Gambaran kecemasan menikah pada perempuan dewasa awal yang mempunyai ayah yang berpoligami

GAMBARAN KECEMASAN MENIKAH PADA
PEREMPUAN DEWASA AWAL YANG MEMPUNYAI
AYAH YANG BERPOLIGAMI

Oleh:
Nurniawati

NIM: 102070026058
Skripsi diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

2006

GAMBAR/1,N KECEMASAN MENIKAH PADA
PEREMPUAN DEWASA AWAL YANG MEMPUNYAI
AY AH YANG BERPOUGAMI
Skripsi

Diajukar: k3pada Faku!!as Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat
memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh:

Nurniawati
NIM : 102070026058

Di Bawah Bimbingan

Pf)mbimbing I

Pemb;mbing II

[セBL n

1;,

MS;,


NIP. 150289321

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERS!TAS !SLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULU\H
JAKARTA

2006

PENGES.ll,HAN PANITIA UJIAN
Sf-rips; yang borjudul GAMBARAN KECEMASAN MENIKAH PADA
PEREMPUAN DEWASA AWAL YANG MEIVlPUNYAI AYAH YANG
BERFOLlGAMI tolah ciiujikan dalam sidang munaqosyah [=akultas Psikologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakalia pad a tanggal 2'1
November 2006. Skripsi ini telah dit8rima sebagai salah Sc:tu syarat untuk
memporoleh gelar Sarjana Psikologi.

Jakarta, 21 November 2006

Sidang Munaqasyah
Sekretaris Merangkap Anggota


Anggota:
f'onguji i

Penguji II

...セNャゥ
M. Ag
DR. A
NIP. 150383344

?embir:!bing II

!::Jeneng.Tati Su iati, M.Si, Psi
\\lIP. 150289321

"'faa jI {fali..
CBen fisrmi rasa tak.,ut k.,epaaa-:Mu
yang men6uat fisrmijauli aan mai?§iat f?spaaa-:Mu,
'Kftak.,utan fi...epaaa-:Mu yang mengantarfisrn fisrmi f?s surga-:Mu,

'KfyaRjnan yang mem6uat musi6ali aunia terasa muaali 6agi fisrmi,
CBen fisrmi f?snifi...matan dengan teunga, mata ,fan f?sk.,uatan fisrmi sefama fisrmi liid'up,
Jacfifisrn peU'aris aari i(afangan figmi,
Jadifisrn 6afas aenaam fisrmi atas orang yang tefafi menazliolimi f(wni,
'Ioumg fisrmi aafam mengfiacfapi siapa saja yang memusulii fisrmi,
Jangan jadifisrn musi6ali fisrmi di agama fisrmi,
Jangan jadifisrn aunia se6agai puncak.,o6sesi fisrmi aan tujuan i{mu .fi.gmi.
Sertajangan 6uat orang yang tUfak.,menyayangi fisrmi itu 6erk.,uasa atas fisrmi. "
(JfIJ( jI t-Tirmicfzi)

ABSTRAK
(A)
(B)
(C)
(D)

Fakultas Psikologi
November 2006
Nurniawati
Gambaran Kecemasan Menikah pada Perempuan Dewasa Awal yang

Mempunyai Ayah yang Berpoligami
(E) xii + 119
(F) Di antara tugas perkembangan pada masa dewasa awal yaitu memilih
pendamping hidup dan membina rumah tangga. Melalui proses
perkawinan Allah SWT hendak memberikan ketenangan dan
ketentraman kepada pasangan yang membina rumah tanggga. Namun
dalam kehidupan berumah tangga, seseorang terkadang dihadapkan
oleh banyaknya pilihan-pilihan untuk mengatasi problem yang ada dalam
dirinya, tak jarang dari pihak suami mengatasinya dengan suatu
perkawinan lebih dari satu (poligami). Sementara itu, fenomena yang
ada, poligami menyebabkan banyak dampak buruk terutama bagi anak.
Dampak itu diantaranya kurang kasih sayang, terabaikan, konflik
loyalitas, dsb. Dan dampak yang diterima anak-anak tergantung pada
pada tingkat usia dan cara orangtua menangani anaknya (Spring, dalam
Patmonodewo, 2001). Sehingga menyebabkan anak rnenjadi trauma
akan pernikahan. Penelitian ini diharapkan akan mengungkap gambaran
kecemasan tentang pernikahan yang dialami oleh seseorang yang
berada pada fase dewasa awal yang memiliki ayah yang berpoligami.
Penelitian ini mengunakan pendekatan kualitatif dengan metode
wawancara dan observasi sebagai penunjang. Jumlah subyek sebanyak

3 (tiga) orang yang semuanya adalah perempuan yang berada pada fase
dewasa awal (21-31 tahun) dengan karakteristik subyek belum menikah
dan yang memHiki ayah yang berpoligami. Hasil penelitian in!
menggambarkan kecemasan menikah yang berlebihan pada subyek
yang ayahnya berpoligami pada saat ia remaja dan menelantarkannya,
di mana masa tersebut ia te!ah dapat menghayati perkawinan
orangtuanya.
(G) Daftar Pustaka 25 (1990 - 2006)

KATAPENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang dengan izin dan rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini. Salawat serta salam senantiasa tercurahkan
kepada kekasih setiap insan, Rasulullah SAW.

Oalam penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari banyak sekali kekurangan
dan kelemahan, serta mengalami kesulitan, oleh karena itu penulis ingin
sampaikan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis.
Ucapan terima kasih tersebut penulis persembahkan kepada:
1. Oekan Fakultas Psikologi, Ora. Hj. Netty Hartati, M.Si beserta
jajarannya serta seluruh staff kemahasiswaan dan akademik.

Pembimbing Akademik; Bapak Firdaus, MA. Oosen Pamong KKL
PSAA, Bapak Lutfi, M.Si. Serla para dosen yang telah mengamalkan
iimunya dengan pengorbanan tulus.
2. Ibu Ora. Zahrotun Nlhayah, [v1.Si seiaku Pudek I dan dosen
Pembimbing I, terima kasih atas waktu dan blmbingannya.
3. Ibu Neneng Tati Sumiarti, M.si, Psi selaku pembimbing II yang telah
memberikan masukan, saran serta motivasi.
4. Keiuarga tercinta (Bapak dan Mamah, kakak-kakak dan kelima adikadikku). Semoga Allah selalu melimpahkan rahmat dan l1idayah-Nya
kepada kalian semua. Serta Mas Iman yang telah banyak membantLi
selama pengerjaan skripsi ini.
5. Segenap teman KKL di PSAA periode 2006; Mimi, Ami, Nuri, Ita,
Oedeh, Jamali, Koko, Gunawan dan Bang Zai. Serta adik-adik di
PSAA. Terimakaslh telah merajut kebersamaan yang ir.dah selama
satu bulan di PSAA.

6. Seluruh teman-teman Fakultas Psikologi Angkatan 2002, khususnya
kelas 0 dan C. Serta teman-teman KomdaPsi Angkatan 1999-2005
yang telah memberikan warna dalam hidup penulis.
7. Kak Yuni, Kak Fina, Kak Budi dan kak Ki Agus terima kasih atas
konsultasi dan doanya.

8. Seluruh pihak yang telah berjasa dalam membantu penulis
menyelesaikan skripsi ini, yang tidak disebutkan satu persatu.

Harapan penulis, semoga karya sederhana ini dapat bermanfaat.

Jakarta, November 2006

Penulis

DAFTAR 151

HALAMAN JUDUL.

.

HALAMAN PERSETUJUAN...................

II

HALAMAN PENGESAHAN........................................


III

MOTTO

IV

ABSTRAK

V

KATA PENGANTAR

VI

DAFTAR lSi.........

VIII

DAFTAR TABEL..


xi

DAFTAR BAGAN

xii

BAB 1 PENDAHULUAN

1-14

1. 1. Latar Belakang Masalah...............................................

1

1. 2 . Identifikasi rvlasalah.....................................................

10

1. 3. Pembatasan dan Perumusan Masalah....................


'11

1. 3. 1. Pembatasan Masalah

11

1. 3. 2. Perumusan Masalah

'12

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

12

1. 4. 1. Tujuan Penelitian

12

1.4.2. Manfaat penelitian

12

1. 5. Sistematika Penulisan.....

BAB 2 KAJIAN TEORITIS
2.1. Kecemasan Menikah pada Perempuan Dewasa Awal.

13

15-46
15

2. 1. 1. Kecemasan

15

2. 1. '1. 1. Pengertian Kecemasan

17

2. 1. 1. 2. Komponen-komponen Kecemasan....

'17

2.1.1.3. Proses Terjadinya Kecemasan

18

2. 1. 1. 4. Faktor Penyebab Kadar Kecemasan

20

2. 1. 2. Nikah

22

2. 1.2. 1. Pengertian Nikah

22

2.1.2.2. Hukum, Rukun Akad dan Syarat Sah Nikah
........................................................... 23
2. 1. 2. 3. Manfaat Menikah
2. 1. 3. Perempuan Dewasa Awal
2. 2. Poligami.

26
28
30

2. 2. 1. Pengertian Poligami dan Asal Usul Poligami.

30

2.2.2. Sebab diperbolehkan Poligami

31

2. 2. 3. Syarat Poligami

32

2. 2. 4. Pengaruh Psikologis Bagi Keluarga yang
dipoligami.
2. 3. Kerangka Berpikir

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3. 1. Jenis Penelitian

37
42

47-59
47

3.1. 1. Pendekatan Peneiitian

47

3. 1. 2. Metode penelitian

48

3. 2. Subjek Penelitian

49

3. 2. 1. Karakteristik Subjek

49

3. 2. 2. Jumlah Subjek

49

3. 2. 3. Teknik Pemilihan Subjek

50

3. 3. Pengumpulan Data.....................

50

3. 3. 1. Metode Pengumpulan Data........................

50

3. 3. 2. Instrumen Penelitian

53

3. 4. Prosedur Penelitian

57

3. 5. Teknik Analisa Data

58

3. 6. Kode Etik Penelitian

59

BAB 4 HASIL PENELITIAN '"

60-101

4. 1. Gambaran Umum Subyek Penelitian

60

4.2. Gambaran dan Analis Kasus

61

4. 2. 1. Analis Kasus LU

62

4. 2. 2. Analis Kasus AF

71

4. 2. 3. Analis Kasus CA

83

4. 3. Analis Antar Kasus

BAB 5 PENUTUP

93

'" 102-1 07

5. 1. Kesimpulan

102

5. 2. Diskusi

103

5. 3. Saran

105

DAFTAR PUSTAKA

108-110

LAMPIRAN

111-119

Pedoman Observasi

111

Data Pribadi Subyek

112

Pernyataan Kesediaan

115

Pedoman Wawancara

116

DAFTAR TABEl

3.3.2.a.

Tabel Blue Print Kecemasan Menikah

55

3.3.2.b.

Tabel Blue Print Gambaran Ayah yang Berpoligami

56

4. 1.

Tabel Gambaran Umum Subyek

61

4.3.1.

Tabel Ayah yang Berpoligami

94

4.3.2.

Tabel Kecemasan Menikah

97

4.3.3.

Tabel FaktorTerjadinya Kecemasan Menikah

100

DAFTAR BAGAN

2. 3.

Bagan Kerangka Berfikir

46

4.2.1. Bagan Family Tree Keluarga LU

63

4.2.2. Bagan Family Tree Keluarga AF

73

4.2.3. Bagan Family Tree Keluarga CA

84

4.2.1.1. Bagan Alur Gambaran Kecemasan Menikah pada LU

71

4.2.2.1 Bagan Alur Gambaran Kecemasan Menikah pada AF

83

4.2.2.1 Bagan Alur Garnbaran Kecemasan Menikah pada CA

93

BAB 1
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang Masalah
Di antara tugas perkembangan pada masa dewasa awal yaitu memilih
pendamping hidup dan membina rumah tangga. Hal ini adalah sesuatu yang
fitrah, yang umumnya akan dijalani oleh setiap insan di muka bumi inL
Melalui proses perkawinan, Allah hendak memberikan ketenangan dan
ketentraman kepada pasangan yang membina rumah tangga.
Allah 8WT berfirman:

Artinya:
" Dan di antara kekuasaan-Nya diciptakan-Nya untukmu pasangan .
hidup dari jenismu sendiri, supaya kamu mendapat ketenangan hati, dan
dijadikan-Nya kasih sayang di antara kamu. Sesungguhnya yang
demikian menjadi tanda-tanda kekuasaan-Nya bagi orang yang berfikir. "
Q.S.Ar-Ruum (30): 21.

Dari ayat di atas dapat dipahami bahwa perkawinan menurut pengertian AIQur'an bukanlah sesuatu (yang terlihat mata) proses berkumpulnya pria
kepada wanita semata, tetapi perkawinan adalah suatu proses pembuangan
predikat individual secara psikologis dan organis dengan mempertemukan

2

secara sempurna antara suami istri agar bercampur, saling menerima dan
memberi pengaruh, berhubungan dan mengikat seluruh perasaan jiwa dan
raganya untuk menyempurnakan keutuhan antara mereka berdua.

Dengan proses yang demikian itu, maka kembalilah kemanusiaan yang telah
terbelah dua menjadi kesatuan yang berkumpul dalam pribadi mereka. Di
samping itu, lewat proses tersebut dimaksudkan pula agar keduanya menjadi
dasar kelangsungan hidup dan pengembangbiakkan jenis manusia (Hurlock,

1999).

Dalarn perkawinan, suami dan istri harus sejalan dan seirama. Apabila
perkawinan tersebut sudah dikaruniai anak, maka kewajiban kedua insan
tersebut bertambah, yakni mengasuh, mendidik, dan memelihara anaknya,
baik yang berhubungan dengan lahirnya atau batinnya dan kecerdasannya
(Munir, 2005).

Dalam kehidupan berumah tangga, seseorang terkadang dihadapkan oleh
banyaknya pilihan-pilihan untuk mengatasi problem yang ada di dalam
dirinya, maka tak jarang pula dari pihak suami mengatasinya dengan suatu
perkawinan dengan istri lebih dari satu (poligami).

3

Dalam Majalah Sabili nO.8 (2000), dijelaskan bahwa, sejarah mencatat
dengan sahih, bahwa poligami yang dilakukan oleh Rasulullah SAW sangat
melekat kepada prinsip-prinsip akhlak yang mulia. Beliau tidak menjadikan
poligami sebagai suatu kebajikan yang dituntut dari setiap muslim, dan tidak
pula memandangnya sebagai perbuatan mubah yang boleh dilakukan asalasalan. Beliau memandangnya sebagai pemecahan terbaik yang perlu
ditempuh untuk mengatasi kesukaran yang dihadapi oleh masyarakat dalam
situasi tertentu.

Namun, poligami masa kini sepertinya telah memiliki citra yang buruk karena
cenderung tidak mendahulukan kesadaran imaniah yang Islami, akibatnya
pelecehan anak dan istri serta ketidakadilan perimbangan hak dan kewajiban
menjadi warnanya yang mencolok, yang membuat citra poiigami menjadi
buruk. Faktor kedua, kesadaran akan hak asasi, kesadaran akan kesetaraan
makhluk Iliahi, tanpa membedakan jenis kelamin, mempertajam sorotan
masyarakat terhadap praktek poligami. Poligami selalu menyebabkan
perhatian seorang ayah terhadap anak-anaknya menjadi terbelah. Setelah
menikah lagi, seorang biasanya akan memfokuskan perhatian dan kasih
sayangnya pada istri baru, dan akan menyebalkan istri lama dan anakanaknya (Yah Komariah, 2004).

4

Fakta di seputar poligami menunjukkan banyaknya penderitaan yang timbul
akibat poligami. Penderitaan tersebut dialami baik terhadap istri pertama juga
istri yang lainnya serta anak-anak mereka. Dari 58 kasus poligami yang
didampingi LBH-APIK selama kurun 2001 sampai Juli 2003 memperlihatkan
bentuk-bentuk kekerasan terhadap istri-istri dan anak-anak mereka, mulai
dari tekanan psikis, penganiayaan fisik, penelantaran istri dan anak-anak,
ancaman dan teror serta pengabaian hak seksual istri. Sementara banyak
poligami dilakukan tanpa alasan yang jelas (35 kasus). Sedangkan dari
pemberitaan yang ada, poligami mendorong tingginya tingkat perceraian
yang diajukan istri (LBH APIK, 2004).

Dari peneiitian yang pernah diiakukan, sebenarnya bisa dibuktikan bahwa
poligami lebih banyak mudaratnya dibandingkan manfaatnya. Dua ulama
besar menyatakan hal serupa. Yang pertama adalah Muhammad Abduh,
pembaharu dari Mesir, sehingga ia menyatakan larangan terhadap praktik
poligami. Yang kedua adalah Buya Hamka, dari Indonesia. Ayah Buya
Hamka, H Karim Amarullah, adalah seorang ulama besar yang menjalani
poligami dengan alasan kultural. Pada zamannya, Karim Amarullah adalah
seorang guru yang harus mengajar dari satu surau ke surau lain. Dalam
tradisi masyarakat saat itu, laki- laki tidak berumah, kecuali ia beristri. Maka,
poligami yang dilakukan saat itu diterima secara kultural. Namun, Buya

5

Hamka menolak praktik poligami karena ia menyaksikan dan merasakan
penderitaan ibunya (Kompas, 2004).

Mari bertanya dalam hati apakah motivasi pernikahan kedua dan
berikutnya sama dengan motivasi Rosulullah SAW ketika menikahi istriistrinya ? dan apakah proses menuju pernikahan kedua dan berikutnya
itu sama dengan Rosulullah SAW ketika melaksanakannya ?

Ummu Naila (1997) mengutarakan bahwa, Rosul menikah dengan istri
berikutnya, begitu terbuka sejak awal, istri sebelumnya mengetahui apa yang
dilaksanakan Rosulullah dan mengerti mengapa tindakan itu beliau lakukan.
Nah apakah hal seperti ini terjadi pada kebanyakan suami-suami yang
berpoligami ? Ternyata tidak. Mengapa? Proses awal pernikahan mereka
tidaklah seperti sunnah, berawal dari mata yang nakai, berlanjut pada
perternuan··pertemuan rahasia, lagu selingkuh "sepanjang jalan kenangan"
mengalun dalam hati mereka, berlanjut pada membuat keterangan palsu,
bertabur dusta dan ketika segalanya terbuka, ketika istri pertama terperangah
bertumbuk dengan kenyataan baru itu, apa yang dikatakan sang suami :
"Itulah takdir, mau apalagi kalau sudah begini maunya Tuhan

..

Sejalan dengan hal di atas, menurut L.Melani (2006), poligami menimbulkan
ketidakharmonisan. Contoh jelas yang baru-baru ini terjadi. Halimah vs

6

Mayangsari, istri dari keturunan mantan orang nomor satu itu, setelah
delapan tahun berpoligami, akhirnya pihak istri pertama tidak tahan juga.
Betul-betul pertunjukkan perusakan, penganiayaan, berdarah-darah,
pemukulan, antara anak terhadap bapak sendiri. Nilai-nHai kebaikan suatu
hidup berkeluarga tidak ada sama sekali. Poligami itu juga seperti
menyimpan bom waktu, yang suatu saat bisa meledak, membunuh, melukai
kejiwaan anak-anak. Menyebabkan juga anak-anak menjadi durhaka, berani,
menenlang oranglua. Seperti Panji yang memukul bapaknya. Menjadi anak
yang penuh rasa tertekan, stress. Kalau stress biasanya larinya ngedrug.

Sejalan dengan contch kasus di alas, Munir Saputra (2005) menjelasl(an
bahwa, dampak psikologis pada anak akibat poiigami membawa pengaruh
pada mental dan kejiwaan. Anak akan menjadi rendah diri, pendiam, dan
tidak dapat bergaul dengan teman-temannya.

Hal senada juga diungkap oleh Muhamad Abduh (dalam Ayang Utriza,
2004), beliau menguraikan bahwa, dampak psikologis anak-anak dari hasH
pernikahan poligami yaitu mereka tumbuh dalam kebencian dan
pertengkaran, sebab ibu mereka bertengkar, baik dengan suami atau dengan
istri yang lain.

7

Poligami merupakan persoalan yang sangat pelik dan berat. Bahaya yang
timbul akibat poligami pada masa sekarang, dapat dipastikan bahwa yang di
dalamnya beberapa orang istri satu sama lain akan bermusuhan, demikian
pula antara anak dan ayah, atau suami dan istri. Bahaya yang ditimbulkan
oleh poligami itu akan meluas dari lingkungan individu ke lingkungan
keluarga, dan dari keluarga merebak ke masyarakat, dan pada gilirannya
nanti akan merembet kepada kehidupan bangsa atau negara (Munir Saputra,
2005).

Permasalahannya lebih banyak. Istri dari perkawinan pertama kehilangan
banyak hal seperti kehilangan identitas, kehilangan harga diri, kehilangan
posis! dan status istri tunggal. la seorang yang merasa kecewa, merasa
dibohongi, sakit hati, sensitif, mudah marah, ada kecenderungan curiga,
kepribadian bisa terganggu. Suami yang tidak setia perlu mengadakan
penyesuaian terhadap banyak hal, seperti keuangan, harta, benda, waktu,
kasih sayang, bila pesta siapa yang akan dibawa. Pertengkaranpertengkaran, ketidaksepahaman akan meningkat (Patmonodewo, 2001).

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, yang menjadi pertanyaan, apakah
fungsi keluarga dapat dijalankan dengan baik oleh istri yang kepribadiannya
kurang seimbang, dan suami yang mempunyai istri lebih dari satu. Bila fungsi

9

Sementara itu, Yasmidar Angreni (2006) menyatakan bahwa kecemasan dan
pola pikir negatif tentang pernikahan bisa menyebabkan kegagalan di masa
mendatang. Kekuatan pikiran dapat rnempengaruhi kehidupan.

Sebenarnya kecemasan untuk menikah bukan hanya ada pada calon istri tapi
juga calon suami. Cemas dan khawatir tidak dapat membahagiakan istrinya,
tidak dapat memberikan yang terbaik, tidak dapat mewujudkan keinginan dan
harapan istri dsb, banyak juga yang khawatir pada cerita-cerita 'menakutkan'
tentang kegagaian rumah tangga, mengenai ketidakharmonisan keluarga dan
banyak lagi kekhawatirannya (Devita, 2005).

Dalam wacana di atas, penulis menguraikan terlebih dahulu, apa sebenarnya
poligami, kemudian menjabarkannya pada suatu fenomena atau realitas yang
terjadi di lapangan, yang ternyata tidak sedikit dampak yang akan diterima
oleh keluarga terutama anak-anak mereka. Sehingga dengan perkawinan
yang seperti itu, diduga anak yang ayahnya berpoligami, akan
mengakibatkan terjadinya citra negatif terhadap kehidupan perkawinan serta
menyebabkan anak menjadi trauma atau mengalami kecemasan akan masa
depannya.

10

Maka menurut penulis, fenomena ini menjadi hal penting untuk diteliti apakah
benar poligami yang dilakukan ayah, berdampak pada kecemasan menikah
anak pada fase dewasa awal? Berdasarkan hal tersebut, selanjutnya penulis
mengkajinya dalam sebuah penelitian yang berjudul "GAMBARAN
KECEMASAN MENIKAH PADA PEREMPUAN DEWASA AWAL YANG
MEMPUNYAI AYAH YANG BERPOLIGAMI".

1. 2 . Identifikasi Masalah
Dalam mengidentifikasi masalah, penulis mengemukakan beberapa masalah
yang rnungkin timbul dalam penelitian ini, yakni sebagai berikut:
1.

Apakah yang dimaksud dengan poiigami?

2.

Apa dan bagaimana dampak pernikahan poligami terhadap keluarga
terutama anak-anak?

3.

Sejauh mana pengaruh pernikahan poligarni orangtua dengan tingkat
kecemasan anak pada dewasa awal menjelang pernikahannya nanti?

4.

Apakah ada penundaan menikah pada anak dari pernikahan orangtua
yang berpoligami?

5.

Bagaimanakah darnpak poligami terhadap daya tahan anak dalam
menghadapi konflik?

11

1. 3. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. 3. 1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini lebih terarah, maka penelitian ini akan diberi batasan
sebagai berikut:
1.

Poligami adalah seorang suami yang memiliki istri lebih dari satu.

2.

Kecemasan adalah perasaan campuran berisikan ketakutan dan
keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus
untuk ketakutan tersebut. Kecemasan yang di tekankan di sini adalah
tentang kehidupan berumah tangga.

3.

Nikah adalah ikatan sud perkawinan antara laki-Iaki dan perempuan.

4.

Dewasa awal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah seorang
perempuan yang telah berusia 21-31 tahun. Hal ini dimaksudkan agar
penelitian ini lebih spesifik mengungkap gambaran kecemasan menikah
yang dialami oleh perempuan karena perempuan adalah yang
dipoligami.

5.

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di sekitar wilayah Jakarta dan
sekitarnya yaitu Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang dan Bekasi. Hal ini
dimaksudkan agar mudah dalam hal koordinasi dengan subyek
penelitian.

12

1.3.2. Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah; "Bagaimanakah gambaran
kecemasan menikah pada seseorang yang berada pada fase dewasa awal,
yang mempunyai ayah berpoligami?"

1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Dalam setiap penelitian memiliki tujuan serta manfaat yang dapat diambil dari
hasil penelitian tersebut.

1" 4. 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan yang ada di daiam
perumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu untuk memperoleh
pengetahuan, pemahaman, dan gambaran dari hal-hal yang berkaitan
dengan dampak poligami terhadap keluarga terutama anak dan
pengaruhnya terhadap kecemasan menikah pada anak yang ayahnya
berpoligami.

1. 4. 2. Manfaat penelitian
Manfaat yang akan dihasilkan pada penelitian ini adalah :
1.

Secara teoritik, penelitian ini mempunyai manfaat sebagai
pengembangan ilmu pengetahuan dalam penelitian bidang psikologi,
terutama psikologi perkernbangan dan psikologi klinis.

14

BAB 3 Metodologi Penelitian meliputi;
Membahas jenis penelitian, pendekatan penelitian, metode penelitian,
kriteria subyek, jumlah serta teknik pemilihan subyek. Pengumpulan
data meliputi; metode dan instrumen. Kemudian prosedur penelitian,
serta kode etik penelitian.
BAB 4 Hasil Penelitian, meliputi;
Gambaran umum subyek penelitian, analisis kasus; kasus LU, AF,
dan CA, serta analisis antar kasus.
BAB 5 Penutup, terdiri dari;
Kesimpulan yang telah dilakukan dalam penelitian ini. Daiam bab ini
juga terdapat hasil diskusi serta saran.

BAB2
KAJIAN TEORITIS

2.1. Kecemasan Menikah pada Perempuan Dewasa Awal
2. 1. 1. Kecemasan
2. 1. 1. 1. Pengertian Kecemasan
Dalam kamus Chaplin (1999) dijelaskan bahwa anxietyatau kecemasan
adalah perasaan campuran yang berisi ketakutan, kegelisahan, dan
keprihatinan mengenai masa-masa mendatang tanpa sebab khusus untuk
ketakutan tersebut, at3u rasa takut atau kekhawatiran kronis pada tingkat
ringan, ataupun kekhawatiran atau ketakutan yang kuat dan meluap-Iuap.

Atkinson (1996) berpendapat bahwa, kecemasan adalah emosi yang tidak
menyenangkan, yang ditandai dengan istilah-istilah seperti kekhawatiran,
keprihatinan, dan rasa takut, yang kadang-kadang kita alami dalam tingkat
yang berbeda-beda. Oleh karena itu, segala bentuk situasi yang mengancam
kesejahteraan organisme seperti ancaman fisik, ancaman harga diri, dan
tekanan untuk melakukan sesuatu di luar kemampuan dapat menimbulkan
kecemasan.

16

Davidoff (1991) mengungkapkan kecemasan sebagai emosi yang ditandai
oleh perasaan bahaya yang diantisipasikan, termasuk ketegangan dan stress
yang menghadang dan oleh bangkitnya saraf simpatetik.

Kecemasan menurut Zakiah Daradjat (1990) adalah manifestasi dari
berbagai proses emosi yang bercampur baur, yang terjadi ketika orang
sedang mengalami tekanan perasaan (frustrasi) dan pertentangan batin
(konflik).

Kecemasan menurut Spielberger (dalam Rizki, 2005) dibedakan menjadi dua,
yaitu kecemasan sesaat (State-A) dan kecemasan sebagai sifat (Trait-A).
Kecemasan sesaat adalah suatu keadaan emosi mendadak yang ditandai
perasaan takut dan tegang, diikuti meningkatnya aktivitas fisiologik.
Sedangkan kecemasan bawaan adalah predisposisi seseorang untuk
menerima suatu keadaan Iingkungan sebagai ancaman dan memberi
tanggapan pada situasi itu dengan meningkatnya kecemasaan sesaat.

Rumusan-rumusan di atas mengandung pengertian bahwa kecemasan
merupakan suatu perasaan atau emosi yang menyebabkan seseorang takut
menghadapi masa depan tanpa alasan yang jelas yang diikuti oleh
perubahan fisiologis atau fisiko Kecemasan terjadi pada seseorang yang

17

sedang mengalami tekanan dan pertentangan batin atau tidak sesuainya
keinginan dengan realita. Kecemasan dapat dibedakan menjadi kecemasan
sebagai sifat dan kecemasan sebagai keadaan sesaat.

2. 1. 1. 2. Komponen-komponen Kecemasan
Kecemasan menurut David Sue (1986) dapat dimanifestasikan ke dalam
empat komponen, yaitu:
1.

Secara kognitif (pikiran): dapat bervariasi, dari rasa khawatir yang ringan
sampai anik. Individu terus mengkhawatirkan segala macam masalah
yang mungkin terjadi dan sulit sekaii untllk berkonsentrasi atau
mengambil keputusan, akan menimbulkan kekhawatiran lebih lanjut, dan
ia juga akal1 mel1galarni kesulitan tidur (insomnia).

2.

Secara Afe"iif (perasaan); individu tidak dapat tenang dan mudah
tersinggllng, sehingga memungkinkannya untuk terkena depresi.

3.

Secara Motorik (gerak tubuh); seperti gemetar sampai dengan
goncangan tubuh yang berat. Individu seringkali gugup dan mengalami
kesukaran dalam berbicara.

4.

Secara Somatik (dalam reaksi fisik atau biologis); dapat berupa
gangguan pada anggota tubuh seperti; jantung berdebar, berkeringat,
tekanan darah meninggi, dan gangguan pencernaan, serta kelelahan
badan seperti pingsan.

18

2.1.1.3. Proses Terjadinya Kecemasan
Spielberger (1972) menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen proses
terjadinya kecemasan, yaitu:

1.

Evaluated Situation; adanya situasi yang mengancam secara kognitif
sehingga ancaman ini menimbulkan kecemasan.

2.

Perception of Situation; situasi yang mengancam diberi penilaian oleh
individu. Penilaian ini dipengaruhi oleh sikap, kemampuan dan
pengalaman masa lalu individu.

3.

Anxiety State Nachon; individu menanggap bahwa situasi berbahaya.
maka reaksi kecemasan akan muncul.

4.

Cognitif Reappraisal Follows; individu menggunakan pertahanan diri
atau dengan meningkatkan kognisi atau motoriknya.

5.

Coping; individu menemukan jalan keluar dengan menggunakan
pertahanan diri.

Sementara itu, Freud (dalam Nur Firdausi, 2005) menjelaskan terjadinya
kecemasan, merupakan hasil dari reaksi terhadap realita-realita. Faktor-faktor
yang menimbulkan kecemasan yaitu:
1.

Ancaman, yaitu kesadaran akan adanya ancaman terhadap dirinya baik
secara fisik, rnaupun psikis.

19

2.

Konflik kemauan, yaitu antara kemauan melakukan (approach) dengan
kemauan menghindar (avoidance). Approach, memberikan kepuasaan
yang diharapkan, sedangkan avoidance menghasilkan hal-hal yang tidak
menyenangkan.
Terdapat tiga macam konflik kemauan, yaitu:
a. Konflik akibat Approach -Approach, konflik ini timbul karena adanya
kemauan yang sama-sama menyenangkan, tetapi tidak mungkin
dilakukan sekaligus, sehingga menimbulkan kecemasan.
b. Konflik akibat Approach-Avoidance, kemauan dan ketidakmauan
yang sama kuatnya alasan masing-masing.
c. Konflik akibat Avoidance-Avoidance, konflik yang ditimbulkan oleh
karena dua alternatif yang hasil akhirnya sama-sama tidak diinginkan.

3.

Ketakutan, yaitu ketakutan pada sesuatu yang menyebabkan timbulnya
kecemasan. Misalnya takut gagal menimbulkan kecemasan diwaktu
berjumpa dengan orang baru. Bahkan ketakutan tanpa alasanpun dapat
menimbulkan kecemasan yang makin lama makin serius.

4.

Kebutuhan yang tidak terpenuhi. Sekitar banyaknya kebutuhan hidup
yang paling mendasar disebut oleh berbagai ahli, seperti kebutuhan
akan kenikmatan (Freud), kebutuhan akan kekuasaan (Alfred Adler),
kebutuhan akan arti kehidupan (Victor Frankl), kebutuhan akan

20

mengasihi, dikasihi dan merasa diri berharga, maka jika hal tersebut
tidak tercukupi maka akan timbul kecemasan.
5.

Keunikan kepribadian, setiap orang memiliki kepribadian buruk dalam
bersikap terhadap realita maupun bukan realita. Ada orang yang tidak
tahan menghadapi persoalan kecillalu timbul kecemasan, tetapi ada tipe
orang yang menghadapi tekanan dan konflik hidup yang berat tanpa
menimbulkan kecemasan apapun.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa proses terjadinya kecemasan
merupakan akumulasi dari reaksi yang ditimbulkan oleh pikiran. kesadaran,
persepsi dan kepribadian tel1tang adanya anC'.aman, konflik kemauan dan
kebutuhan, ketakutan serta ketahanan terhadap konflik.

2. 1. 1. 4. Faktor Penyebab Kadar kecemasan:
Menurut Yakub Susabda (1999), ada beberapa unsur pembentukkan
kepribadian yang seringkali menyebabkan besar kecilnya daya tahan
terhadap konflik yaitu:
Unsur psikologis, setiap orang belajar bagaimana ia bereaksi terhadap
kesuksesan dan kegagalan. Pengalaman menentukan Kadar
kecemasan.

21

Unsur keturunan, beberapa sikap ditentukan oleh unsur genetika atau
keturunan. Ada kalanya seseorang lebih sensitif dikarenakan orang
hanya bertempramen Sanguin- Melankolis.
Unsur sosiologis, keadaan sosial potensial untuk membentuk kadar
kecemasan. Misalnya: kondisi sosial politik di Indonesia yang tidak
menentu seperti sekarang ini suatu hari kelak akan membentuk manusia
Indonesia yang mudah cemas.
Unsur fisiologis, kondisi kesehatan tubuh menentukan kadar
kecemasan. Seseorang yang kurang sehat atau sakit-sakitan akan
rentan terhadap perasaan cemas yang berkepanjangan. Demikian pula
sebaiiknya seseorang yang kerap kali cemas akan terganggu
kesehatannya.
Unsur teologis, kadar iman seseorang menentukan kadar
kecemasannya, semakin tinggi imannya, semakin rendah
kecemasannya.

Demikianlah dapat disimpulkan, bahwa kadar kecemasan seseorang
disebabkan oleh beberapa unsur, seperti unsur psikologis, keturunan,
sosiologis, fisiologis dan teologis.

22

2. 1. 2. Nikah
2. 1. 2. 1. Pengertian Nikah
Menurut bahasa, nikah berarti penyatuan. Diartikan juga sebagai akad atau
hubungan badan. Selain itu, ada juga yang mengartikannya dengan
percampuran. AI-Fara' mengatakan: "An-Nukh" adalah sebutan untuk
kemaluan. Disebut sebagai akad, karena ia merupakan penyebab terjadinya
kesepakatan itu sendiri. Sedangkan AI-Azhari mengatakan: akar kata nikah
dalam ungkapan bahasa Arab berarti hubungan badan. Dikatakan pula,
bahwa berpasangan itu juga merupakan salah satu dari makna nikah, karena
ia menjadi penyebab hubungan badan (Muhammad 'Uwaidah, 1998).

Adapun pengertian nikah secara syari'at menurut Syaikh Kamil Muhammad
'Uwaidah (1998) yaitu nikah berarti akad. Sedangkan pengertian hubungan
badan itu hanya merupakan metafora saja. Dengan pemahaman lain, bahwa
dengan akad tersebut, maka menjadi boleh pada apa yang telah dilarang
(berhubungan badan). Karena pada kenyataannya nikah itu tidak sekedar
akad, akan tetapi lebih dari itu, setelah pelaksanaan akad, pengantin harus
merasakan nikmatnya akad tersebut.

Menurut undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 tahun 1974, Pasal1
menyebutkan definisi pernikahan atau perkawinan, yaitu:

23

"Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan
seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa."

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, nikah adalah ikatan
tali suci antara sepasang insan serta sudah terpenuhi syarat sah dan
rukunnya. Dimana keduanya mengadakan akad atau kesepakatan untuk
hidup berumahtangga dengan saling menjalankan hak dan kewajibannya
sebagai sepasang suami istri.

2. 1. 2. 2. Hukum, Rukun akad d