Karakterisasi Enzim Alginat Liase Dari Isolasi Bakteri Bacillus Megaterium Asal Indonesia

KARAKTERISASI ENZIM ALGINAT LIASE DARI ISOLAT
BAKTERI Bacillus megaterium ASAL INDONESIA

YUWANITA ARDILASARI

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakterisasi Enzim
Alginat Liase dari Isolat Bakteri Bacillus megaterium Asal Indonesia adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Mei 2014
Yuwanita Ardilasari
NIM F24100066

ABSTRAK
YUWANITA ARDILASARI. Karakterisasi Enzim Alginat Liase dari
Isolasi Bakteri Bacillus megaterium Asal Indonesia. Dibimbing oleh MAGGY T.
SUHARTONO
Produktivitas rumput laut coklat di Indonesia mencapai 300 ton/tahun,
namun pemanfaatan rumput laut coklat di Indonesia sejauh ini hanya dikeringkan
dan diekspor dengan harga yang sangat rendah yaitu Rp 2000,00/kg. Rumput laut
coklat berpotensi menghasilkan 40% alginat dari berat kering. Alginat adalah
polisakarida alam yang banyak ditemukan pada beberapa jenis rumput laut yang
secara kimia tersusun oleh dua jenis asam uronat. Unit monomer alginat terdiri
atas asam guluronic (G) dan manuronic (M). Aplikasi alginat liase adalah untuk
preparasi alginat oligosakarida bioaktif, meningkatkan efektivitas pemakaian
antibiotik, dan berpotensi menghasilkan monosakarida turunan untuk produksi
biofuel. Enzim alginat liase dapat diproduksi oleh bakteri tanah, bakteri laut, dan
moluska.

Tujuan dari penelitian ini adalah memproduksi enzim alginat liase dari
isolat bakteri Bacillus megaterium yang diisolasi dari Sargassum sp dan
karakterisasi suhu, pH , dan jenis substrat optimum untuk enzim alginat liase.
Analisis enzim yang dilakukan menggunakan metode DNS (3,5 dinitro salicilic
acid). Pada penelitian ini, media cair yang digunakan untuk menumbuhkan kultur
isolat yaitu Luria Bertani Broth pH 7 dengan penambahan alginat sebanyak 5
mg/mL. Uji kadar protein dilakukan menggunakan metode Bradford. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kadar protein enzim alginat liase setelah
pemekatan menggunakan ammonium sulfat lebih tinggi daripada sebelum
pemekatan (655.15 mg/mL menjadi 1176.26 mg/mL). Kondisi aktivitas optimum
enzim alginat liase pada suhu 45 0C dengan aktivitas enzim sebesar 9.00
U/menit/mL dan pH netral yaitu 7 dengan aktivitas enzim sebesar 8.72
Unit/menit/mL. Substrat manuronat memiliki nilai Km dan Vmak sebesar 79.8
mg/mL dan 200 Unit/menit/mL, sedangkan jenis substrat guluronat memiliki nilai
Km dan Vmak sebesar 13.17 mg/mL dan 27.78 Unit/menit/mL, sehingga enzim
alginat liase dari isolat bakteri Bacillus megaterium spesifik terhadap dua substrat
yaitu manuronat dan guluronat.
Kata kunci : alginat, alginat liase, Bacillus megaterium , bradford, DNS

ABSTRACT

YUWANITA ARDILASARI. Characterization of Alginate Lyase Enzyme
from Indonesian Bacillus megaterium Isolates. Supervised by MAGGY T.
SUHARTONO
Brown seaweed productivity has reached 300 tons per year in Indonesia, but
this brown seaweed is only dried and exported with a low price, which is 2000
IDR/kg. Brown seaweed has a potential to produce 40 % alginate (dry weight).
Alginate is a polysaccharide that can be found in several species of seaweed and
chemically composed by two types of acid uronat. Alginate consists of guluronic
acid ( G ) and manuronic acid ( M ) as monomer. Alginate lyases can be used for
preparation of alginat bioactive olligosaccharide, can increase the effectiveness of
antibiotics usage, and the enzyme is also usefull for production of monosaccharide
derivatives for biofuel. The alginate lyases enzyme can be produced by a marine
bacteria, soil bacteria, and molluscs.
The purpose of this research was to produce alginate lyases enzymes from
Bacillus megaterium which was isolated from Sargassum sp and characterizes the
optimum temperature, pH, and substrate type for alginat lyases enzyme. Enzyme
analysis was conduction used DNS methods (3.5 dinitro salicilic acid). In this
study, Luria Bertani Broth was used to grow the isolates at pH 7 with addition of
alginate as much as 5 mg/mL. Protein level analysis was performed using
Bradford method. The results showed that the protein level of ammonium sulphate

precipitated of alginate lyases enzyme was higher than the non precipitated
enzyme (655.15 mg/mL to 1176.26 mg/mL). Optimum conditions for the alginate
lyases enzyme activity was 45 0C with enzyme activity of 9.00 Unit/Min/mL and
at pH 7 with enzyme activity of 8.72 Units/min/mL. When mannuronat substrate
was had Km and Vmak was 79.8 mg/mL and 200 Unit/min/mL, whereas the
gulluronat substrate was had Km was 13.17 mg/mL and Vmax was 27.78
Unit/min/mL, there for alginate lyases enzymes from Bacillus megaterium isolate
good degree in two substrates, namely mannuronat and gulluronat.
Keywords : alginate, alginate lyase, Bacillus megaterium, bradford, DNS.

.

KARAKTERISASI ENZIM ALGINAT LIASE DARI ISOLAT
BAKTERI Bacillus megaterium ASAL INDONESIA

YUWANITA ARDILASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Teknologi Pertanian

pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan teramat banyak kepada Allah subhanahu
wa ta’ala atas segala limpahan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga skripsi
yang berjudul “Karakterisasi Enzim Alginat Liase dari Isolat Bakteri Bacillus
megaterium Asal Indonesia” telah berhasil diselesaikan.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Suprapto dan Ibu Unik Marlina selaku orang tua yang telah
mendoakan dan memberikan semangat, nasehat, dan dukungannya, serta
buat kakak tercinta Nafel yang siap mendengarkan semua cerita selama
penelitian.
2. Prof.Dr.Ir. Maggy T. Suhartono sebagai dosen pembimbing skripsi yang

telah banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis hingga
terselesaikannya skripsi ini.
3. Bapak Ir. Sutrisno Koswara, M.SI dan Dr-Ing. Dase Hunaefi, STP.,
MFoodST sebagai dosen penguji.
4. Bapak Subaryono dari Balai Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan yang telah mendukung dan memberikan dana dalam
penelitian ini melalui proyek Scalling Up Pengembangan Pangan dari
Alginat Termodifikasi.
5. Para teknisi laboratorium ITP yaitu Pak Yahya, Pak Rojak, Pak Wahid,
Mas Edi, Mbak Nurul, Mbak Irin, dan semuanya teknisi yang telah
membantu saya selama penelitian.
6. Teman-teman ITP 47, geng Tonot-Tonot dan semua teman-teman yang
telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat dijadikan acuan.
Terima kasih.

Bogor, Mei 2014
Yuwanita Ardilasari


DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR

vi

DAFTAR LAMPIRAN

vi

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1


Tujuan Penelitian

5

Manfaat Penelitian

5

METODE

5

Waktu dan Tempat

5

Bahan

5


Alat

5

Prosedur Analisis Data

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

9

Pemekatan Enzim Alginat Liase dengan Pengendapan Ammonium Sulfat dan
Kadar Protein Alginat Liase
9
Karakterisasi Enzim Alginat Liase

10


Suhu

11

Tingkat Keasaman (pH)

12

Jenis Substrat Spesifik

13

SIMPULAN DAN SARAN

17

Simpulan

17


Saran

17

DAFTAR PUSTAKA

17

LAMPIRAN

19

RIWAYAT HIDUP

24

DAFTAR TABEL
1. Komposisi kimia Sargassum sp
2. Organisme penghasil alginat liase dan karakteristik enzim
3. Nilai Km dan Vmak Enzim Alginat Liase dari isolat Bacillus

2
4
16

megaterium

DAFTAR GAMBAR
1. Sargassum sp.
2. Struktur kimia asam uronat penyusun alginat
3. Diagram alir produksi dan karakterisasi enzim alginat liase
4. Kurva standar BSA (Bovin Serum Albumin)
5. Kadar protein alginat liase
6. Kurva standar D-Manosa
7. Pengaruh suhu terhadap aktivitas alginat liase
8. Pengaruh tingkat keasaman (pH) terhadap aktivitas alginat liase
9. Kurva Michaelis-Menten (a) substrat guluronat (b) substrat manuronat
10.Kurva Lineweaver-Burk (a) substrat guluronat (b) substrat manuronat

1
3
8
9
10
10
11
13
14
15

DAFTAR LAMPIRAN
1. Nilai absorbansi kurva standar BSA (Bovin Serum Albumin)
2. Data kadar protein alginat liase
3. Data absorbansi kurva standar D-Manosa
4. Data nilai aktivitas enzim alginat liase berbagai perlakuan suhu
5. Data nilai aktivitas enzim alginat liase berbagai perlakuan pH
6. Data nilai aktivitas enzim alginat liase berdasarkan substrat guluronat
7. Data nilai aktivitas enzim alginat liase berdasarkan substrat
manuronat

19
19
19
20
21
22
23

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Perairan Indonesia merupakan perairan tropika yang kaya akan sumber
daya plasma nutfah rumput laut (menurut ekspedisi oleh Van Bosse 1899-1900
mencapai 555 jenis), membuat komoditas rumput laut menjadi salah satu hasil
laut yang diunggulkan dan dikembangkan secara luas, tersebar di seluruh wilayah
perairan Indonesia (mencapai 384,73 ribu ha) (Kementrian Perdagangan 2013).
Produksi rumput lauit ini mencapai 300ton/tahun, namun sampai saat ini
pemanfaatan rumput laut coklat hanya dikeringkan dan diekspor dengan harga
yang rendah yaitu Rp 2000,00/kg. Pemanfaatan rumput laut ini masih belum
optimal, sehingga nilai ekonomisnya masih rendah (Subaryono 2010).
Rumput laut coklat adalah kelompok alga yang secara umum berwarna
coklat atau pirang. Warna tersebut tidak berubah walaupun alga ini mati atau
kekeringan (Atmadja 1996). Salah satu rumput laut coklat adalah Sargassum sp,
yang tersebar luas di Indonesia. Zat yang dapat diekstrak dari alga ini adalah
alginat, yaitu suatu garam dari asam alginik yang mengandung ion sodium,
kalsium dan barium (Aslan 1999). Visualisasi Sargassum sp dapat dilihat pada
Gambar 1.

Gambar 1. Sargassum sp. ( Putri 2011)
Alga Sargassum mudah diperoleh di perairan Indonesia, kandungan kimia
utamanya sebagai sumber alginat dan mengandung protein, karbohidrat, lemak,
air, abu, mineral, serat kasar, vitamin A, dan vitamin C. Komposisi kimia dari
Sargassum sp. dapat dilihat pada Tabel 1.
Alginat adalah polisakarida alam yang banyak ditemukan pada beberapa
jenis rumput laut maupun merupakan produk metabolit beberapa jenis bakteri,
yang secara kimia tersusun oleh dua jenis asam uronat. Unit monomer alginat
terdiri dari asam guluronic (G) dan manuronic (M). Kandungan alginat dalam
rumput laut coklat sangat melimpah dapat mencapai 40% dari berat kering rumput
laut (Draget et al. 2005)

2
Tabel 1. Komposisi kimia Sargassum sp
Komposisi kimia
Rata-rata kadar (%, b/b)
Karbohidrat
19,06
Protein
5,19 ± 0,13
Lemak
1,63 ± 0,01
Air
11,71
Abu dan mineral
36,93 ± 0,34

Abu (mineral)
1540,66 ± 6,99

Ca (mg/100 g)
132,65 ± 3,47

Fe (mg/100 g)
474,03 ± 1,01

P (mg/ 100 g)
Vitamin A (µg RE/100 g)
489,55 ± 8,4
Vitamin C (mg/100 g)
49,01 ± 0,75
Serat kasar
28,39
Alginat
37,91 ± 0,34

Kadar
Kuning kecoklatan

Warna
6,86 ± 0,005

pH
150 mesh

Ukuran partikel
Sumber: Yunizal (2004) dan Handayani dkk (2004)

Keterangan
Berat basah
Berat kering
Berat kering
Berat kering
Berat kering
Berat kering
Berat kering
Berat kering
Berat kering
Berat kering
Berat kering
Berat kering

Berdasarkan jenis substrat spesifiknya alginat liase dikelompokkan
menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah alginat liase yang spesifik
mendepolimerisasi polimannuronat, disebut poly (β-D-mannuronate) lyases
(EC4.2.2.3). Kelompok kedua adalah alginat liase yang memiliki aktifitas
hidrolitik pada blok poliguluronat, disebut poly (α-L-guluronate) lyases (EC
4.2.2.11) (Wong et al 2000). Meskipun demikian, ada beberapa karakteristik
alginat liase yang spesifik terhadap kedua substrat tersebut (homopolimer). Hal ini
membuktikan bahwa suatu organisme dapat memproduksi lebih dari satu liase
atau satu enzim yang memiliki aktifitas ganda baik terhadap mannuronat maupun
guluronat (Wong, et al., 2000). Struktur kimia asam uronat penyusun alginat
dapat dilihat pada Gambar 2.
Alginat liase komersial produksi SIGMA diketahui merupakan alginat
lyase yang specifik terhadap manuronat (EC 4.2.2.3) sehingga aktivitasnya bisa
jauh berkurang pada kondisi substrat yang kaya poliguluronat. Isolasi dan
produksi enzim alginat lyase dari bakteri yang berasosiasi dengan rumput laut
lokal diharapkan akan mendapatkan enzim yang sesuai dengan substrat yang
tersedia, sehingga aktivitasnya tetap tinggi pada substrat yang kaya akan
poliguluronat (Subaryono 2013).

3

Gambar 2. Struktur kimia asam uronat penyusun alginat (Draget et al 2005)
Alginat liase dapat dihasilkan dari berbagai mikroorganisme seperti
bakteri tanah, bakteri laut, rumput laut maupun moluska dan gastropod. Dari
masing-maing sumber tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda. Organisme
penghasil alginat liase dan karakterisasinya dapat dilihat pada Tabel 2.
Aplikasi dari alginat liase yaitu sebagai preparasi biofungsional alginat
oligosakarida yang dapat berfungsi sebagai immunomodulator, menurunkan
kandungan kolesterol dalam darah khususnya LDL, dan menurunkan potensi
penyakit akibat infeksi bakteri usus. Bidang medis, alginat liase mampu
meningkatkan afektivitas antibiotik. Selain itu alginat liase berpotensi sebagai
derivat monosakarida untuk produksi biofuel dan biochemical (Kim et al 2011).
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi kerja enzim. Faktor-faktor
tersebut erat kaitannya dengan sifat enzim sebagai protein. Faktor-faktor tersebut
diantaranya :
1) Suhu
Suhu sangat berperngaruh terhadap kerja enzim karena enzim terdiri atas
protein. Semakin suhunya tinggi, reaksi kimia akan semakin cepat. Akan tetapi
enzim akan mengalami denaturasi jika suhu terlalu tinggi. Enzim yang mengalami
denaturasi akan mengalami perubahan konformasi dari enzim, sehingga enzim
tersebut tidak aktif (Abdurahman 2008)
2) Derajat keasaman (pH)
Seperti protein, enzim juga bekerja dipengaruhi oleh derajat keasaman
lingkungan. Setiap enzim memiliki pH lingkungan yang khas untuk mencapai
aktivitas optimumnya. Di luar pH tersebut, kerja enzim akan terganggu bahkan
akan terdenaturasi.Perubahan aktivitas enzim akibat perubahan pH lingkungan
disebabkan terjadinya perubahan ionisasi enzim, substrat atau kompleks enzim

4
substrat, serta perubahan kemampuan peningkatan dan pengaruh laju reaksi. Pada
umumnya enzim menunjukkan aktivitas maksimum pada kisaran pH yang disebut
pH optimum antara pH 4.5-8.0 (Winarno 1986).
3) Zat penghambat
Kerja enzim dapat dihambat oleh zat penghambat/inhibitor. Terdapat dua
jenis inhibitor yakni inhibitor kompetitif dan inhibitor non-kompetitif. Inhibitor
kompetitif menghambat kerja enzim dengan cara berikatan dengan enzim pada
sisi aktifnya. Inhibitor ini bersaing dengan substrat untuk menempati sisi aktif
enzim. Hal ini terjadi karena inhibitor memiliki struktur yang mirip dengan
substrat. Berbeda dengan inhibitor kompetitif, inhibitor non-kompetitif tidak
bersaing dengan substrat untuk berikatan dengan enzim. Inhibitor jenis ini akan
berikatan dengan enzim pada sisi yang berbeda (bukan sisi aktif enzim). Jika telah
terjadi ikatan enzim-inhibitor, sisi aktif enzim akan berubah sehingga substrat
tidak dapat berikatan dengan enzim (Tranggono dan Sutardi 1990).
4) Konsentrasi enzim dan substrat
Pada reaksi dengan konsentrasi enzim yang lebih sedikit dibandingkan
substrat, penambahan enzim akan meningkatkan laju reaksi. Peningkatan laju
reaksi ini terjadi secara linear. Jika konsentrasi substart dan enzim sudah
seimbang, laju reaksi akan relatif konstan. Penambahan konsentrasi substrat pada
reaksi yang dikatalisis oleh enzim awalnya akan meningkatkan laju reaksi. Akan
tetapi, setelah konsentrasi substrat dinaikkan lebih lanjut, laju reaksi akan
mencapai titik jenuh dan tidak bertambah lagi (Poedjiadi dan Supriyanti 2005)

Tabel 2. Organisme penghasil alginat liase dan karakteristik enzim
Sumber organisme
Bakteri tanah
Sphingomonas sp.
Pseudomonas aeruginosa
Azotobacter chroococcum
K. Aerogenes type 25
Bacillus sp ATB-1015
Corynebacteriumm sp.ALY-1

Suhu

Karakteristik
Substrat spesifik

7.5-8.5
6
7

70⁰C
60⁰C
37⁰C

Poly (M)
Poly (M)
Poly (M)
poly (G)

7.5
7

37⁰C
55⁰C

7.5
-

30 ⁰C

7.5
-

30 ⁰C

pH

Poly (G) dan Poly (M)
Poly (G)

Bakteri laut
Alteromonas sp. Strain H-4
Vibrio sp. QY 102
Algae
Pelvetia canaliculata
Sargasum sagamianum
Sumber : Wong et al. (2000)

-

Poly (G) dan Poly (M)
Poly (G) dan Poly (M)

-

Poly (M)
Poly (G) dan Poly (M)

5
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah memproduksi enzim alginat liase dari isolat
bakteri Bacillus megaterium asal Indonesia dan mengetahui optimasi suhu, pH,
dan jenis substrat spesifik pada enzim alginat liase dengan mengacu pada aktivitas
enzim yang optimum.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperolehnya informasi
tentang karakter enzim alginat liase yang dihasilkan oleh isolate bakteri Bacillus
megaterium pilihan dari rumput laut jenis Sargassum terhadap suhu, pH, dan
substrat yang digunakan sehingga proses hidrolisis dalam skala komersial dapat
dioptimalkan.

METODE

Waktu dan Tempat
Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2013 sampai bulan April 2014
di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Pangan IPB.

Bahan
Bahan yang digunakan dalam memproduksi enzim alginat liase adalah
pepton, yeast extrac, NaCl, aquades, Na-Alginat, alkohol, media Luris-Bertani,
dan isolat bakteri Bacillus megaterium. Isolat bakteri Bacillus megaterium berasal
dari dekomposisi rumput laut jenis Sargassum sp (Subaryono 2014). Bahan yang
digunakan dalam analisis adalah enzim alginat liase, buffer universal pH 6-12,
substrat manuronat dan guluronat, larutan BSA (Bovin Serum Albumin), larutan
Bradford, dan larutan DNS (3,5 dinitro salicilic acid). Komposisi dari buffer
universal adalah larutan A dan larutan B. Larutan A terdiri dari asam sitrat,
KH2PO4, H3BO3, dan dietil barbiturat. Sedangkan larutan B terdiri dari NaOH.
Alat
Alat yang digunakan dalam memproduksi enzim alginat liase adalah stirer,
gelas piala 1 L, sudip, neraca analitik, pengaduk glass, baskom, refrigerator,
termometer, sentrifuse dingin, bunsen, korek, kantong dialisis 10 kDa, dan
inkubator. Alat yang digunakan dalam analisis adalah pipet tetes, pipet Mohr 5
mL, 2 mL, dan 1 mL, tabung reaksi, labu takar 50 mL, refrigerator, pH meter,
vortex, waterbath, gelas piala 400 mL, dan spektofotometri UV-Vis.

6

Prosedur Analisis Data
Produksi Enzim Alginat Liase (Subaryono 2013)
Produksi enzim dimulai dari tahapan ekstraksi dengan mengkultur bakteri
terpilih pada media luria bertani cair yang diberikan tambahan alginat 5 mg/ml
selama 48 jam pada suhu 300C. Selanjutnya kultur disentrifuge 10000 g selama 20
menit, dan filtrat dipisahkan dari endapan. Terhadap filtrat dilakukan uji kadar
protein. Filtrat selanjutnya diendapkan dengan menambahkan amonium sulfat
sampai konsentrasi 35% (b/v) kemudian distirer selama 2 jam dan disentrifuge
10000 g selama 10 menit. Supernatan diendapkan kembali dengan penambahan
amonium sulfat sampai konsentrasi total 30%, distirer selama 2 jam pada suhu 4
⁰C dan disentrifuge 10000 g selama 10 menit. Endapan dikumpulkan dan
didialisis dengan 20 mM buffer universal (pH 7.0) pada suhu 4 ⁰C selama 24 jam
hingga diperoleh crude enzim. Enzim kasar dan crude enzim alginat liase diuji
kadar proteinnya menggunakan metode Bradford. Selanjutnya crude enzim alginat
liase dikarakterisasi aktivitas enzim pada berbagai kondisi suhu, pH dan jenis
substrat spesifik dengan metode DNS.
Analisis Karakterisasi Enzim Alginat Liase
1. Kadar Protein Metode Bradford (Bradford 1976 Termodifikasi)
Persiapan preaksi Bradford dilakukan dengan cara melarutkan 5 mg
coomasive brilliant blue G-250 dalam 2.5 mL etanol 95% (v/v), lalu ditambahkan
dengan 5 mL asam fosfat 85% (v/v). Jika telah larut dengan sempurna lalu
ditambahkan akuades hingga 250 mL dan disaring dengan kertas saring Whatman
no. 1 dan diencerkan 5 kali sesaat sebelum digunakan.
Sebanyak 2 ml sampel ditambahkan 2 ml reagen bradford. Kemudian di
inkubasi pada suhu ruang selama 15 menit di tempat tertutup. Selanjutnya
penghitungan absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang
gelombang 595 nm. Kurva standar protein pada konsentrasi 200-1000 ppm
menggunakan standar BSA. Plot hubungan antara absorbansi sampel dengan
kurva standar dan kadar protein dihitung dalam mg/ml.
2. Aktivitas Enzim kuantitatif menggunakan metode DNS (3,5 dinitro
salicilic acid) (AOAC 2000 Termodifikasi)
Pereagen DNS terdiri dari larutan NaOH 2% 50 mL, DNS (3,5 dinitro
salicilic acid) sebanyak 1 gram, fenol 0.2 gram, Na bisulfit sebanyak 0.05 gram ,
K-Na tartarat sebanyak 20 gram, kemudian distirer hingga larut. Setelah
semuanya larut, tepatkan hingga 100 mL menggunakan akuades.
Sebanyak 0.4 mL enzim ditambah dengan 0.1 mL subtrat ( 0.1 mL larutan
1% alginat dalam 0.8 mL buffer), dan ditambahkan 0.5 mL buffer universal pH
7.5. Kemudian ditambah dengan 1.5 mL pereagen DNS dan diinkubasi dalam air
mendidih selama 5 menit. Sampel didinginkan sampai mencapai suhu ruang.
Pembacaan absorbansi menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang

7
gelombang 550 nm. Pembuatan kurva standar menggunakan standar gula
pereduksi D-manosa pada konsentrasi 0.1-0.9 mg/mL. Sebagai blanko digunakan
blanko enzim dan blanko substrat. Blanko enzim terdiri dari 0.4 mL enzim yang
telah diinkubasi, 0.1 mL substrat, dan 0.5 mL buffer. Blanko substrat terdiri dari
0.4 mL subtrat, 0.1 mL akuades, dan 0.5 mL buffer.
3. Karakterisasi Aktivitas Enzim Alginat Liase (Subaryono 2013)
Karakterisasi aktivitas enzim pada berbagai suhu akan dilakukan dengan
memvariasikan suhu inkubasi. Kisaran suhu ini dipilih berdasar penelitian
terdahulu bahwa suhu optimum alginat liase berada di antara suhu 30 sampai 550C.
Sebanyak 0.5 mL buffer universal pH 7.5 ditambah dengan 0.1 mL larutan alginat
1% dan 0.4 mL enzim. Kemudian dicampur merata dan diinkubasi pada suhu 25,
35, 45, 55, 65, 75, 80, dan 90 0C selama 30 menit. Aktivitas enzim dihentikan
dengan pemanasan pada air mendidih selama 10 menit dan aktivitas alginat liase
diukur dengan pengukuran gula pereduksi dengan metode DNS.
Aktivitas alginat liase pada berbagai pH dilakukan dengan menggunakan
buffer universal pH sistem antara 6-11. Sebanyak 0.5 mL bufer universal dengan
pH 6, 7, 8, 9, 10, dan 11 ditambah dengan 0.1 mL larutan alginat 1% dan 0.4 mL
enzim, dicampur merata dan diinkubasi pada suhu optimum selama 10 menit.
Aktivitas enzim dihentikan dengan pemanasan pada air mendidih selama 10 menit,
dan aktivitas alginat lyase diukur dengan pengukuran gula pereduksi dengan
metode DNS.
Karakterisasi aktivitas terhadap substrat dilakukan dengan menguji aktivitas
enzim pada substrat polimanuronat dan poliguluronat. Untuk mendapatkan nilai
Km dan Vmax. Untuk jenis substrat manuronat variasi konsentrasi yaitu 1, 7.5, 15,
30, 60, dan 120 g/L. Sedangkan untuk jenis substrat guluronat menggunakan
variasi konsentrasi yaitu 0.5, 1, 2.5, 5, 7.5, 15, dan 30 g/L. Inkubasi dan
pembacaan absorbansi dilakukan dengan cara yang sama dengan karakterisasi
aktivitas enzim pada berbagai pH dan suhu.

8

Isola ba eri
a ll
at

i ul ur ada edia
uria ber ani air
g l algina
ja
su u

en ri uge dingin
g
eni

e e a an en i

il ra en i
asar

ialisis

ji adar ro ein
engguna an e ode
rad ord

rude en i
algina liase

ara erisasi a i i as dan
s esi i asi subs ra
engguna an e ode

u u

ubs ra

Gambar 3. Diagram alir produksi dan karakterisasi enzim alginat liase

9

HASIL DAN PEMBAHASAN
Pemekatan Enzim Alginat Liase dengan Pengendapan Ammonium Sulfat
dan Kadar Protein Alginat Liase

Absorbansi

Berdasarkan letaknya, enzim dikelompokkan menjadi dua, yaitu enzim
intraseluler dan enzim ekstraseluler. Letak enzim tersebut sangat mempengaruhi
teknik yang akan digunakan untuk mengekstraksi dan memurnikan enzim
(Suhartono 1989).
Enzim kasar alginat liase diendapkan dengan menambahkan garam. Tujuan
pengendapan ini adalah untuk memisahkan, sekaligus memurnikan secara parsial
enzim alginat liase dari protein-protein lain yang terdapat pada ekstrak kasar
enzim tersebut, sehingga akan mempunyai aktivittas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan ekstrak kasar enzim tersebut. Garam yang digunakan untuk
mengendapkan enzim kasar alginat liase adalah amonium sulfat. Garam tersebut
dapat menstabilkan protein dari proses denaturasi, proteolisis maupun
kontaminasi bakteri ( Kumaila 2008).
Pellet yang diperoleh dari pengendapan dengan garam ammonium sulfat
(NH4) 2SO4, kemudian didialisis menggunakan membran selofan berukuran 10
kDa. Kegunaan utama dialisis ialah untuk pemekatan, pembuangan garam, dan
pemurnian bahan-bahan seperti protein, hormon, dan enzim. Zat tertahan ialah
berisi protein dengan ukuran molekul yang lebih besar dari ukuran pori (Sanagi
2001). Prinsip dari dialisis ialah aplikasi preparasi enzim ke dalam kantong
dialisis yang terbuat dari membran semi-permeabel yang memungkinkan molekul
berukuran kecil untuk bermigrasi (Grogan 2009).
Kandungan protein pada ekstrak enzim merupakan gambaran kuantitas
enzim yang terkandung, dan berfungsi untuk menentukan satuan aktivitas enzim.
Protein terlarut ditetapkan berdasarkan kurva standar Bovin Serum Albumin
(BSA) (Rahmansyah dan Sudiana 2003).

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0

y = 0,0009x + 0,0557
R² = 0.9869

0

200

400
600
800
Konsentrasi (ppm)

1000

Gambar 4. Kurva standar BSA (Bovin Serum Albumin)

1200

10
Kadar protein terlarut pada ekstrak kasar alginat sebesar 655.15 mg/mL.
Sedangkan pada crude enzim alginat liase, kandungan protein terlarut sebesar
1176.26 mg/mL. Hal ini menunjukkakn bahwa kandungan kadar protein alginat
liase setelah mengalami pemekatan dengan ammonium sulfat lebih tinggi daripada
ekstak enzim kasar sebelum pemekatan.
1400

1176.26

1200
1000
655.15

800
600
400
200
0

Ekstrak kasar alginat liase

Crude enzim alginat liase

Gambar 5. Kadar protein alginat liase

Karakterisasi Enzim Alginat Liase
Karakterisasi dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh kondisi
lingkungan terhadap aktivitas enzim. Karakterisasi enzim menggunakan metode
DNS dengan standar berupa D-Manosa. Sehingga diperoleh kurva standar DManosa yang selanjutnya digunakan dalam perhitungan aktivitas enzim.

Absorbansi

2

Y = 1.768x - 0.0576
R² = 0.9993

1.5
1

0.5
0
0

0.2

0.4
0.6
Konsentrasi (mg/mL)

Gambar 6. Kurva standar D-Manosa

0.8

1

11
Karakterisasi juga dapat diketahui kondisi optimum lingkungan untuk
mendapatkan enzim dengan aktivitas yang tinggi. Karakterisasi yang dilakukan
pada enzim alginat liase berupa suhu, tingkat keasaman (pH), dan jenis substrat
yang spesifik.
Suhu

Aktivitas enzim
(Unit/menit/mL)

Penurunan aktivitas pada suhu tinggi terjadi karena struktur molekul
enzim tersebut mengalami denaturasi. Akibatnya sisi aktif enzim tidak sesuai lagi
dengan substratnya. Selain itu, struktur molekul dari substrat pun dapat
mengalami perubahan konformasi, sehingga mengalami hambatan untuk
mencapai lokasi aktif enzim (Lehninger, 1993).
Setiap enzim memiliki kisaran suhu tertentu untuk mencapai aktivitas
yang optimum. Di luar kisasan suhu tersebut enzim akan tidak aktif atau
aktivitasnya akan terhambat. Hal ini terjadi karena suhu menyediakan pasokan
energi termal untuk memecah beberapa interaksi intramolekul grup polar (ikatan
hidrogen, atraksi dipol-dipol, interaksi inonik) serta kekuatan hidropobik diantara
grup non polar di dalam struktur enzim. Enzim alginat liase pun mempunyai
kisaran suhu tertentu dalam menghasilkan aktivitas yang optimum. Pengaruh suhu
terhadap aktivitas enzim alginat liase digambarkan pada Gambar 7.

10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0

9.00
7.90

7.96

8.51

7.81

6.36
5.28
4.02

25

35

45

55
65
Suhu (◦C)

75

80

90

Gambar 7. Pengaruh suhu terhadap aktivitas alginat liase
Berdasarkan Gambar 7 dapat dilihat bahwa peningkatan suhu
menyebabkan peningkatan aktivitas enzim alginat liase sampai pada titik tertentu.
Sementara peningkatan suhu lebih lanjut akan membuat aktivitas enzim menjadi
menurun. Pada penelitian ini enzim alginat liase memiliki aktivitas optimum pada
suhu 45 °C dengan nilai aktivitas sebesar 9.00 U/menit/mL. Suhu di bawah suhu
optimum aktivitas enzimnya rendah, hal ini disebabkan oleh rendahnya energi
aktivasi yang tersedia. Aktivitas enzim mencapai kondisi yang maksimum saat
suhu optimum ketika energi kinetik enzim dan substrat mencapai titik untuk
bereaksi secara sempurna. Sedangkan aktivitas akan cenderung semakin menurun
pada suhu 55 °C.

12
Suhu yang lebih tinggi akan membuat molekul lebih sering bertabrakan.
Konsep ini berlaku juga untuk tumbukan antar molekul substrat dengan enzim.
Hal ini disebabkan suhu yang tinggi akan mengkatalisis reaksi enzimatis. Namun,
ketika kenaikan suhu melebihi titik tertentu akan menyebabkan gangguan
terhadap struktur tersier enzim. Perubahan struktur tersier pada sisi aktif akan
menghambat aktivitas katalitik enzim (Stoker 2010).
Penelitian terdahulu mengenai karakteristik suhu optimum enzim alginat
liase sangat bervariasi. Masing-masing mikroorganisme memiliki suhu optimum
yang berbeda. Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 2, dimana Bacillus sp ATB1015 memiliki suhu optimum sebesar 37 °C sedangkan mikroorganisme Bacillus
megaterium pada penelitian ini suhu optimum yaitu 45 °C. Hal ini telah
membuktikan, bahwa setiap mikroorganisme penghasil enzim alginat liase
memiliki karakter yang berbeda-beda. Sehingga karakterisasi dari suhu optimum
perlu dilakukan agar aktivitas enzim alginat liase dapat optimum juga.

Tingkat Keasaman (pH)
Pengikatan antara enzim dengan substrat dan reaksi katalisisnya
bergantung pada interaksi antara substrat dengan rantai samping asam amino yang
menyusun sisi aktif enzim (Bender 2002). Peristiwa ini harus berada pada keadaan
ionisasi yang tepat untuk mengikat, dan hal ini tergantung pada pH medium.
Semua reaksi enzim dipengaruhi oleh pH medium tempat reaksi terjadi.
Setiap enzim memiliki pH optimum yang khas. Profil aktivitas pH enzim
menggambarkan pH pada saat pemberi dan penerima proton yang penting pada
sisi katalitik enzim berada pada tingkat ionisasi yang diinginkan. pH tertentu
dapat menyebabkan enzim yang menyebabkan enzim kehilangan aktivitas
biologisnya (Lehninger 1993).
Gambar 8 menunjukkan bahwa tingkat keasamaan berpengaruh terhadap
aktivitas enzim alginat liase. Enzim alginat liase digambarkan memiliki aktivitas
optimal pada pH 7 sebesar 8.72 Unit/menit/mL. Jika tingkat keasaman semakin
rendah nilai aktivitas enzim alginat liase semakin rendah dan akan terus menurun
jika pH semakin basa. Terlihat pada Gambar 8 bahwa aktivitas enzim alginat liase
mengalami penurunan secara terus menerus pada perlakuan pH 8-11. Hal ini
dikarenakan enzim alginat liase terdenaturasi dan tidak efektif dalam
mendegradasi substrat.
Berdasarkan penelitian terdahulu, secara umum aktivitas enzim alginat
liase optimum pada kisaran pH netral yaitu 7. Terbukti pada Tabel 2 yang
menunjukkan bahwa bakteri tanah, bakteri laut, dan algae mempunyai aktivitas
enzim optimum pada kisaran pH 7-8.5. Misalnya, alginat liase dari Bacillus sp
ATB-1015 memiliki aktivitas optimum pada pH 7.5, Corynebacteriumm sp.ALY-1
memiliki aktivitas optimum pada pH 7, Alteromonas sp. Strain H-4 memiliki
aktivitas optimum pada pH 7.5 (Wong et al 2000)

Aktivitas enzim (unit/menit/ml)

13
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
-1

8.04

8.72
6.80
4.76
2.23
0.45

6

7

8

9

10

11

pH
Gambar 8. Pengaruh tingkat keasaman (pH) terhadap aktivitas alginat liase
Jenis Substrat Spesifik
Kemampuan enzim alginat lyase dalam mendegradasi alginat dipengaruhi
oleh perbedaan komposisi rasio manuronat dan guluronat yang terdapat pada
alginat, mengingat spesifitas alginat liase yang berbeda-beda antara satu dengan
yang lain (Kawamoto et al., 2006). Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan
bahwa alginat dari rumput laut lokal seperti Sargassum sp. dan Turbinaria sp.
memiliki proporsi poliguluronat yang lebih tinggi dibandingkan polimanuronat
(MG rasio 0.72-0.94), dan berbeda dengan jenis rumput laut dari perairan sub
tropis seperti Macrocystis pyrivera yang lebih kaya polimannuronat (MG rasio
1.37) (Subaryono et al., 2010).
Penetuan nilai Km dan Vmaks berguna untuk menentukan kinetika enzim
sehingga dapat diketahui seberapa besar ikatan enzim dan subsrat dan seberapa
cepat enzim dapat melakukan aktivitas. Penetuan nilai Vm dan Km dilakukan
dengan cara mengukur kecepatan awal enzim alginat liase pada berbagai
konsentrasi substrat. Perhitungan Km dan Vmaks menggunakan kurva MichaelisMenten. Kurva Michaelis- Menten menyatakan adanya hubungan kuantitatif
antara konsentrasi substrat dan kecepatan reaksi enzimatik.
Gambar 9 menunjukkan bahwa kenaikan konsentrasi substrat akan diikuti
dengan kenaikan kecepatan reaksi enzimatiknya, hingga tercapai suatu titik batas
yang membuat kecepatan meningkat sedemikian kecil. Nilai dugaan Km dan
Vmaks dapat diperoleh dengan menggunakan kurva Michaelis-Menten itu, namun
sangat sulit untuk menentukan Vmaks dengan tepat. Nilai Vmaks dari kurva
Michaelis-Menten tidak akan pernah diketahui nilai sebenarnya. Oleh sebab itu
diperlukan cara lain untuk memperoleh nilai Km yang lebih tepat, yaitu
memetakan data dengan memanfaatkan transformasi aljabar persamaan MichaelisMenten yang disebut persamaan Lineweaver-Burk.

14

V (Unit/menit/mL)

30
25
20
15
10

5
0
0

10

20
[S] (g/L)

30

40

V (Unit/menit/mL)

(a)
140
120
100
80
60
40
20
0
0

20

40

60

80

100

120

140

[S] (g/L)
(b)

Gambar 9. Kurva Michaelis-Menten (a) substrat guluronat (b) substrat
manuronat

15

1.2

y = 0.4746x + 0.0366
R² = 0.9835

1

1/[V]

0.8
0.6
0.4
0.2
0
0

0.5

1

1/[S]

1.5

2

2.5

(a)
0.45
y = 0.3991x + 0.0052
R² = 0.9991

0.4
0.35
1/[V]

0.3
0.25
0.2
0.15
0.1
0.05
0
0

0.2

0.4

0.6
1/[S]

0.8

1

1.2

(b)
Gambar 10. Kurva Lineweaver-Burk (a) substrat guluronat (b) substrat
manuronat

Berdasarkan Gambar 10 dapat diperoleh informasi mengenai nilai
persamaan linear yang akan digunakan dalam menentukan nilai Km dan Vmak
dari masing-masing substrat. Persamaan linear untuk substrat manuronat Y=
0.3991 x + 0.0052 dan R2= 0.9991. Sedangakan persamaan linear untuk jenis
substrat guluronat Y= 0.4746 x + 0.0366 dan R2= 0.9835. Dari persamaan linear
tersebut dapat diperoleh nilai Km dan Vmak yang dapat dilihat pada tabel 3.

16
Tabel 3. Nilai Km dan Vmak Enzim Alginat Liase

Sumber
Penelitian
Cao et al 2007
Bregeut et al 2007

Jenis substrat
Manuronat
Guluronat
Manuronat
Guluronat

Km
(mg/mL)

Vmak
(Unit/menit/mL)

79.8
13.17
0.13
54.4

200
27.78
1.17
48.1

Substrat manuronat memiliki nilai Km dan Vmak sebesar 79.8 mg/mL
dan 200 Unit/menit/mL. Sedangkan substrat guluronat memiliki nilai Km dan
Vmak sebesar 13.17 mg/mL dan 27.78 Unit/menit/mL. Nilai Km dan Vmak yang
diperoleh menunjukkan bahwa, reaksi enzim alginat liase dari isolat bakteri
Bacillus megaterium pada penelitian ini spesifik terhadap kedua substrat tersebut,
yaitu manuronat dan guluronat. Menurut penelitian Cao et al (2007), enzim
alginat liase dari Streptomyces stain A5 yang diisolat dari buah pisang spesifik
terhadap substrat manuronat dengan nilai Km dan Vmak yaitu 0.13 mg/mL dan
1.17 Unit/mL/menit. Hal ini menunjukkan bahwa, enzim alginat liase dari bakteri
Streptomyces stain A5 lebih efektif dari pada enzim alginat liase dari Bacillus
megaterium. Menurut Bregeut et al ( 2007),
enzim alginat liase dari
Flavobacterium sp spesifik terhadap substrat guluronat dengan nilai Km dan
Vmak sebesar 54.4 mg/mL dan 48.1 Unit/menit/mL. Untuk jenis substrat
guluronat, enzim alginat liase yang berasal dari Bacillus megaterium lebih efektif
daripada enzim alginat liase dari Flavobacterium sp. Hal ini sebabkan oleh nilai
Km rendah, dimana semakin rendah nilai Km maka semakin bagus aktivitas
enzim tersebut karena jumlah konsentrasi yang rendah dapat menaikkan laju
reaksi sebesar setengah Vmak. Hubungan nilai Vmak dengan aktivitas enzim
adalah berbanding lurus, jika nilai Vmak yang tinggi maka laju reaksi dari
aktivitas enzim juga tinggi.

17

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Pemekatan menggunakan ammonium sulfat dapat meningkatkan kadar
protein terlarut enzim alginat liase (655.15 mg/mL menjadi 1176.26 mg/mL).
Enzim alginat liase mempunyai aktivitas optimum pada tingkat keasaman (pH)
netral yaitu 7 dengan aktivitas enzim sebesar 8.72 U/menit/mL dan suhu optimum
45 ⁰C dengan aktivitas enzim sebesar 9.00 U/menit/mL . Reaksi enzimatis alginat
liase dengan substrat manuronat memiliki nilai Km dan Vmak sebesar 79.8
mg/mL dan 200 Unit/menit/mL. Sedangkan reaksi enzimatis alginat liase dengan
substrat guluronat memiliki nilai Km dan Vmak sebesar 13.17 mg/mL dan 27.78
Unit/menit/mL. Dengan demikian enzim alginat liase dari isolat bakteri Bacillus
megaterium spesifik terhadap dua substrat tersebut, yaitu spesifik terhadap
manuronat dan guluronat.
Saran
Perlu dikaji ulang mengenai perbedaan aktivitas enzim alginat liase setelah
dan sesudah pemekatan dengan garam ammonium sulfat. Selain itu juga perlu
dikaji ulang mengenai lama penyimpanan enzim yang akan berpengaruh terhadap
nilai aktivitas enzim alginat liase.

DAFTAR PUSTAKA
Abdurahman D. 2008. Biologi Kelompok Pertanian. Jakarta: Grafindo Media
Pratama.
AOAC. 2000. Official Methods of Analysis of AOAC International 7th Edition.
AOAC International. Geitherburgh. MD. USA.
Aslan LM. 1999. Budidaya Rumput Laut. Yogyakarta : Penerbit Kanisius.
Atmadja WS. 1996. Pengenalan Jenis Algae Coklat (Phaeophyta). Di dalam
Pengenalan Jenis-jenis Rumput Laut Indonesia. Jakarta : Puslitbang
Oseanologi-LIPI.
Bender DA. 2002. Introduction to Nutrition and Metabolism. Vol. 1. New York:
Taylor & Francis Inc.
Bradford MM. 1976. A Rapid and Sensitive Method for Quantification of
Microgram Quantities of Protein Utilizing The Principle of Protein Dye
Binding.Anal Biochem 72:234-254.
Breguet V, Stockar U, and Marison. 2007. Characterization of Alginate Lyase
Activity on Liquid, Gelled, and Complexed States of Alginar. Bioctechnol.
Prog.23: 1223-1230.
Cao L, Xie L, Xue X, Tan H. 2007. Purification and Characterization of Alginate
Lyase from Streptomyces Species Strain A5 Isolated from Banana Rhizosphere.
J.Agric.Food Chem 55: 5113-5117

18
Draget, K. I., O. Smidsrøt, G. Skjåk-Braek. 2005. Alginat from algae In
Polysaccharides and Polyamides in The Food Industry. Edited by A.
einbű el and . . R ee. Wiley-VCH Verlag GmbH & co. KgaA.
Grogan G. 2009. Practical Biotransformation. Postgraduates Chemistry Series.
Chichester: John Willey & Sons Ltd.
Handayani T, Sutarno, dan Dwi A. 2004. Analisis Komposisi Nutrisi Rumputlaut
Sargassum crassifolium J. Agardh. Biofarmasi,2(2). pp. 45-52.
Kawamoto H, Horibe A, Miki Y, Kimamura T, Nakagawa T, Kawamukai M, and
Matsumada H. 2006. Cloning and Sequencing Analysis of Alginate Lyase
Genes from The Marine Bacterium Vibrio sp. 02. Marine Biotechnology (8):
481-490.
Kementrian Perdagangan. 2013. Rumput Laut Indonesia. Jakarta: Warta Ekspor.
Kim H, Lee C, and Yeol E. 2011. Alginate Lyase: Structure, Property, and
Application. Biotechnology and Bioprocess Enggineering 16: 843-851.
Kumaila R. 2008. Ekstraksi, Karakterisasi, dan Aplikasi Enzim Kolagenase dari
Organ Dalam Ikan Tuna [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, IPB.
Lehninger AL. 1993. Dasar-Dasar Biokimia Ed. Ke-3. Terjemahan. Maggy
Thenawidjaja. Jakarta: Erlangga.
Poedjiadi A dan Supriyanti T. 2005. Dasa-dasar Biokimia. Bandung: UI Press.
Putri K. 2011. Pemanfaatan Rumput Laut Coklat (Sargassum sp) Sebagai Serbuk
Minuman Pelangsing Tubuh [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan, IPB.
Rahmansyah M, Sudiana I. 2003. Optimasi Analisis Amilase dan Glukonase yang
Diekstrak dari Miselium Pleurotus Ostreatus dengan Asam 3,5 Dinitrosalisilat.
Berk.Penel.Hayati(9): 7-12.
Sanagi MS. 2001. Teknik Pemisahan dalam Analisis Kimia. Melaka: Percetakan
Surya.
Shinya H. 2008. The Miracle of Enzyme. Bandung: Mizan Utama.
Stoker HS. 2010. General, Organic, and Biological chemistry. USA: Cengage
Learning.
Subaryono. 2013. Produksi Alginate Oligosaccharides (AOS) dari Rumput Laut
Coklat Lokal Sargassum sp. dan Aktivitas Biologisnya sebagai Senyawa
Imunomodulator [Disertasi]. Bogor: Fakultas ilmu dan Teknologi Pangan, IPB.
Subaryono, 2010. Potensi dan Peluang Pemanfaatan Rumput Laut Coklat di
Indonesia. Squalen Buletin Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan
Perikanan 6: 55-62.
Suhartono MT. 1989. Enzim dan Bioteknologi. Bogor: Dirjen Dikti, PAU,
Bioteknologi, IPB.
Trenggono dan Sutardi. 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. PAU
Pengadaan Gizi. Yogjakarta: UGM Press.
Winarno FG. 1986. Enzim Pangan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Wong, T. Y., Preston, L. A., and Shiller, N.L., 2000. Alginate Lyase: Review of
Major Sources and Enzyme Characteristics, Structure-Function Analysis,
Biological Roles, and Applications. Annual Review of Microbiology. 54: 289340.
Yunizal. 2004. Teknik Pengolahan Alginat. Jakarta : Pusat Riset Pengolahan
Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.

19

LAMPIRAN
LAMPIRAN
Lampiran 1. Nilai absorbansi kurva
standar BSA (Bovin Serum Albumin)
konsentrasi (ppm)
Absorbansi
0
0
200
0,266
400
0,496
600
0,635
800
0,797
1000
0,978

Lampiran 2. Data kadar protein alginat liase
Perlakuan
Sebelum
pemekatan
Setelah
pemekatan

Ulangan Absorbansi

Kadar Protein
(mg/mL)

1

0,647

657

2

0,646

655,89

3

0,643

652,56

1

1,074

1131,44

2

1,195

1265,89

3

1,074

1131,44

Ratarata

Std

655,15

2,31

1176,26 77,62

Lampiran 3. Data absorbansi kurva standar D-Manosa
Konsentrasi (ppm)

Abs

0,1

0,117

0,3

0,467

0,5

0,828

0,7

1,203

0,9

1,517

20
Lampiran 4. Data nilai aktivitas enzim alginat liase berbagai perlakuan suhu
Perlakuan
suhu (⁰C)
25

35

45

55

65

75

80

90

Ulangan

Aktivitas Enzim
(Unit/mL/menit)

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

7,73
8,01
7,96
7,82
8,06
8,01
9,09
9,05
8,86
8,20
8,58
8,76
7,68
7,73
8,01
6,22
6,74
6,12
5,18
5,28
5,37
4,05
4,10
3,91

Rata-rata

Std

7,90

0,15

7,96

0,12

9,00

0,12

8,51

0,29

7,81

0,18

6,36

0,33

5,28

0,09

4,02

0,10

21
Lampiran 5. Data nilai aktivitas enzim alginat liase berbagai perlakuan pH

pH

6

7

8

9

10

11

Ulangan

Aktivitas Enzim
(Unit/mL/menit)

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

8,1
7,96
8,06
8,58
8,76
8,81
6,27
7,16
6,97
4,71
4,71
4,85
1,98
2,78
1,93
0,14
1,08
0,14

Rata-rata

Std

8,04

0,07

8,72

0,12

6,8

0,47

4,76

0,08

2,23

0,48

0,45

0,54

22

Lampiran 6. Data nilai aktivitas enzim alginat liase berdasarkan substrat guluronat
Aktivitas enzim
Konsentrasi
Ulangan (Unit/mL/menit) Rata-rata
(g/L) [S]
[V]
0.5

1

2.5

5

7.5

15

30

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

1,03
0,99
0,94
2,45
2,35
2,26
3,77
3,67
3,63
5,98
6,12
6,03
8,58
8,58
8,62
24,41
24,13
24,18
27,95
28,04
27,90

Std

1/[S] 1/[V]

0,99

0,05

2,00

1,01

2,35

0,09

1,00

0,10

3,69

0,07

0,40

0,27

6,05

0,07

0,20

0,16

8,59

0,03

0,13

0,12

24,24

0,15

0,07

0,04

27,96

0,07

0,03

0,04

23
Lampiran 7. Data nilai aktivitas enzim alginat liase berdasarkan substrat
manuronat

Aktivitas enzim
Konsentrasi
Ulangan (Unit/mL/menit)
(g/L) [S]
[V]
1

7,5

15

30

60

120

1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3

2,45
2,49
2,45
20,03
20,03
19,93
28,84
28,75
28,75
43,31
43,41
43,50
84,37
84,18
84,41
131,41
131,50
131,41

Ratarata

Std

1/[S]

1/[V]

2,46

0,03

1,00

0,41

20,00

0,05

0,13

0,05

28,78

0,05

0,07

0,03

43,41

0,09

0,03

0,02

84,32

0,12

0,02

0,01

131,44

0,05

0,01

0,01

24

RIWAYAT HIDUP
Yuwanita Ardilasari lahir di Blitar, Jawa Timur
pada tanggal 21 Juni 1992 dari pasangan Suprapta, S.Pd
dan Unik Marlina, S.Ag. Penulis merupakan putri kedua
dari dua bersaudara. Melalui jenjang pendidikan dari TK
Aisyah Bustanulatfal (1996-1998), SD Negeri Sentul VI
Blitar (1998-2004), SMP Negerri 3 Blitar (2004-2007),
dan SMA Negeri 1 Blitar (2007-2010). Kemudian
melanjutkan pendidikan di Departemen Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor (2010-2014). Selama masa
akademik, penulis aktif dalam kegiatan kepanitiaan yang
diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan
(HIMITEPA), seperti panitia dalam Access (2012), Baur (2012), LCTIP XX
(2012), HACCP PLASAMA (2012), dan FOODIVAL (2013). Penulis juga
menjadi bagian dari Unit Kegiatan Mahasiswa Lingkung Seni Sunda Gentra
Kaheman sebagai anggota departemen sumber daya manusia (2011-2012). Selain
itu penulis juga tergabung dalam kegiatan IPB Art Contest sebagai Bendahara 2
(2013).