INSTRUMENT PERAJAH DI TAKENGON KABUPATEN ACEH TENGAH ( KAJIAN ORGANOLOGI ).
INSTRUMENT PERAJAH DI TAKENGON
KABUPATEN ACEH TENGAH
( KAJIAN ORGANOLOGI )
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian
persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
HARDIANSYAH AY
NIM. 2103140019
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015
ABSTRAK
HARDIANSYAH AY NIM. 2103140019. Instrument Perajah di Takengon
Kabupaten Aceh Tengah (Kajian Organologi). Fakultas Bahasa dan Seni.
Program Studi Pendidikan Musik Universitas Negeri Medan 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Organologi, proses pembuatan, sistem
tuning dan tangga nada dan teknik memainkan instrument Perajah di Takengon
Kabupaten Aceh Tengah.
Dalam penelitian ini didukung oleh teori-teori yang bertujuan agar hasil dari suatu
studi kepustakaan yang saling berhubungan (relevan) terhadap pokok
permasalahan yang hendak diteliti. Adapun teori yang digunakan yaitu,
Organologi, Teknik, Akustik, Frekuensi, Alat Musik Perajah, Pembuatan, Proses.
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah dua orang seniman tradisi gayo sebagai
pemain instrument Perajah dan dua orang dari pihak yang terlibat dalam proses
pembuatan instrument Perajah. Sampel dalam penelitian ini adalah instrument
musik perajah, dua orang seniman tradisi gayo sebagai pemain instrument Perajah
dan dua orang dari pihak yang terlibat dalam proses pembuatan instrument
Perajah. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara,
dokumentasi dan studi kepustakaan. Seluruh data di kumpulkan dan dianalisis
untuk menjawab seluruh pertanyaan penelitian.
Analisa data dilakukan dengan analisis deskriptif. Dari hasil analisis data
diperoleh hasil bahwa instrument Perajah dibuat dari perahu nalayan masyarakat
Gayo yang sudah tidak terpakai lagi dan kemudian ditambah beberapa komponen
lain untuk melengkapi bagian - bagian instrument tersebut seperti Bridge, Sound
Hole, Tuning, Top dan beberapa komponen pendukung lainnya, instrument
Perajah merupakan instrument yang tergolong dalam jenis Chordophone yaitu
instrument yang sumber bunyinya berasal dari getaran yang dihasilkan oleh senar
yang dimainkan dengan cara dipetik, instrument Perajah menggunakan sistem
Tuning barat dengan ukuran frekuensi A = 440 Hz yang memiliki 18 senar yang di
Tuning secara kromatis, Perajah dimainkan dengan jari jari tangan dengan posisi
badan seperti duduk bersila dan berada disebelah kiri instrument Perajah dan pada
saat dimainkan instrument perajah diberi sebuah kayu penyanggah dibagian
bawah Body.
Kata Kunci : Instrument Perajah, Organologi, Takengon.
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur dan terima kasih setinggi – tingginya kepada kehadirat
Allah swt Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi berjudul “Instrument Perajah di Takengon Kabupaten Aceh Tengah
(Kajian Organologi), di susun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni
Musik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu secara
moral, material dan spiritual. Maka pada kesempatan ini penulis dengan segala
ketulusan dan kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, Selaku Rektor di Univeristas Negeri medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan.
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa
dan Seni Universitas Negeri Medan, sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi I.
4.
Panji Suroso, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Seni Musik
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, sekaligus Dosen
Pembimbing Skripsi II.
5. Mukhlis Hasbullah, M.Sn dan Adina Sastra Sembiring, M.Pd. Selaku Nara
Sumber dan seluruh Dosen Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Medan. yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari
rencana penelitian sampai selesainya Skripsi ini.
6. Teristimewa saya sampaikan rasa terimakasih
sebesar-besarnya
dan
penghargaan tiada terhingga kepada kedua orang tua saya Ayahanda Achyar
dan Juga Ibunda saya yang tercinta Fatimah yang sudah banyak berdoa dan
memberi kasih sayang tiada henti serta dukungan, dorongan, semangat, dan
dana kepada penulis dan yang terkasih Rika Restella yang sudah berdoa dan
memberikan dukungan serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan
studi di Universitas Negeri Medan.
7. Seluruh teman - teman Academy Social Art and Sains dan teman-teman
mahasiswa Sendratasik yang telah banyak membantu memberikan masukan
dan semangat dalam penulisan Skripsi ini.
Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis
menyadari skripsi ini belum sampai pada kriteria sempurna baik dari segi
penulisan maupun dari segi penyampaian ide penulis. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun untuk
perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih, dan semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Februari 2015
Penulis
Hardiansyah Ay
NIM. 2103140019
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
vii
BAB
PENDAHULUAN .....................................................................
1
A. Latar Belakang ..................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..........................................................
5
C. Pembatasan Masalah ........................................................
6
D. Perumusan Masalah ..........................................................
7
E. Tujuan Penelitian...............................................................
8
F. Manfaat Penelitian ............................................................
8
BAB
I
II
LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL 10
A. Landasan Teoritis ..............................................................
10
a. Organologi .....................................................................
10
b. Pengertian Teknik ..........................................................
14
c. Teori Akustik .................................................................
14
d. Teori Frekuensi ..............................................................
16
e. Alat Musik Perajah ........................................................
17
f. Pengertian Pembuatan ...................................................
18
g. Pengertian Proses ...........................................................
19
B. Kerangka Konseptual ........................................................
19
BAB III
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN ..............................................
22
A. Lokasi dan Waktu penelitian ...........................................
22
B. Populasi dan Sampel .........................................................
22
a. Populasi .........................................................................
22
b. Sampel ..........................................................................
22
C. Metode Penelitian ..............................................................
23
D. Teknik Pengumpulan Data ...............................................
24
a. Observasi .......................................................................
25
b. Wawancara ....................................................................
25
c. Dokumentasi ..................................................................
27
d. Studi Kepustakaan .........................................................
27
E. Teknik Analisa Data .........................................................
31
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................
33
A.
33
Deskripsi Kesenian Musikal Masyarakat Gayo.............
B. Biografi A.R Moese ............................................................
34
C. Kajian Organologi Instrument Perajah ..........................
36
1. Proses Pembuatan Instrument Perajah .......................
36
a. Bentuk Kontruksi Instrument Perajah ...................
39
1. Kontruksi Top dan Papan Tuning pada
Instrument Perajah ............................................
41
2. Kontruksi Bridge pada Instrument Perajah .......
51
3. Pemasangan Kawat Senar pada Instrument
Perajah ..................................................................
53
D. Sistem Tuning dan Tangga Nada yang digunakan dalam
Instrument Perajah ...........................................................
59
E. Teknik Memainkan Instrument Perajah .........................
62
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................
64
A. Kesimpulan ........................................................................
64
B. Saran ...................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
67
LAMPIRAN……. ...........................................................................................
69
BAB
V
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Perahu Nelayan Danau Lot Tawar ..............................................
38
Gambar 4.2. Bagan/sketsa Pembagian Pemotongan perahu yang akan
dijadikan instrument Perajah. .....................................................
38
Gambar 4.3. Contoh perahu danau Lot Tawar yang ukurannya berbeda beda
39
Gambar 4.4. Bagan kontur Body instrument Perajah dilihat dari atas ............
40
Gambar 4.5. Bagan kontur instrument Perajah dilihat dari dalam ...................
41
Gambar 4.6. Posisi peletakan kayu penyanggah papan Top ............................
42
Gambar 4.7. Kayu penyanggah untuk Bridge .................................................
42
Gambar 4.8. Bagan posisi peletakan kayu penyanggah pada body instrument
Perajah .........................................................................................
42
Gambar 4.9. Bagan posisi kayu penyanggah dilihat dari sisi dalam Body
perahu .........................................................................................
43
Gambar 4.10. Letak papan Tuning dan kayu Tuner pada instrument Perajah .
44
Gambar 4.11. Letak Flat kayu yang berada diatas papan Tuning instrument
Perajah .......................................................................................
Gambar 4.12. Flat kayu yang dilebihkan dari papan Tuning sebanyak 2 cm
45
46
Gambar 4.13. Bagan ilustrasi peletakan papan tuning dan kayu fondasi
papan Top .................................................................................
47
Gambar 4.14. Letak Top pada instrument Perajah ...........................................
48
Gambar 4.15. Bentuk sisi Top pada bagian depan ...........................................
49
Gambar 4.16. Bentuk sisi Top pada bagian belakang .....................................
49
Gambar 4.17. Letak letak kayu pengepit Top instrument Perajah .................
50
Gambar 4.18. Bagan pembagian titik pemakuan pada kawat Bridge ..............
51
Gambar 4.19. Letak kawat Bridge dibagian atas papan Tuning .....................
52
Gambar 4.20. Letak kawat Bridge dibagian diatas kayu penyanggah Top ......
52
Gambar 4.21. Jenis kawat yang digunakan sebagai Bridge instrument
Perajah .......................................................................................
53
Gambar 4.22. Bagan letak letak paku penyanggah senar.................................
54
Gambar 4.23. Letak Eye pin.............................................................................
54
Gambar 4.24. Eye pin .......................................................................................
55
Gambar 4. 25. Jarak paku penyanggah senar antara satu dan lainnya .............
55
Gambar 4. 26. Tali klos sepeda motor Vespa .................................................
57
Gambar 4. 27. Senar gitar akustik yang berukuran 042 dan 052 .....................
57
Gambar 4. 28. Pelilitan senar pada kayu Tuner ...............................................
58
Gambar 4. 29. Letak nada pada senar senar instrument Perajah ......................
59
Gambar 4. 30. Nada nada yang ada dalam instrument Perajah ........................
60
Gambar 4. 31. Nada - nada instrument perajah yang ditunjukan diatas Tuts
piano .........................................................................................
60
Gambar 4. 32. Kayu Tuner pada instrument Perajah .......................................
61
Gambar 4. 33. Posisi badan pada saat memainkan Instrument Perajah ...........
62
Gambar 4. 34. Cara memainkan instrument Perajah dengan menggunakan
jari - jari tangan ........................................................................
63
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki banyak instrument musik tradisi yang mewakili dari
masing - masing ragam suku yang mendiaminya, masing - masing instrument
tersebut merupakan media untuk mengekspresikan tradisi yang dilakoninya,
seperti alat musik Kulcapi yang mengekspresi tradisi suku Karo, kemudian seperti
alat musik Gamelan yang mengekspresikan tradisi suku Jawa, alat musik Gordang
Sambilan yang mengekspresikan tradisi suku Mandailing dan seperti alat musik
Oning Oning yang mengekspresikan tradisi suku Pakpak dan banyak lagi yang
mana setiap instrument musik tersebut memiliki skala nada dan karekter suara
yang berbeda beda yang menggambarkan masing - masing tradisi yang
dilakoninya.
Aceh adalah salah satu Provinsi yang ada di Indonesia yang terletak di
ujung utara pulau Sumatera dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia
dengan kotanya adalah Banda Aceh. Aceh memiliki 13 suku asli, suku yang
terbesar adalah suku Aceh yang mendiami wilayah pesisir mulai dari Langsa di
pesisir timur utara sampai dengan Trumon di pesisir barat selatan, suku kedua
terbesar adalah suku Gayo yang mendiami wilayah pegunungan tengah Aceh.
Selain itu juga dijumpai suku - suku lainnya seperti, Aneuk Jamee di pesisir barat
dan selatan, Singkil dan Pakpak di Subulussalam dan Singkil, Alas di Aceh
Tenggara, Kluet di Aceh Selatan, Tamiang di Tamiang dan suku Devayan
mendiami
wilayah
selatan
Pulau
Simeulue
sedangkan
Suku Sigulai dan Suku Lekon di utaranya, suku Haloban dan suku Nias terdapat di
Pulau Banyak.
Suku Gayo berada di kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah. Suku Gayo
adalah suku kedua terbesar di Aceh setelah suku Aceh. Masyarakat suku Gayo
merupakan bagian dari Melayu tua, menelusuri asal usul orang Gayo tidak banyak
sumber atau artefak, yang ada hanya cerita turun temurun yang di kenal dengan
istilah Kekeberen (pengabaran) oleh masyarakat Gayo. Suku Gayo secara mayoritas
terdapat di kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan tiga kecamatan di
Aceh Timur yaitu kecamatan Serbe Jadi, Peunaron dan Simpang Jernih. Selain itu
suku Gayo juga mendiami beberapa desa di kabupaten Aceh Tamiang dan Aceh
Tenggara. Namun pada persebaran suku Gayo terbesar terletak di daerah kabupaten
Aceh Tengah Provinsi Nanggroe Aceh Darusallam.
Di kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah terdapat sebuah instrument
pengekspresi tradisi Gayo yang disebut dengan Perajah. Perajah adalah salah satu
instrument tradisi suku Gayo yang merupakan sebuah instrument musik hasil
kreativitas yang diciptakan oleh masyarakat yang bertujuan untuk mengembangkan
ungkapan ekspresi ekspresi yang bersifat musikal dalam tradisinya. Instrument
perajah diciptakan oleh A.R Moese Pada tahun 1992, A.R.Moese yang bernama asli
Abu Moese Azhari yang lahir pada tanggal 29 April 1939 di Kampung Baru,
Takengon Timur, Kabupaten Aceh Tengah, beliau merupakan seorang akademisi
musik yang sempat bersekolah di (AMI) Akademi Musik Indonesia di Yogyakarta
dan di IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta) dan sempat pula bergabung
dengan Orkes Tetap Segar dibawah asuhan Jenderal Polisi Hugeng dan Idris Sardi.
A.R Moese dipercaya sebagai pemain biola yang saat itu mereka kerap tampil di
TVRI.
Kekurangan alat musik melodis di daerah Takengon khususnya alat musik
sebagai pengekspresi budaya suku Gayo adalah alasan utama A.R Moese
menciptakan beberapa alat musik baru, diantaranya adalah alat musik Gerantung
kemudian Perajah dan Jangka. Tahun 1992 untuk pertama kalinya bersama Seh
Kilang, A.R Moese berhasil menciptakan alat musik tradisional yang bernama
Gerantung (kalung kerbau). Gerantung ini pernah dimainkan dalam pelaksanaan
Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) III di Banda Aceh pada tahun 1999 dan di pentas
seni lainnya kemudian di tahun yang sama A.R Moese juga menciptakan alat musik
yang diberi nama Perajah. Perajah dibuat dari perahu bekas yang tidak terpakai lagi
oleh nelayan yang ada di seputar Danau Laut Tawar, terinspirasinya pembuatan
instrument Perajah ini yaitu ketika beliau sedang berada di pinggiran danau Lot
Tawar, kemudian beliau melihat seorang nelayan yang sedang menangkap ikan
ditengah danau memukul mukul perahunya dan mengeluarkan suara yang cukup
nyaring dengan jarak yang lumayan jauh dari beliau (hasil observasi dengan bapak
Achrial hasibuan). Alat musik ini disebut Perajah, dikarenakan gerakan saat
memainkan alat musik tersebut mirip orang yang sedang Merajah (pengobatan
tradisional dengan cara membacakan doa-doa). Alat musik tersebut pernah
dipentaskan dalam suatu konser musik Gayo di Banda Aceh pada Tahun 1993.
Perajah juga pernah ditampilkan di Taman Ismail Marzuki, Taman Impian Jaya
Ancol, Jakarta dan dalam acara Gatra Kencana TVRI, yang saat itu meraih juara II
(1995). Namun belakang ini instrument tersebut sudah sangat jarang dipertunjukan
pada acara acara resmi maupun acara yang tidak resmi dikarenakan sedikitnya orang
yang paham memainkan instrument tersebut dan juga sedikitnya jumlah instrument
tersebut. Dan terakhir A.R Moese menciptakan alat musik Jangka yang terbuat dari
peralatan pemotong tembakau, seperti alat musik sebelumnya, alat musik Jangka
pernah diikut dalam lomba musik tradisional tingkat Propinsi Daerah Istimewa Aceh,
tahun 1993. Bahkan, dipentaskan dalam sebuah konser musik Gayo di Banda Aceh
(1993), Taman Ismail Marzuki dan Taman Impian Jaya Ancol.
Namun dari semua alat musik yang telah beliau ciptakan tidak ada satu pun
peninggalan tulisan atau deskriptif tentang bentuk, struktur, desain dan fungsi dari
instrument instrument tersebut. Oleh karena itu penulis ingin meneliti instrument
instrument tersebut tetapi karena banyaknya jenis instrument dan akan luasnya
pembahasan yang akan diteliti, maka penulis berfokus untuk meneliti instrument
Perajah. Perajah adalah jenis instrument yang bunyinya bersumber dari dawai atau
senar yang dimainkan dengan cara dipetik yang mana bagian utama bentuk body
berasal dari sebuah perahu yang telah dipotong menjadi tiga bagian yang terbagi
menjadi bagian sopran, alto dan perkusi. Namun karena pada bagian yang dijadikan
sebagai Alto dan perkusi rusak parah dan tidak dapat digunakan lagi setelah A.R
Moese meninggal dunia maka hanya pada bagian sopran yang dapat dikembangkan
dan diperbanyak oleh masyarakat. Oleh karena itu penulis hanya berfokus untuk
meneliti instrument perajah bagian sopran saja.
Oleh karena pencipta instrument tersebut tidak meninggalkan tulisan tentang
deskripsi bentuk, struktur, dan fungsi dari instrument tersebut. Maka untuk itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang instrument Perajah tersebut agar
terciptanya tulisan - tulisan yang dapat menjadi acuan untuk mengembangkan,
membudidayakan dan mempublikasikan instrument tersebut. Penulis melakukan
penelitian tersebut dengan kajian Organologi seperti tentang bagaimana materi bunyi
instrument Perajah tersebut, bagaimana teknik menghasilkan bunyi (teknik
memainkan) instrument Perajah, bagaimana instrumentasinya, bagaimana akustika
instrument Perajah tersebut, bagaimana teknologi instrument Perajah tersebut,
bagaimana frekuensinya dan kedalam jenis apa pengelompokannya. Berdasarkan
uraian diatas penulis tertarik untuk menjadikan pengkajian instrument perajah sebagai
topik penelitian ilmiah yang berjudul “Instrument Perajah di Takengon
Kabupaten Aceh Tengah (Kajian Organologi)“.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah pengenalan masalah atau inventarisir masalah.
Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling
penting diantara proses lain. Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari
penelitian, bahkan juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian
atau tidak. Seperti yang dikatakan Tuckman dalam Sugiyono (2010 : 32) bahwa “Bila
dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul betul masalah, maka
sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50% telah selesai. Oleh karena itu menemukan
masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah
masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan.”
Berdasarkan pemaparan teks dari latar belakang di atas maka identifikasi
masalah yang diperoleh sebagai berikut :
1. Bagaimana Organologi instrument Perajah di Takengon Kabupaten Aceh
Tengah ?
2. Bagaimana instrumentasinya instrument Perajah di Takengon Kabupaten
Aceh Tengah?
3. Bagaimana proses pembuatan instrument Perajah di Takengon Kabupaten
Aceh Tengah?
4. Bagaimana sistem Tuning dan tangga nada yang digunakan dalam
instrument Perajah di Takengon Kabupaten Aceh Tengah ?
5. Bagaimana teknik menghasilkan bunyi (teknik memainkan) instrument
Perajah di Takengon Kabupaten Aceh Tengah?
C. Pembatasan Masalah
Demi mencapai hasil yang maksimal maka penulis membuat pembatasan
masalah dalam beberapa hal yang akan diteliti agar proses penelitian dapat lebih
mengkerucut dan data yang akan dihasilkan juga valid. Pembatasan masalah
merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Pariata Westra dalam
buku Sugiyono (2010 : 263) mengatakan bahwa : “Suatu masalah yang terjadi dapat
dibatasi apabila seseorang berusaha mencoba mencapai suatu tujuan itu hingga
berhasil”. Berdasarkan hal ini penulis membuat pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Organologi instrument Perajah di Takengon Kabupaten Aceh
Tengah ?
2. Bagaimana proses pembuatan instrument Perajah di Takengon Kabupaten
Aceh Tengah ?
3. Bagaimana sistem Tuning dan tangga nada yang digunakan dalam instrument
Perajah di Takengon Kabupaten Aceh Tengah ?
4. Bagaimana teknik menghasilkan bunyi (teknik memainkan) instrument
Perajah di Takengon Kabupaten Aceh Tengah ?
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah hal yang sangat penting dalam sebuah kegiatan
penelitian agar dapat menggambarkan arah dan tujuan dari penelitian tersebut, sebab
masalah adalah sebuah objek yang akan diteliti dan dicari jalan keluarnya dari sebuah
kegiatan penelitian. Menurut Maryeani (2005 : 14) bahwa ”Rumusan masalah
merupakan jabaran detail fokus penelitian yang akan digarap. Rumusan masalah
menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk
menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya.
Rumusan masalah juga bisa disikapi sebagai jabaran fokus penelitian karena dalam
praktiknya, proses penelitian senantiasa berfokus pada butir butir masalah
sebagaimana dirumuskan. ” Dari luasnya masalah yang muncul dari penelitan yang
bersangkutan dengan Instrument Perajah di Takengon Kabupaten Aceh Tengah,
maka dapat dirumuskan pada: “Bagaimanakah
Instrument Perajah di Takengon
Kabupaten Aceh Tengah dalam Kajian Organologi ?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah hal yang penting dalam sebuah penelitian, karena
tujuan penelitian adalah sebuah penempatan dari sebuah hasil penelitian. Tanpa
adanya sebuah tujuan penelitian maka penelitian tersebut tidak akan berguna.
Tujuan penelitian yang hendak dicapai penulis adalah :
1. Untuk mengetahui Organologi instrument Perajah di Takengon Kabupaten
Aceh Tengah.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan instrument Perajah di
Takengon Kabupaten Aceh Tengah.
3. Bagaimana sistem Tuning dan tangga nada yang digunakan dalam instrument
Perajah di Takengon Kabupaten Aceh Tengah.
4. Untuk mengetahui teknik memainkan instrument Perajah di Takengon
Kabupaten Aceh Tengah.
F. Manfaat Penelitian
Setiap kegiatan penelitian manfaat penelitian adalah hal yang paling
diharapkan dari setiap peneliti. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan penulis
sebagai berikut :
1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai kajian organologi
instrument perajah di Kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah.
2. Sebagai bahan referensi untuk acuan yang relevan pada penelitian yang
berikutnya.
3. Untuk motivasi masyarakat Gayo untuk mempertahankan tradisi musikal yang
sudah ada.
4. Bagi pelaku dan pembuat instrument Perajah dapat mengembangkan dan
memperbanyak serta memperluas persebaran instrument Perajah.
5. Sebagai bahan masukan di Jurusan Sendratasik khususnya Program Studi
Pendidikan Seni Musik UNIMED.
6. Menambah pembendaharan perpustakaan UNIMED khususnya Fakultas
Bahasa dan Seni.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Masyarakat gayo mulai terpengaruh dengan musik barat yang dibawa
pertama kalinya oleh Belanda pada tahun 1942 dan dilanjutkan pada
masa penjajahan Jepang yang mana pemain-pemainnya berasal dari
masyarakat setempat yang membentuk beberapa organisasi - organisasi
yang menggalakkan kegiatan kegiatan kesenian.
2. Instrument Perajah dibuat dari perahu nalayan masyarakat Gayo yang
sudah tidak terpakai lagi dan kemudian ditambah beberapa komponen
lain untuk melengkapi bagian - bagian instrument tersebut seperti
Bridge (penyanggah senar), Sound Hole (lubang suara), Tuning
(penyetel nada senar), Top (penutup Body) dan beberapa komponen
lain sebagai pelengkap kontruksi instrument perajah yang akan
membentuk ruang akustik suara, penyanggah senar dan lain lain.
3. Jenis kayu yang digunakan pada perahu yang akan dijadikan
instrument Perajah adalah jenis kayu yang disebut dengan nama
Grupel dalam bahasa Gayo. Didalam bahasa latin kayu ini disebut
dengan kayu Amboyna.
4. Instrument Perajah merupakan instrument yang tergolong dalam jenis
Chordophone yaitu instrument yang sumber bunyinya berasal dari getaran
yang dihasilkan oleh senar yang dimainkan dengan cara dipetik.
5. Instrument Perajah menggunakan sistem Tuning barat dengan ukuran
frekuensi A = 440 Hz yang memiliki 18 senar yang di Tuning secara
kromatis dengan memiliki nada tertinggi adalah G pada oktaf C tengah,
dan yang terendah adalah D yaitu 2 oktaf dibawah C tengah. namun mulai
pada nada Si (B) yang menurun setelah C tengah, tegangan nadanya
langsung lebih rendah sebanyak satu oktaf tanpa melewati tingkatan
tegangan nada pada Oktaf yang seharusnya, dan nada yang paling rendah
adalah D pada oktaf yang sama dengan B tersebut.
6. Instrument Perajah dimainkan dengan jari jari tangan dengan posisi badan
seperti duduk bersila dan berada disebelah kiri instrument tersebut dan
pada saat memainkannya instrument perajah diberi sebuah penyanggah
dengan menggunakan kayu di bagian bawah Body instrument tersebut.
B. Saran
Dari tinjauan yang telah peneliti lakukan, maka peneliti dapat mengajukan
saran sebagai berikut :
1. Perlu adanya pembinaan bagi pihak instansi atau lembaga yang terkait
seperti department pariwisata dan kebudayaan terhadap pembuatan
instrument Perajah dalam membantu untuk pengembangan, perluasan dan
pengenalan instrument tersebut.
2. Perlu adanya perhatian pemerintahan terhadap kesenian musikal tradisi
masyarakat Gayo yang sudah mulai kurang diminati dan dikenal oleh
masyarakat khususnya generasi muda. Karena kesenian kesenian ini
seharusnya dilestarikan sebagai kesenian nusantara.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, 2002. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Pranada Media
Goup
Faisol, 1990. Penelitian Kualitatif, Dasar dan Aplikasi, Malang : Yayasan Asah
Asih
…….., 2001. Dasar Dasar Penelitian, Jakarta : Gramedia.
Hadan Nawawi, 2002. Penelitian Bidang Sosial, Bandung : Rajawali
Howard, David M. and Angus, Jamie A. S., 2009.
Psychoacoustics. USA : Elsevier
Acoustics And
Maryeni, 2005. Metode Penelitian Kebudayaan, Jakarta : Bumi Aksara
Nasution, 2003. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : Gramedia
Nazril, Muhamad. (2005). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia
P, Chandris , 2011. Skripsi “Tinjauan Organologi Saga-saga Karya Bapak
M.Simalango di Desa Salaon Toba, Kecamatan Ronggur Nihuta,
Kabupaten Samosir”.FBS. Universitas Negeri Medan
Panjaitan, Jelita, 2012. Skripsi “Deskripsi Organologi Alat Musik Tiup Sulim
Batak Toba.”.FBS. Universitas Negeri Medan.
Sembiring, Irmayanti Br, 2012. Skripsi “Pembuatan Kulcapi Karya Bapak Pauzi
Ginting Di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Kabuatens Deli Serdang :
Kajian Organologi”.FBS. Universitas Negeri Medan
Silitonga, Pita H.D, 2005. Diktat mata kuliah Organologi. FBS. Universitas
Negeri Medan.
Sugiyono, 2002. Pengantar Metode Penelitian, Bandung : Alfabeta
…………, 2004. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabet
..................,2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Bandung : Alfabeta
..................,2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta
Surakhmand, Winarno.(1992). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito
The New Grove, Dictionary Of Music and Musicians. 2001
Virganta, Abraham Roma, 2012. Skripsi “Kajian Organologi Alat Musik Balobat
Karya Ropong Tarigan”.FBS. Universitas Negeri Medan
http://kuliahmusikonline.blogspot.com/2012/07/sejarah-organologi.html
https://www.facebook.com/permalink.php?id=490959977604406&story_fbid=49
5949990438738
http://id.wikipedia.org/wiki/Hornbostel%E2%80%93Sachs
http://gayomusiklover.blogspot.com/
KABUPATEN ACEH TENGAH
( KAJIAN ORGANOLOGI )
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi sebagian
persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
HARDIANSYAH AY
NIM. 2103140019
JURUSAN SENDRATASIK
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2015
ABSTRAK
HARDIANSYAH AY NIM. 2103140019. Instrument Perajah di Takengon
Kabupaten Aceh Tengah (Kajian Organologi). Fakultas Bahasa dan Seni.
Program Studi Pendidikan Musik Universitas Negeri Medan 2015.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Organologi, proses pembuatan, sistem
tuning dan tangga nada dan teknik memainkan instrument Perajah di Takengon
Kabupaten Aceh Tengah.
Dalam penelitian ini didukung oleh teori-teori yang bertujuan agar hasil dari suatu
studi kepustakaan yang saling berhubungan (relevan) terhadap pokok
permasalahan yang hendak diteliti. Adapun teori yang digunakan yaitu,
Organologi, Teknik, Akustik, Frekuensi, Alat Musik Perajah, Pembuatan, Proses.
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif.
Populasi dalam penelitian ini adalah dua orang seniman tradisi gayo sebagai
pemain instrument Perajah dan dua orang dari pihak yang terlibat dalam proses
pembuatan instrument Perajah. Sampel dalam penelitian ini adalah instrument
musik perajah, dua orang seniman tradisi gayo sebagai pemain instrument Perajah
dan dua orang dari pihak yang terlibat dalam proses pembuatan instrument
Perajah. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara,
dokumentasi dan studi kepustakaan. Seluruh data di kumpulkan dan dianalisis
untuk menjawab seluruh pertanyaan penelitian.
Analisa data dilakukan dengan analisis deskriptif. Dari hasil analisis data
diperoleh hasil bahwa instrument Perajah dibuat dari perahu nalayan masyarakat
Gayo yang sudah tidak terpakai lagi dan kemudian ditambah beberapa komponen
lain untuk melengkapi bagian - bagian instrument tersebut seperti Bridge, Sound
Hole, Tuning, Top dan beberapa komponen pendukung lainnya, instrument
Perajah merupakan instrument yang tergolong dalam jenis Chordophone yaitu
instrument yang sumber bunyinya berasal dari getaran yang dihasilkan oleh senar
yang dimainkan dengan cara dipetik, instrument Perajah menggunakan sistem
Tuning barat dengan ukuran frekuensi A = 440 Hz yang memiliki 18 senar yang di
Tuning secara kromatis, Perajah dimainkan dengan jari jari tangan dengan posisi
badan seperti duduk bersila dan berada disebelah kiri instrument Perajah dan pada
saat dimainkan instrument perajah diberi sebuah kayu penyanggah dibagian
bawah Body.
Kata Kunci : Instrument Perajah, Organologi, Takengon.
KATA PENGANTAR
Ucapan syukur dan terima kasih setinggi – tingginya kepada kehadirat
Allah swt Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi berjudul “Instrument Perajah di Takengon Kabupaten Aceh Tengah
(Kajian Organologi), di susun untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni
Musik, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu secara
moral, material dan spiritual. Maka pada kesempatan ini penulis dengan segala
ketulusan dan kerendahan hati mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, Selaku Rektor di Univeristas Negeri medan.
2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum, selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni
Universitas Negeri Medan.
3. Uyuni Widiastuti, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Sendratasik Fakultas Bahasa
dan Seni Universitas Negeri Medan, sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi I.
4.
Panji Suroso, M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Seni Musik
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, sekaligus Dosen
Pembimbing Skripsi II.
5. Mukhlis Hasbullah, M.Sn dan Adina Sastra Sembiring, M.Pd. Selaku Nara
Sumber dan seluruh Dosen Sendratasik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri Medan. yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari
rencana penelitian sampai selesainya Skripsi ini.
6. Teristimewa saya sampaikan rasa terimakasih
sebesar-besarnya
dan
penghargaan tiada terhingga kepada kedua orang tua saya Ayahanda Achyar
dan Juga Ibunda saya yang tercinta Fatimah yang sudah banyak berdoa dan
memberi kasih sayang tiada henti serta dukungan, dorongan, semangat, dan
dana kepada penulis dan yang terkasih Rika Restella yang sudah berdoa dan
memberikan dukungan serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan
studi di Universitas Negeri Medan.
7. Seluruh teman - teman Academy Social Art and Sains dan teman-teman
mahasiswa Sendratasik yang telah banyak membantu memberikan masukan
dan semangat dalam penulisan Skripsi ini.
Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan pengetahuan, penulis
menyadari skripsi ini belum sampai pada kriteria sempurna baik dari segi
penulisan maupun dari segi penyampaian ide penulis. Untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran pembaca yang bersifat membangun untuk
perbaikan dimasa yang akan datang.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih, dan semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Medan, Februari 2015
Penulis
Hardiansyah Ay
NIM. 2103140019
DAFTAR ISI
ABSTRAK ....................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ....................................................................................
ii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................
vii
BAB
PENDAHULUAN .....................................................................
1
A. Latar Belakang ..................................................................
1
B. Identifikasi Masalah ..........................................................
5
C. Pembatasan Masalah ........................................................
6
D. Perumusan Masalah ..........................................................
7
E. Tujuan Penelitian...............................................................
8
F. Manfaat Penelitian ............................................................
8
BAB
I
II
LANDASAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL 10
A. Landasan Teoritis ..............................................................
10
a. Organologi .....................................................................
10
b. Pengertian Teknik ..........................................................
14
c. Teori Akustik .................................................................
14
d. Teori Frekuensi ..............................................................
16
e. Alat Musik Perajah ........................................................
17
f. Pengertian Pembuatan ...................................................
18
g. Pengertian Proses ...........................................................
19
B. Kerangka Konseptual ........................................................
19
BAB III
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN ..............................................
22
A. Lokasi dan Waktu penelitian ...........................................
22
B. Populasi dan Sampel .........................................................
22
a. Populasi .........................................................................
22
b. Sampel ..........................................................................
22
C. Metode Penelitian ..............................................................
23
D. Teknik Pengumpulan Data ...............................................
24
a. Observasi .......................................................................
25
b. Wawancara ....................................................................
25
c. Dokumentasi ..................................................................
27
d. Studi Kepustakaan .........................................................
27
E. Teknik Analisa Data .........................................................
31
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................
33
A.
33
Deskripsi Kesenian Musikal Masyarakat Gayo.............
B. Biografi A.R Moese ............................................................
34
C. Kajian Organologi Instrument Perajah ..........................
36
1. Proses Pembuatan Instrument Perajah .......................
36
a. Bentuk Kontruksi Instrument Perajah ...................
39
1. Kontruksi Top dan Papan Tuning pada
Instrument Perajah ............................................
41
2. Kontruksi Bridge pada Instrument Perajah .......
51
3. Pemasangan Kawat Senar pada Instrument
Perajah ..................................................................
53
D. Sistem Tuning dan Tangga Nada yang digunakan dalam
Instrument Perajah ...........................................................
59
E. Teknik Memainkan Instrument Perajah .........................
62
KESIMPULAN DAN SARAN .................................................
64
A. Kesimpulan ........................................................................
64
B. Saran ...................................................................................
66
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
67
LAMPIRAN……. ...........................................................................................
69
BAB
V
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4.1. Perahu Nelayan Danau Lot Tawar ..............................................
38
Gambar 4.2. Bagan/sketsa Pembagian Pemotongan perahu yang akan
dijadikan instrument Perajah. .....................................................
38
Gambar 4.3. Contoh perahu danau Lot Tawar yang ukurannya berbeda beda
39
Gambar 4.4. Bagan kontur Body instrument Perajah dilihat dari atas ............
40
Gambar 4.5. Bagan kontur instrument Perajah dilihat dari dalam ...................
41
Gambar 4.6. Posisi peletakan kayu penyanggah papan Top ............................
42
Gambar 4.7. Kayu penyanggah untuk Bridge .................................................
42
Gambar 4.8. Bagan posisi peletakan kayu penyanggah pada body instrument
Perajah .........................................................................................
42
Gambar 4.9. Bagan posisi kayu penyanggah dilihat dari sisi dalam Body
perahu .........................................................................................
43
Gambar 4.10. Letak papan Tuning dan kayu Tuner pada instrument Perajah .
44
Gambar 4.11. Letak Flat kayu yang berada diatas papan Tuning instrument
Perajah .......................................................................................
Gambar 4.12. Flat kayu yang dilebihkan dari papan Tuning sebanyak 2 cm
45
46
Gambar 4.13. Bagan ilustrasi peletakan papan tuning dan kayu fondasi
papan Top .................................................................................
47
Gambar 4.14. Letak Top pada instrument Perajah ...........................................
48
Gambar 4.15. Bentuk sisi Top pada bagian depan ...........................................
49
Gambar 4.16. Bentuk sisi Top pada bagian belakang .....................................
49
Gambar 4.17. Letak letak kayu pengepit Top instrument Perajah .................
50
Gambar 4.18. Bagan pembagian titik pemakuan pada kawat Bridge ..............
51
Gambar 4.19. Letak kawat Bridge dibagian atas papan Tuning .....................
52
Gambar 4.20. Letak kawat Bridge dibagian diatas kayu penyanggah Top ......
52
Gambar 4.21. Jenis kawat yang digunakan sebagai Bridge instrument
Perajah .......................................................................................
53
Gambar 4.22. Bagan letak letak paku penyanggah senar.................................
54
Gambar 4.23. Letak Eye pin.............................................................................
54
Gambar 4.24. Eye pin .......................................................................................
55
Gambar 4. 25. Jarak paku penyanggah senar antara satu dan lainnya .............
55
Gambar 4. 26. Tali klos sepeda motor Vespa .................................................
57
Gambar 4. 27. Senar gitar akustik yang berukuran 042 dan 052 .....................
57
Gambar 4. 28. Pelilitan senar pada kayu Tuner ...............................................
58
Gambar 4. 29. Letak nada pada senar senar instrument Perajah ......................
59
Gambar 4. 30. Nada nada yang ada dalam instrument Perajah ........................
60
Gambar 4. 31. Nada - nada instrument perajah yang ditunjukan diatas Tuts
piano .........................................................................................
60
Gambar 4. 32. Kayu Tuner pada instrument Perajah .......................................
61
Gambar 4. 33. Posisi badan pada saat memainkan Instrument Perajah ...........
62
Gambar 4. 34. Cara memainkan instrument Perajah dengan menggunakan
jari - jari tangan ........................................................................
63
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia memiliki banyak instrument musik tradisi yang mewakili dari
masing - masing ragam suku yang mendiaminya, masing - masing instrument
tersebut merupakan media untuk mengekspresikan tradisi yang dilakoninya,
seperti alat musik Kulcapi yang mengekspresi tradisi suku Karo, kemudian seperti
alat musik Gamelan yang mengekspresikan tradisi suku Jawa, alat musik Gordang
Sambilan yang mengekspresikan tradisi suku Mandailing dan seperti alat musik
Oning Oning yang mengekspresikan tradisi suku Pakpak dan banyak lagi yang
mana setiap instrument musik tersebut memiliki skala nada dan karekter suara
yang berbeda beda yang menggambarkan masing - masing tradisi yang
dilakoninya.
Aceh adalah salah satu Provinsi yang ada di Indonesia yang terletak di
ujung utara pulau Sumatera dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia
dengan kotanya adalah Banda Aceh. Aceh memiliki 13 suku asli, suku yang
terbesar adalah suku Aceh yang mendiami wilayah pesisir mulai dari Langsa di
pesisir timur utara sampai dengan Trumon di pesisir barat selatan, suku kedua
terbesar adalah suku Gayo yang mendiami wilayah pegunungan tengah Aceh.
Selain itu juga dijumpai suku - suku lainnya seperti, Aneuk Jamee di pesisir barat
dan selatan, Singkil dan Pakpak di Subulussalam dan Singkil, Alas di Aceh
Tenggara, Kluet di Aceh Selatan, Tamiang di Tamiang dan suku Devayan
mendiami
wilayah
selatan
Pulau
Simeulue
sedangkan
Suku Sigulai dan Suku Lekon di utaranya, suku Haloban dan suku Nias terdapat di
Pulau Banyak.
Suku Gayo berada di kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah. Suku Gayo
adalah suku kedua terbesar di Aceh setelah suku Aceh. Masyarakat suku Gayo
merupakan bagian dari Melayu tua, menelusuri asal usul orang Gayo tidak banyak
sumber atau artefak, yang ada hanya cerita turun temurun yang di kenal dengan
istilah Kekeberen (pengabaran) oleh masyarakat Gayo. Suku Gayo secara mayoritas
terdapat di kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, Gayo Lues dan tiga kecamatan di
Aceh Timur yaitu kecamatan Serbe Jadi, Peunaron dan Simpang Jernih. Selain itu
suku Gayo juga mendiami beberapa desa di kabupaten Aceh Tamiang dan Aceh
Tenggara. Namun pada persebaran suku Gayo terbesar terletak di daerah kabupaten
Aceh Tengah Provinsi Nanggroe Aceh Darusallam.
Di kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah terdapat sebuah instrument
pengekspresi tradisi Gayo yang disebut dengan Perajah. Perajah adalah salah satu
instrument tradisi suku Gayo yang merupakan sebuah instrument musik hasil
kreativitas yang diciptakan oleh masyarakat yang bertujuan untuk mengembangkan
ungkapan ekspresi ekspresi yang bersifat musikal dalam tradisinya. Instrument
perajah diciptakan oleh A.R Moese Pada tahun 1992, A.R.Moese yang bernama asli
Abu Moese Azhari yang lahir pada tanggal 29 April 1939 di Kampung Baru,
Takengon Timur, Kabupaten Aceh Tengah, beliau merupakan seorang akademisi
musik yang sempat bersekolah di (AMI) Akademi Musik Indonesia di Yogyakarta
dan di IKIP Jakarta (sekarang Universitas Negeri Jakarta) dan sempat pula bergabung
dengan Orkes Tetap Segar dibawah asuhan Jenderal Polisi Hugeng dan Idris Sardi.
A.R Moese dipercaya sebagai pemain biola yang saat itu mereka kerap tampil di
TVRI.
Kekurangan alat musik melodis di daerah Takengon khususnya alat musik
sebagai pengekspresi budaya suku Gayo adalah alasan utama A.R Moese
menciptakan beberapa alat musik baru, diantaranya adalah alat musik Gerantung
kemudian Perajah dan Jangka. Tahun 1992 untuk pertama kalinya bersama Seh
Kilang, A.R Moese berhasil menciptakan alat musik tradisional yang bernama
Gerantung (kalung kerbau). Gerantung ini pernah dimainkan dalam pelaksanaan
Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) III di Banda Aceh pada tahun 1999 dan di pentas
seni lainnya kemudian di tahun yang sama A.R Moese juga menciptakan alat musik
yang diberi nama Perajah. Perajah dibuat dari perahu bekas yang tidak terpakai lagi
oleh nelayan yang ada di seputar Danau Laut Tawar, terinspirasinya pembuatan
instrument Perajah ini yaitu ketika beliau sedang berada di pinggiran danau Lot
Tawar, kemudian beliau melihat seorang nelayan yang sedang menangkap ikan
ditengah danau memukul mukul perahunya dan mengeluarkan suara yang cukup
nyaring dengan jarak yang lumayan jauh dari beliau (hasil observasi dengan bapak
Achrial hasibuan). Alat musik ini disebut Perajah, dikarenakan gerakan saat
memainkan alat musik tersebut mirip orang yang sedang Merajah (pengobatan
tradisional dengan cara membacakan doa-doa). Alat musik tersebut pernah
dipentaskan dalam suatu konser musik Gayo di Banda Aceh pada Tahun 1993.
Perajah juga pernah ditampilkan di Taman Ismail Marzuki, Taman Impian Jaya
Ancol, Jakarta dan dalam acara Gatra Kencana TVRI, yang saat itu meraih juara II
(1995). Namun belakang ini instrument tersebut sudah sangat jarang dipertunjukan
pada acara acara resmi maupun acara yang tidak resmi dikarenakan sedikitnya orang
yang paham memainkan instrument tersebut dan juga sedikitnya jumlah instrument
tersebut. Dan terakhir A.R Moese menciptakan alat musik Jangka yang terbuat dari
peralatan pemotong tembakau, seperti alat musik sebelumnya, alat musik Jangka
pernah diikut dalam lomba musik tradisional tingkat Propinsi Daerah Istimewa Aceh,
tahun 1993. Bahkan, dipentaskan dalam sebuah konser musik Gayo di Banda Aceh
(1993), Taman Ismail Marzuki dan Taman Impian Jaya Ancol.
Namun dari semua alat musik yang telah beliau ciptakan tidak ada satu pun
peninggalan tulisan atau deskriptif tentang bentuk, struktur, desain dan fungsi dari
instrument instrument tersebut. Oleh karena itu penulis ingin meneliti instrument
instrument tersebut tetapi karena banyaknya jenis instrument dan akan luasnya
pembahasan yang akan diteliti, maka penulis berfokus untuk meneliti instrument
Perajah. Perajah adalah jenis instrument yang bunyinya bersumber dari dawai atau
senar yang dimainkan dengan cara dipetik yang mana bagian utama bentuk body
berasal dari sebuah perahu yang telah dipotong menjadi tiga bagian yang terbagi
menjadi bagian sopran, alto dan perkusi. Namun karena pada bagian yang dijadikan
sebagai Alto dan perkusi rusak parah dan tidak dapat digunakan lagi setelah A.R
Moese meninggal dunia maka hanya pada bagian sopran yang dapat dikembangkan
dan diperbanyak oleh masyarakat. Oleh karena itu penulis hanya berfokus untuk
meneliti instrument perajah bagian sopran saja.
Oleh karena pencipta instrument tersebut tidak meninggalkan tulisan tentang
deskripsi bentuk, struktur, dan fungsi dari instrument tersebut. Maka untuk itu penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang instrument Perajah tersebut agar
terciptanya tulisan - tulisan yang dapat menjadi acuan untuk mengembangkan,
membudidayakan dan mempublikasikan instrument tersebut. Penulis melakukan
penelitian tersebut dengan kajian Organologi seperti tentang bagaimana materi bunyi
instrument Perajah tersebut, bagaimana teknik menghasilkan bunyi (teknik
memainkan) instrument Perajah, bagaimana instrumentasinya, bagaimana akustika
instrument Perajah tersebut, bagaimana teknologi instrument Perajah tersebut,
bagaimana frekuensinya dan kedalam jenis apa pengelompokannya. Berdasarkan
uraian diatas penulis tertarik untuk menjadikan pengkajian instrument perajah sebagai
topik penelitian ilmiah yang berjudul “Instrument Perajah di Takengon
Kabupaten Aceh Tengah (Kajian Organologi)“.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah adalah pengenalan masalah atau inventarisir masalah.
Identifikasi masalah adalah salah satu proses penelitan yang boleh dikatakan paling
penting diantara proses lain. Masalah penelitian akan menentukan kualitas dari
penelitian, bahkan juga menentukan apakah sebuah kegiatan bisa disebut penelitian
atau tidak. Seperti yang dikatakan Tuckman dalam Sugiyono (2010 : 32) bahwa “Bila
dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betul betul masalah, maka
sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50% telah selesai. Oleh karena itu menemukan
masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah
masalah dapat ditemukan, maka pekerjaan penelitian akan segera dapat dilakukan.”
Berdasarkan pemaparan teks dari latar belakang di atas maka identifikasi
masalah yang diperoleh sebagai berikut :
1. Bagaimana Organologi instrument Perajah di Takengon Kabupaten Aceh
Tengah ?
2. Bagaimana instrumentasinya instrument Perajah di Takengon Kabupaten
Aceh Tengah?
3. Bagaimana proses pembuatan instrument Perajah di Takengon Kabupaten
Aceh Tengah?
4. Bagaimana sistem Tuning dan tangga nada yang digunakan dalam
instrument Perajah di Takengon Kabupaten Aceh Tengah ?
5. Bagaimana teknik menghasilkan bunyi (teknik memainkan) instrument
Perajah di Takengon Kabupaten Aceh Tengah?
C. Pembatasan Masalah
Demi mencapai hasil yang maksimal maka penulis membuat pembatasan
masalah dalam beberapa hal yang akan diteliti agar proses penelitian dapat lebih
mengkerucut dan data yang akan dihasilkan juga valid. Pembatasan masalah
merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki
kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Pariata Westra dalam
buku Sugiyono (2010 : 263) mengatakan bahwa : “Suatu masalah yang terjadi dapat
dibatasi apabila seseorang berusaha mencoba mencapai suatu tujuan itu hingga
berhasil”. Berdasarkan hal ini penulis membuat pembatasan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Organologi instrument Perajah di Takengon Kabupaten Aceh
Tengah ?
2. Bagaimana proses pembuatan instrument Perajah di Takengon Kabupaten
Aceh Tengah ?
3. Bagaimana sistem Tuning dan tangga nada yang digunakan dalam instrument
Perajah di Takengon Kabupaten Aceh Tengah ?
4. Bagaimana teknik menghasilkan bunyi (teknik memainkan) instrument
Perajah di Takengon Kabupaten Aceh Tengah ?
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah adalah hal yang sangat penting dalam sebuah kegiatan
penelitian agar dapat menggambarkan arah dan tujuan dari penelitian tersebut, sebab
masalah adalah sebuah objek yang akan diteliti dan dicari jalan keluarnya dari sebuah
kegiatan penelitian. Menurut Maryeani (2005 : 14) bahwa ”Rumusan masalah
merupakan jabaran detail fokus penelitian yang akan digarap. Rumusan masalah
menjadi semacam kontrak bagi peneliti karena penelitian merupakan upaya untuk
menemukan jawaban pertanyaan sebagaimana terpapar pada rumusan masalahnya.
Rumusan masalah juga bisa disikapi sebagai jabaran fokus penelitian karena dalam
praktiknya, proses penelitian senantiasa berfokus pada butir butir masalah
sebagaimana dirumuskan. ” Dari luasnya masalah yang muncul dari penelitan yang
bersangkutan dengan Instrument Perajah di Takengon Kabupaten Aceh Tengah,
maka dapat dirumuskan pada: “Bagaimanakah
Instrument Perajah di Takengon
Kabupaten Aceh Tengah dalam Kajian Organologi ?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah hal yang penting dalam sebuah penelitian, karena
tujuan penelitian adalah sebuah penempatan dari sebuah hasil penelitian. Tanpa
adanya sebuah tujuan penelitian maka penelitian tersebut tidak akan berguna.
Tujuan penelitian yang hendak dicapai penulis adalah :
1. Untuk mengetahui Organologi instrument Perajah di Takengon Kabupaten
Aceh Tengah.
2. Untuk mengetahui bagaimana proses pembuatan instrument Perajah di
Takengon Kabupaten Aceh Tengah.
3. Bagaimana sistem Tuning dan tangga nada yang digunakan dalam instrument
Perajah di Takengon Kabupaten Aceh Tengah.
4. Untuk mengetahui teknik memainkan instrument Perajah di Takengon
Kabupaten Aceh Tengah.
F. Manfaat Penelitian
Setiap kegiatan penelitian manfaat penelitian adalah hal yang paling
diharapkan dari setiap peneliti. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan penulis
sebagai berikut :
1. Menambah pengetahuan dan wawasan penulis mengenai kajian organologi
instrument perajah di Kota Takengon Kabupaten Aceh Tengah.
2. Sebagai bahan referensi untuk acuan yang relevan pada penelitian yang
berikutnya.
3. Untuk motivasi masyarakat Gayo untuk mempertahankan tradisi musikal yang
sudah ada.
4. Bagi pelaku dan pembuat instrument Perajah dapat mengembangkan dan
memperbanyak serta memperluas persebaran instrument Perajah.
5. Sebagai bahan masukan di Jurusan Sendratasik khususnya Program Studi
Pendidikan Seni Musik UNIMED.
6. Menambah pembendaharan perpustakaan UNIMED khususnya Fakultas
Bahasa dan Seni.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari uraian hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat ditarik beberapa
kesimpulan sebagai berikut :
1. Masyarakat gayo mulai terpengaruh dengan musik barat yang dibawa
pertama kalinya oleh Belanda pada tahun 1942 dan dilanjutkan pada
masa penjajahan Jepang yang mana pemain-pemainnya berasal dari
masyarakat setempat yang membentuk beberapa organisasi - organisasi
yang menggalakkan kegiatan kegiatan kesenian.
2. Instrument Perajah dibuat dari perahu nalayan masyarakat Gayo yang
sudah tidak terpakai lagi dan kemudian ditambah beberapa komponen
lain untuk melengkapi bagian - bagian instrument tersebut seperti
Bridge (penyanggah senar), Sound Hole (lubang suara), Tuning
(penyetel nada senar), Top (penutup Body) dan beberapa komponen
lain sebagai pelengkap kontruksi instrument perajah yang akan
membentuk ruang akustik suara, penyanggah senar dan lain lain.
3. Jenis kayu yang digunakan pada perahu yang akan dijadikan
instrument Perajah adalah jenis kayu yang disebut dengan nama
Grupel dalam bahasa Gayo. Didalam bahasa latin kayu ini disebut
dengan kayu Amboyna.
4. Instrument Perajah merupakan instrument yang tergolong dalam jenis
Chordophone yaitu instrument yang sumber bunyinya berasal dari getaran
yang dihasilkan oleh senar yang dimainkan dengan cara dipetik.
5. Instrument Perajah menggunakan sistem Tuning barat dengan ukuran
frekuensi A = 440 Hz yang memiliki 18 senar yang di Tuning secara
kromatis dengan memiliki nada tertinggi adalah G pada oktaf C tengah,
dan yang terendah adalah D yaitu 2 oktaf dibawah C tengah. namun mulai
pada nada Si (B) yang menurun setelah C tengah, tegangan nadanya
langsung lebih rendah sebanyak satu oktaf tanpa melewati tingkatan
tegangan nada pada Oktaf yang seharusnya, dan nada yang paling rendah
adalah D pada oktaf yang sama dengan B tersebut.
6. Instrument Perajah dimainkan dengan jari jari tangan dengan posisi badan
seperti duduk bersila dan berada disebelah kiri instrument tersebut dan
pada saat memainkannya instrument perajah diberi sebuah penyanggah
dengan menggunakan kayu di bagian bawah Body instrument tersebut.
B. Saran
Dari tinjauan yang telah peneliti lakukan, maka peneliti dapat mengajukan
saran sebagai berikut :
1. Perlu adanya pembinaan bagi pihak instansi atau lembaga yang terkait
seperti department pariwisata dan kebudayaan terhadap pembuatan
instrument Perajah dalam membantu untuk pengembangan, perluasan dan
pengenalan instrument tersebut.
2. Perlu adanya perhatian pemerintahan terhadap kesenian musikal tradisi
masyarakat Gayo yang sudah mulai kurang diminati dan dikenal oleh
masyarakat khususnya generasi muda. Karena kesenian kesenian ini
seharusnya dilestarikan sebagai kesenian nusantara.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, 2002. Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia
Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Pranada Media
Goup
Faisol, 1990. Penelitian Kualitatif, Dasar dan Aplikasi, Malang : Yayasan Asah
Asih
…….., 2001. Dasar Dasar Penelitian, Jakarta : Gramedia.
Hadan Nawawi, 2002. Penelitian Bidang Sosial, Bandung : Rajawali
Howard, David M. and Angus, Jamie A. S., 2009.
Psychoacoustics. USA : Elsevier
Acoustics And
Maryeni, 2005. Metode Penelitian Kebudayaan, Jakarta : Bumi Aksara
Nasution, 2003. Metode Penelitian Kualitatif, Jakarta : Gramedia
Nazril, Muhamad. (2005). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia
P, Chandris , 2011. Skripsi “Tinjauan Organologi Saga-saga Karya Bapak
M.Simalango di Desa Salaon Toba, Kecamatan Ronggur Nihuta,
Kabupaten Samosir”.FBS. Universitas Negeri Medan
Panjaitan, Jelita, 2012. Skripsi “Deskripsi Organologi Alat Musik Tiup Sulim
Batak Toba.”.FBS. Universitas Negeri Medan.
Sembiring, Irmayanti Br, 2012. Skripsi “Pembuatan Kulcapi Karya Bapak Pauzi
Ginting Di Desa Hulu Kecamatan Pancur Batu Kabuatens Deli Serdang :
Kajian Organologi”.FBS. Universitas Negeri Medan
Silitonga, Pita H.D, 2005. Diktat mata kuliah Organologi. FBS. Universitas
Negeri Medan.
Sugiyono, 2002. Pengantar Metode Penelitian, Bandung : Alfabeta
…………, 2004. Metode Penelitian Bisnis, Bandung : Alfabet
..................,2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Bandung : Alfabeta
..................,2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung :
Alfabeta
Surakhmand, Winarno.(1992). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito
The New Grove, Dictionary Of Music and Musicians. 2001
Virganta, Abraham Roma, 2012. Skripsi “Kajian Organologi Alat Musik Balobat
Karya Ropong Tarigan”.FBS. Universitas Negeri Medan
http://kuliahmusikonline.blogspot.com/2012/07/sejarah-organologi.html
https://www.facebook.com/permalink.php?id=490959977604406&story_fbid=49
5949990438738
http://id.wikipedia.org/wiki/Hornbostel%E2%80%93Sachs
http://gayomusiklover.blogspot.com/