Strategi Peningkatan Nilai Tambah Komoditas Perkebunan Di Kabupaten Bogor Cianjur dan Sukabumi

1

STRATEGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH KOMODITAS
PERKEBUNAN DI KABUPATEN BOGOR CIANJUR DAN
SUKABUMI

NOER WASITI DESWANTARI

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

5

2

PERNYATAAN

1.


2.

3.

Saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Peningkatan Nilai Tambah
Komoditas Perkebunan Di Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi adalah
benar karya saya dengan arahan dari pembimbing.
Saya menyatakan skripsi berjudul Strategi Peningkatan Nilai Tambah
Komoditas Perkebunan Di Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian
Bogor.

Bogor, Februari 2015

Noer Wasiti Deswantari

NIM H24100126

3

ABSTRAK
NOER WASITI DESWANTARI. H24100126. Strategi Peningkatan Nilai
Tambah Komoditas Perkebunan Di Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi.
Dibimbing oleh PRAMONO D. FEWIDARTO.
Pemberian nilai tambah terhadap produk perkebunan rakyat dapat meningkatkan
pendapatan petani, sehingga kesejahteraan petani meningkat. Tujuan penelitian ini
antara lain (1) Mengidentifikasi dan menentukan komoditas perkebunan yang
potensial di Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi (2) Menentukan
agroindustri prospektif yang memberi nilai tambah tertinggi berdasarkan
komoditas terpilih dan (3) menyusun strategi pengembangan kelembagaan
implementasi pengembangan agroindustri secara mandiri. Mentode pemilihan
lokasi secara purposive sampling. Analisis data menggunakan analisis statistika
deskriptif, exponential smoothing dan nilai tambah. Berdasarkan penelitian,
komoditas perkebunan yang terpilih untuk dikembangkan adalah kelapa, aren,
pala dan teh. Nilai tambah tertinggi produk agroindustri dipilih adalah nata de
coco (637.00%), desiccated coconut (65.58%), arang kelapa (13.87%), gula aren

semut murni (70.82%), sirup pala (107.40%) dan teh hijau kering kemasan toples
(595.77%). Strategi yang digunakan untuk mengembangkan agroindustri
perkebunan dengan adanya bantuan dari lembaga pembiayaan, lembaga
pemasaran dan distribusi, dan kontrak dengan eksportir.
Kata kunci : agroindustri, nilai tambah, perkebunan, strategi

ABSTRACT
NOER WASITI DESWANTARI. H24100126. Strategies To Increase Value
Added Through Developing A District Agroindustrial Commodities in Bogor,
Cianjur and Sukabumi. Supervised by PRAMONO D. FEWIDARTO.
Giving value-added on smallholder estate product can escalate farmer income, so
that the welfare of farmers increased. The purpose of this research are (1) to
identify and to determine potential plantation commodities in Bogor, Cianjur and
Sukabumi Regency (2) to determine prospective agroindustry within the highest
value-added based on the selected commodities and (3) To develop
implementation strategies for the development of agroindustry independently.
Method of site selection is purposive sampling. Based on research, selected
plantation commodities to be developed are coconut, sugar palm, nutmeg and tea.
The highest value-adedd agro-products chosen are nata de coco (637.00%),
desiccated coconut (65.58%), coconut charcoal (13.87%), stew pure palm sugar

(70.82%), nutmeg syrup (107.40%) and dry green tea jar packaging (595.77%).
The strategy used to develop agroindustry plantation with the help of financial
institution, marketing and distribution institution, and contract with with
exporters.
Keyword : agroindustry, value-added, plantation, strategy

4

STRATEGI PENINGKATAN NILAI TAMBAH KOMODITAS
PERKEBUNAN DI KABUPATEN BOGOR, CIANJUR DAN
SUKABUMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Manajemen

DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

6

7

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
yang dilaksanakan pada bulan Mei - Desember 2014, tema yang dipilih ialah Nilai
Tambah, dengan judul Strategi Peningkatan Nilai Tambah Melalui Pengembangan
Agroindustri Komoditas Perkebunan Di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur
dan Kabupaten Sukabumi.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Pramono D Fewidarto, MS
selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, motivasi dan
saran, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Di samping itu,
penghargaan penulis sampaikan kepada orang tua, staff pengajar dan tata usaha

Departemen Manajemen IPB, rekan-rekan manajemen IPB 47 atas doa, dukungan
dan motivasinya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Februari 2015

Noer Wasiti Deswantari

8

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

vi
vii
viii

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

1
1
2
2
2
3

TINJAUAN PUSTAKA

4

METODE
Kerangka Pemikiran
Tahapan Penelitian

Waktu dan Lokasi Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Pengolahan dan Analisis Data

10
10
11
13
13
13

HASIL DAN PEMBAHASAN
14
Program yang Mendukung Pengembangan Perkebunan
14
Komoditas Perkebunan Potensial di Wilayah Kabupaten Bogor, Cianjur dan
Sukabumi
15
Agroindustri Perkebunan Potensial di Wilayah Kabupaten Bogor, Cianjur dan
Sukabumi

20
Rangkuman Nilai Tambah Agroindustri
40
Penerapan Strategi
47
Implikasi Manajerial
49
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

51
51
51

DAFTAR PUSTAKA

52

RIWAYAT HIDUP


71

9

DAFTAR TABEL

1 Potensi Perkebunan Rakyat Di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur,
Kabupaten Sukabumi
2 Ragam Komoditas Perkebunan yang Tumbuh per Kabupaten
3 Total Luas Lahan Perkebunan di Kabupaten Bogor, kabupaten Cianjur
dan Kabupaten Sukabumi
4 Produktifitas Komoditas Terpilih
5 Hasil Peramalan Produktifitas
6 Pendapatan Petani Rakyat per Hektar
7 Pendapatan per Petani
8 Total Skor Produk Agroindustri Air Kelapa
9 Total Skor Produk Agroindustri Daging Kelapa
10 Total Skor Produk Agroindustri Tempurung Kelapa
11 Total Skor Produk Agroindustri Komoditas Aren

12 Total Skor Produk Agroindustri Komoditas Teh
13 Total Skor Produk Agroindustri Komoditas Pala
14 Pendapatan per Petani Komoditas Kelapa
15 Pendapatan per Petani Komoditas Aren
16 Pendapatan per Petani Komoditas Teh
17 Pendapatan per Petani Komoditas Pala
18 Nilai Tambah Seluruh Produk Agroindustri Terpilih
19 Bauran Pemasaran Produk Agroindustri Kelapa
20 Bauran Pemasaran Produk Agroindustri Aren
21 Bauran Pemasaran Produk Agroindustri Teh
22 Peran Pemangku kempentingan dalam Pengembangan Industri
Pengolahan Komoditas Perkebunan

1
16
17
18
19
19
20
23
24
25
29
34
39
40
41
41
42
43
44
45
46
49

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5
6

Kerangka pemikiran
Tahapan penelitian
Pohon Industri Kelapa
Pohon Industri Aren
Pohon Industri Teh
Pohon Industri Pala

11
12
22
28
34
39

10

DAFTAR LAMPIRAN

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25

Hasil Error Peramalan Produktifitas Menggunakan Exponential
Smoothing Metode Simple
Hasil Error Peramalan Produktifitas Menggunakan Exponential
Smoothing Metode Holt’s
Hasil Error Peramalan Produktifitas Menggunakan Exponential
Smoothing Metode Brown
Hasil Error Peramalan Produktifitas Menggunakan Exponential
Smoothing Metode e Damped Trend
Perhitungan Nilai Tambah Nata de Coco per Liter Input Bahan Baku
Perhitungan Nilai Tambah Desiccated Coconut per Kg Input Bahan
Baku
Perhitungan Nilai Tambah Arang Kelapa per Kg Input Bahan Baku
Perhitungan Nilai Tambah Gula Aren Cetak Tradisional per Kg Input
Bahan Baku
Perhitungan Nilai Tambah Gula Aren Semut Tradisional per Kg Input
Bahan Baku
Perhitungan Nilai Tambah Gula Aren Cetak Murni per Kg Input Bahan
Baku
Perhitungan Nilai Tambah Gula Aren Semut Murni per Kg Input Bahan
baku
Perhitungan Nilai Tambah Gula Aren Cair per Kg Input Bahan Baku
Perhitungan Nilai Tambah Teh Hijau Kemasan Karung per Kg Input
Bahan Baku
Perhitungan Nilai Tambah Teh Hijau Kemasan Kertas per Kg Input
Bahan Baku
Perhitungan Nilai Tambah Teh Hijau Kemasan Plastik per Kg Input
Bahan Baku
Perhitungan Nilai Tambah Teh Hijau Kemasan Toples per Kg Input
Bahan Baku
Perhitungan Nilai Tambah Sirup pala per Kg Input Bahan Baku
Pendapatan Hasil Pengolahan Komoditas Perkebunan per Hektar
Diagram Alir Pembuatan Nata de Coco
Diagram Alir Pembuatan Desiccated Coconut
Diagram Alir Pembuatan Arang Kelapa
Diagram Alir Pembuatan Gula Aren
Diagram Alir Pembuatan Teh Hijau Kering
Diagram Alir Pembuatan Sirup Pala
Tujuan, Data, Sumber Infprmasi, Metode Pengumpulan Data, Analisis
dan Kesimpulan

55
55
56
56
57
57
58
58
59
59
60
60
61
61
62
62
63
63
64
65
66
67
68
69
70

1

Pendahuluan
Latar Belakang
Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi memiliki
potensi alam yang sangat memadai untuk pengembangan sub sektor perkebunan,
karena iklim, jenis tanah dan faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan
komoditas perkebunan. Ketiga kabupaten tersebut memiliki agroklimat yang
hampir sama, sehingga ragam komoditas perkebunan yang dapat tumbuh memiliki
kecenderungan yang sama. Luas areal perkebunan rakyat dari penggabungan
ketiga wilayah pada tahun 2011 mencapai 91,519 hektar. Luas lahan yang
potensial digunakan dengan baik, agar sumber daya yang ada dapat memberikan
manfaat yang maksimal.

Tabel 1 Potensi Perkebunan Rakyat di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan
Kabupaten Sukabumi
No

Komoditas

1

Aren

2

Cengkeh

3

Kakao

4

Karet

5

Kelapa

6

Kopi

7

Luas Lahan
(Ha)

Jumlah Petani
(KK)

Rata-rata kepemilikan
(Ha/KK)

1,501

19,565

0.08

11,555

42,851

0.27

669

1,742

0.38

7,143

16,142

0.44

32,045

159,433

0.20

5,425

30,911

0.18

Lada

297

1,960

0.15

8

Nilam

166

441

0.38

3,496

14,227

0.25

655

4,257

0.15

9

Pala

10

Panili

11

Teh

24,175

31,620

0.76

Jumlah

87,127

322,149

0.31

Sumber : Dinas Perkebunan Jawa Barat 2011

Perkebunan di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten
Sukabumi dikelola dalam bentuk perkebunan rakyat, dimana kepemilikan luasan
areal per kepala keluarga relatif kecil, rata-rata 0.31 hektar per KK. Kepemilikan
luasan areal yang kecil berpengaruh terhadap penghasilan dari menjual komoditas
primer yang relatif kecil. Penghasilan petani perkebunan dapat ditingkatkan
dengan cara meningkatkan produktifitas dan melakukan pengolahan pasca panen.
Produktifitas tanaman perkebunan yang dihasilkan oleh perkebunan rakyat
masih rendah, jika dibandingkan dengan perusahaan perkebunan besar swasta dan
negara. Rendahnya produktifitas tanaman perkebunan rakyat, karena pemeliharan
tanaman yang belum maksimal, seperti pemupukan yang masih kurang dan
penanganan hama dan penyakit tanaman yang belum tepat. Jarak tanam yang
belum efektif mempengaruhi produksi perkebunan yang berakibat pada rendahnya

2

produktifitas. Tidak hanya itu, inkonsistensi tata ruang menyebabkan fungsi lahan
produktif perkebunan beralih fungsi untuk pembangunan sektor lain (Sukino
2013). Adanya alih fungsi lahan potensial menyebabkan berkurangnya lahan
produktif untuk perkebunan. Hal ini dipicu pula oleh rendahnya pendapatan dari
usaha tani komoditas perkebunan.
Peningkatan produktifitas perlu diiringi dengan penjualan hasil panen
perkebunan rakyat melalui pengolahan pascapanen, sehingga penjualan tidak
berupa bahan mentah melainkan produk setengah jadi ataupun produk siap
konsumsi. Pengolahan pasca panen perlu dilakukan petani perkebunan rakyat agar
secara mandiri dapat mengolah hasil panennya baik perorangan atau kelompok.
Proses pengolahan secara mandiri untuk mengurangi ketergantungan terhadap
industri pengolahan besar swasta yang selama ini telah menikmati nilai tambah
dari pengolahan hasil perkebunan rakyat. Adanya perbaikan produktifitas usaha
perkebunan dan pengolahan pasca panen dapat meningkatkan nilai tambah produk
yang dihasilkan, sehingga berpengaruh terhadap meningkatnya penghasilan petani
dan meningkatkan kesejahteraan petani perkebunan rakyat.

1.2 Rumusan Masalah
Ragam komoditas perkebunan rakyat yang hasil panennya belum diolah
untuk mendapatkan nilai tambah. Perlu ada prioritas komoditas perkebunan yang
akan dikembangkan dengan mempertimbangkan produk-produk olahnnya yang
bisa memberikan nilai tambah tertinggi. Oleh karena itu, diperlukan kajian untuk
menentukan komoditas perkebunan dan produk olahan apa yang akan
dikembangkan serta bagaimana strategi pengembangannya ?

1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan yang diuraikan,
maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut
a. Mengidentifikasi dan menentukan komoditas perkebunan yang potensial di
Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Sukabumi.
b. Menentukan agroindustri yang prospektif yang memberi nilai tambah tertinggi
berdasarkan komoditas perkebunan terpilih.
c. Menyusun strategi pengembangan kelembagaan implementasi pengembangan
agroindustri secara mandiri

1.4 Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh dari kegiatan penelitian ini diharapkan dapat
memberikan manfaat sebagai berikut:

3

a Bagi peneliti, sebagai salah satu syarat guna menyelasaikan studi strata 1 di
Departemen Manajemen FEM IPB dan mengaplikasikan ilmu selama
perkuliahan.
b Bagi pihak terkait, sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam upaya
pengembangan agroindustri berbasis perkebunan di Kabupaten Bogor,
Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Cianjur.
c Bagi pembaca dan pihak lainnya, tulisan ini diharapkan dapat digunakan
sebagai referensi tulisan berikutnya dan menjadi tambahan informasi bagi
pengembangan ilmu pengetahuan.

1.5 Batasan Penelitian
Batasan dalam penelitian ini adalah
a. Penentuan komoditas perkebunan rakyat unggulan berdasarkan potensi luas
lahan dan pendapatan tahun terakhir.
b. Penentuan agroindustri adalah berdasarkan penguasaan teknologi, permintaan
dan nilai tambah.

4

TINJAUAN PUSTAKA
Strategi
Strategi adalah penempaan misi perusahaan, penetapan sasaran organisasi
dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan kebijakan dan
strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan implementasinya secara
tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama organisasi akan tercapai (Steiner dan
Miner 1997), sedangkan menurut Salusu (2006) strategi ialah suatu seni
menggunakan kecakapan dan sumber daya suatu organisasi untuk mencapai
sasarannya melalui hubungannya yang efektif dengan lingkungan dalam kondisi
yang paling menguntungkan.
Menurut Alferd Chandler, strategi adalah penentuan tujuan perusahaan dan
penyesuaian bagian dari aksi dan alokasi sumber daya yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut, sedangkan Mintzberg mendefinisikan strategi dengan
memperhatikan berbagai dimensi dari konsep strategi dan mendefinisikan strategi
dengan memperhatikan berbagai dimensi dari konsep strategi, yaitu strategy as a
plan, strategy as a ploy, strategy as a pattern, strategy as a position, strategy as a
prespective (Solihin 2012).
Menurut Koteen dalam Salusu (2006) menjelaskan tipe-tipe strategi, tipetipe yang dikemukakan sering dianggap sebagai suatu hieraki. Tipe-tipe yang
dimaksud ialah
a. Corporate strategy, berkaitan dengan perumusan misi, tujuan, nilai dan
inisiatif.
b. Program strategy, implikasi strategis dari suatu program tertentu.
c. Resource support strategy, memaksimalkan pemanfaatan sumber daya
esensial.
d. Institutional strategy, mengembangkan kemampuan organisasi melaksanakan
inisiatif.
Sondang Siagian (2008) mengemukakan dalam merumuskan suatu strategi
harus memperhatikan berbagai faktor yang sifatnya kritikal, yaitu (a) strategi
berarti menetukan misi pokok, (b) merumuskan dan menetapkan strategi, (c)
pengenalan tentang lingkungan yang akan berinteraksi, (d) strategi merupakan
analisis yang tepat tentang kekuatan dan kelemahan, (e) mengidentifikasikan
beberapa alternatif yang wajar ditelaah lebih lanjut dari berbagai alternatif
tersedia, (f) menjatuhkan pilihan pada satu alternatif yang dipandang paling tepat,
(g) suatu sasaran jangka panjang, (h) memperhatikan pentingnya operasionalisasi
keputusan dasar yang dibuat dengan mempertimbangkan kemampuan, (i)
mempersiapkan tenaga kerja yang memenuhi berbagai persyaratan, (j) teknologi
yang akan dimanfaatkan, (k) bentuk, tipe, dan struktur organisasi yang akan
digunakan, (l) menciptakan suatu sistem pengawasan, (m) sistem penilaian
tentang keberhasilan dan ketidakberhasilan pelaksanaan strategi, (n) menciptakan
suatu sistem umpan balik sebagai instrumen yang ampuh bagi semua pihak.

5

Komoditas Perkebunan
Buku Pembakuan Statistik Perkebunan 2007 mengacu pada UU Nomor 18
Tahun 2004 mendefinisikan perkebunan sebagai segala kegiatan yang
mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan atau media tumbuh lainnya dalam
ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman
tersebut dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta
manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan
masyarakat.
Jenis tanaman perkebunan dibagi menjadi dua macam, yaitu tanaman
semusim dan tanaman tahunan, karena jenis dan tujuan pengolahannya ditetapkan
sebagai tanaman perkebunan. Tanaman semusim adalah tanaman perkebunan
yang pada umumnya berumur pendek dan panennya dilakukan satu atau beberapa
kali masa panen (keprasan) untuk satu kali penanaman. Tanaman tahunan adalah
tanaman perkebunan yang umumnya berumur lebih dari satu tahun dan
pemungutan hasilnya dilakukan lebih dari satu kali masa panen untuk satu kali
penanaman (Buku Pembakuan Statistik Perkebunan 2007).
Tanaman pekebunan dibagi menjadi tanaman belum menghasilkan, tanaman
menghasilkan dan tanaman rusak atau tidak menghasilkan. Tanaman belum
menghasilkan adalah tanaman yang belum memberikan hasil karena masih muda,
belum pernah berbunga atau belum cukup umur untuk berproduksi. Tanaman
menghasilkan merupakan tanaman yang sedang menghasilkan dan atau sudah
pernah menghasilkan walaupun pada saat ini sedang tidak menghasilkan karena
bukan musimnya. Tanaman rusak atau tanaman tidak menghasilkan adalah
tanaman yang sudah tua, rusak dan tidak memberikan hasil yang memadai lagi
(Buku Pembakuan Statistik Perkebunan 2007).
Banyaknya hasil dari setiap tanaman tahunan dan semusim menurut bentuk
produksi yang diambil berdasarkan luas yang dipanen pada semester atau triwulan
laporan. Hasil perkebunan merupakan semua barang dan jasa yang berasal dari
perkebunan atas produk utama, produk turunan, produk sampingan, produk ikutan
dan produk lainnya. Tujuan pengolahan hasil perkebunan untuk mencapai nilai
tambah yang lebih tinggi akibat kegiatan penanganan dan pemrosesan. Menurut
Sukino (2013), sifat-sifat produk pertanian :
1. Mudah membusuk
2. Mudah rusak
3. Tidak tahan lama disimpan
4. Memerlukan tempat yang banyak
Menurut UU nomor 18 tahun 2004, pelaku usaha perkebunan adalah
pekebun dan perusahaan perkebunan yang mengelola usaha perkebunan. Skala
usaha perkebunan didasarkan pada luasan lahan usaha, jenis tanaman, teknologi,
tenaga kerja, modal dan atau kapasitas pabrik yang diwajibkan memiliki izin
usaha. Perkebunan besar adalah perkebunan yang diselanggarakan atau dikelola
secara komersial oleh perusahaan yang berbadan hukum. Perkebunan besar terdiri
dari Perkebunan Besar Negara (PBN) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS)
Nasional atau asing. Perkebunan rakyat adalah perkebunan yang diselenggarakan
atau dikelola oleh rakyat atau pekebun yang dikelompokan dalam usaha kecil
tanaman perkebunan rakyat dan usaha rumah tangga perkebunan rakyat.

6

Agroindustri
Agroindustri adalah industri yang berbahan baku utama dari produk
pertanian. Studi agroindustri pada konteks ini adalah menekankan pada food
processing management dalam suatu perusahaan produk olahan yang bahan baku
utamanya adalah produk pertanian. Agroidustri diartikan juga sebagai suatu
tahapan pembangunan sebagai kelanjutan dari pembangunan pertanian, tetapi
sebelum tahapan pembangunan tersebut mencapai tahapan pembangunan industri.
Agroindustri merupakan bagian dari enam subsistem agribisnis yang disepakati
selama ini yaitu subsistem penyediaan sarana produksi dan peralatan, usaha tani,
pengolahan hasil, pemasaran, sarana dan pembinaan (Soekartawi 2005).
Menurut FAO dalam DaSilva et all. agroindustri adalah bagian sektor
manufaktur yang memproses bahan mentah dan produk setengah jadi yang
diperoleh dari pertanian, perikanan dan perkebunan. Jadi, agroindustri meliputi
manufaktur makanan, minuman, tekstil, pakaian, produk kayu dan furniture,
kertas, produk kertas dan printing, karet dan produk karet.
Widodo (1986) mengemukakan agroindustri merupakan suatu bentuk usaha
yang terus dikembangkan kerena kelanjutan proses untuk mengelola produksi
pertanian, selain mampu mengatasi masalah ketenagakerjaan.
Agroindustri merupakan perusahaan yang memproses bahan mentah dari
tanaman dan hewan. Proses ini melibatkan transformasi dan pengawetan melalui
perubahan fisik dan kimia, penyimpanan, pengemasan dan distribusi. Keseluruhan
kegiatan agroidustri terdapat tiga subsistem dasar yaitu, pemasaran, pemrosesan
dan persediaan bahan mentah (Brown 1994).
1. Pemrosesan
Pemrosesan berkaitan dengan pengemasan dan penyimpanan, layaknya
seperti aktivitas lain pemrosesan termasuk dalam pengalengan. Proses
memproduksi output yang secara hasil didistribusikan dan proses
membutuhkan bahan mentah tertentu. Pemrosesan bahan mentah adalah
elemen utama yang dapat dilihat melalui dua sudut pandang. Pertama, hal ini
dapat dilihat sebagai arus informasi mengenai permintaan pasar yang dimulai
dari pelanggan kepada distributor dan pihak pemroses. Kedua, sebagai arus
bahan dari produsen kepada pihak pemroses dan distribusi, serta pelanggan.
2. Pemasaran
Dipersiapkan untuk penilaian penuh terhadap kondisi pasar dan permintaan.
Kegiatan pemasar ini juga menguji desain proses berdasarkan prinsip
persyaratan pelanggan. Hal ini berdasarkan sistem bahan mentah yang dapat
memuasakan pasar dan proses permintaan.
3. Persediaan bahan mentah
Setelah strategi membuat desain diputuskan, tahapan selanjutnya
mempersiapkan detail desain proyek. Tahapan pendekatan alur bahan menjadi
sangat penting. Penedekatan menjadi alat yang tetap penting untuk mengatur
produksi dan mengontrol biaya, sehingga manajer bisa mengetahui produk
apa yang diminta dan jadwal produksi.
Keuntungan melakukan pasca panen (Sukino, 2013) :
a. Dapat memperpanjang umur produk pertanian
b. Hasil pertanian lebih menarik dan efisien tempat
c. Dapat meningkatkan cita rasa

7

Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat dengan luas daerah 35,378 km2, secara geografis
terletak di antara 5º50'- 7º50' Lintang Selatan dan 104º 48'- 108º 48' Bujur Timur.
Jumlah penduduknya pada tahun 2011 mencapai 46,497,175 jiwa. Sejak tahun
2008 secara administratif di Provinsi Jawa Barat berjumlah 26 bagian, yaitu 17
Kabupaten dan 9 kota dengan 625 kecamatan dan 5,877 desa atau kelurahan.
Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor terletak pada 6º18′ - 6º47′ Lintang Selatan dan 106º23′45′′
- 107º13′30′′ Bujur Timur dengan luas wilayah 298,838,304 ha. Batas administrasi
dari Kabupaten Bogor yaitu bagian utara berbatasan dengan Kabupaten
Tangerang, Kota Bekasi, Kota Depok. Bagian timur berbatasan dengan Kabupaten
Cianjur, Kabupaten Karawang, untuk bagian selatan berbatasan dengan
Kabupaten Sukabumi dan Cianjur, bagian barat dengan Kabupaten Lebak,
sedangkan bagian tengah berbatasan dengan Kota Bogor.
Sektor pertanian di Kabupaten Bogor memegang peranan penting dalam
PDRB, mengingat luas lahan pertanian yang dimiliki dan juga sebagian besar
wilayah di Kabupaten Bogor masih tergolong desa. Dinas Pertanian dan
Kehutanan Kabupaten Bogor mencatat luas areal tanaman perkebunan rakyat yang
menghasilkan produksi (17 komoditas) adalah 9,162 ha pada tahun 2008; 8,423 ha
pada tahun 2009; dan 8,412 ha pada tahun 2010. Luas areal produksi menunjukan
penurunan selama tiga tahun terakhir (BPS 2011).
Kabupaten Sukabumi
Kabupaten Sukabumi adalah sebuah Kabupaten di Provinsi Jawa Barat,
Indonesia yang beribukota di Pelabuhanratu. Kabupaten ini berbatasan dengan
Kabupaten Bogor di utara, Kabupaten Cianjur di timur, Samudra Hindia di
selatan, serta Kabupaten Lebak di barat dengan luas wilayah 3,934 km2
menjadikan Kabupaten Sukabumi merupakan Kabupaten terluas di Jawa Barat.
Batas wilayah Kabupaten Sukabumi 40 persen berbatasan dengan lautan dan 60
persen merupakan daratan. Wilayah Kabupaten Sukabumi memiliki areal yang
relatif luas yaitu sekitar 419,970 ha.
Sub sektor perkebunan di Kabupaten Sukabumi memiliki potensi yang
cukup besar, terutama perkebunan kelapa, teh, pala, dan cengkeh. Pada tahun
2010, produksi tanaman perkebunan pada umumnya tetap stabil di bandingkan
tahun lalu. Secara umum areal tanaman perkebunan di Kabupaten Sukabumi
masih didominasi oleh perkebunan rakyat (BPS 2013).
Kabupaten Cianjur
Kabupaten Cianjur secara geografis terletak di antara 6º21′-7º25’ Lintang
Selatan dan 106º42′-107º25’ Bujur Timur dengan batas wilayah sebelah utara
berbatasan dengan Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta, sebelah timur
berbatasan dengan Kabupaten Bandung dan Kabupaten Garut, sebelah Selatan
berbatasan dengan Samudra Indonesia dan sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Sukabumi.

8

Daerah beriklim sub tropis memiliki daerah ketinggian 0 – 2,962 m dpl. Di
wilayah Cianjur Utara tumbuh subur tanaman sayuran, perkebunan dan tanaman
hias. Di wilayah Cianjur Tengah tumbuh dengan baik tanaman padi, kelapa dan
buah-buahan, sedangkan di wilayah Cianjur Selatan tumbuh tanaman palawija,
perkebunan teh, karet, aren, cokelat, kelapa serta tanaman buah-buahan. Potensi
lain di wilayah Cianjur Selatan antara lain obyek wisata pantai yang masih alami
dan menantang investasi.
Luas areal perkebunan rakyat tahun 2008 mencapai 36,285 ha dengan
produksi mencapai 10,060 ton. Luas areal PBN tahun 2008 mencapai 5,155 ha
dengan produksi mencapai 6,725 ton yang meliputi tujuh komoditas. Sementara
itu, luas areal PBS mencapai 8,986 ha dengan produksi mencapai 1,860 ton.
Komoditas perkebuanan terbesar adalah tanaman teh dengan produksi mencapai
11,937 ton (BPS 2010).

Nilai Tambah
Konsep nilai tambah adalah suatu perubahan nilai yang terjadi karena
adanya perlakuan terhadap suatu input pada suatu proses produksi. Arus
peningkatan nilai tambah komoditas pertanian terjadi di setiap mata rantai pasok
hulu ke hilir yang berawal dari petani dan berakhir pada konsumen akhir. Nilai
tambah pada setiap anggota rantai pasok berbeda-beda tergantung dari input dan
perlakuan oleh setiap anggota rantai pasok tersebut (Marimin 2010).
Menurut Aroef dan Djamal (2009), penggunaan teknologi yang semakin
tinggi akan membuat nilai tambah yang bisa diperoleh juga semakin tinggi.
Jumlah nilai tambah dihitung atas dasar jumlah satuan produk yang dihasilkan
dikalikan jumlah nilai tambah yang ada pada tiap satuan produk itu. Lalu nilai
tambah pada tiap satuan produk bisa dihitung atas dasar nilai tambah yang
dihasilkan oleh suatu perusahaan dibagi jumlah satuan produk yang dihasilkan.
= Hasil penjualan – Semua pembelian (bahan,
komponen, energi dan jasa) dari pihak ke-3
Nilai Tambah teknologi = Harga pasar yang berlaku – Komponen biaya
Nilai tambah ekonomi

Salah satu cara untuk menghitung nilai seluruh barang dan jasa adalah
menjumlahkan nilai tambah dari setiap tahap produksi. Nilai tambah dari sebuah
perusahaan sama dengan nilai output perusahaan itu dikurangi nilai barang
setengah jadi yang dibeli perusahaan. Untuk perekonomian secara menyeluruh,
jumlah seluruh nilai tambah harus sama dengan nilai seluruh barang dan jasa akhir
(Mankiw 2007).
Prosedur Analisis Nilai Tambah
Langkah yang dilakukan menurut Sudiyono adalah:
1. Membuat arus komoditas yang menunjukan bentuk-bentuk komoditas, lokasi,
lamanya penyimpanan, dan berbagai perlakuan yang diberikan.
2. Mengidentifikasi setiap transaksi yang terjadi menurut pertimbangan parsial.
3. Memilih dasar perhitungan, yaitu satuan input bahan baku bukan satuan output
(Marimin dan Maghfiroh 2010).

9

Konsep Pendukung Analisis Nilai Tambah
Konsep pendukung dalam analisis nilai tambah menurut Hayami dalam Sudiyono
untuk subsistem pengolahan adalah sebagai berikut:
a. Faktor konversi, merupakan jumlah output yang dihasilkan satu satuan input.
b. Koefisien tenaga kerja langsung, menunjukan jumlah tenaga kerja langsung
yang diperlukan untuk mengolah satu satuan output.
c. Nilai output, menunjukan nilai output yang dihasilkan dari satu satuan input
(Marimin dan Maghfiroh 2010)
Kelebihan Analisis Nilai Tambah
Kelebihan dari analisis nilai tambah oleh Hayati dalam Sudiyono adalah:
1. Dapat diketahui besarnya nilai tambah.
2. Dapat diketahui besarnya balas jasa terhadap pemilik faktor produksi.
3. Dapat diterapkan di luar subsistem pengolahan, misalnya kegiatan pemasaran
(Marimin dan Maghfiroh 2010).

10

METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Pemikiran
Letak geografis yang berdekatan antara Kabupaten Bogor, Kabupaten
Cianjur dan Kabupaten Sukabumi, sehingga wilayah tersebut memiliki kondisi
lingkungan yang menyerupai. Kondisi lingkungan di setiap wilayah
mempengaruhi kemampuan suatu komoditas perkebunan untuk tumbuh dengan
baik. Berdasarkan kondisi lingkungan di Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi
dan Kabupaten Cianjur (Kabupaten BSC) komoditas perkebunan rakyat yang
dapat tumbuh cukup beragam, sehingga perlu adanya pemilihan komoditas yang
memiliki potensi untuk dikembangkan. Pemilihan komoditas perkebunan untuk
memfokuskan pengembangan komoditas potensial yang nantinya akan
dikembangkan dalam sektor agroindustri.
Hasil produksi tanaman perkebunan merupakan barang yang mudah rusak,
sehingga perlu diolah, agar lebih tahan lama untuk disimpan. Pengolahan
komoditas perkebunan menjadi produk agroindustri dapat meningkatkan nilai
tambah produk perkebunan yang dihasilkan, dibandingkan dengan produk hasil
perkebunan tanpa pengolahan. Produksi tanaman perkebunan yang dihasilkan
dapat dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk agroindustri yang lebih
banyak memiliki manfaat. Kepraktisan penggunaan produk agroindustri dapat
meningkatkan harga jual produk, sehingga berpengaruh terhadap pendapatan
petani perkebunan rakyat. Beragam produk yang dihasilkan dari satu komoditas
perkebunan melalui pengolahan perlu dilakukan penetapan produk agroindustri
yang layak untuk dikembangkan.
Perubahan orientasi dari produk perkebunan yang dikelola oleh petani
perkebunan rakyat menjadi produk agroindustri dapat memberikan nilai tambah
produk. Upaya peningkatan nilai tambah komoditas perkebunan memiliki dampak
bagi petani perkebunan rakyat, yaitu keinginan petani untuk mempertahankan,
bahkan memperluas kebunnya dan mengelola lahan perkebunannya dengan baik.
Pengelolaan lahan perkebunan dengan baik dapat meningkatkan produktifitas
tanaman perkebunan yang dikelola, sehingga pendapatan petani meningkat dan
mempengaruhi peningkatan kesejahtaraan petani.
Luas areal yang terbatas dan produktifitas perkebunan rakyat yang masih
rendah menjadi kendala pengembangan komoditas perkebunan, sehingga
pemilihan komoditas potensial menggunakan 2 kriteria, yaitu luas areal dan
pendapatan petani dari setiap komoditas yang diusahakan. Data luas lahan dan
pendapatan digunakan sebagai penentu komoditas perkebunan potensial yang
layak untuk dikembangkan. Terpilih komoditas perkebunan yang layak
dikembangkan, selanjutnya penetapan produk agroindustri. Tanaman perkebunan
memiliki bagian yang dapat dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk.
Produk agroindustri yang dipilih berdasarkan kemudahan penguasaan teknologi
oleh petani, permintaan dan nilai tambah produk.

11

Luas lahan

Komoditas
perkebunan rakyat

Pendapatan

Komoditas
perkebunan rakyat
terpilih

Penguasaan
Teknologi

Pohon
Industri
Komoditas
terpilih

Permintaan

Nilai Tambah

Produk Agroindustri Terpilih

Nilai Tambah Agroindustri Terpilih

Kelembagaan Agroindustri

Peningkatan Kesejahteraan Petani

Usaha Perkebunan Rakyat Dipertahankan

Gambar 1 Kerangka pemikiran

Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian ini dimulai dengan pencarian data mengenai potensi
komoditas perkebunan di Kabupaten BSC. Ragam komoditas yang dapat tumbuh
dilihat potensinya berdasarkan data luas areal dan pendapatan petani perkebunan
rakyat. Data tersebut didapat dari instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik,
Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, Dinas Pertanian dan
Perkebunan Kabupaten Sukabumi dan Dinas Perkebunan dan Kehutanan
Kabupaten Cianjur. Data luas areal dan pendapatan setiap komoditas yang didapat
dari setiap Kabupaten digabungkan untuk dianalisis, sehingga didapatkan
komoditas terpilih berdasarkan ketiga wilayah. Penentuan komoditas terpilih
berdasarkan pendapatan petani terendah.

12

Komoditas perkebunan yang sudah dipilih, selanjutnya pemilihan produk
agroindustri yang dapat dikembangkan. Pertimbangan penetapan produk
agroindustri berdasarkan analisis pohon industri dengan menggunakan kriteria
permintaan, nilai tambah dan kemudahan dalam penguasaan teknologi untuk
diterapkan oleh petani perkebunan rakyat.
Mulai

Analisis data perkebunan yang tersedia
saat ini di Wilayah Kabupaten Bogor,
Sukabumi dan Cianjur

Identifikasi masalah petani perkebunan
rakyat dan program dari setiap
Kabupaten

Perhitungan luas lahan dan
pendapatan petani perkebuanan
rakyat dari komoditas potensial

Wawancara

Penentuan komoditas
perkebunan terpilih

Analisis agroindustri pedesaan yang berpotensi untuk dikembangkan petani perkebunan

Wawancara dan kaji literatur

Penentuan agroindustri terpilih berdasarkan komoditas terpilih

Wawancara dan observasi

Perhitungan biaya dan pendapatan

Perhitungan nilai tambah

Strategi bauran pemasaran agroindustri terpilih

Kelembagaan usaha

Stop

Gambar 2 Tahapan penelitian

13

Produk agroindustri yang dipilih berdasarkan kriteria permintaan, nilai
tambah dan kemudahan penerapan teknologi. Agroindustri yang terpilih,
kemudian dihitung besaran nilai tambahnya. Hasil pertanian mengalami
peningkatan nilai tambah dari setiap tahapan proses pengolahan. Nilai tambah
dihitung berdasarkan harga bahan baku, tenaga kerja, harga output dan input dan
faktor yang terlibat dalam pengolahan suatu produk agroindustri. Perhitungan
nilai tambah untuk menentukan besaran keuntungan bersih yang didapat oleh
pelaku usaha. Peningkatan keuntungan dengan adanya proses pengolahan
diharapkan memunculkan keinginan petani untuk mengolah hasil perkebunannya
sebelum dijual dan berpengaruh terhadap kesejahteraan petani.
Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten BSC (Bogor, Sukabumi dan Cianjur)
dengan penentuan lokasi secara sengaja (purposive). Pengambilan data lapangan
dilakukan pada bulan Mei - Desember 2014.

Teknik Pengumpulan Data
Sumber data yang diperlukan adalah data sekunder dan data primer. Data
sekunder diperoleh melalui kaji literatur, data dari instansi terkait dan melalui
akses internet, sedangkan data primer didapatkan berdasakan hasil wawancara dan
diskusi dengan pakar dan pelaku usaha langsung. Data primer digunakan untuk
mendapatkan informasi mengenai kebijakan pengembangan komoditas
perkebunan dari setiap Kabupaten dan untuk perhitungan nilai tambah.
Narasumber yang terlibat berasal dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Bogor, Dinas Pertanian dan Perkebunan Sukabumi dan Dinas Perkebunan dan
Kehutanan Kabupaten Cianjur. Observasi langsung dan wawancara pelaku usaha
agroindustri komoditas perkebunan untuk perhitungan nilai tambah dan
keuntungan dari proses produksi. Data yang diperlukan terdapat pada Lampiran
25.

Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data menggunakan Microsoft excel untuk
menghitung jumlah luas areal dan pendapatan, sedangkan untuk peramalan
produktifitas menggunakan alat analisis exponential smoothing. Software yang
digunakan untuk menentukan peramalan adalah SPSS20. Pengolahan data
tersebut untuk menentukan komoditas perkebunan terpilih yang layak
dikembangkan. Komoditas perkebunan terpilih, kemudian dianalisis berdasarkan
pohon industri untuk menetapkan produk agroindustri yang dapat dikembangkan
dengan menggunakan kriteria kemudahan penguasaan teknologi, nilai tambah dan
permintaan. Selanjutnya, perhitungan nilai tambah agroindustri yang terpilih.

14

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program yang Mendukung Pengembangan Tanaman Perkebunan
Program Pengembangan Tanaman Perkebunan di Kabupaten Bogor
Program yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten
Bogor berdasarkan hasil keputusan Musyawarah Perencanaan Pembangunan
(Musrenbang). Program pengembangan diajukan oleh masyarakat, ke Dinas
Perkebunan tingkat desa. Aspirasi masyarakat mengenai program yang akan
dijalankan dipilih berdasarkan kepentingan dan kebutuhan petani pekebun.
Aspirasi yang terpilih pada tingkat desa diajukan kembali kepada Dinas
Perkebunan tingkat kecamatan lalu tingkat Kabupaten, kemudian Dinas
Perkebunan tingkat Kabupaten melakukan Musrenbang untuk menentukan
program yang prioritas untuk dijalankan.
Program yang dilakukan setiap tahun oleh Dinas Perkebunan Kabupaten
Bogor adalah rehabilitasi. Rehabilitasi merupakan pengembalian tanah ke
penggunaan usaha pertanian atau ke produktifitas sesuai dengan suatu rencana
penggunaan tanah sebelumnya, termasuk suatu keadaan ekologi yang stabil, tidak
menyebabkan perusakan lingkungan dan konsisten dengan nilai-nilai.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Bogor tahun 2008, luas
lahan perkebunan seluas 9,162 hektar, namun pada tahun 2010 mengalami
penurunan menjadi 8,411 hektar. Lahan produktif perkebunan beralih fungsi
menjadi pembangunan sektor lain, seperti perumahan dan industri.
Program Pengembangan Tanaman Perkebunan di Kabupaten Cianjur
Kebijakan pengembangan tanaman perkebunan di Dinas Kabupaten Cianjur
berdasarkan UUD 18 Perda tahun 2002, UUD Budidaya tahun 2002, Peraturan
Menteri tentang Pembenihan tahun 2013. Kebijakan yang ada disesuaikan dengan
potensi pengembangan yang cocok di wilayah Kabupaten Cianjur. Pengembangan
potensi untuk mempengaruhi peningkatan produksi dan peningkatan nilai tambah.
Peningkatan produksi untuk mengoptimalisasi budidaya tanaman. Berdasarkan
Kementrian Dinas Perkebunan, tanaman perkebunan yang dapat tumbuh dengan
baik di Indonesia terdapat 127 komoditi ditambah 1 (satu) kemiri sunan.
Dinas Perkebunan dan Kehutanan Cianjur mencatat terdapat 19 komoditi
unggulan dan potensial. Luas perkebunan rakyat mencapai 36,619 Ha.
Perkebunan rakyat potensial adalah teh, karet dan cengkeh. Produksi teh terbesar
berada di kecamatan Takokak, Sukanagara dan Campaka, penjualan hasil
produksi teh sudah mencapai pasar ekspor. Kecamatan pendukung yaitu
Cibeubeur, Cugenang, Kadupandak dan Sukaresmi. Tanaman karet berada di
kecamatan Cikalong, Mande, Cibeuber. Potensi pengembangan tanaman karet
berada di Kecamatan Cibinong dan Kecamatan Agrabinta. Tanaman cengkeh
tersebar di Kecamatan Cibinong, Gebrong, Sinangbarang, Cidaru, Cibeubeur,
Cugeneng. Kondisi lahan yang tersedia untuk tenaman cengkeh mengalami
penurunan, karena tergenang air dan galian pabrik.
Keadaan hilir sektor perkebunan di Kabupaten Cianjur masih sangat lemah,
sehingga perlu adanya pengembangan pengetahuan untuk petani pekebun.
Berdasarkan data BPS Kabupaten Cianjur, sektor industri menyumbang 3,59

15

persen terhadap Pendapatan Daerah. Hal tersebut menunjukan keadaan hilir yang
masih lemah. Sumber daya manusia (SDM) terus ditingkatkan kemampuannya
untuk meningkatkan nilai tambah hasil produksi komoditas perkebunan dan
membentuk SDM kreatif secara pengetahuan dan keterampilan. Program
pengembangan yang dilakukan untuk petani pekebun tanaman teh, karet dan
cengkeh yaitu peremajaan, rehabilitasi dan intensifikasi. Program yang diberikan
berupa pelatihan, SLPHT, Demplot dan bimbingan dengan sumber dana yang
didapatkan melalui APBD dan APBN. Program program dilakukan untuk
mendorong kapasitas dan keterampilan adopsi teknologi.
Program Pengembangan Tanaman Perkebunan di Kabupaten Sukabumi
Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Sukabumi merencanakan
pembangunan nasional dengan melaksanakan Musrenbang pada bulan Januari
sampai Maret untuk menentukan program yang akan dilaksanakan satu tahun
kedepan. Program dibuat berdasarkan hasil keputusan Musrenbang tingkat desa,
kecamatan dan kabupaten. Penetapan program hasil Musrenbang harus sesuai
dengan rencana strategis (Renstra) 2011 – 2015, khusus untuk bidang perkebunan
program sesuai misi yang telah ditetapkan..
Permasalahan perkebunan rakyat yang dihadapi di Kabupaten Sukabumi
adalah rendahnya produksi dan produktifitas. Berdasarkan permasalahan tersebut
program yang dijalankan, yaitu rehabilitasi untuk meningkatkan produksi dan
produktifitas pertanian. Program intensifikasi untuk meningkatkan produksi
dengan input yang cukup, pemupukan, pemeliharaan, serta pengendalian hama.
Selain itu, perlunya program pemberdayaan kelompok tani melalui sistem
kebersamaan ekonomi. Administrasi kelompok dilakukan sebagai rencana
pembukuan sarana dan prasarana produksi, aktifitas petani pekebun, pembinaan
SDM, memfasilitasi untuk mendapatkan modal.

Komoditas Perkebunan Potensial di Wilayah Kabupaten Bogor, Cianjur dan
Sukabumi

Komoditas perkebunan yang dapat tumbuh di Kabupaten BSC sebanyak 19
macam tanaman. Kabupaten Bogor memiliki 13 macam komoditas perkebunan,
Kabupaten Cianjur memiliki 16 macam komoditas perkebunan dan Kabupaten
Sukabumi memiliki 15 komoditas perkebunan yang cocok untuk tumbuh di
wilayah tersebut. Tanaman kina hanya terdapat di Kabupaten Cianjur dan tanaman
pandan dan pinang hanya terdapat di Kabupaten Sukabumi. Ragam komoditas
yang dapat tumbuh di Kabupaten BSC dapat dilihat pada Tabel 2.
Sepuluh komoditas dari 19 komoditas dapat tumbuh di 3 (tiga) kabupaten,
tanaman tersebut yaitu kelapa, teh, cengkeh, karet, aren, pala, vanili, kakao, kopi
dan lada. Komoditas perkebunan yang tumbuh di kabupaten BSC memiliki
persamaan yang cukup tinggi sebesar 52.63 persen. Persentase kesamaan
komoditas perkebunan dari ketiga kabupaten menunjukan potensi perkebunan
yang sama, sehingga pemilihan komoditas perkebunan yang akan dikembangkan
berdasarkan penggabungkan ketiga wilayah. Penggabungan wilayah ini juga
berdasarkan kedekatan jarak antara satu Kabupaten dengan kabupaten lainnya.

16

Hal ini dapat menguntungkan petani dalam hal kerjasama pendistribusian hasil
panen atau pun produk olahan. Pemilihan komoditas perkebunan yang layak
untuk dikembangkan berdasarkan kriteria luas lahan dan pendapatan.

Tabel 2 Ragam Komoditas Perkebunan yang Tumbuh per Kabupaten
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Bogor
Kelapa
Teh
Cengkeh
Karet
Aren
Kopi
Pala
Vanili
Kakao
Lada
Kumis Kucing
Nilam
Kayu Manis

Kabupaten
Cianjur
Kelapa
Teh
Cengkeh
Karet
Aren
Kopi
Pala
Vanili
Kakao
Lada
Kapok
Kemiri
Kina
Kayu Manis
Jambu mete
Nilam

Sukabumi
Kelapa
Teh
Cengkeh
Karet
Aren
Pala
Kopi
Vanili
Kakao
Lada
Kapok
Kemiri
Pinang
Jambu mete

Pemilihan Komoditas Berdasarkan Kriteria Luas Lahan
Komoditas perkebunan yang akan dikembangkan dipilih menggunakan
kriteria luas lahan. Luas lahan merupakan lahan yang digunakan untuk
menghasilkan komoditas perkebunan. Penggunaan kriteria luas lahan dilihat dari
potensi saat ini yang didapat dari penggabungan jumlah luas lahan dari ketiga
kabupaten untuk setiap komoditas perkebunan. Luas lahan suatu komoditas yang
semakin besar menunjukan potensi yang baik untuk mengembangkan komoditas
tersebut.
Berdasarkan data luas lahan pada tahun 2011 sampai 2013, komoditas
kelapa, teh, vanili, kakao dan kina mengalami penurunan selama tiga tahun
terakhir, sedangkan komoditas lainnya cenderung mengalami kenaikan.
Peningkatan luas lahan menunjukan potensi yang baik, karena ada keinginan
petani untuk mengembangkan komoditas yang dikelola. Komoditas kelapa
memiliki luas lahan terbesar dengan luas sebesar 31,021 hektar dan luas lahan
terendah adalah kayu manis dengan total luas lahan sebesar 31 hektar.
Pemilihan dengan kriteria luas lahan dilihat dari luasan terbesar dari
komoditas perkebunan yang dapat tumbuh di Kabupaten Bogor, Kabupaten
Cianjur dan Kabupaten Sukabumi. Luas lahan perkebunan didominasi oleh
tanaman kelapa, teh dan cengkeh, ketiganya memiliki luas lahan diatas 10,000

17

hektar. Luas lahan terendah terdapat pada tanaman pandan, jambu mete dan kayu
manis, ketiganya memiliki luas lahan di bawah 100 hektar. Data total luas lahan
komoditas perkebunan Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur dan Kabupaten
Sukabumi dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3 Total Luas Lahan Perkebunan di Kabupaten Bogor, Kabupaten Cianjur
dan Kabupaten Sukabumi (Ha)
Urutan
Komoditas
Tahun
2011
2012
2013
1 Kelapa
31,969
31,220
31,021
2 Teh
24,175
24,160
24,142
3 Cengkeh
11,566
11,616
11,747
4 Karet
7,141
7,371
7,596
5 Kopi
5,425
5,502
5,688
6 Aren
4,461
4,463
4,467
7 Pala
3,497
3,601
3,706
8 Vanili
656
652
628
9 Kakao
669
666
622
10 Kapok
350
349
350
11 Kumis Kucing
23
23
260
12 Kemiri
253
254
254
13 Lada
297
295
297
14 Kina
189
189
168
15 Pinang
143
143
143
16 Nilam
58
70
133
17 Pandan
0
0
40
18 Jambu Mete
33
33
32
19 Kayu Manis
31
31
31
Komoditas yang terpilih berdasarkan kriteria luas lahan dibatasi menjadi 7
komoditas. Komoditas yang terpilih berdasarkan luas lahan yang terbesar, hal ini
dikarenakan dengan adanya ketersediaan luas lahan akan memudahkan untuk
pengembangan budidaya dan menjamin ketersediaan bahan baku dengan
peningkatan produksi. Ketujuh komoditas dengan luas lahan terbesar memiliki
luas lahan lebih dari 3,400 hektar. Pada tahun 2014, komoditas kelapa memiliki
luas lahan terbesar yaitu seluas 31,021 hektar dan komoditas pala memiliki luas
lahan terendah diantara ketujuh komoditas lainnya, yaitu seluas 3,706 hektar.
Tujuh komoditas yang memenuhi kriteria luas lahan yaitu kelapa, teh, cengkeh,
karet, kopi, pala dan aren. Komoditas terpilih, selanjutnya ditentukan dengan
menggunakan kriteria pendapatan.
Pemilihan Komoditas Berdasarkan Kriteria Pendapatan
Berdasarkan pemilihan menggunakan kriteria luas lahan, terpilih tujuh
komoditas yaitu aren, teh, karet, kopi, kelapa, cengkeh dan pala. Kriteria
pemilihan selanjutnya adalah pendapatan. Pendapatan didapatkan dari hasil
produktifitas dikalikan dengan harga, sedangkan produktifitas merupakan

18

produksi dibagi dengan luas tanaman menghasilkan. Produksi merupakan
banyaknya hasil dari setiap tahunan dan semusim menurut wujud produk yang
diambil berdasarkan luas yang dipanen, sedangkan tanaman menghasilkan adalah
tanaman yang sudah dapat menghasilkan, termasuk tanaman yang tidak dipanen.
Pada tahun 2013 produktifitas tertinggi sebesar 2,039 ton/ha/tahun yaitu
tanaman aren dan produktifitas terendah adalah tanaman cengkeh sebesar 366
ton/ha/tahun. Produktifitas komoditas teh, karet, kopi dan kelapa sebesar 1,122
ton/ha/tahun, 831 ton/ha/tahun, 809 ton/ha/tahun dan 774 ton/ha/tahun. Laju
pertumbuhan dalam tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan. Data yang
dihasilkan ketujuh komoditas mengalami peningkatan dalam tiga tahun terakhir.
Peningkatan terbesar terjadi pada tanaman pala dengan laju pertumbuhan rata-rata
sebesar 20.57% selama tiga tahun terakhir. Produktifitas terendah terdapat pada
tanaman cengkeh yang mengalami laju pertumbuhan sebesar 1.95 persen. Data
produktifitas dapat dilihat pada Tabel 4.

No

1
2
3
4
5
6
7

Tabel 4 Produktifitas Komoditas Terpilih
Komoditas
Produktifitas (ton/hektar/tahun)
Laju pertumbuhan
rata rata tahun 2011
Tahun
sampai 2013 (%)
2011
2012
2013
Aren
Teh
Karet
Kopi
Kelapa
Pala
Cengkeh

1,936
1,062
782
747
657
327
353

1,976
1,045
838
741
674
339
342

2,039
1,122
831
809
774
466
366

2.63
2.82
3.16
4.19
8.72
20.57
1.95

Berdasarkan hasil peramalan produktifitas terhadap ketujuh komoditas,
produktifitas kelapa tidak mengalami kenaikan ataupun penurunan. Produktifitas
komoditas aren, teh, karet, kopi, cengkeh dan pala diramalkan meningkat. Hasil
peramalan menunjukan komoditas aren memiliki produktifitas yang tinggi,
sebesar 2,102 ton per hektar di tahun 2014 dan hasil peramalan produktifitas
terendah adalah komoditas cengkeh sebesar 407 ton per hektar. Berdasarkan
peramalan yang dilakukan, potensi dimasa yang akan datang enam komoditas
mengalami peningkatan, sedangkan tanaman kelapa tidak mengalami peningkatan
maupun penurunan. Hal ini menunjukan keinginan petani untuk tetap
membudidayakan tanamannya, sehingga ketersediaan bahan baku masih terjamin.
Data peramalan produktifitas dapat dilihat pada Tabel 5.
Data produktifitas digunakan untuk mendapatkan pendapatan rata-rata
petani per hektar. Rata-rata pendapatan dihasilkan dari perkalian produktifitas
dengan harga rata-rata. Semakin tinggi produktifitas dan harga, maka semakin
tinggi pendapatan rata-rata petani per hektar. Adanya peningkatan produktifitas
dapat berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan petani per hektar.

19

Tabel 5 Hasil Peramalan Produktifitas (ton per hektar)
Forcasting
Tahun
Urutan
Komoditas
2014
2015
1
Aren
2,102
2,164
2
Teh
1,199
1,276
3
Karet
869
897
4
Kopi
809
831
5
Kelapa
808
808
6
Pala
421
430
7
Cengkeh
379
393

2016
2,227
1,353
925
854
808
439
407

Harga rata-rata tertinggi terdapat pada tanaman cengkeh, 1 kg bunga basah
sebesar Rp 49,000 dan harga terendah terdapat pada tanaman kelapa dan teh, yaitu
sebesar Rp 1,950 per butir kelapa dan Rp 1,950 per kg pucuk basah. Produktifitas
terendah pada komoditas cengkeh, yaitu sebesar 379 kg/ha/tahun dan produktifitas
tertinggi pada komoditas aren sebesar 2,102 liter/ha/tahun.

Tabel 6 Pendapatan Petani Rakyat per Hektar
Urutan

1
2
3
4
5
6
7

Komoditas

Kelapa
Teh
Pala
Aren
Karet
Kopi
Cengkeh

Bentuk Produksi dan
Satuan

Buah (Butir)
Pucuk basah (Kg)
Buah (Kg)
Nira (Liter)
Lateks (Kg)
Gelondongan kering (Kg)
Bunga basah (Kg)

Produktifitas
(Satuan/
Ha/Thn)
808
1,199
412
2,102
869
809
379

Rata-Rata
Harga
(Rp/Satuan)
1,950
1,950
8,000
2,500
7,000
17,000
49,000

Rata-rata
Pendapatan
(Rp/Ha/
Tahun)
1,575,600
2,338,050
3,789,000
5,255,000
6,083,000
13,753,000
18,571,000

Produktifitas yang tinggi berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan
petani, begitu juga dengan harga bentuk produksi yang tinggi akan berpengaruh
terhadap pendapatan petani pekebun yang tinggi pula. Berdasarkan