Hubungan Antara Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Dengan Kreatifitas Belajar Siswa Di Smk Islamiyah Ciputat

(1)

i

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh: Zarikatun 208011000024

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2013


(2)

(3)

(4)

(5)

v SMK Islamiyah Ciputat

Kata kunci: Profesionalisme guru dan kreatifitas siswa

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi atau mengetahui hubungan profesionalisme guru PAI dan kreatifitas belajar siswa. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli - Desember 2012 di SMK Islamiyah Ciputat. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Adapun instrument yang digunakan adalah angket dengan bentuk pilihan berganda. Sedangkan teknik korelasi yang digunakan adalah product moment. Hasil yang ditemukan dalam penelitian ini terdapat hubungan yang positif tetapi rendah antara profesionalisme guru PAI dengan kreatifitas siswa belajar.

.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai r.hitung sebesar 0, 3774 dan termasuk kategori lemah (nilai r.hitung pada rentang 0,20–0,40) dengan nilai KD sebesar 14, 24%.

Dengan demikian terdapat hubungan yang positif antara profesionalisme guru PAI terhadap kreatifitas siswa belajar SMK Islamiyah Ciputat memberi kontribusi yang rendah. Adapun sisanya adalah faktor-faktor lain yang dapat memberi kontribusi terhadap kreatifitas siswa belajar dan hal lain itu tidak diteliti oleh peneliti.

ZARIKATUN (PAI) .


(6)

vi

kepada Nabi Muhammad Saw. Penyempurna akhlak manusia, yang telah di utusAllah membawa wahyu agar manusia bahagia dunia dan akhirat. Selanjutnya, penulis mengucapkan rasa terimakasih kepada pihak-pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam terselesainya skripsiini, di antaranyaadalah:

1. Bapak Prof. Dr. H. Rif’atSyauqiNawawi, M.A. Dekan Fakultas tarbiyah UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Bahrissalim, M.Ag., Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah, UIN Syarif Hidatyatullah Jakarta.

3. Bapak Drs. SapiudinShiddiq, M.Ag., Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah, UIN Syarif Hidayatullah.

4. Bapak Dr. JejenMusfah, MA., selaku dosen pembimbing yang telah mencurah kanpikiran, waktu, dan tenaga dengan ikhlas untuk memberikan motivasi serta arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen, Staf Pengajar, Staf Perpustakaan, Bagian Administrai Kejuruan (terutama Pak Faza), bag. Keuangan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mencurahkan tanaga untuk memberikan pelayanan prima dengan baik, sehingga penulis dapat menjalankan studi dengan lancar.

6. BapakMulyono. S. Pd., Kepala Sekolah, waka kurikulim SMK Islamiyah Ciputat dan seluruh dewan guru serta siswa-siswi SMK Islamiyah Ciputat yang telah membantu penulis untuk melakukan penelitian dan memberikan keterangan, penjelasan dan data yang sangat berguna bagi penulisan skripsi ini.


(7)

vii

8. Kakak-kakakku, adikku, dan keluarga besarku (Mas Dikin beserta istri dan anak-anaknya) yang tersayang yang selalu memberikan dukungan motovasi, dan doanya.

9. Keluarga besarmajlis dzikir Mihrobul Muhibbin atas ketulusan do’a sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

10.Keluar gabesar MIN 15 Bintaro, terutama Kepala Madrasah terimakasih atas segala bentuk perhatian, pengertian, serta bantuannya.

11.Teman-teman angkatan 2008 (Mas Romadlon, Said, Yanti, Hanif, danFitri) atas do’a, bantuan dan dukungannya, semoga Allah Swt. membalas kebaikan kalian dengan balasan yang lebih sempurna.

12.Segenap sahabat dan semua pihak yang telah banyak memberikan dukungan yang tidak dapat disebut satu persatu. Semoga Allah Swt. membalas kebaikan kalian sebaik-baik balasan. AminYaRobbal ‘Alamin.

Sebagai manusia yang tak luput dari kesalahan, penulis menyadari penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca. Amiin

Jakarta, Februari2013 Penulis


(8)

viii

hidayah taufik dan inayahNya serta kemudahan dan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini. Puja dan puji syukur kami salalu panjatkan kepada Sang Maha Rahman, Rahim dan Maha Lathif yang telah membukakan hati dan pikiran penulis. Perjalanan ini memangsulit, penuh liku halangan dan rintangan, tetapi dengan Mu Ya Allah semua ini terasa lebihr ingan dan tidak menjadi beban bagi penulis. AlhamdulillảhRobbil ‘Alamỉn.

Kedua orang yang saya banggakan, saya cintai, saya sayangi dan saya rindukan selalu doa dan ridlonya setelah Allah dan Rasulullah, Ayahanda As’ad Bin Salim (almarhum) dan Ibunda tercinta Kiswati Binti Sunari (almarhumah) yang tanpa kenal lelah memberikan cinta kasih, dukungan serta arahan dan do’anya yang senatiasa membasahi bibir mereka demi keberhasilan putra putrinya untuk mewujudkan cita-cita yang luhur dalam mencapai ridlo Allah Swt. semoga amal ibadah ayahanda dan ibunda tercinta diterima Allah serta menjadi penduduk surga yang paling dekatd isisi Allah.

AmiinYaRobbal ‘Alamiin

Kedelapan saudara kandung saya Rodhi dan keluarga, Shodiqin dan keluarga, Rohanah dan keluarga, Siti Masadah dan keluarga, Mahzum dan keluarga, Faizatun dan keluarga, Maria Ulfah dan suami yang selalu medoakan dan memberikan motivasi, dukungan, arahan, perhatian dan pengertian semenjak saya kecils ampai sekarang. Semoga Allah membalas dengan pahala yang berlipat ganda atas semua kebaikan yang pernah kakak-kakak dan adik lakukan untuk penulis. Amiin.


(9)

ix

selalu member kesehatan dan memanjangkan usia beliau dalam ketaatan serta semua ilmu beliau makin berguna bagi kemajuan serta kesejah teraan bangsa Indonesia pada khususnya dan dunia pada umumnya. Amiin

Seluruh anggota majlis dzikir “MihrobulMuhibbin”, khususnya kepada Mursyidina KH.Dr. AkhmadS odiq, MA. Yang telah menanamkan akhlak dari Rasulullah dan yang menuntun kami dalam perjalanan panjang ini. Semoga kita selalu mendapat barokah doanya dan nanti kita bisa berkumpul di hadirat Allah Swt. Amiin.

Seluruh pecinta dan pencari ilmu serta pembaca yang budiman, yang tidak pernah lelah dalam mengkajiilmu Allah Swt. semoga Allah mengangkat derajat kita dengan ilmu yang kita miliki. Amiin.


(10)

x

ا

ز

ق

ب =

B

س

=

S

ك

=

K

ت

= T

ش

=

Sy

ل

=

L

ث

=

Ts

ص

=

Sh

م

=

M

ج

=

J

ض

=

Dl

ن

=

N

ح =

H

ط

=

Th

و

=

W

خ

=

Kh

ظ

=

Dh

ه

=

H

د

=

D

ع

=

ء

=

ۛ׳

ذ

=

Dz

غ

=

Gh

ي

=

Y

ر =

R

ف

=

F

B. DAFTAR SINGKATAN Cet. = Cetakan h. = halaman H. = Tahun Hijriyah HR. = Hadis Riwayat M. = Tahun Masehi PP. = Pondok Pesantren QS. = Al-Qur’an Surat

SAW. = Sallallahu’alaihi wa Salllam SWT. = Subhanallah wa Ta’ala Terj. = Terjemahan

tt. = Tanpa tahun

ttp. = Tanpa tempat penerbit


(11)

xi

KATA PENGANTAR ... iv

TRANSLITERASI DAN SINGKATAN ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Tujuan Penelitian ... 6

F. Kegunaan Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A.DeskripsiTentangTeori 1. Profesionalisme Guru PAI a. PengertianProfesionalisme Guru ... 7

b. Dalil Guru Profesionalisme ... 9

c. Peran Guru PAI ... 10

d. Syarat Guru Profesional ... 12

e. Jenis-JenisKompetensi guru ... 14

f. KodeEtik Guru Profesional ... 16

2. KreatifitasSiswa a. Pengertian Kreatifitas ... 17

b. Ciri-ciri Kreatifitas ... 18

c. Gaya Belajar Siswa ... 19

d. Pembelajaran dengan Kreatif ... 20

e. PengembanganKreatifitasSiswa ... 21

B.Hasil Penelitian Relevan ... 22


(12)

xii

B. Metodologi Penelitian ... 25

C.Populasi dan Sampel ... 26

D.Teknik Pengumpulan Data ... 26

E. Instrumen Penelitian... 27

F. Teknik Pengoahan Data dan Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Gambaran Umum SMK Islamiyah Ciputat ... 34

1. Profil Sekolah ... 34

2. Visi dan Misi Sekolah ... 35

3. Data Keadaan Guru dan karyawan ... 35

4. Sarana dan Prasarana ... 36

B.Diskripsi data ... 37

C.Analisa dan Interpretasi Data ... 51

1. Menggunakan Rumus Korelasi Product Moment ... 51

2. Pengujian Hipotesis ... 55

D.Pembahasan Hasil Penelitian ... 56

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 58

B. IMPLIKASI ... 58

C. SARAN ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60


(13)

xiii

2. Alternatif jawaban positif... 30

3. Alternatif jawaban negatif ... 30

4. Skala persentase ... 31

5. Tabel Data Guru dan Karyawan SMK Islamiyah ciputat ... 36

6. Dalam proses belajar guru PAI berpakaian rapi ... 37

7. Guru PAI datang tepat waktu dalam mengajar ... 37

8. Guru PAI mengawali dan mengakhiri pelajaran dengan salam ... 38

9. Dalam belajar mengajar guru PAI menyampaikan tujuannya ... 38

10. Guru PAI membawa gambar atau media pembelajaran... 39

11. Guru PAI perhatian pada siswa yang bermasalah dalam belajar ... 39

12. Guru PAI memperhatikan sikap siswa ... 40

13. Guru PAI memulai pelajaran setelah siswa sudah siap... 40

14. Guru PAI mengulang pelajaran pada materi yang belum di fahami siswa .... 40

15. Guru PAI memberi pujian pada siswa ... 41

16. Guru PAI menjelaskan pelajaran dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti ... 41

17. Guru PAI menggunakan jam pelajaran guru lain ... 42

18. Guru PAI menggunakan metode snowballing dalam pembelajarannya ... 42

19. Guru PAI pilih kasih dalam memberi nilai ... 43

20. Guru PAI melakukan penilaian secara objektif pada setiap ulangan ... 43

21. Siswa bertanya pada teman tentang hal-hal yang tidak diketahui ... 44

22. Siswa bertanya kapada guru ketika dalam kegiatan pembelajaran ada pelajaran yang belum difahami ... 44

23. Sebelum melakukan kegiatan pembelajaran di sekolah siswa sudah membuat jadwal ... 45

24. Siswa senang mencoba hal-hal baru yang belum pernah dilakukannya ... 45

25. Siswa merasa tertantang untuk mengerjakan tugas yang sukar ... 46


(14)

xiv

30. Siswa terpaksa belajar giat jika disuruh orang tua ... 48

31. Siswa berhenti belajar ketika menemukan kesukaran... 49

32. Dengan tekun siswa mempelajari mata pelajaran yang susah ... 49

33. Murid belum berhenti membaca sebelum murid benar-benar mema- hami materi pelajaran ... 50

34. Bila ada diskusi kelompok siswa berani mengungkapkan pendapat di hadapan teman-teman ... 50

35. Siswa tidak menghiraukan pendapat orang lain kalau siswa sudah mengerjakan tugasnya sebaik mungkin ... 51

36. Skor Profesionalisme Guru PAI (Variabel X) ... 52

37. Klasifikasi Skor Angket Profesionalisme Guru PAI ... 53

38. Kreatifitas Belajar Siswa (Variabel Y) ... 54

39. Klasifikasi Skor Angket Kreatifitas Belajar Siswa ... 55

40. Rekapitulasi Data Validitas Hubungan Profesionalisme Guru PAI Terhadap Kreatifitas Belajar Siswa ... 63

41. Hasil Perhitungan Angket Variabel X (Profesionalisme Guru) ... 67

42. Hasil Perhitungan Angket Variabel Y (Kreatifitas Belajar Siswa) ... 69

43. Perhitungan Untuk Memperoleh Angka Indek Korelasi Antara Profesio- nalisme Guru PAI Dengan Kreatifitas Belajar Siswa ... 71

44. Data Keadaan Guru SMK Islamiyah Ciputat Tahun 2012-2013 ... 75


(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Guru adalah salah satu elemen penting dalam proses pendidikan. Dalam proses pendidikan di sekolah, guru mengemban tugas ganda, yaitu sebagai pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru bertugas mentransfer sejumlah bahan pelajaran ke dalam otak anak didik. Sedangkan sebagai pendidik, guru bertugas membimbing dan membina anak didik untuk menjadi manusia dewasa dan mampu memecahkan permasalahan dari hasil belajar yang diperoleh dari guru. Oleh karenanya mengajar maupun mendidik merupakan tugas dan tanggung jawab sebagai tenaga profesional. Profesionalisme itulah yang mencerminkan keseriusan guru dalam menjalankan tugas dan mencapai tujuan yang telah dicanangkan. Dalam hal ini profesionalisme merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh pendidik.

Hal tersebut diatas sesuai dengan UU RI NO. 14 Th. 2005 tentang Undang-undang Guru dan Dosen, pasal 1 ayat satu berbunyi: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.1

Di masa lalu dan mungkin sekarang, suasan lingkungan belajar sering dipersepsikan sebagia suatu lingkungan yang menyiksa, membosankan, kurang

1

UU RI No. 14 Th. 2005, Tentang Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), Cet. I,. h. 2


(16)

merangsang, dan berlangsung secara monoton sehingga anak-anak belajar secara terpaksa dan kurang begairah. Di lain pihak para guru juga berada dalam suasana lingkungan yang kurang menyenangkan dan sering kali terjebak dalam rutinitas sehari-hari. Oleh karena itu, diperlukan berubahan paradigma atau pola pikir guru, dari pola pikir tradisional menuju pola pikir professional. Apalagi lahirnya Undang-Undang Guru dan Dosen menuntut sosok guru yang berkualifikasi, berkompetensi dan bersertifikasi.

Sementara itu, menurut Mulyasa, sedikitnya ada tujuh kesalahan yang sering dilakukan guru dalam pembelajaran yaitu:

(1) mengambil jalan pintas dalam pembelajaran (2) menunggu peserta didik berperilaku negatif (3) menggunakan destructive discipline

(4) mengabaikan perserta didik (5) merasa paling pandai dan tahu (6) tidak adil

(7) memaksa hak peserta didik. 2

Di dalam pendidikan guru dan anak didik adalah komponen yang tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan. Dimana mereka memberikan kontrubusinya dalam peranannya masing-masing. Sebagai guru/pendidik kita dituntut menjadi seorang yang profesional. Karena pada dasarnya guru merupakan motivator, komunikator, dan fasilitator siswa untuk dapat belajar dan juga tempat bertanya terhadap materi pelajaran yang sulit serta untuk mengarahkan dan membina para siswa dalam semua aktifitas akademiknya. Oleh karena itu, tidak dapat dipungkiri bahwa guru merupakan salah satu komponen pendidikan yang memiliki pengaruh besar terhadap pembentukan kualitas murid. Bahkan dapat juga dikatakan jika guru dalam proses pembelajarannya sesuai dengan tugas profesi yang di “emban” baik dalam disiplin keilmuannya maupun dalam seni proses pembelajarannya, maka dapat diprediksikan hasilnya pun akan menjadi lebih baik. Untuk menjawab permasalahan tersebut di atas, yang perlu dipersiapkan adalah bagaimana

2

Kunandar, Guru Profesional Implememtasi Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan


(17)

mencetak seorang guru yang memiliki kapasitas keilmuan yang memadai dalam bidangnya, atau guru yang memiliki keluasan ilmu serta kematangan profesional.3

Tetapi ironisnya ada kasus seorang guru yang tega mencabuli anak didiknya, yang seharusnya dididik, didorong, dan dibimbing untuk menjadi manusia yang cerdas dan kreatif. Dengan perbuatan bejat guru tersebut secara tidak langsung menanamkan akhlak yang buruk di jiwa siswa. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang menciptakan anak didik yang beriman, takwa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, mandiri dan kreatif.

Kasus tersebut kami paparkan sebagai berikut: ”Di Cirebon Seorang guru MTsN 2 di Kota Cirebon, MA (47), ditahan polisi karena diduga mencabuli siswinya. Pelaku membantah mencabuli, mengaku hanya gemas. Kejadian tersebut sebenarnya terjadi pada bulan Januari lalu.

Namun karena mediasi pihak sekolah dengan korban dan keluarnya menemui jalan buntu, akhirnya kasus itu di kepolisian yaitu:

"Kejadian di ruang OSIS, pelaku memeluk dari belakang, lalu meraba-raba korban. Pelaku juga mencium bibir korban,"kata Kasat Reskrim Cirebon Kota AKP Didik Purwanto, Rabu (28/3/2012). Didik menambahkan, korban sempat meronta, tetapi korban kalah tenaga, sehingga perbuatan cabul itu tetap terjadi. Sementara, pelaku yang sehari-hari mengajarkan Ilmu alquran dan Hadits ini, menolak tuduhan pencabulan."Saya memang memeluk karena gemas. Saya tidak meraba apalagi mencium bibirnya," elaknya. Pelaku mengaku dekat dengan semua murid. Ia tetap menolak dinilai cabul karena hanya memeluk.4

Melihat persoalan di atas menjadi guru yang profesional ini dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan kualitas pendidikan atau mutu pendidikan menjadi lebih baik. Walaupun banyak kendala-kendala yang harus dihadapi. Di antara kendala-kendala tersebut yang paling esensi adalah adanya perubahan zaman yang semakin hari semakin kompleks permasalahannya. Seperti adanya kemajuan ilmu dan teknologi serta perubahan cara pandang dan pola hidup masyarakat yang menghendaki strategi dan pendekatan dalam proses pembelajaran yang berbeda-beda, di samping materi pembelajaran itu sendiri.

3

Abudin Nata, Paradigma Pendidikan Islam, (Jakarta:Grasindo, 2001), h. 133

4


(18)

Pendekatan dan proses pembelajaran harus mengikuti perkembangan zaman. Dimana pembelajaran harus difokuskan pada murid/student center. Tentunya hal ini membutuhkan pembelajar aktif yang membutuhkan kreatifitas guru dan murid. Kreatifitas yang dihasilkan siswa salah satu faktor keberhasilan guru dan tercapainya tujuan pendidikan. Hal itu tidak akan terjadi tanpa adanya dedikasi dan sikap profesionalisme guru.

Menurut Ramayulis dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan Islam mengatakan bahwa:” peserta didik secara formal adalah orang yang berada pada fase pertumbuhan dan perkembangan baik secara fisik maupun secara psikis Pertumbuhan dan perkembangan merupakan ciri dari seseorang peserta didik yang perlu bimbingan dari seorang pendidik. Pertumbuhan menyangkut fisik, perkembangan menyangkut psikis”. 5

Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi:

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bartanggung jawab.6

Dari uraian di atas mengantarkan penulis untuk mengkaji lebih jauh mengenai tugas utama bagi seorang pendidik diantaranya, guru adalah sebagai pendorong kreatifitas siswa. Kerena kreatifitas merupakan hal sangat penting dalam pembelajaran. Guru dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreatif tersebut. Akhirnya penulis mengambil permasalahan dengan judul “HUBUNGAN ANTARA PROFESIONALISME GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DENGAN KREATIFITAS BELAJAR SISWA DI SMK ISLAMIYAH CIPUTAT TANGERANG SELATAN”.

5

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 77 6

Badan Standar Nasional pendidikan (BSNP), Standar Isi, (Jakarta, Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia, 2006), h. 1


(19)

B. Identifikasi Masalah

Dari masalah yang muncul berkenaan dengan profesionalisme guru PAI hubungannya dengan kreatifitas belajar siswa, diindentifikasi sebagai berikut: 1. Guru belum melakukan pendekatan dan proses pembelajaran yang sesuai

dengan prinsip-prinsip PAIKEM

2. Pengetahuan dan keterampilan guru belum sesuai dengan perkembangan IPTEK

3. Guru mengajar tidak sesuai dengan kompetensi atau bidang keahliannya. 4. Banyak guru yang belum mempunyai ijazah strata 1 (S1).

C. Pembatasan Masalah

Pembatasan penelitian dilakukan agar peneliti lebih terarah, fokus, dan tidak menyimpang dari sasaran pokok penelitian. Oleh karena itu, penulis menfokuskan pada pembatasan atas masalah-masalah pokok yang dibatasi dalam kontek permasahalan yaitu hubungan profesionalisme guru PAI dengan kreatifitas dalam belajar siswa SMK Islamiyah Ciputat.

Kreatifitas belajar siswa di sini adalah siswa kelas XI SMK Islamiah Ciputat tahun ajaran 2012/2013. Adapun alas an peneliti memilih siswa kelas XI sebagai objek penelitian adalah kerena siwa-siswi kelas X tahap penyesuaian dirinya terhadap lingkungan sekolah, kegiatan sekolah dan pelararannya di SMK tahap yang lebih tinggi, sedangkan kelas XII untuk persiapan UN.

Selanjutnya untuk lebih jelas penelitian, maka dipilih dua variabel yang relevan dengan permasalahan pokok, yaitu profesionalisme guru PAI sebagai variabel bebas (x) dan kreatifitas belajar siswa sebagai variabel terikat (y).

D. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan langkah yang paling penting dalam penelitian ilmiah. Perumusan masalah berguna untuk mengatasi karancuan dalam pelaksanaan penelitian. Berdasarkan masalah yang dijadikan fokus penelitian, masalah pokok penelitian tersebut dapat dirumuskan yaitu; “Apakah tedapat hubungan yang positif dan signifikan antara profesionalisme guru PAI terhadap kreatifitas belajar siswa di SMK Islamiyah Ciputat? “


(20)

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan peneliti dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauhmana hubungan antara profesionalisme guru PAI dengan kreatifitas belajar siswa di SMK Islamiyah Ciputat.

F. Kegunaan Penelitian

Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik sebagai kajian ilmiah maupun sebagai bentuk aplikasi langsung terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan. Secara khusus penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak:

1. Dunia Pendidikan pada umumnya

Sebagai bahan acuan untuk mencetak lulusan yang berkualitas dan siap terjun ke masyarakat, dan dapat menghasilkan sumber daya manusia Indonesia yang kreatif dan berkualitas.

2. Pendidik

Sebagai masukan atau informasi, dalam rangka meningkatkan wawasan para pendidik dalam mengembangkan potensi dan pofesionalismenya, sehingga tujuan belajar dapat tercapai secara maksimal.

3. Sekolah

Sebagai bahan masukan sekolah untuk memberdayakan profesionalisme guru PAI dalam mengembangkan strategi serta metode pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Dengan sistem pembelajaran yang demikian diharapkan tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal dan menghasilkan lulusan yang berkualitas.

4. Peneliti

Sebagai bahan untuk menambah wawasan dan keterampilan mengenai profesionalisme guru PAI dengan kreatifitas belajar siswa, sehingga dapat diterapkan dalam mengajar.


(21)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Deskripsi Tentang Teori 1. Profesionalisme Guru PAI

a. Pengertian Profesionalisme Guru

Dilihat dari segi bahasa kata profesionalisme adopsi dari bahasa Inggris professionalism yang merupakan kata sifat dari profesional yang berarti “ahli” atau profession dan mempunyai arti “pekerjaan”.1

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata profesionalisme adalah mempunyai arti mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional.2

Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen (UU.RI.No. 14 Th. 2005), profesional adalah “pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi”.3

Adapun menurut Soecipto dan Raflis, dalam buku “Profesi keguruan” mengatakan bahwa:

1

John. M. Echals dan Hasan Shadily, Kamus Inggris Indonesia an English-Indonesia

Dictionary, (Jakarta:Gramedia, 1976), h. 449

2

Qonita Alya, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pendidikan Dasar Dilengkapi

Gambar-Gambar Menarik, (Bandung: PT. Indahjaya Adipratama, 2009), H. 571

3

UU RI No. 14 Th. 2005, Tentang Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), Cet. I, h. 3


(22)

Profesi adalah jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dan etika khusus serta buku (standar) layanan. Dan kata profesional adalah sifat sesuatu yang berkenaan dengan profesi; penampilan dalam menjalankan jabatan sesuai dengan tuntutan profesi; orang yang mempunyai kemampuan sesuai dengan tuntutan profesi. Serta kata profesionalisasi yaitu usaha menjadikan sesuatu jabatan sebgai pekerjaan profesional yakni upaya dan proses peningkatan dasar, kreteria, standar, kemampuan, keahlian, etika, dan perlindungan suatau profesi.4

Profesionalisme bermakna proses untuk mewujudkan kriteria kompetensi profesional pada seorang guru. Profesionalisme merupakan sikap yang lahir dari keyakinan terhadap, pekerjaan yang dipegang sebagai suatu yang bernilai tinggi sehingga dicintai secara sadar, yang tampak dari upaya terus menerus dan berkelanjutan dengan melakukan perbaikan.

Menurut Hamzah B. Uno di dalam bukunya yang berjudul profesi kependidikan mengatakan bahwa: “guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik.5

Menurut kusnandar di dalam bukunya yang berjudul guru professional implementasi kurikulum (KTSP) dan sukses dalam sertifikasi guru mengatakan: “Guru Profesional adalah guru yang mengenal tentang dirinya. Yaitu, dirinya adalah pribadi yang dipanggil untuk mendampingi peserta didik untuk/dalam mengajar.6

Sedangkan guru profesional menurut sudarman Danim dan Khairil adalah “mereka yang memiliki kemandirian tinggi ketika berhadapan birokrasi pendidikan dan pusat-pusat kekuasaan lainnya.Mereka memiliki ruang gerak yang bebas sebagai wahana bagi keterlibatannya di bidang pendidikan dan pembelajaran, pengembangan profesi, pengabdian kepada masyarakat, dan kegiatan penunjang lainnya.”7

4

Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 262 5

Hamzah, Profesi Kependidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), Cet. Ke-7, h. 15 6

Kusnandar, Guru Professional Implementasi Kurikulum (Ktsp) Dan Sukses Dalam

SertifikasiGuru, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2010), Cet. Ke-6 h. 48

7

Sudarwan Denim. Khairil, Profesi Kependidikan, (Bandung: Alfabeta, 2012), Cet. Ke-3, h. 23


(23)

b. Dalil Guru Profesionalisme

Pendidik dalam pendidikan Islam adalah setiap orang dewasa yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang lain. Yang menerima tanggung jawab dan amanat pendidikan tersebut adalah orang yang sudah dewasa.Sebagai pemegang amanat, guru bertanggung jawab atas amanah yang diserahkan kepadanya. Dalil al-Qur’an yang menganjurkan tentang pekerjaan yang profesional, surat An-Nisa ayat 58 adalah:

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha Melihat”(Q.S. An-Nisa: 58)8

Segala sesuatu jika dipegang oleh orang yang bukan ahlinya maka dia menyebabkan kehancuran, seperti halnya jika pendidikan dipegang oleh orang yang tidak profesional sulit untuk melihat keberhasilannya.Dan jika kompetensi guru rendah, maka para muridnya kelak menjadi generasi yang bermutu rendah.Jangankan mampu bersaing, mencari pekerjaan pun sulit, sehingga bukan tidak mungkin kelak mereka menjadi beban sosial.

Hadits yang mendukung keprofesionalisme, diantaranya adalah:

Apabila amanah disia-siakan maka tunggulah saat kehancurannya. Salah

seorang sahabat bertanya: “Bagaimankah menyia-nyiakannya, hai

Rasulullah?” Rasulullah saw. menjawab:”Apabila perkara itu diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya, maka tuggulah saat kehancuranya.”(H. R. Bukhari).9

8

Abdul Rahman b. Smit, Al-Qur’an dan Terjemahnya ed.Revusi Terbaru, (Semarang: CV.

Asyifa’, 1999), h. 128

9

Muhammad Alfis Chaniago, Indekeks dan Hadits Syarah 1.646 Hadits Pilihan dari 6 kitab


(24)

c. Peran Guru PAI

Profesional guru merupakan keharusan yang mendasar dan sentral posisinya dalam sistem pendidikan, baik pendidikan Islam maupun pendidikan nasional, dan sangat mendesak untuk diupayakan agar bisa mengatasi berbagai kendala dari proses pembangunan pendidikan.

Guru sangat berperan dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. Minat, bakat, kemampuan, dan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan guru.

Guru pula yang memberi dorongan agar peserta didik berani berbuat benar, mengakui kesalahan, dan membiasakan mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. Sebagai contoh: murid membuat kesalahan dengan tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR), maka ketika guru meminta mengumpulkan maka sebagi murid dia melakukan sikap bertangung jawab dengan jujur dan mau menerima konsekuensi dari kelalainya, bukan malah mencari alasan. Atau sebaliknya Guru tidak bisa masuk tanpa alasan, maka guru harus menerima konsekuensi/sanksi dari sekolah. Oleh karenanya guru dalam beberapa hal, harus mampu menjadi pribadi yang bijaksana. Contoh lain yakni guru melihat peserta didik ketika jatuh dan cedera di sekolah, maka guru menolong muridnya dan memberikan perhatian dengan merawat/mananyakan sebagai bentuk kepedulian. Perhatian, nilai pendidikan, dan lain-lain yang sangat menuntun guru untuk melatih kesabaraan, kreatifitas dan profesionalisme dari guru.

Begitu banyak peran guru sebagai seorang pendidik dalam rangka meningkatkan .kualitas pendidikan yang tentunya ditentukan oleh kualitas guru itu sendiri. berikut adalah peranan guru dalam nuansa pendidikan yang ideal sebagai berikut:

1. Guru sebagai pendidik 2. Guru sebagai pengajar 3. Guru sebagai pembimbing 4. Guru sebagai pelatih 5. Guru sebagai penasehat


(25)

7. Guru sebagai korektor 8. Guru sebagai organisator 9. Guru sebagai motivator 10.Guru sebagai fasilitator 11.Guru sebagai pengelola kelas 12.Guru sebagai mediator 13.Guru sebagai evaluator10

Dan Moh. Uzer Usman dalam buku Menjadi Guru Profesional peranan yang dianggap paling dominan adalah guru sebagai berikut:

1. Guru sebagai demonstrator 2. Guru sebagai pengelola kelas

3. Guru sebagai mediator dan fasilitator 4. Guru sebagai evaluator.11

Dalam interaksi edukatif, tidak semua bahan pelajaran dapat diterima dan difahami oleh peserta didik. Apalagi bagi anak didik yang mempunyai intelegensi sedang, maka guru membantunya meragakan atau mendemonstrasikan apa yang diajarkan secara dedaktis, sehingga apa yang diingikan sejalan dengan pemahaman anak didik. Dan sebagai pengelola kelas, karena kelas merupakan tempat berkumpulnya semua anak didik dan guru dalam rangka mentransfer bahan pelajaran. Jika kelas tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Guru sebagai mediator maksudnya guru sebagai penengah dalam proses belajar anak didik misalnya dalam diskusi dan siswa tidak mampu mencari jalan keluar dari pemecahan masalah-masalahnya maka guru lah yang menengahi dengan menganalisis permasalahann agar dapat terselesaikan. Sebagai fasilitator maka guru memfasilitasi peserta didik agar dapat melakukan pengajaran. Dan guru sebagai evaluator tidak hanya menilai hasil pengajaran tetapi siswa dalam proses belajar juga harus dinilai yaitu menilai kepribadian siswa.

Adapun Syaiful Bahri Djamarah, memaparkan peran guru yang sangat diperlukan sebagai pendidik atau pengajar ada 13 peran, yakni guru sebagai

10

Supardi, dkk., Profesi Keguruan Berkompetensi dan Bersertifikat, (Jakarta: Diadit Media, 2009), h. 23

11

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), h. 9


(26)

korektor, inspirator, informatory, organisator, motivator, inisiator, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola kelas, mediator, supervisor, dan evaluator.12

Al-Nawawi menyatakan bahwa peran guru hendaklah mencontoh peran yang dilakukan Rasulullah yaitu mengkaji dan mengembangkan ilmu Ilahi. Beliau mengambil inti sari Q.S. Ali Imran:79 dan Q.S Al-Baqarah: 129, bahwa tugas pokok (peran utama) guru dalam pendidkan Islam adalah sebagai berikut:

1. Tugas pensucian. Guru hendaknya mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri kepada Allah Swt, menjauhkan diri dari keburukan, dan menjaganya agar tetap berada pada fitrahnya.

2. Tugas pengajaran. Guru hendaknya menyampaikan berbagai pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik untuk diterjemahkan dalam tingkah laku dan kehidupanya.13

Profesionalisasi guru agama Islam meliputi berbagai upaya agar guru berperan sebagai spiritual father bagi anak didik yang memberikan santapan rohani dengan ilmu dan pembinaan akhlak, berfungsi sebagai:

Pengajar, sebagai pendidik, pembimbing, dan pemimpin dan memiliki karakter keguruan yang senantiasa bergairah, menumbuhkan bakat dan sikap, mengatur proses belajar, memperhatikan perubahan, dan menjalin hubungan manusiawi.14

d. Syarat Profesionalisme guru

Di dalam UU RI No. 14 Th. 2005 tentang Guru dan Dosen pada bab IV bagian kesatu pasal 8 disebutkan “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki

kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.

Kualifikasi akademik seorang guru dapat diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau diploma empat. Ini sesuai dengan Peraturan Mentri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang standarkualifikasi

12

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), h. 48.

13

Ramayulis, Ilmu pendidikan Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2010), h. 75 14


(27)

akademik dan kompetensi guru mensyaratkan pada pasal 1: “Setiap guru wajib memenuhi standar kualifikasi akademik dan kopetensi guru yang berlaku secara nasional”.15

Di dalam buku Character Building Guru PAI Nuraida mengatakan bahwa:

Kompetensi profesional adalah kemampuan yang tumbuh secara terpadu dari pengetahuan yang dimiliki tentang bidang ilmu tertentu, ketrampilan menerapkan pengetahuan yang dikuasai maupun sikap positif yang alamiah untuk memajukan, memperbaiki dan mengembangkannya secara berkelanjutan, disertai tekad untuk mewujudkan dalam kehidupan sehari-hari.16

Kompetensi yang dimiliki seorang guru sangat mempengaruhi keberhasilan pendidikan yang bermutu serta berkualitas.Kompetensi guru yang dimaksud meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.

Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program mengadakan tenaga kependidikan yang terakreditas dan ditetapkan oleh pemerintah, misalnya; Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Universitas Negeri Jakarta serta universitas-universitas swasta (Universitas Muhammadiyah Jakarta dan Institut Ilmu Pendidikan Bandung). Dan setiap orang yang telah memperoleh sertifikat pendidik memiliki kesempatan yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan tertentu. Pernyataan tersebut tercantum dalam UU RI No. 14 Th. 2005 tentang Guru Dan Dosen pada pasal 12.17

Menurut Moh. Uzer Usman ada persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong ke dalam profesi antara lain:

1. Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.

2. Memiliki klien/objek layanan yang tetap, seperti dokter dengan pasiennya, guru dengan muridnya.

15

Nuraida dan Rihlah Nur Aulia, Character Building Guru PAI, (Jakarta:Alia, 2008), h. 10 16

Saridjo, op. cit., h. 230 17

Hasbullah, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 392


(28)

3. Diakui oleh masyarakat karena memang diperlukan jasanya di masyarakat18.

Atas dasar persyaratan tersebut, jelaslah jabatan profesional harus ditempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan itu.Demikian pun dengan profesi guru, harus ditempuh melalui jenjang pendidikan pre service education seperti Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), IKIP dan Fakultas Keguruan di luar lembaga IKIP.

e. Jenis-Jenis kompetensi Guru

Menurut Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 10 ayat 1 dijelaskan bahwa kompetensi guru meliputi: “kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.19

1. Kompetensi Pedagogik.

Muzakir menyatakan, terdapat beberapa syarat pedagogis yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu:

(a) penguasaan materi pelajaran;

(b) kemampuan menerapkan prinsip-prinsip spikologi; (c) kemampuan menyelenggarakan proses belajar mengajar; (d) kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai situasi baru.20 2. Kompetensi Kepribadian.

Menurut Supardi, dkk, di dalam buku profesi keguruan, kompetensi kepribadian yang harus dimilki oleh guru meliputi:

(a) beriman dan bertaqwa; (b) berwawasan Pancasila;

(c) mandiri dan penuh tanggung jawab; (d) berwibawa;

(e) berdisiplin; (f) berdedikasi;

(g) bersosialisasi dengan masyarakat;

1818

Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 16

19

UU RI No. 14 Th. 2005, Tentang Undang-Undang Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), Cet. I,.h. 7

20

Ahmad Nuzakir dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 1991), h. 92


(29)

(h) mencintai peserta didik dan peduli terhadap pendidikan.21 3. Kompetensi Sosial atau Kemasyarakatan.

Tugas kemanusiaan salah satu segi dari tugas guru.Sisi ini tidak bisa guru abaikan, karena guru harus terlibat dalam kehidupan di masyarakat dengan interaksi sosial. Guru harus menanamkan nilai-nilai kemanusiaan kepada anak didiknya. Dengan begitu anak didik diajarkan agar mempunyai sifat kesetiakawanan social. Guru harus menempatkan diri sebagai orang tua kedua, dengan mengemban tugas yang dipercayakan orang tua anak didik dalam jangka waktu tertentu.

Kunandar dalam buku Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KPSP) dan Sukses Dalam Sertifikasi Guru mengartikan bahwa:”kompetensi sosial, yaitu perangkat perilaku tertentu yang merupakan dasar dari pemahaman diri sebagai bagian yang tak terpisahkan dari lingkungan sosial serta tercapainya interaksi sosial secara efektif”.22

4. Kompetensi Profesional.

Kemampuan professional ini meliputi hal-hal berikut:

a. Menguasai landasan pendidikan, yaitu: (a) mengenal tujuan pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan nasional; (b) mengenal fungsi sekolah dalam masyarakat; (c)Mengenal prinsip-prinsip Psikologi pendidikan yang dapat dimanfaatkan dalam proses belajar mengajar. b. Menguasai bahan pengajaran, yaitu: (a) menguasai bahan pengajaran

kurikulum pendidikan dasar dan menengah; (b) menguasai bahan pengayaan.

c. Menyusun program pengajaran, yaitu: (a) menetapkan tujuan pembelajaran; (b) memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran; (c) memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar; (d) memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai; (e) memilih dan memanfaatkan sumber belajar.

d. Melaksanakan program pengajaran, yaitu: (a) menciptakan iklim belajar dan mengajar dengan tepat; (b) mengatur ruang belajar; (c) mengelola interaksi belajar mengajar

21

Supardi dkk., Profesi Keguruan Berkompetensi dan Bersertifikasi, (Jakarta: Diadit Media, 2009), h. 49

22

Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)


(30)

e. Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan, yaitu: (a) menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran; (b) menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan.23

f. Kode Etik Profesi Keguruan

Berbicara mengenai “Kode Etik Guru Indonesia” berarti kita

membicarakan guru di negara kita.Konggres PGRI XIII pada tanggal 21 sampai 25 November 1973 di Jakarta, merumuskan kode etik yang harus di patuhi dan dilaksanakan oleh guru di Indonesia.

Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, bangsa, dan negara serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa pancasila dan setia pada UUD 1945 terpanggil untuk menunaikan karyanya dengan berpegang pada dasar-dasar sebagai berikut:

a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa pancasila

b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional

c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peseta didik sebagai lahan melakukan bimbingan dan pembinaan.

d. Guru menciptakan suasanasekolah sebaik-baiknya yang menunjang keberhasilan proses belajar mengajar.

e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan meningkatkan mutu dan martabat profesinya.

g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan dan kesetia kawanan.

h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu organisasi PGRI sebagai sarana perjuangan dan pengabdian.

i. Guru melaksanakan segala kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan.24

Tujuan kode etik guru pada dasarnya untuk kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Tetapi secara umum tujuan mengadakan kode etik menurut R. Hermawan S yaitu: “untuk menjunjung tinggi martabat profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota,

23

Usman, Op. cit., h. 19 24


(31)

untuk menigkatkan pengabdian para anggota profesi, dan untuk meningkatkan mutu profesi dan organisasi profesi”.25

2. Kreatifitas Belajar Siswa a. Definisi Kreatifitas

Secara bahasa creative berarti “memiliki daya cipta”. Sedangkan di dalam kamus umum bahasa Indonesia kreatif adalah “mempunyai kemampuan untuk mencipta atau bersifat mencipta”.26Misalnya suatu pekerjaan yang menghendaki selain kecerdasan juga imaginasi.

Menurut Amal Abdussalam Al-Khalili, kreatifitas adalah “segala pemikiran baru atau cara, atau pemahaman, atau model baru yang dapat disampaikan, kemudian digunakan dalam kehidupan”.27

Yeni Rachmawati, M.Pd mengatakan kreatif “merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan gagasan, proses, metode ataupun produk baru yang efektif yang bersifat imajinatif, estesis,28 fleksibel, integrasi, suksesi, diskontinuitas, dan diferensisasi yang berdaya guna dalam berbagai bidang untuk pemecahan suatu masalah”.29

Sedangkan Torrence mendefinisakan kreatifitas adalah “proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya”.30

Dengan demikian kreatifitas adalah sebuah proses dan usaha seseorang yang dilakukan terus menerus untuk menciptakan sesuatu yang lebih baik dan digunakan dalam kehidupan manusia. Sehingga dalam kaitannya dengan

25

Kosasi, Op. cit.,h. 32 26

W. J. S. Poerwadarminta, Kamus umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN Balai Pustaka, 1982), h. 526

27

Amal Abdusalam Al-Khalili, Mengembangkan Kreatifitas Anak, (Jakarta:Pustaka Al-Kausar, 2005), h.31

28

Estetis adalah mengenai keindahan; menyangkut apresiasi keindahan; atau mempunyai penilaian terhadap keindahan

29

Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Anak

UsiaTaman Kanak-kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 14

30

Utami Munandar, Pengembangan Kraetifitas anak Berbakat, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 27


(32)

kreatifitas guru, maka seorang guru hendaknya selalu tergerak dan berproses membuat peserta didik bebas berekspresi sehingga daya kreatifitasnya terasah. b. Ciri-ciri Kreatifitas

Salah satu aspek penting dalam kreatifitas memahami ciri-cirinya.Upaya menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan kreatifitas hanya mungkin dilakukan jika kita memehami terlebih dahulu sifat-sifat kemampuan kreatif dan iklim lingkungan yang mengitarinya.

Menurut Supriadi mengatakan bahwa ciri-ciri kreatifitas dapat dikelompokkan dalam dua kategori, kognitif dan nonkognitif.Ciri kognitif diantaranya orisinalitas, fleksibilitas, kelencaran, dan elaborasi.Sedangkan cirri nonkognitif diantaranya motifasi sikap dan kepribadian kreatif. Kedua ciri ini sama pentingnya, kecerdasan yang tidak ditunjang dengan kepribadian kreatif tidak akan menghasilkan apa pun. Dan kecerdasan tanpa mental yang sehat sulit sekali dapat menghasilkan karya kreatif.

Penelitian pertama di Indonesia tentang ciri-ciri kepribadian yang kreatif dilakukann pada tahun 1977 oleh Utami Munandar dengan membandingkan pendapat tiga kelompok, yaitu kelompok psikolog, guru dan orang tua. Dari penelitian ini ditemukan perbedaan kelompok orang yang sangat kreatif dan kelompok orang yang kurang kreatif.

Ciri-ciri perilaku yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan sumbangan kreatif yang menonjol digambarkan sabagai berikut: berani dalam pendirian/keyakinan, ingin tahu, mandiri dalam berpikir dan mempertimbangkan, bersibuk diri terus menerus dengan kerjanya, intuitif, ulet, tidak bersedia menerima pendapat otoritas dari siapa saja. Kenyataan menunjukkan, bahwa guru dan orang tua menginginkan perilaku sopan, rajin dan patuh dari anak, ciri ini tidak berkaitan dengan kreatifitas.

Pandangan di Indonesia tentang ciri-ciri pribadi yang kreatif yang berdasarkan penelitian tersebut tidak tampak banyak kesamaan antara ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut pakar psikologi dengan ciri-ciri yang diinginkan guru. Hasilnya sebagai berikut:


(33)

Menurut psikolog ciri kreatif adalah: 1. Imajinatif

2. Mempunyai prakarsa 3. Mempunyai minat luas 4. Mandiri dalam berfikir 5. Rasa ingin tahu

6. Senang berpetualang 7. Penuh energi

8. Percaya diri

9. Bersedia mengambil resiko

10. Berani dalam pendirian dan keyakinan31 Ciri-ciri kreatif yang diinginkan guru adalah: 1. Penuh energi

2. Mempunyai prakarsa 3. Percaya diri

4. Sopan 5. Rajin

6. Melaksanakan pekerjaan pada waktunya 7. Sehat

8. Berani dalam berpendapat 9. Mempunyai ingatan baik 10. Ulet.32

c. Gaya belajar siswa

Gaya belajar merupakan cara atau kebiasaan siswa dalam belajar di sekolah yang baik perlu dipupuk serta kebiasaan siswa yang tidak baik harus segera dimodifikasi agar mereka dapat belajar secara baik dan kreatif. Guru dalam mengajar harus memperhatikan gaya belajar (learning style) siswa.Agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung secara efektif dengan keragaman gaya belajar siswa, guru harus melakukan modifikasi metode pembelajaran sehingga kegiatan belajar siswa tidak monoton.kegiatan seperti ini mampu menumbuhkan kreatifitas siswa di dalam belajar.

Gaya belajar atau Learning Style adalah cara atau kebiasaan siswa dalam belajar baik dalam hal memulai belajar, dalam menerima pelajaran, dalam menyerap pelajaran maupun dalam hal menjawab permasalahan. Gaya belajar yang dimaksud di sini adalah gaya belajar siswa di sekolah.

31

Ibid., h. 36 32


(34)

Menurut Taksonomi Bloom, yang dikutip Alisuf Sabri dalam bukunya Psikologi Pendidikan dijelaskan jenis-jenis belajar terdiri dari tiga aspek yaitu:

1. jenis belajar aspek kognitif, 2. afektif, dan

3. psikomotorik.

Adapun Gagne mengembangkannya menjadi lima kategori aspek belajar yaitu: jenis belajar:

1. informasi verbal 2. kemahiran intelektual

3. pengaturan kegiatan kognitif 4. belajar sikap

5. belajar keterampilan kognitif.33 d. Pembelajaran Dengan Kreatif

Proses pembelajaran pada hakikatnya untuk mengembangkan aktifitas dan kreatifitas peserta didik, melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Namun dalam pelaksanaannya sering kali kita tidak sadar, bahwa masih banyak kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan justru menghambat aktifitas dan kreatifitas peserta didik.

Apa yang tergambar di atas dapat dilihat dalam proses pembelajaran di kelas yang pada umumnya lebih menekankan pada aspek kognitif, sehingga kemampuan mental yang dipelajari sebagian besar berpusat pada pemahaman bahan pengetahuan, dan ingatan. Dalam situasi yang demikian, biasanya peserta didik dituntut untuk menerima apa-apa yang dianggap penting oleh guru dan disuruh untuk menghafalkannya. Guru pada umumnya kurang menyenangi suasana pembelajaran yang para peserta didiknya banyak bertanya mengenai hal-hal di luar konteks yang dibicarakan. Dengan kondisi yang demikian, maka aktifitas dan kreatifitas para peserta didik terhambat atau tidak dapat berkembang secara optimal.

33

Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan Berdasarkan Kurikulum Nasional IAIN Fakultas


(35)

Gibbs dengan melalui beberapa penelitiannya menyimpulkan bahwa:kreatifitas dapat dikembangkan dengan memberi kepercayaan, komunikasi yang bebas, pengarahan diri, dan pengawasan yang tidak terlalu ketat, hasil penelitan tersebut dapat diterapkan atau ditransfer dalam proses pembelajaran. Kendatipun demikian, kualitas pembelajaran sangat ditentukan oleh aktifitas dan kreatifitas guru, di samping kompetensi-kompetensi profesionalnya.34

e. Pengembangan Kreatifitas Siswa

Berkenaan dengan pengembangan kreatifitas di sekolah, kurikulum berbasis kompetensi menegaskan bahwa siswa memiliki potensi untuk berbeda.Perbedaan siswa terlihat dari pola pikir, daya imajinasi, fantasi (pengandaian) dan hasil karyanya.Akibatnya kegiatan belajar mengajar perlu dipilih dan dirancang agar memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan untuk mengembangkan dan mengoptimalkan kreatifitas siswa.

Mulyasa, mengemukakan bahwa kreatifitas peserta didik dalam belajar sangat bergantung pada kreatifitas guru dalam mengembangkan meteri standar, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Guru dapat menggunakan berbagai pendekatan dalam meningkatkan kreatifitas peserta didik35.

Berikut disajikan berbagai resep yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kreatifitas peserta didik.

1. Jangan terlalu banyak membatasi ruang gerak peserta didik dalam pembelajaran dan mengembangkan pengetahuan baru.

2. Bantulah peserta didik memikirkan sesuatu yang belum lengkap, mengeksplorasi pertanyaan, dan mengemukakan gagasan yang original. 3. Bantulah peserta didik mengembangkan prinsip-prinsip tertentu ke

dalam situasi baru.

4. Berikan tugas-tugas secara independent.

5. Kurangi kekangan dan ciptakan kegiatan yang dapat merangsang otak. 6. Berikan kesempatan kepada peserta didik untuk berfikir reflektif

terhadap setiap masalah yag dihadapi.

7. Hargai perbedaan individu peserta didik, dengan melonggarkan aturan dan norma kelas.

8. Jangan memaksakan kehendak pada peserta didik.

34

Mulyasa, op. cit., h. 165 35


(36)

9. Tunjukkan perilaku-perilaku baru dalam pembelajaran.

10. Kembangkan tugas-tugas yang dapat merangsang tumbuhnya kreatifitas.

11. Kembangkan rasa percaya diri peserta didik, dengan membantu mereka mengembangkan kesadaran dirinya secara pisitif, tanpa menggurui dan mendekte mereka.

12. Kembangkan kegiatan-kegiatan yang menarik seperti kuis dan teka-teki serta nyanyian yang dapat memacu potensi secara optimal.

13. Libatkan peserta didik secara optimal dalam proses pembelajaran, sehingga proses mentalnya bisa lebih dewasa dalam menemukan konsep dan prinsip-prinsip ilmiah.36

B.Hasil Penelitian Relevan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ropiyati dalam skripsi yang berjudul “Hubungan Profesionalisme Guru PAI dengan Prestasi Belajar Siswa SMP Negeri I Kosambi Tangerang”. Program Sarjana Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Jakarta tahun 2011 hasil penelitian menggunakan penelitian kuantitatif terdapat hubungan yang positif yang cukup signifikan antara profesionalisme guru PAI dengan prestasi belajar PAI siswa dengan koefisien korelasi sebesar 0,445.37

Dan penelitian lain dilakukan oleh Taufiqurrahman dalam skripsi yang berjudul “Hubungan Profesionalitas Guru PAI dengan Motivasi Belajar Siswa”. Program Sarjana Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Jakarta hasil penelitian menggunakan penelitian kuantitatif terdapat hubungan positif yang kuat antara profesionalitas guru PAI dengan motovasi belajar siswa dengan memperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,74. Ini mencerminkan bahwa profesionalitas guru PAI dan motifasi belajar siswa secara kualitatif mempunyai hubungan yang kuat.

Penelitian lain juga dilakukan oleh Dahriyani dalam skripsi yang berjudul “Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam Hubungannya Dengan Motivasi Belajar siswa (Studi Kasus Di SMA PGRI 3 Jakarta)”. Program Sarjana Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Negeri Jakarta. Hasil penelitian

36

Mulyasa, op. cit., h. 169 37

Sebuah Skripsi yang diajuakan pada Program Sarjana Universitas Islam Negeri Jakarta guna memperolah gelar Sarjana Pendidikan, 2011


(37)

menggunakan metode kuantitatif terdapat hubungan positif yang tinggi antara variabel X (Profesionalisme Guru Pendidikan Agama Islam) dan variabel Y (Motivasi Belajar Siswa), dengan memperoleh nilai koofisien korelasi sebesar 0,667.38

Semua penelitian dan tulisan tentang profesionalisme guru PAI sudah banyak dilakukan di bidang pendidikan, akan tatapi penulis belum menemukan penelitian yang fokus pada profesionalisme guru PAI terhadap kreatifitas belajar siswa. Maka dari itu penulis mengasumsikan bahwa pembahasan dan penelitian terhadap prosesionalisme guru PAI terhadap kreatifitas siswa belum ada yang melakukannya.

C. Kerangka Berpikir

Di zaman sekarang ini seorang guru sudah dapat dikatakan sebagai pekerjaan yang profesional.Hal ini menunjukan kepedulian pemerintah terhadap mutu pendidikan.Tidak dipungkiri, bahwa keadaan dan zaman globalisasi membawa perubahan terhadap perilaku manusia yang desintegrasi moral.Sehingga guru diharapkan menjadi agen of change (pembawa perubahan).Oleh karena itu, profesionalisme guru perlu didukung dan mendapat apresiasi baik dari guru sendiri maupun masyarakat.

Namun keprofesionalisme guru sekarang lebih diidentikkan dengan anggapan mendapat gaji lebih besar, tunjangan profesi dan kemapanan hidup.Padahal jauh dari makna sebenarnya bahwa profesionalisme adalah bentuk keseriusan dan tanggung jawab seseorang terhadap pekerjaan baik guru ataupun pekerjaan lainnya. Guru merupakan simbol dedikasi, loyalitas dan pahlawan tanda jasa terhadap pendidikan. Sehingga tidak bisa dijustifikasi bahwa keprofesionalisme hanyalah sebuah sikap yang hanya ditampilkan ketika ada pengawas maupun penilaian.Dengan demikian dalam kerangka berpikir, penulis mencoba menggambarkan bagaimana sebuah keprofesionalisme guru di Indonesia, dalam menciptakan mutu pendidikan yang salah satu tujuan adalah membentuk pribadi

38

Sebuah Skripsi yang diajuakan pada Program Sarjana Universitas Islam Negeri Jakarta guna memperolah gelar Sarjana Pendidikan, 2010


(38)

yang kreatif.Karena zaman era globalisasi terjadi perubahan yang sangat cepat dan menuntut pribadi yang kreatif.

Apalagi pemerintah sudah menjamin guru adalah suatu pekerjaan yang terhormat dan tergolong pekerjaan yang profesional. Karena, guru dan dosen mempunyai Prinsip Profesionalitas yang tercantum dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, diantaranya: 1)Memiliki bakat minat, panggilan jiwa, dan idealisme, 2)Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia, 3)Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan dan kompetensi yang diperlikan sesuai bidang tugasnya, 4) Memperoleh penghasilan, 5)Memiliki organisasi profesi.39

Adapun guru yang kompeten tidak hanya tahu akan tugas, peranan dan kompetensinya, namun juga dapat melaksanakan apa-apa yang menjadi tugas dan peranannya. Guru sangat berperan dalam proses belajar mengajar yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan kreatifitas anak didik dalam belajar agar dapat mencapai tujuan yang diharapkan serta bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat yang cerdas.

D. Hipotesis penelitian

Ha : Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara profesionalisme guru PAI dengan kreatifitas belajar siswa

Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara profesionalisme guru PAI dengan kreatifitas belajar siswa

39


(39)

25 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Islamiyah Ciputat. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli sampai dengan Desember tahun 2012. Alasan peneliti menduga bahwa profesionalisme guru PAI yang berperan aktif akan berbeda dengan guru PAI yang kurang efektif terhadap kegiatan siswa belajar pada SMK Islamiyah Ciputat.

B. Metode Penelitian

Untuk memudahkan pengumpulan data, fakta dan informasi yang akan mengungkapkan dan menjelaskan permasalahan dalam penelitian tentang hubungan profesionalisme guru PAI dengan kreatifitas belajar siswa, peneliti menggunakan metode “deskriptif analisis”, yang dimaksudkan untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut korelasional dalam menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi.

Sedangkan jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan antara dua variabel dan menjelaskan hasil penelitian secara deskriptif. Hal ini dimaksud agar peneliti dapat memperoleh data yang lengkap dan gambaran mengenai keadaan yang sebenarnya dari objek yang akan diteliti, yaitu gambaran profesionalisme guru PAI terhadap kreatifitas belajar siswa.


(40)

C. Populasi dan Sampel

Pengertian populasi adalah sejumlah obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk menjadi sumber data1. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi penelitian yakni guru bidang studi Pendidikan Agama Islam yang kosentrasi pada pelajaran Pendidikan Agama Islam dan siswa-siswa SMK Islamiyah Ciputat.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi yang diteliti2. Dalam penelitian ini penelti mengambil sampel dengan teknik simple random sampling yang artinya pengambilan sampel secara acak dari populasi. Populasi penelitian yaitu murid-murid SMK Islamiyah Ciputat. Peneliti hanya mengambil sampel hanya kelas XI dengan alasan kelas X masih menyesuaikan dengan lingkungan dan pelajaran yang lebih dalam dibandingkan pelararan SMP, sedangkan kelas XII sudah mulai fokus pada Ujian Akhir sekolah yang sudah membebani mereka.

Menurut Suharsimi Arikunto dalam bukunya prosedur penelitian suatu pendekatan praktek yaitu: “apabila subjek kurang dari 100 orang lebih baik diambil semuanya, sehingga penelitainnya merupakan penelitain populasi. Tetapi jika subjeknya besar, dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%”.3

Peneliti melakukan pengambilan sampel dengan teknik simple random sampling atau sampel acak. karena jumlah sampel yang akan diteliti jumlahnya besar lebih dari 100 orang yaitu kelas XI Islamiyah Ciputat dengan jumlah rombongan belajar sebanyak 10 kelas. Dengan jumlah keseluruhannya 300 siswa. Dari populasi tersebut yang menjadi sampel penelitian sebanyak 60 orang.

D.Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dari penelitian peneliti menggunakan teknik-teknik pengumpulan data yaitu dengan angket (questioner). Angket (questioner) adalah suatu alat pengumpulan data yang berupa serangkaian pertanyaan atau pernyataan

1

Sugiona, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,

(Bandung: Alfabeta, 2010), h. 117 2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta : PT Rineka Cipta, 2006), h.174

3


(41)

tertulis yang diajukan kepada subjek penelitian (responden) untuk mendapatkan jawaban secara tertulis. Questioner ini merupakan teknik pengumpulan data yang efisien, teknik ini dipilih semata-mata karena subjek adalah orang yang mengetahui dirinya sendiri, apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya, dan interprestasi subjek tentang pernyataan yang diajukan kepada subjek adalah sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti. Dalam hal ini peneliti mengajukan sejumlah pertanyaan secara sistematis yang ditujukan kepada siswa-siswa SMK Islamiyah Ciputat dengan menyediakan alternatif jawaban yang harus dijawab.

E.Instumen Penelitian

Instrumen penelitian yang peneliti gunakan untuk memperoleh data mengenai hubungan profesionalisme guru PAI dengan Kreatifitas belajar siswa adalah berupa angket. Adapun angket yang digunakan terdiri dari 30 item butir soal dengan empat alternative jawaban yaitu selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah.

Pengukur untuk variabel X yaitu profesionalisme guru-guru dengan memberikan pertanyaan secara tertulis kapada responden (siswa-siswa SMK Islamiyah Ciputat) untuk dijawab dengan soal sebanyak 15 item. Sedangkan untuk variabel Y yaitu kreatifitas siswa belajar dengan memberikan soal sebanyak 15 item yang obyektif yang harus dijawab dengan benar dan tepat.

Adapun variabel dalam penelitian ini ada dua, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Profesionalisme guru PAI merupakan variabel bebas atau variabel (X), sedangkan kreatifitas siswa belajar adalah variabel terikat atau variabel (Y).


(42)

Tabel 3.1

KISI-KISI INSTRUMEN ANGKET VARIABEL X (PROFESIONALISME GURU PAI) DAN VARIABEL Y (KREATIFITAS BELAJAR SISWA)

No Variabel Dimensi Indikator No

soal 1 Profesionali

sme guru PAI

Kemampuan pedagogis

 menguasahi materi pelajaran

 mampu menerapkan prinsip psikologi

 mampu menyelenggarakan proses belajar mengajar

9,11 7

12

kepribadian  beriman dan bertaqwa

 disiplin

 berwibawa

3 2 1 profesional  menetapkan tujuan

pembelajaran

 memilih dan menetapkan strategi belajar mengajar

 memilih dan menetapkan media pembelajaran yang sesuai

 mengelola interaksi belajar mengajar

 mengataur ruang belajar

 menilai prestasi murid

4 13 5 10 8 14,15 Sifat sosial  menanamkan nilai-nilai

kemanusiaan kepada anak didik

6


(43)

kreatif siswa

tahu

Inovatif  membuat rencana yang baru

 mencoba hal yang baru

18 19,20 Mandiri  mengerjakan tugas sendiri

 tepat waktu

21,22 23,24 Penuh

semangat

 tidak mudah menyerah 25,26

Berani mengungkap kan pendapat

 percaya diri

 berani ambil resiko

27.28 29,30

F. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data

Dalam pengolahan data-data hasil pengumpulan ditempuh dengan cara sebagai berikut:

1. Editing

Pada tahap ini angket yang telah diisi oleh responden akan dikembalikan kepada penelitian. Lalu peneliti segera memeriksa satu persatu angket yang telah dikembalikan dari nomor satu sampai nomor terakhir. Apabila ada jawaban yang meragukan atau tidak dijawab, maka peneliti menghubungi responden yang bersangkutan untuk dibetulkan atau disempurnakan jawabannya agar angket itu sah. Peneliti berusaha meneliti sedetail mungkin terhadap angket yang telah disebarkan kepada populasi yang ada. Hal ini dilakukan untuk menghindari dari kesalahan dan diharapkan hasil yang diperoleh benar-benar valid.


(44)

2. Skoring

Data yang terkumpul akan diinterpretasikan seperti tabel berikut: Tabel 3.2

Skor Item Alternatif Jawaban Responden yang Positif

Pilihan Jawaban Skor

a Selalu 4

b Sering 3

c Jarang 2

d Tidak pernah 1

Tabel 3.3

Skor Item Alternatif Jawaban Responden yang Negatif

Pilihan Jawaban Skor

a Selalu 1

b Sering 2

c Jarang 3

d Tidak pernah 4

3. Tabulasi

Tabulasi bertujuan untuk memperoleh gambaran frekuensi dalam setiap item yang dikemukakan, untuk kemudian dibuat tabel yang berbentuk kolom untuk mewakili setiap bagian angket. Dalam tabel ditampilkan data distribusi frekuensi dengan presentase.

Angket presentasi diperoleh dengan cara frekuensi jawaban dibagi jumlah responden dikalikan 100% dengan rumus statistik (presentase) sebagai berikut:


(45)

Keterangan: P : Persentase

F : Frekuensi (Jumlah yang mengisi) N : Number of cases (responden) 100 : Bilangan tetap (rumus persentase)

Tabel 3.4 Skala Persentase

No Prosentase Penafsiran

1 100% Seluruhnya

2 90%-99% Hampir seluruhnya 3 60%-89% Sebagian besar

4 51%-59% Lebih dari setengahnya

5 50% Setengahnya

6 40%-49% Hampir setengahnya 7 10%-39% Sebagian kecil

8 1%-9% Sedikit sekali

9 0% Tidak ada sama sekali

4. Menganalisa dan Menafsirkan Data

Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap data dengan menggunakan rumus korelasi Product Moment. Koefisien korelasi untuk populasi diberi simbol rpo “(p)” dan untuk sampel diberi symbol “r”. Analisis Korelasi Product Moment yang digunakan untuk mencari terdapat atau tidaknya hubungan antara variabel X dengan variabel Y. Dengan perumusan sebagai berikut:

rxy= N∑ - (∑ ∑

[N∑X2-(∑X) 2] [N∑Y2– (∑Y)2]

Keterangan:


(46)

N = Jumlah sampel

∑XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y ∑X = Jumlah seluruh skor X

∑Y = Jumlah seluruh skor Y4

Apabila nilai “rxy” telah diketahui, maka langkah selanjutnya yang peneliti

lakukan adalah memberikan interprestasi terhadap rxy tersebut.

Setelah diketahui hubungan dari dua variabel, selanjutnya adalah diadakan interpretasi data dengan dua cara:

1. Analisa secara sederhana dengan mencocokkan hasil penelitian dengan indeks korelasi „r‟ product moment seperti di bawah ini:

00,0 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y memang terdapat korelasi, akan tetapi korelasi itu sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y). 0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah

0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup

0,70-0,90 Antara variabel dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi

0,90 -1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi

2. Analisa nilai ”r” Product moment dengan jalan membandingkan besarnya ”r” product moment dengan ”r” yang tercantum dalam tabel nilai (rt) , dengan terlebih dahulu mencari derajat bebas, memakai rumus:

df=N-nr Keterangan: df = derajat bebas

N = banyak responden yang diteliti

4


(47)

nr = banyaknya variabel yang dikorelasikan.5

Setelah hasil dicocokkan dengan tabel koefisien korelasi ”r” Product Moment untuk berbagai ”df”, baik pada taraf signifikan 1% ataupun pada taraf signifikan 5%. Selanjutnya untuk mencari dan mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X terhadap variabel Y dipergunakan rumus sebagai berikut:

KD = r ² x 100%

Keterangan:

KD = koefisien determination (konstribusi variabel X terhadap variabel Y) r = koefisien korelasi antara variabel X dengan variabel Y.

5


(48)

34

BAB IV

HASIL PENELITAIAN DAN PEMBAHASAN

A.Gambaran umum (SMK Islamiyah Ciputat) 1. Profil Sekolah

Berdiri sejak tahun 1965 menjadikan yayasan Islamiyah Ciputat sebagai yayasan pendidikan tertua di Ciputat. Dengan berbekal pengalaman lebih dari 40 tahun, yayasan ini dapat menghasilkan anak didik yang berkualitas. Seperti pepatah “makin tua makin jadi”, yayasan ini telah mendirikan lembaga pendidikan dengan jenjang pendidikan yang beragam mulai dari tingkat menengah pertama (Madrasah Tsanawiyah-SMP Islamiyah Ciputat), tingkat menengah atas (Madrasah Aliyah-SMK Islamiyah Ciputat) serta perguruan tinggi (STIE Islamiyah Ciputat).

Tokoh pendiri dan pelopor pembangunan yayasan Islamiyah Ciputat ini adalah Drs. H. Zarkasih Noer. Awalnya proses kegiatan belajar mengajar terpaksa dilaksanakan di gedung sekolah swasta lain, karena yayasan belum mempunyai gedung sendiri. Namun kini yayasan Islamiyah Ciputat telah memiliki gedung sendiri.

Yayasan Islamiyah Ciputat ini beralamatkan di Jl. Ki Hajar Dewantara No. 23 Ciputat Tangerang Banten, Telp. (021) 7409814–7471649.


(49)

2. Visi dan Misi Sekolah

Sekolah yang baik tentunya harus mempunyai visi dan misi yang jelas. Hal ini agar pembelajaran yang ada dan sudah dirancang dapat berjalan dengan baik. a. Visi Sekolah

“Membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan trampil

dalam keamanan dan ketaqwaan serta mampu bersaing pada tingkat Nasional“

b. Misi Sekolah

1. Menyiapkan calon tenaga kerja tingkat menengah yang mempunyai daya juang tinggi, kreatif, inovatif, dan produktif dan mempunyai landasan iman dan taqwa yang kuat.

2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dengan kemampuan Profesional sesuai dengan tuntutan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). 3. Menjadikan SMK Islamiyah sebagai tempat untuk mengembangkan

kemampuan dengan tingkat daerah maupun nasional. c. Kegiatan ekstra kurikuler

Beberapa kegiatan ekstrakurikuler seperti PASKIBRAKA, marawis atau futsal menjadi sarana bagi anak didik yayasan Islamiyah untuk menyalurkan minat, bakat dan kreatifitas mereka. Salah satu prestasi yang bisa dibanggakan dari yayasan ini yaitu Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (PASKIBRAKA) Islamiyah pernah mewakili kabupaten Tangerang di tingkat nasional.

3. Data Keadaan Guru di SMK Islamiyah Ciputat

Dari data yang diperoleh peneliti, guru yang mengajar di SMK Islamiyah Ciputat seluruhnya berjumlah 54 orang. Semuanya memiliki kualifikasi pendidikan yang berasal dari perguruan tinggi negeri dan perguruan tinggi swasta. Menurut data yang sudah diperoleh peneliti, guru di SMK Islamiyah Ciputat yang berpendiidikan D3 (Dipoloma Tiga) sebanyak 3 orang, S1 (Strata Satu) sebanyak 44 orang, dan yang sudah S2 (Strata Dua) sebanyak 7 guru. Serta guru yang sudah di sertifikasi berjumlah 13 orang sedangkan 41 orang lagi belum sertifikasi.


(50)

Dari 54 orang guru di SMK Islamiyah Ciputat, 42 orang guru sudah sesuai antara ijazah pendidikan terakhir dengan mengajarnya (matching antara pendidikan terakhirnya dengan mata pelajaran yang diajarkanya). sedangakan 12 orang guru lainnya tidak sesuai (tidak matching antara pendidikan terakhirnya dengan mata pelajaran yang diampunya). Hal ini dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Tabel. 4.1

Tabel Data Guru dan Karyawan SMK Islamiyah Ciputat No Pendidikan

Terakhir

Jumlah Matching Tidak Matching

Sertifikasi Belum Sertifikasi

1 D3 3 orang 3 orang - - 3 orang

2 S1 44 orang 42 orang 2 orang 11 orang 33 orang

3 S2 7 orang 4 orang 3 orang 2 orang 5 orang

Jumlah 54 orang 49 orang 5 orang 13 orang 41 orang

4. Sarana dan prasarana

Sarana prasarana yang tersedia di SMK Islamiyah Ciputat secara umum sudah lengkap yang meliputi; ruang kelas, ruang perpustakaan, laboratorium komputer yang terdiri dari:”laboratorium komputer untuk bisnis dan manajemen, laboratorium komputer untuk TKJ (Teknik Komputer Jaringan)”, laboratorium bahasa, laboratorium yang sesuai jurusan SMK Islamiyah Ciputat sepert:”laboratorium pemasaran, laboratorium akuntansi, laboratorium sekertaris”, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha (TU), tempat ibadah, ruang konseling dan ruang unit kesehatan siswa (UKS), lapangan olah raga, kantin dan toilet.

Tetapi sarana prasarana yang tersedia belum berfungsi secara maksimal dan kurang sesuai dengan standar yang dibuat pemerintah dalam SNP (Standar Nasional Pendidikan) tentang standar sarana prasarana. Seperti yang peneliti temukan, UKS (Unit Kesehatan Siwa) dan BK (Bimbingan Konseling) masih bergabung dalam satu ruangan dan luasnnya 2X3 meter, sedangkan standar yang memenuhi kelayakan yang sesuai dengan SNP, ruang UKS harus terpisah secara


(51)

tersendiri dengan luas 12 m 2. Dan laboratorium bahasa juga tidak terawat sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik.

B. Diskripsi Data

Pada deskripsi ini peneliti menggunakan pola perhitungan statistik dalam persentase. Penelitian objek yang bersangkutan dimulai dengan penyebaran angket yang telah disusun dan disebarkan kepada 60 responden, kemudian data diedit dan ditabulasikan selanjutnya dihitung dalam bentuk persentase kemudian hasilnya dapat dideskripsikan sebagai berikut:

Tabel 4.2

Dalam proses belajar guru PAI berpakaian rapi No. Alternatif jawaban Frekuensi Persentase

1 Selalu 42 70%

Sering 13 21,67%

Jarang 5 8,33%

Tidak pernah 0 0%

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diterangkan bahwa dalam proses belajar guru PAI berpakaian rapi. Adapun persentasenya 70% siswa mengatakan selalu, 21,67% siswa mengatakan sering, dan 8,33% siswa mengatakan jarang.

Tabel 4.3

Guru PAI datang tepat waktu dalam mengajar No Alternatif jawaban frekuensi Persentase

2 Selalu 13 21,67%

Sering 24 40%

Jarang 22 36,67%

tidak pernah 1 1,67 %

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diterangkan bahwa guru PAI berkepribadian disiplin datang tepat waktu dalam mengajar. Adapun persentasenya 40% siswa


(52)

menyatakan jarang, 36,67% siswa menyatakan sering, 21,6% siswa menyatakan selalu dan 1,67% siswa menyatakan tidak pernah.

Tabel 4.4

Guru PAI mengawali dan mengakhiri pelajaran dengan salam No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi

3 Selalu 47 78,33 %

Sering 8 13,3 %

Jarang 4 6,67 %

Tidak pernah 1 1,67 %

Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas, dapat diterangkan bahwa guru PAI mengawali dan mengakhiri pelajaran dengan salam. Adapun persentasenya 78,33% siswa menyatakan selalu, 13,33% siswa menyatakan sering, 6,67% siswa menyatakan jarang dan 1,67% siswa menyatakan tidak pernah.

Tabel 4.5

Dalam belajar mengajar guru PAI menyampaikan tujuannya No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi

4 Selalu 34 54,67%

Sering 12 20%

Jarang 10 16,67%

Tidak pernah 4 6,67%

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diterangkan bahwa dalam belajar mengajar guru PAI menyampaikan tujuannya. Adapun persentasenya 54,67% siswa menyatakan selalu, 20% siswa menyatakan sering, 16,67% siswa menyatakan jarang, dan 6,67% siswa menyatakan tidak pernah.


(53)

Tabel 4.6

Guru PAI membawa gambar atau media pembelajaran No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi

5 Selalu 19 31,67%

Sering 15 25%

Jarang 20 33,33%

Tidak pernah 6 10%

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diterangkan bahwa guru PAI membawa gambar atau media pembelajaran. Adapun persentasenya adalah 33,33% siswa menyatakan jarang, 31,67% siswa menyatakan selalu, 25% menyatakan sering, dan 10% siswa menyatakan tidak pernah.

Tabel 4.7

Guru PAI perhatian pada siswa yang bermasalah dalam belajar No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi

6 Selalu 7 11,67%

Sering 8 13,33%

Jarang 21 35%

Tidak pernah 24 40%

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diterangkan bahwa guru perhatian pada siswa yang bermasalah dalam belajar. Adapun persentasenya 40% siswa menyatakan tidak pernah, 35% siswa menyatakan jarang, 13,33% siswa menyatakan sering, dan 11,67% siswa menyatakan selalu.


(54)

Tabel 4.8

Guru PAI memperhatikan sikap siswa No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi

7 Selalu 26 43,33%

Sering 20 33,33%

Jarang 12 20%

Tidak pernah 2 3,33%

Jumlah 60 100%

Dari tabel di atas, dapat diterangkan bahwa guru PAI memperhatikan sikap siswa. Adapun presentasenya 43,33% siswa menyatakan selalu, 33,33% siswa menyatakan sering, 20% siswa menyatakan jarang, dan 3,33% siswa menyatakan tidak pernah.

Tabel 4.9

Guru PAI memulai pelajaran setelah siswa sudah siap No Alternatif jawaban Frekuensi Persentasi

8 Selalu 42 70%

Sering 12 20%

Jarang 6 10%

Tidak pernah 0 0%

Jumlah 40 100%

Dari tabel di atas, dapat diterangkan bahwa guru PAI memulai pelajaran setelah siswa sudah siap. Adapun presentasenya 70% siswa menyatakan selalu, 20% siswa menyatakan jarang, dan 10% menyatakan jarang.

Tabel 4.10

Guru PAI mengulang pelajaran pada materi yang belum di fahami siswa No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi

9 Selalu 20 33,33 %


(55)

Jarang 20 33,33%

Tidak pernah 5 8,33 %

Jumlah 60 100 %

Dari tabel di atas, dapat diterangkan bahwa guru PAI mengulang pelajaran pada materi yang belum di fahami siswa. Adapun persentasenya 33,33% siswa menyatakan selalu, 33,33% siswa menyatakan jarang, 25% siswa menyatakan sering, dan 8,33% siswa menyatakan tidak pernah.

Tabel 4.11

Guru PAI memberi pujian pada siswa No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi

10 Selalu 7 11,67%

Sering 20 33,33%

Jarang 25 41,67%

Tidak pernah 8 13,33%

Jumlah 60 100%

Dari tabel di atas , dapat diterangkan bahwa guru PAI memberi pujian pada siswa. Adapun persentasenya 41,67% siswa menyatakan jarang, 33,33% siwa menyatakan sering, 13,33% siswa menyatakan tidak pernah, dan 11,67% siswa menyatakan selalu.

Tabel 4.12

Guru PAI menjelaskan pelajaran dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti

No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi

11 Selalu 44 73,33%

Sering 15 25%

Jarang 1 1,67%

Tidak pernah 0 0%


(56)

Berdasarkan tabel di atas, dapat diterangkan bahwa guru PAI menjelaskan pelajaran dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Adapun persentasenya 73,33% siswa menyatakan selalu, 25% siswa menyatakan sering, dan 1,67 % menyatakan jarang.

Tabel 4.13

Guru PAI menggunakan jam pelajaran guru lain No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi

12 Selalu 1 1,67%

Sering 0 0%

Jarang 11 18,33%

Tidak pernah 48 %

Jumlah 60 100 %

Berdasarkan tabel di atas, dapat diterangkan bahwa guru PAI menggunakan jam pelajaran guru lain. Adapun persentasenya 8% siswa menyatakan tidak pernah, 18,33 % siswa menyatakan jarang, dan 1,67% menyatakan selalu.

Tabel 4.14

Guru PAI menggunakan metode snowballing dalam pembelajarannya. No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi

13 Selalu 16 26,67%

Sering 16 26,67%

Jarang 17 28,33%

Tidak pernah 11 18,33%

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diterangkan bahwa guru PAI menggunakan metode snowballing dalam pembelajarannya. Adapun persentasenya 28,33% siswa menyatakan jarang, 26,67% siswa menyatakan selalu, 26,67% siswa menyatakan sering, dan 18,33% menyatakan tidak pernah. Dengan demikian


(57)

dapat disimpulkan bahwa guru PAI jarang menggunakan metode snowballing dalam pembelajarannya.

Tabel 4.15

Guru PAI pilih kasih dalam memberi nilai No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi

14 Selalu 4 6,67%

Sering 2 3,33%

Jarang 6 10%

Tidak pernah 48 80%

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diterangkan bahwa guru PAI pilih kasih dalam memberi nilai. Adapun persentasenya 80% siswa menyatakan tidak pernah, 10% siswa menyatakan jarang, 6,67% siswa yang menyatakan selalu, dan 53,33% siswa menyatakan sering.

Tabel 4.16

Guru PAI melakukan penilaian secara objektif pada setiap ulangan No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi

15 Selalu 23 38,33%

Sering 16 26,67%

Jarang 13 21,67%

Tidak pernah 8 13,33%

Jumlah 60 100%

Dari tabel di atas, dapat diterangkan bahwa guru PAI melakukan penilaian secara objektif pada setiap ulangan. Adapun persentasenya adalah 38,33% siswa menyatakan selalu, 26,67% siswa menyatakan sering, 21,67% siswa menyatakan jarang, dan 13,33 % siswa menyatakan tidak pernah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru PAI selalu melakukan penilaian secara objektif pada setiap ulangan


(58)

Tabel 4.17

Siswa bertanya pada teman tentang hal-hal yang tidak diketahui No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi

16 Selalu 28 46,67%

Sering 18 30%

Jarang 12 2%

Tidak pernah 2 3,33 %

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diterangkan bahwa siswa bertanya pada teman tentang hal-hal yang tidak diketahui. Adapun persentasenya adalah sebanyak siswa 46,67% menyatakan selalu, 30% siswa menyatakan sering, 20% siswa menyatakan jarang, dan 3,33% siswa menyatkan tidak pernah.

Tabel 4.18

Siswa bertanya kapada guru ketika dalam kegiatan pembelajaran ada pelajaran yang belum difahami

No Alternatif jawaban Frekuensi persentasi

17 Selalu 23 38,33%

Sering 18 30%

Jarang 19 31,67%

Tidak pernah 0 0%

Jumlah 60 100%

Berdasarkan tabel di atas, dapat diterangkan bahwa siswa bertanya kepada guru ketika dalam kegiatan pembelajaran ada pelajaran yang belum difahami. Adapun persentasenya adalah 38,33% siswa menyatakan jarang, 31,67% siswa menyatakan jarang, 30% siswa menyatakan sering, dan tidak ada siswa yang menyatakan tidak pernah.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)