Analisis prioritas strategi bauran pemasaran pada agrowisata Taman Anggrek Ragunan Jakarta Selatan

(1)

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN

PADA AGROWISATA TAMAN ANGGREK RAGUNAN

JAKARTA SELATAN

Oleh :

DWI HARDIKTIANINGRUM A14103056

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007


(2)

DWI HARDIKTIANINGRUM, Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran pada Agrowisata Taman Anggrek Ragunan, Jakarta Selatan (dibawah bimbingan HENY K. S. DARYANTO)

Saat ini, preferensi masyarakat dalam menikmati objek wisata telah mengalami perubahan ke bentuk wisata yang spesifik misalnya agrowisata, yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Perubahan preferensi dalam menikmati objek wisata juga diakibatkan oleh adanya kebutuhan masyarakat dalam memberikan hiburan yang mengandung unsur edukasi kepada putra-putri mereka, sehingga selain mendapatkan kesenangan dalam menikmati hiburan di objek wisata, masyarakat juga dapat memperoleh pengetahuan baru dari objek wisata yang mereka kunjungi. Kondisi tersebut, merupakan prospek yang cerah bagi perkembangan agrowisata dan sekaligus membuka peluang bagi pengembangan produk-produk agribisnis baik dalam bentuk kawasan atau produk pertanian yang mempunyai daya tarik tersendiri. Adanya perubahan preferensi tersebut, direspon dengan banyaknya agrowisata yang bermunculan.

Taman Anggrek Ragunan (TAR) adalah salah satu objek agrowisata di DKI Jakarta dan sudah berdiri sejak 34 tahun yang lalu. Namun, dalam perkembangannya keberadaan agrowisata Taman Anggrek Ragunan kurang dikenal dan diketahui masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pengunjung Taman Anggrek Ragunan yang relatif rendah jika dibandingkan dengan jumlah pengunjung pada agrowisata sejenis seperti Taman Anggrek Indonesia Permai dan Rumah Anggrek Kebun Raya Bogor.

Rendahnya tingkat kunjungan ke Taman Anggrek Ragunan mengindikasikan strategi pemasaran yang diterapkan oleh pihak manajemen kurang berjalan maksimal. Suatu strategi pemasaran akan berdampak jangka panjang bagi kelangsungan hidup perusahaan atau organisasi. Dari penjelasan diatas dapat ditarik dua permasalahan, yaitu (1) bagaimana pelaksanaan strategi bauran pemasaran yang diterapkan oleh manajemen Taman Anggrek Ragunan selama ini (2) bagaimana prioritas strategi bauran pemasaran yang tepat untuk dijalankan oleh manajemen Taman Anggrek Ragunan.

Penelitian dilaksanakan pada agrowisata Taman Anggrek Ragunan (TAR) yang terletak di Jl. Harsono RM Ragunan, Jakarta Selatan. Pemilihan objek penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan mempertimbangkan bahwa Taman Anggrek Ragunan merupakan salah satu objek agrowisata di Jakarta yang memiliki tingkat kunjungan yang relatif rendah dan kurang dikenal masyarakat sebagai sebuah agrowisata. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan bulan April 2007.

Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan pengisian kuisioner kepada Kepala Subdinas Usaha dan Pemasaran dan Kepala Pengelola Taman Anggrek Ragunan. Pemilihan responden dilakukan secara sengaja dengan mempertimbangkan faktor pemahaman mengenai strategi pemasaran di Taman Anggrek Ragunan. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA) untuk menganalisis strategi bauran pemasaran


(3)

yang diprioritaskan sesuai dengan tujuan perusahaan. Dalam menerapkan metode PHA, yang diutamakan adalah kualitas responden, bukan terletak pada kuantitasnya. Data yang diperoleh kemudian diproses dengan menggunakan program komputer “Expert Choice Version 2000”.

Kegiatan pemasaran yang selama ini dilakukan oleh Taman Anggrek Ragunan sebagai sebuah agrowisata kurang maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari ketujuh strategi bauran pemasaran yang telah dijalankan. Pada strategi produk, keragaman dan cara penyajian atraksi wisata yang ditawarkan oleh Taman Anggrek Ragunan kurang menarik sehingga masyarakat kurang tertarik unt uk berkunjung ke Taman Anggrek Ragunan. Dalam penetapan harga sudah cukup baik karena dengan harga tiket masuk yang relatif murah dapat menjangkau semua kalangan masyarakat.

Pada strategi tempat, lokasi dan sarana transportasi sangat mendukung keberadaan agrowisata Taman Anggrek Ragunan. Strategi promosi yang selama ini dijalankan kurang maksimal karena kegiatan promosi yang cukup efektif seperti melalui website dan katalog tidak dilakukan dengan optimal. Pada strategi orang, yang perlu diperhatikan oleh Taman Anggrek Ragunan adalah jumlah karyawan/pemandu yang terbatas dan kompetensi karyawan yang masih rendah. Hal tersebut cukup berpengaruh terhadap kualitas pelayanan yang ditampilkan kepada para pengunjung, sehingga juga akan mempengaruhi tingkat kepuasan pengunjung.

Strategi proses memiliki keterkaitan dengan strategi-strategi yang lain, semakin baik prosesnya maka hasilnya juga akan semakin baik pula. Strategi bukti fisik terkait dengan kelengkapan fasilitas yang ada pada Taman Anggrek Ragunan. Fasilitas yang disediakan oleh Taman Anggrek Ragunan masih kurang, bahkan fasilitas kios anggrek dan kantin yang pada awalnya ada, sekarang sudah tidak berfungsi.

Hasil analisis keseluruhan strategi bauran pemasaran dengan menggunakan metode Proses Hirarki Analitiktelah memenuhi rasio inkonsistensi di bawah 10 persen yaitu sebesar 8 persen. Berdasarkan hasil analisis strategi bauran pemasaran dengan menggunakan metode Proses Hirarki Analitik didapatkan bahwa Taman Anggrek Ragunan lebih memprioritaskan tujuan kegiatan pemasaran untuk meningkatkan jumlah pengunjung (0,667) dibandingkan dengan menjadikan Taman Anggrek Ragunan sebagai agrowisata yang potensial di DKI Jakarta (0,333). Untuk strategi pemasaran, Taman Anggrek Ragunan memprioritaskan strategi produk (0,312) sebagai prioritas pertama dengan strategi operasional keanekaragaman anggrek (0,153). Prioritas kedua untuk strategi pemasaran adalah strategi harga (0,222) dengan strategi operasional harga dilihat dari persepsi mutu (0,136).

Prioritas ketiga adalah strategi promosi (0,139) dengan strategi operasional pemasaran langsung (0,044). Strategi bukti fisik (0,086) mendapat prioritas keempat dengan strategi operasional kios anggrek (0,035). Prioritas kelima dari bauran pemasaran adalah strategi proses (0,085) dengan strategi operasional kualitas dalam pelayanan (0,039). Prioritas keenam adalah strategi tempat (0,080) dengan strategi operasional lokasi dan sarana transportasi (0,033). Prioritas ketujuh dari bauran pemasaran adalah strategi orang (0,074) dengan dua strategi operasional yaitu pengetahuan dan keramahan (0.019).


(4)

Judul : Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran pada Agrowisata Taman Anggrek Ragunan, Jakarta Selatan Nama : Dwi Hardiktianingrum

NRP : A14103056

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Heny K. S. Daryanto, M. Ec NIP. 131 578 790

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didi Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019


(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI DENGAN JUDUL : ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA AGROWISATA TAMAN ANGGREK RAGUNAN, JAKARTA SELATAN, ADALAH BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Mei 2007

Dwi Hardiktianingrum A14103056


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 2 Mei 1985. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara pasangan Bapak H. Zainuddin Muhammad dan Ibu Hj. Maryati.

Penulis menempuh pendidikan dasar di SDN Jeruk Purut 08 Pagi Jakarta Selatan dari tahun 1991 sampai tahun 1996. Penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 41 Jakarta Selatan pada tahun 1997 hingga tahun 2000. Kemudian pada tahun 2000 penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 49 Jakarta Selatan dan lulus pada tahun 2003. Penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Ilmu- Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Ujian Seleksi Masuk IPB)

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan kemahasiswaan, baik di dalam kampus maupun luar kampus. Kegiatan di dalam kampus diantaranya sebagai pengurus KMS (Keluarga Muslim SOSEK) periode 2004-2006. Anggota FKRD (Forum Komunikasi Rohis Departemen) periode 2005-2006. Sebagai panitia penyambutan mahasiswa baru tingkat kampus dan fakultas. Penulis juga pernah menjadi Asisten Ekonomi Umum selama 3 periode pada semester ganjil dan genap. Kegiatan di luar kampus yaitu sebagai staf R&D FoSSEI (Forum Silahturahmi Studi Ekonomi Islam).


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Tujuan dari penyusunan skripsi dengan judul ”Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran pada Agrowisata Taman Anggrek Ragunan, Jakarta Selatan” adalah untuk mengetahui prioritas strategi bauran pemasaran yang sesuai dengan tujuan dari kegiatan pemasaran Taman Anggrek Ragunan. Selain itu, tujuan dari penyusunan skripsi ini adalah untuk mengidentifikasikan kegiatan pemasaran yang telah dijalankan oleh Taman Anggrek Ragunan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun penulis berharap agar hasil yang tertuang dalam skripsi dapat bermanfaat.

Bogor, Mei 2007


(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat, kekuatan, kesehatan, dan hidayah-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada :

1. Papa dan mama yang merawat dan membesarkan dengan sepenuh hati serta kasih sayang dan doa yang selalu mengiringi. Mama dan papa yang senantiasa mau mendengar keluh kesah dan selalu menemani penulis menyusun skripsi ini sampai larut malam. Karya ini dipersembahkan untuk kedua orangtuaku. 2. Dr. Ir. Heny K. S. Daryanto, M. Ec. selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan bimbingan dan arahan bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ir. Netti Tinaprilla, MM selaku dosen penguji utama yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan penelitian ini.

4. Arif Karyadi, SP selaku dosen penguji dari wakil komisi pendidikan Program Studi Manajemen Agribisnis atas segala kritik dan saran yang telah diberikan.

5. Ir. Dharma Setiawan selaku Kepala Subdinas Pemasaran dan Usaha dan Ir. M. Muljadi selaku Kepala Pengelola Taman Anggrek Ragunan yang telah

memberikan informasi, bantuan, dan kesediaan dalam pengisian kuisioner. 6. Ibu Lami dan ibu Sri yang dengan sabar dan keramahannya dalam menerima

penulis selama melaksanakan penelitian di tempat tersebut.

7. Kakak dan adikku tercinta yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi, dan keceriaan bagi penulis.


(9)

8. Seluruh staf sekretariat AGB terutama mba Dian dan mba Dewi atas bantuannya selama empat tahun ini.

9. Loly Fitria yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar skripsi. 10.Andi yang telah berbaik hati mengajarkan tentang metode PHA dan

meminjamkan software Expert Choice Version 2000.

11.Berlian, Mia, Elly, Aini, Indi, Ria yang telah memberikan kenangan baik suka dan duka selama ini dan persahabatan yang telah terjalin.

12.Rekan-rekan satu PS Belinda, Yuli, dan Welly atas kebersamaan dan bantuannya selama penyusunan skripsi.

13.Rany, Dewi Nur, Okky, Ani, Asiah, Geng Tasikers atas keceriaan dan kenangan selama penulis berkuliah.

14.Seluruh teman-teman di AGB 40, terima kasih atas kenangan selama empat tahun ini. Semoga silaturrahmi diantara kita akan selalu terjalin.

15.Teman-teman kosan ”Aisyah” Second, Dede, Feti, dan Lela terima kasih atas keceriaanya selama ini.

16.Seluruh panitia Pagi Anaba 2005 terutama team Dollar (Bram, Zul, Kristanto, Rio, Ariza, Cinta, Iin, Nining, Pemi, Wiwin) yang memberikan pengalaman begitu berharga dan indahnya ukhuwah Islamiyah.

17.Seluruh pihak yang telah membantu yang tidak bisa disebutkan satu per satu.

Bogor, Mei 2007


(10)

DAFTAR ISI

Halama n

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah... 4

1.3. Tujuan Penelitian... 7

1.4. Manfaat Penelitian... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pariwisata ... 8

2.1.1. Pengertian Pariwisata ... 8

2.1.2. Pemasaran Pariwisata ... 10

2.1.3. Proses Penga mbilan Keputusan Berwisata ... 12

2.2. Agrowisata ... 12

2.2.1. Pengertian Agrowisata ... 12

2.2.2. Tujuan dan Manfaat Agrowisata ... 13

2.2.3. Potensi dan Ruang Lingkup Agrowisata ... 14

2.2.4. Fasilitas Agrowisata ... 16

2.2.5. Arah Pengembangan Agrowisata ... 17

2.2.6. Hal-hal yang Harus Diperhatikan dalam Pengembangan Agrowisata ... 17

2.2.7. Permasalahan dalam Pengembangan Agrowisata ... 19

2.3. Hasil Penelitian Terdahulu ... 20

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 25

3.1.1. Pengertian dan Konsep Pemasaran ... 25

3.1.2. Strategi Bauran Pemasaran... 26

3.1.2.1. Pemasaran Jasa ... 27

3.1.2.2. Produk ... 28

3.1.2.3. Harga ... 29

3.1.2.4. Tempat/Saluran Distribusi... 29

3.1.2.5. Promosi... 30

3.1.2.6. Orang ... 33

3.1.2.7. Proses ... 34

3.1.2.8. Bukti Fisik ... 34

3.1.3.Analisis Pengambilan Keputusan... 35

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional... 37

IV. METODE PENELITIAN 4. 1. Lokasi dan Waktu Penelitian... 40


(11)

4. 3. Metode Pengumpulan Data ... 41

4. 4. Metode Pengolahan Data ... 42

4. 5. Sistem Hirarki Keputusan ... 50

4. 6. Definisi Operasional... 51

V. GAMBARAN UMUM AGROWISATA TAMAN ANGGREK RAGUNAN 5.1. Sejarah Taman Anggrek Ragunan... 54

5.2. Fungsi Taman Anggrek Ragunan... 54

5.3. Keberadaan Taman Anggrek Ragunan ... 55

5.4. Struktur Organisasi... 56

5.5. Jenis Anggrek di Taman Anggrek Ragunan ... 58

5.6. Pengunjung Taman Anggrek Ragunan ... 61

5.7. Fasilitas... 62

VI. KEGIATAN STRATEGI BAURAN PEMASARAN AGROWISATA TAMAN ANGGREK RAGUNAN 6.1. Produk ... 66

6.2. Harga ... 71

6.3. Tempat/Saluran Distribusi... 72

6.4. Promosi... 74

6.5. Orang ... 78

6.6. Proses ... 79

6.7. Bukti fisik ... 80

VII. ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN AGROWISATA TAMAN ANGGREK RAGUNAN 7.1. Analisis Identifikasi Faktor- faktor Penyusun Strategi Bauran Pemasaran... 83

7.2. Analisis Model Faktor- faktor yang Mempengaruhi Penyusun Strategi Bauran Pemasaran... 88

7.3. Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Agrowisata Taman Anggrek Ragunan... 90

7.3.1. Analisis Pengolahan Horizontal Elemen Tujuan ... 90

7.3.2. Analisis Pengolahan Horizontal Elemen Bauran Pemasaran ... 92

7.3.3. Analisis Pengolahan Horizontal Strategi Operasional ... 96

7.3.3.1. Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Strategi Operasional untuk Tujuan Meningkatkan Jumlah Pengunjung ... 97

7.3.3.2. Analisis Hasil Pengolahan Horizontal Strategi Operasional untuk Tujuan Menjadikan Sebagai Agrowisata yang Potensial ... 103

7.4. Analisis Hasil Pengolahan Vertikal Agrowisata Taman Anggrek Ragunan... 109

7.4.1. Analisis Pengolahan Vertikal Elemen Tujuan ... 109

7.4.2. Analisis Pengolahan Vertikal Elemen Bauran Pemasaran ... 111


(12)

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan... 121

8.2. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 126


(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Lima Sektor Penghasil Devisa Negara Terbesar di Indonesia ... 1

2. Jumlah Agrowisata di Beberapa Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2005 .... 3

3. Jumlah Pengunjung di Tiga Tempat Agrowisata pada Tahun 2006 ... 5

4. Rekapitulasi Data Pengunjung Taman Anggrek Ragunan ... 5

5. Penelitian Terdahulu ... 21

6. Jenis dan Sumber Data ... 40

7. Nilai Skala Banding Berpasangan... 44

8. Matriks Pendapat Individu ... 45

9. Matriks Pendapat Gabungan ... 46

10. Nilai Indeks Acak ... 48

11. Hasil Pengolahan Horizontal Elemen Tujuan Pemasaran di Taman Anggrek Ragunan ... 91

12. Hasil Pengolahan Horizontal Elemen Bauran Pemasaran Taman Anggrek Ragunan... 92

13. Hasil Pengolahan Horizontal Strategi Operasional untuk Tujuan Meningkatkan Jumlah Pengunjung Taman Anggrek Ragunan... 97

14. Hasil Pengolahan Horizontal Strategi Operasional untuk Tujuan Menjadikan Taman Anggrek Ragunan sebagai Objek Agrowisata yang Potensial di DKI Jakarta ... 104

15. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Tujuan Taman Anggrek Ragunan.. 110

16. Hasil Pengolahan Vertikal Elemen Bauran Pemasaran Taman Anggrek Ragunan... 111

17. Hasil Pengolahan Vertikal Strategi Operasional Taman Anggrek Ragunan... 114


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Sistem Kepariwisataan ... 9

2. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional ... 39

3. Abstraksi Sistem Hirarki Keputusan ... 50

4. Struktur Organisasi Taman Anggrek Ragunan ... 58

5. Struktur Hirarki Analitik Faktor- faktor yang Mempengaruhi Penyusunan Strategi Bauran Pemasaran ... 89

6. Hasil Pengolahan Vertikal Prioritas Strategi Bauran Pemasaran pada Agrowisata Taman Anggrek Ragunan... 119

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Kuisioner ... 128


(15)

1.1. Latar Belakang

Indonesia sebagai negara agraris, me miliki berbagai macam keunggulan diantaranya kekayaan alam yang melimpah, keanekaragaman hayati terbesar ketiga di dunia, dan kondisi agroklimat yang sesuai untuk pengembangan komoditas pertanian. Keunggulan-keunggulan tersebut dapat dijadikan andalan bagi perekonomian nasional jika dikelola dengan baik dan tepat. Selain itu, keunggulan-keunggulan tersebut merupakan suatu aset yang sangat bernilai bagi Indonesia dalam pengembangan sektor pariwisata khususnya agrowisata.

Sektor pariwisata sangat berperan bagi perekonomian nasional yaitu melalui penerimaan negara yang bersumber dari devisa. Devisa negara dihasilkan dari besarnya pengeluaran wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia. Saat ini di Indonesia, sektor pariwisata merupakan penghasil devisa terbesar kedua setelah minyak dan gas. Pada Tabel 1 dapat dilihat sektor-sektor yang menghasilkan devisa terbesar di Indonesia.

Tabel 1. Lima Sektor Penghasil Devisa Negara Terbesar di Indonesia

No Sektor Tahun (miliar USD)

2002 2003 2004 2005* 2006*

1 Minyak dan gas (Migas) 12,29 13,65 15,59 - -

2 Pariwisata 4,50 4,03 4,80 4,70 4,40

3 Garmen 3,57 3,89 4,27 - - 4 Industri kayu 1,62 3,16 3,41 - - 5 Industri elektronik - 3,12 3,23 - - Sumbangan pariwisata terhadap

total ekspor (%) 10,21 10,35 10,76 - -

Sumber : Departemen Pariwisata dan Kebudayaan, 2005 dan Seputar Indonesia, 2007 (diolah) * Untuk data tahun 2005 dan 2006 tidak diketahui berapa penghasil devisa sektor-sektor yang


(16)

Dari Tabel 1, dapat diketahui bahwa dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2005 terjadi peningkatan persentase sumbangan pariwisata terhadap total ekspor yaitu dari 10,21 persen pada tahun 2002 dan mengalami peningkatan menjadi 10,35 persen pada tahun 2003. Hal yang sama juga terjadi dari tahun 2003 ke tahun 2004 yang mengalami peningkatan sebesar 0,41 persen.

Meningkatnya sumbangan sektor pariwisata terhadap total ekspor menunjukkan adanya peningkatan pembangunan pariwisata di Indonesia. Sejalan dengan pembangunan pariwisata yang semakin meningkat, komoditas wisata saat ini telah menjadi sebuah kebutuhan bagi sebagian masyarakat Indonesia sebagai akibat dari meningkatnya pendapatan dan kesejahteraan. Selain itu, timbulnya pariwisata sebagai bagian terpenting dari kebutuhan masyarakat negara maju dan masyarakat perkotaan pada negara berkembang seperti Indonesia juga disebabkan oleh rutinitas pekerjaan dan kehidupan yang cenderung monoton.

Saat ini, preferensi masyarakat dalam menikmati objek wisata telah mengalami perubahan ke bentuk wisata yang spesifik misalnya agrowisata, yang mema nfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai objek wisata yang menarik untuk dikunjungi. Perubahan preferensi dalam menikmati objek wisata juga diakibatkan oleh adanya kebutuhan masyarakat dalam memberikan hiburan yang mengandung unsur edukasi kepada putra-putri mereka, sehingga selain mendapatkan kesenangan dalam menikmati hiburan di objek wisata, masyarakat juga dapat memperoleh pengetahuan baru dari objek wisata yang mereka kunjungi.

Perubahan preferensi masyarakat terhadap agrowisata menunjukkan tingkat permintaan masyarakat terhadap agrowisata juga mengalami peningkatan. Kondisi tersebut, merupakan prospek yang cerah bagi perkembangan agrowisata


(17)

dan sekaligus membuka peluang bagi pengembangan produk-produk agribisnis baik dalam bentuk kawasan atau produk pertanian yang mempunyai daya tarik tersendiri.

Adanya perubahan preferensi masyarakat terhadap agrowisata, direspon dengan banyaknya agrowisata yang berkembang. Berdasarkan data Departemen Pertanian tahun 2005, jumlah agrowisata yang tersebar di Pulau Jawa sudah mencapai 83 agrowisata. Pada Tabel 2 disajikan jumlah agrowisata yang ada di Pulau Jawa.

Tabel 2. Jumlah Agrowisata di Empat Provinsi di Pulau Jawa Tahun 2005

Lokasi Jumlah

DKI Jakarta 5

Jawa Barat 20

Jawa Tengah 15

Jawa Timur 43

Jumlah 83

Sumber : Departemen Pertanian, 2005

Menurut Sutjipta (2006) agrowisata merupakan sistem kegiatan yang terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan pariwisata dan pertanian, dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan dan peningkatan kesejahteraan petani. Tujuan dari agrowisata adalah untuk memperluas pengetahuan, menambah pengalaman dalam berwisata, dan meningkatkan hubungan usaha di bidang pertanian. Dalam agrowisata diperlukan kesinergisan antara pertanian dan pariwisata, sehingga tujuan dari agrowisata dapat terwujud. Pertanian dalam agrowisata mempunyai arti luas yang mencakup pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikana n.


(18)

Pada era persaingan yang semakin kompleks, faktor efisiensi dan keefektifan merupakan faktor kunci dalam pengembangan agrowisata. Pergerakan kearah efisiensi menuntut kemampuan manajerial, profesionalisme dalam pengelolaan usaha, dan penggunaan teknologi maju. Untuk itu diperlukan suatu upaya yang kuat dan terintegrasi. Salah satunya dengan menerapkan strategi pemasaran yang baik dan tepat agar dapat bersaing dalam persaingan global. 1.2. Perumusan Masalah

Taman Anggrek Ragunan (TAR) adalah salah satu objek agrowisata di DKI Jakarta. Keberadaan Taman Anggrek Ragunan berfungsi sebagai tempat wisata, tempat aktifitas agribisnis anggrek baik dalam bentuk tanaman maupun bunga potong, dan sebagai sarana untuk mempelajari seluk beluk tanaman anggrek.

Dalam menjalankan fungsinya, Taman Anggrek Ragunan diharapkan dapat menjadi objek agrowisata yang potensial di wilayah DKI Jakarta. Hal tersebut sesuai dengan Rencana Induk Pola Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPPD) DKI Jakarta yang menyatakan bahwa pengembangan kawasan Ragunan diarahkan menjadi sebuah kawasan wisata. Berbagai objek wisata yang ada di kawasan Ragunan mempunyai peranan dalam mendukung wisata flora dan fauna di DKI Jakarta, salah satunya adalah Taman Anggrek Ragunan.

Taman Anggrek Ragunan sudah berdiri sejak 34 tahun yang lalu. Namun, dalam perkembangannya keberadaan agrowisata Taman Anggrek Ragunan kurang dikenal dan diketahui masyarakat. Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pengunjung Taman Anggrek Ragunan jika dibandingkan dengan jumlah pengunjung pada agrowisata sejenis seperti Taman Anggrek Indonesia Permai


(19)

dan Rumah Anggrek Kebun Raya Bogor, jumlah pengunjung di Taman Anggrek Ragunan masih relatif rend ah. Data jumlah pengunjung di tiga tempat agrowisata dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Jumlah Pengunjung di Tiga Tempat Agrowisata pada Tahun 2006

No Tempat Agrowisata Jumlah Pengunjung pada Tahun

2006 (orang)

1 2 3

Taman Anggrek Ragunan

Taman Anggrek Indonesia Permai Rumah Anggrek Kebun Raya Bogor

16009 48000 26468

Sumber : Taman Anggrek Ragunan, Taman Anggrek Indonesia Permai, dan Rumah Anggrek Kebun Raya Bogor, 2007

Selain jumlah kunjungan yang relatif rendah jika dibandingkan dengan agrowisata lain, pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 jumlah kunjungan ke Taman Anggrek Ragunan mengalami penurunan. Di tahun 2006 terjadi peningkatan jumlah kunjungan yang cukup tinggi namun kenaikan tersebut dikarenakan adanya perayaan HUT Taman Anggrek Ragunan ke-33 yang diadakan cukup meriah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Data pengunjung Taman Anggrek Ra gunan dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rekapitulasi Data Pengunjung Taman Anggrek Ragunan

Pengunjung

Jumlah kunjungan tamu (orang/tahun)

2003 2004 2005 2006

Jumlah pengunjung Taman

Anggrek Ragunan 9462 8769 8475 16009

Sumber : Taman Anggrek Ragunan, 2007 (telah diolah)

Sebagai sebuah agrowisata yang dikelola oleh PEMDA DKI Jakarta, fasilitas dan pelayanan yang ditawarkan oleh pihak manajemen Taman Anggrek


(20)

Ragunan belum maksimal jika dibandingkan dengan Taman Anggrek Indonesia Permai dan Rumah Anggrek Kebun Raya Bogor yang pengelolaannya ditangani oleh pihak swasta. Hal tersebut dapat diketahui dari kelengkapan fasilitas dan tingkat pelayanan yang masih kurang kepada pengunjung.

Rendahnya tingkat kunjungan ke Taman Anggrek Ragunan dan kualitas pelayanan yang rendah mengindikasikan strategi pemasaran yang diterapkan oleh pihak manajemen belum dilaksanakan dengan baik. Suatu strategi pemasaran akan berdampak jangka panjang bagi kelangsungan hidup perusahaan atau organisasi. Oleh karena itu, penetapan strategi bauran pemasaran harus dilakukan dengan cermat dan hati- hati dengan memperhitungkan semua hal yang mempengaruhi serta dampak yang akan timbul.

Agar upaya pengembangan agrowisata dapat berhasil dengan baik diperlukan upaya yang kuat dan terintegrasi yang mencakup aspek produk, harga, tempat, promosi, orang, proses, dan bukti fisik. Strategi bauran pemasaran mencakup kesemua aspek tersebut, sehingga penerapan suatu strategi pemasaran akan berdampak pada keberhasilan pengembangan agrowisata.

Dari perumusan masalah diatas dapat ditarik kesimpulan dua permasalahan, yaitu :

1. Bagaimana pelaksanaan strategi bauran pemasaran yang diterapkan oleh manajemen Taman Anggrek Ragunan selama ini ?

2. Bagaimana prioritas strategi bauran pemasaran yang tepat untuk dijalankan oleh manajemen Taman Anggrek Ragunan ?


(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengidentifikasi strategi pemasaran yang telah dijalankan oleh Taman Anggrek Ragunan.

2. Menganalisis strategi bauran pemasaran yang tepat untuk dijalankan oleh Taman Anggrek Ragunan.

1.4. Manfaat Penelitian

Dari penelitian ini, didapat beberapa manfaat yaitu :

1. Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis, untuk dapat menganalisis suatu permasalahan dan merumuskan suatu strategi pemecahan masalah yang tepat.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi manajemen dan pengelola Taman Anggrek Ragunan dalam menerapkan strategi bauran pemasaran agrowisata yang tepat.

3. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya yang terkait dengan keputusan strategi pemasaran agrowisata.


(22)

2.1. Pariwisata

2.1.1. Pengertian Pariwisata

Menurut Damanik dan Weber (2006), pariwisata dalam arti luas adalah suatu kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaaan rutin atau mencari suasana yang lain. Sebagai suatu aktifitas, pariwisata telah menjadi bagian terpenting dari kebutuhan dasar masyarakat negara maju dan sebagian kecil masyarakat negara berkembang. Pariwisata semakin berkembang sejalan dengan perubahan-perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi, dan politik.

Perkembangan pariwisata merupakan suatu dampak yang diakibatkan oleh rutinitas pekerjaan dan pola hidup yang cenderung monoton. Sehingga pariwisata menjadi suatu solusi untuk membebaskan masyarakat dari masalah tersebut. Pariwisata juga merupakan suatu fenomena pergerakan manusia, barang, dan jasa yang sangat kompleks. Hal ini juga terkait erat dengan organisasi, hubungan kelembagaan dan individu, kebutuhan layanan, penyediaan kebutuhan layanan, dan sebagainya (Damanik dan Weber, 2006).

Pariwisata adalah sebuah sistem yang dibangun dari berbagai subsistem, pembangunan pariwisata haruslah dapat menggerakkan semua subsistem yang membangunnya. Subsistem tersebut berkaitan dengan tuntutan wisatawan dalam sistem pariwisata itu sendiri (Sutjipta, 2006).


(23)

Dari sisi ekonomi, pariwisata dibagi menjadi empat unsur pokok yang saling terkait erat atau menjalin hubungan dalam suatu sistem, yaitu a) permintaan atau kebutuhan; b) penawaran atau pemenuhan kebutuhan berwisata itu sendiri; c) pasar dan kelembagaan yang berperan untuk memfasilitasi keduanya; dan d) pelaku atau aktor yang menggerakkan ketiga unsur tadi. Pada Gambar 1 ditampilkan keterkaitan antara keempat unsur tersebut sebagai sistem pariwisata.

Sumber : Steck dalam Damanik dan Weber 1999 (modifikasi)

Gambar 1: Sistem Kepariwisataan

Pariwisata terbagi menjadi tiga kategori besar segmen pasar dilihat dari sisi permintaan. Pertama, segmentasi psikografis yang memilahkan wisatawan menurut preferensi minat dan interest, misalnya minat pada atraksi budaya asli, kehidupan satwa, dan sebagainya. Kedua, segmentasi geografis dimana wisatawan terbagi-bagi menurut daerah asal yang memiliki perbedaan karakteristik geografis dan memiliki preferensi destinasi wisata berdasarkan daya tarik musim, kawasan topografi. Sebagai contoh, wisata ke daerah tropis, kawasan pantai atau pegunungan. Ketiga, segmentasi pasar berdasarkan karakteristik demografi.

c c a b

d e

Kebijakan pariwisata

Penawaran Permintaan

Produk

Pasar/pelaku pariwisata

Ket:a) mendorong; b) mengendalian; c) mempengaruhi d) mengembangkan&memasarkan; e) membeli


(24)

Kebutuhan wisata berbeda-beda menurut kategori umur, misalnya, kaum remaja lebih menyukai atraksi hiburan, sedangkan wisatawan lansia lebih menyukai tempat-tempat bersejarah.

Pariwisata merupakan faktor penting dalam pengembangan ekonomi, karena kegiatannya mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional misalnya meningkatkan devisa negara melalui wisatawan asing, menggugah industri- industri baru yang berkaitan dengan jasa-jasa wisata, menambah permintaan akan hasil- hasil pertanian karena bertambahnya pemakaian, memperluas pasar barang-barang lokal, menyerap tenaga kerja, dan membantu pembangunan daerah terpencil yang memiliki daya tarik wisata (Wahab, 1992).

2.1.2. Pemasaran Pariwisata

Berdasarkan definisinya, pemasaran pariwisata adalah upaya- upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan oleh Organisasi Pariwisata Nasional dan badan-badan usaha pariwisata, pada taraf internasional, nasional, dan lokal. Pemasaran pariwisata berguna untuk memenuhi kepuasan wisatawan baik secara kelompok maupun pribadi dengan maksud meningkatkan pertumbuhan pariwisata (Wahab, 1992).

Seperti halnya produk, pariwisata yang merupakan kategori usaha jasa juga memerlukan kegiatan pemasaran. Peranan kegiatan pemasaran bagi pariwisata sangat penting, yaitu : (Hamid dalam Harahap, 2006)

1. Objek dan produk wisata yang dikembangkan sedapat mungkin dimanfaatkan secara terus menerus oleh konsumen atau wisatawan dari berbagai pasar. Oleh karenanya informasi mengenai atraksi dan fasilitas wisata yang telah


(25)

dikembangkan perlu disebarluaskan ke konsumen yang belum mengetahui dan memelihara atau mempertahankan konsumen yang telah menikmati.

2. Agar fasilitas dan jasa-jasa yang ada dapat disesuaikan dengan citra rasa, keinginan, dan harapan wisatawan. Dalam hal ini penelitian dan monitoring sebagai salah satu bagian dari kegiatan pemasaran perlu terus dilaksanakan, agar produk-produk yang akan dikembangkan dapat disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan pasar (wisatawan) yang senantiasa berkembang dan berubah terus.

3. Dengan semakin meningkatnya standar hidup, pendapatan, ilmu pengetahuan, dan teknologi, telah meningkatkan jumlah penduduk yang berkeinginan melakukan perjalanan wisata. Mereka menghendaki informasi yang cukup mengenai objek wisata yang dapat dikunjungi.

Menurut Kotler dalam buku Marketing Plus mengatakan bahwa pemasaran pariwisata (tourism marketing) dibagi menjadi dua kategori yaitu service marketing dan place marketing. Service marketing berpegang pada Tiga P, yaitu

presentation, people, dan process. Presentation erat hubungannya dengan “tampak luar” dari karakteristik fisik si pembuat jasa misalnya tata letak ruang, bangunan hotel, dan lain- lain. People dalam industri jasa adalah orang yang memegang peranan kunci, sebab proses konsumsi terjadi bersamaan dengan proses produksi. Sedangkan process artinya proses yang harus diperhatikan ketika konsumen menikmati sesuatu jasa. Konsumen masa depan menginginkan proses yang lebih cepat, profesional, dan praktis (Kartajaya, 1995).


(26)

2.1.3. Proses Pengambilan Keputusan Berwisata

Pada proses pengambilan keputusan untuk berwisata, seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya waktu luang, uang, sarana, dan prasarana. Cleverdon dalam Damanik dan Weber (2006) membagi proses pengambilan keputusan ke dalam empat tahapan, yakni munculnya keinginan, pencarian informasi, pengambilan keputusan, dan persiapan pelaksanaan wisata. Faktanya, prosesnya tidak sesederhana itu dan tidak berlangsung secara otomatis.

Munculnya kebutuhan untuk berwisata yang didorong oleh berbagai faktor sosial, ekonomi, psikologi, dan lain- lain, tentu tidak dengan sendirinya dilanjutkan dengan pencarian informasi. Penjelasan sosiologi dan psikologi membenarkan bahwa kebutuhan yang dirasakan tidak secara otomatis bisa dipenuhi, meskipun seharusnya demikian. Demikian pula informasi yang tidak lengkap, kepribadian yang belum matang, pengalaman wisata yang terbatas dapat membatalkan niat seseorang untuk mengambil keputusan dan memutuskan untuk berwisata.

2.2. Agrowisata

2.2.1. Pengertian Agrowisata

Agrowisata merupakan terjemahan dari istilah bahasa Inggris

Agrotourism. Dilihat dari asal katanya, agro berarti pertanian dan tourism berarti pariwisata/kepariwisataan. Agrowisata atau agrotourism adalah berwisata ke daerah pertanian. Pertanian dalam agrowisata mempunyai arti luas yang mencakup pertanian rakyat, perkebunan, kehutanan, peternakan, dan perikanan (Septriani dalam Masang, 2006).


(27)

Agrowisata dapat pula diartikan sebagai rangkaian aktifitas yang terpadu dan terkoordinasi untuk pengembangan pariwisata dan pertanian dengan memanfaatkan lokasi atau kawasan dan sektor pertanian dalam kaitannya dengan pelestarian lingkungan, peningkatan kesejahteraan masyarakat petani.

Pada prinsipnya agrowisata merupakan kegiatan industri yang mengharapkan kedatangan konsumen secara langsung di tempat wisata yang diselenggarakan. Aset yang penting untuk menarik kunjungan wisatawan adalah keaslian, keunikan, kenyamanan, dan keindahan alam. Oleh sebab itu, faktor kualitas lingkungan menjadi modal penting yang harus disediakan, terutama pada wilayah-wilayah yang dimanfaatkan untuk dijelajahi para wisatawan.

Atraksi yang diberikan pada agrowisata tidak hanya berupa pemandangan alam pertanian, tetapi juga berupa aktifitas pertanian. Dalam pengembangannya, agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup, ruangan terbuka atau kombinasi antara keduanya. Dalam agrowisata ruang terbuka mencakup persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan hasil dan pasar hasil pertanian. Pada aktifitas agrowisata ini, petani yang berada dalam kawasan agrowisata, dapat menjadi objek atau bagian dari sistem pertanian yang ditawarkan pada aktifitas wisata tetapi dapat juga bertindak sebagai pemilik atau pengelola kawasan wisata ini.

2.2.2. Tujuan dan Manfaat Agrowisata

Tujuan dari agrowisata adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, dapat meningkatkan pendapatan petani serta melestarikan sumber daya


(28)

lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya (Departemen Pertanian, 2006).

Pengembangan agrowisata pada gilirannya akan menciptakan lapangan pekerjaan, karena usaha ini dapat menyerap tenaga kerja dari masyarakat pedesaan, sehingga dapat menahan atau mengurangi arus urbanisasi yang saat ini semakin pesat.

2.2.3. Potensi dan Ruang Lingkup Agrowisata

Agrowisata merupakan bagian dari objek wisata yang memiliki dua potensi yaitu agrowisata alami dan agrowisata buatan. Agrowisata alami berada pada areal dimana aktifitas dilakukan langsung oleh masyarakat petani setempat sesuai dengan kehidupan keseharian mereka. Sedangkan, agrowisata buatan yaitu kawasan yang tata ruang lahannya diatur sesuai dengan daya dukung dan komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan.

Team Menteri Rakornas Wisata Agro pada tahun 1992 menjelaskan bahwa ruang lingkup agrowisata meliputi : (Betrianis dalam Masang, 2006)

1. Tanaman pangan

Daya tarik tanaman pangan sebagai sumberdaya wisata antara lain sebagai berikut :

• Bunga-bungaan, yang meliputi budidaya bunga, cara pemeliharaan, seni merangkai bunga, pameran bunga, taman bunga, dan sebagainya.

• Buah-buahan, meliputi budidaya buah-buahan, cara pemetikan buah secara tradisional, cara pengelolaan buah di pabrik, dan sebagainya.

• Sayuran, meliputi budidaya sayuran, teknik pengelolaan, cara-cara tradisional dalam pemeliharaan dan pemetikan sayuran.


(29)

• Jamu-jamuan, meliputi pemeliharaan dan pengadaan bahan, pengolahan bahan (tradisional dan modern), berbagai khasiat jamu-jamuan dan menerangkan bahwa jamu dapat digunakan sebagai kosmetik tradisional dan modern.

Ruang lingkup kegiatan subsektor tanaman pangan adalah sebagai berikut : (1) Lingkup komoditas yang ditangani meliputi komoditas tanaman padi, palawija dan komoditas hortikultura, dan (2) Lingkup kegiatan yang ditangani meliputi kegiatan usaha tani tanaman pangan yang terdiri dari berbagai proses kegiatan pra-panen, pasca-panen/pengelolaan hasil sampai pada pemasaran. 2. Perkebunan

Ruang lingkup kegiatan subsektor perkebunan adalah sebagai berikut :

(1) Daya tarik historis bagi wisata alam, (2) Lokasi perkebunan, pada umumnya terletak di daerah pegunungan dan mempunyai pemandangan alam dan berhawa segar, (3) Cara-cara tradisional dalam pola bertanam, pemeliharaan, pengelolaan dan prosesnya, dan (4) Tingkat teknik pengelolaan yang ada.

3. Peternakan

Ruang lingkup kegiatan subsektor peternakan adalah sebagai berikut :

(1) Pra-produksi : pembibitan ternak, pabrik pakan ternak, pabrik obat-obatan, (2) Kegiatan produksi : usaha peternakan dengan pola PIR, pola bapak angkat, perusahaan swasta, koperasi BUMN, dan usaha perseorangan, (3) Pasca-produksi : pasca-panen susu, daging, telur, kulit, dan lain- lain, (4) Kegiatan lain : penggemukan ternak, karapan sapi, adu domba, pacu itik, balap kuda, dan lain- lain.


(30)

4. Perikanan

Ruang lingkup kegiatan subsektor perikanan adalah sebagai berikut :

(1) Kegiatan penangkapan ikan, yang merupakan suatu kegiatan usaha untuk memperoleh hasil perikanan melalui usaha penangkapan pada suatu kawasan perairan tertentu di laut atau perairan umum, (2) Kegiatan budidaya perikanan yang merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh hasil perikanan melalui usaha budidaya perikanan yaitu mencakup kegiatan usaha pembenihan dan pembesaran, (3) Kegiatan pasca-panen yang merupakan kegitan penanganan hasil perikanan yang dilakukan pada periode setelah tangkap dan sebelum dikonsumsi.

2.2.4. Fasilitas Agrowisata

Agrowisata sebagai objek wisata selayaknya memberikan kemudahan bagi wisatawan dengan cara memberikan pelayanan yang baik dan memuaskan salah satunya melalui fasilitas yang diberikan. Fasilitas pada agrowisata dibagi menjadi tiga kategori yaitu : (Tirtawinata dan Fachruddin dalam Masang, 2006)

1. Fasilitas objek, baik yang bersifat alami, buatan, atau perpaduan antara alami dengan buatan manusia. Fasilitas objek yang terkait dengan agrowisata diantaranya lahan, produk pertanian, dan kegiatan petani mulai dari budidaya sampai pasca-panen.

2. Fasilitas pelayanan, meliputi pintu gerbang, tempat parkir, pusat informasi, papan informasi, papan penunjuk jalan, jalan dalam kawasan agrowisata, toilet, tempat ibadah, tempat sampah, toko cinderamata, restoran, tempat istirahat, dan pramuwisata (guide).


(31)

3. Fasilitas pendukung, meliputi jalan menuju lokasi, komunikasi dan promosi, keamanan, sistem perbankan, dan pelayanan kesehatan.

2.2.5. Arah Pengembangan Agrowisata

Kegiatan pengembangan agrowisata menurut Deasy dalam Masang (2006) diarahkan pada terciptanya penyelenggaraan dan pelayanan yang baik sehingga sebagai salah satu produk pariwisata Indonesia, agrowisata dapat dilestarikan dan dikembangkan dalam upaya diversifikasi pertanian dan pariwisata. Arah pengembangan ini disesuaikan dengan potensi dan prioritas pembangunan pertanian suatu daerah.

Di era otonomi daerah agrowisata dapat dikembangkan di masing- masing daerah tanpa perlu ada persaingan antar daerah, mengingat kondisi wilayah dan budaya masyarakat Indonesia sangat beragam. Masing- masing daerah bisa menyajikan atraksi agrowisata yang lain daripada yang lain.

2.2.6. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Pengembangan Agrowisata Berdasarkan arah pengembangan agrowisata diatas, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan agrowisata secara efektif dan efisien sehingga upaya yang akan dilakukan dapat terintegrasi dan berjalan dengan baik. Departemen Pertanian (2007) menyatakan beberapa hal ya ng harus diperhatikan dalam pengembangan agrowisata diantaranya, adalah :

1. Sumberdaya manusia

Sumberdaya manusia meliputi kemampuan, keterampilan, dan pengetahuan pengelola agrowisata dalam menyediakan, mengemas, menyajikan paket-paket wisata yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke agrowisata tersebut.


(32)

Keberhasilan dari pengembangan agrowisata sangat tergantung pada kompetensi dari sumberdaya manusia yang terlibat dalam agrowisata tersebut, sehingga diperlukan suatu pendidikan khusus mengenai agrowisata.

2. Sumberdaya alam dan lingkungan

Sebagai bagian dari usaha pertanian, agrowisata membutuhkan keharmonisan semua aspek, salah satunya adalah sumberdaya alam dan lingkungan. Sumberdaya alam dan lingkungan menc akup objek wisata yang dijual serta lingkungan sekitar termasuk masyarakat. Untuk itu, upaya mempertahankan kelestarian dan keasrian sumberdaya alam yang dijual sangat menentukan keberlanjutan agrowisata. Kondisi lingkungan masyarakat sekitar menentukan minat wisatawan untuk berkunjung. Sebaik apapun atraksi wisata yang ditawarkan namun jika berada dimasyarakat yang tidak menerimanya, maka akan menyulitkan dalam pemasaran agrowisata.

3. Promosi

Kegiatan promosi merupakan kunci dalam mendorong kegiatan agrowisata. Informasi dan pesan promosi dapat dilakukan melalui berbagi cara, seperti melalui leaflet, booklet, pameran, cinderamata, mass media (dalam bentuk iklan atau media audiovisual), serta penyediaan informasi pada tempat publik (hotel, restoran, bandara, dan lainnya). Untuk menjalankan usaha promosi diperlukan kerjasama antara pengelola agrowisata dengan biro perjalanan, perhotelan, dan jasa angkutan.

4. Dukungan sarana dan prasarana

Kehadiran wisatawan juga ditentukan oleh kemudahan-kemudahan yang diciptakan, mulai dari pelayanan yang baik, kemudahan akomodasi,


(33)

transportasi, dan kesadaran masyarakat sekitarnya. Selain itu, dukungan berupa kebijakan pemerintah yang kondusif merupakan kerangka dasar yang diperlukan untuk mendorong perkembangan agrowisata.

5. Kelembagaan

Pengembangan agrowisata memerlukan dukungan semua pihak, diantaranya pemerintah, swasta, lembaga terkait seperti biro perjalanan wisata, perhotelan, perguruan tinggi, serta masyarakat. Pemerintah bertindak sebagai fasilitator dalam mendukung berkembangnya agrowisata.

2.2.7. Permasalahan dalam Pengembangan Agrowisata

Tirtawinata dalam Masang (2006) mengemukakan bahwa beberapa permasalahan yang perlu diperhatikan dalam pengembangan dan pengelolaan sebuah agrowisata antara lain adalah :

1. Potensi agrowisata yang belum dikembangkan sepenuhnya.

Indonesia memiliki potensi agrowisata yang sangat beragam, meliputi pemandangan alam yang berlatar belakang pertanian, teknologi budidaya komoditas pertanian yang khas, atraksi budaya pertanian setempat, dan sebagainya. Keunggulan-keunggulam tersebut saat ini belum sepenuhnya dikembangkan.

2. Promosi dan pemasaran agrowisata yang masih terbatas sehingga banyak konsumen yang tidak mengetahui keberadaan agrowisata tersebut.

Kegiatan promosi dan pemasaran agrowisata masih terbatas pada promosi individu, sehingga banyak konsumen yang tidak mengetahui keberadaan agrowisata tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan adanya


(34)

kerjasama antara biro perjalanan, perhotelan, dan jasa angkutan, agar kegiatan promosi dan pemasaran yang dilakukan dapat lebih baik.

3. Kurangnya kesadaran pengunjung terhadap lingkungan.

Kesadaran pengunjung terhadap lingkungan terutama di kawasan agrowisata sangat penting, karena tanpa adanya kesadaran pengunjung terhadap lingkungan, kelestarian sebuah agrowisata akan menjadi rusak.

4. Koordinasi antar sektor dan instansi terkait yang belum berkembang.

Dalam pengembangan agrowisata diperlukan sebuah koordinasi yang baik dari semua sektor dan instansi terkait, yang meliputi pemerintah sebagai pembuat aturan, rakyat atau petani sebagai subjek, dan dunia usaha pariwisata sebagai pengge rak perekonomian rakyat.

5. Terbatasnya kemampuan manajerial di bidang pariwisata.

Kemampuan manajerial di bidang pariwisata mutlak diperlukan, karena tanpa adanya kemampuan manajerial yang baik maka pengembangan sebuah agrowisata juga tidak akan berjalan dengan baik. Untuk itu diperlukan suatu pendidikan khusus mengenai manajemen agrowisata.

6. Belum adanya peraturan yang lengkap tentang agrowisata.

Di Indonesia, pemerintah belum mengeluarkan peraturan dan pengembangan yang lengkap mengenai pengembangan agrowisata ke depan.

2. 3. Penelitian Terdahulu

Pada Tabel 5 dapat dilihat beberapa penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini.


(35)

Tabel 5. Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Skripsi Alat

Analisis Tahun

1 Tri Muchdi Harsono

Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Jumlah Pembelian Anggrek, Studi Kasus di Taman Anggrek Ragunan

Regresi berganda

2002

2 Margianiati Diah Utami

Analisis Pengambilan Keputusan Strategi Bauran Pemasaran Bunga Potong Jenis Krisan pada PT. Saung Mirwan Analisis tabulasi & PHA (Proses Hirarki Analitik) 2004

3 Sunaryo Analisis Proses Pengambilan Keputusan dan Tingkat Kepuasan Pengunjung Wisata Agro Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII, Bogor, Jawa Barat IPA (Important Performance Analysis) 2005

3 Luther Masang

Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis, Bogor

Matriks IFE, EFE, dan SWOT

2006

4 Hafnansyah Harahap

Analisis Prioritas Strategi Bauran Pemasaran pada PT. Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor

Analisis tabulasi & PHA (Proses Hirarki Analitik) 2006

Harsono (2002) dalam penelitiannya menyatakan bahwa promosi yang dilakukan oleh pihak manajemen Taman Anggrek Ragunan (TAR) ternyata kurang efektif dalam menumbuhkan kesadaran konsumen anggrek. Penyebabnya karena sedikitnya promosi serta kekurangjelasan penggambaran TAR dalam promosinya. Sedangkan PEMDA DKI Jakarta yang juga bertanggung jawab terhadap pengembangan TAR, seringkali mempromosikan TAR tidak secara khusus namun digabung dengan promosi pengembangan wilayah Ragunan-Pasar


(36)

Minggu sebagai pusat wisata alam di DKI Jakarta. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, bauran pemasaran yang telah dilakukan oleh pihak manajemen TAR, khususnya promosi belum berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan konsumen.

Berdasarkan hasil analisis Utami (2004) di PT. Saung Mirwan dapat diketahui bahwa sasaran meningkatkan pangsa pasar dan mengoptimalkan pendapatan sebagai prioritas pertama. Prioritas kedua ditempati oleh sasaran meminimumkan biaya produksi, sedangkan prioritas ketiga adalah sasaran meningkatkan daya saing perusahaan. Dari hasil analisis dengan PHA juga dapat ditarik kesimpulan bahwa PT. Saung Mirwan memprioritaskan faktor harga sebagai strategi bauran pemasarannya. Hal tersebut disebabkan daya tarik utama produk bunga potong adalah harga yang kompetitif dan disesuaikan dengan mutu produk yang tidak menyimpang dari ketetapan ASBINDO.

Sunaryo (2005) dalam penelitiannya di Wisata Agro Perkebunan Teh Gunung Mas PTPN VIII, menyatakan bahwa dalam strategi pemasaran sebuah agrowisata atau wisata agro diperlukan tujuh elemen bauran pemasaran yang saling mendukung. Ketujuh elemen tersebut adalah produk, harga, tempat, promosi, orang, proses, dan bukti fisik. Berdasarkan hasil penelitiannya strategi-strategi yang sebaiknya dilaksanakan oleh Perkebunan Teh Gunung Mas adalah membuat paket wisata (produk), penetapan harga yang bervariasi dan adanya potongan harga (harga), memperhatikan kebersihan dan keamanan lokasi agrowisata (tempat), memanfaatkan public relation dengan baik (promosi), pelayanan yang baik (orang), kekonsistenan perusahaan dalam pengembangan


(37)

agrowisata (proses), dan perawatan terhadap seluruh fasilitas yang ada (bukti fisik).

Masang (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Strategi Pengembangan Agrowisata Obat Tradisional Taman Sringanis, Bogor, menyimpulkan terdapat empat alternatif dalam strategi pengembangkan agrowisata, yaitu (1) menggali potensi alam yang dimiliki dengan sumber daya yang ada, mengoptimalkan keunggulan dan pengelolaan wisata agro, serta menjaga kualitas produk tetap bermutu dan berkhasiat, (2) memanfaatkan kualitas produk, citra yang baik dimata konsumen, mempertahankan hubungan baik dengan pemasok, hubungan baik dengan instansi pemerintah untuk mengantisipasi adanya penggunaan obat farmasi dalam dunia medis, ancaman pendatang baru, adanya produk substitusi dan peningkatan jumlah pelaku industri, (3) meningkatkan kegiatan promosi secara optimal dengan memanfaatkan perkembangan teknologi, (4) meningkatkan kualitas SDM dan meningkatkan manajemennya dengan pelatihan khusus untuk meningkatkan produktifitas karyawan dan memiliki keterampilan dan pengetahuan mengenai agrowisata karena bertambahnya jumlah pelaku industri dan ancaman pendatang baru yang akan menjadi saingan dalam usahanya.

Berdasarkan hasil penelitian Harahap (2006), PT. Taman Safari Indonesia (PT. TSI) sebagai tempat wisata lebih memprioritaskan tujuannya untuk meningkatkan penjualan tiket. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek dan menutupi biaya operasional yang cukup tinggi. Perusahaan memprioritaskan tujuan meningkatkan penjualan tiket dengan lebih menerapkan strategi promosi melalui penerapan diskon. Promosi


(38)

dengan diskon diharapkan dapat meningkatkan penjualan tiket dan menambah keuntungan.

Dari beberapa penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangan sebuah objek wisata khususnya agrowisata harus memperhatikan tujuh strategi bauran pemasaran, yaitu produk, harga, tempat, promosi, orang, proses, dan bukti fisik. Pada penerapan ketujuh bauran pemasaran tersebut, terlebih dahulu harus diperhatikan tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dari kegiatan pemasaran yang dilakukan, sehingga terjadi kesesuaian antara tujuan dengan strategi yang akan diterapkan.

Pada penelitian ini terdapat beberapa perbedaan dengan penelitian terdahulu. Penelitian ini dilakukan di agrowisata Taman Anggrek Ragunan dan lebih memfokuskan pada prioritas strategi pemasaran agrowisata. Selama ini banyak penelitian terdahulu yang meneliti tentang bagaimana pengembangan sebuah agrowisata dan respon pengunjung terhadap agrowisata yang dikunjungi. Namun, penelitian tentang prioritas strategi pemasaran pada agrowisata belum banyak yang meneliti. Dalam penelitian ini digunakan alat analisis Proses Hirarki Analitik (PHA) untuk menentukan prioritas strategi pemasaran yang akan diterapkan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.


(39)

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.1. Pengertian dan Konsep Pemasaran

Menurut Cateora dan Graham (2005), pemasaran adalah aktifitas bisnis yang meliputi perencanaan produk, harga, promosi, dan distribusi produk atau jasa dari perusahaan kepada konsumen. Sedangkan Kotler (2005) menyatakan bahwa pemasaran adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasikan keinginan dan kebutuhan yang belum terpenuhi, mengidentifikasikan dan mengukur besarnya, menentukan pasar sasaran mana yang paling baik dan dapat dilayani, menentukan berbagai produk, jasa dan program yang sesuai untuk melayani pasar-pasar dan meminta setiap orang dalam organisasi untuk berpikir dan melayani pelanggan.

Dari pengertian di atas, dapat diketahui bahwa proses pemasaran berawal dari identifikasi kebutuhan masyarakat sampai dengan produk atau jasa yang dihasilkan berada ditangan konsumen. Perusahaan juga harus dapat memberikan kepuasan kepada konsumen sehingga kegiatan perusahaan dapat berjalan terus dan persepsi konsumen terhadap perusahaaan menjadi baik.

Konsep pemasaran dari suatu perusahaan dapat dimulai dari pelanggan atau calo n pelanggan. Konsep ini didapat dengan cara mengindentifikasi kebutuhan dari pelanggan atau calon pelanggan dan mencoba menghasilkan produk-produk yang mereka butuhkan. Sejalan dengan perkembangannya, konsep pemasaran mulai bergeser yaitu tidak hanya berorientasi untuk melayani dan memenuhi kebutuhan pelanggan atau konsumen tetapi juga agar perusahaan dapat bersaing dengan perusahaan lain (Swastha dan Sukotjo, 2000).


(40)

Konsep pemasaran menyatakan bahwa kunci untuk tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing dalam memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan keinginan pasar sasaran (Kotler, 2005). Sehingga secara definitif dapat dikatakan bahwa konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan perusahaan.

Untuk memenuhi kebutuhan pelanggan diperlukan suatu strategi pemasaran yang terintegrasi yang lebih dikenal dengan bauran pemasaran. Bauran pemasaran ini meliputi perencanaan produk, penetapan harga, distribusi dan promosi.

3.1.2. Strategi Bauran Pemasaran

Strategi menurut Swastha dan Irawan (1997) adalah suatu rencana yang diutamakan untuk mencapai tujuan tersebut. Beberapa organisasi mungkin mempunyai tujuan yang sama tetapi strategi yang dipakai untuk mencapai tujuan tersebut dapat berbeda. Strategi ini dibuat berdasarkan suatu tujuan. Jadi, strategi pemasaran dari setiap organisasi merupakan suatu rencana keseluruhan untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan definisinya strategi pemasaran adalah strategi yang disatukan, luas, terintegrasi dan komprehensif yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan pemasaran bagi perusahaan dapat dicapai melalui pelaksaanaan yang tepat oleh organisasi. Strategi pemasaran dapat didekati dengan konsep bauran pemasaran atau marketing mix (Stanton, 1991). Bauran pemasaran merupakan


(41)

kumpulan strategi yang terdiri dari 4-P yaitu produk (product), harga (price), saluran distribusi (place), dan promosi (promotion).

3.1.2.1. Pemasaran Jasa

Menurut Swastha (1981) jasa adalah barang yang tidak kentara (intangible product) yang dibeli dan dijual di pasar melalui suatu transaksi pertukaran yang saling memuaskan. Pada perusahaan jasa yang berperan penting adalah mutu jasa yang ditawarkan oleh perusahaan. Agar mutu jasa yang ditawarkan dapat memuaskan diperlukan beberapa langkah dalam mengendalikan mutu jasa. Kotler (2005) membagi langkah- langkah tersebut menjadi tiga tahap yaitu :

1. Berinvestasi dalam prosedur perekrutan dan pelatihan karyawan. 2. Menetapkan standar proses pelaksanaan jasa di organisasi tersebut.

3. Memantau kepuasan pelanggan melalui sistem saran, keluhan, dan survei pelanggan.

Gronroos dalam Kotler (2005) berpendapat bahwa pada pemasaran jasa membutuhkan tiga cara pemasaran yaitu :

1. Pemasaran eksternal : menggambarkan pekerjaan biasa untuk menyiapkan, menetapkan harga, mendistribusikan, dan mempromosikan jasa tersebut kepada konsumen.

2. Pemasaran internal : menggambarkan pekerjaan untuk melatih dan memotivasi karyawannya untuk melayani pelanggan dengan baik.

3. Pemasaran interaktif : menggambarkan kemampuan karyawan dalam melayani klien. Berbeda dengan perusahaan manufaktur yang menghasilkan barang,

Booms dan Bitner dalam Kotler (2005) menyatakan bahwa pada perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa terdapat tiga strategi tambahan pada


(42)

strategi bauran pemasarannya yaitu orang (people), bukti fisik (physical evidence), dan proses (process).

3.1.2.2. Produk

Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar (baik berwujud atau tidak berwujud) untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan. Unsur-unsur yang termasuk dalam bauran produk antara lain adalah keragaman produk, kualitas, design, ciri, nama merek, kemasan, ukuran, pelayanan, garansi, dan imbalan.

Produk dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok menurut daya tahan dan wujudnya, yaitu : (Kotler, 2005)

1. Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods) adalah barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan. Karena barang ini dikonsumsi dengan cepat dan sering dibeli, strategi yang tepat adalah menyediakannya di berbagai lokasi, hanya mengenakan marjin yang kecil dan memasang iklan besar-besaran guna memancing orang untuk mencoba dan membangun preferensi.

2. Barang tahan lama (durable goods) adalah barang berwujud yang biasanya tetap bertahan walaupun sudah digunakan beberapa kali. Produk tahan lama pada umumnya memerlukan penjualan dan pelayanan yang lebih pribadi, mengenakan marjin yang yang lebih tinggi, dan memerlukan lebih banyak garansi dari penjual.

3. Jasa (services) adalah produk yang tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan, dan mudah habis. Produk jenis ini, memerlukan pengendalian mutu, kredibilitas pemasok, dan kemampuan penyesuaian yang lebih tinggi.


(43)

Pada perusahaan yang menghasilkan jasa khususnya pariwisata, produk-produk yang ditawarkan meliputi kualitas atraksi wisata, pelayanan dari objek wisata tersebut, kuantitas atau keragaman atraksi wisata, kemasan wisata yang ditampilkan, dan merek atraksi wisata. Produk-produk jasa oleh perusahaan haruslah disesuaikan dengan tujuan dari perusahan, sehingga produk jasa yang ditawarkan dapat memuaskan konsumen (Harahap, 2006).

3.1.2.3. Harga

Menurut Kotler (2005) harga adalah satu-satunya unsur bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, sedangkan unsur-unsur lainnya menghasilkan biaya. Harga adalah unsur bauran pemasaran yang paling mudah disesuaikan dan membutuhkan waktu yang relatif singkat, sedangkan ciri-ciri produk, saluran distribusi, bahkan promosi membutuhkan lebih banyak waktu. Harga juga memposisikan nilai yang dimaksudkan perusahaan kepada pasar tentang produk dan mereknya.

Strategi harga dapat dijadikan perusahaan untuk bersaing dengan pesaingnya dengan memposisikan produknya dari segi mutu dan harga. Unsur-unsur yang termasuk dalam bauran harga adalah daftar harga, diskon, potongan harga khusus, periode dan cara pembayaran, dan syarat kredit.

3.1.2.4. Tempat/Saluran Distribusi

Pada umumnya perusahaan atau organisasi tidak memasarkan produknya langsung kepada pengguna akhir, diantaranya terdapat perantara yang menjalankan fungsi pemasaran. Perantara ini membentuk saluran pemasaran, yang juga disebut sebagai saluran dagang atau saluran distribusi.


(44)

Saluran pemasaran adalah beberapa organisasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses mengupayakan agar produk atau jasa dapat digunakan atau dikonsumsi. Keputusan-keputusan saluran pemasaran termasuk di antara keputusan paling penting yang dihadapi manajemen. Saluran yang dipilih sangat mempengaruhi semua keputusan pemasaran lainnya. Penetapan harga perusahaan sangat bergantung pada, apakah perusahaan itu menggunakan pedagang besar atau yang bermutu tinggi. Pada perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa, saluran jasa yang sangat penting adalah perantara yang menciptakan faedah informasi (perantara komunikasi) dan lokasi yang mudah dijangkau (Swastha, 1981).

Tenaga penjualan dan keputusan iklan perusahaan tersebut bergantung pada berapa banyak pelatihan dan motivasi yang dibutuhkan penyalur. Selain itu, keputusan saluran perusahaan tersebut memerlukan komitmen yang relatif panjang pada perusahaan-perusahaan lain. Unsur- unsur yang termasuk dalam bauran saluran distribusi adalah cakupan pasar, pengelompokkan, lokasi, persediaan, dan transportasi (Kotler, 2005).

3.1.2.5. Promosi

Pemasaran modern memerlukan lebih dari sekedar mengembangkan produk yang baik, menetapkan harga yang menarik, dan membuatnya dapat terjangkau. Perusahaan-perusahaan juga harus berkomunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan sekarang dan yang akan datang, serta masyarakat umum. Setiap perusahaaan mau tidak mau harus terjun ke dalam peran komunikator dan promotor. Bagi sebagian besar perusahaan, pertanyaanya bukanlah apakah berkomunikasi, melainkan apa yang harus disampaikan, kepada siapa dan seberapa sering.


(45)

Efektifitas pemasaran suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh sistem komunikasi pemasaran yang dilakukan. Semakin efektif komunikasi yang dilakukan maka akan berbanding lurus dengan pemasarannya. Untuk melaksanakan komunikasi pemasaran diperlukan beberapa cara komunikasi yang disebut bauran komunikasi pemasaran (bauran promosi) yang terdiri atas lima cara komunikasi utama yaitu, periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat, penjualan secara pribadi, dan pemasaran langsung (Kotler, 2005).

• Iklan

Kotler (2005) mendefinisikan iklan sebagai segala bentuk presentasi non-pribadi dan promosi gagasan, barang, atau jasa oleh sponsor tertentu yang harus dibayar. Iklan dapat digunakan untuk membangun citra jangka panjang bagi suatu produk atau memicu penjualan yang cepat. Iklan dapat efisien menjangkau pembeli ya ng tersebar secara geografis.

• Promosi penjualan

Menurut Cummins dan Mullin (2004) promosi penjualan merupakan insentif dan penawaran yang mendorong konsumen atau pelanggan berperilaku tertentu pada waktu tertentu. Promosi penjualan memainkan peran penting dalam pencapaian tujuan pemasaran. Jika iklan menawarkan alasan untuk membeli, promosi penjualan menawarkan insentif untuk membeli. Promosi penjualan mencakup alat untuk promosi konsumen, promosi perdagangan, promosi bisnis dan tenaga penjualan (Kotler, 2005).

Promosi penjualan dapat pula membantu meningkatkan permintaan konsumen dengan jalan menciptakan pelanggan baru atau dengan membuat pelanggan yang sudah ada membeli produk lebih banyak lagi. Promosi penjualan


(46)

juga dapat memelihara penjualan dari persaingan dan meningkatkan distribusi (Parkinson,Rustomji, dan Vieira dalam Mayangsari, 2000).

• Hubungan masyarakat

Hubungan masyarakat atau public relation merupakan kegiatan pemasaran yang luas sekali jangkauannya, tetapi sering diperlakukan sebagai unsur yang sepele dalam bauran promosi. Menurut Swastha dan Sukotjo (2000) hubungan masyarakat dapat didefinisikan sebagai fungsi manajemen yang memberikan penilaian tentang sifat masyarakat, identitas kebijaksanaan dan prosedur dari individu atau organisasi dengan keinginan masyarakat dan melakukan program tindakan untuk mendpatkan pengertian serta pengakuan masyarakat.

Alat-alat utama yang digunakan dalam humas pemasaran antara lain terbitan (brosur, artikel, berita berkala, majalah perusahaan), acara-acara (seminar, pameran dagang, konferensi berita, kompetisi, ulang tahun), pemberian dana sponsor, berita, ceramah, kegiatan layanan masyarakat, dan media identitas (logo perusahaan, brosur, bangunan, aturan berpakaian, dan lain- lain).

• Penjualan pribadi

Penjualan pribadi atau personal selling adalah alat yang paling efektif pada tahap terakhir berupa proses pembelian, khususnya dalam membangun preferensi, keyakinan, dan tindakan pembeli (Kotler, 2005). Dalam operasinya

personal selling lebih fleksibel dibandingkan dengan yang lain, ini disebabkan karena tenaga-tenaga penjualan dapat secara langsung mengetahui keinginan, motif dan prilaku konsumen, dan sekaligus dapat melihat reaksi konsumen sehingga mereka langsung dapat mengadakan penyesuaian seperlunya.


(47)

• Pemasaran langsung

Kotler (2005) menyatakan bahwa pemasaran langsung atau direct marketing adalah penggunaan saluran langsung konsumen untuk menjangkau dan menyerahkan barang atau jasa kepada pelanggan tanpa menggunakan perantara pemasaran. Saluran-saluran ini mencakup surat langsung, katalog, telemarketing, TV interaktif, kios, situs internet, dan peralatan bergerak.

3.1.2.6. Orang

Orang (karyawan) merupakan unsur bauran pemasaran yang memiliki peran penting, karena terlibat langsung dalam kegiatan penyampaian produk ke tangan konsumen. Kesuksesan pemasaran sangat tergantung pada seleksi pelatihan, motivasi, dan manajemen sumberdaya manusia, terlepas dari apakah karyawan adalah profesional yang sangat terampil atau karyawan yang memiliki keterampilan rendah. Idealnya, karyawan seharusnya memperlihatkan kompetensi, sikap kepedulian, sikap tanggap, insiatif, kemampuan memecahkan masalah, dan niat baik.

Kesan dari suatu usaha jasa khususnya tempat wisata, diukur dari orang-orang yang memberikan pelayanan kepada pengunjung atau pelanggan. Salah satu cara perusahaan mempertahankan pelanggannya adalah dengan meluncurkan serangkaian program yang khusus pada orang-orang di dalam organisasi.

Para karyawan dilatih untuk mengembangkan sikap-sikap baru terhadap para pelanggan dengan menekankan bahwa perusahaan tersebut ingin memuaskan pelanggan. Pentingnya strategi orang dalam pemasaran yaitu mengarahkan minat yang lebih besar dalam menarik, memotivasi, melatih, dan mempertahankan


(48)

kualitas karyawan dengan mengembangkan pekerjaan-pekerjaan untuk memuaskan kebutuhan konsumen (Harahap, 2006).

3.1.2.7. Proses

Payne dalam Harahap (2006) menyatakan bahwa seluruh kegiatan kerja adalah proses. Proses-proses meliputi prosedur, tugas-tugas, jadwal, mekanisme, kegiatan, dan rutinitas dimana suatu produk disampaikan kepada konsumen yang diatur dalam manajemen proses. Hal ini melibatkan keputusan kebijakan tentang keterlibatan pelanggan dan keleluasan karyawan. Manajemen proses ini melibatkan unsur orang yang merupakan salah satu unsur bauran pemasaran, sehingga kedua bauran pemasaran ini saling berinteraksi terutama dalam pelayanan pelanggan.

Apabila proses dalam penyampaian produk tidak diperhatikan, misalnya menyediakan permintaan produk yang tidak sesuai dengan waktu yang ditetapkan, keterlambatan dalam melakukan transaksi, maka akan mengakibatkan ketidakpuasan pelanggan. Hal ini menegaskan bahwa kerja sama yang akrab diperlukan antara staf pemasaran dan operasi yang terlibat dalam manajemen proses, misalnya staf pemasaran membuat program “pelatihan senyum” bagi staf operasi untuk layanan dan cepat tanggap terhadap berbagai keluhan pelanggan, sehingga kepuasan pelanggan dapat diciptakan melalui manajemen proses (Harahap, 2006).

3.1.2.8. Bukti Fisik

Bukti fisik merupakan lingkungan fisik perusahaan dimana layanan diciptakan, penyediaan, dan pelanggan berinteraksi. Bukti fisik mewakili


(49)

keputusan kunci mengenai desain dan lay-out bangunan, misalnya tempat duduk, toilet, tempat ibadah, parkir, dan sebaga inya yang dibutuhkan pengunjung. Bukti fisik berhubungan dengan fasilitas apa yang diharapkan pelanggan sehingga dapat meningkatkan kenyamanan. Bila fasilitas yang dibutuhkan konsumen di tempat wisata telah tersedia maka tingkat kepuasan konsumen akan meningkat. Selain itu, perusahaan-perusahaan juga mencoba mutu jasanya melalui bukti fisik atau penyajian. Kotler dalam buku Marketing Plus lebih sering menyebut bukti fisik sebagai presentation.

3.1.3. Analisis Pengambilan Keputusan

Proses pengambilan keputusan pada dasarnya adalah memilih suatu alternatif. Dalam memilih suatu alternatif diharapkan seoptimal mungkin didasarkan pada fakta- fakta dan kemudian menyusunnya dalam sebuah kerangka yang logis sehingga mampu menghasilkan keputusan yang rasional dan efektif. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan, salah satunya adalah metode Proses Hirarki Analitik (PHA).

Metode Proses Hirarki Analitik pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, ahli Matematika dari University of Pitsburgh, Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an. Proses Hirarki Analitik merupakan suatu metode pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan banyak kriteria, baik kuantitatif maupun kualitatif. Metode juga dapat mengubah kriteria kualitatif menjadi kriteria kuantitatif.

Proses Hirarki Analitik memberikan suatu kerangka. Kerangka ini memungkinkan dalam pengambilan keputusan yang efektif atas persoalan kompleks dengan jalan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan


(50)

keputusan. Pada dasarnya, metode PHA ini memecah- mecah suatu situasi yang kompleks, tak terstruktur, ke dalam bagian-bagian komponennya; menata bagian atau variabel ke dalam suatu susunan hirarki; memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang relatif pentingnya setiap variabel; dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. PHA juga menyediakan suatu struktur efektif untuk pengamb ilan keputusan secara berkelompok dengan memaksakan disiplin dalam proses pemikiran kelompok.

Kekuatan PHA juga terletak pada rancangannya yang bersifat holistik yang menggunakan logika, pertimbangan berdasarkan intuisi, data kuantitatif dan preferensi kualitatif. PHA merupakan suatu model yang fleksibel dan memberikan gagasan-gagasan dan mendefinisikan persoalan dengan cara membuat asumsi mereka masing- masing dan memperoleh pemecahan yang diinginkan darinya. Model ini dirancang untuk lebih menampung sifat alamiah manusia dibandingkan memaksa manusia ke cara berpikir yang mungkin justru berlawanan dengan hati nurani (Saaty, 1993).

Dalam memecahkan persoalan dengan metode Proses Hirarki Analitik, terdapat tiga prinsip dasar, yaitu :

1. Prinsip menyusun secara hirarki, yaitu memecah- mecah persoalan menjadi elemen-elemen yang terpisah-pisah.

2. Prinsip menetapkan prioritas, yaitu menentukan peringkat elemen-elemen menurut relatif pentingnya.


(51)

3. Prinsip konsistensi logis, yaitu menjamin bahwa semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konsisten sesuai dengan kriteria yang logis.

3.2. Kerangka Pemikiran Operasional

Taman Anggrek Ragunan sebagai salah satu objek agrowisata di Indonesia memiliki prospek perkembangan yang cukup cerah. Hal ini, dikarenakan Taman Anggrek Ragunan terletak di DKI Jakarta yang merupakan kota terbesar di Indonesia. Namun, dalam perkembangannya keberadaan Taman Anggrek Ragunan sebagai tempat agrowisata kurang dikenal oleh masyarakat.

Hal tersebut dapat dilihat dari jumlah pengunjung Taman Anggrek Ragunan jika dibandingkan dengan jumlah pengunjung pada agrowisata sejenis seperti Taman Anggrek Indonesia Permai dan Rumah Anggrek Kebun Raya Bogor, jumlah pengunjung di Taman Anggrek Ragunan masih relatif rendah.

Suatu strategi pemasaran yang baik dan tepat harus mencakup semua unsur bauran pemasaran dan terlebih dahulu perlu disesuaikan dengan karakteristik organisasi. Bauran pemasaran adalah seperangkat alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk mencapai tujuan pemasaran dalam pasar sasarannya. Konsep bauran pemasaran terdiri dari produk, harga, tempat/saluran distribusi, dan promosi. Booms dan Bitner dalam Kotler (2005) menambahkan tiga strategi yang perlu diperhatikan dalam pemasaran jasa yaitu orang, proses, dan bukti fisik.

Dalam penerapan suatu strategi pemasaran pada umumnya pihak manajeman perusahaan agak sulit untuk melaksanakan ketujuh strategi bauran pemasaran secara bersamaan, sehingga diperlukan proses pengambilan keputusan


(52)

untuk menentukan strategi bauran pemasaran yang menjadi prioritas dalam pelaksanaannya. Untuk menentukan strategi bauran pemasaran yang menjadi prioritas, digunakan suatu metode pengambilan keputusan yaitu dengan menggunakan metode Proses Hirarki Analitik (PHA).

Sebelum melakukan proses pengambilan keputusan strategi bauran pemasaran, terlebih dahulu harus diketahui apa tujuan dari kegiatan pemasaran yang dilakukan Taman Anggrek Ragunan sehingga keputusan yang diambil sesuai dengan tujuannya. Setelah itu, menganalisis strategi bauran pemasaran yang selama ini sudah dilaksanakan dan merumuskan strategi bauran pemasaran yang tepat. Strategi bauran pemasaran yang sudah dirumuskan tadi, kemudian dianalisis dengan metode Proses Hirarki Analitik untuk menentukan prioritas pelaksanaan strategi pemasaran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.


(53)

Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Operasional

Taman Anggrek Ragunan sebagai salah satu tempat agrowisata di DKI

Jakarta

Tingkat kunjungan Taman Anggrek Ragunan yang relatif rendah

Analisis strategi bauran pemasaran Taman Anggrek Ragunan

Produk Harga Tempat Promosi Orang Proses Bukti fisik

Kegiatan strategi bauran pemasaran

yang selama ini dijalankan oleh Taman Anggrek

Ragunan

Analisis faktor-faktor penyusun strategi

bauran pemasaran

Pemilihan alternatif strategi bauran pemasaran sesuai dengan tujuan dari Taman Anggrek

Ragunan

Metode Proses Hirarki Analitik

Prioritas Strategi Bauran Pemasaran yang akan dilaksanakan Prospek agrowisata yang cerah akibat

perubahan preferensi masyarakat dalam menikmati objek wisata


(1)

138

PETUNJUK NILAI SKALA BANDING

Perbandingan Nilai Perbandingan Nilai

Bila A sama pentingnya dengan B 1

Bila A sedikit lebih penting dibandingkan B 3 Bila sebaliknya (B sedikit lebih penting dibandingkan A)

1/3

Bila A jelas lebih penting dibandingkan B 5 Bila sebaliknya (B jelas lebih penting dibandingkan A)

1/5

Bila A sangat jelas lebih penting dibandingkan B 7 Bila sebaliknya (B sangat jelas lebih penting dibandingkan A)

1/7

Bila A mutlak lebih penting dibandingkan B 9 Bila sebaliknya (B mutlak lebih penting dibandingkan A)

1/9

Nilai-nilai skala genap (2, 4, 6, 8, atau 1/2, 1/4, 1/6, 1/8) khusus diberikan untuk nilai skala perbandingan yang nilainya berada diantara dua nilai pembandingan ganjil berurutan. Misalnya pada kasus A dibandingkan dengan B, nilai A sedikit lebih penting dibandingkan B, maka nilai skala perbandingan antara 3 dan 5, yaitu 4 atau 1/4 bila sebaliknya.

v

Keterangan :

Sub-sub faktor yang termasuk dalam bauran orang/personel pada Taman Anggrek

Ragunan, yang harus diperhatikan adalah :

1.

Jumlah karyawan/pemandu, yaitu jumlah atau kuantitas karyawan/pemandu

yang bekerja di Taman Anggrek Ragunan.

2.

Kompetensi, merupakan pengetahuan karyawan yang meliputi pengetahuan

tentang jenis-jens anggrek, cara budidaya dan pemeliharaan anggrek,

pengetahuan tentang agrowisata, dan sebagainya.

3.

Kesigapan, merupakan kesigapan karyawan dalam melayani pengunjung

seperti cepat atau tidaknya karyawan bertindak ketika melihat pengunjung

datang atau ketika pengunjung mengalami kesulitan.

4.

Keramahan, yaitu sikap ramah dan sopan karyawan terhadap pengunjung

Taman Anggrek Ragunan.

Instruksi 3.9.

Bandingkan sub-sub faktor untuk faktor

orang/personel

dengan

tujuan meningkatkan jumlah pengunjung Taman Anggrek

Ragunan

Atribut Nilai Skala Banding

Jumlah karyawan/pemandu dibandingkan dengan kompetensi

Jumlah karyawan/pemandu dibandingkan dengan kesigapan

Jumlah karyawan/pemandu dibandingkan dengan keramahan

Kompetensi dibandingkan dengan kesigapan

Kompetensi dibandingkan dengan keramahan

Kesigapan dibandingkan dengan keramahan


(2)

139

PETUNJUK NILAI SKALA BANDING

Perbandingan Nilai Perbandingan Nilai

Bila A sama pentingnya dengan B 1

Bila A sedikit lebih penting dibandingkan B 3 Bila sebaliknya (B sedikit lebih penting dibandingkan A)

1/3

Bila A jelas lebih penting dibandingkan B 5 Bila sebaliknya (B jelas lebih penting dibandingkan A)

1/5

Bila A sangat jelas lebih penting dibandingkan B 7 Bila sebaliknya (B sangat jelas lebih penting dibandingkan A)

1/7

Bila A mutlak lebih penting dibandingkan B 9 Bila sebaliknya (B mutlak lebih penting dibandingkan A)

1/9

Nilai-nilai skala genap (2, 4, 6, 8, atau 1/2, 1/4, 1/6, 1/8) khusus diberikan untuk nilai skala perbandingan yang nilainya berada diantara dua nilai pembandingan ganjil berurutan. Misalnya pada kasus A dibandingkan dengan B, nilai A sedikit lebih penting dibandingkan B, maka nilai skala perbandingan antara 3 dan 5, yaitu 4 atau 1/4 bila sebaliknya.

Instruksi 3.10.

Bandingkan sub-sub faktor untuk faktor

orang/personel

dengan

tujuan menjadikan Taman Anggrek Ragunan sebagai objek

agrowisata yang potensial di wilayah DKI Jakarta

Atribut Nilai Skala Banding

Jumlah karyawan/pemandu dibandingkan dengan kompetensi

Jumlah karyawan/pemandu dibandingkan dengan kesigapan

Jumlah karyawan/pemandu dibandingkan dengan keramahan

Kompetensi dibandingkan dengan kesigapan

Kompetensi dibandingkan dengan keramahan

Kesigapan dibandingkan dengan keramahan

v

Keterangan :

Sub-sub faktor yang termasuk dalam bauran proses pada Taman Anggrek

Ragunan, yang harus diperhatikan adalah :

1.

Tanggapan atas keluhan, yaitu respon karyawan atau manajemen perusahaan

terhadap keluhan para pengunjung

2.

Kualitas dalam layanan, yaitu kualitas dari pelayanan yang diberikan di

Taman Anggrek Ragunan

3.

Kekonsistenan pihak manajemen dalam pengembangan agrowisata Taman

Anggrek Ragunan

Instruksi 3.11.

Bandingkan sub-sub faktor untuk faktor

proses

dengan

tujuan

meningkatkan jumlah pengunjung Taman Anggrek Ragunan

Atribut Nilai Skala Banding

Tanggapan atas keluhan dibandingkan dengan kualitas layanan

Tanggapan atas keluhan dibandingkan dengan kekonsistenan manajemen

Kualitas layanan dibandingkan dengan kekonsistenan manajemen


(3)

140

PETUNJUK NILAI SKALA BANDING

Perbandingan Nilai Perbandingan Nilai

Bila A sama pentingnya dengan B 1

Bila A sedikit lebih penting dibandingkan B 3 Bila sebaliknya (B sedikit lebih penting dibandingkan A)

1/3

Bila A jelas lebih penting dibandingkan B 5 Bila sebaliknya (B jelas lebih penting dibandingkan A)

1/5

Bila A sangat jelas lebih penting dibandingkan B 7 Bila sebaliknya (B sangat jelas lebih penting dibandingkan A)

1/7

Bila A mutlak lebih penting dibandingkan B 9 Bila sebaliknya (B mutlak lebih penting dibandingkan A)

1/9

Nilai-nilai skala genap (2, 4, 6, 8, atau 1/2, 1/4, 1/6, 1/8) khusus diberikan untuk nilai skala perbandingan yang nilainya berada diantara dua nilai pembandingan ganjil berurutan. Misalnya pada kasus A dibandingkan dengan B, nilai A sedikit lebih penting dibandingkan B, maka nilai skala perbandingan antara 3 dan 5, yaitu 4 atau 1/4 bila sebaliknya.

Instruksi 3.12.

Bandingkan sub-sub faktor untuk faktor

proses

dengan

tujuan

menjadikan Taman Anggrek Ragunan sebagai objek

agrowisata yang potensial di wilayah DKI Jakarta

Atribut Nilai Skala Banding

Tanggapan atas keluhan dibandingkan dengan kualitas layanan

Tanggapan atas keluhan dibandingkan dengan kekonsistenan manajemen

Kualitas layanan dibandingkan dengan kekonsistenan manajemen

v

Keterangan :

Sub-sub faktor yang termasuk dalam bauran bukti fisik pada Taman Anggrek

Ragunan, yang harus diperhatikan adalah :

1.

Atribut penunjuk arah ke dan di dalam kawasan wisata, merupakan tanda

penunjuk arah yang menunjukan letak Taman Anggrek Ragunan.

2.

Parkir, yaitu kondisi tempat parkir dan daya tampung area parkir yang

disediakan oleh Taman Anggrek Ragunan.

3.

Toilet, yaitu kombinasi antara jumlah, pemeliharaan, kebersihan, dan

penerangan toilet.

4.

Kantin, mencakup keberadaan kantin, kebersihan, kenyamanan, dll.

5.

Kios anggrek, mencakup keberadaan, kelengkapan produk yang

diperjual-belikan, dll.

6.

Tempat ibadah, mencakup keberadaan, luas tempat ibadah, kelengkapan

sarana ibadah seperti sajadah dan mukena, kebersihan, lokasi tempat ibadah,

dan kenyaman.

7.

Daftar aktifitas, mencakup keberadaan dan manfaat dari adanya daftar


(4)

141

PETUNJUK NILAI SKALA BANDING

Perbandingan Nilai Perbandingan Nilai

Bila A sama pentingnya dengan B 1

Bila A sedikit lebih penting dibandingkan B 3 Bila sebaliknya (B sedikit lebih penting dibandingkan A)

1/3

Bila A jelas lebih penting dibandingkan B 5 Bila sebaliknya (B jelas lebih penting dibandingkan A)

1/5

Bila A sangat jelas lebih penting dibandingkan B 7 Bila sebaliknya (B sangat jelas lebih penting dibandingkan A)

1/7

Bila A mutlak lebih penting dibandingkan B 9 Bila sebaliknya (B mutlak lebih penting dibandingkan A)

1/9

Nilai-nilai skala genap (2, 4, 6, 8, atau 1/2, 1/4, 1/6, 1/8) khusus diberikan untuk nilai skala perbandingan yang nilainya berada diantara dua nilai pembandingan ganjil berurutan. Misalnya pada kasus A dibandingkan dengan B, nilai A sedikit lebih penting dibandingkan B, maka nilai skala perbandingan antara 3 dan 5, yaitu 4 atau 1/4 bila sebaliknya.

Instruksi 3.13.

Bandingkan sub-sub faktor untuk faktor

bukti fisik

dengan

tujuan meningkatkan jumlah pengunjung Taman Anggrek

Ragunan

Atribut Nilai Skala Banding

Penunjuk arah dibandingkan dengan parkir

Penunjuk arah dibandingkan dengan toilet

Penunjuk arah dibandingkan dengan kantin

Penunjuk arah dibandingkan dengan kios anggrek

Penunjuk arah dibandingkan dengan tempat ibadah

Penunjuk arah dibandingkan dengan daftar aktifitas

Parkir dibandingkan dengan toilet

Parkir dibandingkan dengan kantin

Parkir dibandingkan dengan kios anggrek

Parkir dibandingkan dengan tempat ibadah

Parkir dibandingkan dengan daftar aktifitas

Toilet dibandingkan dengan kantin

Toilet dibandingkan dengan kios anggrek

Toilet dibandingkan dengan tempat ibadah

Toilet dibandingkan dengan daftar aktifitas

Kantin dibandingkan dengan kios anggrek

Kantin dibandingkan dengan tempat ibadah

Kantin dibandingkan dengan daftar aktifitas

Kios anggrek dibandingkan dengan tempat ibadah

Kios anggrek dibandingkan dengan daftar aktifitas

Tempat ibadah dibandingkan dengan daftar aktifitas


(5)

142

PETUNJUK NILAI SKALA BANDING

Perbandingan Nilai Perbandingan Nilai

Bila A sama pentingnya dengan B 1

Bila A sedikit lebih penting dibandingkan B 3 Bila sebaliknya (B sedikit lebih penting dibandingkan A)

1/3

Bila A jelas lebih penting dibandingkan B 5 Bila sebaliknya (B jelas lebih penting dibandingkan A)

1/5

Bila A sangat jelas lebih penting dibandingkan B 7 Bila sebaliknya (B sangat jelas lebih penting dibandingkan A)

1/7

Bila A mutlak lebih penting dibandingkan B 9 Bila sebaliknya (B mutlak lebih penting dibandingkan A)

1/9

Nilai-nilai skala genap (2, 4, 6, 8, atau 1/2, 1/4, 1/6, 1/8) khusus diberikan untuk nilai skala perbandingan yang nilainya berada diantara dua nilai pembandingan ganjil berurutan. Misalnya pada kasus A dibandingkan dengan B, nilai A sedikit lebih penting dibandingkan B, maka nilai skala perbandingan antara 3 dan 5, yaitu 4 atau 1/4 bila sebaliknya.

Instruksi 3.14.

Bandingkan sub-sub faktor untuk faktor

bukti fisik

dengan

tujuan menjadikan Taman Anggrek Ragunan sebagai

objek agrowisata yang potensial di wilayah DKI Jakarta

Atribut Nilai Skala Banding

Penunjuk arah dibandingkan dengan parkir

Penunjuk arah dibandingkan dengan toilet

Penunjuk arah dibandingkan dengan kantin

Penunjuk arah dibandingkan dengan kios anggrek

Penunjuk arah dibandingkan dengan tempat ibadah

Penunjuk arah dibandingkan dengan daftar aktifitas

Parkir dibandingkan dengan toilet

Parkir dibandingkan dengan kantin

Parkir dibandingkan dengan kios anggrek

Parkir dibandingkan dengan tempat ibadah

Parkir dibandingkan dengan daftar aktifitas

Toilet dibandingkan dengan kantin

Toilet dibandingkan dengan kios anggrek

Toilet dibandingkan dengan tempat ibadah

Toilet dibandingkan dengan daftar aktifitas

Kantin dibandingkan dengan kios anggrek

Kantin dibandingkan dengan tempat ibadah

Kantin dibandingkan dengan daftar aktifitas

Kios anggrek dibandingkan dengan tempat ibadah

Kios anggrek dibandingkan dengan daftar aktifitas

Tempat ibadah dibandingkan dengan daftar aktifitas


(6)

143

Lampiran 2 :