STUDI ANALISIS TENTANG ANAK DISGRAFIA SERTA UPAYA MENGATASINYA PADA SISWA KELAS I SD MUHAMMADIYAH 6 Studi Analisis Tentang Anak Disgrafia Serta Upaya Mengatasinya Pada Siswa Kelas Isd Muhammadiyah 6 Kampung Sewusurakarta Tahun Ajaran 2015/2016.

STUDI ANALISIS TENTANG ANAK DISGRAFIA SERTA UPAYA
MENGATASINYA PADA SISWA KELAS I SD MUHAMMADIYAH 6
KAMPUNG SEWU SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

Artikel Publikasi Ilmiah Diajukan sebagai salah satu persyaratan mendapat gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Diajukan Oleh:

MERRYNA DIRA ARASWATI
A510120060

Kepada:
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
JANUARI, 2016

1

2


3

4

STUDI ANALISIS TENTANG ANAK DISGRAFIA SERTA UPAYA
MENGATASINYA PADA SISWA KELAS I SD MUHAMMADIYAH 6
KAMPUNG SEWU SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016

Merryna Dira Araswati dan Sri Hartini, S.H., M.Pd
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Merryna060@gmail.com

Abstract
This study aims to determine the factors that cause children to be dysgraphia, and to
know the efforts of teachers and parents to overcome dysgraphia in Class I SD
Muhammadiyah Surakarta 6 Kampung Sewu Academic Year 2015/2016 totaling 3
children. This research uses qualitative descriptive and case study design. Data
collection methods used were interviews, observation, documentation and field notes.
The results of this study indicate that there are several factors that cause child has
dysgraphia, among others: a) lack of attention and motivation of parents in

overcoming the difficulties of learning to write children; b) the child has not had a
shadow shape and does not memorize the letters alfabeth; c) children also do not
have awareness and responsibility for learning; d) the lack of communication and
cooperation of school with parents in overcoming the difficulties of learning to write
children. Efforts that teachers and parents in dealing with children dysgraphia
include: a) always provide motivation and encouragement to the child so that the
spirit of learning to write; b) to approach individually to children who have
dysgraphia to determine the child's wishes; c) perform such guidance les at the end
of the study; d) cooperation between schools and parents to overcome the difficulties
of learning to write children.

Keywords: the efforts of teachers and parents, dysgraphia.

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang menyebabkan anak menjadi
disgrafia, serta mengetahui upaya yang dilakukan guru dan orang tua untuk
mengatasi disgrafia pada siswa kelas I SD Muhammadiyah 6 Kampung Sewu
Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 yang berjumlah 3 anak. Penelitian ini
menggunakan jenis kualitatif deskriptif dan desain studi kasus. Metode pengumpulan
data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi dan catatan


5

lapangan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor yang
menyebabkan anak mengalami disgrafia, antara lain: a) kurangnya perhatian dan
motivasi dari orang tua dalam mengatasi kesulitan belajar menulis anak; b) anak
belum memiliki bayangan bentuk huruf dan tidak hafal huruf alfabeth; c) anak juga
belum memiliki kesadaran dan tanggung jawab belajar; d) tidak adanya komunikasi
dan kerjasama sekolah dengan orang tua dalam mengatasi kesulitan belajar menulis
anak. Upaya yang dilakukan guru dan orang tua dalam mengatasi anak disgrafia
antara lain: a) selalu memberikan motivasi dan dorongan kepada anak agar
semangat belajar menulis; b) melakukan pendekatan secara individual kepada anak
yang mengalami disgrafia untuk mengetahui keinginan anak; c) melakukan
bimbingan seperti les di akhir pembelajaran; d) melakukan kerjasama antara
sekolah dan orang tua untuk mengatasi kesulitan belajar menulis anak.
Kata kunci: upaya guru dan orang tua, disgrafia.

Pendahuluan
Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang juga
merupakan sarana pembelajaran bahasa Indonesia. Menurut Syahrun (2014: 3)

mengemukakan bahwa “menulis adalah bentuk komunikasi dalam menggambarkan
pikiran, perasaan, dan ide menggunakan media visual”. Adapun kemampuan bahasa
pokok atau keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah mencakup empat
segi yaitu: 1) keterampilan menyimak/ mendengarkan (listening skill); 2)
keterampilan berbicara (speaking skill); 3) keterampilan membaca (reading skill); 4)
keterampilan menulis (writing skill). Empat kemampuan bahasa tersebut memiliki
keterampilan yang sangat erat satu sama lain dan saling berkorelasi. Keterampilan
menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam komunikasi secara tertulis.
Dengan keterampilan menulis ini, anak dapat menuangkan semua gagasannya dalam
bentuk tulisan. Oleh sebab itu, anak harus terampil memanfaatkan ide, struktur
bahasa, dan pilihan kata.
Anak kelas I SD Muhammadiyah 6 Kampung Sewu Surakarta sebagian besar
mengalami kesulitan ketika diminta untuk menulis, bahkan hanya sekedar anak
diminta untuk ke depan kelas ada sebagian anak yang tidak berani. Padahal anak
tersebut sebenarnya sudah memiliki kemampuan dasar dalam menulis hanya saja
kemampuan dasar menulis yang dimiliki anak ini belum terasah. Berkaitan dengan
kesulitan dalam belajar yang dihadapi anak, menurut Suryani (2010: 34) “kesulitan

6


belajar merupakan beragam gangguan dalam menyimak, berbicara, membaca,
menulis, dan berhitung karena faktor internal individu itu sendiri, yaitu disfungsi
minimal otak”. Hal ini terbukti dari kebiasaan anak pada saat bermain di luar kelas
pada jam istirahat. Anak-anak ini sering membuat coretan-coretan baik di kertas
ataupun di dinding, selain itu anak juga dapat berkomunikasi lisan dengan temannya
secara lancar tanpa mengalami suatu hambatan. Hal ini menunjukkan bahwa
sebenarnya mereka sudah memiliki kemampuan dasar menulis.
Sebagai pembimbing dalam belajar mengajar dapat juga memberikan solusi
dari permasalahan yang dihadapi anak yakni: 1) Memberikan berbagai informasi
yang diperlukan anak dalam mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi saat
proses kegiatan belajar mengajar berlangsung; 2) Bisa mengevaluasi hasil segala
langkah yang dilakukan oleh anak; 3) Guru memberikan kesempatan pada setiap
anak yang mengalami kesulitan belajar menulis sesuai dengan karakteristik yang
dimiliki pada setiap diri; 4) Memberikan bimbingan untuk mengatasi kesulitan
belajar anak dengan cara bimbingan secara individu maupun bimbingan secara
kelompok.
Bimbingan yang dilakukan oleh guru bertujuan membantu anak dalam
mengatasi kesulitan belajar menulis pada siswa kelas I SD Muhammadiyah 6
Kampung Sewu Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016.


Metodologi Penelitian
Pada penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, menurut Moleong
(2007: 11) “penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif yakni pengumpulan data
yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah berupa kata-kata, gambar, dan
bukan angka-angka”. Semuanya dikumpulkan yang berkemungkinan dapat menjadi
kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian adalah studi kasus untuk
mengetahui sebab anak menglami kesulitan belajar menulis atau disgrafia serta
upaya penanganannya. Menurut Daymond dan Holloway dalam Tohirin (2013: 1920) “studi kasus adalah pengujian intensif menggunakan berbagai sumber bukti
terhadap suatu entitas tunggal yang dibatasi oleh ruang dan waktu”. Pada umumnya

7

studi kasus dihubungkan dengan sebuah lokasi atau sebuah organisasi, sekumpulan
orang seperti kelompok kerja atau kelompok sosial, komunitas, peristiwa, proses, isu
maupun kampanye. Data kualitatif adalah suatu proses dari komponen-komponen
yang perlu ada dalam suatu analisis data (Moleong, 2007: 248). Data yang digunakan
dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang dijadikan
obyek peneliti. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah kepala

sekolah, guru dan orang tua anak. Sedangkan data sekunder diperoleh dari sumber
data yang tidak secara langsung memberikan keterangan dan bersifat melengkapi
sumber data primer, yaitu data administrasi di kelas I SD Muhammadiyah 6
Kampung Sewu Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016. Subjek dalam penelitian ini
adalah Siswa kelas I SD Muhammadiyah 6 Kampung Sewu Surakarta yang
mengalami disgrafia. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah perilaku anak
yang mengalami disgrafia (kesulitan belajar dalam menulis). Kehadiran peneliti
dalam penelitian ini sebagai pengamat partisipan/berperanserta, artinya dalam proses
pengumpulan data peneliti mengadakan pengamatan dan mendengarkan secermat
mungkin serta berperan serta pada situs penelitian dan mengikuti secara aktif
kegiatan kemasyarakatan (Moleong, 2007: 9). Teknik pengumpulan data dapat
berupa observasi, wawancara, dokumentasi, dan catatan lapangan. Keabsahan data
digunakan untuk mempertimbangkan validitas data dalam penelitian ini perlu sekali
melihat pendapat dari Moleong (2007: 330) “tentang penggunaan keabsahan data
pada penelitian kualitatif menggunakan triangulasi”. Triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Dalam penelitian
ini untuk menguji kesahihan data digunakan triangulasi sumber dan metode.
Teknik analisis data kualitatif menurut Sugiyono terdiri dari empat tahap yang
harus dilakukan diantaranya:


8

Pengumpulan Data

Salinan Data

Reduksi Data

Penarikan Kesimpulan

Hasil Penelitian dan Pembahasan
Hasil penelitian sebab-sebab anak mengalami disgrafia dan upaya
penanganannya
Usaha Penanganannya
Subjek
Akku
Mas
Benk

Perilaku


Sebab-sebab
Guru

Orang Tua
Memberikan
pemahaman
untuk selalu
mendengarkan
saat guru
menyampaikan
materi
pelajaran di
sekolah.
Orang tua lebih
sabar dan
memberikan
pemahaman
lebih kepada
anak untuk

selalu
memperhatikan
guru saat
menerangkan
materi
pelajaran.
Orang Tua akan

1. Anak lebih suka
bercerita dengan
temannya atau
bermain sendiri
saat guru
menerangkan
materi
pelajaran.

Anak susah
untuk
berkonsentrasi

saat guru
menerangkan
materi
pelajaran.

Menegur anak
untuk fokus
mendengarkan
materi yang
disampaikan
guru.

2. Anak sulit
berkonsentrasi
pada saat proses
pembelajaran
berlangsung.

Anak belum
menyadari
bahwa di
sekolah itu
harus
memperhatikan
guru saat
menerangkan
materi
pelajaran.

Memberikan
pertanyaan
kepada anak
agar anak
dapat fokus
kembali
mendengarkan
materi yang
disampaikan
oleh guru.

3. Anak sering

Anak tidak

Guru akan

9

tidak
mengerjakan
pekerjaan
rumah atau PR
serta tidak
pernah
menjadwal
pelajaran.

menuliskan
PRnya di buku
penghubung
secara lengkap
dan anak tidak
memberitahuka
n PR yang
diberikan guru
kepada orang
tua.

4. Anak suka
berjalan-jalan
pada saat guru
memerintahkan
untuk
mengerjakan
soal-soal
latihan.

Anak sama
sekali belum
hafal huruf A-Z
yang ada dalam
alfabeth.
Sehingga anak
mengalami
kesulitan untuk
mengerjakan
dan lebih
memilih untuk
berjalan-jalan.

5. Anak lamban

Anak
mengalami
kelambatan
dalam
memahami
materi pelajaran
serta anak
belum hafal
huruf sama
sekali.

dalam
mengerjakan
soal-soal latihan
dari guru.

Naybil
Adnan

1. Anak sering

tidak membawa
buku pelajaran.

Anak tidak
pernah ditemani
oleh orang tua
saat menjadwal

memberikan
teguran
kepada anak
dengan cara
tidak
membolehkan
anak istirahat.
Hal ini
bertujuan
untuk melatih
tanggung
jawab anak
dalam
mengerjakan
tanggung
jaewabnya.
Guru
membimbing
anak saat
mengerjakan
soal-soal
latihan agar
anak tidak
berjalan-jalan
atau
mengganggu
temannya
yang sedang
mengerjakan.
Guru lebih
sabar dan
memberikan
bimbingan
secara
bertahap
untuk
memberikan
pemahaman
anak dalam
menghafal
bentuk dan
bunyi huruf.
Memberikan
pemahaman
kepada anak
untuk

lebih
memperhatikan
tugas anak di
sekolah dengan
cara melihat
langsung buku
penghubung
yang anak
miliki serta
menanyakan
langsung ke
teman atau guru
mengenai PR
apa yang anak
miliki.
Orang tua
melatih anak
untuk
menghafal
huruf A-Z
dalam alfaberth
dengan cara
sering meminta
anak untuk
latihan menulis
dan menghafal
huruf-huruf.
Orang tua
melatih anak
untuk rajin
latihan menulis
dan menghafal
huruf agar anak
dapat
mengerjakan
soal dengan
baik.

Orang tua akan
menemani dan
mengingatkan
anak untuk

10

buku pelajaran
di rumah.

2. Anak sulit
berkonsentrasi
pada saat proses
pembelajaran
berlangsung.

Anak belum
menyadari
bahwa di
sekolah itu
harus
memperhatikan
guru saat
menerangkan
materi
pelajaran.

3. Anak lamban
dalam
mengerjakan
soal latihan dan
menulis.

Anak
mengalami
kelambatan
dalam
memahami
materi pelajaran
serta anak
belum hafal
huruf sama
sekali.

4. Anak lebih suka
bermain
dibandingkan
belajar saat
berada di
rumah.

Kesibukan
orang tua dalam
bekerja
membuat anak
bermain dari
pulang sekolah
sampai sore
hari saat ibunya
pulang bekerja.
Saat orang tua
menanyakan
PR kepada
anak, anak
mengatakan
tidak ada PR

5. Anak sering
tidak
mengerjakan
pekerjaan
rumah atau PR.

menjadwal
terlebih
dahulu
sebelum
berangkat ke
sekolah.
Memberikan
pertanyaan
kepada anak
agar anak
dapat fokus
kembali
mendengarkan
materi yang
disampaikan
oleh guru.

Guru lebih
sabar dan
memberikan
bimbingan
secara
bertahap
untuk
memberikan
pemahaman
anak dalam
menghafal
bentuk dan
bunyi huruf.
Memberikan
pemahaman
kepada anak
untuk tidak
terus-terusan
bermain.

Guru akan
memberikan
teguran
kepada anak
dengan cara
tidak

menjadwal
terlebih dahulu
sebelum
berangkat ke
sekolah.
Orang tua lebih
sabar dan
memberikan
pemahaman
lebih kepada
anak untuk
selalu
memperhatikan
guru saat
menerangkan
materi
pelajaran.
Orang tua
melatih anak
untuk rajin
latihan menulis
dan menghafal
huruf agar anak
dapat
mengerjakan
soal dengan
baik.

Orang tua
berupaya untuk
mengikutkan
anak pada
lembaga
bimbingan
belajar atau les
agar anak tidak
bermain terus.
Orang Tua akan
lebih
memperhatikan
tugas anak di
sekolah dengan
cara melihat

11

dan orang tua
langsung
mempercayai
ucapan anak
tanpa berusaha
untuk
menanyakan
kepada teman
maupun guru.

Dava
Navit
Ardana

membolehkan
anak istirahat.
Hal ini
bertujuan
untuk melatih
tanggung
jawab anak
dalam
mengerjakan
tanggung
jaewabnya.
Menegur anak
untuk fokus
mendengarkan
materi yang
disampaikan
guru.

1. Anak lebih
mengajak
berbicara
temannya yang
baru
mengerjakan
soal.

Anak susah
untuk
berkonsentrasi
saat guru
menerangkan
materi
pelajaran.

2. Anak sulit
berkonsentrasi
pada saat proses
pembelajaran
berlangsung.

Anak belum
menyadari
bahwa di
sekolah itu
harus
memperhatikan
guru saat
menerangkan
materi
pelajaran.

Memberikan
pertanyaan
kepada anak
agar anak
dapat fokus
kembali
mendengarkan
materi yang
disampaikan
oleh guru.

3. Anak lebih suka
bermain game
saat berada di
rumah.

Fasilitas tablet
yang diberikan
orang tua pada
anak membuat
anak lebih suka
bermain game
daripada belajar
saat di rumah.

4. Saat diminta
mengerjakan
soal anak suka

Pada saat
menulis sebuah
kata pasti ada

Memberikan
pemahaman
kepada anak
bahwa
bermain game
secara terus
menerus itu
berdampak
buruk pada
kesehatan
terutama
mata.
Melatih dan
membimbing
anak untuk

langsung buku
penghubung
yang anak
miliki serta
menanyakan
langsung ke
teman atau guru
mengenai PR
apa yang anak
miliki.
Memberikan
pemahaman
untuk selalu
mendengarkan
saat guru
menyampaikan
materi pelajaran
di sekolah.
Orang tua lebih
sabar dan
memberikan
pemahaman
lebih kepada
anak untuk
selalu
memperhatikan
guru saat
menerangkan
materi
pelajaran.
Orang tua
membatasi
waktu bermain
game anak dan
lebih
mengutamakan
waktu untuk
belajar anak.

Melatih dan
membimbing
anak untuk

12

melihat hasil
pekerjaan
temannya.

5. Anak sering
tidak
mengerjakan
pekerjaan
rumah atau PR.

huruf yang
hilang.

Saat orang tua
menanyakan
PR kepada
anak, anak
mengatakan
tidak ada PR
dan orang tua
langsung
mempercayai
ucapan anak
tanpa berusaha
untuk
menanyakan
kepada teman
maupun guru.

banyak latihan
menulis atau
mengerjakan
soal-soal agar
anak terbiasa
menulis kata
dengan huruf
yang lengkap.
Guru akan
memberikan
teguran
kepada anak
dengan cara
tidak
membolehkan
anak istirahat.
Hal ini
bertujuan
untuk melatih
tanggung
jawab anak
dalam
mengerjakan
tanggung
jaewabnya.

banyak latihan
menulis atau
mengerjakan
soal-soal agar
anak terbiasa
menulis kata
dengan huruf
yang lengkap.
Orang Tua akan
lebih
memperhatikan
tugas anak di
sekolah dengan
cara melihat
langsung buku
penghubung
yang anak
miliki serta
menanyakan
langsung ke
teman atau guru
mengenai PR
apa yang anak
miliki.

Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan belajar
menulis antara lain kurangnya perhatian yang diberikan kedua orang tua terutama ibu
dalam menemani maupun membantu anak saat belajar di rumah. Menurut Helmawati
(2014: 50) “orang tua merupakan pendidik pertama dan utama bagi anak-anak
mereka karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan.” Seharusnya
orang tualah yang berperan sangat besar dalam mengatasi kesulitan belajar menulis
anak. Tetapi perhatian yang orang tua berikan kepada anak justru kurang. Hal ini
terlihat dari kurangnya perhatian orang tua untuk membantu anaknya menjadwal
pada malam hari.
Faktor penyebab kesulitan belajar menulis anak lainnya adalah tidak adanya
komunikasi yang terjalin antara orang tua dan guru kelas dalam bekerjasama
mengatasi kesulitan belajar menulis yang dialami anak. Hal ini dikarenakan antara
orang tua dan guru kelas sama sekali tidak pernah bertemu dan tidak memiliki nomor

13

telefon masing-masing yang dapat dihubungi. Guru tidak bisa menyampaikan kepada
orang tua mengenai hasil perkembangan maupun penurunan hasil belajar akibat
kesulitan belajar menulis yang dialami anak. Anak juga belum menyadari bahwa
sekolah itu merupakan kebutuhan mereka dan sekolah itu memerlukan perhatian
kepada guru, sehingga pada saat guru menerangkan materi pembelajaran anak jarang
mau untuk memperhatikan. Seringkali pekerjaan rumah yang diberikan guru kepada
anak saat di sekolah sama sekali tidak pernah dikerjakan. Anak sama sekali tidak
memiliki bayangan bentuk huruf dan tidak hafal huruf alfabeth sama sekali
dikarenakan tidak hafal huruf A sampai Z.
Terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan guru dan orang tua anak yang
mengalami disgrafia untuk mengatasi kesulitan menulis menulis antara lain selalu
memberikan motivasi dan dorongan kepada anak agar tetap semangat dalam
berusaha menulis seperti teman-temannya yang lain, melakukan pendekatan secara
individual kepada anak yang mengalami kesulitan belajar menulis untuk mengetahui
apa yang anak inginkan, melakukan bimbingan seperti les untuk anak yang
menagalami kesulitan belajar menulis di akhir proses pembelajaran, melakukan
kerjasama antara sekolah dan orang tua untuk mengatasi kesulitan belajar menulis
anak, mengembangkan sikap percaya diri dan berani dalam hal bertanya saat
mengalami kesulitan dalam pembelajaran, tidak selalu memenuhi keinginan anak,
dan tidak terlalu memberikan kebebasan kepada anak dalam hal bermain,
memberikan perhatian yang khusus pada anak yang mengaalmi kesulitan belajar
menulis.
Berdasarkan uraian temuan peneliti dan pembahasan tersebut anak yang
menagalami kesulitan belajar menulis setelah kegiatan layanan dan bimbingan, maka
anak yang mengalami kesulitan belajar menulis yang ada di SD Muhammadiyah 6
Kampung Sewu Surakarta Tahun Ajaran 2015/2016 berangsur-angsur normal dan
baik sehingga tidak mengalami kesulitan belajar lagi.

Simpulan
Hasil penelitian ini telah memenuhi target penelitian 75%. Sehingga dapat
disimpulkan terdapat beberapa faktor yang menyebabkan anak mengalami kesulitan

14

belajar dikarenakan kurangnya perhatian yang diberikan orang tua kepada anak.
Serta tidak adanya komunikasi antara guru dan orang tua dalam mengatasi kesulitan
belajar menulis anak. Selain itu terdapat juga upaya yang dilakukan guru dan orang
tua dalam mengatasi kesulitan anak dalam menulis dengan cara lebih memberikan
perhatian dan motivasi kepada anak. Serta akan lebih menjalin komunikasi yang baik
antara guru dan orang tua agar kesulitan belajar anak yang lainnya dapat teratasi.

Persantunan
Penulis ucapkan puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian ini. Terimakasih
kepada Ibu Sri Hartini, S.H., M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktunya. Kedua orang tua dan keluarga besar SD Muhammadiyah 6
Kampung Sewu Surakarta terimakasih atas do’a dan kerjasamanya.
Daftar Pustaka
Syahrun. 2014. “Peningkatan Kemampuan Menulis Melalui Teknik Mind Mapping
Murid Kelas III SD Kartika XX-1 Kota Makassar”. E-Buletin Media
Pendidikan LPMP Sulsel: 13-1.
Suryani, Yulinda Erma. 2010. “Kesulitan Belajar”. Magistra (73): 47-33.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Tohirin. 2013. Metode Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta Bandung.
Helmawati. 2014. Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosdakarya.