Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Hubungan Profesionalisme Guru Dengan Motivasi Berprestasi Siswa Bidang Studi Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012).

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Guru merupakan komponen yang menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruan, yang harus mendapat perhatian utama. Figur yang senantiasa menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas Mulyasa, 2012: 5 . Guru dalam proses pembelajaran pada suatu lembaga pendidikan berfungsi sebagai mediator dalam penyampaian materi-materi yang diajarkan kepada peserta didik, untuk kemudian ditindak lanjuti oleh peserta didik dalam kehidupan, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Seorang guru yang profesional, hendaknya memiliki dua kategori, yaitu capability dan loyality, artinya guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik, dari mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal kepada tugas-tugas keguruan yang tidak semata-mata di dalam kelas, tapi sebelum dan sesudah di kelas Dede, 2004: 112 . 1 Profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional. Sedangkan orang yang profesional adalah orang yang memiliki profesi Tafsir, 2005: 107 . Bekerja secara profesional berarti bekerja secara baik dan dengan penuh pengabdian pada satu pekerjaan tertentu yang telah menjadi pilihannya. Guru yang profesional akan bekerja dalam bidang kependidikan secara optimal dan penuh dedikasi guna membina anak didiknya menjadi tenaga-tenaga terdidik yang ahli dalam bidang yang menjadi spesialisasinya. Hal ini dengan sendirinya menuntut adanya kemampuan atau keterampilan kerja tertentu. Dari sisi ini, maka keterampilan kerja merupakan salah satu syarat dari suatu profesi. Pekerjaan guru merupakan profesi atau jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang kependidikan. Menurut Usman 2006: 7, tugas profesi guru meliputi: mendidik, mengajar dan melatih. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru yang dimaksud meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen. Krisis profesionlisme guru dalam dunia pendidikan merupakan problematika tersendiri bagi dunia pendidikan dalam menciptakan mutu yang baik yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran guru akan jabatan dan tugas yang diembannya serta tanggung jawab keguruannya. Guru hanya menganggap mengajar sebagai kegiatan untuk mencari nafkah semata atau hanya untuk memperoleh salary dan sandang pangan demi survival fisik jangka pendek, agaknya akan berbeda dengan cara seseorang yang memandang tugas atau pekerjaannya sebagai calling profession dan amanah yang hendak dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan Muhaimin, 2002: 118 . Di dalam al- Qur’an, Allah SWT. memerintahkan kepada umat islam untuk memberikan amanah kepada ahlinya, dalam hal ini amanah sebagai pengajar haruslah diberikan kepada mereka yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan menjadi seorang guru, hal tersebut berdasarkan surat an-Nisa ayat 58: Artinya : Sesungguhnya Allah itu memerintahkan kepada engkau semua supaya engkau semua menunaikan memberikan amanat kepada ahlinya pemiliknya. Seorang belajar tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang datang dari dalam dirinya, atau oleh stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan, akan tetapi merupakan interaksi timbal-balik dari determinan-determinan individu dan determinan-determinan lingkungan. Belajar merupakan perubahan perilaku seseorang melalui latihan-latihan dan pengalaman, motivasi akan memberi hasil yang lebih baik terhadap perbuatan yang dilakukan seseorang Yamin, 2006: 183. Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka. Karena salah satu faktor yang paling menentukan berhasilnya proses belajar mengajar adalah guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal Hamalik, 2004: 36. Kompetensi guru dalam hal ini adalah tidak hanya berperan untuk mendorong untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, tapi juga yang lebih jauh lagi untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dan bergairah belajar. Bila guru berhasil mengaktifkan dan menggairahkan siswa dalam belajar, maka guru telah berhasil memotivasi siswa, yang pada gilirannya akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dalam makna yang demikian, maka antara prestasi belajar dan motivasi belajar terjadi hubungan sebab akibat hubungan kausalitas. Prestasi belajar siswa yang tinggi mendorong siswa untuk mempertahankannya. Sebaliknya, siswa memiliki motivasi yang konsisten kemungkinan besar siswa akan dapat mempertahankan prestasi belajarnya yang tinggi itu. Hal ini tentu saja dapat ditopang oleh faktor-faktor lain sebagai pendukungnya Djamaran, 1994: 32 . Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Baiknya setiap guru memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan bagaimana siswa belajar serta menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi belajar serta lingkungannya. Hal tersebut akan menambah pemahaman dan wawasan guru sehingga memungkinkan proses pembelajaran berlangsung lebih efektif dan optimal, karena pengetahuan tentang kejiwaan anak yang berhubungan dengan masalah pendidikan bisa dijadikan sebagai dasar dalam memberikan motivasi kepada siswa sehingga mau dan mampu belajar dengan sebaik-baiknya Mulyasa, 2012: 58 . SMP Muhammadiyah 2 Surakarta termasuk salah satu sekolah swasta dengan akreditasi B, sedangkan tenaga pengajar yang ada di SMP Muhammadiyah 2 merupakan tenaga yang cukup berkualitas, hal ini dapat dilihat bahwa sebaian besar guru yang mengajar adalah lulusan perguruan tinggi dengan strata 1 S1, begitu juga dengan guru yang mengajar bidang studi PAI. Para siswa termotivasi untuk belajar dan berprestasi karena guru PAI dengan kemampuan dan kompetensi yang dimilikinya mampu menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, hal tersebut terbukti dari antusias para siswa untuk mendengarkan, memperhatikan, dan mencatat keterangan yang disampaikan guru. Selain itu, para siswa juga bersemangat untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Berdasarkan permasalahan di atas, maka menjadi alasan bagi penulis untuk meneliti bagaimana hubungan profesionalisme guru dengan motivasi berprestasi siswa di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta. Inilah dasar yang membuat peneliti tertarik untuk mengkaji skripsi dengan judul “Hubungan Profesionalisme Guru dengan Motivasi Berprestasi Siswa Bidang Studi Pendidikan Agama Islam Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 20112012 ”.

B. Penegasan Istilah