BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru merupakan komponen yang menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruan, yang harus mendapat perhatian utama. Figur yang senantiasa
menjadi sorotan strategis ketika berbicara masalah pendidikan, karena guru selalu terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru
memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan
keberhasilan peserta didik, terutama dalam kaitannya dengan proses belajar mengajar. Guru merupakan komponen yang paling berpengaruh terhadap
terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkualitas
Mulyasa, 2012: 5
. Guru dalam proses pembelajaran pada suatu lembaga pendidikan
berfungsi sebagai mediator dalam penyampaian materi-materi yang diajarkan kepada peserta didik, untuk kemudian ditindak lanjuti oleh peserta didik dalam
kehidupan, baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Seorang guru yang profesional, hendaknya memiliki dua kategori, yaitu capability dan loyality,
artinya guru itu harus memiliki kemampuan dalam bidang ilmu yang diajarkannya, memiliki kemampuan teoritik tentang mengajar yang baik, dari
mulai perencanaan, implementasi sampai evaluasi dan memiliki loyalitas keguruan, yakni loyal kepada tugas-tugas keguruan yang tidak semata-mata di
dalam kelas, tapi sebelum dan sesudah di kelas
Dede, 2004: 112
.
1
Profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional. Sedangkan orang yang
profesional adalah orang yang memiliki profesi
Tafsir, 2005: 107
. Bekerja secara profesional berarti bekerja secara baik dan dengan penuh pengabdian
pada satu pekerjaan tertentu yang telah menjadi pilihannya. Guru yang profesional akan bekerja dalam bidang kependidikan secara optimal dan penuh
dedikasi guna membina anak didiknya menjadi tenaga-tenaga terdidik yang ahli dalam bidang yang menjadi spesialisasinya. Hal ini dengan sendirinya
menuntut adanya kemampuan atau keterampilan kerja tertentu. Dari sisi ini, maka keterampilan kerja merupakan salah satu syarat dari suatu profesi.
Pekerjaan guru merupakan profesi atau jabatan yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh sembarang orang di luar bidang
kependidikan. Menurut Usman 2006: 7, tugas profesi guru meliputi: mendidik, mengajar dan melatih.
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam
melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru yang dimaksud meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial,
dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen.
Krisis profesionlisme guru dalam dunia pendidikan merupakan problematika tersendiri bagi dunia pendidikan dalam menciptakan mutu yang
baik yang disebabkan oleh kurangnya kesadaran guru akan jabatan dan tugas yang diembannya serta tanggung jawab keguruannya. Guru hanya menganggap
mengajar sebagai kegiatan untuk mencari nafkah semata atau hanya untuk memperoleh salary dan sandang pangan demi survival fisik jangka pendek,
agaknya akan berbeda dengan cara seseorang yang memandang tugas atau pekerjaannya sebagai calling profession dan amanah yang hendak
dipertanggung jawabkan di hadapan Tuhan
Muhaimin, 2002: 118
. Di dalam al- Qur’an, Allah SWT. memerintahkan kepada umat islam untuk memberikan
amanah kepada ahlinya, dalam hal ini amanah sebagai pengajar haruslah diberikan kepada mereka yang memiliki kompetensi yang dibutuhkan menjadi
seorang guru, hal tersebut berdasarkan surat an-Nisa ayat 58:
Artinya
:
Sesungguhnya Allah itu memerintahkan kepada engkau semua supaya engkau
semua menunaikan memberikan amanat kepada ahlinya pemiliknya.
Seorang belajar tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan yang datang dari dalam dirinya, atau oleh stimulus-stimulus yang datang dari lingkungan, akan
tetapi merupakan interaksi timbal-balik dari determinan-determinan individu dan determinan-determinan lingkungan. Belajar merupakan perubahan perilaku
seseorang melalui latihan-latihan dan pengalaman, motivasi akan memberi hasil yang lebih baik terhadap perbuatan yang dilakukan seseorang Yamin, 2006:
183. Proses belajar dan hasil belajar para siswa bukan saja ditentukan oleh
sekolah, pola, struktur dan isi kurikulumnya, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka.
Karena salah satu faktor yang paling menentukan berhasilnya proses belajar mengajar adalah guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan
lingkungan belajar yang efektif, menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga belajar para siswa berada pada tingkat optimal
Hamalik, 2004: 36. Kompetensi guru dalam hal ini adalah tidak hanya berperan untuk
mendorong untuk meningkatkan prestasi belajar siswa, tapi juga yang lebih jauh lagi untuk memotivasi siswa agar lebih aktif dan bergairah belajar. Bila
guru berhasil mengaktifkan dan menggairahkan siswa dalam belajar, maka guru telah berhasil memotivasi siswa, yang pada gilirannya akan mempengaruhi
prestasi belajar siswa. Dalam makna yang demikian, maka antara prestasi belajar dan motivasi belajar terjadi hubungan sebab akibat hubungan
kausalitas. Prestasi belajar siswa yang tinggi mendorong siswa untuk mempertahankannya. Sebaliknya, siswa memiliki motivasi yang konsisten
kemungkinan besar siswa akan dapat mempertahankan prestasi belajarnya yang tinggi itu. Hal ini tentu saja dapat ditopang oleh faktor-faktor lain sebagai
pendukungnya
Djamaran, 1994: 32
. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran, karena peserta didik akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan
kualitas pembelajaran, guru harus mampu membangkitkan motivasi belajar siswa sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran. Baiknya setiap guru
memiliki rasa ingin tahu, mengapa dan bagaimana siswa belajar serta menyesuaikan diri dengan kondisi-kondisi belajar serta lingkungannya. Hal
tersebut akan menambah pemahaman dan wawasan guru sehingga memungkinkan proses pembelajaran berlangsung lebih efektif dan optimal,
karena pengetahuan tentang kejiwaan anak yang berhubungan dengan masalah pendidikan bisa dijadikan sebagai dasar dalam memberikan motivasi kepada
siswa sehingga mau dan mampu belajar dengan sebaik-baiknya
Mulyasa, 2012: 58
. SMP Muhammadiyah 2 Surakarta termasuk salah satu sekolah swasta
dengan akreditasi B, sedangkan tenaga pengajar yang ada di SMP Muhammadiyah 2 merupakan tenaga yang cukup berkualitas, hal ini dapat
dilihat bahwa sebaian besar guru yang mengajar adalah lulusan perguruan tinggi dengan strata 1 S1, begitu juga dengan guru yang mengajar bidang
studi PAI. Para siswa termotivasi untuk belajar dan berprestasi karena guru PAI
dengan kemampuan dan kompetensi yang dimilikinya mampu menciptakan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien, hal tersebut terbukti dari
antusias para siswa untuk mendengarkan, memperhatikan, dan mencatat keterangan yang disampaikan guru. Selain itu, para siswa juga bersemangat
untuk menyelesaikan tugas dengan baik. Berdasarkan permasalahan di atas, maka menjadi alasan bagi penulis
untuk meneliti bagaimana hubungan profesionalisme guru dengan motivasi berprestasi siswa di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta. Inilah dasar yang
membuat peneliti tertarik untuk mengkaji skripsi dengan judul “Hubungan Profesionalisme Guru dengan Motivasi Berprestasi Siswa Bidang Studi
Pendidikan Agama Islam Studi Kasus di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta Tahun Pelajaran 20112012
”.
B. Penegasan Istilah