a V
V V
V
S P
LS LP
= =
φ φ
3 3
……………………………………...2.29
Pada hubungan Y-Y ini jika beban transformator tidak seimbang maka tegangan pada fasa transformator tidak seimbang.
2. Hub ungan YΔ Transformator tiga fasa
Hubung an YΔ pada transformator tiga fasa dapat dilihat pada gambar 2.24
berikut ini :
. .
. .
. .
a a
b b
c c
Np1 Ns1
Ns2
Ns3 Np2
Np3 VLP
VLS V
p V
s Ф
Ф
n
Gambar 2.24 Transformator Hubungan YΔ
Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan tegangan fasa primer
P LP
V V
φ
3 =
dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama dengan tegangan fasa V
LS
= V
ΦS
. Sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah sebagai berikut :
a V
V V
V
S P
LS LP
3 3
= =
φ φ
…………………………………2.30 Hubungan ini lebih stabil dan tidak ada masalah dengan beban tidak
seimbang dan harmonisa.
3. H ubungan ΔY Transformator tiga fasa
Universitas Sumatera Utara
Hubung an ΔY pada transformator tiga fasa ditunjukkan pada gambar 2.25
berikut ini :
VLS .
.
. .
. .
+ +
-
a a
b
b c
c Np1
Ns1
Ns2
Ns3 Np2
Np3 VLP
V p
V s
- Ф
Ф
n
Gambar 2.25 Transformator hubungan ΔY
Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan fasa primer V
LP
= V
ΦP
dan tegangan sisi sekunder
S LS
V V
φ
3 =
. Maka perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah :
a V
V V
V
S P
LS LP
3 3
= =
φ φ
………………………………….2.31
Hubungan ini memberikan keuntungan yang sama dan beda fasa yang sama seperti pada hubungan Y
Δ.
4. Hubungan ΔΔ Transformator tiga fasa
Hubungan ini dapat dilihat pada gambar 2.26 berikut ini :
Universitas Sumatera Utara
VLS .
.
. .
. .
+ +
-
a a
b b
c c
Np1 Ns1
Ns2
Ns3 Np2
Np3 VLP
V p
V s
- Ф
Ф
Gambar 2.26 Transformator hubungan ΔΔ
Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat dan tegangan fasa sama untuk primer dan sekunder transformator V
LP
= V
ΦP
dan V
LS
= V
ΦS
. Maka hubungan tegangan primer dan sekunder transformator adalah sebagai berikut :
a V
V V
V
S P
LS LP
= =
φ φ
……………...........................................2.32
Perbedaan fasa pada hubungan ini tidak ada dan stabil terhadap beban tidak seimbang dan harmonisa.
Universitas Sumatera Utara
BAB III SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK
III.1 UMUM
Energi listrik dibangkitkan pada pembangkit tenaga listrik PTL yang dapat merupakan suatu pusat listrik tenaga uap PLTU, pusat tenaga listrik air PLTA,
pusat listrik tenaga gas PLTG, pusat listrik tenaga diesel PLTD, ataupun pusat listrik tenaga nuklir PLTN. Jenis PTL yang dipakai, pada umumnya tegantung dari
jenis bahan bakar atau energi primer yang tersedia. Pada sistem besar sering ditemukan bebrapa jenis PTL. Perlu juga dikemukakan bahwa PLTD biasanya
dipakai pada sistem yang lebih kecil. PTL biasanya membangkitkan energi listrik pada tegangan menengah TM, yaitu pada umumnya antara 6 dan 20 kV.
Pada sistem tenaga listrik yang besar, atau bilamana PTL terletak jauh dari pemakai, maka energi listrik itu perlu diangkut melalui saluran transmisi, dan
tegangannya harus dinaikkan dari tegangan menengah TM menjadi tegangan tinggi TT. Pada jarak yang sangat jauh malah diperlukan tegangan ekstra tinggi TET.
Menaikkan tegangan itu dilakukan di gardu induk GI dengan mempergunakan transformator penaik step-up transformer. Tegangan tinggi di Indonesia adalah 70
kV, 150 kV dan 275 kV. Sedangkan tegangan ekstra tinggi 500 kV. Mendekati pusat pemakaian tenaga listrik, yang dapat merupakan suatu
industri atau suatu kota, tegangan tinggi diturunkan menjadi tegangan menengah TM. Hal ini juga dilakukan pada suatu GI dengan mempergunakan transformator
penurun step-down transformer. Di Indonesia tegangan adalah 20 kV. Saluran 20 kV ini menelusuri jalan-jalan di seluruh kota, dan merupakan sistem distribusi
Universitas Sumatera Utara