Insiden persalinan preterm Persalinan Preterm

2.1.2 Insiden persalinan preterm

Angka kejadian persalinan preterm berbeda pada setiap Negara. Di negara berkembang angka kejadiannya masih jauh lebih tinggi dibandingkan negara maju. Di Eropa,angkanya berkisar 5-11, USA 11,9, Australia sekitar 7. Di India sekitar 30, Afrika Selatan sekitar 15, Malaysia 10, di Indonesia sendiri angka kejadian persalinan preterm nasional belum ada, namun angka kejadian BBLR dapat mencerminkan angka kejadian persalinan preterm secara kasar. Angka kejadian BBLR nasional rumah sakit adalah 27,9 Widjayanegara, 2009. Sedangkan angka kejadian persalinan preterm di beberapa Rumah Sakit pemerintah pada tahun-tahun terakhir menunjukkan persentasi yang bervariasi. Di RSU Dr. Wahidin Sudirohusodo Makasar periode 1 Juli 2000 sampai 31 Juli 2003 dari 1171 persalinan didapatkan sebanyak 86 kasus persalinan preterm 7,3 Suhartini, 2004. Di RSU Dr. Saiful Anwar Malang pada tahun 2001 tercatat insiden persalinan preterm sebesar 6,7 Santoso, 2002. Dan berdasarkan data persalinan yang tercatat di bagian SMF Obstetri Ginekologi RSU Sanglah Denpasar terdapat sebanyak 852 kasus persalinan preterm 9,12 terhitung sejak tahun 2008 hingga bulan Oktober tahun 2011. ✞ ✟✠ ✟✡ ❑ ☛☞✌ ✍✎✍✏ ☞ ✌ ✍ Persalinan Preterm Menurut kejadiannya, persalinan preterm digolongkan menjadi : Widjayanegara, 2009 ; Moutquin, 2003 1. IdiopatikSpontan Sekitar 50 penyebab persalinan preterm tidak diketahui, oleh karena itu digolongkan pada kelompok idiopatik atau persalinan preterm spontan. Termasuk kedalam golongan ini antara lain persalinan preterm akibat persalinan kembar, poli hidramnion atau persalinan preterm yang didasari oleh faktor psikososial dan gaya hidup. Sekitar 12,5 persalinan preterm spontan didahului oleh ketuban pecah dini KPD, yang sebagian besar disebabkan karena faktor infeksi korioamnionitis. Saat ini penggolongan idiopatik dianggap berlebihan, karena ternyata setelah diketahui banyak faktor yang terlibat dalam persalinan preterm, maka sebagian besar penyebab persalinan preterm dapat digolongkan kedalamnya. Apabila faktor-faktor penyebab lain tidak ada sehingga penyebab persalinan preterm tidak dapat diterangkan, maka penyebab persalinan preterm ini disebut idiopatik. 2. IatrogenikElektif Perkembangan teknologi kedokteran dan perkembangan etika kedokteran menempatkan janin sebagai individu yang mempunyai hak atas kehidupannya Fetus as a Patient. Maka apabila kelanjutan kehamilan diduga dapat membahayakan janin, janin akan dipindahkan kedalam lingkungan luar yang dianggap lebih baik dari rahim ibunya sebagai tempat kelangsungan hidupnya. Kondisi tersebut menyebabkan persalinan preterm buataniatrogenik yang disebut juga sebagai elective preterm. Sekitar 25 persalinan preterm termasuk kedalam golongan ini. a. Keadaan ibu yang sering menyebabkan persalinan preterm adalah : - Preeklamsi berat dan eklamsi, - Perdarahan antepartum plasenta previa dan solution plasenta, - Korioamnionitis, - Penyakit jantung yang berat atau penyakit paru atau ginjal yang berat. b. Keadaan janin yang dapat menyebabkan persalinan preterm adalah : - Gawat janin, - Infeksi intrauterin, - Pertumbuhan janin terhambat IUGR, - Isoimunisasi Rhesus. Menurut usia kehamilannya, maka persalinan preterm digolongkan menjadi : Widjayanegara, 2009 ; Moutquin, 2003 1. Persalinan preterm preterm, yaitu usia kehamilan 32-36 minggu. 2. Persalinan sangat preterm very preterm, yaitu usia kehamilan 28-32 minggu. 3. Persalinan ekstrim preterm extremely preterm, yaitu usia kehamilan 20-27 minggu. 2.1.4 ❋ ✑✒✓✔ ✕ ❘✖✗ ✖ ✒✔ Persalinan Preterm Sangat disayangkan jika hingga kini, sulit untuk menentukan secara dini dan akurat seorang wanita hamil akan mengalami persalinan preterm. Bahkan sistim skoring yang meliputi : jumlah kehamilan, status sosial ekonomi, umur wanita saat hamil dan riwayat persalinan pretermabortus, pernah dikembangkan untuk menentukan wanita-wanita mana saja yang perlu mendapat pemantauan lebih intensif. Tapi kenyataanya sistem ini belum dapat menurunkan insiden persalinan preterm Arias, 1993. Meskipun demikian ada beberapa faktor risiko yang diketahui meningkatkan persalinan preterm yang dibagi dalam dua kriteria Hole, 2001, yaitu: 1. Kriteria Mayor : a. Kehamilan ganda b. Hidramnion c. Anomali uterus d. Pembukaan serviks ≥ 2 cm pada usia kehamilan 32 minggu e. Panjang serviks 2,5 cm pada usia kehamilan 32 minggu dengan TVS f. Riwayat abortus pada trimester II 1x g. Riwayat persalinan preterm sebelumnya h. Operasi abdominal pada kehamilan preterm i. Riwayat konisasi j. Iritabilitas uterus k. Penggunaan cocaine atau amfetamin 2. Kriteria Minor : a. Penyakit-penyakit yang disertai demam b. Riwayat perdarahan pervaginam setelah usia kehamilan 12 minggu c. Riwayat pielonefritis d. Merokok lebih dari 10 batang per hari e. Riwayat abortus pada trimester II f. Riwayat abortus pada trimester I lebih dari 2x Wanita hamil tergolong mempunyai risiko tinggi untuk terjadi persalinan preterm jika dijumpai satu atau lebih faktor risiko mayor atau dua atau lebih faktor risiko minor, atau ditemukan kedua faktor risiko mayor dan minor. 2.1.5 ✘ ✙✚ ✛✙✜ Persalinan Preterm Persalinan preterm merupakan masalah serius di bidang obstetri. 70 kasus kematian perinatalneonatal disebabkan oleh persalinan preterm Hole dan Tressler, 2001. Di Amerika Serikat 54 kematian bayi preterm terjadi pada umur kehamilan kurang dari 32 minggu. Berbagai usaha telah dilakukan dalam mempertahankan kelangsungan hidup bayi lahir prematur, terutama difokuskan bagi bayi yang lahir setelah 28 minggu, dimana angka kelangsungan hidup akan meningkat hingga 95 pada umur kehamilan 28 minggu perempuan dan 30 minggu laki-laki atau berat badan lahir diatas 1000 g Cunningham dkk, 2010. Bayi yang lahir preterm sering mendapat risiko yang berkaitan dengan imaturitas sistem organnnya. Komplikasi yang sering timbul pada bayi yang lahir sangat preterm adalah sindroma gawat nafas atau respiratory distress syndromeRDS, perdarahan otak atau intraventricular hemorrhage IVH, bronchopulmonary dysplasia BPD, patent ductus arteriosus PDA, necrotizing enterocolitis NEC, sepsis, apnea, dan retinopathy of prematurity ROP Iam,2002. Untuk jangka panjang, bayi yang lahir preterm mempunyai risiko retardasi mental berat, cerebral palsy, kejang-kejang, kebutaan, dan tuli. Di samping itu juga sering dijumpai gangguan proses belajar, gangguan adaptasi terhadap lingkungannya, dan gangguan motoris Iam, 2003. Morbiditas dan mortalitas tersebut berhubungan erat dengan umur kehamilan dan berat badan lahir. Makin besar umur kehamilannya dan berat bayinya, makin menurun angka morbiditas dan mortalitasnya. Karena adanya morbiditas jangka pendek dan jangka panjang tersebut di atas, maka akan dapat menyebabkan rendahnya kualitas sumber daya manusia di masa yang akan datang. Selain itu perawatan bayi preterm juga membutuhkan tehnologi kedokrteran yang canggih dan mahal. Mengingat penyulit - penyulit yang bisa terjadi, tingginya biaya perawatan intensif bayi baru lahir dan pengelolaan penyulit jangka panjang pada bayi yang lahir preterm tersebut, tindakan pencegahan sebelum persalinan terjadi, akan memberikan hasil yang lebih bermanfaat dan lebih menghemat biaya dibanding dengan apabila telah terjadi persalinan Iam, 2003.

2.1.6 Mekanisme