Pengembangan Ekowisata Di Kawasan Mangrove Desa Anak Setatah Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau
PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KAWASAN
MANGROVE DESA ANAK SETATAH KABUPATEN
KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU
WANDESI MARIATI
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengembangan
Ekowisata di Kawasan Mangrove Desa Anak Setatah Kabupaten Kepulauan
Meranti Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
Wandesi Mariati
NRP C252110231
RINGKASAN
WANDESI MARIATI. Pengembangan Ekowisata di Kawasan Mangrove Desa
Anak Setatah Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Dibimbing oleh
SIGID HARIYADI dan ISDRADJAD SETYOBUDIANDI.
Desa Anak Setatah terletak di Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten
Kepulauan Meranti Provinsi Riau memiliki potensi ekosistem mangrove yang
pengelolaan dan pemanfaatannya cukup berkembang. Penduduk Desa Anak
Setatah bersama aparat pemerintah setempat telah merencanakan kawasan
ekosistem mangrove di desa tersebut untuk dijadikan sebagai salah satu kawasan
pengembangan ekowisata di Kabupaten Kepulauan Meranti. Tujuan penelian ini
adalah (1) Mengidentifikasi potensi ekosistem mangrove untuk kegiatan
pengembangan ekowisata di Desa Anak Setatah; (2) Menghitung tingkat
kesesuaian kawasan untuk pengembangan ekowisata mangrove di Desa Anak
Setatah; (3) Merumuskan strategi pengelolaan ekosistem mangrove untuk
pengembangan ekowisata di Desa Anak Setatah.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015 di Desa Anak Setatah
Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau.
Penentuan stasiun pengamatan dan pengambilan responden menggunakan metode
purposive sampling. Stasiun pengamatan dibagi menjadi 3: Stasiun 1 ketebalan
mangrovenya hingga 38 m, Stasiun 2 ketebalan mangrovenya 38-72 m dan
Stasiun 3 ketebalan mangrovenya 72-122 m.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di sepanjang
pesisir Desa Anak Setatah didominasi oleh 8 jenis mangrove dominan yang terdiri
dari Avicennia alba, Avicennia marina, Avicennia lanata, Lumnitzera littorea,
Sonneratia ovata, Rhizophora apiculata, Xylocarpus granatum, dan Ceriops
tagal. Nilai kerapatan spesies yang paling besar ditemui pada jenis Avicennia
alba. Indeks kesesuaian kawasan untuk wisata mangrove di pesisir Desa Anak
Setatah tergolong ke dalam kategori Sesuai Bersyarat (SB) untuk pengembangan
ekowisata. Alternatif strategi pengembangan ekowisata mangrove di Desa Anak
Setatah adalah: meningkatkan upaya penanaman mangrove di sepadan pantai
(replanting) pada wilayah pengembangan ekowisata mangrove, meningkatkan
partisipasi masyarakat lokal dalam mengembangkan kemampuan dan kreatifitas
usaha wisata, serta meningkatkan peran serta dinas terkait melalui perbaikan
sarana dan prasarana yang belum memadai.
Kata Kunci: Desa Anak Setatah, Ekowisata, Mangrove
SUMMARY
WANDESI MARIATI. Ecotourism Development of Mangrove Area at Anak
Setatah Village Meranti Islands Regency Riau Province. Supervised by SIGID
HARIYADI and ISDRADJAD SETYOBUDIANDI.
Anak Setatah Village is located in the district of West Rangsang, Meranti
Islands Regency of Riau Province, has potentially mangrove ecosystem to be
developed. Anak Setatah village together with local government officials have
planned the mangrove ecosystem in the village to be used as one of the tourism
development area in the District of Kepulauan Meranti. The purpose of this study
is (1) To identify the potential of mangrove ecosystem for the development of
ecotourism activities in the Anak Setatah village; (2) To Calculate the degree of
the area suitability for the development of ecotourism mangrove area in the Anak
Setatah Village; (3) To formulate a mangrove ecosystem management strategies
for the development of ecotourism in the Anak Setatah Village.
This research was conducted in May-June 2015 in the Anak Setatah
Village, West Rangsang District, Meranti Islands Regency in Riau Province.
Determination of observation stations and retrieval of respondents using
purposive sampling method. The assigned three observation stations are Station 1
with mangrove thickness of up to 38 m, Station 2 with mangrove thickness of 3872 m and Station 3 with mangrove thickness of 72-122 m.
The results of this study showed that mangrove ecosystems along the coast
of Anak Setatah Village is dominated by eight mangrove species consisting of
Avicennia alba, Avicennia marina, Avicennia lanata, Lumnitzera littorea,
Sonneratia ovata, Rhizophora apiculata, Xylocarpus granatum, and Ceriops
tagal. The greatest density of species encountered was Avicennia alba. Suitability
index for the region in the coastal mangrove Anak Setatah Village fall into the
category conditional suitable for the development of ecotourism. Alternative
strategies: increasing efforts mangrove planting in commensurate beach
(replanting) in the area of ecotourism development mangroves, increasing the
participation of local communities in developing the abilities and creativity of
business travel, as well as enhancing the participation of related agencies through
improved infrastructure inadequate.
Keywords: Anak Setatah Village, Ecotourism, Mangrove
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KAWASAN
MANGROVE DESA ANAK SETATAH KABUPATEN
KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU
WANDESI MARIATI
Tesis
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Zulhamsyah Imran S.Pi, M.Si, PhD
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
rahmat dan izin-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul
”Pengembangan Ekowisata di Kawasan Mangrove Desa Anak Setatah Kabupaten
Kepulauan Meranti Provinsi Riau”. Tesis ini tidak akan terwujud tanpa ada
sumbangan pikiran dan tenaga dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc dan Dr. Ir.
Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc sebagai Komisi Pembimbing. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, suami, anak dan adik tercinta atas segala do’a
motivasi dan kasih sayangnya. Salam hangat penulis sampaikan kepada temanteman kampus dan saudara seperantauan di Bogor yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa isi tesis ini masih jauh dari sempurna, namun
penulis berharap setidaknya tesis ini memberikan kontribusi pada khasanah
keilmuan terutama kepedulian terhadap pelestarian dan pemanfaatan ekosistem
pesisir dan laut. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan
kesalahan di dalam tesis ini. Kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan
demi kebaikan pada masa mendatang. Salam hangat, selamat membaca dan
semoga memberi inspirasi.
Bogor, Februari 2016
Wandesi Mariati
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Penelitian
1
1
2
3
3
3
2 METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
Alat dan Bahan
Jenis dan Sumber Data
Pengumpulan Data
Pengukuran Sampel Mangrove
Pemahaman dan Persepsi (Masyarakat dan Pengunjung)
Persepsi Kelembagaan tentang Pengembangan Ekowisata
Analisis Data
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis Kesesuaian Kawasan
Analisis SWOT
4
4
5
5
6
6
7
8
8
8
9
10
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
11
Geografi dan Topografi
11
Demografi
12
Aksesibilitas
13
Kondisi Sarana dan Prasarana
14
Pasang Surut
15
Ekosistem Mangrove
15
Potensi Sumberdaya Mangrove
15
Keberadaan Fauna Ekosistem Mangrove di Pesisir Desa Anak Setatah 17
Kesesuaian Ekologis Ekosistem Mangrove untuk Kegiatan Ekowisata 18
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat dan Pengunjung
19
Karakteristik Masyarakat Pemanfaat Ekosistem Mangrove
19
Kegiatan Pemanfaatan Kawasan Ekosistem Mangrove oleh Masyarakat 21
Pemahaman dan Persepsi Masyarakat tentang Ekosistem Mangrove dan
Ekowisata
22
Keterlibatan Masyarakat
23
Karakteristik Pengunjung
24
Pemahaman dan Persepsi Pengunjung tentang Ekosistem Mangrove
dan Ekowisata
26
Persepsi Kelembagaan dalam Kegiatan Pengembangan Ekowisata
27
Perencanaan Pengembangan Ekowisata
29
Strategi Pengelolaan Kawasan Mangrove untuk Ekowisata
29
Faktor-Faktor Internal (IFAS)
29
Faktor-Faktor Eksternal (EFAS)
31
Penentuan Bobot dan Skor Setiap Faktor
32
Matriks SWOT
32
Alternatif Strategi
33
4
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
35
35
36
DAFTAR PUSTAKA
36
LAMPIRAN
39
RIWAYAT HIDUP
50
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Jenis dan Sumber Data
6
Matriks Kesesuaian Lahan untuk Wisata Pantai Kategori Wisata Mangrove 9
Faktor Strategi Internal
10
Faktor Strategi Eksternal
11
Matriks SWOT
11
Penggunaan Lahan dan Luasnya
12
Jumlah Penduduk Desa Anak Setatah Berdasarkan Jenis Kelamin
13
Jumlah Penduduk Desa Anak Setatah Berdasarkan Kelompok Umur
13
Komposisi Jenis Mangrove pada Lokasi Penelitian
16
Kerapatan Jenis Mangrove (ind ha-1) pada Stasiun Penelitian
16
Jenis Fauna yang Ditemukan pada Lokasi Penelitian
17
Indeks Kesesuaian Kawasan untuk Ekowisata Mangrove
19
Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS)
32
Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
32
Matriks SWOT
33
Alternatif strategi
34
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Kerangka Pemikiran Penelitian
Peta Lokasi Penelitian
Peletakan petak contoh pada pengambilan sampel mangrove
Pola Pasang Surut di Perairan Pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti
pada Bulan Desember 2014
Karakteristik Usia Masyarakat
Karakteristik Pendidikan Masyarakat
Karakteristik Pekerjaan Masyarakat
Kegiatan Pemanfaatan Kawasan Mangrove oleh Masyarakat
Alasan Pemanfaatan Kawasan Ekosistem Mangrove oleh Masyarakat
Pemahaman Masyarakat terhadap Mangrove dan Ekowisata
Persepsi Masyarakat terhadap Kondisi Mangrove
Keinginan Masyarakat untuk Terlibat dalam Kegiatan Ekowisata
Keterlibatan Masyarakat dalam Kegiatan Ekowisata
Karakteristik Usia Pengunjung
Karakteristik Pendidikan Pengunjung
Karakteristik Pendapatan Pengunjung
Karakteristik Daerah Asal Pengunjung
Pemahaman Pengunjung terhadap Ekowisata dan Mangrove
Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Mangrove
4
5
7
15
20
20
21
21
22
22
23
24
24
25
25
26
26
27
27
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Keadaan Lokasi dan Ekosistem Mangrove di Desa Anak Setatah
Spesies Mangrove yang terdapat di Lokasi Penelitian
Kerapatan Jenis Spesies Mangrove
Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) Setiap Stasiun
Hasil Kuisioner karakteristik Masyarakat
Hasil Kuisioner Pemanfaatan Ekosistem Mangrove oleh Masyarakat
Hasil Kuisioner Pemahaman dan Persepsi Masyarakat
Hasil Kuisioner Karakteristik dan Keinginan Pengunjung.
Hasil Kuisioner Pemahaman dan Persepsi Pengunjung
Penentuan Bobot Faktor Strategis Internal dan Eksternal
Contoh Perhitungan Penilaian Skor Faktor Strategi (Internal dan
Eksternal) serta Contoh Penentuan Rangking Alternatif Strategi
12 Tingkat Kepentingan Faktor Strategi Internal dan Eksternal
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
49
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Provinsi Riau memiliki kawasan mangrove seluas 206292.642 hektar
(2008). Luasan mangrove tersebut di lima kabupaten yaitu 55299.937 hektar di
Kabupaten Bengkalis, 120895.898 hektar di Kabupaten Indragiri Hilir, 8976.645
hektar di Kabupaten Pelalawan, 19704.469 hektar berada di Kabupaten Rokan
Hilir dan 1415.693 hektar berada di Kabupaten Siak (Bakosurtanal 2009).
Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan pemekaran dari Kabupaten
Bengkalis yang dibentuk pada tanggal 19 Desember 2008 dan memiliki potensi
ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove di Kabupaten ini umumnya tumbuh di
wilayah pesisir di depan pantai, sehingga keberadaannya dapat berfungsi sebagai
kawasan lindung dari hempasan gelombang dan badai. Pemanfaatan ekosistem
mangrove untuk kegiatan ekowisata merupakan rangkaian dari kegiatan
konservasi dan rehabilitasi yang dilakukan di dalam kawasan mangrove baik pada
areal mangrove yang sudah rusak maupun pada areal yang baru untuk tujuan
ekstensifikasi atau penambahan luasan areal mangrove.
Desa Anak Setatah yang terletak di Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten
Kepulauan Meranti Provinsi Riau memiliki potensi ekosistem mangrove yang
pengelolaan dan pemanfaatannya cukup berkembang. Luas kawasan mangrove
Desa Anak Setatah ini mencapai 350 ha dengan status lahan milik masyarakat.
Salah satu pengelolaan ekosistem mangrove yang sedang dikembangkan oleh
masyarakat Desa Anak Setatah adalah menjadikan kawasan ekosistem mangrove
sebagai objek wisata yang menarik.
Pemanfaatan mangrove untuk ekowisata sejalan dengan pergeseran minat
wisatawan dari old tourism menjadi new tourism yang mengelola dan mencari
daerah tujuan ekowisata yang spesifik, alami, dan memiliki keanekaragaman
hayati (Alfira 2014). Hutan mangrove sebagai suatu ekosistem mempunyai
potensi keindahan alam jasa lingkungan berupa komponen penyusun ekosistem
yang terdiri dari vegetasi, biota atau organisme asosiasi, satwa liar dan lingkungan
sekitarnya. Fungsi jasa lingkungan yang diperoleh dari hutan mangrove antara lain
sebagai habitat, daerah pemijahan, penyedia unsur hara, dan lain sebagainya.
Disamping itu, hutan mangrove merupakan areal tempat penelitian, pendidikan,
dan ekowisata (Massaut 1999 dan FAO 1994).
Konsep pengembangan ekowisata baru dengan sentuhan inovasi perlu
diintegrasikan agar kepekaan lingkungan dapat dikelola dengan baik. Salah satu
konsep pariwisata yang lebih dikenal pada saat ini adalah konsep ekowisata
dengan berbagai teknik pengelolaan seperti pengelolaan sumber daya pesisir yang
berbasiskan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, yang mana dalam
konsep pengelolaan ini melibatkan seluruh stakeholder untuk menetapkan
prioritas-prioritas dengan mengacu pada tujuan utamanya yaitu tercapainya
pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan (Kustanti 2011).
Opsi lainnya dalam pengembangan ekowisata adalah penglibatan
kelompok masyarakat. Pola ini sudah diprogram melalui kegiatan pengembangan
usaha ekowisata mangrove oleh Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Pantai
Impian yang dibentuk oleh Pemerintah Desa Anak Setatah bersama
masyarakatnya sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Desa Anak Setatah
2
No. 06/Tahun 2013.Pemilihan dan pengembangan jenis usaha ekowisata
mangrove yang dikelola oleh KUBE Pantai Impian sangat terkait dengan
ketersediaan sumberdaya yang ada di Desa Anak Setatah. Pangsa pasar yang
cukup menjanjikan juga memacu masyarakat di wilayah ini untuk berusaha
mengembangkannya sehingga melalui wadah KUBE Pantai Impian diharapkan
dapat membawa dampak perubahan yang lebih baik bagi kesejahteraan
masyarakat Desa Anak Setatah.
Sebelum dilakukan kegiatan pengembangan ekowisata, perlu diketahui
potensi yang dimiliki ekosistem mangrove Desa Anak Setatah berdasarkan
parameter kesesuaian ekologisnya sehingga diperoleh strategi pengelolaan
ekosistem mangrove untuk pengembangan ekowisata di wilayah tersebut. Untuk
itulah penulis melakukan penelitian yang diberi judul pengembangan ekowisata di
kawasan mangrove Desa Anak Setatah Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi
Riau, sehingga di dalam pengelolaannya nanti dapat memberikan kontribusi bagi
kesejahteraan masyarakatnya namun tetap menjaga kelestarian ekosistem
mangrove beserta habitatnya.
Perumusan Masalah
Kawasan mangrove yang terdapat di pesisir pantai Desa Anak Setatah
cukup banyak dikunjungi oleh pendatang yang berasal dari luar Desa Anak
Setatah dan Kabupaten Kepulauan Meranti. Disamping tujuan pekerjaan ataupun
penelitian, mereka juga menikmati ekosistem mangrove tersebut sebagai objek
wisata yang dikelola oleh masyarakat setempat dengan membuka sebuah pantai
yang diberi nama Pantai Impian. Para pengunjung yang datang kesana tidak hanya
melihat keindahan ekosistemmangrovenya saja, tetapi juga dapat menyaksikan
flora dan fauna serta binatang lainnya, termasuk biota laut yang hidup dibawah
akar pohon mangrove. Setelah disuguhkan dengan pemandangan hutan mangrove
dan ekosistemnya, pengunjung juga dapat menikmati wisata pantai sambil
bersantai di pondok-pondok kecil di lokasi wisata. Selain pondok kecil yang
terbuat dari kayu dan pelepah rumbia yang terletak di tebing pantai, terdapat juga
jembatan kecil yang dibuat diantara pepohonan api-api (Avicennia) tujuannya agar
pengunjung bisa melihat langsung pohon-pohon mangrove nan hijau serta
berbagai fauna yang merupakan habitat ekosistem mangrove.
Konsep ekowisata merupakan salah satu alternatif untuk pengembangan
kawasan pariwisata dalam suatu wilayah dengan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan melalui pemanfaatan potensi sumberdaya dan melibatkan masyarakat
lokal. Pengembangan ekowisata bukanlah pengembangan kawasan industri
pariwisata yang hanya bersifat sektoral. Dalam pengembangannya terdapat aspekaspek lain yang saling berhubungan dan menentukan keberhasilan daerah tersebut
sebagai kawasan wisata. Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang
terdapat di lokasi penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Belum optimalnya pemanfaatan ekosistem mangrove sebagai kawasan
pengembangan ekowisata di Desa Anak Setatah.
2. Belum dilakukannya perhitungan tingkat kesesuaian kawasan ekosistem
mangrove untuk pengembangan ekowisata di Desa Anak Setatah.
3. Belum dirumuskannya strategi pengelolaanekosistem mangrove untuk
pengembangan kawasan ekowisata di Desa Anak setatah.
3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi potensi ekosistem mangrove untuk kegiatan pengembangan
ekowisata di Desa Anak Setatah.
2. Menghitung tingkat kesesuaian kawasan untuk pengembangan ekowisata
mangrove di Desa Anak Setatah.
3. Merumuskan strategi pengelolaan ekosistem mangrove untuk pengembangan
ekowisata di Desa Anak Setatah.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan
bagi pengambil keputusan dalam pengelolaan ekosistem mangrove untuk
pengembangan ekowisata dengan tetap memperhatikan kondisi kelestarian
ekologi dan sosial ekonomi masyarakat di Desa Anak Setatah maupun seluruh
masyarakat di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Kerangka Penelitian
Pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Anak Setatah dipengaruhi oleh
dua hal yakni potensi ekosistem mangrove dan aktivitas masyarakat. Potensi
ekosistem mangrovenya tersebar di pesisir pantai. Kondisi kawasan mangrovenya
masih cukup baik, bahkan sangat sedikit kawasan yang mengalami kerusakan
karena selalu dilakukan penanaman sepadan pantai (replanting) beberapa tahun
terakhir. Aktifitas masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Desa
Anak Setatah selain ikut serta dalam kegiatan rehabilitasi mangrove, juga
dilakukan pengawasan terhadap tanaman mangrove di pesisir desa melalui
pembinaan Kelompok Pelestari Wilayah Pesisir Tegas. Selain itu, masyarakat juga
melakukan kegiatan pengembangan usaha ekowisata mangrove oleh Kelompok
Usaha Bersama (KUBE) Pantai Impian. Adanya keseimbangan antara potensi
mangrove dengan pengelolaannya oleh masyarakat Desa Anak Setatah,
mendatangkan sebuah rencana untuk menjadikan desa tersebut sebagai salah satu
kawasan pengembangan ekowisata.
Untuk menyukseskan rencana pengembangan ekowisata mangrove di Desa
Anak Setatah ini, perlu dilakukan pengkajian beberapa parameter diantaranya
parameter biofisik, parameter sosial ekonomi dan parameter kelembagaan
sehingga data-data yang diperoleh dalam penelitian akan dikumpulkan dan
dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yakni mengidentifikasi potensi kawasan
mangrove dan menghitung tingkat kesesuaian kawasan mangrove untuk
ekowisata. Berdasarkan hasil analisis data-data tersbut, maka diperoleh tujuan
terakhir yaitu merumuskan strategi pengelolaan ekosistem mangrove untuk
pengembangan ekowisata di Desa Anak Setatah. Adapun kerangka pemikiran dari
penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
4
Ekosistem Mangrove
Desa Anak Setatah
Potensi
Mangrove
Penglibatan
Masyarakat
- Pengawasan
- Pembinaan
Rencana
Pengembangan
Ekowisata Mangrove
Parameter Biofisik
Parameter Sosial Ekonomi
Parameter Kelembagaan
Analisis Data
Statistik
Deskriptif
Analisis
Indeks
Kesesuaian
Analisis
SWOT
Potensi
Mangrove
Kesesuaian
Wisata
Strategi
Pengelolaan
Gambar 1Ekowisata
Kerangka di
Pemikiran
Pengembangan
KawasanPenelitian
Mangrove
Desa Anak Setatah
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015 di Desa Anak Setatah
Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau
(Gambar 2). Penentuan stasiun pengamatan menggunakan metode purposive
sampling (pengambilan sampel secara sengaja) dengan pertimbangan berdasarkan
ketebalan areal mangrove karena ketebalan mangrove merupakan parameter
ekologis utama yang digunakan untuk menganalisis kesesuaian kawasan
5
mangrove sebagai objek wisata. Observasi lapangan dilaksanakan pada kawasan
mangrove Desa Anak Setatah yang dibagi menjadi 3 stasiun : Stasiun 1 ketebalan
mangrovenya mencapai 38 m, Stasiun 2 ketebalan mangrovenya 38-72 m dan
Stasiun 3 ketebalan mangrovenya 72-122 m.
Desa Anak Setatah
Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian di Kawasan Pesisir Desa Anak Setatah,
Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning
System), kamera digital, alat tulis, meteran gulung 50 m, tali rafia, parang, dan
sepatu boot. Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu data sheet, daftar
pertanyaan (kuisioner) dan buku identifikasi mangrove berupa Panduan
Pengenalan Mangrove di Indonesia dari Ditjen PHKA dan Wetlands Internasional
Indonesia Programme yang ditulis oleh Noor et al (2006).
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer yang dikumpulkan antara lain parameter biologi berupa
data pengamatan ekosistem mangrove dan parameter sosial ekonomi berupa data
pemahaman dan persepsi responden serta parameter kelembagaan berupa data
tentang persepsi kelembagaan di Desa Anak Setatah dan Kabupaten Kepulauan
Meranti. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah parameter
fisik berupa data gambaran lokasi penelitian. Adapun jenis dan sumber data dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
6
Tabel 1 Jenis dan Sumber Data
Parameter dan
aspek-aspeknya
Parameter fisik
(Gambaran lokasi
penelitian)
a. Geografi
b. Topografi
d. Demografi
e. Aksesibilitas
f. Kondisi fisik
g. Pasang surut
Parameter biologi
(Ekosistem mangrove)
a. Jenis mangrove
Jenis
data
Sumber data
Metode pengambilan data
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Profil Desa 2014
Profil Desa 2014
Profil Desa 2014
Profil Desa 2014
Profil Desa 2014
DPK 2015
-
Primer
Observasi lapangan
b. Kerapatan
Primer
Observasi lapangan
c. Fauna mangrove
Parameter sosial ekonomi
- Masyarakat
a. Karakteristik
b. Pemanfaatan pesisir
dan ekosistem
mangrove
b. Pemahaman dan
persepsi tentang
mangrove dan
ekowisata
Pengunjung
a. Karakteristik dan
keinginan
b. Pemahaman dan
persepsi tentang
mangrove dan
ekowisata
Parameter Kelembagaan
Persepsi kelembagaan
tentang kegiatan
pengembangan
ekowisata mangrove
Primer
Observasi lapangan
Identifikasi spesies
mangrove
Menghitung jumlah individu
per unit area
Identifikasi spesies fauna
Primer
Primer
Responden
Responden
Kuisioner
Kuisioner
Primer
Responden
Kuisioner
Primer
Responden
Kuisioner
Primer
Responden
Kuisioner
Primer
Responden (Pemkab,
Kades dan LSM)
Kuisioner
Pengumpulan Data
Pengambilan Sampel Mangrove
Pengambilan sampel ekosistem mangrove dilakukan dengan menggunakan
metode petak ganda, dimana dalam metode ini sampling mangrove dilakukan
dengan menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata.
Peletakan petak contoh dilakukan secara acak (simple random sampling)
(Kusmana et al 2015). Cara peletakan petak contoh pada metode petak ganda
untuk pengambilan sampel mangrove, dapat dilihat pada Gambar 3.
7
10 m
10 m
C
5m
2m B
10
A
C
5m
2m B
10 m
A
C
5m
2m B
A
Gambar 3 Peletakan petak contoh pada pengambilan sampel mangrove
Keterangan:
A = Petak contoh semai : (2 x 2) m2
B = Petak contoh anakan : (5 x 5) m2
C = Petak contoh pohon : (10 x 10) m2
1.
2.
3.
4.
5.
Mekanisme yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Setiap stasiun pengamatan ditetapkan transek garis dari arah laut ke arah darat.
Di sepanjang garis diletakkan secara acak petak contoh (10 x 10) m2 sebanyak
tiga petak contoh.
Didalam setiap petak contoh, dilakukan identifikasi setiap jenis tumbuhan
mangrove, dihitung jumlah individu setiap jenis, kemudian dibedakan antara
pohon, anakan dan semai. Pohon adalah ekosistem mangrove dengan diameter
batang ≥ 4 cm pada setinggi dada atau sekitar 1,3 m dari atas tanah. Anakan
adalah ekosistem mangrove dengan tinggi > 1 m dan diameter batang < 4 cm
pada setinggi dada (sekitar 1,3 m dari atas tanah). Semai adalah ekosistem
mangrove dengan tinggi ≤ 1 m.
Berdasarkan hasil pengamatan ekosistem mangrove, maka data yang diambil
antara lain: jenis spesies mangrove, jumlah individu setiap spesies mangrove
dan hasil pengukuran diameter pohon.
Melakukan pengamatan visual terhadap fauna yang berada di setiap stasiun.
Pemahaman dan Persepsi Responden (Masyarakat dan Pengunjung)
Jumlah responden (masyarakat dan pengunjung) yang ditetapkan masingmasing adalah sebanyak 30 orang. Penentuan jumlah responden masyarakat
dilakukan dengan metode accidential sampling, dimana jumlah responden tidak
dapat ditentukan dan tergantung dari seberapa banyak masyarakat Desa Anak
Setatah yang dapat ditemui dan diwawancarai oleh peneliti pada saat pengambilan
data. Untuk penentuan jumlah responden pengunjung, metode accidential
sampling dilakukan karena responden yang diwawancarai tergantung dari
seberapa banyak jumlah pengunjung yang datang ke kawasan mangrove Desa
Anak Setatah saat penelitian ini dilakukan. Metode pengambilan responden yang
digunakan adalah purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel tidak
secara acak melainkan berdasarkan pertimbangan tertentu atau secara sengaja.
8
Dalam hal ini yang menjadi pertimbangan sebagai responden masyarakat adalah
warga desa yang terdiri dari penduduk asli maupun yang bertempat tinggal di
Desa Anak Setatah. Pertimbangan yang diambil untuk responden pengunjung
adalah orang-orang yang mengunjungi Desa Anak Setatah baik yang berasal dari
luar desa maupun dari luar kabupaten Kepulauan Meranti bahkan dari luar
provinsi Riau dengan urusan pekerjaan maupun penelitian atau survey mengenai
ekosistem mangrove di pesisir Desa Anak Setatah.
Data yang dikumpulkan meliputi:
1. Karakteristik masyarakatdan pengunjung (nama, jenis kelamin, daerah asal
pengunjung, umur, agama, pendidikan, dan pekerjaan).
2. Kegiatan pemanfaatan kawasan pesisir oleh masyarakat.
3. Pemahaman dan persepsi masyarakat dan pengunjung tentang ekosistem
mangrove dan ekowisata.
4. Keterlibatan Masyarakat dalam kegiatan ekowisata mangrove.
Persepsi Kelembagaantentang Pengembangan Ekowisata
Responden yang diwawancarai terdiri dari lembaga-lembaga sebagai
pemangku kebijakan baik itu pemerintah, LSM dan tokoh masyarakat yang terkait
langsung dengan kegiatan pengembangan ekowisata mangrove di Desa Anak
Setatah dan di Kabupaten Kepulauan Meranti. Responden yang diwawancarai
adalah:
1. Pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Meranti.
2. Pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Meranti.
3. Pegawai Badan Pengawasan Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti.
4. Pegawai Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kepulauan Meranti.
5. Pegawai Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Kepulauan Meranti.
6. Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Meranti.
7. Aparat Desa Anak Setatah yakni Kepala Desa.
8. Badan Permusyawaratan Desa yakni ketua BPD.
9. Tokoh Masyarakat di Desa Anak Setatah sebagai penggerak kegiatan
pengelolaan ekosistem mangrove Desa Anak Setatah.
10. LSM di Desa Anak Setatah yang bergerak di bidang lingkungan yaitu anggota
KUBE Pantai Impian dan anggota Kelompok Pelestari Wilayah Pesisir Tegas.
Data yang dikumpulkan meliputi unsur-unsur persepsi yang diamati dari
masing-masing lembaga pemangku kebijakan antara lain: pengetahuan aparat
kelembagaan tersebut tentang lokasi penelitian, pengetahuan mereka tentang
ekosistem mangrove dan ekowisata, serta kebijakan dan koordinasi antar
kelembagaan dengan pemangku kebijakan lainnya.
Analisis Data
Analisis Statistik Deskriptif
Data yang dikumpulkan meliputi: data mengenai jenis spesies, jumlah
individu dan diameter pohon. Data-data tersebut kemudian diolah untuk
mengetahui kerapatan setiap spesies dan kerapatan total semua spesies.
a. Kerapatan spesies adalah jumlah individu spesies i dalam suatu unit area yang
dinyatakan dalam rumus:
9
K = ........ ................................................. (1)
b. Kerapatan total adalah jumlah semua individu mangrove dalam suatu unit area
yang dinyatakan dalam rumus:
KT =
...................................................(2)
Keterangan:
K = kerapatan jenis i
ni = jumlah total individu dari jenis i
KT = kerapatan total
∑n = jumlah total tegakan seluruh jenis
A = luas total area pengambilan contoh (luas petak contoh)
Analisis Kesesuaian Kawasan
Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan
potensi sumberdaya dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai
persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan objek wisata yang
akan dikembangkan. Kategori wisata mangrove mempertimbangkan 5 parameter
dengan 4 klasifikasi penilaian (Tabel 2). Rumus yang digunakan untuk kesesuaian
wisata pantai dan wisata bahari adalah (Yulianda 2007):
IKW = ∑
x 100% . ...................................(3)
Keterangan :
IKW
= Indeks kesesuaian wisata mangrove (sesuai: 83% - 100%, sesuai
bersyarat: 50% - < 83%, tidak sesuai: < 50)
Ni
= Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor).
Nmaks = Penjumlahan dari hasil pengalian nilai bobot dengan nilai skor dari
kategori baik pada masing-masing parameter ekologi mangrove.
Tabel 2 Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori wisata mangrove
Parameter
B
Kategori
baik
S
Ketebalan
mangrove (m)
Kerapatan
mangrove
(100 m2)
Jenis
mangrove
Pasang surut
(m)
Obyek biota
5
> 500
3
3
> 15 -25
3
Kategori
cukup
baik
> 200 500
> 10- 5
3
>5
3
1
0–1
3
1
2
Kategori
cukup
buruk
50 - 200
2
5-10
1
1–2
2
>2-5
1
>5
0
1
Salah
satu biota
air
0
S
Ikan,
3
Ikan,
2
Ikan,
udang,
udang,
moluska
kepiting,
kepiting,
moluska,
moluska
reptil,
burung
Keterangan: B = bobot, S = skor; Sumber: Yulianda (2007)
S
Kategori
buruk
S
1
< 50
0
10
Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi pengelolaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths dan Weaknesses serta
lingkungan eksternal Opportunities dan Threats. Analisis SWOT membandingkan
antara faktor eksternal dan internal (Rangkuti 2009).
Hal pertama yang dilakukan dalam menentukan matriks SWOT adalah
mengetahui faktor strategi internal (IFAS) dan faktor strategi eksternal (EFAS)
(Rangkuti 2009). Penentuan berbagai faktor, bobot setiap faktor dan tingkat
kepentingan setiap faktor didapatkan dari hasil wawancara dengan orang-orang
yang berkompeten dibidangnya dan disesuaikan dengan kondisi di lapang. Hal ini
dilakukan agar sifat obyektif dari analisis ini dapat diminimalkan.
a. Cara penentuan faktor strategi internal:
1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan dari
kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove prioritas yang mendukung
pengembangan ekowisata.
2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat
kepentingannya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,00.
3. Menghitung rating (kolom 3) untuk masing-masing faktor berdasarkan
pengaruh/respon
faktor-faktor
tersebut
terhadap
pengelolaan
ekosistemmangrove di Desa Anak Setatah (nilai: 4 = sangat penting, 3 =
penting, 2 = cukup penting, 1 = kurang penting).
4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasil dari perkalian ini
akan berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor.
Tabel 3 Faktor Strategi Internal
Faktor-Faktor Strategi
Kekuatan
Kelemahan
Bobot
Rating
Skor
b. Cara penentuan faktor strategi eksternal:
1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang serta ancaman dari kegiatan
pengelolaan ekosistem mangrove prioritas yang mendukung pengembangan
ekowisata.
2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat
kepentingannya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,00.
3. Menghitung rating (kolom 3) untuk masing-masing faktor berdasarkan
pengaruh/respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem
mangrove di Desa Anak Setatah (nilai: 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 =
cukup penting, 1 = kurang penting).
4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya akan berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor.
11
Tabel 4 Faktor Strategi Eksternal
Faktor-Faktor Strategi
Peluang
Ancaman
Bobot
Rating
Skor
c. Pembuatan Matriks SWOT
Setelah matriks IFAS dan EFAS selesai, selanjutnya unsur-unsur tersebut
dihubungkan dalam matrik untuk memperoleh beberapa alternatif strategi. Matriks
ini memungkinkan empat kemungkinan stategi. Matriks SWOT tersebut, dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Matriks SWOT
IFAS
STRENGTHS (S)
Tentukan Faktor
kekuatan internal
Strategi S –O
(Strategi menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang)
Strategi S – T
(Strategi menggunakan
kekuatan untuk mengatasi
ancaman)
EFAS
OPPORTUNITIES (O)
Tentukan Faktor
peluang eksternal
THREATS (T)
Tentukan Faktor
ancaman eksternal
WEAKNESSES (W)
Tentukan Faktor
kelemahan internal
Strategi W – O
(Strategi meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang)
Strategi W – T
(Strategi meminimalkan
kelemahan untuk
menghindari ancaman)
Sumber: Rangkuti (2009)
d. Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi
Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan
memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan
menentukan ranking prioritas strategi dalam pengelolaan ekosistem mangrove
untuk pengembangan kawasan ekowisata. Jumlah skor diperoleh dari
penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Ranking
akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai yang terkecil dari
semua strategi yang ada.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Geografi dan Topografi
Desa Anak Setatah berada di Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten
Kepulauan Meranti, Provinsi Riau dengan luas ±16 km2 (±1600 ha). Secara
geografis, Desa Anak Setatah terletak antara 01001’50”LU sampai 01002’45”LU
dan 102039’15”BT sampai 102040’20”BT dengan batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Desa Segomeng
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sialang Pasung
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bantar
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bantar dan Selat Malaka.
12
Desa Anak Setatah memiliki ketinggian 3 meter diatas permukaan air laut.
Secara umum keadaan topografinya termasuk dataran rendah, dengan daerah
abrasi mencapai 2.5 km (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014). Penggunaan lahan
di Desa Anak Setatah antara lain untuk jalan, pemukiman/perumahan,
perkebunan, tanah wakaf, lapangan olahraga, kuburan/pemakaman, hutan lindung,
sawah tadah hujan dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya, penggunaan lahan Desa
Anak Setatah akan disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6 Penggunaan Lahan dan Luasnya
Penggunaan Lahan
Pemukiman/perumahan
Perkebunan
Tanah wakaf
Lapangan olahraga
Kuburan/pemakaman
Hutan Lindung
Sawah tadah hujan
Lain-lain
Jumlah
Luas (ha)
416
468
2
1.5
2
400
116
193
1600
Persentase (%)
26
29.25
0.17
0.09
0.17
25
7.25
12.07
100
Sumber: Pemerintah Desa Anak Setatah (2014)
Kawasan mangrove di Desa Anak Setatah termasuk ke dalam hutan yang
dilindungi oleh masyarakat setempat dengan luas areal mangrove mencapai 350
ha. Kawasan mangrove yang didominasi oleh jenis Rhizophora sp. luasnya
mencapai 300 ha, sedangkan sisanya yang ditumbuhi oleh jenis Avicennia sp. luas
arealnya mencapai 50 ha. Kondisi mangrove di sepanjang pantai Desa Anak
Setatah dapat dikatakan masih terpelihara dengan baik. Hal ini disebabkan karena
adanya pengawasan dari masyarakat maupun kelompok pelestari mangrove
terhadap oknum-oknum yang ingin melakukan penebangan kayu mangrove
sehingga tidak ditemukan kawasan mangrove yang rusak. Oleh karena itu,
ekosistem mangrove di Desa Anak Setatah masih cukup layak untuk
dikembangkan sebagai kawasan ekowisata.
Kondisi mangrove di daerah perbatasan juga masih terawat dengan baik.
Salah satu wilayah perbatasan yang juga ditumbuhi mangrove adalah sebelah
utara Desa Anak Setatah. Namun kawasan mangrove yang direncanakan untuk
program pengembangan kegiatan ekowisata tidak merata di seluruh pesisir pantai
desa tersebut, akan tetapi kegiatan tersebut difokuskan pada kawasan mangrove
sepanjang pantai sebelah selatan Desa Anak Setatah hingga perbatasan Desa
Bantar, sesuai dengan lokasi yang menjadi stasiun pengamatan dalam penelitian
ini.
Demografi
Jumlah penduduk Desa Anak Setatah pada tahun 2013 tercatat berjumlah
1466 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 346 KK. Jumlah penduduk Desa Anak
Setatah menurut jenis kelamin dan kelompok umur masing-masing dapat dilihat
pada Tabel 7 dan Tabel 8.
13
Tabel 7 Jumlah Penduduk Desa Anak Setatah Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Persentase (%)
Laki-laki
742
50.61
Perempuan
724
49.39
Jumlah Total
1466
100
Sumber: Pemerintah Desa Anak Setatah (2014)
Tabel 8 Jumlah Penduduk Desa Anak Setatah Berdasarkan Kelompok Umur
Kisaran Usia (Tahun)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Persentase (%)
0–4
88
6
5–9
141
9.62
10 – 14
168
11.47
15 – 19
156
10.64
20 – 24
167
11.39
25 – 29
183
12.48
30 – 34
139
9.48
35 – 39
113
7.71
> 40
311
21.21
Jumlah Total
1466
100
Sumber: Pemerintah Desa Anak Setatah (2014)
Penduduk Desa Anak Setatah menganut 2 agama yaitu agama Islam yang
dianut mayoritas penduduk sebanyak 1460 jiwa (99.59 %) dan agama kristen yang
dianut sebanyak 6 jiwa (0.41%).
Mata pencaharian penduduk Desa Anak Setatah mayoritas sebagai
peternak ayam sebanyak 285 jiwa (19.44 %) dan sebagian lagi yaitu sebanyak 273
jiwa (18.62 %) bekerja sebagai nelayan/buruh nelayan (Pemerintah Desa Anak
Setatah 2014).
Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan salah satu kunci utama yang akan mendukung
keberhasilan pengembangan pada suatu kawasan, karena akan menghubungkan
wilayah pengembangan dengan daerah luar. Adanya prasarana perhubungan serta
sarana transportasi membuat akses dari dan menuju Desa Anak Setatah menjadi
lebih mudah walaupun untuk pelabuhan penyeberangan terdekat berada di desa
tetangga yaitu Pelabuhan Desa Sialang Pasung.
Prasarana perhubungan yang terdapat di Desa Anak Setatah adalah jalan
lingkungan sepanjang 11.240 km dan jalan desa sepanjang 5 km. Sarana
transportasi yang dimiliki masyarakat Desa Anak Setatah yaitu sepeda 101 buah,
gerobak 13 buah, sepeda motor 215 buah, perahu dayung 105 buah, perahu motor
15 buah, dan kendaraan dinas 5 buah. Untuk mencapai ibukota Kecamatan
Rangsang Barat yaitu Desa Bantar ditempuh menggunakan transportasi darat
dengan jarak 2 km ke arah selatan. Dari pusat pemerintahan Desa Anak Setatah
menuju ibukota Kabupaten Kepulauan Meranti yaitu Kota Selatpanjang ditempuh
dengan menggunakan sarana transportasi laut (kapal motor) yang terdapat di
Pelabuhan Desa Sialang Pasung ke pelabuhan lokal di Pulau Tebing Tinggi,
dilanjutkan dengan sarana transportasi darat seperti motor atau becak motor
dengan total jarak sekitar 25 km ke arah timur. Untuk menuju ibukota Provinsi
14
Riau yaitu Kota Pekanbaru, ditempuh dengan menggunakan sarana transportasi
laut berupa speed boat dan sarana tranpsortasi darat yaitu bus selama ±4 jam
dengan total jarak sekitar 146 km ke arah selatan (Pemerintah Desa Anak Setatah
2014).
Kondisi Sarana dan Prasarana
Jumlah tempat ibadah di Desa Anak Setatah sampai tahun 2013 adalah
sebanyak 6 unit, dengan rincian: 3 unit masjid dan 3 unit musholla. Organisasi
keagamaan yang terdapat di Desa Anak Setatah adalah kelompok masyarakat
yang kegiatannya bergerak dibidang keagamaan seperti majlis taklim sebanyak 4
kelompok dan remaja masjid sebanyak 3 kelompok (Pemerintah Desa Anak
Setatah 2014) (Lampiran 1).
Jumlah gedung kesehatan di Desa Anak Setatah adalah sebanyak 3 unit,
dengan rincian: 1 unit puskesmas, dan 2 unit posyandu. Tenaga kesehatan yang
terdapat di Desa Anak Setatah adalah 1 orang bidan, 10 orang kader posyandu, 2
orang dukun bayi, dan 2 orang tabib (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).
Gedung pendidikan di Desa Anak Setatah terdiri dari 3 unit, dengan
rincian: 1 unit Sekolah Dasar Negeri (SDN), 1 unit Madrasah Diniyah Awaliyah
(MDA), dan 1 unit Marasah Tsanawiyah Swasta (MTsS). Tenaga pendidikan yang
terdapat di Desa Anak Setatah adalah 16 orang guru SDN, 11 orang guru MDA,
dan 15 orang guru MTsS (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).
Gedung olah raga di Desa Anak Setatah terdiri dari 9 unit, dengan rincian:
1 unit lapangan sepak bola, 5 unit lapangan voly ball, 1 unit lapangan bulu
tangkis, 1 unit lapangan tenis meja, dan 1 unit lapangan takraw. Organisasi
keolahragaan yang terdapat di Desa Anak Setatah adalah beberapa kesebelasan
yang bergerak diberbagai jenis olahraga seperti 2 kesebelasan sepakbola, 4
kesebelasan voly ball, 2 kesebelasan bulu tangkis, 2 kesebelasan tenis meja, dan 2
kesebelasan sepak takraw (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).
Prasarana transportasi berupa jalan yang terdapat di Desa Anak Setatah
adalah sepanjang 11240 km, dengan rincian: 11240 km jalan lingkungan, dan 5
km jalan desa. Sedangkan alat transportasi yang terdapat di desa tersebut adalah
sebanyak 453 unit, dengan rincian: sepeda 101 unit, gerobak 13 unit, sepeda
motor 215 unit, perahu dayung 105 unit, perahu motor 14 unit, dan kendaraan
dinas 5 unit (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).
Sumber air bersih di Desa Anak Setatah berasal dari sumur bor dan PAM.
Sumber yang paling banyak digunakan adalah dari PAM, yang terpasang
sebanyak 69 unit. Sedangkan untuk jumlah sumur bor yang terdapat di Desa Anak
Setatah adalah sebanyak 10 unit (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).
Sarana komunikasi yang terdapat di Desa Anak Setatah yaitu telepon
umum, pesawat televisi, antena parabola dan telepon seluler. Dari semua sarana
komunikasi yang ada, hanya antena parabola yang jumlahnya telah terdata yakni
sebanyak 145 unit (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).
Jaringan listrik yang terdapat di Desa Anak Setatah berasal dari PLN yang
beroperasi mulai dari pukul 17.30 WIB – 06.30 WIB. Untuk fasilitas MCK,
penduduk Desa Anak Setatah telah menggunakan fasilitas yang memadai berupa
jamban atau tangki yang dapat dipakai sendiri atau bersama.
15
Pasang Surut
Pasang surut merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut.
Menurut Wibisono (2005) pasang surut adalah suatu gerakan vertikal dari seluruh
partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut
yang disebabkan oleh pengaruh gaya tarik menarik antara bumi dan benda-benda
angkasa terutama matahari dan bulan.
Tipe pasang surut di kawasan Rangsang dan sekitarnya adalah campuran
condongke harian ganda (mix prevailing semidiurnal) yakni dua kali pasang dan
surut yang ketinggiannya berbeda. Kisaranpasang surut antara 1.2 sampai dengan
2.2 meter (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kepulauan Meranti 2015).
Tanggal 1 s.d 31 Desember 2014
Gambar 4 Pola Pasang Surut di Perairan Pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti
pada Bulan Desember 2014
Pola arus pasang surut tipe ini merupakan mekanisme pentingdalam
distribusi dan transportasi sedimen tersuspensi di sepanjang dasar perairan baik di
alur maupun pantai pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti sehingga sangat
berpengaruh pada habitat mangrove. Tipe pasut ini juga akan memberikan
indikasi ke arah mana kecenderungan terjadinya sedimentasi/pendangkalan
dimana pada perairan yang mempunyai aruslambat dan tenang akan memberikan
kesempatan kepada material tersuspensi untuk mengendap sehingga kawasan ini
lebih dominan ditumbuhi jenis Rhizophora sp., sebaliknya pada arus yang cepat
menyebabkan material tersuspensi akan tetap bergerak bersama arus dan pada
kawasan ini spesies mangrove yang dominan adalah jenis Avecennia sp..
Ekosistem Mangrove
Potensi Sumberdaya Mangrove
Jenis mangrove yang terdapat pada lokasi penelitian didominasi oleh 8
jenis mangrove sejati yang berasal dari 3 famili (Tabel 9 dan Lampiran 2).
Berdasarkan penelitian Cresswell dan Semeniuk (2011), menyebutkan istilah
“mangrove” hanya mengacu pada pohon berkayu dan semak-semak yang
mendiami lingkungan pasang surut antara tingkat rata-rata laut (MSL) dan pasang
astronomi tertinggi (HAT). Tanaman di zona ini anatominya disesuaikan untuk
menangani genangan pasang surut, air garam dan substrat anoxic.
16
Tabel 9Jenis Mangrove yang Ditemukan pada Lokasi Penelitian
Famili
Spesies
Kelompok
Avicennia alba
Avicennia marina
Avicennia lanata
Sonneratia ovata
Rhizophoraceae Rhizophora apiculata
Ceriops tagal
Meliaceae
Xylocarpus granatum
Combretaceae
Lumnitzera littorea
Avicenniaceae
Sejati
Sejati
Sejati
Sejati
Sejati
Sejati
Sejati
Sejati
Stasiun
1
2
3
+++
++
++
+
++
+++
+
+
+
++
+
+
+
-
Keterangan: Ditemukan jumlah: +++ = Sangat banyak, ++ = Banyak, + = Sedikit, - = Tidak
ditemukan; Sumber : Data Primer yang diolah (2015)
Secara umum ekosistem mangrove di sepanjang pantai Desa Anak Setatah
dapat dibagi ke dalam zona depan (dekat perairan), ditemukan jenis Avicennia
alba, Avicennia marina, Avicennia lanata dan Sonneratia ovata, selanjutnya zona
tengah yang ditumbuhi oleh jenis Rhizophora apiculata, kemudian zona akhir
(dekat daratan) yang ditumbuhi oleh jenis Xylocarpus granatum, Ceriops tagal
dan Lumnitzera littorea.Dari 3 stasiun pengamatan, jumlah jenis spesies
mangrove lebih banyak ditemukan pada stasiun 3 dibanding stasiun 1 dan 2. Hal
ini disebabkan oleh mangrovenya yang lebih tebal yang memungkinkan ketiga
zona mangrove berada pada stasiun tersebut.
Kerapatan jenis mangrove setiap stasiun bervariasi. Kerapatan tertinggi
untuk kategori pohon diperoleh pada stasiun 1 (2067 ind ha-1) dan kerapatan
terendah pada stasiun 2 (1433 ind ha-1) (Tabel 10 dan Lampiran 3).
Tabel 10 Kerapatan Jenis Mangrove (ind ha-1) pada Stasiun Penelitian
Spesies
Pohon
Anakan
Semai
St 1
St 2
St 3
St 1
St 2
St 3
St 1
St 2
St 3
A. alba
1600
1366.67
266.67
2800
2000
2000
90000
112500
62500
A. marina
66.67
66.67
400
-
-
-
-
-
-
A. lanata
-
-
100
-
-
-
-
-
-
S. ovata
-
-
200
-
-
-
-
-
-
400
-
300
1600
-
2400
110000
-
142500
C. tagal
-
-
66.67
-
-
-
-
-
-
X. granatum
-
-
233.33
-
-
-
-
-
-
2066.67
1433.34
1566.67
4400
800
2800
4400
200000
112500
205000
4400
2800
4400
200000
112500
205000
R. apiculata
L. littorea
Jumlah
Dibulatkan
2067
1433
1567
Sumber: Data Primer yang diolah (2015)
Kerapatan jenis vegetasi mangrove kategori pohon pada stasiun 1 sebesar
2067 ind ha-1 dengan kerapatan jenis tertinggi pada jenis A. alba (1600 ind ha-1),
dan kerapatan jenis terendah pada jenis R. apiculata (400 ind ha-1). Stasiun 2
memiliki kerapatan jenis vegetasi mangrove sebesar 1433 ind ha-1, dengan
kerapatan jenis tertinggi dijumpai pada jenis A. alba (1367 ind ha-1) serta
17
kerapatan jenis terendah pada jenis A. marina (67 ind ha-1). Pada stasiun 3
kerapatan vegetasi mangrove kategori pohon sebesar 1567 ind ha-1, dengan
kerapatan jenis tertinggi dijumpai pada jenis A. alba (267 ind ha-1).
Keberadaan Fauna Ekosistem Mangrove di Pesisir Desa Anak Setatah
Kelompok fauna daratan yang ditemukan pada saat pengamatan ekosistem
mangrove di Desa Anak Setatah antara lain jenis burung, reptil dan mamalia.
Sedangkan kelompok fauna perairan yang ditemukan adalah jenis ikan, moluska
dan krustasea (Tabel 11).
Tabel 11 Jenis Fauna yang Ditemukan pada Lokasi Penelitian
No.
1
2
3
4
5
6
Jenis dan Nama Fauna
Burung
a.
b.
c.
Reptil
a.
b.
c.
Mamalia
a.
b.
c.
Ikan
a.
b.
c.
Moluska
a.
b.
c.
d.
e.
Krustasea
a.
b.
c.
d.
1
Stasiun
2
3
Walet (Collacalia fuciphaga)
Elang laut (Haliaetus leucogaster)
Layang-layang (Haliastur indus)
+
-
+
-
+
+
+
Biawak (Varanus salvatoe)
Ular Belang (Boiga dendriphila)
Katak (Rana concrivora)
-
+
+
+
Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
Tupai (Tupaia sp.)
Musang (vivvera sp.)
-
+
+
-
+
-
+
+
Sembilang (Plotosus canius)
Pari (Trygon sephen)
Gelodok (Periopthalmus sp.)
+
+
+
+
Siput Tanduk(Cerithidea cingulata)
Telescopium mauritsii
Telescopium telescopium
Siput Nenek(Cerithidea quadrata)
Kerang Darah(Anadara granosa)
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
Kepiting Bakau (Scylla serrata)
Kepiting Ungu Pemanjat (Metapograpsus sp.)
Udang Windu (Panaeus monodon)
Udang Putih (Panaeus merguensis)
+
+
+
+
+
+
+
+
-
Keterangan: + = Ditemukan, - = Tidak ditem
MANGROVE DESA ANAK SETATAH KABUPATEN
KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU
WANDESI MARIATI
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengembangan
Ekowisata di Kawasan Mangrove Desa Anak Setatah Kabupaten Kepulauan
Meranti Provinsi Riau adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Februari 2016
Wandesi Mariati
NRP C252110231
RINGKASAN
WANDESI MARIATI. Pengembangan Ekowisata di Kawasan Mangrove Desa
Anak Setatah Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Dibimbing oleh
SIGID HARIYADI dan ISDRADJAD SETYOBUDIANDI.
Desa Anak Setatah terletak di Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten
Kepulauan Meranti Provinsi Riau memiliki potensi ekosistem mangrove yang
pengelolaan dan pemanfaatannya cukup berkembang. Penduduk Desa Anak
Setatah bersama aparat pemerintah setempat telah merencanakan kawasan
ekosistem mangrove di desa tersebut untuk dijadikan sebagai salah satu kawasan
pengembangan ekowisata di Kabupaten Kepulauan Meranti. Tujuan penelian ini
adalah (1) Mengidentifikasi potensi ekosistem mangrove untuk kegiatan
pengembangan ekowisata di Desa Anak Setatah; (2) Menghitung tingkat
kesesuaian kawasan untuk pengembangan ekowisata mangrove di Desa Anak
Setatah; (3) Merumuskan strategi pengelolaan ekosistem mangrove untuk
pengembangan ekowisata di Desa Anak Setatah.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015 di Desa Anak Setatah
Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau.
Penentuan stasiun pengamatan dan pengambilan responden menggunakan metode
purposive sampling. Stasiun pengamatan dibagi menjadi 3: Stasiun 1 ketebalan
mangrovenya hingga 38 m, Stasiun 2 ketebalan mangrovenya 38-72 m dan
Stasiun 3 ketebalan mangrovenya 72-122 m.
Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa ekosistem mangrove di sepanjang
pesisir Desa Anak Setatah didominasi oleh 8 jenis mangrove dominan yang terdiri
dari Avicennia alba, Avicennia marina, Avicennia lanata, Lumnitzera littorea,
Sonneratia ovata, Rhizophora apiculata, Xylocarpus granatum, dan Ceriops
tagal. Nilai kerapatan spesies yang paling besar ditemui pada jenis Avicennia
alba. Indeks kesesuaian kawasan untuk wisata mangrove di pesisir Desa Anak
Setatah tergolong ke dalam kategori Sesuai Bersyarat (SB) untuk pengembangan
ekowisata. Alternatif strategi pengembangan ekowisata mangrove di Desa Anak
Setatah adalah: meningkatkan upaya penanaman mangrove di sepadan pantai
(replanting) pada wilayah pengembangan ekowisata mangrove, meningkatkan
partisipasi masyarakat lokal dalam mengembangkan kemampuan dan kreatifitas
usaha wisata, serta meningkatkan peran serta dinas terkait melalui perbaikan
sarana dan prasarana yang belum memadai.
Kata Kunci: Desa Anak Setatah, Ekowisata, Mangrove
SUMMARY
WANDESI MARIATI. Ecotourism Development of Mangrove Area at Anak
Setatah Village Meranti Islands Regency Riau Province. Supervised by SIGID
HARIYADI and ISDRADJAD SETYOBUDIANDI.
Anak Setatah Village is located in the district of West Rangsang, Meranti
Islands Regency of Riau Province, has potentially mangrove ecosystem to be
developed. Anak Setatah village together with local government officials have
planned the mangrove ecosystem in the village to be used as one of the tourism
development area in the District of Kepulauan Meranti. The purpose of this study
is (1) To identify the potential of mangrove ecosystem for the development of
ecotourism activities in the Anak Setatah village; (2) To Calculate the degree of
the area suitability for the development of ecotourism mangrove area in the Anak
Setatah Village; (3) To formulate a mangrove ecosystem management strategies
for the development of ecotourism in the Anak Setatah Village.
This research was conducted in May-June 2015 in the Anak Setatah
Village, West Rangsang District, Meranti Islands Regency in Riau Province.
Determination of observation stations and retrieval of respondents using
purposive sampling method. The assigned three observation stations are Station 1
with mangrove thickness of up to 38 m, Station 2 with mangrove thickness of 3872 m and Station 3 with mangrove thickness of 72-122 m.
The results of this study showed that mangrove ecosystems along the coast
of Anak Setatah Village is dominated by eight mangrove species consisting of
Avicennia alba, Avicennia marina, Avicennia lanata, Lumnitzera littorea,
Sonneratia ovata, Rhizophora apiculata, Xylocarpus granatum, and Ceriops
tagal. The greatest density of species encountered was Avicennia alba. Suitability
index for the region in the coastal mangrove Anak Setatah Village fall into the
category conditional suitable for the development of ecotourism. Alternative
strategies: increasing efforts mangrove planting in commensurate beach
(replanting) in the area of ecotourism development mangroves, increasing the
participation of local communities in developing the abilities and creativity of
business travel, as well as enhancing the participation of related agencies through
improved infrastructure inadequate.
Keywords: Anak Setatah Village, Ecotourism, Mangrove
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB.
PENGEMBANGAN EKOWISATA DI KAWASAN
MANGROVE DESA ANAK SETATAH KABUPATEN
KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU
WANDESI MARIATI
Tesis
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan
SEKOLAH PASCA SARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Zulhamsyah Imran S.Pi, M.Si, PhD
PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
rahmat dan izin-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul
”Pengembangan Ekowisata di Kawasan Mangrove Desa Anak Setatah Kabupaten
Kepulauan Meranti Provinsi Riau”. Tesis ini tidak akan terwujud tanpa ada
sumbangan pikiran dan tenaga dari berbagai pihak. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Sigid Hariyadi, M.Sc dan Dr. Ir.
Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc sebagai Komisi Pembimbing. Ucapan terima kasih
juga disampaikan kepada ayah, ibu, suami, anak dan adik tercinta atas segala do’a
motivasi dan kasih sayangnya. Salam hangat penulis sampaikan kepada temanteman kampus dan saudara seperantauan di Bogor yang tidak dapat penulis
sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa isi tesis ini masih jauh dari sempurna, namun
penulis berharap setidaknya tesis ini memberikan kontribusi pada khasanah
keilmuan terutama kepedulian terhadap pelestarian dan pemanfaatan ekosistem
pesisir dan laut. Akhir kata, penulis mohon maaf apabila terdapat kekurangan dan
kesalahan di dalam tesis ini. Kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan
demi kebaikan pada masa mendatang. Salam hangat, selamat membaca dan
semoga memberi inspirasi.
Bogor, Februari 2016
Wandesi Mariati
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
vii
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Penelitian
1
1
2
3
3
3
2 METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi
Alat dan Bahan
Jenis dan Sumber Data
Pengumpulan Data
Pengukuran Sampel Mangrove
Pemahaman dan Persepsi (Masyarakat dan Pengunjung)
Persepsi Kelembagaan tentang Pengembangan Ekowisata
Analisis Data
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis Kesesuaian Kawasan
Analisis SWOT
4
4
5
5
6
6
7
8
8
8
9
10
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
11
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
11
Geografi dan Topografi
11
Demografi
12
Aksesibilitas
13
Kondisi Sarana dan Prasarana
14
Pasang Surut
15
Ekosistem Mangrove
15
Potensi Sumberdaya Mangrove
15
Keberadaan Fauna Ekosistem Mangrove di Pesisir Desa Anak Setatah 17
Kesesuaian Ekologis Ekosistem Mangrove untuk Kegiatan Ekowisata 18
Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat dan Pengunjung
19
Karakteristik Masyarakat Pemanfaat Ekosistem Mangrove
19
Kegiatan Pemanfaatan Kawasan Ekosistem Mangrove oleh Masyarakat 21
Pemahaman dan Persepsi Masyarakat tentang Ekosistem Mangrove dan
Ekowisata
22
Keterlibatan Masyarakat
23
Karakteristik Pengunjung
24
Pemahaman dan Persepsi Pengunjung tentang Ekosistem Mangrove
dan Ekowisata
26
Persepsi Kelembagaan dalam Kegiatan Pengembangan Ekowisata
27
Perencanaan Pengembangan Ekowisata
29
Strategi Pengelolaan Kawasan Mangrove untuk Ekowisata
29
Faktor-Faktor Internal (IFAS)
29
Faktor-Faktor Eksternal (EFAS)
31
Penentuan Bobot dan Skor Setiap Faktor
32
Matriks SWOT
32
Alternatif Strategi
33
4
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
35
35
36
DAFTAR PUSTAKA
36
LAMPIRAN
39
RIWAYAT HIDUP
50
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
Jenis dan Sumber Data
6
Matriks Kesesuaian Lahan untuk Wisata Pantai Kategori Wisata Mangrove 9
Faktor Strategi Internal
10
Faktor Strategi Eksternal
11
Matriks SWOT
11
Penggunaan Lahan dan Luasnya
12
Jumlah Penduduk Desa Anak Setatah Berdasarkan Jenis Kelamin
13
Jumlah Penduduk Desa Anak Setatah Berdasarkan Kelompok Umur
13
Komposisi Jenis Mangrove pada Lokasi Penelitian
16
Kerapatan Jenis Mangrove (ind ha-1) pada Stasiun Penelitian
16
Jenis Fauna yang Ditemukan pada Lokasi Penelitian
17
Indeks Kesesuaian Kawasan untuk Ekowisata Mangrove
19
Matriks Faktor Strategi Internal (IFAS)
32
Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
32
Matriks SWOT
33
Alternatif strategi
34
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Kerangka Pemikiran Penelitian
Peta Lokasi Penelitian
Peletakan petak contoh pada pengambilan sampel mangrove
Pola Pasang Surut di Perairan Pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti
pada Bulan Desember 2014
Karakteristik Usia Masyarakat
Karakteristik Pendidikan Masyarakat
Karakteristik Pekerjaan Masyarakat
Kegiatan Pemanfaatan Kawasan Mangrove oleh Masyarakat
Alasan Pemanfaatan Kawasan Ekosistem Mangrove oleh Masyarakat
Pemahaman Masyarakat terhadap Mangrove dan Ekowisata
Persepsi Masyarakat terhadap Kondisi Mangrove
Keinginan Masyarakat untuk Terlibat dalam Kegiatan Ekowisata
Keterlibatan Masyarakat dalam Kegiatan Ekowisata
Karakteristik Usia Pengunjung
Karakteristik Pendidikan Pengunjung
Karakteristik Pendapatan Pengunjung
Karakteristik Daerah Asal Pengunjung
Pemahaman Pengunjung terhadap Ekowisata dan Mangrove
Persepsi Pengunjung terhadap Kondisi Mangrove
4
5
7
15
20
20
21
21
22
22
23
24
24
25
25
26
26
27
27
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Keadaan Lokasi dan Ekosistem Mangrove di Desa Anak Setatah
Spesies Mangrove yang terdapat di Lokasi Penelitian
Kerapatan Jenis Spesies Mangrove
Indeks Kesesuaian Wisata (IKW) Setiap Stasiun
Hasil Kuisioner karakteristik Masyarakat
Hasil Kuisioner Pemanfaatan Ekosistem Mangrove oleh Masyarakat
Hasil Kuisioner Pemahaman dan Persepsi Masyarakat
Hasil Kuisioner Karakteristik dan Keinginan Pengunjung.
Hasil Kuisioner Pemahaman dan Persepsi Pengunjung
Penentuan Bobot Faktor Strategis Internal dan Eksternal
Contoh Perhitungan Penilaian Skor Faktor Strategi (Internal dan
Eksternal) serta Contoh Penentuan Rangking Alternatif Strategi
12 Tingkat Kepentingan Faktor Strategi Internal dan Eksternal
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
49
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Provinsi Riau memiliki kawasan mangrove seluas 206292.642 hektar
(2008). Luasan mangrove tersebut di lima kabupaten yaitu 55299.937 hektar di
Kabupaten Bengkalis, 120895.898 hektar di Kabupaten Indragiri Hilir, 8976.645
hektar di Kabupaten Pelalawan, 19704.469 hektar berada di Kabupaten Rokan
Hilir dan 1415.693 hektar berada di Kabupaten Siak (Bakosurtanal 2009).
Kabupaten Kepulauan Meranti merupakan pemekaran dari Kabupaten
Bengkalis yang dibentuk pada tanggal 19 Desember 2008 dan memiliki potensi
ekosistem mangrove. Ekosistem mangrove di Kabupaten ini umumnya tumbuh di
wilayah pesisir di depan pantai, sehingga keberadaannya dapat berfungsi sebagai
kawasan lindung dari hempasan gelombang dan badai. Pemanfaatan ekosistem
mangrove untuk kegiatan ekowisata merupakan rangkaian dari kegiatan
konservasi dan rehabilitasi yang dilakukan di dalam kawasan mangrove baik pada
areal mangrove yang sudah rusak maupun pada areal yang baru untuk tujuan
ekstensifikasi atau penambahan luasan areal mangrove.
Desa Anak Setatah yang terletak di Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten
Kepulauan Meranti Provinsi Riau memiliki potensi ekosistem mangrove yang
pengelolaan dan pemanfaatannya cukup berkembang. Luas kawasan mangrove
Desa Anak Setatah ini mencapai 350 ha dengan status lahan milik masyarakat.
Salah satu pengelolaan ekosistem mangrove yang sedang dikembangkan oleh
masyarakat Desa Anak Setatah adalah menjadikan kawasan ekosistem mangrove
sebagai objek wisata yang menarik.
Pemanfaatan mangrove untuk ekowisata sejalan dengan pergeseran minat
wisatawan dari old tourism menjadi new tourism yang mengelola dan mencari
daerah tujuan ekowisata yang spesifik, alami, dan memiliki keanekaragaman
hayati (Alfira 2014). Hutan mangrove sebagai suatu ekosistem mempunyai
potensi keindahan alam jasa lingkungan berupa komponen penyusun ekosistem
yang terdiri dari vegetasi, biota atau organisme asosiasi, satwa liar dan lingkungan
sekitarnya. Fungsi jasa lingkungan yang diperoleh dari hutan mangrove antara lain
sebagai habitat, daerah pemijahan, penyedia unsur hara, dan lain sebagainya.
Disamping itu, hutan mangrove merupakan areal tempat penelitian, pendidikan,
dan ekowisata (Massaut 1999 dan FAO 1994).
Konsep pengembangan ekowisata baru dengan sentuhan inovasi perlu
diintegrasikan agar kepekaan lingkungan dapat dikelola dengan baik. Salah satu
konsep pariwisata yang lebih dikenal pada saat ini adalah konsep ekowisata
dengan berbagai teknik pengelolaan seperti pengelolaan sumber daya pesisir yang
berbasiskan masyarakat yang dilaksanakan secara terpadu, yang mana dalam
konsep pengelolaan ini melibatkan seluruh stakeholder untuk menetapkan
prioritas-prioritas dengan mengacu pada tujuan utamanya yaitu tercapainya
pembangunan yang berkelanjutan yang berwawasan lingkungan (Kustanti 2011).
Opsi lainnya dalam pengembangan ekowisata adalah penglibatan
kelompok masyarakat. Pola ini sudah diprogram melalui kegiatan pengembangan
usaha ekowisata mangrove oleh Kelompok Usaha Bersama (KUBE) Pantai
Impian yang dibentuk oleh Pemerintah Desa Anak Setatah bersama
masyarakatnya sesuai dengan Surat Keputusan (SK) Kepala Desa Anak Setatah
2
No. 06/Tahun 2013.Pemilihan dan pengembangan jenis usaha ekowisata
mangrove yang dikelola oleh KUBE Pantai Impian sangat terkait dengan
ketersediaan sumberdaya yang ada di Desa Anak Setatah. Pangsa pasar yang
cukup menjanjikan juga memacu masyarakat di wilayah ini untuk berusaha
mengembangkannya sehingga melalui wadah KUBE Pantai Impian diharapkan
dapat membawa dampak perubahan yang lebih baik bagi kesejahteraan
masyarakat Desa Anak Setatah.
Sebelum dilakukan kegiatan pengembangan ekowisata, perlu diketahui
potensi yang dimiliki ekosistem mangrove Desa Anak Setatah berdasarkan
parameter kesesuaian ekologisnya sehingga diperoleh strategi pengelolaan
ekosistem mangrove untuk pengembangan ekowisata di wilayah tersebut. Untuk
itulah penulis melakukan penelitian yang diberi judul pengembangan ekowisata di
kawasan mangrove Desa Anak Setatah Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi
Riau, sehingga di dalam pengelolaannya nanti dapat memberikan kontribusi bagi
kesejahteraan masyarakatnya namun tetap menjaga kelestarian ekosistem
mangrove beserta habitatnya.
Perumusan Masalah
Kawasan mangrove yang terdapat di pesisir pantai Desa Anak Setatah
cukup banyak dikunjungi oleh pendatang yang berasal dari luar Desa Anak
Setatah dan Kabupaten Kepulauan Meranti. Disamping tujuan pekerjaan ataupun
penelitian, mereka juga menikmati ekosistem mangrove tersebut sebagai objek
wisata yang dikelola oleh masyarakat setempat dengan membuka sebuah pantai
yang diberi nama Pantai Impian. Para pengunjung yang datang kesana tidak hanya
melihat keindahan ekosistemmangrovenya saja, tetapi juga dapat menyaksikan
flora dan fauna serta binatang lainnya, termasuk biota laut yang hidup dibawah
akar pohon mangrove. Setelah disuguhkan dengan pemandangan hutan mangrove
dan ekosistemnya, pengunjung juga dapat menikmati wisata pantai sambil
bersantai di pondok-pondok kecil di lokasi wisata. Selain pondok kecil yang
terbuat dari kayu dan pelepah rumbia yang terletak di tebing pantai, terdapat juga
jembatan kecil yang dibuat diantara pepohonan api-api (Avicennia) tujuannya agar
pengunjung bisa melihat langsung pohon-pohon mangrove nan hijau serta
berbagai fauna yang merupakan habitat ekosistem mangrove.
Konsep ekowisata merupakan salah satu alternatif untuk pengembangan
kawasan pariwisata dalam suatu wilayah dengan tetap memperhatikan kelestarian
lingkungan melalui pemanfaatan potensi sumberdaya dan melibatkan masyarakat
lokal. Pengembangan ekowisata bukanlah pengembangan kawasan industri
pariwisata yang hanya bersifat sektoral. Dalam pengembangannya terdapat aspekaspek lain yang saling berhubungan dan menentukan keberhasilan daerah tersebut
sebagai kawasan wisata. Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang
terdapat di lokasi penelitian dirumuskan sebagai berikut:
1. Belum optimalnya pemanfaatan ekosistem mangrove sebagai kawasan
pengembangan ekowisata di Desa Anak Setatah.
2. Belum dilakukannya perhitungan tingkat kesesuaian kawasan ekosistem
mangrove untuk pengembangan ekowisata di Desa Anak Setatah.
3. Belum dirumuskannya strategi pengelolaanekosistem mangrove untuk
pengembangan kawasan ekowisata di Desa Anak setatah.
3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi potensi ekosistem mangrove untuk kegiatan pengembangan
ekowisata di Desa Anak Setatah.
2. Menghitung tingkat kesesuaian kawasan untuk pengembangan ekowisata
mangrove di Desa Anak Setatah.
3. Merumuskan strategi pengelolaan ekosistem mangrove untuk pengembangan
ekowisata di Desa Anak Setatah.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan
bagi pengambil keputusan dalam pengelolaan ekosistem mangrove untuk
pengembangan ekowisata dengan tetap memperhatikan kondisi kelestarian
ekologi dan sosial ekonomi masyarakat di Desa Anak Setatah maupun seluruh
masyarakat di Kabupaten Kepulauan Meranti.
Kerangka Penelitian
Pengelolaan ekosistem mangrove di Desa Anak Setatah dipengaruhi oleh
dua hal yakni potensi ekosistem mangrove dan aktivitas masyarakat. Potensi
ekosistem mangrovenya tersebar di pesisir pantai. Kondisi kawasan mangrovenya
masih cukup baik, bahkan sangat sedikit kawasan yang mengalami kerusakan
karena selalu dilakukan penanaman sepadan pantai (replanting) beberapa tahun
terakhir. Aktifitas masyarakat dalam pengelolaan ekosistem mangrove di Desa
Anak Setatah selain ikut serta dalam kegiatan rehabilitasi mangrove, juga
dilakukan pengawasan terhadap tanaman mangrove di pesisir desa melalui
pembinaan Kelompok Pelestari Wilayah Pesisir Tegas. Selain itu, masyarakat juga
melakukan kegiatan pengembangan usaha ekowisata mangrove oleh Kelompok
Usaha Bersama (KUBE) Pantai Impian. Adanya keseimbangan antara potensi
mangrove dengan pengelolaannya oleh masyarakat Desa Anak Setatah,
mendatangkan sebuah rencana untuk menjadikan desa tersebut sebagai salah satu
kawasan pengembangan ekowisata.
Untuk menyukseskan rencana pengembangan ekowisata mangrove di Desa
Anak Setatah ini, perlu dilakukan pengkajian beberapa parameter diantaranya
parameter biofisik, parameter sosial ekonomi dan parameter kelembagaan
sehingga data-data yang diperoleh dalam penelitian akan dikumpulkan dan
dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian yakni mengidentifikasi potensi kawasan
mangrove dan menghitung tingkat kesesuaian kawasan mangrove untuk
ekowisata. Berdasarkan hasil analisis data-data tersbut, maka diperoleh tujuan
terakhir yaitu merumuskan strategi pengelolaan ekosistem mangrove untuk
pengembangan ekowisata di Desa Anak Setatah. Adapun kerangka pemikiran dari
penelitian ini disajikan pada Gambar 1.
4
Ekosistem Mangrove
Desa Anak Setatah
Potensi
Mangrove
Penglibatan
Masyarakat
- Pengawasan
- Pembinaan
Rencana
Pengembangan
Ekowisata Mangrove
Parameter Biofisik
Parameter Sosial Ekonomi
Parameter Kelembagaan
Analisis Data
Statistik
Deskriptif
Analisis
Indeks
Kesesuaian
Analisis
SWOT
Potensi
Mangrove
Kesesuaian
Wisata
Strategi
Pengelolaan
Gambar 1Ekowisata
Kerangka di
Pemikiran
Pengembangan
KawasanPenelitian
Mangrove
Desa Anak Setatah
Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian
METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015 di Desa Anak Setatah
Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau
(Gambar 2). Penentuan stasiun pengamatan menggunakan metode purposive
sampling (pengambilan sampel secara sengaja) dengan pertimbangan berdasarkan
ketebalan areal mangrove karena ketebalan mangrove merupakan parameter
ekologis utama yang digunakan untuk menganalisis kesesuaian kawasan
5
mangrove sebagai objek wisata. Observasi lapangan dilaksanakan pada kawasan
mangrove Desa Anak Setatah yang dibagi menjadi 3 stasiun : Stasiun 1 ketebalan
mangrovenya mencapai 38 m, Stasiun 2 ketebalan mangrovenya 38-72 m dan
Stasiun 3 ketebalan mangrovenya 72-122 m.
Desa Anak Setatah
Gambar 2 Peta Lokasi Penelitian di Kawasan Pesisir Desa Anak Setatah,
Kabupaten Kepulauan Meranti, Provinsi Riau
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning
System), kamera digital, alat tulis, meteran gulung 50 m, tali rafia, parang, dan
sepatu boot. Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu data sheet, daftar
pertanyaan (kuisioner) dan buku identifikasi mangrove berupa Panduan
Pengenalan Mangrove di Indonesia dari Ditjen PHKA dan Wetlands Internasional
Indonesia Programme yang ditulis oleh Noor et al (2006).
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang diambil dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer yang dikumpulkan antara lain parameter biologi berupa
data pengamatan ekosistem mangrove dan parameter sosial ekonomi berupa data
pemahaman dan persepsi responden serta parameter kelembagaan berupa data
tentang persepsi kelembagaan di Desa Anak Setatah dan Kabupaten Kepulauan
Meranti. Data sekunder yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah parameter
fisik berupa data gambaran lokasi penelitian. Adapun jenis dan sumber data dalam
penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 1.
6
Tabel 1 Jenis dan Sumber Data
Parameter dan
aspek-aspeknya
Parameter fisik
(Gambaran lokasi
penelitian)
a. Geografi
b. Topografi
d. Demografi
e. Aksesibilitas
f. Kondisi fisik
g. Pasang surut
Parameter biologi
(Ekosistem mangrove)
a. Jenis mangrove
Jenis
data
Sumber data
Metode pengambilan data
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Sekunder
Profil Desa 2014
Profil Desa 2014
Profil Desa 2014
Profil Desa 2014
Profil Desa 2014
DPK 2015
-
Primer
Observasi lapangan
b. Kerapatan
Primer
Observasi lapangan
c. Fauna mangrove
Parameter sosial ekonomi
- Masyarakat
a. Karakteristik
b. Pemanfaatan pesisir
dan ekosistem
mangrove
b. Pemahaman dan
persepsi tentang
mangrove dan
ekowisata
Pengunjung
a. Karakteristik dan
keinginan
b. Pemahaman dan
persepsi tentang
mangrove dan
ekowisata
Parameter Kelembagaan
Persepsi kelembagaan
tentang kegiatan
pengembangan
ekowisata mangrove
Primer
Observasi lapangan
Identifikasi spesies
mangrove
Menghitung jumlah individu
per unit area
Identifikasi spesies fauna
Primer
Primer
Responden
Responden
Kuisioner
Kuisioner
Primer
Responden
Kuisioner
Primer
Responden
Kuisioner
Primer
Responden
Kuisioner
Primer
Responden (Pemkab,
Kades dan LSM)
Kuisioner
Pengumpulan Data
Pengambilan Sampel Mangrove
Pengambilan sampel ekosistem mangrove dilakukan dengan menggunakan
metode petak ganda, dimana dalam metode ini sampling mangrove dilakukan
dengan menggunakan banyak petak contoh yang letaknya tersebar merata.
Peletakan petak contoh dilakukan secara acak (simple random sampling)
(Kusmana et al 2015). Cara peletakan petak contoh pada metode petak ganda
untuk pengambilan sampel mangrove, dapat dilihat pada Gambar 3.
7
10 m
10 m
C
5m
2m B
10
A
C
5m
2m B
10 m
A
C
5m
2m B
A
Gambar 3 Peletakan petak contoh pada pengambilan sampel mangrove
Keterangan:
A = Petak contoh semai : (2 x 2) m2
B = Petak contoh anakan : (5 x 5) m2
C = Petak contoh pohon : (10 x 10) m2
1.
2.
3.
4.
5.
Mekanisme yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Setiap stasiun pengamatan ditetapkan transek garis dari arah laut ke arah darat.
Di sepanjang garis diletakkan secara acak petak contoh (10 x 10) m2 sebanyak
tiga petak contoh.
Didalam setiap petak contoh, dilakukan identifikasi setiap jenis tumbuhan
mangrove, dihitung jumlah individu setiap jenis, kemudian dibedakan antara
pohon, anakan dan semai. Pohon adalah ekosistem mangrove dengan diameter
batang ≥ 4 cm pada setinggi dada atau sekitar 1,3 m dari atas tanah. Anakan
adalah ekosistem mangrove dengan tinggi > 1 m dan diameter batang < 4 cm
pada setinggi dada (sekitar 1,3 m dari atas tanah). Semai adalah ekosistem
mangrove dengan tinggi ≤ 1 m.
Berdasarkan hasil pengamatan ekosistem mangrove, maka data yang diambil
antara lain: jenis spesies mangrove, jumlah individu setiap spesies mangrove
dan hasil pengukuran diameter pohon.
Melakukan pengamatan visual terhadap fauna yang berada di setiap stasiun.
Pemahaman dan Persepsi Responden (Masyarakat dan Pengunjung)
Jumlah responden (masyarakat dan pengunjung) yang ditetapkan masingmasing adalah sebanyak 30 orang. Penentuan jumlah responden masyarakat
dilakukan dengan metode accidential sampling, dimana jumlah responden tidak
dapat ditentukan dan tergantung dari seberapa banyak masyarakat Desa Anak
Setatah yang dapat ditemui dan diwawancarai oleh peneliti pada saat pengambilan
data. Untuk penentuan jumlah responden pengunjung, metode accidential
sampling dilakukan karena responden yang diwawancarai tergantung dari
seberapa banyak jumlah pengunjung yang datang ke kawasan mangrove Desa
Anak Setatah saat penelitian ini dilakukan. Metode pengambilan responden yang
digunakan adalah purposive sampling, yaitu metode pengambilan sampel tidak
secara acak melainkan berdasarkan pertimbangan tertentu atau secara sengaja.
8
Dalam hal ini yang menjadi pertimbangan sebagai responden masyarakat adalah
warga desa yang terdiri dari penduduk asli maupun yang bertempat tinggal di
Desa Anak Setatah. Pertimbangan yang diambil untuk responden pengunjung
adalah orang-orang yang mengunjungi Desa Anak Setatah baik yang berasal dari
luar desa maupun dari luar kabupaten Kepulauan Meranti bahkan dari luar
provinsi Riau dengan urusan pekerjaan maupun penelitian atau survey mengenai
ekosistem mangrove di pesisir Desa Anak Setatah.
Data yang dikumpulkan meliputi:
1. Karakteristik masyarakatdan pengunjung (nama, jenis kelamin, daerah asal
pengunjung, umur, agama, pendidikan, dan pekerjaan).
2. Kegiatan pemanfaatan kawasan pesisir oleh masyarakat.
3. Pemahaman dan persepsi masyarakat dan pengunjung tentang ekosistem
mangrove dan ekowisata.
4. Keterlibatan Masyarakat dalam kegiatan ekowisata mangrove.
Persepsi Kelembagaantentang Pengembangan Ekowisata
Responden yang diwawancarai terdiri dari lembaga-lembaga sebagai
pemangku kebijakan baik itu pemerintah, LSM dan tokoh masyarakat yang terkait
langsung dengan kegiatan pengembangan ekowisata mangrove di Desa Anak
Setatah dan di Kabupaten Kepulauan Meranti. Responden yang diwawancarai
adalah:
1. Pegawai Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kepulauan Meranti.
2. Pegawai Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kepulauan Meranti.
3. Pegawai Badan Pengawasan Daerah Kabupaten Kepulauan Meranti.
4. Pegawai Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kepulauan Meranti.
5. Pegawai Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten
Kepulauan Meranti.
6. Pegawai Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kepulauan Meranti.
7. Aparat Desa Anak Setatah yakni Kepala Desa.
8. Badan Permusyawaratan Desa yakni ketua BPD.
9. Tokoh Masyarakat di Desa Anak Setatah sebagai penggerak kegiatan
pengelolaan ekosistem mangrove Desa Anak Setatah.
10. LSM di Desa Anak Setatah yang bergerak di bidang lingkungan yaitu anggota
KUBE Pantai Impian dan anggota Kelompok Pelestari Wilayah Pesisir Tegas.
Data yang dikumpulkan meliputi unsur-unsur persepsi yang diamati dari
masing-masing lembaga pemangku kebijakan antara lain: pengetahuan aparat
kelembagaan tersebut tentang lokasi penelitian, pengetahuan mereka tentang
ekosistem mangrove dan ekowisata, serta kebijakan dan koordinasi antar
kelembagaan dengan pemangku kebijakan lainnya.
Analisis Data
Analisis Statistik Deskriptif
Data yang dikumpulkan meliputi: data mengenai jenis spesies, jumlah
individu dan diameter pohon. Data-data tersebut kemudian diolah untuk
mengetahui kerapatan setiap spesies dan kerapatan total semua spesies.
a. Kerapatan spesies adalah jumlah individu spesies i dalam suatu unit area yang
dinyatakan dalam rumus:
9
K = ........ ................................................. (1)
b. Kerapatan total adalah jumlah semua individu mangrove dalam suatu unit area
yang dinyatakan dalam rumus:
KT =
...................................................(2)
Keterangan:
K = kerapatan jenis i
ni = jumlah total individu dari jenis i
KT = kerapatan total
∑n = jumlah total tegakan seluruh jenis
A = luas total area pengambilan contoh (luas petak contoh)
Analisis Kesesuaian Kawasan
Kegiatan wisata yang akan dikembangkan hendaknya disesuaikan dengan
potensi sumberdaya dan peruntukannya. Setiap kegiatan wisata mempunyai
persyaratan sumberdaya dan lingkungan yang sesuai dengan objek wisata yang
akan dikembangkan. Kategori wisata mangrove mempertimbangkan 5 parameter
dengan 4 klasifikasi penilaian (Tabel 2). Rumus yang digunakan untuk kesesuaian
wisata pantai dan wisata bahari adalah (Yulianda 2007):
IKW = ∑
x 100% . ...................................(3)
Keterangan :
IKW
= Indeks kesesuaian wisata mangrove (sesuai: 83% - 100%, sesuai
bersyarat: 50% - < 83%, tidak sesuai: < 50)
Ni
= Nilai parameter ke-i (Bobot x Skor).
Nmaks = Penjumlahan dari hasil pengalian nilai bobot dengan nilai skor dari
kategori baik pada masing-masing parameter ekologi mangrove.
Tabel 2 Matriks kesesuaian lahan untuk wisata pantai kategori wisata mangrove
Parameter
B
Kategori
baik
S
Ketebalan
mangrove (m)
Kerapatan
mangrove
(100 m2)
Jenis
mangrove
Pasang surut
(m)
Obyek biota
5
> 500
3
3
> 15 -25
3
Kategori
cukup
baik
> 200 500
> 10- 5
3
>5
3
1
0–1
3
1
2
Kategori
cukup
buruk
50 - 200
2
5-10
1
1–2
2
>2-5
1
>5
0
1
Salah
satu biota
air
0
S
Ikan,
3
Ikan,
2
Ikan,
udang,
udang,
moluska
kepiting,
kepiting,
moluska,
moluska
reptil,
burung
Keterangan: B = bobot, S = skor; Sumber: Yulianda (2007)
S
Kategori
buruk
S
1
< 50
0
10
Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi pengelolaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan peluang (Opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weaknesses) dan ancaman (Threats).
SWOT adalah singkatan dari lingkungan internal Strengths dan Weaknesses serta
lingkungan eksternal Opportunities dan Threats. Analisis SWOT membandingkan
antara faktor eksternal dan internal (Rangkuti 2009).
Hal pertama yang dilakukan dalam menentukan matriks SWOT adalah
mengetahui faktor strategi internal (IFAS) dan faktor strategi eksternal (EFAS)
(Rangkuti 2009). Penentuan berbagai faktor, bobot setiap faktor dan tingkat
kepentingan setiap faktor didapatkan dari hasil wawancara dengan orang-orang
yang berkompeten dibidangnya dan disesuaikan dengan kondisi di lapang. Hal ini
dilakukan agar sifat obyektif dari analisis ini dapat diminimalkan.
a. Cara penentuan faktor strategi internal:
1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan dari
kegiatan pengelolaan ekosistem mangrove prioritas yang mendukung
pengembangan ekowisata.
2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat
kepentingannya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,00.
3. Menghitung rating (kolom 3) untuk masing-masing faktor berdasarkan
pengaruh/respon
faktor-faktor
tersebut
terhadap
pengelolaan
ekosistemmangrove di Desa Anak Setatah (nilai: 4 = sangat penting, 3 =
penting, 2 = cukup penting, 1 = kurang penting).
4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasil dari perkalian ini
akan berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor.
Tabel 3 Faktor Strategi Internal
Faktor-Faktor Strategi
Kekuatan
Kelemahan
Bobot
Rating
Skor
b. Cara penentuan faktor strategi eksternal:
1. Menentukan faktor-faktor yang menjadi peluang serta ancaman dari kegiatan
pengelolaan ekosistem mangrove prioritas yang mendukung pengembangan
ekowisata.
2. Memberi bobot masing-masing faktor tersebut sesuai dengan tingkat
kepentingannya. Jumlah seluruh bobot harus sebesar 1,00.
3. Menghitung rating (kolom 3) untuk masing-masing faktor berdasarkan
pengaruh/respon faktor-faktor tersebut terhadap pengelolaan ekosistem
mangrove di Desa Anak Setatah (nilai: 4 = sangat penting, 3 = penting, 2 =
cukup penting, 1 = kurang penting).
4. Mengalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3 untuk
memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya akan berupa skor
pembobotan untuk masing-masing faktor.
11
Tabel 4 Faktor Strategi Eksternal
Faktor-Faktor Strategi
Peluang
Ancaman
Bobot
Rating
Skor
c. Pembuatan Matriks SWOT
Setelah matriks IFAS dan EFAS selesai, selanjutnya unsur-unsur tersebut
dihubungkan dalam matrik untuk memperoleh beberapa alternatif strategi. Matriks
ini memungkinkan empat kemungkinan stategi. Matriks SWOT tersebut, dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Matriks SWOT
IFAS
STRENGTHS (S)
Tentukan Faktor
kekuatan internal
Strategi S –O
(Strategi menggunakan
kekuatan untuk
memanfaatkan peluang)
Strategi S – T
(Strategi menggunakan
kekuatan untuk mengatasi
ancaman)
EFAS
OPPORTUNITIES (O)
Tentukan Faktor
peluang eksternal
THREATS (T)
Tentukan Faktor
ancaman eksternal
WEAKNESSES (W)
Tentukan Faktor
kelemahan internal
Strategi W – O
(Strategi meminimalkan
kelemahan untuk
memanfaatkan peluang)
Strategi W – T
(Strategi meminimalkan
kelemahan untuk
menghindari ancaman)
Sumber: Rangkuti (2009)
d. Pembuatan Tabel Ranking Alternatif Strategi
Penentuan prioritas dari strategi yang dihasilkan dilakukan dengan
memperhatikan faktor-faktor yang saling terkait. Jumlah dari skor pembobotan
menentukan ranking prioritas strategi dalam pengelolaan ekosistem mangrove
untuk pengembangan kawasan ekowisata. Jumlah skor diperoleh dari
penjumlahan semua skor di setiap faktor-faktor strategis yang terkait. Ranking
akan ditentukan berdasarkan urutan jumlah skor terbesar sampai yang terkecil dari
semua strategi yang ada.
3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lokasi Penelitian
Geografi dan Topografi
Desa Anak Setatah berada di Kecamatan Rangsang Barat, Kabupaten
Kepulauan Meranti, Provinsi Riau dengan luas ±16 km2 (±1600 ha). Secara
geografis, Desa Anak Setatah terletak antara 01001’50”LU sampai 01002’45”LU
dan 102039’15”BT sampai 102040’20”BT dengan batas wilayah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka dan Desa Segomeng
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sialang Pasung
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Bantar
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bantar dan Selat Malaka.
12
Desa Anak Setatah memiliki ketinggian 3 meter diatas permukaan air laut.
Secara umum keadaan topografinya termasuk dataran rendah, dengan daerah
abrasi mencapai 2.5 km (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014). Penggunaan lahan
di Desa Anak Setatah antara lain untuk jalan, pemukiman/perumahan,
perkebunan, tanah wakaf, lapangan olahraga, kuburan/pemakaman, hutan lindung,
sawah tadah hujan dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya, penggunaan lahan Desa
Anak Setatah akan disajikan dalam Tabel 6.
Tabel 6 Penggunaan Lahan dan Luasnya
Penggunaan Lahan
Pemukiman/perumahan
Perkebunan
Tanah wakaf
Lapangan olahraga
Kuburan/pemakaman
Hutan Lindung
Sawah tadah hujan
Lain-lain
Jumlah
Luas (ha)
416
468
2
1.5
2
400
116
193
1600
Persentase (%)
26
29.25
0.17
0.09
0.17
25
7.25
12.07
100
Sumber: Pemerintah Desa Anak Setatah (2014)
Kawasan mangrove di Desa Anak Setatah termasuk ke dalam hutan yang
dilindungi oleh masyarakat setempat dengan luas areal mangrove mencapai 350
ha. Kawasan mangrove yang didominasi oleh jenis Rhizophora sp. luasnya
mencapai 300 ha, sedangkan sisanya yang ditumbuhi oleh jenis Avicennia sp. luas
arealnya mencapai 50 ha. Kondisi mangrove di sepanjang pantai Desa Anak
Setatah dapat dikatakan masih terpelihara dengan baik. Hal ini disebabkan karena
adanya pengawasan dari masyarakat maupun kelompok pelestari mangrove
terhadap oknum-oknum yang ingin melakukan penebangan kayu mangrove
sehingga tidak ditemukan kawasan mangrove yang rusak. Oleh karena itu,
ekosistem mangrove di Desa Anak Setatah masih cukup layak untuk
dikembangkan sebagai kawasan ekowisata.
Kondisi mangrove di daerah perbatasan juga masih terawat dengan baik.
Salah satu wilayah perbatasan yang juga ditumbuhi mangrove adalah sebelah
utara Desa Anak Setatah. Namun kawasan mangrove yang direncanakan untuk
program pengembangan kegiatan ekowisata tidak merata di seluruh pesisir pantai
desa tersebut, akan tetapi kegiatan tersebut difokuskan pada kawasan mangrove
sepanjang pantai sebelah selatan Desa Anak Setatah hingga perbatasan Desa
Bantar, sesuai dengan lokasi yang menjadi stasiun pengamatan dalam penelitian
ini.
Demografi
Jumlah penduduk Desa Anak Setatah pada tahun 2013 tercatat berjumlah
1466 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 346 KK. Jumlah penduduk Desa Anak
Setatah menurut jenis kelamin dan kelompok umur masing-masing dapat dilihat
pada Tabel 7 dan Tabel 8.
13
Tabel 7 Jumlah Penduduk Desa Anak Setatah Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Persentase (%)
Laki-laki
742
50.61
Perempuan
724
49.39
Jumlah Total
1466
100
Sumber: Pemerintah Desa Anak Setatah (2014)
Tabel 8 Jumlah Penduduk Desa Anak Setatah Berdasarkan Kelompok Umur
Kisaran Usia (Tahun)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Persentase (%)
0–4
88
6
5–9
141
9.62
10 – 14
168
11.47
15 – 19
156
10.64
20 – 24
167
11.39
25 – 29
183
12.48
30 – 34
139
9.48
35 – 39
113
7.71
> 40
311
21.21
Jumlah Total
1466
100
Sumber: Pemerintah Desa Anak Setatah (2014)
Penduduk Desa Anak Setatah menganut 2 agama yaitu agama Islam yang
dianut mayoritas penduduk sebanyak 1460 jiwa (99.59 %) dan agama kristen yang
dianut sebanyak 6 jiwa (0.41%).
Mata pencaharian penduduk Desa Anak Setatah mayoritas sebagai
peternak ayam sebanyak 285 jiwa (19.44 %) dan sebagian lagi yaitu sebanyak 273
jiwa (18.62 %) bekerja sebagai nelayan/buruh nelayan (Pemerintah Desa Anak
Setatah 2014).
Aksesibilitas
Aksesibilitas merupakan salah satu kunci utama yang akan mendukung
keberhasilan pengembangan pada suatu kawasan, karena akan menghubungkan
wilayah pengembangan dengan daerah luar. Adanya prasarana perhubungan serta
sarana transportasi membuat akses dari dan menuju Desa Anak Setatah menjadi
lebih mudah walaupun untuk pelabuhan penyeberangan terdekat berada di desa
tetangga yaitu Pelabuhan Desa Sialang Pasung.
Prasarana perhubungan yang terdapat di Desa Anak Setatah adalah jalan
lingkungan sepanjang 11.240 km dan jalan desa sepanjang 5 km. Sarana
transportasi yang dimiliki masyarakat Desa Anak Setatah yaitu sepeda 101 buah,
gerobak 13 buah, sepeda motor 215 buah, perahu dayung 105 buah, perahu motor
15 buah, dan kendaraan dinas 5 buah. Untuk mencapai ibukota Kecamatan
Rangsang Barat yaitu Desa Bantar ditempuh menggunakan transportasi darat
dengan jarak 2 km ke arah selatan. Dari pusat pemerintahan Desa Anak Setatah
menuju ibukota Kabupaten Kepulauan Meranti yaitu Kota Selatpanjang ditempuh
dengan menggunakan sarana transportasi laut (kapal motor) yang terdapat di
Pelabuhan Desa Sialang Pasung ke pelabuhan lokal di Pulau Tebing Tinggi,
dilanjutkan dengan sarana transportasi darat seperti motor atau becak motor
dengan total jarak sekitar 25 km ke arah timur. Untuk menuju ibukota Provinsi
14
Riau yaitu Kota Pekanbaru, ditempuh dengan menggunakan sarana transportasi
laut berupa speed boat dan sarana tranpsortasi darat yaitu bus selama ±4 jam
dengan total jarak sekitar 146 km ke arah selatan (Pemerintah Desa Anak Setatah
2014).
Kondisi Sarana dan Prasarana
Jumlah tempat ibadah di Desa Anak Setatah sampai tahun 2013 adalah
sebanyak 6 unit, dengan rincian: 3 unit masjid dan 3 unit musholla. Organisasi
keagamaan yang terdapat di Desa Anak Setatah adalah kelompok masyarakat
yang kegiatannya bergerak dibidang keagamaan seperti majlis taklim sebanyak 4
kelompok dan remaja masjid sebanyak 3 kelompok (Pemerintah Desa Anak
Setatah 2014) (Lampiran 1).
Jumlah gedung kesehatan di Desa Anak Setatah adalah sebanyak 3 unit,
dengan rincian: 1 unit puskesmas, dan 2 unit posyandu. Tenaga kesehatan yang
terdapat di Desa Anak Setatah adalah 1 orang bidan, 10 orang kader posyandu, 2
orang dukun bayi, dan 2 orang tabib (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).
Gedung pendidikan di Desa Anak Setatah terdiri dari 3 unit, dengan
rincian: 1 unit Sekolah Dasar Negeri (SDN), 1 unit Madrasah Diniyah Awaliyah
(MDA), dan 1 unit Marasah Tsanawiyah Swasta (MTsS). Tenaga pendidikan yang
terdapat di Desa Anak Setatah adalah 16 orang guru SDN, 11 orang guru MDA,
dan 15 orang guru MTsS (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).
Gedung olah raga di Desa Anak Setatah terdiri dari 9 unit, dengan rincian:
1 unit lapangan sepak bola, 5 unit lapangan voly ball, 1 unit lapangan bulu
tangkis, 1 unit lapangan tenis meja, dan 1 unit lapangan takraw. Organisasi
keolahragaan yang terdapat di Desa Anak Setatah adalah beberapa kesebelasan
yang bergerak diberbagai jenis olahraga seperti 2 kesebelasan sepakbola, 4
kesebelasan voly ball, 2 kesebelasan bulu tangkis, 2 kesebelasan tenis meja, dan 2
kesebelasan sepak takraw (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).
Prasarana transportasi berupa jalan yang terdapat di Desa Anak Setatah
adalah sepanjang 11240 km, dengan rincian: 11240 km jalan lingkungan, dan 5
km jalan desa. Sedangkan alat transportasi yang terdapat di desa tersebut adalah
sebanyak 453 unit, dengan rincian: sepeda 101 unit, gerobak 13 unit, sepeda
motor 215 unit, perahu dayung 105 unit, perahu motor 14 unit, dan kendaraan
dinas 5 unit (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).
Sumber air bersih di Desa Anak Setatah berasal dari sumur bor dan PAM.
Sumber yang paling banyak digunakan adalah dari PAM, yang terpasang
sebanyak 69 unit. Sedangkan untuk jumlah sumur bor yang terdapat di Desa Anak
Setatah adalah sebanyak 10 unit (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).
Sarana komunikasi yang terdapat di Desa Anak Setatah yaitu telepon
umum, pesawat televisi, antena parabola dan telepon seluler. Dari semua sarana
komunikasi yang ada, hanya antena parabola yang jumlahnya telah terdata yakni
sebanyak 145 unit (Pemerintah Desa Anak Setatah 2014).
Jaringan listrik yang terdapat di Desa Anak Setatah berasal dari PLN yang
beroperasi mulai dari pukul 17.30 WIB – 06.30 WIB. Untuk fasilitas MCK,
penduduk Desa Anak Setatah telah menggunakan fasilitas yang memadai berupa
jamban atau tangki yang dapat dipakai sendiri atau bersama.
15
Pasang Surut
Pasang surut merupakan salah satu gejala alam yang tampak nyata di laut.
Menurut Wibisono (2005) pasang surut adalah suatu gerakan vertikal dari seluruh
partikel massa air laut dari permukaan sampai bagian terdalam dari dasar laut
yang disebabkan oleh pengaruh gaya tarik menarik antara bumi dan benda-benda
angkasa terutama matahari dan bulan.
Tipe pasang surut di kawasan Rangsang dan sekitarnya adalah campuran
condongke harian ganda (mix prevailing semidiurnal) yakni dua kali pasang dan
surut yang ketinggiannya berbeda. Kisaranpasang surut antara 1.2 sampai dengan
2.2 meter (Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kepulauan Meranti 2015).
Tanggal 1 s.d 31 Desember 2014
Gambar 4 Pola Pasang Surut di Perairan Pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti
pada Bulan Desember 2014
Pola arus pasang surut tipe ini merupakan mekanisme pentingdalam
distribusi dan transportasi sedimen tersuspensi di sepanjang dasar perairan baik di
alur maupun pantai pesisir Kabupaten Kepulauan Meranti sehingga sangat
berpengaruh pada habitat mangrove. Tipe pasut ini juga akan memberikan
indikasi ke arah mana kecenderungan terjadinya sedimentasi/pendangkalan
dimana pada perairan yang mempunyai aruslambat dan tenang akan memberikan
kesempatan kepada material tersuspensi untuk mengendap sehingga kawasan ini
lebih dominan ditumbuhi jenis Rhizophora sp., sebaliknya pada arus yang cepat
menyebabkan material tersuspensi akan tetap bergerak bersama arus dan pada
kawasan ini spesies mangrove yang dominan adalah jenis Avecennia sp..
Ekosistem Mangrove
Potensi Sumberdaya Mangrove
Jenis mangrove yang terdapat pada lokasi penelitian didominasi oleh 8
jenis mangrove sejati yang berasal dari 3 famili (Tabel 9 dan Lampiran 2).
Berdasarkan penelitian Cresswell dan Semeniuk (2011), menyebutkan istilah
“mangrove” hanya mengacu pada pohon berkayu dan semak-semak yang
mendiami lingkungan pasang surut antara tingkat rata-rata laut (MSL) dan pasang
astronomi tertinggi (HAT). Tanaman di zona ini anatominya disesuaikan untuk
menangani genangan pasang surut, air garam dan substrat anoxic.
16
Tabel 9Jenis Mangrove yang Ditemukan pada Lokasi Penelitian
Famili
Spesies
Kelompok
Avicennia alba
Avicennia marina
Avicennia lanata
Sonneratia ovata
Rhizophoraceae Rhizophora apiculata
Ceriops tagal
Meliaceae
Xylocarpus granatum
Combretaceae
Lumnitzera littorea
Avicenniaceae
Sejati
Sejati
Sejati
Sejati
Sejati
Sejati
Sejati
Sejati
Stasiun
1
2
3
+++
++
++
+
++
+++
+
+
+
++
+
+
+
-
Keterangan: Ditemukan jumlah: +++ = Sangat banyak, ++ = Banyak, + = Sedikit, - = Tidak
ditemukan; Sumber : Data Primer yang diolah (2015)
Secara umum ekosistem mangrove di sepanjang pantai Desa Anak Setatah
dapat dibagi ke dalam zona depan (dekat perairan), ditemukan jenis Avicennia
alba, Avicennia marina, Avicennia lanata dan Sonneratia ovata, selanjutnya zona
tengah yang ditumbuhi oleh jenis Rhizophora apiculata, kemudian zona akhir
(dekat daratan) yang ditumbuhi oleh jenis Xylocarpus granatum, Ceriops tagal
dan Lumnitzera littorea.Dari 3 stasiun pengamatan, jumlah jenis spesies
mangrove lebih banyak ditemukan pada stasiun 3 dibanding stasiun 1 dan 2. Hal
ini disebabkan oleh mangrovenya yang lebih tebal yang memungkinkan ketiga
zona mangrove berada pada stasiun tersebut.
Kerapatan jenis mangrove setiap stasiun bervariasi. Kerapatan tertinggi
untuk kategori pohon diperoleh pada stasiun 1 (2067 ind ha-1) dan kerapatan
terendah pada stasiun 2 (1433 ind ha-1) (Tabel 10 dan Lampiran 3).
Tabel 10 Kerapatan Jenis Mangrove (ind ha-1) pada Stasiun Penelitian
Spesies
Pohon
Anakan
Semai
St 1
St 2
St 3
St 1
St 2
St 3
St 1
St 2
St 3
A. alba
1600
1366.67
266.67
2800
2000
2000
90000
112500
62500
A. marina
66.67
66.67
400
-
-
-
-
-
-
A. lanata
-
-
100
-
-
-
-
-
-
S. ovata
-
-
200
-
-
-
-
-
-
400
-
300
1600
-
2400
110000
-
142500
C. tagal
-
-
66.67
-
-
-
-
-
-
X. granatum
-
-
233.33
-
-
-
-
-
-
2066.67
1433.34
1566.67
4400
800
2800
4400
200000
112500
205000
4400
2800
4400
200000
112500
205000
R. apiculata
L. littorea
Jumlah
Dibulatkan
2067
1433
1567
Sumber: Data Primer yang diolah (2015)
Kerapatan jenis vegetasi mangrove kategori pohon pada stasiun 1 sebesar
2067 ind ha-1 dengan kerapatan jenis tertinggi pada jenis A. alba (1600 ind ha-1),
dan kerapatan jenis terendah pada jenis R. apiculata (400 ind ha-1). Stasiun 2
memiliki kerapatan jenis vegetasi mangrove sebesar 1433 ind ha-1, dengan
kerapatan jenis tertinggi dijumpai pada jenis A. alba (1367 ind ha-1) serta
17
kerapatan jenis terendah pada jenis A. marina (67 ind ha-1). Pada stasiun 3
kerapatan vegetasi mangrove kategori pohon sebesar 1567 ind ha-1, dengan
kerapatan jenis tertinggi dijumpai pada jenis A. alba (267 ind ha-1).
Keberadaan Fauna Ekosistem Mangrove di Pesisir Desa Anak Setatah
Kelompok fauna daratan yang ditemukan pada saat pengamatan ekosistem
mangrove di Desa Anak Setatah antara lain jenis burung, reptil dan mamalia.
Sedangkan kelompok fauna perairan yang ditemukan adalah jenis ikan, moluska
dan krustasea (Tabel 11).
Tabel 11 Jenis Fauna yang Ditemukan pada Lokasi Penelitian
No.
1
2
3
4
5
6
Jenis dan Nama Fauna
Burung
a.
b.
c.
Reptil
a.
b.
c.
Mamalia
a.
b.
c.
Ikan
a.
b.
c.
Moluska
a.
b.
c.
d.
e.
Krustasea
a.
b.
c.
d.
1
Stasiun
2
3
Walet (Collacalia fuciphaga)
Elang laut (Haliaetus leucogaster)
Layang-layang (Haliastur indus)
+
-
+
-
+
+
+
Biawak (Varanus salvatoe)
Ular Belang (Boiga dendriphila)
Katak (Rana concrivora)
-
+
+
+
Kera Ekor Panjang (Macaca fascicularis)
Tupai (Tupaia sp.)
Musang (vivvera sp.)
-
+
+
-
+
-
+
+
Sembilang (Plotosus canius)
Pari (Trygon sephen)
Gelodok (Periopthalmus sp.)
+
+
+
+
Siput Tanduk(Cerithidea cingulata)
Telescopium mauritsii
Telescopium telescopium
Siput Nenek(Cerithidea quadrata)
Kerang Darah(Anadara granosa)
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-
Kepiting Bakau (Scylla serrata)
Kepiting Ungu Pemanjat (Metapograpsus sp.)
Udang Windu (Panaeus monodon)
Udang Putih (Panaeus merguensis)
+
+
+
+
+
+
+
+
-
Keterangan: + = Ditemukan, - = Tidak ditem