistik Masa Kini, Jakarta: Ghalia Indonesia

Bungin, Burhan, 2001, Metodelogi Sosial; format-format Kuantitatif dan Kualitatif, Surabaya: AirlanggaUniversity Press

Brandt, Torben., Sasono, Eric., Gunawan, Arya. (2001). Jurnalisme Radio:

Sebuah Panduan Praktis. Jakarta: UNESCO

Flournoy, Don Michael, 1989, Analisa Isi Suratkabar-suratkabar Indonesia, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Effendy, Onong Uchjana, 1993, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Eryanto, 2001, Analisis Wacana : Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: Lkis

G.R., Meadow, 1980, Politics as Communication, Norwood: Ablex Publisher Hamad, Ibnu, 2004, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, Jakarta:

Granit

Hamidi, Dr, Msi, 2005, Metode Penelitian Kuantitatif, Aplikasi Praktis Pembuatan Proposal dan Laporan Penelitian, Malang: UMM Press Ishwara, Luwi, 2005, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Jakarta: KOMPAS


(6)

Kripependorf, Klaus, 1993, Analisis Isi; Pengantar Teori dan metodelogi, Jakarta: PT.Raja Garafindo Persada

Kusumaningrat, Hikmat, 2006, Jurnalistik : Teori dan Praktik, Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Mc. Quail, Dennis, 1996, Teori Komunikasi Massa: Suatu pengantar, Jakarta : Airlangga

Singarimbun, Masri, 1995, Metode Penelitian Survey, Jakarta : LP3S

Sudibyo, Agus, 2001, Politik Media dan Pertarungan Wacana, Yogyakarta : LKis

KORAN TEMPO:

1. Koran Tempo, 1 Juli 2011 2. Koran Tempo, 2 Juli 2011 3. Koran Tempo, 3 Juli 2011 4. Koran Tempo, 4 Juli 2011 5. Koran Tempo, 6 Juli 2011 6. Koran Tempo, 7 Juli 2011 7. Koran Tempo, 8 Juli 2011 8. Koran Tempo, 9 Juli 2011 9. Koran Tempo, 11 Juli 2011 10. Koran Tempo, 13 Juli 2011 11. Koran Tempo, 14 Juli 2011 12. Koran Tempo, 20 Juli 2011 13. Koran Tempo, 23 Juli 2011 14. Koran Tempo, 1 Agus 2011 15. Koran Tempo, 8 Agus 2011 16. Koran Tempo, 9 Agus 2011

17. Koran Tempo, 11 Agus 2011 18. Koran Tempo, 12 Agus 2011 19. Koran Tempo, 15 Agus 2011 20. Koran Tempo, 18 Agus 2011 21. Koran Tempo, 20 Agus 2011 22. Koran Tempo, 21 Agus 2011 23. Koran Tempo, 22 Agus 2011 24. Koran Tempo, 23 Agus 2011 25. Koran Tempo, 24 Agus 2011