Hubungan Sikap Siswa terhadap Program Diri dalam Kurikukulum Tingkat Satuan Pendidikan Dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa SMP Negeri I

(1)

HUBUNGAN SIKAP TERHADAP PROGRAM

PENGEMBANGAN DIRI DALAM KTSP DENGAN MOTIVASI

BERPRESTASI PADA SISWA SMP NEGERI 1 MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Sarjana Psikologi

Oleh:

SUHAILA DAUD

041301075

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

GANJIL, 2008


(2)

SKRIPSI

Hubungan Sikap terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa SMP NEGERI 1 MEDAN

Dipersiapkan dan disusun oleh

SUHAILA DAUD

041301075

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 4 September 2008

Mengesahkan

Dekan Fakultas Psikologi

Prof.dr. Chairul Yoel, Sp.A (K) NIP.140 080 762

Dewan Penguji

1. Rr. Lita Hadiati Wulandari, S.Psi Penguji I merangkap pembimbing NIP. 132 283 165

2. Fillia Dina Anggaraeni, S.Sos Penguji II NIP. 132 255 302

3. Lili Garliah, M.Si Penguji III NIP. 131 626 693


(3)

Lembar Pernyataan

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul ”Hubungan Sikap terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP SMP dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa SMP Negeri 1 Medan ” adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan jiplakan dari karya orang lain.

Apabila di kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dalam karya ini, saya bersedia menerima sanksi apapun dari Fakultas Psikologi, Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, September 2008

Yang Membuat Pernyataan

Suhaila Daud 041301075


(4)

Abstraksi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Suhaila Daud : 041301075

Hubungan Sikap Siswa terhadap Program

Diri dalam Kurikukulum Tingkat Satuan Pendidikan Dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa SMP Negeri I xv + 56 hal; 2008; 15 tabel

Bibliografi : 17 (1991-2008)

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi pada siswa SMP Negeri I Medan. Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong siswa untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing di bidang akademis dengan suatu ukuran keunggulan (standard of excellence). Motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Program pengembangan diri dalam KTSP sebagian bagian dari lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung merupakan kegiatan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler. Sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap program pengembangan diri dalam KTSP. Sikap siswa terhadap program pengembangan diri yang bervariasi pada masing-masing siswa memunculkan respon yang berbeda pula.

Penelitian ini melibatkan 106 orang siswa SMP Negeri I Medan sebagai subjek penelitian. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berstatus siswa SMP Negeri I Medan dan mengikuti minimal salah satu dari kegiatan ekstrakurikuler dalam program pengembangan diri. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik probability dengan metode stratified cluster random sampling. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan uji korelasi pearson product moment. Alat ukur yang digunakan adalah skala sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dan skala motivasi berprestasi yang dirancang sendiri oleh peneliti.

Hasil analisa data menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi diperoleh nilai korelasi r= 0.406 dengan nilai p= 0.000

Hasil penelitian dengan menggunakan korelasi pearson product moment menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.406 hal ini berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi.


(5)

Implikasi penelitian ini adalah agar para pendidik di SMP Negeri I lebih memerhatikan keoptimalan pelaksanaan pengembangan diri dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala karunia dan rahmat yang telah diberikan kepada saya. Hanya dengan izinNyalah skripsi yang berjudul “Hubungan Sikap Siswa terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP dengan Motivasi Berprestasi” ini akhirnya selesai dan bisa saya persembahkan bagi para pembaca sekalian. Saya selalu mendengar ‘mitos’ dari teman-teman saya yang telah menyelesaikan skripsi mereka bahwa ketika telah sampai momen penulisan kata pengantar adalah saat yang dinantikan karena hanya pada bagian inilah kita menulis layaknya air mengalir tanpa harus mengerutkan dahi untuk memastikan tata tulis ilmiah yang baku. Mitos tersebut ternyata benar saya rasakan sekarang. Menghabiskan beberapa tahun dari kehidupan saya menuntut ilmu di fakultas Psikologi merupakan kenangan yang membuat saya maju mundur dalam penyelesaian tulisan ini mengingat konsekuensi dari penyelesaian skripsi ini yaitu akan berakhirnya status saya sebagai penghuni kampus Psikologi USU.

Saya sangat sadar akan banyaknya kekurangan dalam penelitian pertama saya ini. Begitu banyak pengalaman yang saya dapatkan selama saya menyusun skripsi ini, begitu banyak pula peran dari orang-orang di sekitar saya dalam penyelesaiannya yang tanpa adanya mereka saya yakin skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu saya mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ayahanda M. Daud Ibrahin & Ibunda Fadhilah yang tercinta atas segala dukungan, motivasi, kasih sayang dengan tanpa syarat yang telah diberikan kepada saya. (makasi ya pa,, ma,,,)

2. Bapak Prof.Dr.Chairul Yoel, Sp.A(K) selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Lita Hadiati W.Spsi yang telah memberi banyak arahan, dukungan dan waktu yang begitu banyak hingga terselesaikannya skripsi ini.


(7)

4. Ibu Filia Dina yang selalu membawa lentera di saat saya memerlukannya dan selalu membuat saya merasa mampu akan segala tantangan yang saya hadapi… (Bu, bagi saya Ibu pembimbing spiritual sesungguhnya).

5. Fahmi yang telah begitu banyak memberi segala bentuk dukungan kepada saya,,,,

6. Bu Desvi, Bu Yanti atas segala arahan dan dukungan hingga selesainya skripsi ini.

7. Bu Lili dan Bu Eti atas arahan mengenai metodologi skripsi saya.

8. Khaled,,, yang tiada henti mengalirkan inspirasi dan motivasi untuk saya. 9. Pak Is yang sering saya ganggu waktunya untuk kepentingan skripsi saya. 10.P Aswan, Kak Ari, Bang Roanal, Pak Anto atas segala kontribusi dan

bantuannya,,

11.Bu Irna,,, tanpa beliau akan sulit rasanya skripsi ini saya selesaikan,,, (makasi ya, Ibu)

12.Riri, Wita, Kiki, Kakak, Wia, Nisa, Lani, Eqi, Kris, Zul, Nesa, Kak Vi yang telah banyak memotivasi dan membantu saya. Bersama kalian waktu empat tahun terasa sangat singkat dan jauh dari kata cukup.

13.Mak Edah, Ikun, Suci, Kak Tio, Reni ,,,, makasi ya atas motivasi kalian dan telah menjadi partner di bidang Pendidikan,,,

14.Kak Farida yang dalam kesibukannya telah meluangkan banyak waktunya untuk memeberi arahan, dukungan serta masukan dalam penyelesaian skripsis saya.

15.Bang Ahmad, Bang Hamdi, Kak Jube, Kak Grace, Kak Yola, Kak Loli, Bang Midi, Ajo’, Bang Heri, Kak Icut, Kak Rizka, Kak Indri atas segala kontribusinya kepada saya dan senior-senior lainnya yang tidak mungkin saya sebutkan semuanya.


(8)

DAFTAR ISI

Lembar Pernyataan... i

Abstrak... ii

Kata Pengantar... iii

Daftar Isi... vii

Daftar Tabel... x

Daftar Lampiran... xi

Bab I Pendahuluan... 1

I.A. Latar Belakang Masalah... 1

I.B. Tujuan Penelitian... 8

I.C. Manfaat Penelitian... 8

I.D. Sistematika Penulisan... 9

Bab II Landasan Teori... 11

II.A. Motivasi Berprestasi... 11

II.A.1 Definisi Motivasi Berprestasi... 11

II.A.2 Karakteristik Individu dengan Motivasi Berprestasi Tinggi... 12

II.A.3. Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi... 13

II.A.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi1 13 II.B. Pengembangan Diri dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan II.B.1. Definisi Pengembangan Diri... 14


(9)

II.B.1.2.Tujuan Khusus Pengembangan Diri... 15

II.B.1.3. Bentuk Pelaksanaan Pengembangan Diri... 16

II.B.2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)... 17

II.B.2.1. Landasan Pengembangan KTSP... 18

II.B.3. Pengembangan Diri dalam KTSP... 19

II.C. Sikap... 19

II.C.1. Definisi Sikap... 19

II.C.2. Komponen Sikap... 20

II.C.3. Pembentukan Sikap... 21

II.C.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap... 21

II.C.5. Perubahan Sikap... 21

II.C.6. Fungsi Sikap 22

II.C.7. Sikap dan Perilaku Manusia... 23

II.D. Siswa... 23

II.E. Hubungan Sikap Siswa Terhadap Program Pengembangan Diri Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP dengan Motivasi Berprestasi... 23

II.F. Hipotesis... 25

Bab III Metode Penelitian... 26

III.A. Identifikasi Variabel Penelitian... 26

III.B. Definisi Operasional... 26

III.B.1. Motivasi Berprestasi ... 26 III.B.2. Sikap Terhadap Program Pengembangan Diri


(10)

III.C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel... 28

III.C.1. Populasi dan Sampel... 28

III.C.2. Teknik Pengambilan Sampel………. 29

III.D. Metode dan Alat Pengumpulan Data... 29

III.E. Uji Validitas & Reliabilitas Alat Ukur... 32

III.E.1 Validitas... 32

III.E. 2. Reliabilitas... 33

III.F. Hasil Uji Coba Alat Ukur... 33

III.G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian... 25

III. G. 1. Tahap Persiapan... 35

III. G. 2. Tahap Pelaksanaan... 37

III. G. 3. Tahap Pengolahan Data... 37

III.H. Metode Analisa Data... 37

Bab IV Hasil dan Interpretasi Data... 40

IV.A. Gambaran Subjek Penelitian... 40

IV.A.1. Gambaran Subjek berdasarkan Jenis Kelamin... 40

IV.A.2. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Tingkatan Kelas... 41

IV.B. Hasil Penelitian Utama ... 42

IV.B.1. Uji Asumsi... 42

IV.B.1.1. Uji Normalitas... 42


(11)

IV.B.2. Hasil Utama... 44

IV.B.2.1 Gambaran Skor Sikap Siswa terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP... 45

IV.B.2.2. Gambaran Skor Motivasi Berprestasi ... 46

IV.C. Hasil Tambahan……….. 47

IV.C.1. Hubungan sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi pada siswa berdasarkan Jenis kelamin 47 IV.C.2. Hubungan sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi pada siswa berdasarkan Tingkatan Kelas 48 IV.D. Interpretasi Data 49 Bab V Kesimpulan, Diskusi, dan Saran... 51

V.A. Kesimpulan……….. 52

V.B. Diskusi……….. 51

V.C. Saran………. 53

V.C.1. Saran Metodologis……… 53

V.C.2. Saran Praktis………. 53


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Distribusi Aitem Skala Sikap Terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP Sebelum Uji Coba

30

Tabel 2

Distribusi Aitem Skala Motivasi Berprestasi Sebelum Uji Coba

31

Tabel 3 Bobot nilai pernyataan skala 32

Tabel 4

Distribusi Aitem skala sikap terhadap program

pengembangan diri dalam KTSP SMP setelah uji Coba

34

Tabel 5

Distribusi Aitem skala motivasi berprestasi setelah uji Coba

34

Tabel 6 Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin 40

Tabel 7

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkatan Kelas

42

Tabel 8

Normalitas variabel Sikap Terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP

42

Tabel 9 Normalitas variabel Motivasi Berprestasi 43

Tabel 10

Statistik Data Sikap Siswa terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP

45

Tabel 11

Rangkuman Gambaran Sikap Siswa terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP

46

Tabel 12 Statistik Data Motivasi Berprestasi 46 Tabel 13 Rangkuman Gambaran Motivasi Berprestasi 47


(13)

Tabel 14

Rangkuman Zero Order Partial Correlation berdasarkan jenis kelamin

48

Tabel 15

Rangkuman Zero Order Partial Correlation berdasarkan tingkatan kelas


(14)

Abstraksi Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Suhaila Daud : 041301075

Hubungan Sikap Siswa terhadap Program

Diri dalam Kurikukulum Tingkat Satuan Pendidikan Dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa SMP Negeri I xv + 56 hal; 2008; 15 tabel

Bibliografi : 17 (1991-2008)

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui hubungan sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi pada siswa SMP Negeri I Medan. Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong siswa untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing di bidang akademis dengan suatu ukuran keunggulan (standard of excellence). Motivasi berprestasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung. Program pengembangan diri dalam KTSP sebagian bagian dari lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung merupakan kegiatan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler. Sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap program pengembangan diri dalam KTSP. Sikap siswa terhadap program pengembangan diri yang bervariasi pada masing-masing siswa memunculkan respon yang berbeda pula.

Penelitian ini melibatkan 106 orang siswa SMP Negeri I Medan sebagai subjek penelitian. Adapun kriteria sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah berstatus siswa SMP Negeri I Medan dan mengikuti minimal salah satu dari kegiatan ekstrakurikuler dalam program pengembangan diri. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik probability dengan metode stratified cluster random sampling. Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah dengan uji korelasi pearson product moment. Alat ukur yang digunakan adalah skala sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dan skala motivasi berprestasi yang dirancang sendiri oleh peneliti.

Hasil analisa data menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi diperoleh nilai korelasi r= 0.406 dengan nilai p= 0.000

Hasil penelitian dengan menggunakan korelasi pearson product moment menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0.406 hal ini berarti terdapat hubungan positif yang signifikan antara sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi.


(15)

BAB I LATAR BELAKANG I.A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal. Dalam pendidikan formal, belajar berarti menunjukkan adanya perubahan yang bersifat positif sehingga pada akhirnya akan didapat keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Hasil dari proses belajar tersebut tercermin dalam prestasi belajar (Wahyuningsih, 2004).

Proses belajar di sekolah adalah proses yang sifatnya menyeluruh dan prestasi belajar merupakan suatu hal yang ingin dicapai oleh setiap siswa. Berbagai macam usaha melalui beragam sarana dilakukan oleh para siswa untuk mencapai prestasi belajar. Motivasi merupakan salah satu unsur penting dalam pencapaian prestasi. Motivasi menjadi salah satu prasyarat yang sangat penting dalam belajar. Gedung dibangun, guru disediakan, alat belajar dilengkapi, tentunya dengan harapan agar siswa bersekolah dengan penuh semangat dan menghasilkan prestasi yang maksimal, tetapi semua itu akan sia-sia tanpa diiringi motivasi siswa untuk belajar (Djiwandono, 2002).

Menurut Santrock (2007) motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Dalam dunia pendidikan, motivasi yang berasal dari dalam diri seseorang (intrinsik) cenderung akan memberikan hasil positif dalam


(16)

proses belajar dan meraih prestasi yang baik. Walaupun demikian, bukan berarti motivasi dari luar diri (ekstrinsik) tidak penting (dalam Sukadji, 2001) dan motivasi yang memiliki peran paling penting dalam psikologi pendidikan adalah motivasi berprestasi, dimana siswa cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal (McClelland & Atkinson, dalam Djiwandono 2002). Motivasi berprestasi menghadirkan kesediaan siswa untuk belajar dan kesediaaan ini merupakan hasil dari beragam faktor, mulai dari kepribadian siswa dan kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah, hadiah yang didapat, situasi belajar, dan sebagainya (Djiwandono, 2002).

Keseluruhan proses belajar yang bermuara pada pencapaian prestasi tentunya memerlukan sistem tertentu. Sistem didalam pendidikan disebut dengan kurikulum, kurikulum ini diatur dan disepakati bersama oleh penyelenggara pendidikan baik itu ditingkat nasional sampai pada tingkat kota dan kabupaten. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum, dalam penyusunannya terus mengalami perubahan. Hal ini dilakukan demi mendapat formula yang tepat dan efektif yang bermuara pada kemajuan dunia pendidikan Indonesia (Harahap, 2008).

Kurikulum yang diterapkan di Indonesia sekarang adalah Kurikulum Tingkatan Satuan Pembelajaran (KTSP) yang mulai dilaksanakan pada awal tahun ajaran 2006. KTSP menghadirkan kelebihan dalam pengaturan beban studi dan


(17)

pengembangan keterampilan (Harahap, 2008). KTSP memberi keluasan penuh setiap sekolah mengembangkan kurikulum dengan tetap memperhatikan potensi sekolah dan potensi daerah sekitar. Kurikulum ini merupakan hasil penegasan dari kebijakan desentralisasi (Susilo, 2007).

KTSP disusun sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan di tingkat satuan pendidikan. Tujuan dari pelaksanaan pendidikan tingkat satuan pendidikan adalah tahapan atau langkah mewujudkan visi sekolah dalam jangka waktu tertentu (dalam Buku Pegangan Pelaksanaan KTSP SMP, 2006).

Prasetyo Utomo (dalam Susilo, 2007) mengatakan keuntungan yang bisa diraih guru dengan kurikulum KTSP adalah keleluasaan memilih bahan ajar dan peserta didik diharapkan dapat mengembangkan potensinya sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya. Melalui KYSP diharapkan guru lebih mandiri dan leluasa dalam menentukan bahan ajar sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya serta sekolah dipacu untuk dapat menyusun program pendidikan sesuai dengan keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia.

Pengembangan KTSP yang beragam mengacu pada Standar Nasional Pendidikan (SNP) untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. SNP terdiri atas standar isi, proses, standar kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan (dalam Buku Pegangan Pelaksanaan KTSP SMP, 2006).


(18)

KTSP memuat 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Pengembangan diri merupakan kegiatan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler (dalam Buku Pegangan Pelaksanaan KTSP SMP, 2006).

Penggunaan istilah pengembangan diri dalam kebijakan kurikulum memang relatif baru. Kehadirannya menarik untuk didiskusikan baik secara konseptual maupun dalam prakteknya. Melihat literatur tentang teori-teori pendidikan, khususnya psikologi pendidikan, istilah pengembangan dapat disepadankan dengan istilah pengembangan kepribadian, yang sudah lazim digunakan dan banyak dikenal ( Sudrajat, 2008).

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 merumuskan pengembangan diri bukan merupakan mata pelajaran yang harus diasuh oleh guru. Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, bakat, dan minat setiap peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri difasilitasi dan atau dibimbing oleh konselor, guru, atau tenaga kependidikan yang dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan pengembangan diri dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling yang berkenaan dengan masalah diri pribadi dan kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karir peserta didik (Susilo, 2007).

Kegiatan pengembangan diri dilakukan di luar jam reguler (jam efektif), melalui berbagai jenis kegiatan pengembangan diri. Melihat perbandingan dengan


(19)

kurikulum sebelumnya, dalam KTSP terjadi pengurangan jumlah jam efektif setiap minggunya. Pada kenyataannya dengan adanya pengembangan diri maka sebetulnya aktivitas pembelajaran diri siswa tidaklah berkurang, siswa justru akan lebih disibukkan lagi dengan berbagai kegiatan pengembangan diri yang memang lebih bersifat ekspresif, tanpa “terkerangkeng” di dalam ruangan kelas (Sudrajat, 2008).

Waktu pembelajaran efektif dalam satu minggu pada KTSP adalah 32-36 jam pembelajaran, dengan alokasi waktu satu jam pembelajarannya adalah 40 menit. Dengan kebutuhan waktu belajar 1280-1440 menit per/minggu atau setara dengan 21-24 jam per/minggunya maka dibutuhkan rata-rata 5 jam per/hari waktu belajar siswa dalam 5 hari (dalam Buku Pegangan Pelaksanaan KTSP SMP, 2006).

Pada tingkat Pemerintahan Daerah, Dinas Pendidikan Kota Medan mulai tahun ajaran 2006/2007 mengeluarkan kebijakan penerapan KTSP di seluruh satuan pendidikan. Kebijakan tersebut mengisyaratkan bahwa Satuan Pendidikan di Kota Medan harus berupaya untuk dapat melaksanakan KTSP sesuai dengan aturan dan kebijakan Departemen Pendidikan Nasional (dalam Ikhwan, 2007).

Pemerintah kota Medan juga menyambut semangat desentralisasi ini dengan mengeluarkan aturan pemberlakuan lima hari sekolah mulai tahun ajaran 2006/2007 atau sejak 15 Januari 2007 melalui SK Walikota Medan No 420/1308. Keputusan ini sudah melalui pertimbangan dan berkonsultasi dengan berbagai pihak, termasuk Departemen Pendidikan Nasional, Dinas Pendidikan Sumatera


(20)

Utara, akademisi bidang pendidikan, serta dewan pendidikan sekolah (SK Walikota, 2006).

Belajar efektif hanya lima hari, bukan berarti pada hari keenam, atau hari Sabtu, para siswa akan libur. Siswa tetap akan masuk belajar, namun materi yang diajarkan di luar kurikulum yaitu dengan kegiatan pengembangan diri. Hari Sabtu merupakan hari kreativitas, produktivitas dan pengembangan diri (Basri, dalam Ikhwan 2007).

Untuk siswa yang secara langsung menjadi sasaran perubahan kurikulum, pemberlakuan KTSP yang di dalamnya memuat program pengembangan diri dan tentunya memiliki sikap tersendiri terhadap hal ini. Perubahan ini menimbulkan pro dan kontra tersendiri dikalangan para siswa, salah satunya dapat terlihat dalam pernyataan seorang guru SMP Dharwawangsa di bawah ini:

”Sebagian siswa merasa senang dan menunjukkan sikap antusias yang cukup tinggi, sedangkan sebagian lainnya juga ada yang merasa tidak senang akan penerapan program pengembangan diri dalam KTSP ini ”.

(Komunikasi Personal, 15 Maret 2008) Berdasarkan sikap yang dimiliki oleh masing-masing siswa akan program pengembangan diri dalam KTSP ini, tentunya berpengaruh akan tingkat ketertarikan siswa pada sekolah dan belajar dengan semakin besarnya peluang akan tersalurkannya bakat siswa dengan adanya program pengembangan diri dalam KTSP sesuai dengan penuturan Wakil Kepala Sekolah SMP Negri 1 Berikut ini :

”Selain dari belajar formal, dalam KTSP ini juga ada yang disebut dengan program pengembangan diri yang memberi peluang bagi siswa untuk berprestasi tidak hanya di bidang akademis semata, melainkan mencakup bidang non akademis seperti seni dan olahraga yang disesuaikan dengan


(21)

bakat, minat masing siswa dan ketersediaan fasilitas di masing-masing sekolah”

(Komunikasi Personal, 15 Maret 2008) Pengembangan diri sebagi suatu hal yang baru menghadirkan pandangan dan perasaan yang berbeda dari para siswa. Setiap siswa memiliki pandangan dan perasaan tertentu terhadap segala sesuatu yang dihadapinya dalam lingkungan dan situasi sosial sekitarnya. Selalu saja ada mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan akan ikut menentukan kecendrungan perilaku siswa terhadap sesuatu yang sedang dihadapi, individu lain bahakan terhadap diri sendiri (Azwar, 2005)

Program pengembangan diri dalam KTSP sebagai suatu objek baru bagi siswa tentunya menimbulkan respons yang berbeda dari masing-masing siswa. Respons siswa terhadap program pengembangan diri, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rosenberg dan Hovland (dalam Sukadji 2001) didasari oleh perbedaan sikap mereka terhadap program tersebut. Perbedaan sikap siswa terhadap program pengembangan diri yang merupakan bagian dalam kurikulum dapat dimasukkan dalam lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung, yang menurut McClelland (dalam Sukadji 2001) termasuk salah satu faktor yang yang mempengaruhi motivasi berprestasi siswa. Hal ini dapat dihubungkan dengan apa yang dikemukakan oleh Zanden (dalam Sukadji 2001), yang mengatakan bahwa motivasi berprestasi merupakan sikap. Seseorang bisa saja memiliki kebutuhan untuk berprestasi, tetapi karena satu dan lain hal tidak pernah mencapai keberhasilan.


(22)

Berdasarakan hal tersebut diatas dianggap penting dilakukan penelitian untuk ingin hubungan sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP dengan motivasi berprestasi.

I. B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP dengan motivasi berprestasi. I. C. Manfaat Penelitian

I. C. 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk pengembangan ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan dan dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi peneliti lain yang ingin meneliti lebih lanjut masalah yang berkaitan dengan sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP dengan motivasi berprestasi.

I.C. 2. Manfaat Praktis a. Subjek Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bagaimana sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP dan tingkat motivasi berprestasi siswa.

b. Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai bagaimana sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP dan tingkat motivasi berprestasi siswa sehingga dapat menjadi bahan


(23)

pertimbangan untuk melaksanakan program pengembangan diri dalam KTSP SMP.

d. Dinas Pendidikan

Menjadi masukan dalam penyusunan program pengembangan diri dalam

KTSP SMP.

I. D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Landasan teori

Bab ini menguraikan landasan teori yang mendasari masalah yang menjadi objek penelitian. Memuat landasan teori tentang sikap dan motivasi berprestasi.

Bab III Metode penelitian

Bab ini menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji validitas dan reliabilitas alat ukur, dan metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian.

Bab IV : Hasil dan Interpretasi Data

Berisikan gambaran subjek penelitian, hasil penelitian utama, dan hasil penelitian tambahan.


(24)

Bab V : Kesimpulan, Diskusi, dan Saran

Berisikan kesimpulan hasil penelitian, diskusi, dan saran-saran untuk pihak-pihak terkait dan penelitian selanjutnya


(25)

BAB II

LANDASAN TEORI II.A. Motivasi Berprestasi

II.A.1 Definisi Motivasi Berprestasi

Motivasi merupakan suatu istilah yang menunjuk pada kekuatan tarikan dan dorongan, yang akan menghasilkan kegigihan perilaku yang diarahkan untuk mencapai tujuan. Motivasi dan motif sering dipakai dengan pengertian yang sama (Morgan, dalam Sukadji 1993). Menurut Santrock (2007) motivasi adalah proses yang memberi semangat , arah, dan kegigihan perilaku.

McClelland (dalam Djiwandono, 2002) mengemukakan bahwa manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya sering sekali dipengaruhi oleh berbagai motif. Motif tersebut berkaitan dengan keberadaan dirinya sebagai mahluk biologis dan mahluk sosial yang selalu berhubungan dengan lingkungannya. Motif yang dikemukakan oleh McClelland salah satunya yaitu motivasi untuk berprestasi.

Motif untuk berprestasi (achievement motive) adalah motif yang

mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan (standard of excellence), baik berasal dari standar prestasinya sendiri (autonomous standards) diwaktu lalu ataupun prestasi orang lain (social comparison standard).

Berdasarkan uraian di atas motivasi berprestasi yang digunakan dalam penelitian ini dapat diartikan sebagai motif yang mendorong siswa untuk


(26)

mencapai keberhasilan dalam bersaing di bidang akademis dengan suatu ukuran keunggulan (standard of excellence).

II.A.2 Karakteristik Individu dengan Motivasi Berprestasi Tinggi

Menurut McClelland (dalam Sukadji, 2001) Ciri-ciri individu dengan motif berprestasi yang tinggi antara lain adalah:

1. Selalu berusaha, tidak mudah menyerah dalam mencapai suatu kesuksesan

maupun dalam berkompetisi, dengan menentukan sendiri standard bagi prestasinya dan yang memiliki arti.

2. Secara umum tidak menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas-tugas

rutin, tetapi biasanya menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas-tugas khusus yang memiliki arti bagi mereka.

3. Cenderung mengambil resiko yang wajar (bertaraf sedang) dan

diperhitungkan. Tidak akan melakukan hal-hal yang dianggapnya terlalu mudah ataupun terlalu sulit.

4. Dalam melakukan suatu tindakan tidak didorong atau dipengaruhi oleh

rewards (hadiah atau uang).

5. Mencoba memperoleh umpan balik dari perbuatanya.

6. Mencermati lingkungan dan mencari kesempatan/peluang.

7. Bergaul lebih baik memperoleh pengalaman.

8. Menyenangi situasi menantang, dimana mereka dapat memanfaatkan

kemampuannya.

9. Cenderung mencari cara-cara yang unik dalam menyelesaikan suatu


(27)

10.Kreatif.

11.Dalam bekerja atau belajar seakan-akan dikejar waktu. II.A.3 Aspek-Aspek Motivasi Berprestasi

Menurut Atkinson (dalam Sukadji 2001), motivasi berprestasi dapat tinggi atau rendah, didasari pada dua aspek yang terkandung didalamnya yaitu harapan untuk sukses atau berhasil ( motif of success) dan juga ketakutan akan kegagalan

(motive to avoid failure). Seseorang dengan harapan untuk berhasil lebih besar daripada ketakutan akan kegagalan dikelompokkan kedalam mereka yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, sedangkan seseorang yang memiliki ketakutan akan kegagalan yang lebih besar daripada harapan untuk berhasil dikelompokkan kedalam mereka yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah. II.A.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Berprestasi

McClelland (dalam Sukadji, 2001) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap motif berprestasi, yaitu:

1. Harapan orangtua terhadap anaknya

Orangtua yang mengharapkan anaknya bekerja keras dan berjuang untuk mencapai sukses akan mendorong anak tersebut untuk bertingkahlaku yang mengarah kepada pencapaian prestasi. Dari penilaian diperoleh bahwa orangtua dari anak yang berprestasi melakukan beberapa usaha khusus terhadap anaknya.

2. Pengalaman pada tahun-tahun pertama kehidupan

Adanya perbedaan pengalaman masa lalu pada setiap orang sering menyebabkan terjadinya variasi terhadap tinggi rendahnya


(28)

kecendrungan untuk berprestasi pada diri seseorang. Biasanya hal itu dipelajari pada masa kanak-kanak awal, terutama melalui interaksi dengan orangtua dan “significant others”

3. Latar belakang budaya tempat seseorang dibesarkan

Apabila dibesarkan dalam budaya yang menekankan pada pentingnya keuletan, kerja keras, sikap inisiatif dan kompetitif, serta suasana yang selalu mendorong individu untuk memecahkan masalah secara mandiri tanpa dihantui perasaan takut gagal, maka dalam diri seseorang akan berkembang hasrat untuk berprestasi tinggi.

4. Peniruan tingkah laku

Melalui “observational learning” anak mengambil atau meniru

banyak karateristik dari model, termasuk dalam kebutuhan untuk berprestasi , jika model tersebut memiliki motif tersebut dalam derajat tertentu.

5. Lingkungan tempat proses pembelajaran berlangsung

Iklim belajar yang menyenangkan, tidak mengancam, memberi semangat dan sikap optimisme bagi siswa dalam belajar, cenderung akan mendorong seseorang untuk tertarik belajar, memiliki toleransi terhadap suasana kompetisi dan tidak khwatir akan kegagalan.

II.B. Pengembangan Diri dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan II.B.1. Definisi Pengembangan Diri

Pengembangan diri merupakan kegiatan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan


(29)

konseling dan kegiatan ekstrakurikuler. Program pengembangan diri ditentukan sesuai dengan bakat dan minat peserta didik dengan menyebarkan angket kepada peserta didik.

Alokasi waktu pengembangan diri setara (ekuivalen) dengan dua jam pelajaran. Pembimbing dari kegiatan pengembangan diri adalah pendidik, instruktur dan alumni di bawah koordinasi konselor (guru Bimbingan Konseling atau Bimbingan Penyuluhan). Penilaian pengembangan diri dilakukan dengan cara observasi dan bentuk nilainya diberikan secara kualitatif deskriptif. Penilai pengembangan diri dilakukan oleh pembimbing kegiatan pengembangan diri di bawah koordinasi konselor (guru BK/BP).

II.B.1.1. Tujuan Umum Pengembangan Diri

Tujuan umum dari pengembangan diri adalah untuk memberi kesempatan peserta didik mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, kondisi, dan perkembangan peserta didik sesuai dengan kondisi sekolah.

II.B.1.2.Tujuan Khusus Pengembangan Diri

Pengembangan diri bertujuan menunjang pendidikan peserta didik dalam mengembangkan :

a. Bakat

b. Minat

c. Kreativitas

d. Kompetensi dan kebiasaan dalam kehidupan


(30)

f. Kemampuan sosial

g. Kemampuan belajar

h. Wawasan dan perencanaan karir

i. Kemampuan pemecahan masalah

j. Kemandirian

II.B.1.3. Bentuk Pelaksanaan Pengembangan Diri

Kegiatan pengembangan diri secara terprogram dilaksanakan dengan perencanaan khusus dalam kurun waktu tertentu untuk memenuhi kebutuhan peserta didik secara individual, kelompok dan atau klasikal melalui penyelenggaraan :

1) Layanan dan kegiatan pendukung konseling

2) Kegiatan ekstra kurikuler, meliputi kegiatan kepramukaan, latihan

kepemimpinan, ilmiah remaja, palang merah remaja, seni olahraga, cinta alam, jurnalistik, teater, keagamaan.

3) Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram dapat dilaksanakan

sebagai berikut :

Rutin, yaitu kegiatan yang dilakukan terjadwal, seperti : upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan bersama, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan diri.

Spontan, adalah kegiatan tidak terjadwal dalam kejadian khusus seperti : pembentukan perilaku memberi salam, membuang sampah pada tempatnya, antri, mengatasi silang pendapat (pertengkaran).


(31)

Keteladanan, adalah kegiatan dalam bentuk perilaku sehari-hari seperti : berpakaian rapi, berbahasa yang baik, rajin membaca, memuji kebaikan dan atau keberhasilan orang lain, datang tepat waktu.

Kegiatan pengembangan diri dapat dilakukan di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah sesuai dengan jadwal kegiatan. Kegitatan terprogram direncanakan secara khusus dan diikuti oleh peserta didik sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pribadinya. Kegiatan tidak terprogram dilaksanakan secara langsung oleh pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah yang diikuti oleh semua peserta didik.

II.B.2. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. KTSP yang merupakan salah satu bentuk realisasi kebijakan desentralisasi di bidang pendidikan agar kurikulum benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengembangan potensi peserta didik di sekolah yang bersangkutan di masa sekarang dan di masa yang akan datang dengan mempertimbangkan kepentingan lokal, nasional, dan tuntutan global dengan semanagat manajemen berbasis sekolah (dalam Buku Pegangan Pelaksanaan KTSP SMP, 2006).

KTSP disusun sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidkan di tingkat satuan pendidikan. Tujuan dari pelaksanaan pendidikan tingkat satuan pendidikan adalah tahapan atau langkah mewujudkan visi sekolah dalam jangka waktu tertentu (dalam Buku Pegangan Pelaksanaan KTSP SMP, 2006).


(32)

Waktu pembelajaran efektif dalam satu minggu pada KTSP adalah 32-36 jam pembelajaran, dengan alokasi waktu satu jam pembelajarannya adalah 40 menit. Dengan kebutuhan waktu belajar 1280-1440 menit per/minggu atau setara dengan 21-24 jam per/minggunya maka dibutuhkan rata-rata 5 jam per/hari waktu belajar siswa dalam 5 harinya (dalam Buku Pegangan Pelaksanaan KTSP SMP, 2006) .

Berdasarkan uraian di atas KTSP adalah.kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidkan yang berisi 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri.

II.B.2.1. Landasan Pengembangan KTSP

Landasan pengembangan KTSP adalah UU N0 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidkan Nasional, PP No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), permediknas no 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI no 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, dan permendiknas no 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan permendiknas no 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah dan permendiknas no 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah, serta memperhatikan panduan penyusunan KTSP yang disusun Badan Standarisasi Nasional Pendidikan (BSNP) (dalam Buku Pegangan Pelaksanaan KTSP SMP, 2006).


(33)

II.B.3. Pengembangan Diri dalam KTSP

KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan yang berisi 10 mata pelajaran, muatan lokal, dan pengembangan diri. Pengembangan diri merupakan kegiatan di luar mata pelajaran sebagai bagian integral dari kurikulum sekolah yang dilakukan melalui kegiatan pelayanan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler (dalam Buku Pegangan Pelaksanaan KTSP SMP, 2006).

II.C. Sikap

II.C.1. Definisi Sikap

Sikap pada awalnya diartikan sebagai suatu syarat untuk munculnya suatu tindakan. Fenomena sikap adalah mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku kita terhadap manusia atau sesuatu yang kita hadapi, bahkan terhadap diri kita sendiri. Pandangan dan perasaan kita terpengaruh oleh ingatan akan masa lalu, oleh apa yang kita ketahui dan kesan kita terhadap apa yang sedang kita hadapi saat ini (Azwar, 2005).

Morgan (dalam Sukadji, 1993) menyatakan sikap adalah suatu evaluasi, yang merupakan predisposisi perolehan belajar. Predisposisi mengarahkan prilaku yang evaluatif yang konsisten terhadap orang, sekelompok orang, suatu objek, atau sekelompok objek. Pernyataan evaluatif dapat bermacam-macam, seperti senang-tidak senang, pro-anti, setuju-tidak setuju, positif-negatif, dan sebagainya.

Azwar (2005), menggolongkan definisi sikap dalam tiga kerangka pemikiran. Pertama, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan.


(34)

Berarti sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau

memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

(unfavorable) pada objek tersebut. Kedua, sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu. Ketiga skema triadik (triadic schema). Menurut pemikiran ini suatu sikap merupakan konstelasi komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling berinteraksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.

Berdasarkan yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap suatu objek.

II.C.2. Komponen Sikap

Sikap dibagi menjadi tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan konatif. Komponen kognitif, adalah komponen yang terdiri dari pengetahuan. Komponen afektif, adalah komponen yang berhubungannya dengan perasaan senang atau tidak senang, sehingga bersifat evaluatif. Komponen konatif, adalah komponen sikap yang berupa kesiapan seseorang untuk berperilaku yang berhubungan dengan objek sikap (dalam Azwar, 2005).

Mann (dalam Azwar, 2005) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan stereotype yang dimilki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan (opini), terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.


(35)

Kompoenen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkutr masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagi komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen perilaku berisi tendensi atau kecendrungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu cara-cara tertentu.

II.C.3. Pembentukan Sikap

Sikap terbentuk dari adanya interaksi yang dialami oleh individu. Sikap dibentuk sepanjang perkembangan hidup manusia. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, seseorang membentuk sikap tertentu. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi di antara individu yang satu dengan yang lain. Melalui interaksi sosialnya individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap objek psikologis yang dihadapinya (Azwar, 2005).

II.C.4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, pengaruh orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan dan agama, dan pengaruh faktor emosional (Azwar, 2005).

II.C.5. Perubahan Sikap

Proses perubahan sikap selalu dipusatkan pada cara-cara manipulasi atau pengendalian situasi dan lingkungan untuk menghasilkan perbahan sikap ke arah yang dikehendaki. Dasar-dasar manipulasi diperoleh dari pemamahaman


(36)

mengenai organisasi sikap, faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan dan proses perubahan sikap.

Pada teori Kelman (dalam Azwar, 2005) ditunjukkan bagaimana sikap dapat berubah melaui tiga proses yaitu kesediaan, identifikasi, dan internalisasi. Kesediaan erjadi ketika individu bersedia menerima pengaruh dari orang lain atau dari kelompok lain dikarenakan individu berharap untuk memperolah reaksi atau tanggapan positif dari pihak lain tersebut. Identifikasi terjadi saat individu meniru perilaku atau sikap seseorang atau sikap sekelompok lain dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dianggap individu sebagai bentuk hubugan yang menyenangkan antara individu dengan pihak lain termaksud. Internalisasi terjadi saat individu menerima pengaruh dan bersedia bersikap menurut pengaruh itu dikarenakan sikap tersebut sesuai dengan apa yang dipercayai individu dan sesuai dengan sistem nilai yang dianutnya (Azwar, 2005).

Kelman (dalam Azwar, 2005) mengatakan bahwa proses mana yang akan terjadi dari ketiga proses tersebut banyak bergantung pada sumber kekuatan pihak yang mempengaruhi, berbagai kondisi yang mengendalikan masing-masing proses terjadinya pengaruh, dan implikasinya terhadap permanensi perubahan sikap. II.C.6. Fungsi Sikap

Baron (2004) mengatakan; Pertama, sikap berfungsi sebagai skema kerangka kerja mental yang membantu individu untuk menginterpretasi dan memproses berbagai jenis informasi. Kedua, sikap memiliki fungsi harga diri


(37)

meningkatkan perasaan harga diri. Ketiga, sikap berfungsi sebagai motivasi untuk menimbulkan kekaguman atau motivasi impresi (impression motivation function). II.C.7. Sikap dan Perilaku Manusia

Teori tindakan beralasan mengatakan bahwa sikap mempengaruhi perilaku lewat suatu proses pengambilan keputusan yang teliti dan beralasan. Dampaknya hanya terbatas pada tiga hal. Pertama, perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap umum tapi oleh sikap yang spesifik terhadap sesuatu. Kedua, perilaku dipengaruhi tidak hanya oleh sikap tapi juga oleh norma-norma subjektif. Ketiga, sikap terhadap suatu perilaku bersama norma-norma subjektif membentuk suatu intensi atau niat untuk berperilaku tertentu (Azwar, 2005).

II.D. Siswa

Siswa adalah anak didik yang sedang menempuh pendidikan pada strata

tertentu mulai dari Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI), menengah pada Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTS) atau setara paket C, pada Sekolah Menengah Umum (SMU)/ Madrasah Aliyah (MA) atau setara paket B (UU No 20 tahun 2003). Dalam penelitian ini yang dimaksud siswa adalah siswa SMP yaitu setiap anak didik yang sedang menempuh pendidikan di SMP.

II.E. Hubungan Sikap Siswa Terhadap Program Pengembangan Diri Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP dengan Motivasi

Berprestasi.

Menurut Santrock (2007) motivasi adalah proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan perilaku. Dalam dunia pendidikan, motivasi yang berasal dari


(38)

dalam diri seseorang (intrinsik) cenderung akan memberikan hasil positif dalam proses belajar dan meraih prestasi yang baik. Walaupun demikian, bukan berarti motivasi dari luar diri (ekstrinsik) tidak penting (dalam Sukadji, 2001) dan motivasi yang memiliki peran paling penting dalam psikologi pendidikan adalah motivasi berprestasi, dimana siswa cenderung berjuang untuk mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang berorientasi untuk tujuan sukses atau gagal (McClelland & Atkinson, dalam Djiwandono 2002). Motivasi berprestasi menghadirkan kesediaan siswa untuk belajar dan kesediaaan ini merupakan hasil dari beragam faktor. Mulai dari kepribadian siswa dan kemampuan siswa untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah, hadiah yang didapat, situasi belajar, dan sebagainya (Djiwandono, 2002).

Setiap orang memiliki pandangan dan perasaan tertentu terhadap segala sesuatu yang dihadapinya dalam lingkungan dan situasi sosial sekitarnya. Selalu saja ada mekanisme mental yang mengevaluasi, membentuk pandangan, mewarnai perasaan, dan akan ikut menentukan kecenderungan perilaku individu terhadap individu lain atau sesuatu yang sedang dihadapi, bahkan terhadap diri sendiri. Pandangan dan perasaan yang dimiliki dipengaruhi oleh ingatan dari masa lalu, oleh apa yang individu ketahui dan kesan terhadap apa yang sedang dihadapi saat ini (Azwar, 2005).

Program pengembangan diri dalam KTSP merupakan suatu hal yang baru. Program ini memberi kesempatan berprestasi yang lebih besar kepada siswa, baik di bidang akademis maupun di luar bidang akademis. Sebagai suatau objek baru bagi siswa tentunya menimbulkan respons yang berbeda dari masing-masing


(39)

siswa. Respons siswa terhadap program pengembangan diri, sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rosenberg dan Hovland (dalam Sukadji, 2001) didasari oleh perbedaan sikap siswa terhadap program tersebut. Sikap siswa merupakan hal yang penting dalam proses pembelajaran. Hal ini penting karena sikap siswa tersebut dapat digolongkan menjadi unsur dari lingkungan tempat proses belajar berlangsung, yang menurut McClelland (dalam Sukadji, 2001) termasuk dalam salah satu faktor yang yang mempengaruhi motivasi berprestasi siswa. Pengembangan diri selain menghadirkan kesempatan berprestasi, program ini juga apabila dijalankan sesuai dengan panduan pelaksanaan kurikulum oleh pihak sekolah, yang seharusnya bersifat ekspresif dan bebas sesuai dengan minat dan bakat siswa akan memberikan kontribusi dalam meningkatkan motivasi berprestasi bagi siswa yang mengikutinya. Kecenderungan siswa dalam ikut berpartisipasi dalam program pengembangan diri tentunya terlebih dahulu bergantung pada sikap siswa akan program tersebut.

II.F. Hipotesis

Berdasarkan uraian teori-teori yang telah dikemukakan di atas, maka dalam penelitian ini, diajukan hipotesis sebagai berikut :

“Ada hubungan antara sikap siswa mengenai program pengembangan diri dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMP dengan motivasi berprestasi ”


(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional yaitu metode penelitian yang bertujuan melihat hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.

III. A. Identifikasi Variabel Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian, maka dalam penelitian ini variabel yang terlibat adalah:

Variabel Tergantung : Motivasi berprestasi

Variabel Bebas : Sikap siswa terhadap program pengembangan diri

dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SMP III. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

III. B. 1. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi adalah motif yang mendorong siswa untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing di kelas pada bidang akademis dengan suatu ukuran keunggulan (peringkat kelas) yang diukur melalui skala motivasi berprestasi yang disusun oleh peneliti berdasarkan karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi oleh McClelland (dalam Sukadji, 2001).

Skala motivasi berprestasi yang disusun peneliti menggunakan skala

model likert, yaitu skala yang didalamnya terdiri sejumlah item yang

merefleksikan suatu gagasan atau daerah yang sedang diperhatikan. Skor tinggi pada skala ini menunjukkan motivasi berprestasi yang tinggi pada siswa dan sebaliknya skor rendah pada skala ini menunjukkan motivasi berprestasi yang


(41)

rendah pada siswa. Subjek dikategorikan memiliki motivasi berprestasi tinggi apabila mendapatkan skor ≥ dan subjek dikatakan memiliki motivasi berprestasi rendah jika mendapatkan skor < .

III. B. 2. Sikap Terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP SMP Sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP adalah bentuk evaluasi perasaan dan kecenderungan potensial untuk bereaksi dari siswa berupa sikap positif atau sikap negatif yang merupakan hasil interaksi antara komponen kognitif, afektif dan konatif yang saling bereaksi didalam memahami, merasakan dan berperilaku terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP.

Sikap diungkap melalui skala sikap yang disusun berdasarkan tiga komponen sikap yang dikemukakan oleh Azwar (2005) dan komponen-komponen dari pengembangan diri.

Skala sikap ini menggunakan skala model likert, yaitu skala yang

didalamnya terdiri sejumlah item yang merefleksikan suatu gagasan atau daerah yang sedang diperhatikan. Skor tinggi pada skala ini menunjukkan sikap yang positif terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP pada siswa dan sebaliknya skor rendah pada skala ini menunjukkan sikap yang negatif terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP pada siswa. Subjek dikategorikan

memiliki sikap positif apabila memperoleh skor ≥  dan subjek dikatakan


(42)

III.C. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel III.C.1. Populasi dan Sampel

Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah objek, gejala atau kejadian yang diselidiki terdiri dari semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian itu akan digeneralisasikan. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMP Negeri I Medan. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 1122 orang yang terdiri dari orang yang berada di kelas 386 VII, 378 di kelas VIII, dan 358 berada di kelas IX. Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian, atau yang dikenal dengan nama sampel. Sampel merupakan sebagian dari populasi atau sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai paling sedikit satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Selanjutnya hasil penelitian ini diharapkan dapat digeneralisasikan kepada populasinya.

Hadi (2000) mengungkapkan bahwa syarat utama agar hasil penelitian dapat digeneralisasikan maka sebaiknya sampel penelitian harus benar–benar mencerminkan keadaan populasinya atau dengan kata lain harus benar-benar representatif. Arikunto (1998) menyebutkan jika jumlah populasi lebih dari 100 orang maka jumlah sampel yang diambil antara 10%-15% atau 20%-25% atau lebih. Peneliti mengambil sampel 10 % dari jumlah populasi, yaitu 106 orang yang terdiri dari 57 orang perempuan 49 orang laki-laki.


(43)

III.C.2.Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel atau sampling menurut Kerlinger (dalam Hadi, 2000) berarti mengambil suatu bagian dari populasi atau semesta itu. Teknik dalam pengambilan sampel adalah cara yang digunakan untuk mengambil sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu, dalam jumlah yang sesuai, dengan memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran populasi agar benar-benar mewakili populasi (Hadi, 2000).

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik

probability, dalam teknik probability semua individu dalam populasi diberi

peluang yang sama untuk ditugaskan menjadi anggota sampel. Teknik

pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik stratified cluster random sampling dimana dalam teknik stratified cluster random sampling ini

populasi dibagi menjadi dua segmen atau lebih yang mutually exclusive yang

disebut strata, berdasarkan kategori-kategori dari satu atau lebih variabel yang relevan, baru kemudian dilakukan simple random sampling (Hadi, 2000).

III.D. Metode dan Alat Pengumpulan Data

Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan suatu alat ukur aspek afektif, kognitif dan konatif yang merupakan konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 1999).

Metode skala mempunyai kebaikan-kebaikan dan alasan-alasan penggunaan yaitu:

a. Pertanyaan disusun untuk memancing jawaban yang merupakan refleksi dari


(44)

b. Skala digunakan untuk mengungkap suatu atribut tunggal.

c. Subyek tidak menyadari arah jawaban yang sesungguhnya diungkap dari

pernyataan skala.

Pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dan skala motivasi berprestasi. Skala sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP disusun berdasarkan tiga komponen sikap dan tiga komponen dari program pengembangan diri dengan blue print yang disajikan sebagai berikut :

Tabel 1

Distribusi Aitem Skala Sikap Terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP Sebelum Uji Coba

No Aspek Kognitif Afektif Konatif Total

Fav UnFav Fav UnFav Fav UnFav

1 Layanan dan kegiatan

pendukung konseling 2 2 2 2 2 2 12

2 Kegiatan Ekstrakurikuler

2 2 2 2 2 2 12

3 Kegiatan pengembangan diri

secara tidak terprogram :

a. Rutin b. Spontan c. Keteladanan, 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 12 12 12


(45)

Skala motivasi berprestasi disusun berdasarkan karakteristik individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan blue print yang disajikan sebagai berikut :

Tabel 2

Distribusi Aitem Skala Motivasi Berprestasi Sebelum Uji Coba

N0 Karakteristik Fav UnFav Total

1 Selalu berusaha, tidak mudah menyerah dalam

mencapai suatu kesuksesan maupun dalam berkompetisi, dengan menentukan sendiri standar bagi prestasinya dan yang memiliki arti.

3 2 5

2 Secara umum tidak menampilkan hasil yang lebih

baik pada tugas-tugas rutin, tetapi biasanya

menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas-tugas khusus yang memiliki arti bagi mereka

2 3 5

3 Cenderung mengambil resiko yang wajar (bertaraf

sedang) dan diperhitungkan. Tidak akan melakukan hal-hal yang dianggapnya terlalu mudah ataupun terlalu sulit.

2 2 4

4 Dalam melakukan suatu tindakan tidak didorong atau

dipengaruhi oleh rewards (hadiah atau uang).

3 2 5

5 Mencoba memperoleh umpan balik dari perbuatanya. 2 2 4

6 Mencermati lingkungan dan mencari kesempatan

/peluang.

3 2 5

7 Bergaul lebih baik memperoleh pengalaman. 2 2 4

8. Menyenangi situasi menantang, dimana mereka dapat

memanfaatkan kemampuannya

3 2 5

9 Cenderung mencari cara-cara yang unik dalam

menyelesaikan suatu masalah.

3 2 5

10 Dalam bekerja atau belajar seakan-akan dikejar waktu.

4 2 6


(46)

Tabel 3

Bobot nilai pernyataan skala

Bobot nilai STS TS S SS

Favorable 1 2 3 4

Unfavorable 4 3 2 1

III.E. Uji Validitas & Reliabilitas Alat Ukur III.E.1 Validitas

Validitas adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur

dalam melakukan fungsi alat ukurnya. Valid tidaknya suatu alat ukur tergantung pada mampu tidaknya alat ukur tersebut mencapai tujuan pengukuran yang dikehendaki dengan tepat (Azwar 2005).

Menurut Azwar (2005), estimasi validitas dilakukan dengan menggunakan teknik analisis korelasional yaitu yang dinyatakan melalui korelasi antara distribusi skor tes yang bersangkutan dengan distribusi skor suatu kriteria yang relevan. Tidak semua pendekatan validitas memerlukan analisis statistika. Tipe validitas yang berbeda menghendaki cara analisis yang berbeda pula. Tipe validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah contentvalidity (validitas isi) yaitu validitas yang menujukkan sejauh mana aitem-aitem dalam tes mencakup keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes itu. Pengujian validitas ini tidak melalui analisa statistika melainkan menggunakan analisis rasional yang

dalam penelitian ini peneliti meminta pendapat profesional (profesional


(47)

III.E. 2. Reliabilitas

Azwar (2000) menyatakan hasil pengukuran dapat dipercaya hanya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek tidak berubah. Uji reliabilitas alat ukur atau skala ini menggunakan koefisien reliabilitas Alpha.

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang dari 0 sampai dengan 1. Semakin tinggi koefisien reliabilitas mendekati angka 1 berarti semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas. Pengukuran bidang psikologi yang mencapai angka koefisien reliabilitas 1 tidak pernah dapat dijumpai (Azwar, 2001). Menurut Sekaran (dalam Hardaningtyas, 2005) pada umumnya bila koefisien alpha cronbach <0,6 dapat dikatakan tingkat reliabilitasnya kurang baik, sedangkan koefisien alpha cronbach >0,7-0,8 tingkat reliabilitasnya dapat diterima, dan akan sangat baik jika >0,8. Teknik yang digunakan adalah teknik koefisien reliabilitas alpha cronbach dengan bantuan program SPSS versi 15.0.

III.F. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba skala sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP dan skala motivasi berprestasi dilakukan terhadap 60 orang siswa SMP Negri 1 Medan.

Hasil perhitungan reliabilitas skala sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP adalah 0.912.


(48)

Tabel 4

Distribusi Aitem skala sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP setelah uji Coba

No Aspek Kognitif Afektif Konatif Total

Fav UnFav Fav UnFav Fav UnFav

1 Layanan dan kegiatan

pendukung konseling

7 20, 35 8, 26 19 9 - 7

2 Kegiatan Ekstrakurikuler 11, 43 27 10, 29 34, 21 22, 48 30 10

3 Kegiatan pengembangan diri

secara tidak terprogram :

a. Rutin b. Spontan c. Keteladanan 12, 36 17, 32 6 13, 38 24 25 23, 35 16 1 - 4 42 14, 41 2, 31 18, 33 15, 39 28, 32 3 10 9 7

Total 9 7 8 5 9 6 44

Hasil perhitungan reliabilitas skala motivasi berprestasi adalah 0.825 Tabel 5

Distribusi Aitem skala motivasi berprestasi setelah uji Coba

N0 Karakteristik Fav UnFav Total

1 Selalu berusaha, tidak mudah menyerah dalam

mencapai suatu kesuksesan maupun dalam berkompetisi, dengan menentukan sendiri standar bagi prestasinya dan yang memiliki arti.

13, 21 - 2

2 Secara umum tidak menampilkan hasil yang lebih

baik pada tugas-tugas rutin, tetapi biasanya

menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas-tugas


(49)

3 Cenderung mengambil resiko yang wajar (bertaraf sedang) dan diperhitungkan. Tidak akan melakukan hal-hal yang dianggapnya terlalu mudah ataupun terlalu sulit.

12 20 2

4 Dalam melakukan suatu tindakan tidak didorong atau

dipengaruhi oleh rewards (hadiah atau uang).

1, 15, 22 11, 18 4

5 Mencoba memperoleh umpan balik dari perbuatanya. 9, 26 5 3

6 Mencermati lingkungan dan mencari kesempatan

/peluang.

10, 16, 31 6, 27 5

7 Bergaul lebih baik memperoleh pengalaman. 8 30 2

8. Menyenangi situasi menantang, dimana mereka dapat

memanfaatkan kemampuannya

7, 23 19, 28 4

9 Cenderung mencari cara-cara yang unik dalam

menyelesaikan suatu masalah.

4, 24 - 2

10 Dalam bekerja atau belajar seakan-akan dikejar waktu.

17 - 1

Total 20 11 31

III.G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian terdiri dari tiga tahap. Ketiga tahap tersebut adalah tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan data. III. G. 1. Tahap Persiapan

Pada tahapan ini hal-hal yang dilakukan peneliti adalah : a. Pembuatan alat ukur

Pada tahap ini alat ukur yang terdiri dari dari skala sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP dan skala motivasi berprestasi dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang telah diuraikan. Peneliti membuat 60 item untuk skala sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP dan 48 item untuk motivasi berprestasi dengan empat pilihan jawaban .


(50)

b. Melakukan survey

Untuk mendapatkan sampel yang sesuai dengan kriteria sampel yang hendak diteliti, maka peneliti mendatangi SMP Negeri 1 Medan untuk mendapatkan data dan jumlah sampel yang akan dipakai pada uji coba dan sampel yang akan dipakai dalam penelitian.

c. Uji coba alat ukur

Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 19 Agustus 2008 dengan memberikan skala sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP dan skala motivasi berprestasi kepada 60 orang Siswa kelas VII dan VIII internasional yang berada di SMP Negeri 1 Medan.

d. Revisi Alat Ukur

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur yang dilakukan pada 106 orang siswa/siswi SMP Negeri 1 Medan, peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP dan skala motivasi berprestasi dengan menggunakan bantuan aplikasi komputer

software Statistical Program for Social Science (SPSS) for windows 15.0 version. Setelah diketahui item-item mana saja yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, peneliti mengambil item-item tersebut untuk dijadikan skala sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP dan skala motivasi berprestasi. Skala inilah yang digunakan peneliti dalam mengambil data untuk penelitian.


(51)

III. G. 2. Tahap Pelaksanaan

Setelah diujicobakan, maka selanjutnya peneliti melakukan pengambilan data kepada 106 orang sampel dengan memberikan alat ukur berupa skala sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP dan skala motivasi berprestasi yang dilakukan pada tanggal 25 Agustus – 29Agustus 2008. Peneliti memberikan skala kepada siswa/siswi kelas VII, VIII, dan IX pada SMP Negeri 1 Medan.

III. G. 3. Tahap Pengolahan Data

Setelah diperoleh data dari masing-masing subyek penelitian, maka untuk

pengolahan data selanjutnya, diolah dengan menggunakan paket SPSS for

windows 15.0 version.

III.H. Metode Analisa Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistik. Alasan yang mendasari dipakainya analisis statistik adalah karena statistik dapat menunjukkan kesimpulan (generalisasi) penelitian. Pertimbangan lain yang mendasari adalah karena analisis statistik bekerja dengan angka-angka, yang bersifat objektif dan kerja statistik yang menutup kemungkinan masuknya unsur-unsur subjektif yang dapat merubah keinginan menjadi kenyataan atau kebenaran, serta bersifat universal dalam arti dapat digunakan hampir dalam semua bidang penyelidikan (Hadi, 2000).

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP SMP dengan motivasi berprestasi pada siswa, maka analisa data yang dipakai adalah dengan korelasi


(52)

pearson product moment. Alasan peneliti menggunakan analisa ini adalah karena korelasi pearson product moment dipakai untuk melukiskan hubungan antara dua gejala dengan skala ordinal (Azwar, 2000). Keseluruhan analisa dilakukan dengan menggunakan fasilitas komputerisasi SPSS for windows 15.0 version.

Koefisien korelasi ini begerak dari nilai 0 hingga +1. Bila koefisien korelasi bergerak dari nilai 0 sampai +1 maka dinyatakan berkorelasi positif dan apabila korelasi bergerak dari nilai 0 sampai -1 maka dinyatakan berkorelasi negatif.

Sebelum data-data yang terkumpul dianalisa, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data penelitian kedua variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan

menggunakan uji one sample Kolmogorov-Smirnov. Data dikatakan

terdistribusi normal jika harga p > 0,05. 2. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel bebas (sikap siswa terhadap pengembangan diri dalam KTSP) dan variabel tergantung (motivasi berprestasi) memiliki hubungan linear. Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan

scatterplot. Alasan peneliti menggunakan metode ini karena metode ini efektif dalam hal waktu dan tenaga.


(53)

Seluruh proses pengolahan data penelitian akan dilakukan dengan


(54)

BAB IV

ANALISA DATA DAN INTERPRETASI

Pada bab ini akan diuraikan gambaran umum subyek penelitian dan hasil penelitian yang berkaitan dengan analisis data penelitian yang sesuai dengan permasalahan yang ingin dilihat dari penelitian ini.

IV.A Gambaran Subjek Penelitian

Subjek penelitian berjumlah 106 orang siswa, dimana laki-laki ada sebanyak 49 orang dan perempuan sebanyak 57 orang. Subjek ini diperoleh dari 3 kelas yaitu VII, VIII dan IX. Dari skala yang dibagikan kepada subjek, diperoleh hubungan mengenai sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dan motivasi berprestasi.

IV.A.1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin.

Subjek dalam penelitian ini dibedakan jenis kelaminnya yaitu laki-laki dan perempuan, dengan penyebaran sebagai berikut :

Tabel 6

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin N % dari total N

Laki-laki 49 46 %

Perempuan 57 54 %


(55)

Berdasarkan data pada tabel, dapat dilihat bahwa jumlah subjek laki-laki dan perempuan adalah tidak seimbang dimana jumlah subjek perempuan lebih banyak yang berjumlah sebanyak 57 orang dan laki-laki 49 orang.

IV.A.2. Gambaran Subjek Penelitian berdasarkan Tingkatan Kelas

Subjek dalam penelitian ini dibedakan berdasarkan kelas yang tengah ditempuh yaitu Kelas VII, VIII, dan IX dengan penyebaran sebagai berikut :

Tabel 7

Penyebaran Subjek Penelitian Berdasarkan Tingkatan Kelas

Tingkatan Kelas N % of total N

VII 23 21,69 %

VIII 54 50,94 %

IX 29 29% Total 106 100

Tabel menunjukkan bahwa subjek penelitian yang paling banyak menjadi subjek penelitian berdasarkan tingkatan kelas pendidikan adalah subjek dengan tingkatan kelas VIII sebanyak 59 orang, kemudian subjek tingkatan kelas IX sebanyak 29 orang, dan yang paling sedikit subjek dengan tingkatan kelas VII sebanyak 23 orang.


(56)

IV.B Hasil Penelitian Utama IV. B. 1. Uji Asumsi

IV.B.1.1. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran dilakukan untuk mengetahui apakah setiap variabel penelitian telah menyebar secara normal. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov Z yang dilakukan pada variabel sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP menunjukkan sebaran normal dengan nilai Z =0.676 dengan p>0.05 yang dapat dilihat pada tabel 8 dan pada variabel motivasi berprestasi menunjukkan sebaran normal dengan nilai Z =0.985 dengan p>0.05 yang dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 8

Normalitas variabel Sikap Terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP

SIKAP

N 106

Normal Parameters(a,b)

Mean 140,9906

Std. Deviation 13,06358

Most Extreme Differences Absolute ,066

Positive ,049

Negative -,066

Kolmogorov-Smirnov Z ,676


(57)

Tabel 9

Normalitas variabel Motivasi Berprestasi

MOTIVASI

N 106

Normal Parameters(a,b)

Mean 91,2925

Std. Deviation 5,86185

Most Extreme Differences Absolute ,096

Positive ,096

Negative -,057

Kolmogorov-Smirnov Z ,985

Asymp. Sig. (2-tailed) ,287

IV.B.1.2. Uji Linearitas

Uji linearitas digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian, yaitu variabel bebas (sikap siswa terhadap pengembangan diri dalam KTSP) dan variabel tergantung (motivasi berprestasi) memiliki hubungan linear.

Uji linearitas dilakukan dengan menggunakan scatterplot yang menunjukkan

bahwa variabel sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi mempunyai hubungan linear (Motivasi = 65.58 + 0.18 Sikap dengan R-Square = 0.17), yang artinya semakin positif sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi, demikian sebaliknya semakin negatif sikap siswa terhadap


(58)

program pengembangan diri dalam KTSP maka semakin rendah motivasi berprestasi.

IV.B.2. Hasil Utama

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah terdapat hubungan antara sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi, maka hipotesa dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan positif antara sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi”. Semakin positif sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP maka motivasi berprestasinya semakin tinggi, demikian sebaliknya semakin negatif sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP maka semakin rendah motivasi berprestasi.

Untuk pengujian statistik dilakukan perumusan hipotesa statistik, yaitu : 1. Ha (Hipotesa Alternatif) : p>0, artinya ada hubungan positif antara sikap

siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi.

2. Ho (Hipotesa Nihil) : p<0, artinya tidak ada hubungan antara sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi.

Berdasarkan hasil pengujian statistik, didapat korelasi sebesar r= 0.406 dengan p=0.000. Hasil ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima, dengan menunjukkan adanya korelasi positif antara sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi secara signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara sikap


(59)

siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi.

IV.B.2.1 Gambaran Skor Sikap Siswa terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP

Tabel 10

Statistik Data Sikap Siswa terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP

Sikap N Mean

Std.

Deviation Minimum Maximum

106 140,99 13,06 98,00 168,00

Berdasarkan data tabel 10, untuk gambaran umum skor sikap siswa

terhadap program pengembangan diri dalam KTSP diperoleh  = 140.99 yang

dibulatkan menjadi 141 dan standar deviasi = 13.06 yang dibulatkan menjadi 13,

maka diperoleh kategorisasi sikap siswa terhadap program pengembangan diri

dalam KTSP sebagai berikut :

“ ≤ X <  ” X < 141 = negatif X ≥ 141 = positif

Pada hasil pengisian skala sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP yang diisi oleh 106 subjek diperoleh bahwa subjek yang memiliki sikap positif terhadap program pengembangan diri dalam KTSP


(60)

sebanyak 57 orang (53.8 % ) dan subjek yang memiliki sikap negatif terhadap program pengembangan diri dalam KTSP sebanyak 49 orang (46.2 %).

Tabel 11

Rangkuman Gambaran Sikap Siswa terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP

IV.B.2.2. Gambaran Skor Motivasi Berprestasi Tabel 12

Statistik Data Motivasi Berprestasi

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

MOTIVASI 106 91,29 5,86 70,00 109,00

Berdasarkan data tabel 12, untuk gambaran umum skor motivasi berprestasi diperoleh  = 91.29 yang dibulatkan menjadi 91 dan standar deviasi = 5.86 yang dibulatkan menjadi 6, maka diperoleh kategorisasi motivasi berprestasi pada siswa sebagai berikut :

“ ≤ X <  ”

X < 91 = motivasi berprestasi rendah X ≥ 91 = motivasi berprestasi tinggi

kategori

49 46,2 46,2 46,2

57 53,8 53,8 100,0

106 100,0 100,0

negatif positif Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(61)

Pada hasil pengisian skala motivasi berprestasi yang diisi oleh 106 subjek diperoleh bahwa subjek yang memiliki motivasi berprestasi tinggi sebanyak 56 orang (52.8 % ) dan subjek yang memiliki motivasi berprestasi rendah sebanyak 50 orang (47.2 %).

Tabel 13

Rangkuman Gambaran Motivasi Berprestasi

IV.C. Hasil Tambahan

Setelah dilakukan pengujian statistik untuk data utama dalam penelitian ini maka diperoleh hasil bahwa ada hubungan antara sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi pada siswa SMP Negeri 1 Medan. Peneliti juga berkeinginan untuk melihat lebih jauh bagaimana hubungan tersebut pada setiap tingkatan kelas dan jenis kelamin.

IV.C.1. Hubungan Sikap terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa Berdasarkan Jenis Kelamin

Hubungan sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi pada siswa berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 14 dibawah ini :

kategori

50 47,2 47,2 47,2

56 52,8 52,8 100,0

106 100,0 100,0

rendah tinggi Total Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(62)

Tabel 14

Rangkuman Zero Order Partial Correlation berdasarkan jenis kelamin

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa hubungan sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi pada siswa yang berjenis kelamin laki-laki adalah sebesar r =0.239 dengan nilai p =0.098. Hubungan sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi pada siswa yang berjenis kelamin perempuan adalah sebesar r = 0.507 dengan nilai p = 0.000.

IV.C.2. Hubungan Sikap terhadap Program Pengembangan Diri dalam KTSP dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa Berdasarkan Tingkatan Kelas

Hubungan sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi pada siswa berdasarkan tingkatan kelas dapat di lihat pada tabel 15 di bawah ini :

Jenis Kelamin R P

Laki-laki 0.239 0.098


(63)

Tabel 15

Rangkuman Zero Order Partial Correlation berdasarkan tingkatan kelas

Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa hubungan sikap terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi pada siswa yang berada pada tingkatan kelas VII adalah sebesar r =0.693 dengan nilai p =0.000, pada tingkatan kelas VIII adalah sebesar r = 0.596 dengan nilai p = 0.000, dan pada tingkatan kelas IX adalah sebesar r = 0.103 dengan nilai p = 0.597.

IV.D. Interpretasi Data

Berdasarkan hasil pengujian statistik, diperoleh korelasi sebesar r = 0.406 dengan p = 0.000. Hal ini menunjukkan terdapat hubungan positif antara sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi secara signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP dengan motivasi berprestasi pada siswa SMP Negeri I Medan. Artinya bahwa, semakin positif sikap siswa terhadap program pengembangan diri dalam KTSP maka motivasi berprestasi semakin tinggi. Demikian sebaliknya semakin negatif

Tingkatan kelas R P

VII 0.693 0.000

VIII 0.596 0.000


(1)

NO

PERNYATAAN SS

S

TS

STS

1

Menurut saya berpakaian sekolah dengan rapi bukanlah suatu hal

yang sangat penting.

2

Saya sering membuah sampah yang tercecer ke dalam tempat

sampah yang tersedia.

3

Saya sering datang terlambat ke sekolah.

4

Saya tidak merasa terganggu ketika melihat teman yang

membuang sampah sembarangan di sekolah.

5

Saya merasa reading time hanya membuang-buang waktu saja.

6

Menurut saya siswa yang tidak hadir tepat waktu patut untuk

diberi sangsi

7

Layanan dan Kegiatan pendukung Konseling sekolah merupakan tempat yang tepat bagi saya untuk mengadu dan curhat mengenai segala permasalahan yang dihadapinya.

8

Saya merasa masalah saya berkurang setiap kali saya bertukar

pikiran dengan guru BK.

9

Setiap ada masalah, hal yang pertama kali ingin saya lakukan

adalah mendatangi ruangan Bimbingan Konseling sekolah.

10

Saya merasa sedih apabila kegiatan ekstrakurikuler saya

diliburkan.

11

Menurut saya kegiatan ekskul yang saya ikuti menambah

semangat belajar saya.

12

Menurut saya partisipasi kita dalam mengikuti upacara bendera

merupakan perwujudan dari rasa cinta tanah air kita.

13

Saya tidak melihat manfaat dari pengadaan peringatan hari-hari

besar agama di Sekolah.

14

Saya selalu bersemangat memulai aktivitas di sekolah karena

diawali dengan morning smile.

15

Saya sengaja datang terlambat ke sekolah pada hari-hari besar

agama yang diadakan di sekolah.

16

Saya merasa senang setiap kali memberi salam kepada guru.

17

Budaya antri adalah sesuatu yang harus kita laksanakan dengan


(2)

18

Saya selalu mempergunakan reading time dengan baik.

19

Saya tidak merasa BK bermanfaat bagi para siswa di sekolah

20

Menurut saya lebih baik kalau setiap sekolah tidak menyediakan

layanan BK

21

Saya merasa bosan dengan kegiatan ekskul yang saya ikuti d

sekolah.

22

Saya tidak pernah absen pada kegiatan ekskul yang saya ikuti

kecuali ada hal lain yang sangat penting.

23

Saya merasa bangga mengikuti upacara bendera setiap hari Senin

di sekolah

24

Menurut saya memberi salam kepada guru setiap berpapasan itu

tidak perlu

25

Saya sangat mendukung diadakannya reading time di sekolah.

26

Saya merasa sangat terbantu dengan adanya layanan bimbingan

konseling di sekolah.

27

Menurut saya kegiatan ekskul yang ada membuat siswa yang

mengikutinya menjadi malas belajar.

28

Saya mengikuti peringatan hari-hari besar agama di sekolah karena

terpaksa.

29

Saya merasa bakat saya tersalurkan dengan adanya kegiatan

ekskul di sekolah.

30

Saya mengikuti kegiatan ekskul hanya karena terpaksa.

31

Saya selalu mengantri dengan tertib.

32

Saya sering membuang sampah tidak pada tempatnya.

33

Saya selalu memuji keberhasilan teman saya.

34

Saya tidak merasa kegiatan ekstrakurikuler itu penting

35

Bagi saya mendatangi ruangan BK hanya membuang – buang

waktu saja.

36

Menurut saya program morning smile membuat siswa lebih

bersemangat memulai aktivitas di sekolah

37

Setiap siswa harusnya tidak membuang sampah sembarangan

38

Menurut saya upacara bendera pada hari-hari besar bukanlah


(3)

Periksa kembali jawaban Anda, pastikan semua pernyataan telah terisi

~~

TERIMA

KASIH ~~

39

Saya selalu mencari alasan agar tidak menghadiri kegiatan ekskul.

40

Saya memilih kegiatan ekskul yang saya minati.

41

Saya selalu datang lebih awal pada hari Senin untuk mengikuti

upacara bendera

42

Saya merasa senang kalau bisa datang tepat waktu ke sekolah.

43

Menurut saya kegiatan ekskul itu penting diadakan untuk

menyalurkan bakat para siswa.

44

Saya merasa peringatan hari-hari besar agama penting untuk


(4)

Contoh Aitem Skala Motivasi Berprestasi

No : ____________________________

Nama : ____________________________

Kelas : ____________________________

Usia : ____________________________

Ekstrakurikuler yang diikuti : ____________________________ Jenis Kelamin : P/L*

* Lingkari yang sesuai

PETUNJUK PENGISIAN

● Bacalah setiap pernyataan dengan seksama.

● Pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Anda, dengan cara memberikan tanda silang (X) pada jawaban tersebut. jika salah berilah tanda garis dua (=) pada pilihan pertama kemudian silang jawaban yang sesuai

● Berikut ini adalah pilihan jawaban yang tersedia : SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Contoh :

No PERNYATAAN SS S TS STS

1 Saya sangat menyukai membaca buku X

● Setiap orang memiliki pilihan jawaban yang berbeda, pilihlah jawaban yang paling sesuai menurut Anda karena dalam hal ini tidak ada jawaban yang benar maupun salah.

● Periksa kembali jawaban Anda jangan sampai ada yang terlewatkan.


(5)

NO

PERNYATAAN SS

S

TS

STS

1.

Saya berusaha melakukan tugas secepat yang saya bisa tanpa

mengulur-ulur waktu.

2.

Saya selalu berusaha menyelesaikan tugas dengan semaksimal

mungkin terutama pada mata pelajaran favorit saya.

3.

Setiap tugas yang diberikan dari sekolah selaku saya kerjakan

dengan sebaik mungkin.

4.

Saya merasa puas ketika saya dapat memberikan ide yang

berbeda dari ide teman-teman saya.

5.

Saya merasa tidak perlu mendapat evaluasi atas segala usaha

yang saya lakukan.

6.

Saya merasa akan selalu ada yang namanya kesempatan kedua.

7.

Saya merasa tugas-tugas yang menantang akan memicu semangat

saya untuk mengerjakannya.

8.

Saya merasa banyak hal yang dapat saya pelajari dari pertemanan.

9.

Kritik dan saran dari orang lain harus ditanggapi dan dievaluasi

untuk mendapatkan hasil yang lebih baik di tugas berikutnya.

10.

Saya akan memanfaatkan setiap peluang yang ada di depan saya.

11.

Saya selalu mengharapkan pujian dari guru dan orang tua saya

akan hasil belajar saya

12.

Tugas yang terlalu mudah membuat saya tidak bersemangat dalam

mengerjakannya

13.

Rangking yang menurun tidak membuat saya putus asa justru

sebaliknya membuat saya ingin belajar lebih baik lagi

14.

Saya selalu mendapat nilai yang tinggi pada setiap tugas-tugas

rutin yang diberikan di sekolah.

15.

Saya tidak merasa bahwa pemberian hadiah dari orang tua apabila

rangking saya naik itu merupakan suatu hal yang wajib.

16.

Menurut saya setiap kesempatan yang datang harus dimanfaatkan

sebaik-baiknya.

17.

Saya merasa puas jika saya menyelesaikan tugas sebelum waktu

pengumpulan tugas yang ditentukan oleh guru.


(6)

Periksa kembali jawaban Anda, pastikan semua pernyataan telah terisi

~~ TERIMA

KASIH ~~

oleh hadiah yang akan saya dapatkan dari orang tua saya.

19.

Saya merasa semakin tinggi keahlian yang diperlukan dalam menyelesaikan suatu tugas membuat saya ingin menyerah dalam mengerjakannya

20.

Mendapat tugas yang terlalu mudah membuat saya ingin belajar

lebih giat lagi

21.

Saya selalu belajar semaksimal mungkin dalam menghadapi ujian

22.

Kemauan saya untuk belajar tidak dipengaruhi oleh hadiah yang

akan diberikan orang tua saya jika rapot saya bagus.

23.

Saya suka mengikuti kegiatan-kegiatan baru yang menantang.

24.

Saya suka menciptakan sesuatu yang berbeda dari orang lain

25.

Saya sering mendapat nilai yang tinggi pada mata pelajaran yang

saya sukai

26.

Saya mengharapkan kritikan dan saran dari orang lain terhadap

usaha-usaha yang saya lakukan

27.

Saya hanya akan menunggu peluang datang kepada saya tanpa

mau mencarinya

28.

Saya menghindari tugas-tugas sekolah yang cenderung

menantang

29.

Bagi saya semua tugas dari sekolah merupakan tugas yang harus

dikerjakan dengan optimal.

30.

Saya hanya bergaul dengan teman yang memiliki minat dan status

yang sama dengan saya