. Perancangan Ekohidrolika Untuk Pengendalian Banjir Pada Morfologi Sungai Non Simetris Di Desa Manggasang Kalimantan Selatan

PERANCANGAN EKOHIDROLIKA UNTUK
PENGENDALIAN BANJIR PADA MORFOLOGI SUNGAI
NON SIMETRIS DI DESA MANGGASANG,
SUNGAI BARABAI KALIMANTAN SELATAN

ILHAM NUR FAUZI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Perancangan
Ekohidrolika Untuk Pengendalian Banjir Pada Morfologi Sungai Non Simeteris di
Desa Manggasang, Sungai Barabai Kalimantan Selatan” adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari skripsi saya kepada Institut
Pertanian Bogor
Bogor, Maret 2016

Ilham Nur Fauzi
NIM F44110070

ABSTRAK
ILHAM NUR FAUZI. Perancangan Ekohidrolika Untuk Pengendalian Banjir Pada
Morfologi Sungai Non Simetris Di Desa Manggasang Kalimantan Selatan.
Dibimbing oleh M. YANUAR JARWADI PURWANTO.
Penanganan banjir di Indonesia sampai saat ini masih bersifat konvensional,
yaitu dengan membuang/mengalirkan air secepatnya menuju hilir, hal ini dapat
menyebabkan banjir pindah dari daerah hulu ke hilir. Penelitian ini dilakukan untuk
merancang ekohidrolika untuk pengendalian banjir pada morfologi sungai non
simetris di Desa Manggasang. Model ekohidrolika dibuat dengan skala 1:110
dengan panjang 6 m, yaitu 4 m ditanami vegetasi, dan masing-masing 1 m tanpa
vegetasi pada bagian sebelum dan sesudah vegetasi. Model diuji dengan dua jarak
tanam yaitu 2x1 cm dan 2x2 cm menggunakan debit Q5, Q25, dan Q50. Uji model

ekohidrolika jarak tanam 2x1 cm menunjukkan penurunan tinggi muka air yang
lebih signifikan. Dari hasil analisis ekohidrolika, dapat diketahui bahwa penanaman
vegetasi pada bantaran sungai dapat menurunkan tinggi muka air. Penurunan tinggi
muka air dipengaruhi oleh jarak tanam, panjang penanaman, diameter dan
ketinggian vegetasi.
Kata kunci: banjir, ekohidrolika, Manggasang, perancangan, vegetasi

ABSTRACT
ILHAM NUR FAUZI. Ecohidraulic Design For Flood Control on Non Symmetrical
at Manggasang Village River, Barabai River South Kalimantan. Supervised by M
YANUAR JARWADI PURWANTO.
Nowdays, the handling of the flood in Indonesia is still conventional,
namely throwing / draining water as soon as possible to downstream, it can lead
flooding moved from the upstream area to downstream area. This research was
conducted to design ecohidraulic to control flooding on a non symetric river
morphology in Manggasang Village. The ecohidraulic model made by scale 1:110
with 6m length, which 4m planted by vegetation and each 1m without vegetation
before and after vegetated part. The model was tested by two different spacing rows
which are 2x1 cm and 2x2 cm using Q5, Q25, and Q50 discharge. The tested
ecohidraulic model on 2x1 cm grow distance showed significant water surface level

drop. The result of ecohidraulic analysis, shows that planting vegetation on
riverside could decrease water surface level. The decreasing of water surface level
was influenced by grow distance, length growth, diameter, and height of vegetation.
Key words : design, ecohidraulic, flood, Manggasang Village, vegetation

PERANCANGAN EKOHIDROLIKA UNTUK
PENGENDALIAN BANJIR PADA MORFOLOGI SUNGAI
NON SIMETRIS DI DESA MANGGASANG,
SUNGAI BARABAI KALIMANTAN SELATAN

ILHAM NUR FAUZI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknik
pada
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PRAKATA
Puji dan syukur dipanjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala
karunia-Nya sehingga skripsi yang berjudul “Perancangan Ekohidrolika Untuk
Pengendalian Banjir Pada Morfologi Sungai Non Simetris di Desa Manggasang,
Sungai Barabai Kalimantan Selatan” berhasil diselesaikan. Skripsi ini dibuat
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Departemen
Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Terima kasih diucapkan kepada Dr. Ir. M. Yanuar Jarwadi Purwanto, MS.,
IPM selaku dosen pembimbing, atas ilmu, arahan, masukan, dan motivasi selama
penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian, pembuatan makalah, hingga
penyusunan skripsi. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ir. Machmud
Arifin Raimadoya, M.Sc dan Dr. Satyanto Krido Saptomo, STP, Msi selaku dosen
penguji yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam menyelesaikan skripsi.
Disamping itu, penghargaan disampaikan kepada Bu Fitria yang telah
memberikan bantuan waktu dan pikiran selama penelitian dan pengambilan data di

Laboratorium Hidrolika dan Hidrodinamika. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada Bapak Ichtiar Dody Saputra, A.Md yang telah memberikan waktu atas
bimbingan, masukan, dan bantuan dalam pengambilan data di Laboratorium
Hidrolika dan Hidrodinamika, serta kepada seluruh rekan-rekan yang telah
membantu selama proses penelitian ini berlangsung yang tidak bisa disebutkan satu
per satu.
Ungkapan terima kasih diucapkan kepada Ibunda Nur Aninda Afia dan
Ayahanda Nasir beserta seluruh keluarga yang selalu mendoakan yang terbaik
untuk anaknya. Juga kepada Wulan Susilowati dan semua sahabat atas segala doa,
dukungan, serta kasih sayang yang telah diberikan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2016
Ilham Nur Fauzi

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Banjir
Morfologi Sungai
Ekohidrolika
Fungsi Vegetasi pada Bantaran Sungai
METODE
Waktu dan Tempat
Peralatan dan Bahan
Prosedur Penelitian
Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfologi Sungai Non Simetris
Pengukuran di Laboratorium
Efektivitas Parameter Rancangan Ekohidrolika
Penerapan dan Aplikasi Ekohiddrolik di Lapangan

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

viii
viii
viii
1
1
2
2
2
2
3
3
3
4

4
5
5
5
5
9
10
10
11
14
16
18
18
18
19
21
25

DAFTAR TABEL
1 Panjang penanaman jarak tanam 2x1 m

2 Panjang penanaman jarak tanam 2x2 m
3 Perubahan Tinggi Muka Air Q50 Tahun Setelah Penanaman

14
15
16

DAFTAR GAMBAR
1 Skema Pelaksanaan Penelitian
2 Rancangan Ekohidrolika
3 Sungai Barabai Desa Manggasang
4 Skema Model Ekohidrolika Tampak Atas
5 Model Sungai dipasang pada open channel
6 Ilustrasi Percobaan Ekohidrolika Tampak Melintang
7 Kondisi existing penampang sungai Desa Manggasang
8 Ilustrasi bantaran sungai setelah di tanami vegetasi
9 Pengukuran tinggi muka air menggunakan point gauge
10 Grafik tinggi muka air dengan jarak tanam 2x1 m
11 Grafik tinggi muka air dengan jarak tanam 2x2 m
12 Model ekohidrolika menahan laju aliran debit banjir Q50

13 Ilustrasi Banjir Q50 menjadi Banjir Q25
14 Ilustrasi Banjir Q50 Menjadi Banjir Q5
15 Ilustrasi Banjir Q5 Menjadi Qnormal

6
7
7
8
8
9
10
11
11
12
13
13
16
17
17


DAFTAR LAMPIRAN
1 Model Ekohidrolika sebelum dipasang pada open channel.
2 open channel sebelum dipasang model ekohidrolika.
3 Model Ekohidrolika setelah dipasang pada open channel.
4 Model Ekohidrolika Desa Manggasang tampak hulu.
5 Bentuk aliran air tampak atas.
6 Model ekohidrolika menahan laju aliran debit banjir 5 tahun (Q5).

22
22
23
23
24
24

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kota Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah adalah salah satu daerah yang
selalu terkena banjir akibat luapan dari Sungai Barabai. Sungai Barabai adalah
sungai yang mengalir dari pegunungan Meratus hingga ke Rawa Danau Bangku
(BPS HST, 2011). Banjir adalah kondisi dimana tidak tertampungnya air dalam
saluran pembuang atau terhambatnya aliran air dalam saluran pembuang, sehingga
meluap mengenai daerah (dataran banjir) sekitarnya. Pemahaman pengendalian
banjir umumnya dilakukan dengan konsep meningkatkan pembangunan fisik
misalnya pembuatan tanggul, pembuatan sudetan atau river diversion, pengerukan
dasar sungai, pembuatan talud sungai, dan lain-lain (Maryono, 2005).
Penanganan banjir dengan rekayasa hidrolika murni diartikan bahwa dalam
penyelesaian masalah hanya didasarkan pada fungsi hidrolika saja tanpa
mempertimbangkan dampak negatif dan keterkaitanya terhadap komponen ekologi.
Pengelolaan banjir dengan cara lain dilakukan dengan membagi banjir besar
menjadi banjir-banjir kecil. Banjir-banjir kecil ini di tampung sepanjang sungai
dengan cara menahannya pada lahan-lahan di sepanjang sungai (Maryono, 2005).
Pemahaman penanggulangan banjir pada umumnya masih dengan melakukan
pembangunan fisik, misalnya pembuatan tanggul, sudetan atau river diversion atau
short cut, pengerukan sungai, talud, dan lain-lain. Inti penanggulangan banjir
konvensional adalah upaya membuang atau melewatkan air banjir secepatnya ke
hilir.
Menurut Naiman et al. (2007) definisi ekohidrolika adalah konsep atau
kajian yang mengintegrasikan antara proses fisik dan respon ekologi pada sungai,
estuaria dan lahan basah. Penanganan banjir dengan metode ekohidrolika sangat
menguntungkan untuk berbagai jenis ekologi sungai. Sedimen organik berupa
dedaunan akan terbawa aliran sehingga terendapkan di berbagai tempat kemudian
membusuk setelah mencapai jarak dan waktu tertentu. Sedimen yang tersangkut
berupa biji-bijian, spora, dan tunas akan menyebar kemudian tumbuh. Kayu dan
ranting yang tersangkut dipinggir sungai dapat menjadi tempat hidup dan bertelur
berbagai macam biota air atau sekedar lapuk.
Vegetasi pada bantaran sungai mempunyai fungsi hidrolika yang sangat
penting sebagai komponen resistensi banjir dan erosi tebing sungai. Sehingga pada
saat terjadi banjir, vegetasi di sepanjang bantaran sungai berfungsi sebagai faktor
resistensi yang menahan kecepatan aliran sungai ke arah hilir. Komponen ekologi
dan hidrolika suatu sungai atau wilayah keairan mempunyai keterkaitan yang saling
berpengaruh positif (Maryono, 2008). Budinetro (2001) dari hasil studi yang
dilakukannya, mengusulkan tiga jenis tumbuhan yang dapat digunakan di Indonesia
yaitu, Vetivera ziazaniodes (rumput vetiver atau rumput akar wangi), Ipomoea
carnea (karangkungan), dan bambu.
Penelitian ini dilakukan untuk merancang ekohidrolika untuk pengendalian
banjir pada morfologi sungai non simetris di Desa Manggasang, Sungai Barabi
Kalimantan Selatan. Penelitian ini dilakukan dengan cara menahan laju aliran banjir
dengan menanam vegetasi di sepanjang bantaran sungai.

2
Perumusan Masalah
Adanya debit banjir yang meluap melebihi tanggul sungai bagian hilir,
sehingga menyebabkan banjir dan perlu ditanggulangi. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan adalah menahan banjir pada bagian hulu dengan penentuan panjang
penanaman di hulu. Penelitian ini dilakukan untuk merancang ekohidrolika pada
morfologi sungai non simetris di Desa Manggasang dalam pengendalian banjir.
Permasalahan yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh penanaman vegetasi terhadap penurunan tinggi muka
air di hilir?
2. Bagaimana rancangan penanaman vegetasi bambu pada bantaran sungai
dengan ekohidrolika untuk pengendalian banjir?
3. Bagaimana aplikasi dan penerapan ekohidrolika di lapangan?
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh penanaman vegatasi terhadap tinggi muka air banjir.
2. Menganalisis efektivitas parameter rancangan ekohidrolika Desa
Manggasang sebagai bagian penanganan banjir di Kota Barabai
3. Membuat rancangan ekohidrolika di Desa Manggasang yang menjadi
bagian dalam pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) Barabai.

Manfaat Penelitian
Manfaat hasil penelitian ini adalah:
1. Memahami konsep Ekohidrolika sebagai upaya pengelolaan Daerah Aliran
Sungai (DAS) Barabai.
2. Memberikan cara penanganan banjir Sungai Barabai dengan konsep
ekohidrolika di Desa Manggasang.
3. Menjadi masukan untuk pemerintah dalam mengambil kebijakan
menanganai banjir dengan meningkatkan resistensi alami pada Sungai
Barabai.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dari penelitian ini dideskripsikan sebagai berikut:
1. Penelitian hanya membahas mengenai morfologi Sungai Barabai pada Desa
Manggasang untuk menangani banjir dengan perancangan Ekohidrolika.
2. Penelitian dilakukan di laboratorium Hidrolika dan Hidrodinamika.
3. Penelitian ini membahas tentang efektivitas parameter rancangan
ekohidrolika Desa Manggasang.

3

TINJAUAN PUSTAKA
Banjir
Banjir merupakan salah satu masalah lingkungan yang sering terjadi di
lingkungan daerah sekitar hilir Sungai. Banjir yang terjadi dapat mengakibatkan
kerugian. Diakibatkan karena keadaan alur sungai yang belum stabil, adanya alur
yang dipersempit, pendangkalan dasar sungai dan kelongsoran tebing sungai, hal
ini mengakibatkan berkurangnya kapasitas sungai untuk menampung air sehingga
terjadilah banjir.
Sungai yang mengalami banjir secara berkala, memerlukan cara untuk
meminimalisasi terjadinya banjir dan dampak negatif yang ditimbulkan darinya.
Untuk meminimalisir terjadinya banjir, maka dibutuhkan perencanaan floodway
(saluran banjir) yang mampu mengatur ketinggian muka air sungai, agar banjir yang
terjadi dapat diatasi tanpa adanya kerugian yang ditimbulkan dan sungai dapat
berfungsi dengan baik untuk menampung curah hujan dan mengalirkannya ke laut.
Floodway adalah saluran baru yang dibuat untuk mengalirkan air secara terpisah
dari sungai utamanya. Saluran banjir (floodway) ini dapat mengalirkan sebagian
atau bahkan seluruh debit banjir.
Saluran banjir (floodway) dibuat dalam keadaan berbagai kondisi, tetapi
tujuan utamanya adalah untuk menghindarkan pekerjaan sungai di daerah
pemukiman yang padat atau untuk memperpendek salah satu ruas sungai. Biasanya
saluran banjir (floodway) dilengkapi dengan pintu atau bendung untuk membagi
debit sesuai dengan rencana.
Morfologi Sungai
Mangelsdorf & Scheuhermann (1980) mengusulkan empat faktor utama yang
berpengaruh terhadap pembentukan alur morfologi sungai selain pembangunan di
wilayah sungai, yaitu tektonik, geologi, iklim, dan vegetasi. sungai
menggambarkan keterpaduan antara karakteristik abiotik (fisik-hidrologi,
hidraulika, sedimen, dan lain-lain) dan karakteristik biotik (biologi atau ekologi,
flora dan fauna) daerah yang dilaluinya.
Faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan permukaan bumi adalah
aliran air, termasuk di dalamnya sungai permukaan. Aliran air ini melintasi
permukaan bumi dan membentuk alur aliran sungai atau morfologi sungai tertentu.
Morfologi sungai tidak hanya faktor abiotik dan biotik namun juga campur tangan
manusia dalam aktivitasnya mengadakan pembangunan-pembangunan di wilayah
sungai (sosia-antropogenik). Pengaruh campur tangan manusia ini dapat
mengakibatkan perubahan morfologi sungai yang jauh lebih cepat dari pada
pengaruh alamiah abiotik dan biotik (Maryono, 2005).
Dalam proses morfologi pembentukan sungai, sungai terbentuk dengan
kondisi geografi, ekologi, dan hidrologi derah setempat, serta dalam
perkembanganya akan mencapai kondisi keseimbangan dinamiknya (Kern, 1994).
Kondisi geografi banyak menetukan letak dan bentuk alur sungai memanjang dan
melintang.

4
Ekohidrolika
Maryono (2001) mengusulkan Konsep Eko-Drainase yaitu “Relase of excess
water to the down stream of rivers at an optimal time which doesn’t cause hygineic
and flood problems”. Eko-drainase diartikan suatu usaha membuang/ mengalirkan
air kelebihan ke hilir sungai dengan waktu seoptimal mungkin sehingga tidak
menyebabkan terjadinya banjir di sungai yang terkait (akibat kenaikan debit puncak
dan pemendekan waktu mencapai debit puncak). Pengelolaan sungai dengan
konsep ekohidrolika (ecological hydraulics) bukan saja bertujuan untuk
melestarikan komponen ekologi di lingkungan sungai, namun juga untuk
memanfaatkan komponen ekologi sungai dalam rekayasa hidrolika. Komponen
ekologi dan hidrolika suatu sungai atau wilayah keairan mempunyai keterkaitan
yang saling berpengaruh positif, contohnya ketika terdapat vegetasi pada bantaran
sungai, maka vegetasi tersebut dat menjadi tempat hidup bagi hewan-hewan yang
di sekitar sungai tersebut.
Maryono (2005) menguraikan bahwa pengelolaan sungai secara ekohidrolika
ditujukan untuk melestarikan komponen ekologi di lingkungan sungai dalam
rekayasa hidrolika. Penerapan konsep ekohidrolika pada sungai sebagai
perlindungan dari erosi tebing sungai yaitu dengan pembuatan riparian buffer strips
atau penanaman vegetasi pada bantaran sungai. Misalnya untuk menangani banjir,
maka komponen ekologi sepanjang alur sungai dapat dimanfaatkan sebagai
komponen retensi hidraulika yang menahan laju aliran air, sehingga terjadi
peredaman banjir sepanjang alur sungai. Sebaliknnya dengan banyaknya genangan
retensi lokal di sepanjnag sungai akan meningkatkan kualitas ekologi sungai
tersebut.
Fungsi Vegetasi pada Bantaran Sungai
Bantaran sebagai daerah sungai dimanfaatkan oleh masyarakat sekitarnya
terutama fungsi hunian dan sumber penghasilan. Pemeliharaan kelestarian bantaran
Daerah Aliran Sungai (DAS) dapat diwujudkan dengan keterpaduan kebijaksanaan,
strategi, dan rencana pemeliharaan sungai. Pada saat banjir, vegetasi di sepanjang
sungai akan berfungsi sebagai faktor retensi yang menahan laju aliran sehingga
menaikan tinggi muka air dan menggenangi bantaran sungai yang di tanamai
vegetasi. Patt et al. (1999) mengusulkan beberapa metode penahan tebing dengan
menggunakan vegetasi setempat.
Menurut Maryono (2005) bantaran sungai adalah daerah pinggir sungai yang
tergenangi air saat banjir, sedangkan sempadan sungai adalah daerah bantaran
banjir ditambah lebar longsoran tebing sungai (sliding) yang mungkin terjadi,
ditambah lebar bantran ekologis dan lebar keamanan yang diperlukan kaitanya
dengan letak sungai (misal areal pemukiman-non pemukiman). Jenis vegetasi untuk
perlindungan tebing yang paling tepat adalah dengan menggunakan tanamantanaman lokal (setempat). Tanaman setempat yang ada di sepanjang alur sungai
dapat diidentifikasi dan dipilih yang paling sesuai, untuk keperluan lindungan
tebing di tempat tersebut. Dalam hal ini, tidak semua vegetasi di pinggir sungai
cocok untuk berbagai tempat. Karena janis tanaman di suatu tempat dipengaruhi
oleh faktor tanah, dinamika aliran air, penyinaran matahari, serta temperatur, dan
iklim mikro lainya Maryono (2005).

5
Pada penanaman vegetasi, sangat diperlukan perlindungan awal smpai
vegetasi tersebut tumbuh dan berakar kuat sebelum terkena banjir atau arus yang
relatif kuat. Dengan demikian akan sangat baik jika ditanam pada pertengahan
musim kemarau atau akhir musim penghujan. Sehingga pada musim penghujan
berikutnya tanaman sudah kuat menahan aliran banjir. Budinetro (2001) dari hasil
studi yang dilakukanya, mengusulkan tiga jenis tumbuhan yang dapat di gunakan
di Indonesia yaitu, Vetivera ziazaniodes (rumput vetiver atau rumput akar wangi),
Ipomoea carnea (karangkungan), dan bambu.

METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan September
2015. Lokasi studi kasus berada di Desa Manggasang Sungai Barabai
Kalimantan Selatan. Penelitian menggunakan data primer dan sekunder yang
diperoleh dari hasil pengukuran langsung di lapangan serta data dari beberapa
lembaga dan instansi pemerintah. Pengolahan data dan pengujian model
dilakukan di Kampus IPB Dramaga, Bogor.

Peralatan dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada penelitian adalah cutter, gunting,
lakban/solasi, lem fox, lem aibon, open chanel, point gauge, penggaris, spidol,
styrofoam, tanah liat, plastic warp, bambu, pasir untuk dasar sungai, serta sebuah
leptop yang telah di lengkapi software Microsoft Excel, Microsoft Word.

Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan membuat model ekohidrolika Sungai Barabai
yang berlokasi di Desa Manggasang. Model ekohidrolika diuji pada open chanel
dengan mengukur tinggi muka air untuk jarak tanam dan debit rencana yang
berbeda. Langkah-langkah penelitian disajikan pada Gambar 1.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data primer dan data
sekunder yang telah dikumpulkan sebelumnya. Dari data primer seperti lebar sungai
dan lebar bantaran Desa Manggasang akan dibuat model dengan skala 1:110
menggunakan styrofoam. Panjang dari lokasi model sungai yang dibuat sepanjang
6 m. Kemudian styrofoam dilapisi dengan tanah liat untuk membentuk penampang
sungai dan bantarannya kemudian ditutup dengan plastic warp agar tanah liat tidak
kering dan rusak.
Selanjutnya bantaran sungai ditanami vegetasi yaitu bambu, bambu yang
digunakan adalah ranting bambu hias dengan panjang 8 cm dan diameter 0,1 cm.

6
Panjang bantaran yang ditanami bambu yaitu 4 m dengan dua jarak tanam yaitu 2x1
cm dan 2x2 cm, pada bantaran sebelah kanan ditanami 6,4 cm dan sebelah kiri 8,6
cm dan dari tebing diberi jarak 2 cm. Dari panjang model 6 m, masing-masing 1 m
pada bagian depan dan belakang tidak ditanami vegetasi untuk melihat efek
sebelum dan sesudah ditanami bambu.

Mulai

Penyiapan Alat

Pembuatan Model

Pemasangan Model di
Laboratorium

Pengukuran Tinggi
Muka Air :
 jarak tanam 2x1
 jarak tanam 2x2

Pengolahan dan Analisis Data

Rancangan Ekohidrolika
Pengendalian Banjir

Selesai

Gambar 1 Skema Pelaksanaan Penelitian

7

Rancangan ekohidrolika

Lebar bantaran (b),
Luas penampang basah,
keliling basah (P),
kemiringan saluran
Lebar
maksimum
daerah interaksi
pada bantaran
bervegetasi (bII
max)

Jarak
tanam
(ax, ay),
panjang
penanaman
(L)

Kekasaran daerah
interaksi (kT)

Parameter
Vegetasi (B)

Nilai hambatan karena
vegetasi (λ)

Gambar 2 Rancangan Ekohidrolika

Gambar 3 Sungai Barabai Desa Manggasang
Sumber : Hayati et al. (2014)

Diameter
vegetasi
(dp)

8
Pengujian model dilakukan di laboratorium Hidrolika dan Hidrodinamika
dengan mengukur tinggi muka air pada jarak tanam 2x1 dan 2x2 dengan panjang
lahan yang ditanami sepanjang 4 m dan 2 m lahan tanpa tanaman yang dipasang
pada bagian depan dan belakang. Perhitungan muka air banjir didasarkan pada debit
rencana 5 tahunan, 25 tahunan, dan 50 tahunan. Titik pengukuran pada model
ekohidrolika dilakukan tiap 20 cm.

Gambar 4 Skema Model Ekohidrolika Tampak Atas

Gambar 5 Model Sungai dipasang pada open channel

9

Gambar 6 Ilustrasi Percobaan Ekohidrolika Tampak Melintang

Analisis Data
Nilai kekasaran pada bantaran sungai akibat adanya vegetasi dihitung
dengan persamaan (1) (Maryono 2005).
= . ��

� + , .

............................................................................(1)

Keterangan :
c
: koefisien komposisi vegetasi
bIImax : lebar bantaran sungai maksimum (m)
dp
: diameter vegetasi (m)
Kt
: kekasaran daerah interaksi
Harga koefisien tergantung dari komposisi vegetasi yang ada dan dapat
didekati dengan rumus koefisien Chezy pada persamaan (2). Parameter vegetasi B
dihitung dengan persamaan (3) (Maryono 2005).
=

, – ,

�/

��

��

�= (



− ) .



+ ,

�/

,5

........... ...............................(2)

...........................................................................................(3)

Keterangan :
ax
: jarak antar vegetasi arah melintang (m)
ay
: jarak antar vegetasi arah memanjang (m)
dp
: diameter vegetasi (m)
B
: parameter vegetasi

Koefisien hambatan dapat dihitung dengan persamaan (4). Kecepatan aliran
dapat dihitung berdasarkan rumus Darcy Weisbach seperti pada persamaan (5)
(Maryono 2005).
√�

=− ,

.



,

.



��

...................................................................(4)

10
Keterangan :
λ
: hambatan karena bentuk vegetasi
kT
: kekasaran bantaran sungai
R
: jari-jari hidrolis



= √ . . �. .




...............................................................................(5)

Keterangan :

: koefisien kekasaran dari Darcy Weisbach
R
: jari-jari hidraulis (m)
g
: gravitasi (m/dt2)
Sf
: kemiringan saluran
Vm
: kecepatan air rata-rata (m/dt)

HASIL DAN PEMBAHASAN
Morfologi Sungai Non Simetris
Faktor yang berpengaruh terhadap morfologi sungai tidak hanya faktor
abiotik dan biotik namun juga campur tangan manusia dalan aktivitasnya
mengadakan pembangunan-pembangunan di wilayah sungai.

Gambar 7 Kondisi existing penampang sungai Desa Manggasang
Karakteristik morfologi Sungai Barabaidi di Desa Manggasang adalah non
simetris. Dari jenis morfologi sungai yang non simetris, diketahui pada Gambar 7
bahwa lebar bantaran bagian kiri sebesar 9,5 m dan pada bantaran bagian kanan
sebesar 7 m sedangkan lebar sungainya yaitu 24 m. Daerah bantaran Sungai Barabai
Desa Manggasang pada mula nya sudah terdapat vegetasi berupa rumput-rumput
liar dan tumbuhan yang tinggi nya tidak lebih dari setengah meter, ketika adanya
aliran debit banjir yang melebihi tepi bantaran sungai, maka akan menaikan tinggi
air sehingga air sungai melebihi tanggul dan membanjiri daerah bantaran sungai.
Pengelolaan sungai dengan konsep ekohidrolika (ecological hydraulics)
bukan saja bertujuan untuk melestarikan komponen ekologi di lingkungan sungai,
namun juga untuk memanfaatkan komponen ekologi sungai dalam rekayasa
hidrolika. Komponen ekologi dan hidrolika suatu sungai atau wilayah keairan
mempunyai keterkaitan yang saling berpengaruh positif (Maryono, 2008).

11
Konsep Ekohidrolika yang akan di terapkan di Sungai Barabai Desa
Manggasang di uji di laboratorium Hidrolika dan Hidrodinamika, Percobaan
dilakukan untuk melihat apakah vegetasi yang di taman pada bantaran sungai
mempengaruhi tinggi muka air di bagian hilir. Model sungai yang diuji memiliki
panjang 6 m yaitu 4 m panjang model yang di tanami vegetasi, dan masing-masing
1 m pada bagian sebelum dan sesudah lahan vegetasi. Bagian model sungai tanpa
tanaman di pasang untuk mengatahui perubahan tinggi muka air sebelum dan
sesudah melewati model sungai yang di tanami vegetasi. Bantaran sungai yang
awalnya di tumbuhi oleh rumput dan tumbuhan liar kemudian di tanami vegetasi
bambu seperti ilustrasi pada Gambar 8.

Gambar 8 Ilustrasi bantaran sungai setelah di tanami vegetasi

Pengukuran di Laboratorium
Berdasarkan pengukuran di laboratorium Hidrolika dan Hidrodinamika,
didapatkan perbedaan tinggi muka air yang disebabkan kekasaran saluran dan
adanya begetasi pada bantaran sungai. Terdapat tiga debit banjir yang digunakan
dalam pengukuran uji ekohidrolika yaitu Q5 tahun, Q25 tahun, dan Q50 tahun.

Gambar 9 Pengukuran tinggi muka air menggunakan point gauge

12
Gambar 10 menunjukkan perbedaan tinggi muka air antara debit banjir Q5
tahun, Q25 tahun, dan Q50 tahun dengan jarak tanam 2x1 m. Pengukuran pada titik
0 sampai 50 adalah lahan tanpa vegetasi, sehingga air mengalir tanpa adanya
hambatan.
8,00

y = -0,0043x + 7,2176
R² = 0,9509

7,00

Kedalaman (m)

6,00
5,00

Q 5 tahun

y = -0,0025x + 3,8601
R² = 0,9827

4,00

Q 25 tahun
Q 50 tahun

3,00

y = -0,0005x + 2,32
R² = 0,4257

2,00
1,00
0

100

200

300

400

500

Jarak (m)

Gambar 10 Grafik tinggi muka air dengan jarak tanam 2x1 m
Sedangkan pada titik 60 sampai 400 adalah lahan yang telah ditanami
vegetasi, sehingga saat air melewati titik 60 sampai dengan 400 laju aliran tertahan
oleh vegetasi. Debit banjir Q5 tahun pada titik 60 tinggi muka air terukur sebesar
2,35 m, di bagian tengah yaitu pada titik 220 tinggi muka air turun menjadi 2,15 m,
dan di bagian hilir pada titik 400 muka air turun menjadi 2,03 m. Debit banjir Q25
tahun pada titik 60 tinggi muka air terukur sebesar 3,71 m, pada bagian tengah yaitu
pada titik 220 tinggi muka air turun menjadi 3,35 m, dan dibagian hilir pada titik
400 muka air turun menjadi 2,89 m. Debit banjir Q50 tahun pada titik 60 tinggi
muka air terukur sebesar 7,09 m, pada bagian tengah yaitu pada titik 220 tinggi
muka air turun menjadi 6,20 m, dan dibagian hilir pada titik 400 muka air turun
menjadi 5,53 m. Masing-masing tinggi muka air dari debit banjir Q5 tahun, Q25
tahun, Q50 tahun mengalami penurunan, ini berarti vegetasi dengan jarak tanam 2x1
m berhasil menurunkan tinggi muka air banjir.
Gambar 11 menunjukkan perbedaan tinggi muka air antara debit banjir Q5
tahun, Q25 tahun, dan Q50 tahun dengan jarak tanam 2x2 m. Debit banjir Q5 tahun
pada titik 60 tinggi muka air terukur sebesar 2,85 m, di bagian tengah yaitu pada
titik 220 tinggi muka air turun menjadi 2,82 m, dan dibagian hilir pada titik 400
muka air turun menjadi 2,77 m. Debit banjir Q25 tahun pada titik 60 tinggi muka air
terukur sebesar 4,11 m. Pada titik 220 tinggi muka air turun menjadi 3,96 m, dan
dibagian hilir pada titik 400 muka air turun menjadi 2,59 m. Debit banjir Q50 tahun
pada titik 60 tinggi muka air terukur sebesar 5,74 m, pada bagian tengah yaitu pada
titik 220 tinggi muka air turun menjadi 5,16 m, dan di bagian hilir pada titik 400
muka air turun menjadi 5,07 m. Masing-masing tinggi muka air dari debit banjir Q5

13
tahun, Q25 tahun, Q50 tahun mengalami penurunan, ini berarti vegetasi dengan jarak
tanam 2x2 m berhasil mengatasi banjir.
8,00
7,00
y = -0,0018x + 5,7044
R² = 0,7843

Kedalaman (m)

6,00
5,00

Q 5 tahun
4,00

Q 25 Tahun

y = -0,0017x + 4,3125
R² = 0,9513

3,00

Q 50 tahun

y = -0,0005x + 2,961
R² = 0,5495

2,00
1,00
0

100

200

300

400

500

Jarak (m)
Gambar 11 Grafik tinggi muka air dengan jarak tanam 2x2 m

Gambar 12 Model ekohidrolika menahan laju aliran debit banjir Q50
Pada percobaan di laboratorium dengan jarak tanam 2x1 dan 2x2 dilakukan
dengan tiga debit banjir dan masing-masing memberikan hasil yang berbeda
terhadap vegetasi di bantaran. Dari ketiga debit banjir percobaan, debit banjir Q50
tahun adalah yang penurunan tinggi muka airnya paling terlihat dibandingkan
dengan debit banjir Q25 tahun dan Q5 tahun, hal ini disebabkan besar nya debit yang
terjadi maka semakin banyak juga vegetasi pada bantaran yang dapat menahan
aluran banjir yang terjadi.

14
Efektivitas Parameter Rancangan Ekohidrolika
Penerapan ekohidrolika di Desa Manggasang dilakukan dengan tujuan
menurunkan tinggi muka air banjir di hilir sungai barabai agar tidak terjadi banjir.
Penerapan ekohidrolika pada sungai sebagai perlindungan dari erosi tebing sungai
yaitu dengan pembuatan riparian buffer strips atau penanaman vegetasi pada
bantaran sungai. Diameter vegetasi sangat mempengaruhi dalam mereduksi
kecepatan aliran air sungai. Komponen ekologi dan hidrolika suatu sungai atau
wilayah keairan mempunyai keterkaitan yang saling berpengaruh positif (Maryono,
2008).
Tabel 1 Panjang penanaman jarak tanam 2x1 m
Debit Banjir
(Tahun)

Tinggi Muka Air
Di Hulu (m)

Panjang
penanaman (m)
100
250

5 (Q5)

2,32

500
800
1000

25 (Q25)

50 (Q50)

3,86

7,22

Tinggi Muka Air
Di Hilir (m)
2,27
2,20
2,07
1,95

100

1,82
3,61

250

3,24

500

2,61

750

1,99

1000

1,36

100

6,79

250

6,14

500

5,07

750

3,99

1000

2,92

Setalah dilakukan pengukuran tinggi muka air banjir di laboratorium
Hidrolika dan Hidrodinamika, data tinggi muka air di masukan dalam grafik untuk
melihat penurunan tinggi muka air dari debit banjir Q50 tahun, Q25 tahun, dan Q5
tahun kemudian dari grafik tersebut didapat nilai persamaan garfik yang digunakan
untuk menentukan panjang penanaman vegetasi yang sesuai dalam menurunkan
tinggi muka air Sungai Barabai di Desa Manggasang.
Tabel 1 menunjukkan perbandingan jarak tanam 2x1 m dengan 2x2 m
sehingga dapat dilihat mana yang lebih efektif dalam menurunkan tinggi muka air
banjir. Jarak tanam 2x1 m lebih efektif dalam menurunkan tinggi muka air

15
dibandingkan dengan jarak tanam 2x2 m, hal ini karena vegetasi pada jarak tanam
2x1 m lebih rapat dibandingkan jarak tanam 2x2 m. Sehingga dengan panjang
penanaman yang sama jarak tanam 2x1 m lebih efektif, karena muka air banjir
tertahan oleh vegetasi.
Tabel 2 Panjang penanaman jarak tanam 2x2 m
Debit Banjir
(Tahun)

Tinggi Muka
Air Di Hulu (m)

Panjang
penanaman (m)
100
250

5 (Q5)

2,96

500
800
1000
100
250

25 (Q25)

4,31

500
750
1000
100
250

50 (Q50)

5,7

500
750
1000

Tinggi muka air
Di Hilir (m)
2,91
2,84
2,71
2,56
2,46
4,14
3,89
3,46
3,04
2,61
5,52
5,25
4,80
4,35
3,90

Tabel 2 menunjukkan perbandingan jarak tanam 2x1 m dengan 2x2 m
sehingga dapat di lihat mana yang lebih efektif dalam menurunkan tinggi muka air
banjir. Jarak tanam 2x1 m lebih efektif dalam menurunkan tinggi muka air
dibandingkan dengan jarak tanam 2x2 m, hal ini karena vegetasi pada jarak tanam
2x1 m lebih rapat dibandingkan jarak tanam 2x2 m. Sehingga dengan panjang
penanaman yang sama jarak tanam 2x1 m lebih efektif, karena muka air banjir
tertahan oleh vegetasi.
Vegetasi pada bantaran sungai dapat menyebabkan terjadinya perbedaan
kecepatan air pada badan sungai dan bantaran sungai. Dengan adanya vegetasi,
maka terjadi transfer momentum lateral, gaya geser dan kehiIangan energi serta
meningkatnya tahanan aliran sehingga kecepatan air pada bantaran sungai jauh
lebih kecil jika dibandingkan dengan kecepatan air di sungai (Sadeghi et al, 2010).

16
Penerapan dan Aplikasi Ekohiddrolik di Lapangan
Pengendalian banjir dengan konsep ekohidrolika dirancang dengan
menentukan kekasaran hambatan vegetasi tanaman bambu, parameter vegetasi, dan
kekasaran saluran. Tingkat kekasaran bantaran dipengaruhi oleh diameter vegetasi,
jarak tanaman dan lebar bantaran sungai (Pertiwi et al. 2011a). Komponen vegetasi
dapat meningkatkan turbulensi aliran hingga energi aliran air dapat diredam.
Vegetasi pada bantaran sungai dapat berfungsi sebagai pengarah arus dan pengarah
aliran sekunder memanjang sungai. Tabel 3 merupakan penerapan dan aplikasi
panjang penanaman vegetasi di Desa Manggasang dengan jarak tanam 2x1 m.
Tabel 3 Perubahan Tinggi Muka Air Q50 Tahun Setelah Penanaman
Tinggi Muka Air
(Debit Banjir Q50)
(m)

Desain Daya
Tampung
di Hilir

Penurunan
Muka Air
(m)

Panjang
Penanaman
(m)

7,22

Q25

3,86

780

7,22

Q5

2,32

1140

7,22

Qnormal

1,09

1424

Bila terjadi banjir Q50 dengan tinggi muka air 7,22 m, sedangkan desain
daya tampung di hilir hanya sebesar Q25 tahun, maka agar tidak terjadi banjir di hilir
perlu dilakukan penanaman vegetasi sepanjang 780 m. Dengan demikian ketika
debit banjir Q50 tahun sampai di hilir, ketinggian muka air turun menjadi 3,86 m
seperti ilustrasi pada Gambar 13. Begitu juga saat desain daya tampung di hilir
hanya sebesar Q5 tahun, maka agar tidak terjadi banjir di hilir perlu dilakukan
penanaman vegetasi sepanjang 1140 m. Dengan demikian ketika debit banjir Q50
tahun sampai di hilir, ketinggian muka air turun menjadi 2,32 m seperti ilustrasi
pada Gambar 14. Saat desain daya tampung di hilir Qnormal dengan tinggi muka air
sebesar 1,09 m maka agar tidak terjadi banjir perlu dilakukan penanaman dengan
jarak yang lebih panjang yaitu sepanjang 1424 m.

Gambar 13 Ilustrasi Banjir Q50 menjadi Banjir Q25

17
Dari ilustrasi Gambar 13 saat terjadi debit banjir Q50 yang memiliki tinggi
muka air sebesar 7,22 m. Daya tampung di hilir hanya Q25 dengan tanggul pada
bagian kiri setinggi 4,5 m dan 3,5 m di kanan. Maka agar tidak terjadi banjir di hilir,
maka dilakukan penanaman vegetasi sepanjang 780 m sehingga tinggi muka air
menjadi 3,68m.

Gambar 14 Ilustrasi Banjir Q50 Menjadi Banjir Q5
Dari ilustrasi Gambar 14 saat terjadi debit banjir Q50 yang memiliki tinggi
muka air sebesar 7,22 m. Sedangkan daya tampung di hilir hanya Q5 dengan tanggul
pada bagian kiri setinggi 3,5 m dan 2,5 m di kanan. Maka agar tidak terjadi banjir
di hilir, maka dilakukan penanaman vegetasi sepanjang 1140 m, sehingga tinggi
muka air menjadi 2,32m

Gambar 15 Ilustrasi Banjir Q5 Menjadi Qnormal
Dari ilustrasi Gambar 15 saat terjadi debit banjir Q50 yang memiliki tinggi
muka air sebesar 7,22 m. Sedangkan daya tampung di hilir hanya Qnormal dengan
tinggi muka air 1,09 m. Kondisi pada bantaran sungai hanya vegetasi alami sungai
tanpa adanya tanggul. Maka agar tidak terjadi banjir di hilir, maka dilakukan
penanaman vegetasi sepanjang 1424 m. Dari (MJB, 2014) harga satuan beton
Ready Mix K 250 yaitu Rp.840.000,- /m3, maka untuk membangun tanggul Q25 di
hilir dengan volume sebesar 47,87 m3 diperlukan dana sebesar Rp.40.210.800,- /m.
Untuk membangun tanggul Q5 di hilir dengan volume sebesar 30 m3, maka
diperlukan dana sebesar Rp. 25.200.000,- /m. Pada desain banjir Q25 dengan
panjang penanaman 780 m di hulu dibutuhkan biaya sebesar Rp.64.350.000,-/m.
Untuk desain banjir Q5 di hilir, maka dilakukan penanaman di hulu sepanjang 1140
m dengan biaya sebesar Rp.94.050.000,-/m. Dengan desain daya tampung di hilir
Q Normal tanpa tanggul pada bantaran hilir, maka dilakukan penanaman sepanjang
1424 m dengan biaya Rp.117.480.000,-/m.

18

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penanaman vegetasi di bantaran sungai akan menambah kekasaran bantaran
sungai. Dari ketiga debit banjir percobaan, debit banjir Q50 tahun adalah
yang penurunan tinggi muka airnya paling terlihat dibandingkan dengan
debit banjir Q25 tahun dan Q5 tahun. Hal ini disebabkan semakin besar debit
yang terjadi maka semakin banyak juga vegetasi pada bantaran yang dapat
menahan aliran banjir.
2. Efektivitas parameter pada perancangan ekohidrolika yang telah diketahui
dari hasil uji laboratorium dengan model ekohidrolika yaitu, kerapatan jarak
tanam dan panjang penanaman.
3. Rancangan dan penerapan aplikasi ekohidrolika menunjukkan bahwa ketika
desain daya tampung di hilir hanya Q25, maka diperlukan panjang
penanaman 780 m. Saat desain daya tampung di hilir Q5, maka diperlukan
panjang penanaman sepanjang 1140 m. Saat desain daya tampung Qnormal,
maka diperlukan panjang penanaman 1424 m untuk menurunkan tinggi
muka air banjir di hilir.

Saran
Penerapan dan aplikasi ekohidrolika di lapangan untuk pengendalian banjir
Q50 tahun harus dibuat rancangan desain yang sesuai untuk kondisi di lapangan dan
besarnya dana yang tersedia untuk pengendalian banjir. Dibandingkan dengan
ekohidrolika, pembuatan tanggul beton lebih murah. Tetapi dengan melihat efek
negetif dan pengendalian banjir jangka panjang, penanaman vegetasi lebih baik
untuk jangka panjang.

19

DAFTAR PUSTAKA
[BPS HST] Badan Pusat Statistik, Hulu Sungai Tengah. 2011. Statistik Daerah
Kecamatan Barabai 2011. Barabai (ID): Badan Pusat Statistik Kabupaten
Hulu Sungai Tengah.
Budinetro, H S., 2001: Bio-Engineering pengendali erosi bantaran dan tebing
sungai, Proceeding Seminar Nasional Eko-Hidraulik, Asosiasi EkoHidraulik Indonesia (ASEHI), Yogyakarta.
Hayati F, Agoes HF, Julianoor PNE. 2014. Tinjauan Bantaran Banjir Aktual
Terhadap PP No.38 Tahun 2011 Dan Peraturan Menteri PU NO.63 Tahun
1993 Di Sungai Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah. Jurnal Poros
Teknik.6 (2): 55-102.
[Keppres RI] Keputusan Presiden Republik Indonesia. 1990. Pengelolaan Kawasan
Lindung. Keppres no 32 tahun 1990.
Kern K., 1994. Grundlagen naturnaher Gewässergestaltung; Geomorphologische
Entwicklung von Flieβgewässern (Dasar-dasar Renaturalisasi Bangunan
Keairan dan Perubahan Geomorfologi Suatu Wilayah Sungai), SpringerVerlag, Berlin.
Mangelsdorf, J., Scheuermann, K., 1980: Fluβmorphologie; ein Leitfaden für
Naturwissenschaftler und Ingenieure (Morfologi Sungai; Sebuah Rumusan
untuk Para Ahli Ilmu Alam (Ekologi) dan Para Insinyur), R Oldenbourg
Verlag, München.
[MJB] Mandiri Jaya Beton. 2014. Harga Beton.
Ready Mix K 250.
http://solusibetonreadymix.com/harga-beton-ready-mix-k-250/
[21-022016]
Maryono A. 2001. Penanggulangan Banjir dengan Konsep Eko-Hidraulik, Makalah
pada seminar Internasional 7 Maret 2001. Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Maryono, A,. 2005. Eko Hidraulik Pembangunan Sungai (Edisi Kedua). Magister
Teknik Program Pascasarjana.Yogyakarta.
Maryono A. 2008. Eko-Hidraulik Pengelolaan Sungai Ramah Lingkungan.
Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Naiman, R.I. Bunn, S.E. Hiwasaki, L. Mc.Clain, E.M. Vorosmarty,C.J. Zalewski.M.
2007. The Science of Flow Ecology Relationship. Clanfying Key Terms and
Concepts. Paper Presented at the Earth System Science Partnership Open
Science Conference, Beijing.
Patt H., Juring P ., Kraus W , 1999: Naturnaher Gewasserausbau (Renaturalisasi
Sungai/ Wilayah Keairan), Springer Verlag, Berlin.
Pertiwi N, Sapei A, Yanuar M JP, Wayan IA. 2011a. Analisis Ekohidrolik dalam
Pengendalian Banjir Studi Kasus di Sungai Lawo Kabupaten Soppeng
Sulawesi Selatan. Jurnal Hidrosfir Indonesia, 6(2): 61-112.
[PP RI] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 Tentang
Sungai.
[PP RI] Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 47 Tahun 1997 (47/1997)
Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
Sadeghi,M.Amel, Bajhestan, M S, dan Saneie.M. 2010. Experimental Investigation
on Flow Velocity Variation in Compound Channel with Non Submerged

20
Rigid Vegetation in in Floodplain. World Applied Sciences Journal 9, p.489
- 493.

21

LAMPIRAN

22
Lampiran 1 Model Ekohidrolika sebelum dipasang pada open channel.

Lampiran 2 open channel sebelum dipasang model ekohidrolika.

23
Lampiran 3 Model Ekohidrolika setelah dipasang pada open channel.

Lampiran 4 Model Ekohidrolika Desa Manggasang tampak hulu.

24
Lampiran 5 Bentuk aliran air tampak atas.

Lampiran 6 Model ekohidrolika menahan laju aliran debit banjir 5 tahun (Q5).

25

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Depok pada tanggal 8 Juli 1993,
sebagai anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan
Bapak Nasir dan Ibu Nur Aninda Afia. Pada tahun 2005
penulis lulus dari SDN Mekerjaya 1 Depok dan melanjutkan
ke SMPN 4 Depok. Penulis lulus pada tahun 2008 dan
melanjutkan ke SMAN 6 Depok. Penulis lulus pada tahun
2011 dan pada tahun yang sama diterima di IPB melalui jalur
Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri
(SNMPTN) pada Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan,
Fakultas Teknologi Pertanian. Selama mengikuti
perkuliahan, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan acara yang diselenggarakan
oleh Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan (HIMATESIL). Setelah
menjadi peserta dalam Pekan Orientasi dan Sosialisasi Departeman Teknik Sipil
dan Lingkungan (PONDASI) pada tahun 2012, penulis mengikuti kepanitiaan
Indonesia Civil dan Environmental Festival (ICEF). Pada tahun 2014 penulis juga
berkesempatan melaksanakan Praktik Lapangan di PT. INDRA KARYA (KSO)
dan menyusun laporan berjudul Mengkaji Tampungan Kali Pesanggrahan Sebelum
dan Sesudah Normalisasi, di bawah bimbingan Dr. Ir. M. Yanuar Jarwadi Purwanto,
MS., IPM. Pada tahun 2016 penulis mengikuti kepanitiaan seminar Persatuan
Insinyur Indonesia (PII) cabang Bogor.