KARAKTERISASI ENZIM XILANASE DARI Bacillus sp

(1)

ABSTRAK

KARAKTERISASI ENZIM XILANASE DARI Bacillus sp

Oleh

Galih Cendana Nabilasani

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat enzim xilanase yang dihasilkan oleh Bacillus sp. Penelitian ini di susun menggunakan metode rancangan

percobaan secara deskriptif dengan tiga faktor yang diamati, yaitu pengaruh suhu pada suhu 30oC, 40oC, 50oC, 60oC, 70oC, 80oC, dan 90oC, pH buffer pada pH 4, 5, 6, 7, 8, dan 9, serta lama waktu penyimpanan terhadap kestabilan enzim dengan variasi waktu 1, 2, 3, 4, dan 5 jam. Pengujian tersebut dilakukan dengan tiga kali pengulangan.

Karakterisasi enzim xilanase diawali dengan menguji suhu optimum produksi enzim xilanase dan diketahui bahwa suhu optimum terjadi pada suhu 70oC yang memiliki nilai aktivitas relatif enzim sebesar 100%. Nilai aktivitas relatif enzim pada suhu 40oC diketahui sebesar 61,706%, suhu 40oC digunakan pula pada penelitian ini karena bakteri yang digunakan didapatkan dari saluran pencernaan ayam yang memiliki suhu antara 39oC - 40oC . Setelah didapatkan suhu optimum dilakukan pengujian pH optimum. Pada suhu 70oC memiliki aktivitas relatif enzim tertinggi pada pH 5 dan pada suhu 40oC maksimum pada pH 7. Pada suhu 70oC enzim xilanase pada lama waktu penyimpanan 1 jam aktivitas relatif enzim mengalami penurunan lebih dari 50% dari aktivitas enzim pada jam ke - 0, dan pada suhu 40oC aktivitas enzim xilanase masih stabil pada jam ke - 0 sampai jam ke - 5.

Kata Kunci : enzim xilanase, suhu optimum, pH optimum, lama waktu penyimpanan.


(2)

KARAKTERISASI ENZIM XILANASE DARI Bacillus sp.

Oleh

Galih Cendana Nabilasani

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA SAINS

Pada Jurusan Biologi

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(3)

(4)

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada 13 Mei 1993, merupakan putri pertama dari tiga bersaudara pasangan Bapak Ramli Sani dan Ibu Martini, S.Pd. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Azhar Way Halim Bandar Lampung pada tahun 1999, Sekolah Dasar (SD) Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2005, Madrasah Tsanawiah (MTS) Husnul Khotimah Jawa Barat pada tahun 2008 dan Madrasah Aliyah (MA) Husnul Khotimah Kuningan Jawa Barat pada tahun 2011.

Pada tahun 2011, penulis terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Jurusan Biologi, Universitas Lampung melalui jalur Ujian Mandiri (UM). Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Mikrobiologi Umum . Selain itu, penulis juga pernah aktif di organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO) pada periode 2011 - 2012 dan pada periode 2013 - 2014. Kemudian penulis melakukan Program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Banjar Masin, Kecamatan Penengahan, Kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2013 - 2014 dan Program Kerja Praktik (KP) di PT. Biru Laut Khatulistiwa, Kalianda, Lampung Selatan pada tahun 2013 - 2014.


(6)

PERSEMBAHAN

Bismillahirrohmaanirrohiim..

Sebuah karya sederhana yang disetiap goresan tinta pada lembaran kertas ini adalah berkat karunia Allah SWT. Teriring do’a dan rasa syukur kepada Allah SWT, penulis persembahkan karya sederhana ini sebagai bentuk rasa cinta dan sayangku kepada:

Mama dan Papa tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang, cinta, motivasi dan pengorbanan tanpa henti, serta senantiasa mendoakan disetiap waktu demi keberhasilan anaknya yang tak akan pernah terbalaskan walaupun dengan pengabdian seumur hidupku dan tak akan tergantikan oleh apapun selain Jannah-Nya

Saudariku tersayang Galuh Orie Symilasani dan Ghania Atiqasani, atas segala motivasi dan kasih sayang untuk keberhasilanku.

Seseorang pilihan Allah yang telah ditakdirkan untuk membimbing dan menemaniku dalam menjalani kehidupan hingga mencapai Jannah-Nya Para Pendidikku dan Almamater yang kubanggakan


(7)

“Wahai orang - orang yang beriman! Mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat.

Sungguh Allah bersama orang - orang yang sabar’

(QS. Al - Baqarah : 153)

“... barang siapa mengharap pertemuan dengan

Tuhannya maka hendaklah ia mengerjakan kebajikan dan janganlah ia menyekutukan dengan

sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya ( QS. Al - Kahfi : 110)

‘Para Nabi tidak mewariskan dinar & dirham, tetapi

mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambil ilmu tersebut, maka ia telah mengambil bagian yang

berlimpah” (Ibnu Taimiyah)

‘Tatkala Allah menciptakan mahluk, Allah telah

menuliskan dalam kitab catatan-Nya yang berada di sisi-Nya di atas ‘Arsy bahwa sesungguhnya kasih


(8)

SANWACANA

Puji syukur kepada Allah SWT Sang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Karakterisasi enzim xilanase dari Bacillus sp.” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains di Universitas Lampung. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW, teladan terbaik bagi seluruh umat. Penulis menyadari bahwa dalam

penulisan skripsi ini tidak terlepas dari peranan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Mama dan Papa yang tak pernah henti memberikan do’a dan cinta kasihnya yang selalu mengiringi setiap langkah anaknya tanpa lelah. Semoga Allah SWT membalasnya dengan Surga-Nya. Adik-adikku Galuh dan Ghania yang selalu mendukung dan

mendoakanku.

2. Bapak Dr. Sumardi, M.Si., selaku pembimbing utama atas

kesediaan memberikan bimbingan, saran dan kritik serta motivasi selama penelitian dan penulisan skripsi.


(9)

3. Bapak Wawan Abdullah, S.Si., M.Si., selaku pembimbing kedua yang telah sabar membimbing, mengarahkan dan mengoreksi kesalahan penulis.

4. Ibu Dra. C.N. Ekowati, M.Si., selaku pembahas dan penguji atas saran, kritik dan bantuannya dalam penyempurnaan skripsi ini. 5. Bapak Drs. Hendri Busman M. Biomed., selaku Pembimbing

akademik atas bimbingan dan arahannya selama masa perkuliahan. 6. Prof. Suharso, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam.

7. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

8. Partner penelitian Wida yang selalu sabar memberikan do’a, semangat, motivasi, dan canda tawa selama penelitian ini. Rila dan Fenida yang selalu siap memberikan masukan dan keceriaan. 9. Mikroholic serta teman-teman seperjuangan Biologi 2011 atas doa

dan kebersamaanya.

Semoga segala keikhlasan dan kebaikan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi yang masih jauh dari kesempurnaan ini dapat bermanfaat. Aamiin Yaa Robbal’alamiin.

Bandar Lampung, 2 November 2015 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 3

E. Hipotesis ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Enzim Xilanase... 5

B. Mikroorganisme Penghasil Enzim Xilanase ... 7

C. Media Pertumbuhan Mikroba Penghasil Xilanase ... 8

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim ... 10

E. Bacillus sp. ... 12

III. METODE KERJA A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

B. Alat dan Bahan ... 14

C. Metode Penelitian ... 16

D. Diagram Alir... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitatif Xilanolitik Bacillus sp ... 25

B. Lama Waktu Inkubasi Untuk Produksi Enzim Xilanase ... 26

C. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Xilanase ... 27

D. Pengauh pH Terhadap Aktivitas Enzim Xilanase ... 28

E. Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Terhadap Kestabilan Enzim ... 30


(11)

V. SIMPULAN DAN SARAN ... 32 DAFTAR PUSTAKA ... 34 LAMPIRAN ... 39


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Mikroorganisme penghasil xilanase ... 7 2. Media Mandels dan Reese yang di modifikasi dan media Mandels

dan Reese ... 15 3. Pengujian gula standar xilosa ... 19 4. Pengujian aktivitas enzim xilanase ... 21 5. Data pengujian aktivitas enzim xilanase serta aktivitas relatif

enzim xilanase berdasarkan lama produksi optimum ... 40 6. Data pengujian aktivitas enzim xilanase serta aktivitas relatif

enzim xilanase berdasarkan suhu optimum ... 40 7. Data pengujian aktivitas enzim xilanase serta aktivitas relatif

enzim xilanase berdasarkan pH optimum ... 41 8. Nilai absorbansi larutan xilosa pada berbagai konsentrasi ... 41 9. Data pengujian aktivitas enzim xilanase serta aktivitas relatif

enzim xilanase berdasarkan waktu penyimpanan terhadap


(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Struktur Xilan ... 6 2. Koloni bakteri Bacillus sp yang membentuk zona jernih ... 25 3. Diagram hubungan lama inkubasi Bacillus sp dengan

aktivitas relatif enzim xilanase ... 26 4. Diagram hubungan suhu terhadap aktivitas relatif enzim

xilanase ... 28 5. Diagram hubungan antara pH buffer dengan aktifitas

relatif enzim pada suhu 40oC ... 29 6. Diagram hubungan antara pH buffer dengan aktifitas

relatif enzim pada suhu 70oC ... 29 7. Grafik hubungan antara waktu penyimpanan dengan

kestabilan enzim terhadap aktivitas relatif enzim ... 31 8. Kurva standar larutan xilosa ... 43


(14)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Xilan termasuk komponen utama dalam hemiselulosa yang tersusun dari beberapa ikatan, diantaranya ikatan glikosidik yang merupakan kerangka utama dan arabinofuranosa, asam glukoronat, asam metil glukoronat, dan asetil yang merupakan rantai samping (Subramaniyan dan Prema 2002). Xilan dapat di pecah menjadi gula sederhana berupa xilosa dengan bantuan enzim xilanase (Richana, 2002). Enzim xilanase merupakan enzim yang mampu menghidrolisis ikatan 1,4-β yang terdapat pada xilan atau polimer dari xilosa dan xilo-oligosakarida (Richana, 2002). Xilan diubah menjadi gula sederhana berupa xilosa oleh mikroorganisme penghasil enzim xilanase (Seyiz dan Aksoz, 2005). Pemanfaatan enzim xilanase dalam bidang industri telah banyak dilakukan dalam industri kertas dan proses pemutihan pulp maupun industri pangan seperti dalam pembuatan permen, kopi, serta pakan ternak (Trismillah dan Sumaryanto,2000).

Dari kajian pustaka diketahui terdapat beberapa mikroorganisme yang dapat memproduksi enzim xilanase. Budiman dan Setiawan (2010) menerangkan bahwa Aspergillus niger memiliki lama produksi optimum enzim xilanase


(15)

2

setelah 4 hari inkubasi dengan pH optimum 6. Siahaan (2003) menyatakan bahwa Bacillus spp I-5 memiliki aktivitas enzim xilanase tertinggi pada suhu 50oC, pH 7 dengan lama inkubasi 20 jam. Fawzya, dkk., (2013) menjelaskan bahwa Actinobacter baumanni menghasilkan enzim xilanase yang memiliki lingkungan optimum pada pH 8, suhu 70, dengan aktivitas enzim tertinggi pada hari ke-2 inkubasi.

Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unila memiliki isolat Bacillus sp yang berasal dari saluran pencernaan ayam. Bacillus sp ini dapat menghasilkan enzim amilase (Rodiah, 2014). Namun, belum diketahui karakteristik xilanolitiknya.

Berdasarkan uraian tersebut pada penelitian ini dilakukan uji kualitatif enzim xilanase dari Bacillus sp. Dari hasil uji tersebut diketahui Bacillus sp juga menghasilkan enzim xilanase, namun sifat dari enzim xilanase Bacillus sp belum diketahui. Oleh karena itu perlu dilakukan karakterisasi enzim xilanase dari bakteri tersebut. Karakterisasi dari enzim xilanase ini meliputi pengaruh suhu optimum enzim, pH optimum enzim, serta kestabilan enzim terhadap lama penyimpanan. Karakterisasi enzim tersebut dapat digunakan sebagai dasar atau acuan pada berbagai bidang yang memanfaatkan enzim xilanase.


(16)

3

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik enzim xilanase yang dihasilkan oleh Bacillus sp yang meliputi suhu optimum, pH buffer optimum, dan lama penyimpanan enzim terhadap kestabilan enzim.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai lingkungan optimum (suhu dan pH buffer) dalam mendapatkan aktivitas enzim xilanase tertinggi. Disamping itu hasil penelitian in memberikan informasi mengenai lama waktu penyimpanan yang terbaik untuk kestabilan aktivitas enzim xilanase. Hasil penelitian ini dapat digunakan dalam berbagai bidang industri yang menggunakan enzim xilanase untuk menghasilkan produknya, antara lain pada bio bleaching, produksi makanan dan minuman, serta produksi pakan ternak.

D. Kerangka Pemikiran

Enzim xilanase yang termasuk dalam golongan hidrolase yang berperan dalam mengubah hemiselulosa (xilan) menjadi gula sederhana yaitu xilosa (Richana, 2002). Penggunaan enzim xilanase dalam bidang industri sangat dibutuhkan, karena sebagian enzim xilanase bersifat termoenzim dan alkalin. Aktivitas enzim xilanase dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang mencakup


(17)

4

suhu, pH, dan jumlah substrat. Peningkatan suhu yang terjadi dapat

mempercepat aktivitas enzim. Namun pada suhu tertentu menunjukkan tidak terjadi aktivitas enzim. Pada lingkungan yang memiliki pH rendah atau tinggi enzim akan mengalami aktivitas maksimum atau dapat mengalami denaturasi. Aktivitas enzim tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan, tetapi juga dipengaruhi oleh sifat enzim tersebut. Enzim dihasilkan oleh mahluk hidup, termasuk mikroorganisme.

Bakteri merupakan salah satu jenis mikroorganisme yang memiliki

kemampuan dalam menghasilkan enzim, salah satunya dari genus Bacillus. Bakteri ini dapat tumbuh pada suhu antara 20oC - 70oC dengan rentang pH 4 - 9 (Taylor, 2001). Bacillus sp dapat membentuk endospora sehingga dapat bertahan pada suhu yang tinggi. Bacillus sp memiliki kemampuan dalam menghidrolisis senyawa organik protein (pati, selulosa, hidrokarbon, dan agar), hal ini menandakan bakteri ini mampu menghasilkan enzim (Hatmanti, 2000). Menurut Septiningrum (2007) Bacillus sp dapat menghasilkan enzim secara maksimum pada lingkungan yang sesuai.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah didapatkan suhu optimum, pH buffer optimum, serta pengaruh lama waktu penyimpanan terhadap aktivitas enzim xilanase sehingga didapatkan aktivitas maksimum enzim xilanase dari Bacillus sp.


(18)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Enzim Xilanase

Xilanase merupakan kelompok enzim yang memiliki kemampuan untuk memecah xilan menjadi senyawa lebih sederhana baik berupa

xilo-oligosakarida maupun xilosa. Xilanase dapat diklasifikasikan berdasarkan substrat yang dihidrolisis, yaitu β-xilosidase dan endoxilanase (Richana, 2002). β-xilosidase merupakan xilanase yang mampu memecah

xilo-oligosakarida rantai pendek menjadi xilosa. Endoxilanase mampu memutus ikatan glikosidik pada bagian dalam rantai xilan secara teratur. Pemutusan ikatan dilakukan berdasarkan panjang rantai substrat, derajat percabangan, gugus substitusi, serta pola pemutusan dari enzim hidrolase tersbut.

(Trismillah dan Lutfi, 2009).

Xilanase pada umumnya merupakan protein kecil yang memiliki berat

molekul antara 15.000-30.000 dalton serta aktif pada suhu 55oC dengan pH 9. Xilanase akan lebih stabil pada suhu 60oC dan pH netral (Richana, 2002). Menurut Gupta, dkk (2000) pada bidang industri, xilanase yang sering digunakan memiliki pH yang tinggi, hal ini disebabkan karena xilan dapat larut dengan mudah pada kondisi pH alkali. Xilan merupakan rantai panjang


(19)

6

monosakarida yang saling berikatan oleh suatu ikatan kimia yang apabila dihidrolisis oleh enzim xilanase dapat menghasilkan gula sederhana berupa xilooligosakarida, xilobiosa, dan xilosa (Andriyetni, 2006). Xilan terikat pada selulosa, pektin, lignin dan polisakarida lainnya dalam angiosperma untuk membentuk dinding sel tanaman. Xilan dengan rantai utama homopolimer unit β-D xilopiranosil yang terikat melalui ikatan (1→4)-β- glikosidik merupakan heteropolimer yang dihubungkan dengan rantai samping dari gula yang lain, umumnya rantai tunggal dari (4-O-metil)-α -D-asam glukuronat (pada dikotil dan gimnosperma) atau pada 1 atau lebih α -L-arabinofuranosil (pada rumput) (Singleton dan Sainsbury, 2001).


(20)

7

B. Mikroorganisme Penghasil Enzim Xilanase

Jenis mikroorganisme yang dapat menghasilkan xilanase adalah bakteri dan jamur. Bakteri dan jamur mempunyai peranan penting dalam kehidupan makhluk lainnya karena kedua jenis makhluk ini mampu menghasilkan enzim yang tidak dapat diproduksi oleh makhluk lain. Beberapa contoh

mikroorganisme penghasil xilanase dapat dilihat pada tabel 1. Xilanase yang diproduksi oleh bakteri memiliki perbedaan karakteristik baik dalam suhu dan pH optimum. Bacillus sp. RXA-III5 yang diisolasi dari tanah menghasilkan xilanase dalam kondisi alkalofilik, xilanase yang dihasilkannya memiliki pH optimum 9 dan suhu optimum 50oC (Richana, dkk, 2008). Siahaan (2003) melakukan penelitian xilanase dari Bacillus sp I-5 yang berasal dari sumber air panas Ciseeng memiliki waktu optimum produksi pada jam ke-20 inkubasi, untuk suhu optimum pada 50oC dan pH optimum 7. Meryandini, dkk (2008) melakukan pemurnian dan karakterisasi enzim xilanase dari Streptomyces sp. SKK1-8, xilanase yang dihasilkannya memiliki pH optimum 4,5 dan suhu optimum 50oC.

Tabel 1. Mikroorganisme Penghasil Xilanase

Mikroorganisme

Aktivitas

optimum Sumber

Karbon

Sumber

Nitrogen Sumber

Suhu ( oC)

pH

Bacillus circulans 50 8,5 Tongkol

Jagung

Polipeptone Septiningrum dan Apriana 2011

Bacillus

stearothermophilus

55 8 Xylan

Beechwood

Peptone Trismilah dan


(21)

8 Mikroorganisme Aktivitas optimum Sumber Karbon Sumber

Nitrogen Sumber

Suhu ( oC)

pH

Bacillus sp. (C211) 50 7 Xylan

Beechwood

Triptone Habibie, dkk.

2014

Bacillus sp. 50 7 Xylan Oat

Splets

Yeast Extract

Siahaan,. 2003

Aspergillus niger 50 6 Jerami

Padi Yeast Extract Pangesti, dkk. 2012 Trichoderma viride

60 5 Kulit

Jagung

(NH4)2SO4 Febrianti, dkk.

2014

C. Media Pertumbuhan Mikroba Penghasil Xilanase

Menurut Richana (2002), kandungan nutrisi pada media fermentasi mikroba penghasil xilanase dapat disesuaikan dengan jenis mikroba dan kondisi

fermentasinya, serta dapat menggunakan medium sintetik atau medium kasar (crude). Nutrisi merupakan hal utama dalam pertumbuhan mikroba, nutrisi yang dibutuhkan mikroorganisme, yaitu sumber karbon, nitrogen, dan komponen mineral terutama fosfat (Sutarma, 2000 ).

 Sumber Karbon

Xilan merupakan sumber karbon utama dalam produksi enzim xilanase. Xilan akan dihidrolisis oleh enzim xilanase menghasilkan xilosa

(C5H10O5). Penggunaan xilan dalam produksi xilanase skala besar terlalu mahal, sehingga dibutuhkan alternatif pengganti xilan sintetik. Terdapat


(22)

9

beberapa jenis limbah pertanian yang megandung xilan seperti, jerami padi, tongkol jagung, bagas tebu, kulit pisang, limbah ekstrak minyak biji kapas (Setyawati, 2006).

 Sumber Nitrogen

Sumber nitrogen yang digunakan sebagai nutrisi didapatkan dari sumber nitrogen yang berasal dari nitrogen anorganik atau organik. Amonium nitrat dan ammonium sulfat merupakan salah satu sumber nitrogen anorganik yang sering digunakan, sedangkan sumber nitrogen organik dapat diperoleh dari pepton ( Sutarma, 2000).

 Garam-garam mineral

Unsur-unsur mineral perlu juga ditambahkan dalam bentuk garam

dengan konsentrasi yang tepat. Penambahan fosfat dipakai dalam bentuk garam, fosfat yang sering digunakan, yaitu KH2PO4, NaH2PO4, dan Na2HPO4. Selain penambahan fosfat diperlukan pula penambahan unsur logam. Unsur - unsur ini dugunakan untuk mengaktifkan enzim agar reaksi biokimia dalam sel berjalan secara normal. Unsur logam ini penggunaannya sangat sedikit yang merupakan elemen mikro. Unsur logam yang sering digunakan adalahMgSO4.7H2O, NaCl,


(23)

10

D. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim

Enzim memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam dalam aktivitas enzim. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi aktivitas enzim, yaitu :

 Suhu

Sebagai suatu protein, enzim memiliki kondisi tertentu enzim dapat bekerja secara optimal, karena lingkungan tersebut mendukung konformasi yang paling aktif bagi molekul enzim tersebut. Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang penting dalam aktivitas enzim. Pada suhu optimum aktivitas akan terus mengalami

peningkatan. Namun, pada pemanasan yang semakin tinggi aktivitas enzim akan mengalami penurunan atau hilang karena enzim

mengalami denaturasi (Sumardjo, 2009). Pengaruh suhu terhadap aktivitas enzim dikarenakan, terjadinya perubahan konformasi substrat yang menyebabkan perubahan sisi aktif substrat sehingga menghambat sisi aktif substrat memasuki sisi aktif enzim dan terjadi penurunan aktivitas enzim. Struktur protein enzim akan mengalami kerusakan ketika suhu yang terlalu tinggi yang diakibatkan dari putusnya ikatan non kovalen (ikatan hidrogen, ikatan van der walls, dan ikatan hidrofobik) yang terdapat pada struktur 3 dimensi enzim (Hames dan Hooper, 2000).


(24)

11

 pH

Selain membutuhkan suhu optimal, enzim juga membutuhkan pH optimal untuk mendapatkan aktivitas yang baik. Umumnya enzim memiliki nilai pH yang baik berkisar antara 6-8, akan tetapi terdapat beberapa enzim yang memiliki nilai pH optimal diluar rentang tersebut. Nilai pH bergantung pada lingkungan optimum enzim misalnya, enzim pepsin akan bekerja secara optimal di dalam lambung apabila nilai pH lingkungannya 2. Untuk sebagian enzim lingkungan yang terlalu asam atau terlalu basa dapat mengakibatkan denaturasi enzim sehingga aktivitas enzim akan menurun (Capmbell, 2002).

 Inhibitor Enzim

Inhibitor atau penghambat kerja enzim merupakan senyawa kimia tertentu yang dapat menghambat aktivitas enzim. Inhibitor terdiri dari dua macam, yaitu inhibitor irreversible dan inhibitor reversible (Capmbell, 2002).

 Lama Penyimpanan

Uji penyimpanan enzim dilakukan untuk mengetahui seberapa besar penurunan yang terjadi setelah enzim disimpan serta mengetahui


(25)

12

kestabilan enzim apabila disimpan pada suhu tertentu (Nareswari, 2007). Penyimpanan enzim pada waktu dan suhu tertentu dapat mengakibatkan perubahan struktur enzim sehingga enzim tidak dapat berikatan dengan substrat (Sukmana, dkk, 2014) . Kestabilan enzim dapat diketahui dengan mengukur aktivitas enzim, apabila aktivitas enzim sisa terdapat lebih dari 50% dari aktivitas awal enzim

menandakan enzim tersebut dalam keadaan stabil (Muawanah, 2006).

E. Bacillus sp

Bakteri Bacillus memiliki morfologi berbentuk batang, berwarna putih, dan berbentuk sirkuler. Bakteri ini bersifat motil dan termasuk dalam tipe bakteri gram positif. Bacillus memiliki keadaan lingkungan pertumbuhan optimum pada rentang suhu 45 - 65OC dengan pH 5,8 – 7,2 (Habibie dkk, 2014). Menurut Whitman (2009) Bacillus sp memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Bacteria

Phylum : Firmicutes

Class : Bacilli

Ordo : Bacillales

Family : Bacillaceae

Genus : Bacillus


(26)

13

Puspitasari dkk (2012) menyatakan bahwa Bacillus sp bersifat katalase positif , aerobik atau anaerobik fakultatif, memiliki endospora yang tahan terhadap lingkungan ekstrim. Bakteri Bacillus sp dapat menghasilkan antimikroba dan memiliki daya resisten terhadap antimikroba, sehingga bakteri ini mampu

bertahan di dalam saluran pencernaan. Antimikroba yang dapat membuat bakteri Bacillus sp. menjadi resisten adalah eritromisin, linkomisin, sefalomisin,

sikloserin, kloramfenikol, tetrasiklin, streptomisin dan neomisin. Antimikroba yang dapat dihasilkan oleh bakteri Bacillus sp adalah bakteriosin (Barbosa dkk, 2005).

Bardasarkan penelitian yang telah dilakukan bakteri dari genus Bacillus dapat menghasilkan beberapa enzim diantaranya, Bacillus licheniformis dapat

menghasilkan enzim xilanase (Nareswari, 2007), Bacillus subtilis menghasilkan enzim protease (Kosim dan Putra, 2009), dan Bacillus amyloliquefaciens

menghasilkan enzim amilase (Hayati, 2008).

Bacillus sp memiliki potensial untuk dimanfaatkan di berbagai bidang industri bioteknologi, karena Bacillus sp memiliki sifat yang dapat hidup pada suhu pertumbuhan yang luas, dapat membentuk spora, memiliki kemampuan enzimatik yang beragam, dan beberapa Bacillus sp dapat melakukan biodegradasi terhadap beberapa senyawa xenobiotik. Bahagiawati (2002) menyatakan Bacillus

thuringiensis dapat dijadikan sebagai bioinsektisida. Bacillus sp F133 dan M11 merupakan bakteri yang mampu mengendalikan penyakit layu fusarium pada tanaman cabai (Khaeruni dan Gusnawaty, 2012).


(27)

14

III. METODE KERJA

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari 2015 sampai bulan Mei 2015.

B. Alat dan Bahan

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cawan petri, erlenmeyer, gelas beaker, jarum ose, tabung reaksi, rak tabung reaksi, oven, pembakar bunsen, timbangan, inkubator, hot plate stirrer, water bath shaker, micropipet, tip, autoclave, laminar air flow, pH meter dan spektrofotometer.

2. Bahan


(28)

15

jagung, Agar bacteriological, alkohol 70%, aquades, Xylan beechwood 0,5%, buffer (sitrat, fosfat,Tris-HCl ), spritus, reagen DNS , congo red, gula xilosa (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unila), isolat bakteri uji Bacillus sp. (koleksi Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Unila), dan media modifikasi Mandels dan Reese (Tabel 2) (Mandels dan Reese, 1956).

Tabel 2. Media Mandels yang dimodifikasi dan Media Mandels dan Reese

No Bahan Mandels dan Reese

(%)

Modifikasi Mandels dan Reese (%)

1 Protease peptone 0,1 -

2 CaCl2 0,03 -

3 Urea 0,03 -

4 NaCl 0,14 0,2

5 KH2PO4 0,2 0,245

6 MgSO4.7H2O 0,00003 0,035

7 (NH4)2SO4 0,14 0,175

8 FeSO4.7H2O 0,0005 -

9 ZnC1 0,00017 -

10 MnSO4.H2O 0,00016 -

11 Xilan - 0,5

12 Cellulose 0,001 -

13 Yeast Extract - 0,35


(29)

16

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara deskriptif dengan tiga faktor yang diamati yaitu suhu pada 30oC, 400C,500C, 600C, 700C , 800C, dan 900C pH buffer 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 serta lama penyimpanan terhadap kestabilan enzim yaitu pada 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 jam dengan tiga kali pengulangan. Besarnya aktivitas enzim ditentukan berdasarkan gula reduksi yang terbentuk. Kandungan gula reduksi diketahui dengan metode DNS dan dideteksi dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 575 nm.

1. Pembuatan Media Peremajaan

Media peremajaan di buat berdasarkan modifikasi Mandels dan Reese (Tabel 2) yang ditambahkan dengan agar 1,5% dari volume aquades kemudian dimasukkan aquades dengan volume 100 mL ke dalam gelas beaker 500 mL. Bahan-bahan tersebut dihomogenkan dan dipanaskan menggunakan hot plate stirer lalu dipindahkan ke dalam erlenmeyer di beri sumbat dan dilapisi alumunium foil. Media disterilisasi pada suhu 121o C dan tekanan 2 atm selama 15 menit. Dalam keadaan cair media dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian di miringkan diamkan sampai media padat.

2. Peremajaan Bacillus sp (Media Miring)


(30)

17

stok isolat secara aseptis dan diinokulasikan pada media miring yang terdiri dari media modifikasi Mandels dan Reese ditambah agar bacteriological 1,5% dan 0,5% xylan beechwood di dalam tabung reaksi yang steril. Isolat kemudian diinkubasi pada suhu 39oC selama 12 jam.

3. Pembuatan Media Produksi Enzim (modifikasi Mandels dan Reese)

Media produksi enzim di buat berdasarkan modifikasi Mandels dan Reese (Tabel 2) dengan volume 100 mL aquades dimasukkan ke dalam gelas beaker 500 mL. Selanjutnya dihomogenkan dan dipanaskan menggunakan hot plate stirer, lalu pindahkan ke dalam erlenmeyer beri sumbat pada erlenmeyer dan dilapisi dengan alumunium foil. Kemudian di sterilisasi pada suhu 121o C dan tekanan 2 atm selama 15 menit.

4. Uji Kualitatif Xilanolitik Bacillus sp

Satu ose bakteri Bacillus sp diinokulasikan ke dalam cawan petri berisi media modifikasi Mandels dan Reese yang ditambahkan agar. Setelah diinokulasi, cawan petri yang sudah di bungkus dengan kertas diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam. Setelah 24 jam, dilakukan penyiraman pada media yang telah ditumbuhi bakteri menggunakan


(31)

18

larutan congo red 1 % rendam selama 15 menit, kemudian cuci menggunakan NaCl 0,1%. Zona jernih yang terbentuk menandakan Bacillus sp mempunyai aktivitas xilanolitik.

5. Penentuan Lama Waktu Inkubasi Untuk Mendapatkan Aktivitas tertinggi Enzim Xilanase

Untuk mendapatkan aktivitas tertinggi dari enzim xilanase yang dihasilkan oleh bakteri perlu dilakukan pengujian lama waktu

inkubasi. Lama waktu inkubasi terbaik akan digunakan dalam proses pembuatan stater dan produksi enzim. Erlenmeyer volume 250 mL diisi dengan 45 mL media stater bakteri, kemudian dimasukkan Bacillus sp sebanyak 1 ose, lalu diinkubasi dengan menggunakan waterbath shaker selama 24 jam, pada suhu 39o C. Setelah 24 jam stater bakteri yang sudah dibuat diambil 5 ml (10% dari jumlah media produksi yang digunakan) kemudian inkubasi pada suhu 39o C. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ditetapkan dengan cara pengambilan sample setiap 6 jam sekali pada jam 6, 12, 16, 24, dan ke-30 jam. Aktivitas enzim ditentukan dengan mengukur gula reduksi yang diikat oleh DNS (Tabel.3). Gula reduksi yang telah terbentuk dideteksi menggunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 575 nm. Setelah dilakukan pengukuran dapat diketahui waktu


(32)

19

6. Pengujian Gula Standar Xilosa Dengan Metode Bernfeld (1955)

Larutan standar xilosa dibuat pada konsetrasi 0 µg/mL, 100 µg/mL, 200 µg/mL, 300 µg/mL, 400 µg/mL, dan 500 µg/mL. Pengujian gula standar dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Pengujian gula standar xilosa

Bahan (mL)

Xil-0 (g/ml)

Xil-100

g/ml

Xil-200

g /ml

Xil-300

g /ml

Xil- 400

g /ml

Xil-500

g /ml Gula

Standar 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Larutan

Buffer* 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5

Larutan

DNS 1 1 1 1 1 1

Larutan dipanaskan dalam air mendidih selama 15 menit

Larutan didinginkan di air dingin selama 20 menit, kemudian dianalisis menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 575 nm

*0,5% xylan beechwood dalam buffer sitrat pH 6 0,05 M

Sumber : Sumardi dan Ekowati (2013)

Nilai absorbansi yang telah didapatkan digunakan untuk

menentukan kadar xilosa dengan rumus persamaan regresi linier Y = bx+a nilai a dan b diperoleh setelah dilakukan pengukuran gula standar sedangkan Y merupakan nilai absorbansi yang dihasilkan dari pengukuran pada panjang gelombang 575 nm dan x adalah kadar


(33)

20

xilosa yang dihasilkan. Setelah mendapatkan nilai absorbansi gula standar, untuk mendapatkan nilai a dan b dapat dilakukan perhitungan menggunakan rumus berikut:

b = [nƩxy - ƩxƩy] : [nƩx2 - (Ʃx)2] a = [Ʃy - bƩx] : n

Keterangan : n = Jumlah sampel x = Kadar gula y = Nilai absorbansi

7. Pembuatan Starter Bakteri

Bacillus sp. dalam media miring umur 12 jam diinokulasikan

menggunakan jarum ose ke dalam erlenmeyer berukuran 100 mL yang berisi 20 mL media produksi. Kemudian diinkubasi dengan

menggunakan waterbath shaker dengan kecepatan 100 rpm dengan suhu 39oC selama 12 jam.

8. Produksi Enzim

Proses produksi enzim dilakukan dengan cara mengambil 2 ml (10% dari media produksi) starter bakteri Bacillus sp dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 mL yang berisi 18 mL media modifikasi Mandels dan Reese steril. Lalu kultur diinkubasi selama 12 jam pada


(34)

21

waterbath shaker dengan suhu 39o C. Setelah masa inkubasi, dilakukan sentrifugasi selama 3 menit dengan kecepatan 1000 rpm. Supernatan yang diperoleh merupakan ekstrak kasar xilanase yang digunakan untuk pengujian karakteristik enzim xilanase.

9. Pengujian Aktivitas Enzim Xilanase

Penenetuan aktivitas enzim dilakukan berdasarkan kadar xilosa yang dihasilkan. Pengukuran kadar xilosa dilakukan dengan menggunakan metode DNS dengan langkah – langkah yang terdapat pada tabel 4.

Tabel 4. Pengujian aktivitas enzim xilanase

Bahan Kontrol Uji

Enzim - 0,5 mL

0,5% xylan beechwood dalam

buffer 0,05 M 0,5 mL 0,5 mL

Larutan diinkubasi (suhu optimum dan suhu 40 oC) selama 30 menit Dimasukkan dalam air dingin

Larutan DNS 1 mL 1 mL

Enzim 0,5 mL -

Larutan dipanaskan dalam air mendidih selama 15 menit Larutan didinginkan di air dingin selama 20 menit, kemudian dilakukan pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometer dengan panjang

gelombang 575 nm


(35)

22

Penentuan aktivitas enzim xilanase per unit dapat ditentukan dengan rumus :

Aktivitas Enzim (U/mL) = kadar xilosa (µg) x faktor pengenceran BM Xilosa x waktu inkubasi

Aktivitas Enzim Relatif (%) = Aktifitas enzim yang diperoleh (U/ml) Aktivitas enzim optimum (U/ml) Keterangan = BM xilosa : 150,13 g/mol

Wakti inkubasi : 30 menit Kadar xilosa : x µg/mol

10. Karakterisasi Enzim Xilanase

a. Pengaruh Suhu Terhadap Aktivitas Enzim Xilanase

Penentuan suhu inkubasi optimum enzim xilanase dilakukan dengan menginkubasi 0,5 mL ekstrak kasar enzim dan 0,5mL 0,5% xylan beechwood dalam buffer sitrat 0,05 M pada suhu 30 o

C, 40 oC, 50 oC , 60 oC , 70 oC , 80 oC, dan 90 oC selama 30 menit. Setelah 30 menit, ditambakan 1 mL larutan DNS dan dipanaskan dalam air mendidih selama 15 menit. Kemudian didinginkan dalam wadah berisi air dingin selama 20 menit. Dilakukan pengukuran absorbansi menggunakan spektrofotometer pada λ 575 nm.


(36)

23

b. Pengaruh pH Terhadap Aktivitas Enzim Xilanase

Penentuan suhu inkubasi optimum enzim xilanase dilakukan dengan menginkubasi 0,5 mL ekstrak kasar enzim dan 0,5mL 0,5% xylan beechwood dalam buffer 0,05 M pada suhu optimum dan suhu 40 oC selama 30 menit. Untuk pengujian pH optimum pelarutan 0,5% xylan beechwood dilakukan dalam buffer yang memiliki pH yang berbeda. Buffer yang digunakan, yaitu buffer sitrat pH 4, 5, dan 6, bufer fosfat pH 7, dan bufer Tris-HCl pH 8 dan 9. Setelah 30 menit, ditambakan 1mL larutan DNS dan dipanaskan dalam air mendidih selama 15 menit. Kemudian didinginkan dalam wadah berisi air dingin selama 20 menit. Dilakukan pengukuran absorbansi menggunakan

spektrofotometer pada λ 575 nm.

c. Pengaruh Lama Waktu Penyimpanan Terhadap Kestabilan Enzim

Ekstrak kasar enzim yang telah dihasilkan selanjutnya disimpan pada suhu optimum dan 40 oC. Pengujian terhadap lama penyimpanan dilakukan pada 5 variasi waktu yang terdiri dari 0, 1, 2, 3, 4, dan 5 jam. Setelah dilakukan penyimpanan dilakukan pengujian aktivitas enzim (tabel. 4) dengan menggunakan suhu optimum dan suhu 40 oC sebagai suhu inkubasi dan pH buffer optimum dalam melarutkan 0,5% xylan beechwood.


(37)

24

D. Diagram Alir

Bacilus sp

Peremajaan Bacillus sp menggunakan media Mandels dan Reese dan agar Inkubasi selama 12 jam

Uji Kualitatif Xilanolitik Bacillus sp Inkubasi selama 12 jam

Ada Tidak

Penentuan Waktu Inkubasi Optimum

Uji Aktivitas Enzim dengan Metode DNS

Karakterisasi Enzim Xilanase

Uji Aktivitas Enzim dengan Metode DNS

Suhu Optimum

Uji Aktivitas Enzim dengan Metode DNS

pH Optimum Lama Waktu Penyimpanan

Uji Aktivitas Enzim dengan Metode DNS


(38)

32

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa : 1. Bacillus sp memiliki aktivitas relatif enzim maksimum pada suhu 70oC. 2. Pada suhu 70oC aktivitas enzim xilanase tertinggi pada pH 5, sedangkan

pada suhu 40oC aktivitas enzim maksimum pada pH 7.

3. Enzim xilanase setelah waktu penyimpanan 5 jam masih dalam keadaan stabil pada suhu 40oC, namun pada penyimpanan di suhu 70oC enzim xilanase mengalami penurunan aktivitas relatif enzim hingga 99% setelah 5 jam penyimpanan.

B. Saran

Enzim xilanase dari Bacillus sp yang berasal dari saluran pencernaan ayam dapat diaplikasikan pada bidang industri pada suhu 70oC dengan pH 5 dan pada suhu 40oC dengan pH 7. Pada penelitian lama waktu penyimpanan tidak didapatkan lama waktu penyimpanan terbaik, sehingga perlu dilakukan


(39)

33

penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan lama waktu penyimpanan terbaik terhadap kestabilan aktivitas enzim.


(40)

34

DAFTAR PUSTAKA

Akhdiya, A. 2003. Isolasi Bakteri Penghasil Enzim Protease Alkalin Termostabil. Buletin Plasma Nutfah 9(2): 38 - 44.

Andriyetni. 2006. Dinamika Populasi Mikroba dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batu Bara dengan Sludge selama Proses Bioremediasi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Bahagiawati, 2002. Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai Bioinsektisida. Buletin AgroBio 5(1):21 - 28.

Barbosa C, G.V., Ortega R, E., Juliano P., dan Yan, H. 2005. Food Powder Physical Properties, Processing, and Fungctionality. Kluwer Academic/Plenum Publisher. New York.

Budiman, A. dan Setyawan, S. 2010. Pengaruh Konsentrasi Substrat, Lama Inkubasi dan pH dalam Proses Isolasi Enzim Xylanase dengan Menggunakan Media Jerami padi. Jurnal Teknik Kimia 11: 1 - 11. Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G. 2002. Biology, Fifth edition.

Erlangga. Jakarta.

Fawzya, N. Y., Prima, R. E., Mangunwardoyo, W., Munifah, I., dan Patantis, G. 2013. Produksi dan Karakterisasi Enzim Xilanase dari Isolat Bakteri M – 13.2A Asal Air Laut Manado. JPB Kelautan dan Perikanan 8(1): 55 - 64. Febrianti, N. T,. Sutrisno, dan Purwonugroho, D. 2014. Penentuan Waktu

Fermentasi Optimum Produksi Xilanase dari Trichoderma viride

Menggunakan Substrat Kulit Apel dan Klobot Jagung dengan Fermentasi Semi Padat. Kimia.StudentJournal, 1(2): 168 - 174.

Gupta, N., Reddy, V.S., Maiti, S. dan Ghosh, A. 2000.“Cloning Expression and

Sequence Analysis of the Gene Enconding the Alkali-Stable,

Thermostable Endoxylanasefrom Alkalophilic, Mesophilic Bacillus sp. Strain NG-27”.Appl. Environ. Microbiol. 66(6): 2631 - 2635.


(41)

35

Habibie, M. F., Wardani, A. K., dan Nurcholis, M. 2014. Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Termofilik Penghasil Xilanase. Jurnal Pangan dan Agroindustri 2(4): 231 - 238.

Hames, P. D. dan Hooper, N. M., 2000. Biochemistry : The Instant Notes, Ed. Ke-2. Springer-Verlag. Hongkong.

Hatmanti. 2000. Pengenalan Bacillus spp. Oseana. 25(1): 31 - 41. Hayati, 2008. Produksi dan Karakterisasi Enzim Amilase dari Bacillus

amyloliquefaciens, Fukomoto pada Substrat Tapioka. Tesis. Universitas Andalas. Padang.

Isya, I.M., Roosdiana, M., dan Sutrisno. 2014. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kestabilan Enzim Xilanase Amobil dalam Kitosan. Kimia.StudentJournal, 2(1): 333-339.

Khandeparker, R., Verma, P., dan Deobagkar, D. 2011. A novel halotolerant xylanase from marine isolate Bacillus subtilis cho40: gene cloning and sequencing. New Biotechnology. 6(28): 814 - 82.

Khaeruni dan Gusnawaty. 2012. Penggunaan Bacillus spp sebagai Agens

Biokontrol Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Cabai. Jurnal Agroteknos. 2(3): 182 - 189.

Kosim, M., dan Putra, S. Y. 2009. Pengaruh Suhu pada Protease dari Bacillus subtilis. Prosiding Skripsi Semester Genap 2009-2010 SK - 091304. Mamo, G. Delgado, O. Martinez, A. Mattiasson, B. Hatti. R. K. 2006.

Cloning, Sequence Analysis, and Expression of a Gene Encoding an Endoxylanase from Bacillus halodurans S7. Mol Biotechnol. 33(2):149 - 59.

Mandels, M., dan Reese, E.T. 1956. Induction Of Cellulase in Trichoderma viride as Influenced by Carbon Source and Metals. 73: 269-278.

Meryandini, A., Widhyastuti, N., dan Lestari, Y. 2008. Pemurnian dan

Karakterisasi Xilanase Streptomyces sp. SKK1-8. Makara, Sains, 12(2): 55-60.

Muawanah, A. 2006. Produksi Enzim Xilanase Termostabil Thermomyces lanuginosusIFO 150 pada Bagasse Tebu.Tesis Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Rodwell,V.W. 2003. Biokimia

Harper. Terj. Harper’sbiochemistry. Penerbit buku kedokteran EGC,


(42)

36

Nareswari. 2007. Enzim Xilanase Bacillus licheniformis AQ1: Pemekatan, Studi Termostabilitas, dan Zimogram. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pangesti, N. W. I., Pangastuti, A., dan Retnaningtyas, E. 2012. Pengaruh

Penambahan Molase Pada Produksi Enzim Xilanase Oleh Fungi

Aspergillus niger Dengan Substrat Jerami Padi. Bioteknologi 9(2): 41-48. Prima, R. E. 2012. Produksi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim Xilanase dari Actinobacter baumanii M-13. 2A. Skripsi. Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. Jakarta. Puspitasari, F. D., Shovitri, M., dan Kuswytasari, N. D. 2012. Isolasi dan

Karakterisasi Bakteri Aerob Proteolitik dari Tangki Septik. Jurnal Sains dan Seni ITS 1(1): E1 - E4.

Richana, N., Irawadi, T. T., Nur, A., dan Syamsu, K. 2008. Isolasi Identifikasi Bakteri Penghasil Xilanase serta Karakterisasi Enzimnya. Jurnal AgroBiogen 4(1): 24-34.

Richana, N. 2002. Produksi dan prospek enzim xilanase dalam pengembangan bioindustri di Indonesia. Buletin AgroBio 5(1): 29-36.

Rodiah, S. 2014. Uji Viabilitas Bakteri Amilolitik Dari Inokulum Probiotik Untuk Pakan Ternak Pada Berbagai Jenis Kemasan. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sekatresna, W., Dharma, A., Periadnadi. 2008. Produksi dan Penentuan Kondisi Optimum Enzim Xilanase Bacillus amyloliquefaciens Fukomoto pada Substrat Xilan Jerami. J. Ris. Kim. 2(1) : 74 - 80.

Septiningrum. 2007. Penapisan Isolat Bacillus spp. Penghasil Xilanase dan Karakterisasi Xilanase dari Isolat yang Terpilih (Bacillus circulans). Tesis. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Septiningrum dan Apriana. 2011. Produksi Xilanase Dari Tongkol Jagung dengan Sistem Bioproses Menggunakan Bacillus circulans Untuk Pra-Pemutihan Pulp. Jurnal Riset Industri 5(1): 87-97.

Setyawati. 2006. Produksi Dan Karakterisasi Xilanase Mikroba Yang Diisolasi Dari Tongkol Jagung. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Seyis dan Aksoz. 2005. Xylanase Production from Trichoderma harzianum 1073 D3with Alternative Carbon and Nitrogen Sources. Xylanase Production from Trichoderma harzianum, Food Technol. Biotechnol. 43(1): 37–40.


(43)

37

Siahaan, H. M. 2003. Karakterisasi Xilanase Termostabil Dari Isolat Bacillus spp. Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Simanjuntak, M. R., Devi, S., dan Dahliaty A. 2013. Optimalisasi Suhu dan Waktu Produksi Enzim Selulase dari Bakteri Selulolitik Strain Lokal S-16. Karya Ilmiah Universitas Riau. Riau.

Singleton dan Sainsbury. 2001. Dictionary of Biology and Molecular Biology, 3th edition, John Wiley & Sons ltd, Baffins Lane, Chichester West Sussex PO19 IUD. UK.

Soeka, Y. S., Rahayu, S. H., Setianingrum, N., dan Naiola. E. 2011. Kemampuan Bacillus licheniformis dalam Memproduksi Enzim Protease yang Bersifat Alkalin dan Termofilik. Artikel Media Litbang Kesehatan 21(2): 89 - 95. Sukmana, E. M. Sutrisno. Roosdiana, A. 2014. Pengaruh Suhu dan Lama

Penyimpanan terhadap Kestabilan Enzim Xilanase dari Trichoderma viride. Kimia.StudentJournal, 2(1): 340 - 344.

Sutarma. 2000. Kultur Media Bakteri. Temu Teknis Fungsional non Peneliti. 52-57.

Subramaniyan dan Prema. 2002. Biotechnology of Microbial Xylanases: Enzymology, Molecular Biology and Application. Critical Reviews in Biotechnology 22 (1): 33 - 46.

Sumardi Dr. dan Ekowati Dra.. 2013. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Lanjut. Universitas Lampung. Lampung.

Sumardjo. 2009. Pengantar Kimia. Buku Kedokteran EGC. Jakrata. Taylor. 2001. Microorganism and Biotechnology Second Edition. Nelson

Thornes Ltd. United Kingdom.

Tranggono dan Sutardi. 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. PAU Pangandan Gizi. UGM Press. Yogyakarta.

Trismillah dan Lutfi. 2009. Pengaruh pH terhadap proses Ultrafikasi Xilanase. Jurnal Sains Dan Teknologi Indonesia. 11(2): 76-83.

Trismilah dan Sumaryanto. 2000 Pemanfaatan Kulit Pisang sebagai Sumber Karbon oleh Bacillus stearothermophillus DSM 22 untuk produksi Enzim Xilanase, hlm 403-410. Seminar Nasional Industri Enzim dan Teknologi II. Jakarta, 15-16 Februari 2000.


(44)

38

Vanadianingrum. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Xilanase dari Cairan Rumen Kambing dan & Domba dan Sumber Air Panas. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Whitman. 2009. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology Second Edition Volume three The Firmicutes. Springer Dordrecht Heidelberg. New York. Wu, S., Liu, B., Zhang, X. 2006. Characterization of a Recombinant

Thermostable Xylanase from deep-sea Thermophilic Geobacillus sp. MT-1 in East Pacific. Appl Microbiol Biotechnol. 72(6):MT-12MT-10-6.

Wuryanti. 2004. Isolasi dan Penentuan Aktivasi Spesifik Enzim Bromelin dari Buah Nanas (Ananas comosus L.). Artikel: JKSA, 7(3) : 83-87


(1)

penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan lama waktu penyimpanan terbaik terhadap kestabilan aktivitas enzim.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Akhdiya, A. 2003. Isolasi Bakteri Penghasil Enzim Protease Alkalin Termostabil. Buletin Plasma Nutfah 9(2): 38 - 44.

Andriyetni. 2006. Dinamika Populasi Mikroba dalam Campuran Tanah Bekas Tambang Batu Bara dengan Sludge selama Proses Bioremediasi. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Bahagiawati, 2002. Penggunaan Bacillus thuringiensis sebagai Bioinsektisida. Buletin AgroBio 5(1):21 - 28.

Barbosa C, G.V., Ortega R, E., Juliano P., dan Yan, H. 2005. Food Powder Physical Properties, Processing, and Fungctionality. Kluwer Academic/Plenum Publisher. New York.

Budiman, A. dan Setyawan, S. 2010. Pengaruh Konsentrasi Substrat, Lama Inkubasi dan pH dalam Proses Isolasi Enzim Xylanase dengan Menggunakan Media Jerami padi. Jurnal Teknik Kimia 11: 1 - 11. Campbell, N.A., Reece, J.B., dan Mitchell, L.G. 2002. Biology, Fifth edition.

Erlangga. Jakarta.

Fawzya, N. Y., Prima, R. E., Mangunwardoyo, W., Munifah, I., dan Patantis, G. 2013. Produksi dan Karakterisasi Enzim Xilanase dari Isolat Bakteri M – 13.2A Asal Air Laut Manado. JPB Kelautan dan Perikanan 8(1): 55 - 64. Febrianti, N. T,. Sutrisno, dan Purwonugroho, D. 2014. Penentuan Waktu

Fermentasi Optimum Produksi Xilanase dari Trichoderma viride

Menggunakan Substrat Kulit Apel dan Klobot Jagung dengan Fermentasi Semi Padat. Kimia.StudentJournal, 1(2): 168 - 174.

Gupta, N., Reddy, V.S., Maiti, S. dan Ghosh, A. 2000.“Cloning Expression and Sequence Analysis of the Gene Enconding the Alkali-Stable,

Thermostable Endoxylanasefrom Alkalophilic, Mesophilic Bacillus sp. Strain NG-27”.Appl. Environ. Microbiol. 66(6): 2631 - 2635.


(3)

Habibie, M. F., Wardani, A. K., dan Nurcholis, M. 2014. Isolasi dan Identifikasi Mikroorganisme Termofilik Penghasil Xilanase. Jurnal Pangan dan Agroindustri 2(4): 231 - 238.

Hames, P. D. dan Hooper, N. M., 2000. Biochemistry : The Instant Notes, Ed. Ke-2. Springer-Verlag. Hongkong.

Hatmanti. 2000. Pengenalan Bacillus spp. Oseana. 25(1): 31 - 41. Hayati, 2008. Produksi dan Karakterisasi Enzim Amilase dari Bacillus

amyloliquefaciens, Fukomoto pada Substrat Tapioka. Tesis. Universitas Andalas. Padang.

Isya, I.M., Roosdiana, M., dan Sutrisno. 2014. Pengaruh Suhu dan Lama Penyimpanan Terhadap Kestabilan Enzim Xilanase Amobil dalam Kitosan. Kimia.StudentJournal, 2(1): 333-339.

Khandeparker, R., Verma, P., dan Deobagkar, D. 2011. A novel halotolerant xylanase from marine isolate Bacillus subtilis cho40: gene cloning and sequencing. New Biotechnology. 6(28): 814 - 82.

Khaeruni dan Gusnawaty. 2012. Penggunaan Bacillus spp sebagai Agens

Biokontrol Untuk Mengendalikan Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Cabai. Jurnal Agroteknos. 2(3): 182 - 189.

Kosim, M., dan Putra, S. Y. 2009. Pengaruh Suhu pada Protease dari Bacillus subtilis. Prosiding Skripsi Semester Genap 2009-2010 SK - 091304. Mamo, G. Delgado, O. Martinez, A. Mattiasson, B. Hatti. R. K. 2006.

Cloning, Sequence Analysis, and Expression of a Gene Encoding an Endoxylanase from Bacillus halodurans S7. Mol Biotechnol. 33(2):149 - 59.

Mandels, M., dan Reese, E.T. 1956. Induction Of Cellulase in Trichoderma viride as Influenced by Carbon Source and Metals. 73: 269-278.

Meryandini, A., Widhyastuti, N., dan Lestari, Y. 2008. Pemurnian dan

Karakterisasi Xilanase Streptomyces sp. SKK1-8. Makara, Sains, 12(2): 55-60.

Muawanah, A. 2006. Produksi Enzim Xilanase Termostabil Thermomyces lanuginosusIFO 150 pada Bagasse Tebu.Tesis Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Murray, R.K., Granner, D.K., Mayes, P.A., dan Rodwell,V.W. 2003. Biokimia

Harper. Terj. Harper’sbiochemistry. Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta.


(4)

Nareswari. 2007. Enzim Xilanase Bacillus licheniformis AQ1: Pemekatan, Studi Termostabilitas, dan Zimogram. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pangesti, N. W. I., Pangastuti, A., dan Retnaningtyas, E. 2012. Pengaruh

Penambahan Molase Pada Produksi Enzim Xilanase Oleh Fungi

Aspergillus niger Dengan Substrat Jerami Padi. Bioteknologi 9(2): 41-48. Prima, R. E. 2012. Produksi dan Karakterisasi Ekstrak Kasar Enzim Xilanase dari Actinobacter baumanii M-13. 2A. Skripsi. Departemen Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia. Jakarta. Puspitasari, F. D., Shovitri, M., dan Kuswytasari, N. D. 2012. Isolasi dan

Karakterisasi Bakteri Aerob Proteolitik dari Tangki Septik. Jurnal Sains dan Seni ITS 1(1): E1 - E4.

Richana, N., Irawadi, T. T., Nur, A., dan Syamsu, K. 2008. Isolasi Identifikasi Bakteri Penghasil Xilanase serta Karakterisasi Enzimnya. Jurnal AgroBiogen 4(1): 24-34.

Richana, N. 2002. Produksi dan prospek enzim xilanase dalam pengembangan bioindustri di Indonesia. Buletin AgroBio 5(1): 29-36.

Rodiah, S. 2014. Uji Viabilitas Bakteri Amilolitik Dari Inokulum Probiotik Untuk Pakan Ternak Pada Berbagai Jenis Kemasan. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sekatresna, W., Dharma, A., Periadnadi. 2008. Produksi dan Penentuan Kondisi Optimum Enzim Xilanase Bacillus amyloliquefaciens Fukomoto pada Substrat Xilan Jerami. J. Ris. Kim. 2(1) : 74 - 80.

Septiningrum. 2007. Penapisan Isolat Bacillus spp. Penghasil Xilanase dan Karakterisasi Xilanase dari Isolat yang Terpilih (Bacillus circulans). Tesis. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Septiningrum dan Apriana. 2011. Produksi Xilanase Dari Tongkol Jagung dengan Sistem Bioproses Menggunakan Bacillus circulans Untuk Pra-Pemutihan Pulp. Jurnal Riset Industri 5(1): 87-97.

Setyawati. 2006. Produksi Dan Karakterisasi Xilanase Mikroba Yang Diisolasi Dari Tongkol Jagung. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Seyis dan Aksoz. 2005. Xylanase Production from Trichoderma harzianum 1073 D3with Alternative Carbon and Nitrogen Sources. Xylanase Production from Trichoderma harzianum, Food Technol. Biotechnol. 43(1): 37–40.


(5)

Siahaan, H. M. 2003. Karakterisasi Xilanase Termostabil Dari Isolat Bacillus spp. Skripsi. Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut

Pertanian Bogor. Bogor.

Simanjuntak, M. R., Devi, S., dan Dahliaty A. 2013. Optimalisasi Suhu dan Waktu Produksi Enzim Selulase dari Bakteri Selulolitik Strain Lokal S-16. Karya Ilmiah Universitas Riau. Riau.

Singleton dan Sainsbury. 2001. Dictionary of Biology and Molecular Biology, 3th edition, John Wiley & Sons ltd, Baffins Lane, Chichester West Sussex PO19 IUD. UK.

Soeka, Y. S., Rahayu, S. H., Setianingrum, N., dan Naiola. E. 2011. Kemampuan Bacillus licheniformis dalam Memproduksi Enzim Protease yang Bersifat Alkalin dan Termofilik. Artikel Media Litbang Kesehatan 21(2): 89 - 95. Sukmana, E. M. Sutrisno. Roosdiana, A. 2014. Pengaruh Suhu dan Lama

Penyimpanan terhadap Kestabilan Enzim Xilanase dari Trichoderma viride. Kimia.StudentJournal, 2(1): 340 - 344.

Sutarma. 2000. Kultur Media Bakteri. Temu Teknis Fungsional non Peneliti. 52-57.

Subramaniyan dan Prema. 2002. Biotechnology of Microbial Xylanases: Enzymology, Molecular Biology and Application. Critical Reviews in Biotechnology 22 (1): 33 - 46.

Sumardi Dr. dan Ekowati Dra.. 2013. Penuntun Praktikum Mikrobiologi Lanjut. Universitas Lampung. Lampung.

Sumardjo. 2009. Pengantar Kimia. Buku Kedokteran EGC. Jakrata. Taylor. 2001. Microorganism and Biotechnology Second Edition. Nelson

Thornes Ltd. United Kingdom.

Tranggono dan Sutardi. 1990. Biokimia dan Teknologi Pasca Panen. PAU Pangandan Gizi. UGM Press. Yogyakarta.

Trismillah dan Lutfi. 2009. Pengaruh pH terhadap proses Ultrafikasi Xilanase. Jurnal Sains Dan Teknologi Indonesia. 11(2): 76-83.

Trismilah dan Sumaryanto. 2000 Pemanfaatan Kulit Pisang sebagai Sumber Karbon oleh Bacillus stearothermophillus DSM 22 untuk produksi Enzim Xilanase, hlm 403-410. Seminar Nasional Industri Enzim dan Teknologi II. Jakarta, 15-16 Februari 2000.


(6)

Vanadianingrum. 2008. Isolasi dan Karakterisasi Bakteri Penghasil Xilanase dari Cairan Rumen Kambing dan & Domba dan Sumber Air Panas. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Whitman. 2009. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology Second Edition Volume three The Firmicutes. Springer Dordrecht Heidelberg. New York. Wu, S., Liu, B., Zhang, X. 2006. Characterization of a Recombinant

Thermostable Xylanase from deep-sea Thermophilic Geobacillus sp. MT-1 in East Pacific. Appl Microbiol Biotechnol. 72(6):MT-12MT-10-6.

Wuryanti. 2004. Isolasi dan Penentuan Aktivasi Spesifik Enzim Bromelin dari Buah Nanas (Ananas comosus L.). Artikel: JKSA, 7(3) : 83-87