Aplikasi Mikrokapsul Probiotik Bacillus Np5 Dan Prebiotik Mannanoligosakarida Untuk Pencegahan Streptococcosis Pada Ikan Nila.

(1)

APLIKASI MIKROKAPSUL PROBIOTIK Bacillus NP5 DAN

PREBIOTIK MANNANOLIGOSAKARIDA UNTUK

PENCEGAHAN STREPTOCOCCOSIS PADA IKAN NILA

LUKMAN ANUGRAH AGUNG

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul : Aplikasi Mikrokapsul Probiotik Bacillus NP5 dan Prebiotik Mannanoligosakarida untuk Pencegahan Streptococcosis pada Ikan Nila adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2015

Lukman Anugrah Agung


(3)

RINGKASAN

LUKMAN ANUGRAH AGUNG. Aplikasi Mikrokapsul Probiotik Bacillus NP5 dan Prebiotik Mannanoligosakarida untuk Pencegahan Streptococcosis pada Ikan Nila. Dibimbing oleh WIDANARNI dan MUNTI YUHANA

Streptococcus agalactiae merupakan patogen penyebab penyakit

streptococcosis pada ikan nila. Penyakit streptococcosis dapat menyebabkan kematian massal ikan nila dalam waktu yang singkat. Salah satu cara untuk pengendalian penyakit streptococcosis adalah dengan pemberian probiotik, prebiotik dan sinbiotik. Namun, penggunaan kultur segar probiotik memiliki beberapa kelemahan diantaranya yaitu viabilitas yang cepat menurun selama penyimpanan sehingga diperlukan teknik untuk mempertahankan viabilitas probiotik tersebut dalam jangka waktu yang lama, yaitu dengan mikroenkapsulasi probiotik.

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 secara tunggal mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan, sistem imun, dan resistensi ikan nila yang diinfeksi S. agalactiae. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian sinbiotik (gabungan antara probiotik dan prebiotik) menunjukkan hasil yang lebih baik daripada pemberian probiotik dan prebiotik secara tunggal. Namun penelitian yang mengevaluasi tentang pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5, prebiotik MOS, dan sinbiotik belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5, prebiotik MOS, dan gabungan keduanya (sinbiotik) yang diberikan melalui pakan terhadap kinerja pertumbuhan, sistem imun, dan resistensi ikan nila yang diinfeksi S. agalactiae. Perlakuan yang diberikan meliputi pemberian pakan komersial dengan kadar protein 30% yang telah dicampur dengan mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 dosis 0.5% (perlakuan A), prebiotik MOS dosis 0.4% (perlakuan B) dan sinbiotik (gabungan mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 dosis 0.5% dan prebiotik MOS dosis 0.4%) (perlakuan C) selama 40 hari, sedangkan pada perlakuan kontrol negatif (KN) dan kontrol positif (KP) diberikan pakan komersial (protein 30%). Pemberian pakan dilakukan secara at satiation. Pada hari ke-40, ikan diinfeksi dengan S. agalactiae

dosis 0.1 mL (106 CFU/mL) secara intraperitoneal, kecuali pada kontrol negatif (KN), selanjutnya ikan dipelihara selama 10 hari. Parameter yang diukur pada penelitian ini yaitu tingkat kelangsungan hidup (TKH), laju partumbuhan harian (LPH), rasio konversi pakan (RKP), total bakteri dan total Bacillus NP5 RfR di usus ikan uji (hari ke-0 dan hari ke-40), TKH ikan nila setelah uji tantang, total eritrosit (TE), kadar hematokrit (Ht), kadar hemoglobin (Hb), total leukosit (TL), aktivitas fagositosis (AF) dan aktivitas respiratory burst (RB) hari ke-0 dan ke-40 (sebelum uji tantang) dan hari ke-43, 46, dan 50 (setelah uji tantang), serta total S.

agalactiae pada organ target ikan uji (otak, mata, ginjal, dan hati) sebelum uji

tantang pada hari ke-0, dan setelah uji tantang pada hari ke-45 dan ke-50.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup ikan nila setelah pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 (A), prebiotik MOS (B), sinbiotik (C), kontrol negatif (KN), dan kontrol positif (KP) selama 40 hari berkisar antara 96.67-100%. Pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5, prebiotik MOS, dan sinbiotik mampu meningkatkan laju pertumbuhan harian


(4)

(LPH), dan menunjukkan rasio konversi pakan (RKP) yang lebih rendah daripada kontrol positif (KN) dan kontrol negatif (KP). Total bacterial count meningkat setelah pemberian mikrokapsul probiotik, prebiotik dan sinbiotik selama 40 hari. Total probiotik Bacillus NP5 RfR terdeteksi pada perlakuan A dan C. Pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5, prebiotik MOS, dan sinbiotik mampu meningkatkan kelangsungan hidup ikan nila yang diinfeksi S. agalactiae. TE, Ht, dan Hb ikan nila meningkat pada akhir pemberian pakan (hari ke-40), kemudian mengalami penurunan pada hari ke-43 (3 hari setelah uji tantang) selanjutnya meningkat pada hari ke-46 (6 hari setelah uji tantang) dan ke-50 (10 hari setelah uji tantang). TL, AF dan RB meningkat pada akhir pemberian pakan (hari ke-40) dan hari ke-43, kemudian menurun pada hari ke-46 dan ke-50. Pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5, prebiotik MOS, dan sinbiotik mampu menurunkan jumlah S. agalactiae di organ target. Kesimpulan yang diperoleh yaitu perlakuan mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 (A), prebiotik MOS (B) dan sinbiotik (C) mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan, sistem imun, dan resistensi ikan nila yang diinfeksi S. agalactiae.


(5)

SUMMARY

LUKMAN ANUGRAH AGUNG. Application of Microencapsulated Probiotic

Bacillus NP5 and Prebiotic Mannanoligosaccharide to Prevent Streptococcosis on

Tilapia. Supervised by WIDANARNI and MUNTI YUHANA

Streptococcus agalactiae is pathogenic fish causes streptococcosis disease

in tilapia rapid mass mortality. One method in the prevention of streptococcosis disease is administration of probiotics, prebiotics, and synbiotics. However, the obstacle of fresh culture probiotic application is the low cell viability after a long term storage, therefore the method to maintain viability of probiotics in long term periods is required. One of the method is probiotics microencapsulation by spray drying. Preview studies showed that the administration of probiotic microcapsule

of Bacillus NP5, prebiotic MOS and synbiotic singly, can increased growth

performance, immune system, and resistance of Tilapia against S. agalactiae. Several studies showed that administration of synbiotic (combination of probiotic and prebiotic) were better than the administration of probiotic and prebiotic applied singly. However, studies to evaluate the administration of microencapsulation probiotics Bacillus NP5, prebiotic MOS, and synbiotic are remaining less.

This study aimed to evaluate the effectivenes of supplementation of microencapsulated probiotic (Bacillus NP5 RfR), prebiotic (MOS), and combination of those materials (synbiotic) through the feed on growth performances, immune system, and resistance of tilapia infected with S.

agalactiae. Fish fed on commersial diet (crude protein 30%) containing

microencapsulated probiotic cells of Bacillus NP5 (0.5%), prebiotic MOS (0.4%), and synbiotic (containing microencapsulated probiotic Bacillus NP5 (0.5%) and prebiotic MOS (0.4%) for 40 days except the control treatments, which include the negative and positif controls. On day 40, all fish except the control treatments were challenged with S. agalactiae by intraperitoneally injection in amount of 0.1 mL (106 CFU/mL) and then further reared for 10 days. The observed parameters in this study were including growth performances i.e. survival rate (SR), specific growth rate (SGR) and feed conversion ratio (FCR), total bacterial count and total

Bacillus NP5 RfR count (on day 0 and day 40), survival rate of tilapia after

infection with S. agalactiae, blood profiles. i.e. erythrocyte count (EC), haematocryt (Ht), and haemoglobin (Hb), leukocyt count (LC), phagocityc activity (PA), and respiratory burst activity (RB) on day 0 and day 40 (before challenge test) and day 43, 46, and 50 (after challenge test), and total S. agalactiae

in brain, liver, kydney, and eyes (before challenge test on day 0) and after challenge test (on day 45 and 50).

This study showed that survival rate of tilapia after 40 days administration of probiotics cells of Bacillus NP5 RfR, prebiotics MOS, and synbiotics were amount 96.67-100%. The application of microencapsulated probiotic Bacillus NP5, prebiotic MOS, and synbiotic could increase specific growth rate (SGR) and reduce feed conversion ratio (FCR). Total bacterial count and total probiotic

Bacillus NP5 RfR count increased after application of microencapsulated probiotic

Bacillus NP5 RfR, prebiotic MOS, and synbiotic. The survival rate of tilapia after


(6)

microencapsulated probiotic Bacillus NP5 RfR, prebiotic MOS, and synbiotic. The EC, Hb, and Ht treatment of tilapia increased at the end of feeding trial (on day 40) there where decline in these parameters on day 43, and then further increased on day 46 and 50. The LC, AF and RB treatment of tilapia increased after the end of feeding trial, and increased after the challenge test on day 43, and then decline on day 46 and day 50. Application of microencapsulated probiotic Bacillus NP5 RfR, prebiotic MOS, and synbiotic could reduce total S. agalactie in all target organs. We concluded that application of microencapsulated probiotic Bacillus

NP5, prebiotic MOS and synbiotic were capable of increasing the growth performance, immune system and survival rate of tilapia infected with S. agalactiae.

Key words: microencapsulated probiotic, prebiotic, synbiotic, tilapia, S. agalactiae


(7)

©Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


(8)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Ilmu Akuakultur

APLIKASI MIKROKAPSUL PROBIOTIK Bacillus NP5 DAN

PREBIOTIK MANNANOLIGOSAKARIDA UNTUK

PENCEGAHAN STREPTOCOCCOSIS PADA IKAN NILA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015


(9)

(10)

Judul Tesis : Aplikasi Mikrokapsul Probiotik Bacillus NP5 dan Prebiotik

Mannanoligosakarida untuk Pencegahan Streptococcosis pada Ikan Nila

Nama : Lukman Anugrah Agung NIM : C151130141

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Widanarni, MSi Ketua

Dr Ir Munti Yuhana, MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Ilmu Akuakultur

Dr Ir Widanarni, MSi

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah atas segala karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Aplikasi Mikrokapsul Probiotik Bacillus NP5 dan Prebiotik Mannanoligosakarida untuk Pencegahan Streptococcosis pada Ikan Nila pada Program Studi Ilmu Akuakultur, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Ir. Widanarni, M.Si dan Dr. Munti Yuhana, S.Pi, M.Si sebagai komisi pembimbing, serta Dr. Ir. Tatag Budiardi, M.Si selaku penguji luar komisi yang telah banyak memberi saran dan masukan dalam penyelesaian tesis ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu, Bapak, Nenek, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2015


(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vii

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan dan Manfaat 2

Hipotesis 2

2 METODE PENELITIAN 3

Waktu dan Tempat 3

Prosedur Penelitian 3

Persiapan mikrokapsul probiotik, prebiotik, dan sinbiotik 3

Persiapan bakteri S. agalactiae 3

Pengujian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5, prebiotik MOS dan

sinbiotik secara in vivo 4

Parameter Penelitian 5

Kinerja pertumbuhan 5

Penghitungan total bakteri dan total probiotik Bacillus NP5 RfR di

usus 6

Penghitungan parameter gambaran darah 6

Penghitungan total bakteri S. agalactiae di organ target 8

Analisis Data 8

3 HASIL DAN PEMBAHASAN 9

4 SIMPULAN DAN SARAN 17

Simpulan 17

Saran 17

DAFTAR PUSTAKA 18

LAMPIRAN 20


(13)

DAFTAR TABEL

1 Rancangan penelitian 5

2 Tingkat kelangsungan hidup (TKH), laju pertumbuhan harian (LPH) dan rasio konversi pakan (RKP) ikan uji. Huruf superscript berbeda pada baris yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0.05) 9

3 Total bacterial count (TBC) dan total probiotic count (TPC) pada

saluran pencernaan ikan nila. Huruf superscript berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0.05) 10

DAFTAR GAMBAR

1 Tingkat kelangsungan hidup ikan nila pasca infeksi dengan S.

agalactiae 11

2 Total eritrosit (A), kadar hematokrit (B), kadar hemoglobin (C) ikan

nila selama penelitian 12

3 Total leukosit (A), aktivitas fagositosis (B), dan aktivitas respiratory

burst (C) ikan nila selama penelitian 13

4 Total S. agalactiae di otak (A), mata (B), ginjal (C), hati (D) ikan uji


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Analisis statistik tingkat kelangsungan hidup (TKH), laju pertumbuhan harian (LPH) dan rasio konversi pakan (RKP) ikan nila 13 2 Analisis statistik total bacterial count (TBC) dan total probiotic count

(TPC) di usus ikan uji setelah perlakuan pakan 22

3 Analisis statistik kelangsungan hidup ikan nila (TKH) pasca uji tantang

dengan S. agalactiae 24

4 Analisis statistik total eritrosit (x106 sel/mm3) ikan uji selama penelitian 25 5 Analisis statistik kada hematokrit (%) ikan uji selama penelitian 28 6 Analisis statistik kadar hemoglobin (g%) ikan uji selama penelitian 31 7 Analisis statistik total leukosit (x105 sel/mm3) ikan uji selama penelitian 34 8 Analisis statistik aktivitas fagositosis (%) ikan uji selama penelitian 37 9 Analisis statistik aktivitas respiratory burst (O.D.630) ikan uji selama

penelitian 40

10 Analisis statistik total S. agalactiae di otak, mata, ginjal, dan hati ikan


(15)

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Serangan penyakit merupakan salah satu kendala dalam budidaya ikan nila

(Oreochromis niloticus). Salah satu penyakit yang sering menyebabkan kematian

pada budidaya ikan nila adalah penyakit streptococcosis yang disebabkan oleh bakteri Streptococcus agalactiae. Taukhid dan Purwaningsih (2011) melaporkan bahwa di Indonesia, penyakit streptococcosis pernah mewabah dan menyebabkan kematian ikan nila di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Papua Barat. Secara umum, ikan nila yang terserang penyakit streptococcosis menunjukkan gejala klinis yaitu bercak merah, exophtalmia, opacity, purulens, melanosis, kehilangan keseimbangan ketika berenang (whirling), bentuk badan

seperti huruf “C” dan haemoragi pada organ dalam. Kematian massal ikan nila

akibat infeksi S. agalactiae dapat terjadi dalam waktu singkat yaitu 10 hari (Li et al. 2013).

Penanggulangan penyakit pada ikan dapat dilakukan dengan pemberian probiotik, prebiotik, dan sinbiotik. Probiotik merupakan mikroba tambahan yang memberikan pengaruh menguntungkan bagi kesehatan inang (Nayak 2010). Prebiotik merupakan zat yang tidak dapat dicerna oleh inang, namun memberikan efek yang menguntungkan dengan meningkatkan pertumbuhan dan aktivitas bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan (Reid et al. 2003), sedangkan sinbiotik merupakan gabungan dari probiotik dan prebiotik dengan komposisi yang seimbang (Cerezuela et al. 2011). Beberapa penelitian mengenai suplementasi probiotik dan prebiotik pada ikan nila telah dilakukan. Hasil penelitian Aly et al. (2008) menunjukkan bahwa pemberian probiotik Bacillus

subtilis dapat meningkatkan respon imun dan meningkatkan kelangsungan hidup

ikan nila yang diinfeksi bakteri Streptococcus iniae. Lebih lanjut, Samrongpan et al. (2008) mengemukakan bahwa pemberian prebiotik (MOS) pada ikan nila menunjukkan peningkatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila setelah diinfeksi dengan S. agalactiae.

Salah satu kendala aplikasi probiotik kultur cair adalah viabilitas bakteri probiotik yang menurun setelah penyimpanan sehingga kultur probiotik harus dilakukan setiap hari. Selain itu, kemampuan probiotik bertahan hidup dan bekerja dalam saluran pencernaan ikan nila sangat mempengaruhi efektivitas probiotik tersebut. Oleh karena itu, dalam aplikasi probiotik perlu dilakukan metode mikroenkapsulasi. Metode mikroenkapsulasi merupakan teknologi untuk menyalut atau melapisi suatu zat inti dengan suatu lapisan dinding polimer sehingga menjadi partikel kecil berukuran mikro. Metode mikroenkapsulasi bermanfaat dalam menstabilkan bahan inti, meningkatkan masa simpan, dan melindungi komponen bakteri terhadap kondisi lingkungan dalam saluran pencernaan ikan (Anal dan Singh 2007).

Probiotik yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bakteri Bacillus

NP5 yang diisolasi oleh Putra dan Widanarni (2015). Pada penelitian sebelumya, suplementasi probiotik Bacillus NP5 (kultur cair) dan prebiotik dari ekstrak ubi jalar terbukti mampu meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila yang diuji tantang dengan S. agalactiae (Tanbiyaskur et al. 2015). Utami et al. (2015) melaporkan bahwa suplementasi mikrokapsul probiotik Bacillus NP5


(16)

dalam pakan mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan nila. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas pemberian probiotik Bacillus NP5, prebiotik MOS, dan gabungan keduanya (sinbiotik) dalam meningkatkan kinerja pertumbuhan, sistem imun, dan resistensi ikan nila terhadap infeksi S. agalactiae.

.

Rumusan Masalah

Budidaya ikan nila terkendala oleh adanya infeksi patogen S. agalactiae. Permasalahan ini dapat ditanggulangi dengan pemberian probiotik, prebiotik, dan sinbiotik. Pemberian probiotik Bacillus NP5 kultur segar diketahui mampu meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan nila serta mampu meningkatkan kelangsungan hidup ikan nila yang diinfeksi S. agalactiae. Namun, penggunaan kultur segar probiotik Bacillus NP5 memiliki beberapa kelemahan diantaranya daya simpan yang rendah dan aplikasi yang kurang praktis. Penggunaan metode mikroenkapsulasi diharapkan dapat melindungi bakteri Bacillus NP5 sehingga meningkatkan lama waktu penyimpanan dan kelangsungan hidup bakteri Bacillus

NP5 terhadap kondisi lingkungan dalam saluran pencernaan ikan nila. Pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5, prebiotik MOS serta gabungan keduanya (sinbiotik) diharapkan mampu memberikan hasil optimal dalam meningkatkan kinerja pertumbuhan dan resistensi ikan nila terhadap infeksi S. agalactiae.

Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi efektivitas pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5, prebiotik MOS dan gabungan keduanya (sinbiotik) melalui pakan dalam meningkatkan kinerja pertumbuhan, sistem imun, dan resistensi ikan nila (O. niloticus) terhadap infeksi S. agalactiae.

Manfaat dari penelitian ini adalah mikrokapsul probiotik Bacillus NP5, prebiotik MOS, dan sinbiotik dapat diaplikasikan dalam meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan nila dan mencegah terjadinya penyakit streptococcosis.

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus

NP5 dosis 0.5%, prebiotik MOS dosis 0.4%, dan sinbiotik (gabungan probiotik

Bacillus NP5 dosis 0.5% dan prebiotik MOS dosis 0.4%) dapat meningkatkan

kinerja pertumbuhan, sistem imun, dan resistensi ikan nila yang diinfeksi S.


(17)

2 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan selama 9 bulan, pada bulan Agustus 2014 hingga bulan Mei 2015. Proses mikroenkapsulasi probiotik Bacillus NP5 RfR dilakukan di Laboratorium SEAFAST (South East Asian Food and Agriculture Science and

Technology), pemeliharaan ikan uji dilakukan di teaching farm Departemen

Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), sedangkan persiapan bakteri probiotik Bacillus NP5 RfR, persiapan bakteri S. agalactiae, dan pengujian gambaran darah dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Institut Pertanian Bogor.

Prosedur Penelitian

Persiapan Mikrokapsul Probiotik, Prebiotik, dan Sinbiotik

Bakteri probiotik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Bacillus NP5 yang telah diberi penanda resisten antibiotik rifampisin (Bacillus NP5 RfR). Produksi biomassa probiotik Bacillus NP5 RfR yang akan dimikroenkapsulasi dilakukan dengan teknik subkultur pada media TSB (Trypticase Soya Broth). Sebelum digunakan, isolat Bacillus NP5 RfR dikultur dalam 50 mL media TSB cair selama 18 jam. Proses kultur dilakukan dalam waterbathshaker berkecepatan 140 rpm selama 18 jam pada suhu 29°C. Sebanyak 50 mL bakteri yang diperoleh kemudian dikultur ulang dalam 500 mL media TSB dalam thermoshaker selama 18 jam pada suhu 29oC dengan kecepatan 140 rpm. Bakteri yang diperoleh dihomogenkan dalam 500 mL akuades steril yang mengandung 10% maltodekstrin sebagai bahan penyalut menggunakan stirer. Proses spray drying

dilakukan menggunakan mesin spray drying (Buchi mini) yang mengacu pada Utami et al. (2015) untuk menghasilkan mikrokapsul probiotik. Suhu inlet yang digunakan yaitu 100-110°C dan suhu outlet 55-58°C. Kepadatan bakteri Bacillus

NP5 RfR setelah proses mikroenkapsulasi yaitu 108 CFU/mL. Mikrokapsul probiotik yang dihasilkan disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu (-20°C) sebelum digunakan. Prebiotik yang digunakan merupakan prebiotik mananoligosakarida komersial BIO-MOS, (Altech company) yang berasal dari dinding sel ragi Saccharomyces cerevisiae, sedangkan sinbiotik yang digunakan merupakan gabungan dari mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 RfR dan prebiotik MOS.

Persiapan bakteri S. agalactiae

Bakteri yang digunakan untuk uji tantang adalah S. agalactiae non- hemolitik dengan kode isolat NK1 yang diperoleh dari Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Sempur, Bogor. Sebelum digunakan, dilakukan uji karakterisasi menggunakan metode biokimia untuk memastikan kemurnian isolat. Persiapan bakteri S. agalactiae pada penelitian ini yaitu isolat S. agalactiae

tersebut diambil kemudian dikultur dalam media BHIA (brain heart infusion agar). Kemudian, satu koloni bakteri diambil dan dikultur dalam 5 mL media BHIB (brain heart infusion broth) dalam waterbathshaker dengan suhu 28ºC


(18)

selama 24 jam. Selanjutnya, ditingkatkan virulensinya dengan menyuntikkan suspensi S. agalactiae secara intraperitoneal (uji postulat koch) pada ikan nila.

Bakteri hasil uji postulat koch ini kemudian digunakan untuk uji LD50. Dosis yang diujikan pada uji LD50 adalah 104, 105, 106, dan 107 CFU/mL. Dosis yang menyebabkan kematian minimal 50% dari total populasi kemudian digunakan sebagai dosis uji tantang. Dosis hasil uji LD50 adalah 106 CFU/mL yang kemudian digunakan untuk uji tantang.

Pengujian Mikrokapsul Probiotik Bacillus NP5, Prebiotik MOS, dan Sinbiotik secara In Vivo

Persiapan Hewan Uji

Ikan nila (Oreochomis niloticus) yang digunakan adalah ikan nila strain nirwana dengan bobot rata-rata 5.56±0.16 g yang berasal dari Balai Benih Ikan Cibitung, Kabupaten Bogor. Sebelum digunakan untuk penelitian, ikan uji diadaptasikan terlebih dahulu dalam wadah penelitian selama 7 hari. Wadah yang digunakan berupa akuarium sebanyak 25 buah. Akuarium yang digunakan berukuran 50x30x25 cm3 dengan volume air 30 L. Kepadatan ikan uji yaitu 10 ekor/akuarium. Kualitas air dipertahankan optimal selama masa pemeliharaan. Parameter kualitas air yang diamati meliputi suhu, kandungan oksigen terlarut (DO), total ammonium nitrogen (TAN), dan pH.

Persiapan Pakan Uji

Pakan yang digunakan pada penelitian ini berupa pelet komersial dengan kandungan protein sebesar 30%. Pakan dicampur sesuai perlakuan pada Tabel 1. Pakan perlakuan yang telah dicampur dikeringudarakan, kemudian disimpan dalam lemari pendingin bersuhu 4°C sebelum digunakan.

Uji In Vivo

Perlakuan pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 RfR, prebiotik MOS, dan sinbiotik melalui pakan dilakukan selama 40 hari. Rancangan percobaan menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari 5 perlakuan dan 5 ulangan. Ikan nila diberi pakan sebanyak 3 kali dalam sehari (pukul 08.00, 12.00, dan 16.00) secara at satiation. Pada hari ke-40, ikan diuji tantang dengan bakteri S. agalactiae melalui injeksi secara intraperitoneal dengan dosis 100 µl (106 CFU/mL) kecuali pada kontrol negatif (KN). Pengamatan kelangsungan hidup ikan uji setelah uji tantang dilakukan setelah 10 hari. Kualitas air selama masa pemeliharaan adalah suhu 28-29°C, oksigen terlarut 6.3-6.8 mg/L, TAN 0.04-0.1 mg/L, dan pH 7.18-7.25. Rancangan penelitian pada penelitian ini adalah sebagai berikut :


(19)

Tabel 1. Rancangan penelitian Perlakuan Keterangan

KN Pemberian pakan komersial, tanpa uji tantang dengan bakteri S. agalactiae

KP Pemberian pakan komersial, serta uji tantang dengan S. agalactiae

A Pemberian pakan dengan mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 RfR dosis 0.5% serta uji tantang dengan S. agalactiae

B Pemberian pakan dengan prebiotik MOS dosis 0.4% serta uji tantang dengan S. agalactiae

C Pemberian pakan dengan sinbiotik (probiotik dosis 0.5% dan prebiotik dosis 0.4%) serta uji tantang dengan S. agalactiae

Parameter Penelitian

Parameter yang diukur pada penelitian ini yaitu kinerja pertumbuhan yang meliputi tingkat kelangsungan hidup (TKH), laju pertumbuhan harian (LPH), dan rasio konversi pakan (RKP). Total bacterial count dan total probiotic count di usus ikan uji diamati pada awal dan akhir perlakuan pakan (hari 0 dan hari ke-40). Pengamatan tingkat kelangsungan hidup ikan nila juga diamati setelah uji tantang pada hari ke-50. Gambaran darah ikan yang diamati pada penelitian ini meliputi total eritrosit (TE), kadar hematokrit (Ht), kadar hemoglobin (Hb), total leukosit (TL), aktivitas fagositosis (AF) dan aktivitas respiratory burst (RB), yang diamati pada hari ke-0 dan ke-40 (sebelum uji tantang) serta pada hari ke-43, 46, dan 50 (setelah uji tantang). Total bakteri S. agalactiae pada organ target ikan uji (otak, mata, ginjal, hati) diamati sebelum uji tantang pada hari ke-0 dan setelah uji tantang pada hari ke-45 dan ke-50.

Kinerja pertumbuhan

Parameter kinerja pertumbuhan yang diamati meliputi TKH, LPH, dan RKP. Pengukuran TKH dilakukan pada masa pemeliharaan (sebelum uji tantang) pada hari ke-40, serta setelah uji tantang pada hari ke-50 menggunakan persamaan menurut Aly et al. (2008) sebagai berikut:

TKH = x 100 Keterangan :

TKH = Tingkat kelangsungan hidup (%)

Nt = Jumlah ikan pada akhir penelitian (ekor) N0 = Jumlah ikan pada awal penelitian (ekor)

Pengukuran LPH dilakukan pada akhir pemberian pakan perlakuan pada hari ke-40 menggunakan persamaan menurut Ai et al. (2011) sebagai berikut:


(20)

Keterangan :

LPH = Laju pertumbuhan harian (%)

WE = Rata-rata bobot ikan pada akhir perlakuan pakan (g) WS = Rata-rata bobot ikan pada awal penelitian (g)

d = Periode penelitian (hari)

Pengukuran RKP juga dilakukan pada akhir pemberian pakan perlakuan pada hari ke-40 menggunakan persamaan menurut Ai et al. (2011) sebagai berikut:

RKP =

-Keterangan:

RKP = Rasio konversi pakan

F = Jumlah pakan yang diberikan (g) Bt = Biomassa ikan pada akhir penelitian (g) B0 = Biomassa ikan pada awal penelitian (g)

Penghitungan total bakteri dan total probiotik Bacillus NP5 RfR di usus Penghitungan total bakteri dan total Bacillus NP5 RfR di usus dilakukan menggunakan metode cawan sebar. Sebanyak 0.1 g usus dihomogenkan dalam 0.9 mL PBS steril untuk dilakukan pengenceran berseri. Kemudian sebanyak 50 µL dari tiap pengenceran disebar dalam cawan petri yang telah berisi media kultur. Media kultur yang digunakan yaitu media TSA (trypticase soya agar) untuk penghitungan total bakteri dan media TSA + rifampisin untuk penghitungan total bakteri Bacillus NP5 RfR di usus. Penghitungan total bakteri dan total Bacillus

NP5 RfR di usus dilakukan pada awal dan akhir perlakuan pakan yaitu pada hari ke-0 dan hari ke-40.

Penghitungan parameter gambaran darah

Penghitungan parameter gambaran darah dilakukan pada hari ke-0, 40, 43 (3 hari setelah uji tantang), 46 (6 hari setelah uji tantang) dan 50 (10 hari setelah uji tantang). Sebelum dilakukan pengambilan darah, ikan dibius terlebih dahulu menggunakan MS222, kemudian darah diambil sebanyak 0.2 mL per ekor ikan menggunakan syringe steril yang sebelumnya telah dicuci dengan antikoagulan (Na sitrat 3.8%). Gambaran darah yang diamati meliputi total eritrosit (TE) (Blaxhall dan Daisley 1973), kadar hematokrit (Ht) (Anderson dan Siwicki 1993), kadar hemoglobin (Hb) (Wedemeyer dan Yasutake 1977), total leukosit (TL) (Blaxhall dan Daisley 1973), aktivitas fagositosis (AF) (Anderson dan Siwicki 1993), dan aktivitas respiratory burst (RB) (Dan et al. 2013).

Total eritrosit (TE) dihitung menggunakan prosedur dari Blaxhall dan Daisley (1973). Sampel darah diambil menggunakan pipet yang berisi bulir berwarna merah sampai skala 0.5, kemudian ditambahkan larutan Hayem’s sampai skala 101, lalu dilakukan pengadukan dengan menggoyangkan pipet selama 3–5 menit hingga darah dan larutan Hayem’s tercampur rata (homogen). Tetesan pertama dibuang selanjutnya tetesan berikutnya diteteskan dalam


(21)

hemasitometer, kemudian ditutup dengan gelas penutup lalu diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x. Penghitungan TE dilakukan pada lima kotak dalam hemasitometer dengan persamaan sebagai berikut:

TE = ∑ eritrosit x x faktor pengenceran

Kadar hematokrit (Ht) diukur dengan memasukkan sampel darah ke dalam tabung mikrohematokrit, kemudian disentrifus dengan kecepatan 5000 rpm selama 5 menit. Kadar hematokrit dihitung dengan membandingkan panjang sel darah yang mengendap dengan panjang total volume darah pada tabung mikrohematokrit (Anderson dan Siwicki 1993).

Pengukuran kadar hemoglobin (Hb) mengacu pada Wedemeyer dan Yasutake (1977). Sampel darah dihisap menggunakan pipet Sahli hingga skala 20 mm3 atau 0.2 mL, kemudian dimasukkan ke dalam tabung Hb-meter yang telah diisi dengan HCl 0.1 N sampai skala 10 (merah), dihomogenkan, kemudian didiamkan selama 3–5 menit. Selanjutnya, akuades dimasukkan ke dalam tabung Hb-meter hingga terjadi perubahan warna yang sesuai dengan warna standar pada Hb-meter, kemudian dilakukan pembacaan skala dalam g% yang berarti banyaknya Hb per 100 mL darah.

Prosedur pengukuran total leukosit (TL) mengacu pada Blaxhall dan Daisley (1973). Sampel darah diambil menggunakan pipet yang berisi bulir

berwarna putih sampai skala 0.5, ditambahkan larutan Turk’s sampai skala 11,

kemudian dilakukan pengadukan dengan menggoyangkan pipet selama 3–5 menit sampai darah dan larutan Turk’s tercampur rata (homogen). Tetesan pertama dibuang, sedangkan tetesan berikutnya diteteskan pada hemasitometer, kemudian ditutup dengan gelas penutup dan diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 400x. Penghitungan TL dilakukan pada lima kotak dalam hemasitometer menggunakan persamaan sebagai berikut:

TL = ∑ leukosit x x faktor pengenceran

Aktivitas fagositik diukur dengan cara mencampur sampel darah dengan suspensi Staphylococcus aureus (107 CFU/mL) lalu diinkubasi selama 20 menit, kemudian dibuat preparat ulas darah. Preparat ulas dikeringkan, difiksasi dengan metanol selama 5 menit dan dikeringkan kembali, kemudian diwarnai dengan pewarna giemsa selama 20 menit. Preparat ulas diamati menggunakan mikroskop dengan pembesaran 400x untuk mengetahui aktivitas fagositik yang didasarkan pada persentase dari 100 sel fagositik yang menunjukkan proses fagositosis (Anderson dan Siwicki 1993).

Aktivitas respiratory burst diukur berdasarkan metode Dan et al. (2013). Mikroplate diisi dengan darah ikan sebanyak 50 µL lalu diinkubasi selama 1 jam. Kemudian darah dibuang dan dibilas dengan PBS (phosphate buffer saline).

Larutan NBT (nitroblue tetrazolium cloride) dimasukkan sebanyak 50 µL ke tiap lubang mikroplate. Diinkubasi selama 1 jam, dicuci dengan metanol 100%, kemudian dicuci kembali dengan metanol 30%. Kemudian ditambah dengan 60 µL KOH dan 70 µL DMSO, lalu dibaca menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 630 nm.


(22)

Penghitungan total bakteri S. agalactiae di organ target

Penghitungan total bakteri S. agalactiae di organ target menggunakan metode cawan sebar. Sebanyak 0.1 g organ target (otak, mata, ginjal, dan hati) dihomogenkan dalam 0.9 mL PBS steril untuk dilakukan pengenceran berseri. Kemudian sebanyak 50 µL dari tiap pengenceran disebar dalam cawan petri yang telah berisi media kultur agar. Media yang digunakan yaitu media BHIA. Penghitungan total bakteri S. agalactiae di organ target dilakukan pada hari ke-0, hari ke-45 dan hari ke-50.

Analisis Data

Analisis data menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 kali ulangan. Data yang diperoleh adalah data tingkat kelangsungan hidup ikan pada akhir perlakuan pakan dan hari ke-50 (10 hari setelah uji tantang), LPH, RKP, gambaran darah ikan (total eritrosit, kadar hematokrit, kadar hemoglobin, total leukosit, aktivitas fagositosis dan aktivitas respiratory burst), total bacterial count

dan total probiotic count pada hari ke-0 dan ke-40, kepadatan S. agalactiae di

organ target pada hari ke 0, 45, dan 50. Data tersebut dianalisis menggunakan SPSS versi 16. Jika terdapat perbedaan yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan.


(23)

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

Tingkat kelangsungan hidup ikan nila setelah pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 RfR (A), prebiotik MOS (B), dan sinbiotik (C) pada penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (P>0.05) dengan kisaran nilai 96.67-100%. LPH dan RKP pada perlakuan A, B, dan C berbeda nyata dengan perlakuan KN dan KP (P<0.05), namun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antar perlakuan (P>0.05). Laju pertumbuhan harian tertinggi (2.79±0.14%) dan rasio konversi pakan terendah (1.26±0.07) terdapat pada perlakuan B (Tabel 2).

Tabel 2. Tingkat kelangsungan hidup (TKH), laju pertumbuhan harian (LPH), dan rasio konversi pakan (RKP) ikan uji

Keterangan: huruf superscript berbeda pada baris yang sama menunjukkan berbeda nyata (P<0,05)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian mikrokapsul probiotik

Bacillus NP5 RfR, prebiotik MOS, dan sinbiotik mampu meningkatkan laju

pertumbuhan harian serta menunjukkan nilai konversi pakan yang lebih rendah dibanding kontrol (P<0.05). Hal ini didukung oleh data keberadaan bakteri probiotik Bacillus NP5 RfR dan data total bakteri pada saluran pencernaan ikan nila (Tabel 2) yang signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (P<0.05). Pada perlakuan A, probiotik diketahui mampu meningkatkan pertumbuhan inang dengan cara menghasilkan enzim-enzim pencernaan yang membantu pemanfaatan nutrien dan pencernaan inang (Geng et al. 2011). Hasil ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa bakteri Bacillus NP5 mampu menghasilkan enzim amilase dan lipase sehingga mampu meningkatkan laju pertumbuhan dan meningkatkan efisiensi pakan pada ikan nila (Putra dan Widanarni 2015).

Pada perlakuan B, prebiotik mampu menimbulkan efek menguntungkan bagi inang dengan cara memodulasi secara selektif bakteri-bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan ikan nila. Menurut Nayak (2010), bakteri-bakteri menguntungkan yang memiliki enzim mannanase dapat memanfaatkan prebiotik MOS untuk pertumbuhan dan replikasi bakteri tersebut, sehingga dalam penelitian ini diduga dapat memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan kecernaan ikan nila melalui sekresi exogeneous enzim. Selain itu, prebiotik diketahui mampu menghambat pelekatan bakteri patogen dalam usus, meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi pakan, serta mampu meningkatkan komposisi mikroflora menguntungkan dalam usus (Reid et al. 2003).

Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa pemberian sinbiotik pada perlakuan C dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan ikan nila. Hal ini mengindikasikan bahwa probiotik Bacillus NP5 RfR yang diberikan dalam bentuk sinbiotik mampu

Parameter

Uji Perlakuan

KN KP A B C

TKH 96.67±3.33a 96.67±3.33a 100±0a 100±0a 100±0a LPH 2.51±0.03a 2.54±0.05a 2.69±0.05b 2.79±0.14b 2.77±0.09b RKP 1.52±0.06a 1.55±0.09a 1.33±0.05b 1.26±0.07b 1.31±0.08b


(24)

menghasilkan enzim pencernaan sehingga meningkatkan laju pertumbuhan harian dan menghasilkan rasio konversi pakan yang lebih rendah dibandingkan kontrol (P<0.05). Namun pada penelitian ini, pemberian sinbiotik selama 40 hari tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap laju pertumbuhan harian dan rasio konversi pakan bila dibandingkan dengan perlakuan pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 RfR (A) dan pemberian prebiotik MOS (B) secara tunggal. Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa total probiotic count pada perlakuan sinbiotik (C) dan perlakuan pemberian probiotik Bacillus NP5 RfR (A) tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (P>0.05). Hal ini diduga karena bakteri

Bacillus NP5 RfR tidak dapat memanfaatkan prebiotik MOS secara langsung

sehingga tidak terjadi aksi sinergis antara probiotik dan prebiotik. Hal ini mengakibatkan aplikasi sinbiotik tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap laju pertumbuhan harian dan rasio konversi pakan pada ikan nila bila dibandingkan dengan perlakuan pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 RfR (A) dan prebiotik MOS (B) secara tunggal.

Tabel 3. Total bacterial count (TBC) dan total probiotic count (TPC) pada saluran pencernaan ikan nila

Populasi bakteri Perlakuan Sebelum pemberian pakan perlakuan (log CFU/g)

Setelah pemberian pakan perlakuan

(log CFU/g)

TBC A 7.68±0a 9.52±0.14b

B 7.68±0a 9.63±0.08b

C 7.68±0a 9.56±0.22b

KP 7.68±0a 8.71±0.22a

KN 7.68±0a 8.75±0.15a

TPC A 0±0a 7.91±0.07a

B 0±0a 0±0b

C 0±0a 7.97±0.06a

KP 0±0a 0±0b

KN 0±0a 0±0b

Keterangan: huruf superscript berbeda pada kolom yang sama menunjukkan hasil berbeda nyata (P<0,05)

Pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 RfR, prebiotik MOS, dan sinbiotik pada penelitian ini mampu meningkatkan kelangsungan hidup ikan nila terhadap infeksi S. agalactiae jika dibandingkan dengan kontrol positif (P<0.05). Kelangsungan hidup ikan nila setelah uji tantang dengan S. agalactiae tersaji pada Gambar 1. Perlakuan B menghasilkan kelangsungan hidup tertinggi yaitu 65±4.3%, kemudian diikuti perlakuan C yaitu 58.33±7.21% dan perlakuan A yaitu 54.16±7.21%. Kelangsungan hidup ikan nila yang terendah terdapat pada perlakuan KP yaitu 33.16±7.07%. Pada perlakuan A, probiotik Bacillus NP5 RfR mampu meningkatkan kelangsungan hidup ikan nila yang diinfeksi S. agalactiae

dengan cara menginduksi sistem GALT (gut associated lympoid tyssue) dalam saluran pencernaan ikan nila sehingga mampu meningkatkan respons imun ikan melalui stimulasi kekebalan tubuh nonspesifik (Lazado et al. 2014). Pada perlakuan B, prebiotik MOS dapat bekerja secara langsung dan tidak langsung dalam meningkatkan kekebalan nonspesifik pada ikan (Song et al. 2014).


(25)

Prebiotik MOS bekerja secara langsung dengan cara berinteraksi dengan reseptor mannosa pada makrofag yang kemudian dapat meningkatkan aktivitas fagositosis makrofag. Prebiotik MOS juga dapat bekerja secara tidak langsung yaitu dengan cara memodulasi bakteri-bakteri menguntungkan dalam saluran pencernaan ikan nila yang kemudian dapat mengaktivasi respons imun ikan. Pada perlakuan C, diduga kemampuan sinbiotik dalam meningkatkan kelangsungan hidup ikan nila yang diinfeksi S. agalactiae berkaitan dengan tingginya viabilitas probiotik

Bacillus NP5 dalam usus ikan. Menurut Nayak (2010), probiotik bekerja dengan

cara melewati sel epitel usus dan berinteraksi dengan jaringan limfoid, kemudian mengaktivasi sistem imun ikan. Pada penelitian ini, pemberian sinbiotik selama 40 hari tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kelangsungan hidup ikan nila bila dibandingkan dengan perlakuan mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 RfR (A) dan prebiotik MOS (B) (P>0.05). Hal ini diduga karena tidak terdapat aksi sinergis antara probiotik dan prebiotik sehingga aplikasi sinbiotik tidak menunjukkan pengaruh yang lebih baik terhadap kelangsungan hidup ikan nila dibandingkan dengan perlakuan pemberian probiotik Bacillus NP5 RfR (A) dan prebiotik MOS (B) secara tunggal. Sejalan dengan penelitian ini, Ai et al. (2011) melaporkan bahwa kelangsungan hidup ikan yellow croacker (Larimichthys

crocea) yang diberi sinbiotik berupa gabungan Bacillus subtilis dan

fructooligosakarida setelah diinfeksi dengan Vibrio harveyi, tidak menunjukkan perbedaan yang nyata (P>0.05) bila dibandingkan dengan pemberian probiotik

Bacillus subtilis secara tunggal.

Gambar 1. Tingkat kelangsungan hidup ikan nila setelah infeksi dengan

S.agalactiae. Huruf yang berbeda di tiap bar (nilai

rata-rata±simpangan baku) menujukkan perbedaan secara statistik (uji jarak berganda Duncan; p<0.05). Kontrol negatif (KN); positif (KP); pemberian mikrokapsul probiotik dosis 0.5% (A); prebiotik MOS dosis 0.4% (B); dan sinbiotik (C).

Status kesehatan dan respons imun ikan dapat dievaluasi melalui gambaran darah. Gambaran darah ikan yang diamati pada penelitian ini meliputi Total Eritrosit (TE), Kadar Hematokrit (Ht), Kadar hemoglobin (Hb) disajikan pada Gambar 2, sedangkan Total leukosit (TL), Aktivitas Fagositosis (AF) dan Aktivitas Respiratory Burst (RB) disajikan pada Gambar 3.

a b c c c 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

KN KP A B C

K e lan g su n g an Hi d u p ( % ) Perlakuan


(26)

a

a a a a

a a b b d a b c c c a b c c ab a b

c c bc

0 5 10 15 20 25 30 35 40

0 40 43 46 50

K a da r H em a to k rit (%) Hari ke

KN KP A B C

a a a a a a a

d b c

a b

c c bc

a a b b b c a

bc c ab

0 1 2 3 4 5 6 7

0 40 43 46 50

K a da r hem o g lo bin (g %) Hari ke

KN KP A B C

a

a a a a

a a c b c a b bc c b a b b c ab a b b c b 0 1 2 3 4

0 40 43 46 50

T o ta l er it ro sit (x 1 0

6 sel

/m

m

3)

Hari ke

KN KP A B C

(A)

(B)

(C)

Gambar 2. Total eritrosit (A), kadar hematokrit (B), dan kadar hemoglobin (C) ikan nila selama penelitian. Huruf yang berbeda di tiap bar (nilai rata-rata±simpangan baku) menujukkan perbedaan secara statistik (uji jarak berganda Duncan; p<0.05). Kontrol negatif (KN); positif (KP); pemberian mikrokapsul probiotik dosis 0.5% (A); prebiotik MOS dosis 0.4% (B); dan sinbiotik (C).


(27)

a a a a a a a b b b a b c c bc a b c d c a b c cd bc 0 20 40 60 80

0 40 43 46 50

Ak tiv it a s F a g o sit o sis (%) Hari ke

KN KP A B C

a a a a a a a

b b b a b c c bc a c c c c a bc c c bc 0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5

0 40 43 46 50

A k tiv it a s Resp ira o to ry B urs t (O .D 630 nm ) Hari ke

KN KP A B C

a a a a a b a b a a a a

c b b a b c b b a b c b b 0 1 2

0 40 43 46 50

T o ta l leuk o sit (x 1 0 5sel /m m 3) Hari ke

KN KP A B C

(A)

(B)

(C)

Gambar 3. Total leukosit (A), aktivitas fagositosis (B), dan aktivitas respiratory

burst (C) ikan nila selama penelitian. Huruf yang berbeda di tiap bar

(nilai rata-rata±simpangan baku) menujukkan perbedaan secara statistik (uji jarak berganda Duncan; p<0.05). Kontrol negatif (KN); positif (KP); pemberian mikrokapsul probiotik dosis 0.5% (A); prebiotik MOS dosis 0.4% (B); dan sinbiotik (C).


(28)

Pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 RfR, prebiotik MOS, dan sinbiotik selama 40 hari memberikan pengaruh terhadap TE, Hb, dan Ht ikan nila (P<0.05). Pada hari ke-40, perlakuan B menunjukkan nilai TE tertinggi yaitu (2.92±0.11x106sel/mm3) yang diikuti oleh perlakuan C (2.88±0.14x106 sel/mm3), perlakuan A (2.84±0.07x106 sel/mm3) dan KN (2.48±0.11x106 sel/mm3). Pada parameter Ht, perlakuan B juga menunjukkan nilai Ht tertinggi yang berbeda nyata dengan perlakuan KN dan KP, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan A dan C. Hal yang sama juga terjadi pada parameter Hb dimana perlakuan B menunjukkan Hb tertinggi dengan nilai yang berbeda nyata (P<0.05) dengan perlakuan KN dan KP, namun tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan perlakuan A dan C. Takashima dan Hibiya (1995) melaporkan bahwa jumlah eritrosit ikan berkisar antara 1-3 x106 sel/mm3. Nilai TE pada akhir perlakuan pakan masih berada pada kisaran normal. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian probiotik, prebiotik, dan sinbiotik aman bagi ikan dan mampu meningkatkan kesehatan ikan nila.

Terdapat keterkaitan antara TE, Ht dan Hb, yaitu peningkatan TE akan cenderung meningkatkan nilai Ht dan Hb. Pemberian probiotik, prebiotik dan sinbiotik diketahui mampu meningkatkan nilai TE, seperti yang dilaporkan oleh Renuka et al. (2014) bahwa nilai TE, HB, dan Ht ikan Catla catla meningkat setelah pemberian probiotik Lactobacillus acidophilus. Begitu pula dengan aplikasi prebiotik, Ahmdifar et al. (2011) melaporkan bahwa pemberian prebiotik inulin dapat meningkatkan jumlah eritrosit pada ikan sturgeon. Hal ini berkaitan dengan kemampuan probiotik, prebiotik, dan sinbiotik dalam meningkatkan parameter gambaran darah sebagai respons dari stimulasi pembentukan darah

(hemapoietik).

Setelah uji tantang, terjadi fluktuasi nilai TE, Hb, dan Ht yaitu terjadi penurunan nilai TE pada hari 43, kemudian meningkat pada hari 46 dan ke-50. Nilai terendah pada parameter TE, Hb dan Ht ikan nila selama penelitian terjadi pada hari ke-43. Perlakuan B menunjukkan nilai TE tertinggi setelah uji tantang dengan nilai secara berurutan yaitu (1.36±0.1 x106 sel/mm3; 1.8±0.13 x106 sel/mm3; 2.23±0.05 x106 sel/mm3). Pada hari ke-43 (3 hari setelah uji tantang), nilai Hb pada perlakuan KP, A, B, dan C mengalami penurunan dengan kisaran nilai 3.63±0.15-4.37±0.15 g%. Perlakuan B juga menunjukkan nilai Ht tertinggi setelah uji tantang dengan nilai secara berurutan yaitu (21±0.7%; 21.8±0.76%; 27.3±0.9%). Pada parameter Hb, nilai Hb menurun pada hari ke-43 setelah uji tantang, kemudian meningkat kembali pada hari ke-46 dan ke-50. Nilai Hb tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan B dengan nilai secara berurutan yaitu (4.37±0.15 g%; 4.63±0.20g%; 4±0.10%).

Menurut Clauss et al. (2008) nilai Ht di bawah 20% menunjukkan bahwa ikan mengalami anemia. Pada hari ke-43, perlakuan KP menunjukkan nilai Ht yang rendah yaitu 16.3±0.88%. Penurunan nilai TE, Hb, dan Ht ikan nila setelah uji tantang tersebut disebabkan oleh keberadaan bakteri S. agalactiae yang menginfeksi ginjal. S. agalactiae memiliki sifat septisemia yaitu dapat menyebar melalui aliran darah sehingga dapat dengan cepat mencapai organ target yaitu otak, mata, ginjal dan hati. S. agalactiae dapat menghasilkan produk ekstraseluler yang toksik bagi ikan sehingga keberadaan S. agalactiae diginjal dapat menyebabkan gangguan fungsi ginjal pada ikan. Diketahui bahwa ginjal merupakan organ pembentuk darah pada ikan. Adanya gangguan pada ginjal menyebabkan fungsi


(29)

ginjal terganggu sehingga ditunjukkan oleh penurunan nilai TE, Hb dan Ht setelah uji tantang.

Pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 RfR, prebiotik MOS, dan sinbiotik selama 40 hari memberikan pengaruh terhadap TL, AF, dan RB ikan nila (P<0.05). Nilai TL, AF, dan RB ikan nila mengalami peningkatan setelah pemberian mikrokapsul probiotik Bacillus NP5 RfR, prebiotik MOS, dan sinbiotik selama 40 hari. Perlakuan B menunjukkan nilai TL tertinggi yaitu (0.87±0.05 x105 sel/mm3). Pada parameter AF, perlakuan B juga menunjukkan nilai AF tertinggi yang berbeda nyata (P<0.05) dengan perlakuan KP, namun tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan perlakuan A dan C. Pada parameter RB, perlakuan B menunjukkan nilai RB tertinggi yang berbeda nyata (P<0.05) dengan perlakuan KP, namun tidak berbeda nyata dengan perlakuan A dan C.

Fluktuasi nilai TL, AF, dan RB ikan uji terjadi setelah uji tantang, yaitu terjadi peningkatan nilai TL pada hari ke-43, kemudian menurun pada hari ke-46 dan ke-50. Nilai TL tertinggi terdapat pada perlakuan B pada hari ke-43 yang tidak berbeda nyata (P>0,05) dengan perlakuan A dan C, namun berbeda nyata dengan perlakuan KP. Perbedaan nilai AF juga terjadi setelah uji tantang, dimana nilai AF meningkat pada hari ke-43, kemudian menurun pada hari ke-46 dan ke-50. Perlakuan B menunjukkan nilai AF tertinggi setelah uji tantang dengan nilai secara berurutan yaitu (62±3%; 52±2.64%; 44.67±1.52%). Sejalan dengan nilai AF, fluktuasi nilai RB juga terjadi setelah uji tantang. Nilai RB meningkat pada hari ke-43 kemudian menurun pada hari ke-46 dan ke-50. Perlakuan B juga menunjukkan nilai RB tertinggi pada hari ke-43, 46 dan 50 setelah uji tantang dengan S. agalactiae dengan kisaran nilai yaitu (0.399±0.016; 0.318±0.009; 0.286±0.008)

Leukosit berperan penting dalam respons imun nonspesifik ikan terhadap infeksi patogen. Peran leukosit dalam respons imun ikan ditunjukkan melalui aktivitas fagositosis. Di dalam sel fagosit yang melakukan aktivitas fagositosis terjadi aktivitas respiratory burst. Aktivitas respiratory burst menghasilkan anion H202 dan superoksida (OH-) yang sangat toksik bagi bakteri sehingga

meningkatkan kemampuan sel fagosit dalam membunuh mikroba patogen (Rawling et al. 2012). Peningkatan nilai TL, AF dan RB terjadi pada hari ke-40. Hal ini berkaitan dengan respons imun ikan menanggapi benda asing bersifat imunogenik yang masuk ke dalam tubuh ikan, yaitu mikrokapsul probiotik, prebiotik, dan sinbiotik (Aly et al. 2008). Hasil penelitian Hassaan et al. (2014) menunjukkan hal yang sama, yaitu pemberian probiotik Bacillus licheniformis dan

yeast extract mampu meningkatkan total leukosit pada ikan nila (O. niloticus).

Sedangkan peningkatan nilai TL, AF, dan RB pada hari ke-43 menunjukkan bahwa sistem imun yang diwakili oleh leukosit (monosit dan neutrofil) berperan melawan patogen melalui proses fagositosis.

Kemampuan mikrokapsul probiotik, prebiotik, dan sinbiotik dalam meningkatkan respons imun ikan dapat diketahui dari nilai total S. agalactiae di organ target. Total S. agalactie di organ target (otak, mata, ginjal, hati) tersaji pada Gambar 3. Total S. agalactie di organ target pada perlakuan mikrokapsul probiotik, prebiotik MOS, dan sinbiotik menunjukkan nilai lebih rendah daripada perlakuan KP. Pada hari ke-45 setelah uji tantang, nilai total S. agalactiae di semua organ target berkisar antara 6.85-7.43 log CFU/g. Hal ini sesuai dengan penelitian


(30)

aa a a b d a c c a c b a c bc 0 2 4 6 8

0 45 50

T o ta l S. a g a la ctia e di o ta k (lo g cf u/g ) Hari ke

KN KP A B C

aa a a

d d a c c a b b a c c 0 2 4 6 8

0 45 50

T o ta l S. a g a la ctia e di m a ta (lo g cf u/g ) Hari ke

KN KP A B C

a a a a

d d a c c a b b a c c 0 2 4 6 8

0 45 50

T o ta l S. a g a la ctia e di g inja l (lo g cf u/g ) Hari ke

KN KP A B C

a a a a

d b a b c a c c a bc c 0 2 4 6 8

0 45 50

T o ta l S. a g a la ctia e di ha ti (lo g ( cf u/g ) Hari ke

KN KP A B C

Rodkhum et al. (2011) bahwa total S. agalactiae di otak, ginjal, dan hati ikan uji setelah uji tantang dengan S. agalactiae berkisar antara 6.79-7.70 log CFU/g.

Pada penelitian ini, kematian ikan uji mulai terjadi pada hari ke-43 dan kematian ikan tertinggi yaitu pada hari ke-45. Hal ini sesuai dengan pernyataan Rodkhum et al. (2011) bahwa kematian ikan nila yang diinfeksi S. agalactiae

terjadi pada hari ke 2-7 setelah infeksi. Tingginya nilai total S. agalactiae pada hari ke-45 berkaitan dengan masa inkubasi dan pertumbuhan bakteri S. agalactiae

dalam organ target sehingga mengakibatkan kematian ikan. Gejala klinis ikan uji setelah infeksi yang teramati pada penelitian ini yaitu eksoptalmia pada mata baik bilateral maupun unilateral, mata keruh (purulent), clear operculum, penurunan nafsu makan, whirling dan tubuh membentuk huruf C.

(A) (B)

(C) (D) Gambar 3. Total S. agalactiae di otak (A), mata (B), ginjal (C), hati (D) ikan uji

setelah uji tantang. Huruf yang berbeda di tiap bar (nilai rata-rata±simpangan baku) menujukkan perbedaan secara statistik (uji jarak berganda Duncan; p<0.05). Kontrol negatif (KN); positif (KP); pemberian mikrokapsul probiotik dosis 0.5% (A); prebiotik MOS dosis 0.4% (B); dan sinbiotik (C).


(31)

Nilai total S. agalactiae pada perlakuan A, B, dan C lebih rendah daripada kontrol positif pada hari ke-45 (5 hari setelah uji tantang). Hal ini berkaitan dengan kemampuan mikrokapsul probiotik Bacillus NP5, prebiotik MOS, dan sinbiotik dalam meningkatkan respons imun ikan melalui peningkatan aktivitas fagositosis dan aktivitas respiratory burst. Penurunan jumlah S. agalactiae ini mengakibatkan tingkat infeksi S. agalactiae menurun, sehingga meningkatkan kelangsungan hidup ikan.

4 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Aplikasi mikrokapsul probiotik Bacillus NP5, prebiotik MOS dan sinbiotik dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan, sistem imun, dan resistensi ikan nila yang diinfeksi S. agalactiae.

Saran

Perlu penelitian mengenai screening (pencarian) prebiotik yang dapat dimanfaatkan oleh bakteri Bacillus NP5 sehingga pemberian sinbiotik dapat menghasilkan kinerja pertumbuhan, sistem imun dan resistensi ikan nila yang lebih baik dibandingkan dengan pemberian probiotik Bacillus NP5 dan prebiotik MOS secara tunggal.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmdifar E, Reza A, Afshin G, Asad MZ. 2011. Effects of different dietary prebiotic inulin levels on blood serum enzymes, hematologic, and biochemical parameters of great sturgeon Huso huso juveniles. Comparative

Clinical Pathology. 20(5): 447-451.

Ai Q, Xu H, Mai K, Xu W, Wang J, Zhang W. 2011. Effects of dietary supplementation of Bacillus subtilis and fructooligosaccharide on growth performance, survival, non-specific immune responses and disease resistance of juvenile large yellow croaker, Larimichthys crocea.

Aquaculture. 317(1): 155-161.

Aly SM, Azza MA, George J, Mohamed FM. 2008. Characterization of some bacteria isolated from Oreochromis niloticus and their potential use as probiotics. Aquaculture. 277(1): 1-6.

Anal AK, Singh H. 2007. Recent advances in microencapsulation of probiotics for industrial applications and targeted delivery. Trends In Food Science &

Technology. 18(6): 240-251

Anderson DP, Siwicki AK. 1993. Basic hematology and serology for fish health programs. Paper presented in second symposium on disease in Asian Aquaculture: Aquatic Animal Health and Environment. Phukat, Thailand. 25-29th. October 1993, hlm. 17.

Blaxhall PC, Daisley KW. 1973. Routine hematological methods for use with fish blood. Journal Fish Biology. 5: 577-581.

Cerezuela R, Meseguer J, Esteban MA. 2011. Current knowledge in synbiotic use for fish aquaculture: a review. Journal Aquatic Research Development. 8:17 Clauss TM, Dove ADM, Arnold JE. 2008. Hematologic disorders of fish.

Veterinary Clinic of Exoterm Animal practice. 11: 445-462.

Dan XM, Zhang TW, Li YW, Li AX. 2013. Immune responses and immune-related gene expression profile in orange-spotted grouper after immunization with Cryptocaryon irritans vaccine. Fish & Shellfish

Immunology. 34: 885–891.

Geng X, Xiao HD, Bei PT, Qi HY, Shu YC, Hong YL, Xian XL. 2011. Effects of dietary chitosan and Bacillus subtilis on the growth performance, non-specific immunity and disease resistance of Cobia, Rachycentron canadum.

Fish & Shellfish Immunology. 31(3): 400-406.

Hassaan MS, Soltan MA, Ghonemy MMR. 2014. Effect of synbiotic between

Bacillus licheniformis and yeast extract on growth, hematological and

biochemical indices of the Nile tilapia Oreochromis niloticus. The Egyptian

Journal of Aquatic Research. 40(2): 199-208

Lazado CC, Christopher MAC. 2014. Muccosal immunity and probiotics in fish.

Fish & Shellfish Immunology. 39(1): 78-79

Li YW, Liu L, Huang PR, Fang W, Luo ZP, Peng HL, Wang YX, Li AX. 2013. Chronic streptococcosis in Nile tilapia, Oreochromis niloticus, caused by

Streptococcus agalactiae. Fish Disease. 37(8): 757-763.

Nayak SK. 2010. Probiotics and immunity: a fish perspective. review. Fish &


(33)

Putra AN, Widanarni, 2015. Screening of amylolytic bacteria as candidates of probiotics in tilapia Oreochromis sp. Research Journal of Microbiology. 10(1): 1-13.

Rawling MD, Merrifield DL, Snellgrove DL, Kuhlwein H, Adams A, Davies SJ. 2012. Haemato-immunological and growth response of mirror carp

Cyprinus carpio fed a tropical earthworm meal in experimental diets. Fish

& Shellfish Immunology. 32(6): 1002-1007.

Reid G, Sanders ME, Gaskins R, Gibson G, Mercenier A, Rastal B. 2003. New scientific paradigm for probiotics and prebiotics. Journal of clinical

gastroenterology. 37: 105-118.

Renuka KP,Venkateshwarlu M, Naik A. 2014. Effect of probiotic (Lactobacillus

acidhopilus) on haematological parameters of Catla catla (Hamilton).

International Journal of Current Microbiology and Applied Sciences. 3(8):

326-335.

Rodkhum C, Pattanapon K, Nopadon P. 2011. Effect of water temperature on susceptibility to Streptococcus agalactiae serotype Ia infection in Nile tilapia, Oreochromis niloticus. Thailand Journal of Veterinary Medicine.

2011. 41(3): 309-314.

Samrongpan C, Areechon N, Yoonpundh R, Srisapoome P. Effects of mannan-oligosaccharide on growth, survival and disease resistance of Nile tilapia

Oreochromis niloticus fry. 2008. Proceeding of the 8th Symposium on

Tillapia in Aquaculture, Cairo, Egypt, 12-18 October 2008.

Song SK, Bo RB, Daniel K, John K, Jungjoon K, Hyun DK, Einar R. 2014. Prebiotics as immunostimulants in aquaculture: A review. Fish & Shellfish

Immunology. 40(1): 40-48

Takashima F, Hibiya T. 1995. An Atlas of Fish Histology: Normal and Pathological Features, Kodansha Ltd., Tokyo, Japan.

Tanbiyaskur, Widanarni, Angela ML. 2015. Administration of Bacillus NP5 and oligosaccharide to enhance the immune response in tilapia Oreochromis

niloticus towards streptococcosis. International Journal of Sciences: Basic

and Applied Research. 20(2): 304-315.

Taukhid, Purwaningsih U. 2011. Penapisan isolat bakteri Streptococcus Sp.

sebagai kandidat antigen dalam pembuatan vaksin serta efikasinya untuk pencegahan penyakit Streptococcosis pada ikan Nila Oreochromis niloticus.

Jurnal Riset Akuakultur. 6(1): 103-118.

Utami DAS, Widanarni, Muhammad AS. 2015. Quality of dried Bacillus NP5 and its effect on growth performance of tilapia Oreochromis niloticus. Pakistan

Journal of Biological Sciences. 18(2): 88-93.

Wedemeyer G, Yasutake, WT. 1977. Clinical methods for the assesment of the effects of environmental stress on fish health. Technical paper 89, USA. Departement of the Interior Fish and Wildlife Service, Washington, D.C.


(34)

Lampiran 1. Analisis statistik tingkat kelangsungan hidup (TKH), laju pertumbuhan harian (LPH) dan rasio konversi pakan (RKP) ikan nila

Kelangsungan Hidup Anova

Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 40.000 4 10.000 .750 .580

Sisa Galat 133.333 10 13.333

Total 173.333 14

Laju Pertumbuhan Harian Anova

Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan .204 4 .051 7.238 .005

Sisa Galat .270 10 .007

Total .274 14

Uji Duncan

perlakuan N

alpha = 0.05

1 2

KN 3 2.5100

KP 3 2.5400

A 3 2.6933

C 3 2.7700

B 3 2.7933


(35)

Rasio Konversi Pakan Anova

Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan .205 4 .051 8.944 .002

Sisa Galat .057 10 .006

Total .262 14

Uji Duncan

perlakuan N

alpha = 0.05

1 2

B 3 1.2633

C 3 1.3133

A 3 1.3133

KN 3 1.5233

KP 3 1.5500


(36)

Lampiran 2. Analisis statistik total bacterial count dan total probiotic count di usus ikan uji

Total Bacterial count

Anova Hari ke-0 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan .000 4 .000 . .

Sisa Galat .000 10 .000

Total .000 14

Hari ke-40 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 2.599 4 .640 24.261 .000

Sisa Galat .264 10 .026

Total 2.822 14

Uji Duncan

perlakuan N

alpha = 0.05

1 2

B 3 8.7100

C 3 8.7533

A 3 9.5233

KN 3 9.5567

KP 3 9.6333


(37)

Total Probiotik Count

Anova Hari ke-0 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan .000 4 .000 . .

Sisa Galat .000 10 .000

Total .000 14

Hari ke-40 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 226.962 4 56.741 3.8344 .000

Sisa Galat .015 10 .000

Total 226.977 14

Uji Duncan

perlakuan N

alpha = 0.05

1 2

B 3 .0000

KN 3 .0000

KP 3 .0000

A 3 7.9100

C 3 7.9700


(38)

Lampiran 3. Analisis statistik tingkat kelangsungan hidup (TKH) ikan nila pasca uji tantang dengan S. agalactiae

Anova Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 6187.500 4 1546.875 29.700 .000

Sisa Galat 520.833 10 52.083

Total 6708.333 14

Uji Duncan

perlakuan N

alpha = 0.05

1 2 3

KP 3 33.167

A 3 54.167

C 3 58.333

B 3 65.000

KN 3 95.833


(39)

Lampiran 4. Analisis statistik total eritrosit (x106 sel/mm3) ikan uji selama penelitian

Anova Hari ke-0 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan .000 4 .000 . .

Sisa Galat .000 10 .000

Total .000 14

Hari ke-40 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan .650 4 .163 18.633 .000

Sisa Galat .087 10 .009

Total .738 14

Uji Duncan

perlakuan N

alpha = 0.05

1 2

KP 3 2.4367

KN 3 2.4767

A 3 2.8367

C 3 2.8800

B 3 2.9167


(40)

Anova Hari ke-43 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 3.582 4 .895 104.847 .000

Sisa Galat .085 10 .009

Total 3.667 14

Uji Duncan perlak

uan N

alpha = 0.05

1 2 3

KP 3 1.1333

A 3 1.2633 1.2633

C 3 1.3400

B 3 1.3633

KN 3 2.4800

Sig. .116 .234 1.000

Hari ke-46 Anova

Uji Duncan Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 2.121 4 .530 51.054 .000

Sisa Galat .104 10 .010

Total 2.225 14

perlak

uan N

alpha = 0.05

1 2 3

KP 3 1.4367

A 3 1.6400

C 3 1.7467

B 3 1.8067

KN 3 2.5433


(41)

Anova Hari ke-50 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan .660 4 .165 19.307 .000

Sisa Galat .085 10 .009

Total .745 14

Uji Duncan perlak

uan N

alpha = 0.05

1 2 3

KP 3 1.7367

A 3 2.0967

C 3 2.1233

B 3 2.2300 2.2300

KN 3 2.3667


(42)

Lampiran 5. Analisis statistik kadar hematokrit (%) ikan uji selama penelitian Anova

Hari ke-0 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan .000 4 .000 . .

Sisa Galat .000 10 .000

Total .000 14

Hari ke-40 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 142.087 4 35.522 30.223 .000

Sisa Galat 11.753 10 1.175

Total 153.840 14

Uji Duncan

perlakuan N

alpha = 0.05

1 2

KN 3 26.6667

KP 3 27.2333

A 3 32.8333

C 3 33.1333

B 3 33.6333


(43)

Anova Hari ke-43 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 179.433 4 44.858 33.033 .000

Sisa Galat 13.580 10 1.358

Total 193.013 14

Uji Duncan perlak

uan N

alpha = 0.05

1 2 3

KP 3 16.3000

A 3 19.9333

B 3 21.0000

C 3 21.5667

KN 3 27.0333

Sig. 1.000 .132 1.000

Hari ke-46 Anova

Uji Duncan Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 134.989 4 33.747 42.610 .000

Sisa Galat 7.920 10 .792

Total 142.909 14

perlak

uan N

alpha = 0.05

1 2 3

KP 3 17.9333

B 3 21.8333

C 3 22.1000

A 3 22.3000

KN 3 27.3667


(44)

Anova Hari ke-50 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 61.883 4 15.471 15.187 .000

Sisa Galat 10.187 10 1.019

Total 72.069 14

Uji Duncan perlak

uan N

alpha = 0.05

1 2 3 4

KP 3 22.6000

A 3 25.3333

C 3 26.5333 26.5333

B 3 27.3333 27.3333

KN 3 28.5667


(45)

Lampiran 6. Analisis statistik kadar hemoglobin (g%) ikan uji selama penelitian Anova

Hari ke-0 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan .000 4 .000 . .

Sisa Galat .000 10 .000

Total .000 14

Hari ke-40 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 1.780 4 .445 17.115 .000

Sisa Galat .260 10 .026

Total 2.040 14

Uji Duncan

perlakuan N

alpha = 0.05

1 2

KN 3 4.8667

KP 3 4.9000

A 3 5.5000

C 3 5.5667

B 3 5.6667


(46)

Anova Hari ke-43 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 3.557 4 .889 29.644 .000

Sisa Galat .300 10 .030

Total 3.857 14

Uji Duncan perlak

uan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

KP 3 3.6333

A 3 4.0000

C 3 4.1667 4.1667

B 3 4.3667

KN 3 5.1000

Sig. 1.000 .266 .188 1.000

Hari ke-46 Anova

Uji Duncan Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 2.209 4 .552 16.908 .000

Sisa Galat .327 10 .033

Total 2.536 14

perlak

uan N

alpha = 0.05

1 2 3

KP 3 4.0667

C 3 4.4000

A 3 4.4667

B 3 4.6333

KN 3 5.2333


(47)

Anova Hari ke-50 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 1.209 4 .302 7.956 .004

Sisa Galat .380 10 .038

Total 1.589 14

Uji Duncan perlak

uan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

KP 3 4.3333

A 3 4.5000 4.5000

C 3 4.7667 4.7667

B 3 4.9000

KN 3 5.1333


(48)

Lampiran 7. Analisis statistik total leukosit (x105 sel/mm3) ikan uji selama penelitian

Anova Hari ke-0 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan .000 4 .000 . .

Sisa Galat .000 10 .000

Total .000 14

Hari ke-40 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan .069 4 .017 5.027 .018

Sisa Galat .034 10 .003

Total .103 14

Uji Duncan

perlakuan N

alpha = 0.05

1 2

KP 3 .7133

KN 3 .7333

A 3 .8467

C 3 .8600

B 3 .8733


(49)

Anova Hari ke-43 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 1.334 4 .334 46.715 .000

Sisa Galat .071 10 .007

Total 1.406 14

Uji Duncan perlak

uan N

alpha = 0.05

1 2 3

KN 3 .7533

KP 3 .9100

A 3 1.4067

B 3 1.4300

C 3 1.4567

Sig. 1.000 1.000 .505

Hari ke-46 Anova

Uji Duncan perlak

uan N

alpha = 0.05

1 2

KN 3 .7667

KP 3 .8533

C 3 1.2667

A 3 1.2800

B 3 1.3100

Sig. .173 .500

Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan .828 4 .207 39.522 .000

Sisa Galat .052 10 .005


(50)

Anova Hari ke-50 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan .290 4 .073 9.375 .002

Sisa Galat .077 10 .008

Total .368 14

Uji Duncan perlak

uan N

alpha = 0.05

1 2

KN 3 .8500

KP 3 .9567

A 3 1.1367

C 3 1.1733

B 3 1.2133


(51)

Lampiran 8. Analisis statistik aktivitas fagositosis (%) ikan uji selama penelitian Anova

Hari ke-0 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan .000 4 .000 . .

Sisa Galat .000 10 .000

Total .000 14

Hari ke-40 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 65.333 4 16.333 5.104 .017

Sisa Galat 32.000 10 3.200

Total 97.333 14

Uji Duncan

perlakuan N

alpha = 0.05

1 2

KP 3 30.6667

KN 3 31.0000

A 3 34.3333

C 3 35.0000

B 3 35.6667


(52)

Anova Hari ke-43 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 1838.267 4 459.567 73.335 .000

Sisa Galat 62.667 10 6.267

Total 1900.933 14

Uji Duncan perlak

uan N

alpha = 0.05

1 2 3

KN 3 31.6667

KP 3 52.6667

A 3 58.6667

C 3 59.6667

B 3 62.0000

Sig. 1.000 1.000 .150

Hari ke-46 Anova

Uji Duncan perlak

uan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

KN 3 33.3333

KP 3 40.3333

A 3 46.0000

C 3 47.0000 47.0000

B 3 52.0000

Sig. 1.000 1.000 .669 .052

Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 611.600 4 152.900 19.772 .000

Sisa Galat 77.333 10 7.733


(53)

Anova Hari ke-50 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat Tengah

F Hitung Sig.

Perlakuan 379.733 4 94.933 27.385 .000

Sisa Galat 34.667 10 3.467

Total 414.400 14

Uji Duncan perlak

uan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

KN 3 30.3333

KP 3 39.3333

A 3 42.0000 42.0000

C 3 42.6667 42.6667

B 3 44.6667


(1)

Anova Hari ke-50

Duncan Hari ke-50

perlak

uan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

KN 2 .0000

B 3 4.2367

C 3 4.3467

A 3 4.4067

KP 3 4.5167

Sig. 1.000 1.000 .066 1.000

Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Tengah F Hitung Sig.

Perlakuan 32.961 4 8.240 7367.000 .000

Sisa Galat .010 9 .001


(2)

Ginjal Anova

Hari ke-0

Anova Hari ke-45

Duncan Hari ke-45 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Tengah F Hitung Sig.

Perlakuan .000 4 .000 . .

Sisa Galat .000 9 .000

Total .000 13

Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Tengah F Hitung Sig.

Perlakuan 123.235 4 30.809 9607.736 .000

Sisa Galat .032 10 .003

Total 123.267 14

perlak

uan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

KN 3 .0000

B 3 6.8533

C 3 7.1233

A 3 7.1933

KP 3 7.4333


(3)

Anova Hari ke-50

Duncan perlak

uan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

KN 3 .0000

B 3 4.2300

C 3 4.3067

A 3 4.3333

KP 3 4.4233

Sig. 1.000 1.000 .245 1.000

Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Tengah F Hitung Sig.

Perlakuan 44.916 4 11.229 16041.490 .000

Sisa Galat .007 10 .001


(4)

Hati Anova

Hari ke-0

Anova Hari ke-45

Duncan Hari ke-45 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Tengah F Hitung Sig.

Perlakuan .000 4 .000 . .

Sisa Galat .000 9 .000

Total .000 13

Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Tengah F Hitung Sig.

Perlakuan 123.837 4 30.959 31590.980 .000

Sisa Galat .010 10 .001

Total 123.846 14

perlak

uan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

KN 3 .0000

B 3 7.0600

C 3 7.1133 7.1133

A 3 7.1433

KP 3 7.3933


(5)

Anova Hari ke-50

Duncan Hari ke-50 Sumber Keragaman

Jumlah Kuadrat

Derajat Bebas

Kuadrat

Tengah F Hitung Sig.

Perlakuan 42.044 4 10.511 12923.369 .000

Sisa Galat .008 10 .001

Total 42.052 14

perlak

uan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

KN 3 .0000

B 3 4.1267

C 3 4.1400

A 3 4.1600

KP 3 4.3033


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Madiun pada tanggal 04 November 1989 dari ibu Dra. Endang Tri Sulistyowati dan ayah Basso Siswani Yudi. Penulis merupakan anak ke-2 dari 3 bersaudara. Pendidikan formal yang telah dilalui penulis yaitu SDN Kartohardjo 01 Madiun (lulus tahun 2002), SMPN 01 Madiun (lulus tahun 2005), dan SMAN 02 Madiun (lulus tahun 2008). Pendidikan Sarjana ditempuh penulis pada program studi Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro melalui jalur UM1 (Ujian Masuk 1) pada tahun 2008 dan lulus pada tahun 2013. Penulis pernah bekerja sebagai staf riset pada PT. Central Proteinaprima pada tahun 2013. Kemudian pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi pada program studi magister Ilmu Akuakultur, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Program magister ditempuh penulis melalui beasiswa unggulan yang diberikan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Selama menempuh pendidikan di program studi Ilmu Akuakultur IPB, penulis aktif sebagai asisten praktikum pada mata kuliah Mikrobiologi Akuakultur (S2).

Artikel dengan judul Application of Microencapsulated Probiotic Bacillus

NP5 and Prebiotic Mannanoligosaccharide (MOS) to Prevent Streptococcosis on Tilapia Oreochromis niloticus telah diterbitkan pada Research Journal of Microbiology, 10(12): 571-581 tahun 2015. Artikel tersebut merupakan bagian dari tesis penulis.