Variasi Komunitas Makroavertebrata Di Hulu Sungai Cisadane Berdasarkan River Continuum Concept

VARIASI KOMUNITAS MAKROAVERTEBRATA DI HULU
SUNGAI CISADANE BERDASARKAN RIVER CONTINUUM
CONCEPT

YUNITA MAGRIMA ANZANI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Variasi Komunitas
Makroavertebrata di Hulu Sungai Cisadane Berdasarkan River Continuum
Concept adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, September 2016
Yunita Magrima Anzani
NIM C251124021

RINGKASAN
YUNITA MAGRIMA ANZANI. Variasi Komunitas Makroavertebrata di Hulu
Sungai Cisadane Berdasarkan River Continuum Concept. Dibimbing oleh
MAJARIANA KRISANTI dan YUSLI WARDIATNO.
Pendekatan River Continuum Concept ialah pendekatan yang
menggambarkan dinamika perubahan yang terjadi pada sistem sungai, perubahan
yang terjadi yaitu kondisi fisik (orde sungai, penutupan kanopi vegetasi, dan tata
guna lahan) dan struktur komunitas yang ada didalamnya.Tujuan penelitian ini
adalah untuk menghubungkan struktur komunitas makroavertebratadengan
kondisi lingkungan bagian hulu sungai. Penelitian dilakukan di bagian hulu
Sungai Cisadane. Salah satu bagian hulu sungai ini diantaranya yaitu berada di
kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS). Lokasi
stasiun pengamatan terbagi menjadi dua area, yaitu di dalam kawasan TNGHS
dan luar kawasan TNGHS.
Makroavertebrata yang ditemukan di hulu Sungai Cisadane ialah 65 genus,

38 famili dan 11 ordo. Keragaman makroavertebrata diketahui lebih tinggi
signifikan (p 0.5
Stable substrate (misal, batuan
besar, kerikil, dan puing-puing kayu
yang besar) > 0.5

15

Tabel FFG berdasarkan kategori taksonomi yang digunakan menurut Cummins
et al. (2005), dapat dilihat pada Lampiran 5.Rasio FFG dapat digunakan juga sebagai
indikator atribut ekosistem sungai, seperti keseimbangan antara autotrof dan heterotrof
(P/R), (CPOM/FPOM), (TFPOM/BFPOM), dan stabilitas substrat dasar sungai. Rasio
FFG sebagai indikator atribut ekosistem sungai dapat dilihat pada Tabel 5.
Uji ANOVA dua arah
Analisis of Varians (ANOVA) atau analisis ragam merupakan suatu analisis
statistik yang digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata dua atau lebih sampel.
Terdapat dua jenis analisis ragam, yaitu ANOVA satu arah dan ANOVA dua arah. Uji
statistik yang digunakan pada analisis data penelitian ini yaitu ANOVA dua arah,
dimana uji dilakukan bila sumber keragaman yang terjadi tidak hanya karena satu faktor
(perlakuan). Faktor lain ini bisa berupa perlakuan lain atau faktor yang sudah terkondisi.

Uji statistik ini menganalisis perbedaan rata rata secara signifikan dari jumlah ordo,
famili, genus dan kepadatan antar stasiun di perairan bagian hulu Sungai Cisadane.
Perhitungan uji statistik ANOVA dua arah menggunakan software microsoft excel 2007.
Hipotesis untuk membandingkan antar stasiun :
H0 : stasiun 1, stasiun 2, stasiun 3, stasiun 4, stasiun 5, dan stasiun 6 sama
H1 : stasiun 1, stasiun 2, stasiun 3, stasiun 4, stasiun 5, dan stasiun 6tidak sama
Dasar pengambilan keputusan dengan nilai probabilitas (tingkat signifikan) pada selang
kepercayaan 95% :
(1) t-hitung > t-tabel : Berbeda secara signifikan (H0 ditolak)
(2) t-hitung < t-tabel : Tidak berbeda secara signifikan(H0 diterima)

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak di Sungai Cigamea yang berada di sekitar kawasan
Taman Nasional Gunung Halimun Salak Endah II Bogor. Pengambilan contoh
dilakukan pada enam stasiun dengan mempertimbangkan tutupan kanopi vegetasi
riparian dan orde sungai. Stasiun 1 terletak pada koordinat 6˚ 42 1.8 LS dan 106˚ 41
47.5 BT,dan berada pada ketinggian 1168 mdpl. Rata-rata kedalaman pada stasiun ini

ialah 20.7 cm dengan kecepatan arus 0.45 m/s (Tabel 6). Tipe substratnya yaitu berupa
batuan besar, kerikil, dan pasir, dengan persentase batuan besar yaitu sekitar 60%
(Lampiran 6a&6b). Stasiun 1 ini terletak paling hulu dibandingkan stasiun lainnya, dan
berada pada orde 1. Tutupan kanopi vegetasi riparian di stasiun ini yaitu 90-100%
(Lampiran 7a). Stasiun 1 ini juga berada disamping jalur pendakian menuju kawasan
wisata Kawah Ratu Gunung Salak dengan tepi sungai merupakan area hutan
Stasiun 2 terletak pada6˚ 41 45 LS dan 106˚ 41 39.8 BT, dan berada pada
ketinggian 1090 mdpl. Rata-rata kedalaman stasiun ini ialah 19.4 cm dengan kecepatan
arus 0.43 m/s (Tabel 6). Tipe substratnya yaitu berupa batuan besar, kerikil, dan

16

pasir,dengan persentase batuan besar yaitu sekitar 80% (Lampiran 6c&6d).Stasiun ini
berada pada ordo 2 dengan tutupan kanopi vegetasi riparian di stasiun ini yaitu sekitar
60-80% (Lampiran 7b). Pada stasiun 2 ini terdapat curug, namun lokasinya semi
tertutup. Sehingga masih jarang ada yang datang ke curug ini.Lahan di sekitar tepi
sungai stasiun ini berupa hutan.Stasiun 3 terletak pada 6˚ 41 44 LS dan 106˚ 41 37
BT, dan berada pada ketinggian 1075 mdpl. Rata-rata kedalaman stasiun ini ialah 20.3
cm dengan kecepatan arus 0.37 m/s (Tabel 6). Tipe substratnya yaitu berupa batuan
besar, kerikil, dan pasir, dengan persentase batuan besar yaitu sekitar 60% (Lampiran

6e&6f). Stasiun 3 sama seperti stasiun 2, yaitu masih berada pada orde 2. Tutupan
kanopi vegetasi riparian di stasiun ini yang berbeda yaitu sekitar 40-60% (Lampiran 7c) .
Seperti halnya stasiun 2, pada stasiun ini juga terdapat curug, lokasinya pun semi
tertutup. Sehingga jarang juga pengunjung yang datang ke curug ini. Lahan di sekitar
tepi sungai stasiun ini juga berupa hutan.
Stasiun 4 terletak pada 6˚ 41 37.9 LS dan 106˚ 41 32.1 BT, dan berada pada
ketinggian 1020 mdpl. Rata-rata kedalaman stasiun ini ialah 19.2 cm dengan kecepatan
arus 0.38 m/s (Tabel 6). Tipe substratnya yaitu berupa batuan besar, kerikil, dan lumpur,
dengan persentase batuan besar yaitu sekitar 80% (Lampiran 6g&6h).Stasiun ini juga
masih sama seperti dua stasiun sebelumnya, yaitu berada pada orde 2 dengan tutupan
kanopi vegetasi riparian yaitu sekitar 0-20% (Lampiran 7d). Pada stasiun 4 ini juga
terdapat curug, namun tidak seperti kedua curug di dua stasiun sebelumnya. Curug ini
sudah menjadi salah satu tujuan wisata dan lebih banyak pengunjung yang datang kesini.
Lahan di sekitar tepi sungai stasiun 4 masih berupa hutan namun sudah agak terbuka.
Stasiun 4 ini lebih lebar pada bagian yang dekat dengan curug, kemudian lebarnya
mengecil karena sengaja dibentuk untuk keperluan area wisata.
Stasiun 5 terletak pada 6˚ 40 48.9 LS dan 106˚ 40 27.5 BT , dan berada pada
ketinggian 717 mdpl. Rata-rata kedalaman stasiun ini ialah 18.1 cm dengan kecepatan
arus 0.22 m/s (Tabel 6). Tipe substratnya yaitu berupa batuan besar, kerikil, dan lumpur,
dengan persentase batuan besar yaitu sekitar 60% (Lampiran 6i&6j). Stasiun ini berada

pada orde 3 dengan tutupan kanopi vegetasi riparian yaitu 0-10% (Lampiran 7e).
Terdapat bendungan di stasiun ini, dan ditepi sungai lahan digunakan untuk kegiatan
pertanian.Stasiun 6 terletak pada 6˚ 39 58.9 LS dan 106˚ 37 54.1 BT, dan berada
pada ketinggian 584 mdpl. Rata-rata kedalaman stasiun ini ialah 18.5 cm dengan
kecepatan arus 0.28 m/s (Tabel 6). Tipe substratnya yaitu berupa batuan besar, kerikil,
dan lumpur, dengan persentase batuan besar yaitu sekitar 80% (Lampiran 6k&6l).
Stasiun ini juga berada pada orde 3 dengan tutupan kanopi vegetasi riparian yaitu 010% (Lampiran 7f).Lahan ditepi sungai digunakan sebagai pemukiman penduduk
sekitar.
Karakteristik fisika kimia perairan hulu sungai Cisadane dapat dilihat pada Tabel
6. Lebar sungai dan badan sungai diketahui pada stasiun 1, 2, dan 3 lebih kecil
dibandingkan dengan stasiun 5 dan 6 dengan kisaran nilai 1.7-2.9 m (lebar sungai) dan
2.7-4.3 m (lebar badan sungai). Sedangkan stasiun 5 dan 6, lebar sungai mencapai 11.4
m dan 7.0 m, dan untuk lebar badan sungai yaitu 14.0 m dan 13.2 m. Stasiun 4 sedikit
berbeda dengan stasiun lainnya, pada stasiun ini dilakukan dua kali pengukuran lebar
sungai dan badan sungai, dikarenakan bentuknya yang lebar diawal kemudian
menyempit. Lebar sungai dan badan sungai yang pertama ialah 11.7 m dan 12.4 m.
lebar sungai dan badan sungai yang kedua ialah 2.5 m dan 3.0 m. Perubahan lebar

17


sungai dan badan sungai dari bagian yang lebih hulu ke arah hilir ini sesuai dengan
penggambaran perubahan yang ada di dalam konsep river continuum. Rata-rata
kedalaman pada staiun 1, 2, 3, dan 4 agak lebih dalam dibandingkan dengan stasiun 5
dan 6, yaitu berkisar 19.2-20.7 cm. Sedangkan pada stasiun 5 dan 6 yaitu 18.1 cm dan
18.5 cm. Stasiun 5 dan 6 memiliki kedalaman yang lebih rendah dibandingkan dengan
stasiun yang berada di dalam taman nasional, dikarenakan adanya penambangan pasir
dan kurangnya vegetasi riparian di tepian sungai. Pengurangan vegetasi riparian ini
diduga meyebabakan terjadinya erosi tanah ke perairan, sehingga sedimen masuk ke
perairan dan menyebabkan pendangkalan.
Tabel 6Karakteristik Fisika Kimia Perairan hulu Sungai Cisadane
Parameter
S