d. Menghindari duplikasi order perbekalan farmasi yang berlebihan.
e. Meningkatkan pemberdayaan petugas profesional dan non profesional yang
lebih efisien f.
Mengurangi resiko kehilangan dan pemborosan perbekalan farmasi g.
Memperluas cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit secara keseluruhan sejak dari dokter menulis reseporder sampai pasien yang lebih
baik. h.
Peningkatan pengendalian dan pemantauan penggunaan perbekalan farmasi menyeluruh
i. Memberikan peluang yang lebih besar untuk prosedur komputerisasi.
Beberapa kelemahan sistem distribusi dosis unit : a.
Meningkatnya kebutuhan tenaga farmasi b.
Meningkatnya biaya operasional. Depkes, 2008
1.3.6.2 Pelayanan Farmasi Klinis
Pelayanan farmasi klinis adalah pelayanan langsung yang diberikan apoteker kepada pasien dalam rangka meningkatkan outcome terapi dan
meminimalkan risiko terjadinya efek samping karena obat. Pelayanan farmasi klinis meliputi:
a. pengkajian pelayanan dan resep
Pelayanan resep dimulai dari penerimaan, pemeriksaan ketersediaan, pengkajian resep, penyiapan perbekalan farmasi termasuk peracikan obat,
pemeriksaan, penyerahan disertai pemberian informasi. Pada setiap tahap alur
Universitas Sumatera Utara
pelayanan resep, dilakukan upaya pencegahan terjadinya kesalahan pemberian obat medication error.
Tujuan pengkajian pelayanan dan resep untuk menganalisa adanya masalah terkait obat; bila ditemukan masalah terkait obat harus dikonsultasikan kepada
dokter penulis resep. Kegiatan yang dilakukan yaitu apoteker harus melakukan pengkajian resep sesuai persyaratan administrasi, persyaratan farmasetik, dan
persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi: nama, umur, jenis kelamin, dan berat
badan serta tinggi badan pasien, nama, nomor ijin, alamat, dan paraf dokter, tanggal resep, ruanganunit asal resep. Persyaratan farmasetik meliputi: nama
obat, bentuk, dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat, stabilitas, aturan dan cara penggunaan. Persyaratan klinis meliputi: ketepatan indikasi, dosis, dan waktu
penggunaan obat, duplikasi pengobatan, alergi, interaksi dan efek samping obat, kontraindikasi, interaksi obat.
b. pelayanan lnformasi obat PIO
Pelayanan informasi obat adalah kegiatan penyediaan dan pemberian informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan
komprehensif yang dilakukan oleh apoteker kepada dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar rumah sakit.
Tujuan pelayanan informasi obat PIO meliputi: menyediakan informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan rumah sakit dan
pihak lain di luar rumah sakit, menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan obatperbekalan farmasi, terutama bagi komitesub
komite farmasi dan terapi, menunjang penggunaan obat yang rasional.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan yang dilakukan pada PIO meliputi: menjawah pertanyaan, menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter, menyediakan informasi bagi
komitesub komite farmasi dan terapi sehubungan dengan penyusunan formularium rumah sakit, bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan
penyuluhan bagi pasien rawat jalan dan rawat inap, melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga kefarmasian dan tenaga kesehatan lainnya, melakukan
penelitian. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan: sumber daya manusia, tempat, perlengkapan
c. konseling