Hubungan media promosi dengan keberhasilan ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon

(1)

HUBUNGAN MEDIA PROMOSI DENGAN KEBERHASILAN

EKOWISATA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

RATU ANNA RUFAIDA

DEPARTEMEN

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Hubungan Media Promosi dengan Keberhasilan Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Ratu Anna Rufaida


(4)

(5)

(6)

ABSTRAK

RATU ANNA RUFAIDA.Hubungan Media Promosi dengan Keberhasilan Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon. Dibimbing oleh DWI SADONO.

Ekowisata merupakan suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan kelestarian lingkungan. Media promosi yang dapat digunakan untuk mempromosikan ekowisata adalah Website, facebook, twitter, google, poster, brosur, roll up banner dan lainnya.Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pentingnya media promosi terhadap perkembangan ekowisata TNUK (Taman Nasional Ujung Kulon). Penelitian ini menggunakan metode

survey dengan jumlah responden 50 pengunjung. Penentuan responden dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil menunjukkan bahwa keberhasilan ekowisata TNUK berhubungan nyata dengan pesan media promosi pada aspek attention, interest dan desire, sedangkan pada aspek action tidak berhubungan nyata. Kekuatan pesan media promosi leaflet

yang berhubungan nyata adalah aspek interest, desire, dan action, sedangkan aspek attention tidak berhubungan nyata. Kekuatan pesan media promosi

facebook yang berhubungan nyata hanya pada aspek action. Kekuatan pesan media promosi poster yang berhubungan nyata dengan keberhasilan ekowisata TNUK adalah pada aspek attention dan interest, sedangkan pada aspek desire dan

action tidak berhubungan nyata.

Kata kunci: Ekowisata; Keberhasilan Ekowisata; Media Promosi

ABSTRACT

RATU ANNA RUFAIDA. Influence Media Campaign Against Ecotourism

Development. Supervised by DWI SADONO

Ecotourism is a concept that reflects the insights of environmental tourism and environmental sustainability. Media campaigns that can be used to promote ecotourism is website, facebook, twitter, google, adwords, posters, flyers, roll up banners, direct mail, t-shirts, hats, key chains, and pins. The purpose of this study was to analyze the importance of the media campaign against the development of ecotourism Ujung Kulon National Park. This study used a survey method with the number of respondents 50 visitors ecotourism UKNP (Ujung Kulon National Park). Determination of the respondents in this study by using accidental sampling technique. The results showed that the success of ecotourism UKNP significantly correlated with the promotion of media messages on aspects of attention, interest and desire, while the action aspect is not significantly correlated. The power of media messages related promotional leaflets are aspects of real interest, desire, and action, while not significantly correlated aspects of attention. The power of facebook promotion media messages related only to the aspects of the real action. The power of media messages related promotional poster with the success of ecotourism UKNP real is the aspect of attention and interest, while the aspect of desire and action are not related.


(7)

(8)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

HUBUNGAN MEDIA PROMOSI DENGAN KEBERHASILAN EKOWISATA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON

RATU ANNA RUFAIDA

DEPARTEMEN

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014


(9)

(10)

Judul Skripsi : Hubungan Media Promosi dengan Keberhasilan Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon

Nama : Ratu Anna Rufaida NIM : I34100093

Disetujui oleh

Dr Ir Dwi Sadono, M.Si NIP.19641102 199203 1003

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, M.Sc Ketua Departemen


(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul ”Hubungan Media Promosi dengan

Keberhasilan Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon” ini dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr Ir Dwi Sadono, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pikiran untuk memberi kritikan dan saran selama proses penulisan hingga skripsi ini terselesaikan.

2. Dra. Winati Wigna, MDS yang telah memberikan keritikan, saran dan semangatnya.

3. Ibunda Ratu Mustansyiroh dan Ayahanda Tubagus Dedi Humaedi selaku orang tua tercinta yang telah memberikan doa, dukungan, kasih sayang, kritikan, dan saran kepada penulis.

4. Ratu Fazat Azizah dan Rh.Feta Namora selaku kakak tercinta yang telah memberikan kasih sayang dan semangat.

5. Sahabat-sahabat penulis Rima, Sarah, Puput, Pia, Umi, Dwi, Nula, Shita, Linda, Sefi, Onyen, gebyar, Fauzi, Sakinah, Tari, dan Rizka yang selalu mewarnai hari-hari penulis, memberikan semangat dan motivasi juga kasih sayang.

6. Teman-teman kosan Bisma 1 terutama mba Dian, ka Esa dkk yang terus memberikan semangat dan dukungan. Fifi dan Nurul selaku teman satu bimbingan yang sudah membantu dan memberikan semangat.

7. Keluarga besar Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (terutama angkatan 46, 47, 48 dan 49) teman-teman tim Photogrhapy and

cinematography HIMASIERA, KOMPAS, dan KOLEKTIPS yang telah

memberikan masukan bagi penulis dalam menyelesaikanan laporan ini. 8. Pihak Taman Nasional Ujung Kulon terutama Pak Egi yang telah banyak

memberikan informasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 9. Wisatawan Taman Nasional Ujung Kulon yang telah banyak membantu

penulis dalam memperoleh data.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Bogor, Oktober 2014


(12)

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

DAFTAR GAMBAR xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan Penulisan 3

Manfaat Penulisan 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

Ekowisata 5

Komunikasi Pemasaran 7

Promosi 8

Jenis Media Promosi 10

Kekuatan Pesan Media Promosi (AIDA) 11

Kerangka Pemikiran 12

Hipotesis 14

Definisi Operasional 14

PENDEKATAN LAPANGAN 17

Metode Penelitian 17

Lokasi dan Waktu 17

Teknik Pengumpulan Data 17

Teknik Pengolahan dan Analisis Data 18

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19

Gambaran Umum Kawasan TNUK 19

Sejarah dan Status Kawasan 20

Deskripsi Kawasan Wisata TNUK 22

Struktur Organisasi TNUK 23

Obyek Wisata TNUK 23

Pengunjung TNUK 25

Masyarakat Lokal 26

Aturan Pengunjung TNUK 27

HUBUNGAN MEDIA PROMOSI DENGAN KEBERHASILAN

EKOWISATA TAMAN NASIONAL UJUNG KULON 29

Kekuatan Pesan Media Promosi 29

Penggunaan Jenis Media Promosi 31

Penilaian Penilaian Frekuensi penerimaan pesan 32

Keberhasilan Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon 32 Hubungan Kekuatan Media Promosi pada Website dengan Keberhasilan

EkowisataTaman Nasional Ujung Kulon 35

Hubungan Kekuatan Media Promosi pada Leaflet dengan Keberhasilan

Ekowisata TamanNasional Ujung Kulon 36

Hubungan Kekuatan Media Promosi pada Facebook dengan Keberhasilan

EkowisataTaman Nasional Ujung Kulon 38

Hubungan Kekuatan Media Promosi pada Poster dengan Keberhasilan


(14)

Hubungan Jenis Media Promosi dengan Keberhasilan Ekowisata 40 Hubungan Frekuensi Penerimaan Pesan dengan Keberhasilan EkowisataTaman

Nasional Ujung Kulon 41

SIMPULAN DAN SARAN 42

Simpulan 43

Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 44

LAMPIRAN 47


(15)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon menurut bulan dan

asal tahun 2013 26

2 Jumlah dan persentase responden berdasarkan variabel kekuatan pesan media attention di Taman Nasional Ujung Kulon tahun 2014 29 3 Jumlah dan persentase responden berdasarkan variabel kekuatan pesan

media interest di Taman Nasional Ujung Kulon tahun 2014 30 4 Jumlah dan persentase responden berdasarkan variabel kekuatan pesan

media desire di Taman Nasional Ujung Kulon tahun 2014 30 5 Jumlah dan persentase responden berdasarkan variabel kekuatan pesan

media action di Taman Nasional Ujung Kulon tahun 2014 31 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan variabel jenis media

promosi di Taman Nasional Ujung Kulon tahun 2014 31 7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan variabel penilaian

tentang frekuensi penerimaan pesan media promosi di Taman Nasional

Ujung Kulon tahun 2014 32

8 Jumlah dan persentase responden berdasarkan variabel keberhasilan ekowisata di Taman Nasional Ujung Kulon tahun 2014 33 9 Nilai signifikansi dan koefisien korelasi antara kekuatan pesan media

promosi pada website dengan keberhasilan ekowisata di Taman

Nasional Ujung Kulon tahun 2014 35

10 Nilai signifikansi dan koefisien korelasi antara kekuatan pesan media promosi pada leaflet dengan keberhasilan ekowisata di Taman Nasional

Ujung Kulon tahun 2014 37

11 Nilai signifikansi dan koefisien korelasi antara kekuatan pesan media promosi pada facebook dengan keberhasilan ekowisata di Taman

Nasional Ujung Kulon, tahun 2014 38

12 Nilai signifikansi dan koefisien korelasi antara kekuatan pesan media promosi pada poster dengan keberhasilan ekowisata di Taman Nasional

Ujung Kulon, tahun 2014 39

13 Nilai signifikansi dan koefisien korelasi antara jenis media promosi dengan keberhasilan ekowisata di Taman Nasional Ujung Kulon, tahun

2014 40

14 Nilai signifikansi dan koefisien korelasi antara frekuensi penerimaan pesan dengan keberhasilan ekowisata di Taman Nasional Ujung Kulon,

tahun 2014 41

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran hubungan media promosi dengan keberhasilan

ekowisata TNUK 12

2 Struktur organisasi Balai TNUK 22

3 Bagan alur perijinan memasuki TNUK rute jalur darat dan laut menuju kawasan ekowisata TNUK


(16)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Sketsa lokasi penelitian 47

2 Kuesioner penelitian 48

3 Rute jalur darat dan laut menuju kawasan ekowisata TNUK 53

4 Foto objek wisata TNUK 54

5 Media promosi TNUK 55


(17)

(18)

(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi, yang berupa sumberdaya alam. Indonesia juga memiliki potensi keindahan alam dan kekayaan budaya yang bernilai tinggi dalam pasar industri ekowisata. Menurut Damanik dan Weber (2006) dalam Yassiranda (2011) ekowisata merupakan kegiatan wisata yang menaruh perhatian besar terhadap kelestarian sumberdaya pariwisata. Undang-undang No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan mendefinisikan wisata sebagai kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan diri, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Undang-undang tersebut juga mendefinisikan pariwisata sebagai berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan Pemerintah Daerah.

Terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 33 Tahun 2009 tentang pedoman Pengembangan Ekowisata di daerah, telah mendorong Pemerintah Daerah untuk Pengembangan Ekowisata yang belakangan ini telah menjadi trend

dalam kegiatan kepariwisataan di Indonesia. Secara garis besar, peraturan ini menjelaskan bahwa ekowisata merupakan potensi sumberdaya alam, lingkungan, serta keunikan alam dan budaya yang dapat menjadi salah satu sektor unggulan daerah yang belum dikembangkan secara optimal. Yoeti (2008) seperti dikutip Hijriati (2013) mengemukakan bahwa ekowisata sebagai kegiatan pariwisata memberikan dampak pada berbagai aspek kehidupan, yaitu aspek ekologi, sosial dan ekonomi.

Menurut Damanik dan Weber (2006) ekowisata merupakan suatu konsep pariwisata yang mencerminkan wawasan lingkungan dan kelestarian lingkungan. Secara umum pengembangan ekowisata harus dapat meningkatkan kualitas hubungan antar manusia, meningkatkan kualitas hidup masyarakat setempat dan menjaga kualitas lingkungan. Pengelolaan sumber daya alam perlu dilakukan untuk menjamin pemanfaatan secara bijaksana dan berkesinambungan dengan tetap memelihara dan meningkatan kualitas nilai serta keanekaragamannya. Kegiatan ekowisata mendorong masyarakat mendukung dan mengembangkan kegiatan konservasi. Untuk itu, pengembangan ekowisata dapat memberikan dampak positif terhadap pelestarian lingkungan dan budaya asli setempat yang pada akhirnya diharapkan akan mampu menumbuhkan jati diri dan rasa bangga antar penduduk setempat yang tumbuh akibat peningkatan ekowisata. Keberhasilan ekowisata suatu negara sangat bergantung pada seberapa besar dan gencarnya kegiatan komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan pihak-pihak terkait.

Komunikasi pemasaran (marketing communication) berkembang dari salah satu bauran pemasaran (marketing mix) yaitu promosi. Menurut Shimp (2003), komunikasi pemasaran terpadu atau integrated marketing communication (IMC) adalah proses pengembangan dan implementasi berbagai bentuk program


(20)

2

komunikasi persuasif kepada pelanggan dan calon pelanggan, dalam hal ini adalah wisatawan dan calon wisatawan (wisatawan potensial) secara berkelanjutan.

Promosi atau promotion berasal dari bahasa latin, yang terdiri dari dua kata yaitu “Pro” dan “Movere”. Pro berarti maju dan movere berarti bergerak. Jadi promosi maknanya ialah membuat sesuatu tampak terbuka dan hidup senantiasa (Effendy 1986). Promosi merupakan suatu kegiatan komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi kepada khalayak tentang sesuatu yang dijadikan bahan promosi agar khalayak merasa tertarik atau bertambah informasinya. Promosi merupakan salah satu rangkaian kegiatan pemasaran suatu produk atau pelayanan jasa. Oleh karena itu berbagai informasi yang disampaikan melalui promosi diharapkan dapat memperkenalkan kepada masyarakat konsumen agar mengetahui apa yang telah diperkenalkan. Media promosi yang dapat digunakan untuk mempromosikan ekowisata adalah Website, Facebook, Twitter, Google, poster, brosur, roll up banner, direct mail, kaos, topi, gantungan kunci, dan pin. Salah satu tujuan dikembangkan ekowisata adalah untuk menggerakkan aktivitas ekonomi pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan, pemberdayaan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungannya.

Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon secara administrasi terletak di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten. Taman nasional merupakan salah satu kawasan konservasi yang mengandung aspek pelestarian dan aspek pemanfaatan sehingga kawasan ini dapat dimanfaatkan untuk pengembangan ekowisata dan minat khusus. Kedua bentuk pariwisata tersebut yaitu ekowisata dan minat khusus sangat prospektif dalam penyelamatan ekosistem hutan. Pengembangan kawasan seperti inilah yang menguntungkan bagi kelestarian hutan. Taman Nasional Ujung Kulon atau biasa disingkat TNUK adalah salah satu ekowisata yang terletak di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten. Secara geografis Taman Nasional Ujung Kulon terletak antara 102º02’32” - 105º37’37” BT dan 06º30’43” - 06º52’17” LS. Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon mempunyai objek wisata alam yang sangat indah yaitu Pulau Panaitan, Pulau Handeuleum, Pulau Peucang, Semenanjung Ujung Kulon, dan Gunung Honje. Kelima objek wisata tersebut memiliki keindahan alam yang berbeda. Jumlah pengunjung yang datang ke tempat ekowisata TNUK dapat dikatakan normal ketika pertengahan tahun pada saat liburan, pada pertengahan tahun ini pengunjung melakukan rekreasi alam.

Berdasarkan data statistik Balai Taman Nasional Ujung Kulon tahun 2012, jumlah pengunjung dalam negeri Taman Nasional Ujung Kulon tahun 2008 sebanyak 1 834, tahun 2009 sebanyak 2 940, tahun 2010 sebanyak 4 595, tahun 2011 sebanyak 5031, dan tahun 2012 sebanyak 6598 orang. Jumlah pengunjung luar negeri Taman Nasional Ujung Kulon pada tahun 2008 sebanyak 677, pada tahun 2009 sebanyak 552, tahun 2010 sebanyak 831, tahun 2011 sebanyak 698, dan tahun 2012 sebanyak 835 orang. Setiap tahun jumlah pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon meningkat, kecuali wisatawan luar negeri pada tahun 2009 dan tahun 2011 menurun. Salah satu yang menyebabkan meningkat dan menurunnya jumlah pengunjung adalah kekuatan pesan media promosi dan penggunaan media promosi yang digunakan oleh Taman Nasional Ujung Kulon. Oleh karena itu penting untuk diteliti bagaimanakah hubungan media promosi dengan keberhasilan ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon ?


(21)

3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Bagaimana hubungan antara kekuatan pesan media promosi dengan

keberhasilan ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon?

2. Bagaimana hubungan antara penggunaan media promosi dengan keberhasilan ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon?

Tujuan Penulisan

Tujuan Penelitian ini secara umum adalah untuk menganalisis ”Pentingnya Media Promosi Terhadap Perkembangan Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon” dan secara khusus bertujuan untuk :

1. Menganalisis hubungan antara kekuatan pesan media promosi dengan keberhasilan ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon.

2. Menganalisishubungan antara penggunaan media promosi dengan keberhasilan ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon.

Manfaat Penulisan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang terkait dengan masalah pengaruh media promosi terhadap perkembangan ekowisata, khususnya kepada :

1. Peneliti untuk menambah pengetahuan tentang pengaruh media promosi terhadap perkembangan ekowisata, untuk kalangan akademisi yang dapat memperoleh koleksi terbaru penelitian yang akan menambah pengetahuan tentang pengaruh media promosi terhadap perkembangan ekowisata. 2. Kalangan non akademisi, seperti perusahaan bermanfaat menjadi bahan

pertimbangan dan data untuk mengevaluasi penerapan pengaruh media promosi terhadap perkembangan ekowisatanya yang telah dilaksanakan oleh perusahaan tersebut sudah efektif atau belum.

3. Bagi pengelola wisata Taman Nasional Ujung Kulon mendapat informasi mengenai pentingnya media promosi dalam mempromosikan ekowisata, pengaruh media promosi terhadap keberhasilan ekowisata, dan memberikan informasi bahwa melibatkan masyarakat sekitar juga penting guna memberdayakan masyarakat sekitar, agar wisata Taman Nasional Ujung Kulon bisa dikatakan ekowisata dan masyarakat sekitar sejahtera.


(22)

(23)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Ekowisata

Ekowisata adalah bentuk industri pariwisata berbasis lingkungan yang memberikan dampak kecil bagi kerusakan alam dan budaya lokal sekaligus menciptakan peluang kerja dan pendapatan serta membantu kegiatan konservasi alam itu sendiri (Damanik dan Weber 2006). Adapun tiga konsep dasar yang lebih operasional tentang ekowisata, yaitu sebagai berikut:

1. Perjalanan outdoor di kawasan alam yang tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.

2. Wisata ini mengutamakan penggunaan fasilitas transportasi yang diciptakan dan dikelola masyarakat kawasan wisata itu.

3. Perjalanan wisata ini menaruh perhatian besar pada lingkungan alam dan budaya lokal.

Responsible tourism dikenal juga sebagai pariwisata yang bertanggung jawab. Konsep ini merupakan hasil evolusi dan pengembangan dari konsep-konsep terdahulu, seperti sustainable tourism (pariwisata berkelanjutan) dan

ecotourism (ekowisata). Tujuan yang ingin dicapai oleh responsible tourism sama dengan kedua konsep sebelumnya yaitu pariwisata yang berusaha meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat. Responsible tourism lebih menekankan pilihan yang diambil oleh konsumen dalam menentukan tujuan wisata, akomodasi, model transportasi dan cara melakukan perjalanan, misalnya memilih mengatur sendiri perjalanannya dibandingkan mengikuti kelompok tur.

Responsible tourism juga menekankan kesadaran wisatawan itu sendiri untuk meminimalkan dampak-dampak negatif dari kunjungannya ke suatu tempat. Mass tourism atau yang biasa dikenal dengan pariwisata massal adalah tindakan mengunjungi sebuah tujuan (tempat wisata) dengan jumlah besar orang pada satu waktu, dan studi efek bahwa sejumlah besar orang dapat memiliki tujuan tertentu, atau tujuan tertentu yang telah terpapar oleh wisatawan tunggal telah ada berulang kali. Wisata ini juga membantu bisnis lain seperti layanan telekomunikasi (Damanik dan Weber 2006).

Edu-tourism atau pariwisata pendidikan merupakan suatu program di mana peserta kegiatan wisata melakukan perjalanan wisata pada suatu tempat tertentu dalam suatu kelompok dengan tujuan utama mendapatkan pengalaman belajar secara langsung terkait dengan lokasi yang dikunjungi. Program pariwisata pendidikan dapat berupa ekowisata (ecotourism), wisata warisan (heritage tourism), wisata pedesaan/pertanian (rural/farmtourism), wisata komunitas (community tourism) dan pertukaran siswa antar institusi pendidikan (student exchanges). Menurut penelitian Himawan dkk (2007) atribut yang dianggap penting oleh pengunjung dan dinilai sudah sesuai dengan yang diharapkan adalah kualitas agrowisata, penetapan harga dilihat dari persepsi mutu (84.48%), penetapan harga berdasarkan segmen pelanggan (81.19%), kompetensi karyawan (81.14%), kesigapan dalam melayani pengunjung (81.97%), keramahan terhadap pengunjung (84.79%), kelengkapan fasilitas (78.06%), tanggapan terhadap keluhan pengunjung (83.33%). Menurut undang-undang Republik Indonesia No.9/1990 dalam Ikhsani (2005) menyatakan tentang kepariwisataan, pariwisata


(24)

6

mengandung arti segala sesuatu yang berhubungan dengan perjalanan atau sebagian dari kegiatan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata serta usha-usaha yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. Gunawan dkk (2007) mengungkapkan dampak positif dari kegiatan ekowisata di TNAP (Taman Nasional Alas Purwo) adalah tersedianya lapangan kerja bagi tenaga kerja lokal, masyarakat sekitar jadi memiliki pekerjaan setelah adanya TNAP, tersedianya kesempatan berusaha, seperti membuka toko untuk berjualan menjual kaos atau makanan oleh-oleh yang gampang terjangkau pengunjung TNAP, meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap taman nasional, dan meningkatnya Pendapatan Asli Daerah dari sektor pariwisata. Dampak negatif dari kegiatan ekowisata yang potensial di TNAP adalah vandalisme, pembangunan sarana yang tidak ramah lingkungan, terganggunya satwa liar, dan menurunnya kualitas lingkungan. Dalam penelitian Setyahadi dkk (2012) lima aspek kunci dalam ekowisata berbasis masyarakat, yaitu pengelolaan ekowisata dilakukan oleh masyarakat setempat, local ownership,

sarana akomodasi disediakan oleh penduduk setempat, pemandu adalah orang setempat, serta perintisan, pengelolaan dan pemeliharaan menjadi tanggung jawab masyarakat setempat. Begitu pula menurut Saifullah dan Harahap (2013) bahwa dari pengenalan tentang ekowisata mempunyai nilai-nilai konservasi atau perlindungan, 85% responden memahami hal tersebut. Untuk pemberdayaan masyarakat, 67% memahami ekowisata harus disertai dengan pemberdayaan dan partisipasi masyarakat.

Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias (2009), keberhasilan pelaksanaan wisata alam yang berbasis ekowisata dipengaruhi oleh 5 (lima) faktor utama, yaitu ;

1. Objek wisata

Objek wisata bisa diartikan sebagai sesuatu yang memiliki daya tarik dan mengundang orang untuk datang yang mempunyai nilai dan biasa disebut atraksi. Faktor ini adalah bahan jualan dalam kegiatan pasar kepariwisataan. 2. Penikmat wisata

Penikmat wisata adalah orang orang yang sengaja melakukan perjalanan ke tempat tempat tertentu guna menikmati setiap daya tarik keindahan dan gejala gejala alam yang menarik. Dalam struktur pasar, faktor ini bisa diasumsikan pembeli.

3. Penyedia/pengelola wisata

Setiap penyedia atau pengelola wisata secara tidak langsung terkategori sebagai penjual. Faktor ini harus memahami dengan jelas bahwa penataan areal wisata seperti pembangunan sarana prasarana wisata tidak boleh mengabaikan faktor ekologi. Demi memperoleh uang tiket dari pengunjung sebanyak-banyaknya, kerapkali pengusaha dan pemerintah setempat berpikir pendek dalam pengembangan pariwisata. Misalnya, daerah hutan disulap menjadi penginapan dan menghilangkan sifat alamiah objek tersebut.

4. Masyarakat lokal

Pengembangan kegiatan wisata dengan konsep ekowisata tidak menghilangkan dan membatasi ruang bagi masyarakat untuk ikut terlibat langsung dalam pengelolaan kegiatan dimaksud. Masyarakat diharapkan berada pada ruang yang sama dengan para pemegang kepentingan, bahkan dalam beberapa aspek tertentu, masyarakat bisa menjadi pihak pengelola


(25)

7 wisata. Misalnya, penyediaan penginapan, jasa pemandu wisata dan lain sebagainya. Pada beberapa lokasi, pengelolaan objek wisata alam sudah menerapkan konsep ekowisata berbasis komunitas (community-based ecotourism) yang mengedepankan peran utama masyarakat didalamnya. 5. Perangkat hukum/kearifan lokal

Manusia adalah makhluk yang dinamis, bisa berubah pada saat kapanpun dengan sangat tidak terduga. Pelaku wisata yang terdiri dari penikmat wisata, penyedia/pengelola wisata dan masyarakat lokal adalah manusia dengan kecenderungan seperti itu,sehingga, proses pengembangan wisata bisa saja bergeser dengan dari standar ekowisata. Keberadaan perangkat hukum dan kearifan lokal baik secara tertulis maupun tidak tertulis setidaknya bisa mengantisipasi efek negatif dari keadaan demikian.

Komunikasi Pemasaran

Komunikasi berasal dari bahasa latin “communicare” yang berarti “berpartisipasi” atau memberitahukan” (Mardikanto 2010). Menurut Pareno (2002) komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari seseorang individu (komunikator) kepada individu lain (komunikan). Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan:

1. membangun hubungan antar sesama manusia; 2. melalui pertukaran informasi;

3. untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; 4. serta berusaha mengubah sikap dan tingkah laku orang lain.

Effendy (2003) menyebutkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu. Komponen-komponen komunikasi yang sesuai dengan pendapat tersebut, yaitu:

a. Komunikator : orang yang menyampaikan pesan b. Pesan : pernyataan yang didukung oleh lambang c. Media : sarana atau saluran yang mendukung pesan d. Komunikan : orang yang menerima pesan

e. Efek : dampak sebagai pengaruh dari pesan.

Shimp (2003) menjelaskan bahwa elemen-elemen dalam proses komunikasi meliputi: pengirim (Sender), penerima (receiver), dan media serta empat elemen lainnya yang merupakan fungsi komunikasi yaitu encoding

(memberi kode), decoding (menerima kode), respone dan feedback serta elemen terakhir yaitu noise. Dari uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi merupakan penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari komunikator kepada komunikan melalui media tertentu dan menghasilkan dampak-dampak tertentu pula. Seorang komunikator harus tau apa yang mereka jangkau dan bagaimana tanggapan yang mereka inginkan. Dia juga harus mengerti bagaimana menyampaikan pesan dengan baik agar dapat dimengerti oleh khalayak umum sebagai sasaran mereka, mereka juga harus menyediakan umpan


(26)

8

balik sehingga mereka dapat mengerti bagaimana tanggapan khalayak terhadap pesan yang mereka sampaikan.

Menurut Morissan (2007) yang termasuk dalam komunikasi pemasaran adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menciptakan kesadaran atau pengetahuan mengenai produk dengan berbagai atributnya, menginformasikan kelebihan produk, menciptakan citra produk atau citra positif, preferensi, dan keinginan membeli produk bersangkutan. Tujuan komunikasi mengacu pada apa yang ingin dicapai perusahaan atau organisasi dengan program promosi yang dilakukan.

American Marketing Association dalamTjiptono (2008) mendefinisikan pemasaran sebagai fungsi organisasi dan serangkaian proses menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyampaikan nilai bagi para pelanggan, serta mengelola relasi pelanggan sedemikian rupa sehingga memberikan manfaat bagi organisasi dan para stakeholdernya. Menurut Kotler (2002), pemasaran adalah suatu proses sosial yang di dalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang dibutuhkan dan diinginkan dengan menciptakan, menawarkan dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain.

Pemasaran wisata berbeda dengan pemasaran produk-produk pada umumnya. Konsep pariwisata bisa dikatakan sebuah konsep yang termasuk dalam bidang jasa, dimana dalam hal ini pariwisata sangat berhubungan dengan keramah-tamahan dan kesenangan. Merupakan hal yang sangat penting untuk dapat menjalin saling pengertian antara produsen, konsumen serta seluruh stakeholder terkait. Menurut Marpaung (2002), dasar utama dari pemasaran wisata adalah konsep marketing. Konsep ini merupakan customer-oriented philosophy

yang dilaksanakan dan diintegrasikan dalam suatu organisasi agar dapat melayani konsumen dengan lebih baik daripada apa yang dilakukan pesaing, selain untuk mencapai target khusus perusahaan, sedangkan menurut Damanik dan Webber (2009), penawaan yang diberikan kepada wisatawan adalah jasa dan produk. Salah satu yang mempengaruhi kegiatan komunikasi pemasaran yaitu frekuensi dalam penyampaian pesan. Menurut penelitian Chairunnisa (2013) bahwa frekuensi penerimaan pesan adalah banyaknya atau tingkat keseringan pengunjung dalam menerima/mengakses informasi mengenai Taman Nasional Ujung Kulon melalui media-media promosi yang digunakan dalam pemasaran Taman Nasional Ujung Kulon.

Promosi

Michael (1982) mendefinisaikan promosi sebagai “the coordination of all seller-iniated efforts to setup channels of information and persuasion to sell goods

and services or promote an idea” (koordinasi dari seluruh upaya yang dimulai pihak penjual untuk membangun berbagai saluran informasi dan persuasi untuk menjual barang dan jasa atau memperkenalkan suatu gagasan). Walaupun antara perusahaan dan konsumen secara implisit berlangsung pada setiap unsur atau bagian dari marketing mix sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, namun sebagian besar komunikasi perusahaan berlangsung sebagai bagian dari suatu program promosi yang diawasi dan direncanakan dengan hati-hati. Instrumen


(27)

9 dasar yang digunakan untuk mencapai tujuan komunikasi perusahaan disebut dengan bauran promosi.

Secara tradisional, bauran promosi mencakup empat elemen, yaitu iklan, promosi penjualan, publikasi/humas, dan personal selling. Namun George dan Michael Belch menambahkan dua elemen dalam promotional mix, yaitu direct marketing dan interactive media. Dua elemen yang terakhir ini telah digunakan secara luas oleh pengelola pemasaran dewasa ini untuk berkomunikasi dengan khalayak sasarannya sebagaimana empat elemen sebelumnya. Masing-masing elemen dari promotional mix tersebut dipandang sebagai suatu instrumen komunikasi pemasaran terpadu yang memainkan peran penting dalam program IMC. Masing-masing elemen dapat menggunakan berbagai macam bentuk dan masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangannya (Michael 1982).

Bauran promosi (promotional mix’s) adalah kegiatan-kegiatan yang digunakan untuk memberitahu, membujuk, atau mengingatkan tentang produk wisata budaya. Bauran promosi yang dimaksud dalam penelitian ini diadaptasi dari pendapat Payne dalam Militina (2005), terdiri atas:

1. Periklanan (Advertising) adalah memperkenalkan produk wisata-wisata budaya yang menggunakan tulisan-tulisan, pesan dan Gambar yang menarik disurat kabar, majalah, tv, dan radio.

2. Penjualan personal (Personal Selling) adalah komunikasi langsung atau tatap muka antara wisatawan dengan perantara penjualan untuk menawarkan produk.

3. Hubungan masyarakat (Public Relations) adalah upaya komunikasi menyeluruh dari suatu perusahaan, agen dan pemerintah untuk mempengaruhi persepsi, opini, keyakinan, dan sikap wisatawan untuk mengunjungi/dan atau membeli produk wisata budaya, kegiatan public relations dapat dilakukan melalui seminar, sponsor, peringatan pariwisata tertentu dan berita.

4. Promosi penjualan (Sales Promotion) adalah suatu bentuk persuasi langsung melalui berbagai cara (kupon, diskon, kontes, undian dan sampel) untuk merangsang/meningkatkan penjualan.

5. Surat langsung (Direct Mail) adalah komunikasi langsung dari penjual/perantara dengan calon pelanggan melalui surat, undangan, pajangan,

leaflet, dan atau telepon untuk member informasi tentang produk.

6. Rekomendasi personal (Word of Mouth) adalah komunikasi langsung antar individu, individu dengan kelompok maupun antar kelompok, untuk menyampaikan informasi produk

Menurut penelitian Purnomo (2011) pelaksanaan promosi yang sudah mulai dilaksanakan secara intensif, terutama pada wilayah Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten. Kegiatan promosi dilakukan dengan bekerjasama dengan biro perjalanan wisata, lebih gencar dalam pembuatan brosur dan leaflet, dan melakukan promosi ke instansi maupun institusi pendidikan/sekolah-sekolah, sehingga secara kuantitatif Perum Perhutani Unit III mendapat jumlah kunjungan wisatawan serta pendapatan paling besar dibandingkan dengan unit lainnya. Kinerja harga (price) memiliki kinerja baik dengan persentase 71.85%, namun sama halnya dengan promosi, nilai ini masih di bawah batas skor optimal (skor 4 311 dari batas minimal 4 800). Menurut penelitian Purnomo (2011) promosi hanya mengandalkan kegiatan personal selling dari tenaga penjualan yang merangkap karyawan seadanya, serta beberapa kegiatan public relation dengan


(28)

10

masyarakat sekitar kawasan objek wisata alam seperti warung-warung termasuk

souvenir di dalam objek wisata. Strategi promosi ini relatif tidak berdampak nyata terhadap upaya untuk menarik wisatawan, terlebih wisatawan dari luar daerah dengan lokasi yang cukup jauh. Kegiatan promosi berupa promosi penjualan dan

direct marketing pada umumnya juga belum dilaksanakan secara maksimal. Dalam penelitian Hartono (2008) bahwa promosi kegiatan ekowisata di TNGGP secara keseluruhan sudah mencakup keempat komponen bauran promosi, yaitu periklanan, penjualan secara pribadi, hubungan masyarakat dan promosi penjualan.

Jenis Media Promosi

Duncan dkk (2011) mengemukakan pengertian strategi media sebagai

ideas about how media objectives will be accomplished through the selection of various combination of media (ide atau gagasan mengenai bagaiman tujuan media akan dicapai melalui seleksi berbagai kombinasi media). Setiap tujuan media dapat memiliki lebih dari satu strategi media. Strategi media menjelaskan antara lain bauran media (media mix) yang membahas mengenai media apa yang digunakan dan seberapa banyak. Untuk menentukan media yang paling tepat namun dengan harga yang paling efisien untuk menyampaikan pesan produk diperlukan pemahaman mendalam terhadap seluruh atribut yang dimiliki setiap media dan juga biaya yang dikeluarkan. Selain itu, dibutuhkan pemahaman menyeluruh mengenai target audiensi masing-masing media.

Media periklanan merupakan perangkat-perangkat yang dapat memuat pesan-pesan dari produsen yang ingin disampaikan kepada calon konsumen. Perancangan iklan yang baik harus didukung perancangan media yang tepat dan efektif agar tepat sasaran dan tujuan. Perancangan media pada dasarnya adalah suatu proses penyusunan tindakan yang menunjukkan pembangunan waktu dan tempat pemasangan iklan untuk mencapai tujuan pemasaran.

Secara umum jenis-jenis media yang tersedia dapat dikelompokkan menjadi media cetak, media elektronik, media luar ruang, dan media lini bawah. 1. Media cetak, yaitu media yang statis dan mengutamakan pesan-pesan dengan

sejumlah kata, Gambar, atau foto, baik dalam tata warna maupun hitam putih. Bentuk-bentuk iklan dalam media cetak biasanya berupa iklan baris, iklan

display, suplemen, pariwara, dan iklan layanan masyarakat. Jenis-jenis media cetak terdiri dari:

a. Surat kabar, keunggulannya: cakupan pasarnya luas dan bisa dalam lingkup nasional, regional, fleksibel, tepat waktu, diterima luas, sangat terpercaya. Kelemahannya: hanya dibaca dalam waktu yang singkat, kualitas reproduksi buruk, pembaca ganda terbatas, tata letak yang buruk dapat mengacaukan penglihatan pembaca, dan informasi yang berlebihan membuat pengaruh iklan berkurang, beberapa kelompok tidak dapat terjangkau, misalnya karena adanya pebedaan bahasa.

b. Majalah, keunggulannya: menjangkau segmen pasar tertentu yang spesifik dan terspesialisasi secara demografis atau geografis, terpercaya, mampu mengangkat produk yang diiklankan sejajar dengan persepsi khalayak terhadap prestise majalah yang bersangkutan, kualitas produk sangat bagus,


(29)

11 dapat digunakan sebagai media humas dan sales promotion. Kelemahannya: waktu edar sangat lambat dan biayanya mahal.

2. Media elektronik, media dengan teknologi elektronik dan hanya bisa digunakan bila ada jasa transmisi siaran. Bentuk-bentuk iklan dalam media elektronik biasanya berupa sponsorship, iklan partisipasi, seperti televisi dan radio. Media luar, yaitu media iklan (biasanya berukuran besar) yang dipasang di tempat-tempat terbuka seperti diginggir jalan, di pusat keramaian, atau tempat-tempat khusus lainnya, seperti di dalam bis kota, gedung, pagar tembok, dan sebagainya. Jenis-jenis media luar seperti billboard, baliho, poster, spanduk, umbul-umbul, transit (panel bis), balon raksasa, dan lain-lain. Menurut Masbuh (2008) cara yang dapat dilakukan untuk mempromosikan ekowisata yaitu dengan memanfaatkan media periklanan yang saat ini banyak digunakan para pelaku industri dari berbagai bidang untuk memasarkan produknya. Hal ini dikarenakan promosi melalui media periklanan sangatlah efektif dan efisien karena dapat memberikan informasi yang jelas terhadap produk pada segmen tertentu, menggunakan biaya rendah dan mempunyai daya bujuk (persuasif) yang kuat terhadap konsumen.

Kekuatan Pesan Media Promosi

Kekuatan pesan media promosi dapat dilihat dari unsur AIDA. AIDA merupakan singkatan dari Attention, Interest, Desire, dan Action yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan pemasaran. Dalam komunikasi pemasaran perlu dirumuskan tujuan yang ingin dicapai dari proses komunikasi pemasaran yang akan dilakukan.

1. Attention

Dalam attention ini seorang pemasar haruslah mampu membuat sebuah media informasi agar mengandung daya tarik bagi konsumen. Membuat suatu pernyataan yang mengungkap perhatian orang, membuat kata atau Gambar yang

powerful yang bisa menarik perhatian hingga orang berhenti dan memperhatikan isi pesan berikutnya.

Amstrong dan Kloter (2001) mengemukakan bahwasanya daya tarik (attention) haruslah mempunyai tiga sifat: (1) Harus bermakna (meaningful), menunjukkan manfaat-manfaat yang membuat produk lebih diinginkan atau lebih menarik bagi konsumen, (2) Pesan harus dapat dipercaya (believable), konsumen percaya bahwa produk tersebut akan memberikan manfaat seperti yang dijanjikan dalam pesan, (3) Distinctive, bahwa pesan iklan lebih baik dibanding iklan merek pesaing.

2. Interest

Interest adalah langkah setelah seorang pemasar mampu untuk membuat sebuah media informasi tersebut agar dapat mengandung daya tarik bagi konsumen, seorang pemasar haruslah memikirkan sebuah media informasi agar dapat mengandung minat bagi calon pelanggan atau konsumennya tersebut. Kebanyakan media informasi yang buruk melalaikan dalam melakukan tahapan ini, ditahap inilah sebenarnya target atau konsumen bersedia memberikan waktunya untuk membaca pesan dari pemasar lebih detail. Bangun minat pembaca


(30)

12

dengan memberikan janji solusi atas masalah atau harapan mereka. Cara yang baik adalah dengan menjelaskan fitur dan benefit. Jangan hanya memberikan fakta dan fitur saja, dan merasa pembaca akan berpikir sendiri benefit yang akan didapat, tetapi menjelaskan dengan sejelasnya benefitnya tersebut untuk meningkatkan interest. Assael (2002) menjelaskan mengenai interest yaitu munculnya minat beli konsumen tertarik terhadap objek yang dikenalkan oleh suatu pemasar. Minat pengunjung Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon sudah mulai tertarik dan bersedia membaca brosur atau melihat media promosi TNUK untuk lebih detail.

3. Desire

Desire adalah langkah yang harus dilakukan oleh seorang pemasar ialah memunculkan keinginan untuk mencoba atau memiliki, dimana dalam tahapan ini pemasar haruslah jeli atau pintar membaca target atau konsumen dalam tahapan ini. Langkah ini untuk membuktikan bahwa seorang pemasar mampu memberikan solusi yang tepat dalam melakukan sebuah keputusan bagi konsumen. Dalam tahap ini khalayak telah mempunyai motivasi untuk memiliki produk. Sampai pada tahap ini, seorang pemasar telah berhasil menciptakan kebutuhan calon pembeli. Sejumlah calon pembeli sudah mulai goyah dan emosinya mulai tersentuh. Namun demikian timbul perlawanan dalam diri calon pembeli berupa keraguan, benarkah produk atau jasa yang bersangkutan memberikan sesuatu seperti yang dijanjikan iklannya. Selain itu pada ekowisata TNUK yang meyakinkan pengunjung agar tidak ragu untuk mengunjungi ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon ini.

4. Action

Action adalah tahapan yang paling pusat, seorang pemasar haruslah sudah mengarah pada tindakan untuk membeli. Dalam tahapan action ini menjelaskan langkah apa yang dilakukan oleh seorang pemasar dalam menginginkan untuk pembaca atau target melakukan keputusan untuk mengunjungi ekowisata TNUK tersebut. Membimbing pembaca atau target karena pembaca atau target akan bertindak jika seorang pemasar menjelaskan langkah-langkahnya dan kadang juga perlu diinformasikan masalah harga untuk tindakan tersebut.

Tindakan action ini yaitu yang salah satu upaya terakhir untuk membujuk calon pengunjung agar sesegera mungkin melakukan tindakan untuk mengunjungi ekowisata TNUK, dari proses itu juga dengan memilih kata yang tepat agar calon pengunjung atau target melakukan respon sesuai dengan yang diharapkan adalah suatu pekerjaan yang sangat sulit. Harus digunakan kata perintah agar calon pengunjung bergerak. Pada tahap ini ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon harus sudah mengarahkan pengunjung agar mengambil aksi dalam keputusan.

Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ini menjelaskan hubungan antara variabel penelitian. Kekuatan pesan media promosi dan penggunaan media promosi diduga memiliki hubungan dengan keberhasilan ekowisata. Pengembangan ekowisata diperlukan strategi-strategi agar dapat mencapai keberhasilan dari ekowisata tersebut. Salah satunya yaitu merancang pesan media promosi yang memiliki karakteristik pesan terdiri dari attention, interest, desire, dan action.

Penggunaan media promosi yang meliputi jenis media promosi dan frekuensi penerimaan pesan diduga memiliki hubungan dengan keberhasilan


(31)

13 ekowisata. Jenis media promosi merupakan variasi atau jenis-jenis media yang digunakan oleh ekowisata dalam mengenalkan keunggulan dan keunikan yang dimiliki ekowisata tersebut sehingga diharapkan dapat menarik minat wisatawan. Frekuensi penerimaan pesan merupakan seberapa sering khalayak luas menerima informasi ekowisata TNUK melalui media promosi. Menurut Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Nias (2009), keberhasilan pelaksanaan wisata alam yang berbasis ekowisata dipengaruhi oleh faktor daya tarik objek wisata, kepuasan penikmat wisata, dan penataan sarana prasarana.

Daya tarik objek wisata merupakan ketertarikan pengunjung tentang objek wisata yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon. Kepuasan penikmat wisata merupakan tingkat perasaan seseorang atau pengunjung yang sesuai dengan harapan pengunjung setelah mengunjungi ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon. Penataan sarana prasarana wisata merupakan penataan areal wisata seperti pembangunan sarana prasarana wisata tidak boleh mengabaikan faktor ekologi. Masyarakat lokal adalah dimana masyarakat ikut terlibat langsung dalam pengelolaan ekowisata agar tidak terlepas dari konsep ekowisata. Kearifan lokal adalah suatu bentuk kearifan lingkungan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat ditempat ekowisata. Pada Gambar 1 disajikan kerangka pemikiran hubungan media promosi dengan keberhasilan ekowisata.

Gambar 1 Kerangka pemikiran hubungan media promosi dengan Keberhasilan Ekowisata

Keterangan :

: Berhubungan : Data Kualitatif

Tingkat Keberhasilan Ekowisata

 Daya Tarik Objek Wisata  Kepuasan Penikmat

Wisata

 Penataan Sarana Prasarana Tingkat Penggunaan Media

Promosi  Jenis media promosi

(Website, leaflet, facebook,

poster)

 Frekuensi penerimaan pesan Tingkat Kekuatan Pesan

Media Promosi  Attention

Interest

Desire

Action

 Masyarakat lokal  Kearifan lokal


(32)

14

Hipotesis

Berdasarkan kerangka analisis di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan nyata antara tingkat kekuatan pesan media promosi dengan tingkat keberhasilan ekowisata.

2. Terdapat hubungan nyata antara tingkat penggunaan media promosi dengan tingkat keberhasilan ekowisata.

Definisi Operasional

Penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang terbagi menjadi beberapa indikator. Masing-masing variabel dan indikator terlebih dahulu diberi batasan sehingga dapat ditentukan skala pengukurannya. Variabel-variabel tersebut dijelaskan sebagai berikut:

A. Kekuatan Pesan Media Promosi

Pada setiap tahapan dalam konsep AIDA dibagi menjadi: Tidak (Skor 1) dan Ya (Skor 2). Kekuatan Pesan Media Promosi diukur dengan skala ordinal.

1. Attention (perhatian) merupakan kekuatan pesan untuk menarik perhatian, diukur berdasarkan seberapa tinggi kekuatan pesan tersebut untuk dapat menarik perhatian pengunjung. Indikator pada Attention ini dibagi menjadi: Tidak (Skor 1) dan Ya (Skor 2). Perolehan skor tersebut kemudian dikategorikan sebagai berikut :

a. Rendah : Skor 5-7 b. Tinggi : Skor 8-10

2. Interest (ketertarikan) merupakan kekuatan pesan yang mampu membuat sebuah media promosi agar dapat mengandung daya tarik bagi pengunjung. Indikator pada Interest ini dibagi menjadi: tidak (Skor 1) dan Ya (Skor 2). Perolehan skor tersebut kemudian dikategorikan sebagai berikut :

a. Rendah : Skor 5-7 b. Tinggi : Skor 8-10

3. Desire (keinginan) merupakan kekuatan pesan dimana pengunjung harus dibuat tertarik dan terdorong agar mempunyai keinginan untuk berkunjung ke tempat ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon. Keinginan tersebut dapat dimunculkan dengan memberikan informasi mengenai keuntungan yang akan didapat dengan mengunjungi wisata yang diiklankan. Indikator pada Desire ini dibagi menjadi: 1 Tidak dan 2 Ya. Perolehan skor tersebut kemudian dikategorikan sebagai berikut :

a. Rendah : Skor 5-7 b. Tinggi : Skor 8-10

4. Action (Tindakan) merupakan suatu tindakan yang mengarahkan untuk berkunjung ke ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon. Indikator pada

Action ini dibagi menjadi: 1 Tidak dan 2 Ya. Perolehan skor tersebut kemudian dikategorikan sebagai berikut :


(33)

15 a. Rendah : Skor 5-7

b. Tinggi : Skor 8-10 B. Penggunaan Media Promosi

Penggunaan media promosi adalah media-media promosi yang digunakan dalam pemasaran Taman Nasional Ujung Kulon untuk menyebarkan informasi, mempengaruhi, dan membujuk khalayak agar datang mengunjungi Taman Nasional Ujung Kulon. Penggunaan media promosi diukur dengan jenis media promosi yang digunakan oleh responden dalam memperoleh informasi mengenai Taman Nasional Ujung Kulon dan Frekuensi penerimaan pesan melalui media promosi yang digunakan dalam pemasaran Taman Nasional Ujung Kulon.

Jenis Media Promosi

Jenis media promosi yang digunakan dalam pemasaran Taman Nasional Ujung Kulon dan jumlah dari media-media tersebut yang digunakan oleh responden dalam memperoleh informasi mengenai Taman Nasional Ujung Kulon. Penggunaan media promosi tersebut diukur berdasarkan jawaban responden mengenai jenis media yang digunakan responden dalam memperoleh informasi mengenai Taman Nasional Ujung Kulon. Jenis media promosi ini diukur dengan skala nominal. Indikator:

a. Ya diberi skor 2 b. Tidak diberi skor 1 Frekuensi Penerimaan Pesan

Frekuensi penerimaan pesan mengambarkan seberapa sering informasi mengenai ekowisata diterima oleh khalayak luas. Frekuensi penerimaan, diukur dengan skala ordinal. Indikator:

a. Tidak pernah, skor 1 b. Jarang, skor 2

c. Kadang-kadang, skor 3 d. Selalu, skor 4

Akumulasi skor dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu skor 4

– 7 dinilai rendah, skor 8 – 11 dinilai sedang, dan skor 12 – 16 dinilai tinggi.

C. Keberhasilan Ekowisata

1. Daya tarik objek wisata merupakan ketertarikan pengunjung tentang objek wisata yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon. Objek Wisata diukur berdasarkan ketertarikan wisatawan untuk berkunjung terhadap objek wisata yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon. Pengukuran menggunakan skala ordinal. Objek wisata dikategorikan sebagai berikut:

a. Tidak menarik diberi skor 1 b. Kurang menarik diberi skor 2 c. Menarik skor 3


(34)

16

Akumulasi skor dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu skor 5 – 12 dinilai rendah, dan skor 13 – 20 dinilai tinggi.

2. Kepuasan penikmat wisata merupakan tingkat perasaan seseorang atau pengunjung yang sesuai dengan harapan pengunjung setelah mengunjungi ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon. Kepuasan penikmat wisata diukur berdasarkan kepuasan pengunjung objek wisata tersebut. Pengukuran menggunakan skala ordinal. Indikator:

a. Tidak puas diberi skor 1 b. Kurang puas diberi skor 2 c. Puas skor 3

d. Sangat puas diberi skor 4

Akumulasi skor dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu skor 3 – 7 dinilai rendah, dan skor 8 – 12 dinilai tinggi.

3. Penataan sarana prasarana wisata merupakan penataan areal wisata seperti pembangunan sarana prasarana wisata tidak boleh mengabaikan faktor ekologi. Pengukuran menggunakan skala ordinal. Indikator :

a. Tidak setuju diberi skor 1 b. Kurang setuju diberi skor 2 c. Setuju diberi skor 3

d. Sangat Setuju diberi skor 4

Akumulasi skor dikategorikan menjadi dua kategori, yaitu skor 3 – 7 dinilai rendah, dan skor 8 – 12 dinilai tinggi.


(35)

17

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif dan didukung dengan data kualitatif untuk memperkaya analisis. Metode kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara mendalam dengan pihak pengelola dan pengunjung wisata Taman Nasional Ujung Kulon. Metode kuantitatif yang digunakan adalah penelitian survei. Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data primer. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksplanatif (explanatory research) dengan tujuan untuk menerangkan dan menguji hipotesis dari variabel-variabel penelitian. Penelitian eksplanatif memerlukan perencanaan. Perencanaan sangat diperlukan agar uraian tersebut benar-benar sudah mencakup seluruh persoalan dalam setiap fasenya. Perumusan persoalan yang tepat akan menunjukkan informasi macam apa yang sebenarnya diperlukan. Dengan metode eksplanatif, penelitian digunakan dengan jenis penelitian survei.

Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Wisata Taman Nasional Ujung Kulon di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten dengan alasan bahwa Taman Nasional Ujung Kulon merupakan suatu wisata yang berasal dari alam dan memberikan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar wisata Taman Nasional Ujung Kulon. Taman Nasional Ujung Kulon merupakan ekowisata yang mempunyai obyek wisata alam yang sangat menarik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan, dengan keindahan berbagai bentuk gejala dan keunikan alam berupa sungai dengan jeramnya, air terjun, pantai pasir putih,dan taman laut. Semua ini merupakan pesona alam yang sangat menarik dan unik untuk dikunjungi.Untuk perjalanan menuju Taman Nasional Ujung Kulon bisa ditempuh dari Pantai Carita dengan menggunakan speed boat atau kapal motor. Waktu penelitian lapangan dilaksanakan pada tanggal 3-10 Mei 2014.

Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh melalui kuisioner dan wawancara dengan pihak pengunjung wisata Taman Nasional Ujung Kulon. Kuisioner sebagai suatu daftar pertanyaan untuk memperoleh data berupa jawaban-jawaban dari para responden, serta ditujukan untuk memperoleh informasi yang relevan dengan tujuan penelitian. Selain wawancara terstruktur menggunakan kuisioner, pengumpulan data penelitian ini juga menggunakan wawancara mendalam dengan pihak pengelola dan pengunjung untuk mengkaji tentang komunikasi pemasaran yang dilakukan melalui media promosi dan tujuan


(36)

18

dari komunikasi pemasaran media promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola wisata Taman Nasional Ujung Kulon.

Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari dokumen yang ada dari kantor Taman Nasional Ujung Kulon. Responden pada penelitian ini merupakan responden yang dipilih berdasarkan teknik accidental sampling. Teknik tersebut dipilih karena populasi dalam penelitian ini tidak diketahui secara pasti dan bersifat heterogen. Teknik ini mengambil sampel responden wisatawan dalam negeri yang sedang berkunjung di lokasi penelitian pada saat penelitian dilakukan dengan unit analisisnya adalah individu. Populasi sampel pada penelitian ini adalah individu-individu yang datang sebagai pengujung yang telah mengetahui Taman Nasional Ujung Kulon dari media promosi yang ada di Taman Nasional Ujung Kulon tersebut. Responden berjumlah 50 pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon. Rensponden diwawancarai sesuai dengan kuesioner yang telah disusun (Lampiran 1).

Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan menggunakan kuesioner diolah secara kuantitatif dengan menggunakan Microsoft Excel 2007 dan SPSS for Windows

versi 17.0 agar lebih cepat, tepat, dan hasil pemrosesan data pun lebih terpercaya. Pengolahan data kuantitatif dilakukan dengan tabel frekuensi dan uji korelasi

Rank Spearman. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar dua variabel yang berskala ordinal. Selain analisis kuantitatif, dilakukan pula analisis data kualitatif sebagai pendukung data kuantitatif.Selain menggunakan uji korelasi Rank Spearman, variabel pada penelitian ini juga diuji menggunakan uji korelasi Chi-Square untuk melihat hubungan nyata antar variabel dengan data berbentuk nominal, yaitu jenis media promosi.


(37)

19

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon

Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon secara administrasi terletak di Kecamatan Sumur dan Cimanggu, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten. Secara geografis Taman Nasional Ujung Kulon terletak antara 102º02’32”

-105º37’37” BT dan 06º30’43”-06º52’17” LS (Balai Taman Nasional Ujung Kulon 2009). Berdasarkan SK Menteri Kehutanan No. 284/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992 tentang Perubahan Fungsi Cagar Alam Gunung Honje, Cagar Alam Pulau Panaitan, Cagar Alam Pulau Peucang, dan Cagar Alam Ujung Kulon seluas 78 619 Ha dan Penunjukan perairan laut di sekitarnya seluas 44 337 Ha yang terletak di Kabupaten Daerah Tingkat II Pandeglang, Propinsi Dati I Jawa Barat menjadi Taman Nasional dengan nama Taman Nasional Ujung Kulon maka luas kawasan TNUK adalah 122 956 Ha yang terdiri dari 78 619 hektar daratan dan 44 337 hektar perairan laut ( Balai Taman Nasional Ujung Kulon 2009).

Seluruh luas kawasan TNUK dibagi ke dalam tiga wilayah pengelolaan untuk memudahkan pengelolaan kawasan tersebut (Balai Taman Nasional Ujung Kulon, 2009). Pembagian wilayah tersebut yaitu:

1. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Panaitan, yang berkedudukan di Pulau Panaitan, tepatnya di daerah Legon Butun.

2. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II Pulau Handeuleum yang berkedudukan di Pulau Handeuleum.

3. Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III Sumur yang berkedudukan di Kecamatan Sumur, tepatnya di daerah Cibayoni.

Sebagaimana dikatakan di dalam Undang-Undang nomor 5 Tahun 1990, bahwa taman nasional adalah suatu kawasan pelestarian alam yang dikelola dengan sistem zonasi, maka zonasi Taman Nasional Ujung Kulon berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jendral PHKA Nomor: SK.100/IV-SET/2011 meliputi zona inti, zona rimba, zona perlindungan bahari, zona pemanfaatan, zona tradisional, zona rehabilitasi, zona religi, dan zona khusus.

Visi Taman Nasional Ujung Kulon adalah terwujudnya fungsi Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Warisan Alam Dunia dan Kawasan Strategis Nasional yang bermanfaat bagi masyarakat, dengan berlandaskan pada asas pelestarian ekosistemnya. Misi Taman Nasional Ujung Kulon adalah:

1. Memantapkan pengelolaan konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, khususnya mengembangkan populasi dan habitat Badak Jawa yang didukung oleh peran serta masyarakat dan para pihak sebagai kebanggaan masyarakat Banten.

2. Menyelenggarakan birokrasi yang ideal serta mengembangkan kemitraan dan pengelolaan secara partisipatif dalam rangka mewujudkan kawasan yang mantap secara legal formal dan diterima semua pihak.

3. Meningkatkan pemanfaatan berkelanjutan keanekaragaman hayati, situs budaya dan sejarah, jasa lingkungan, wisata alam yang menunjang peningkatan perekonomian masyarakat dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan penelitian.


(38)

20

4. Meningkatkan upaya perlindungan hutan dan penegakan hukum yang didukung masyarakat setempat dalam rangka menekan laju kerusakan hutan serta menjamin fungsi dan daya dukung lingkungan Taman Nasional Ujung Kulon.

Sejarah dan Status Kawasan

Kawasan Ujung Kulon pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli Botani Jerman, F. Junghun pada Tahun 1846, ketika sedang mengumpulkan tumbuhan tropis. Pada masa itu kekayaan flora dan fauna Ujung Kulon sudah mulai dikenal oleh para peneliti. Bahkan perjalanan ke Ujung Kulon ini sempat masuk di dalam jurnal ilmiah beberapa tahun kemudian, tidak banyak catatan mengenai Ujung Kulon sampai meletusnya Gunung Krakatau pada tahun 1883. Namun kemudian kedahsyatan letusan Krakatau yang menghasilkan gelombang tsunami setinggi kurang lebih 15 meter, telah memporak-porandakan tidak hanya pemukiman penduduk di Ujung Kulon, tetapi satwa liar dan vegetasi yang ada. Meskipun letusan Krakatau telah menyapu bersih kawasan Ujung Kulon, akan tetapi beberapa tahun kemudian diketahui bahwa ekosistem-vegetasi dan satwa liar di Ujung Kulon tumbuh baik dengan cepat.

Perkembangannya kemudian, beberapa areal berhutan ditetapkan sebagai kawasan yang dilindungi, secara berurutan yaitu sebagai berikut:

Tahun 1921, berdasarkan rekomendasi dari Perhimpunan The Netherlands Indies Society for The Protectin of Nature, Semenanjung Ujung Kulon dan P. Panaitan ditetapkan oleh Pemerintah Hindia Belanda sebagai Kawasan Suaka Alam melalui SK Pemerintah Hindia Belanda Nomor: 60 Tanggal 16 Nofember 1921. Tahun 1937, Besluit Van Der Gouverneur – General Van Nederlandch – Indie dengan keputusan Nomor: 17 Tanggal 24 Juni 1937 menetapkan status kawasan Suaka Alam tersebut kemudian diubah menjadi Kawasan Suaka Margasatwa dengan memasukkan P. Peucang dan P. Panaitan.

Tahun 1958, berdasarkan SK Menteri Pertanian Nomor: 48/Um/1958 Tanggal 17 April 1958 Kawasan Ujung Kulon berubah status kembali menjadi Kawasan Suaka Alam dengan memasukkan kawasan perairan laut selebar 500 meter dari batas air laut surut terendah.

Tahun 1967, melalui SK Menteri Pertanian Nomor: 16/Kpts/Um/3/1967 Tanggal 16 Maret 1967 Kawasan G. Honje Selatan seluas 10 000 Ha yang bergandengan dengan bagian Timur Semenanjung Ujung Kulon ditetapkan menjadi Cagar Alam Ujung Kulon.

Tahun 1979, melalui SK Menteri Pertanian Nomor: 39/Kpts/Um/1979 Tanggal 11 Januari 1979 Kawasan G. Honje Utara seluas 9 498 Ha dimasukkan ke dalam wilayah Cagar Alam Ujung Kulon.


(39)

21 Tahun 1992, melalui Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: 284/Kpts-II/1992 Tanggal 26 Februari 1992, U jung Kulon ditunjuk sebagai Taman Nasional Ujung Kulon dengan luas total 122 956 Ha terdiri dari kawasan darat 78 619 Ha dan perairan 44 337 Ha.

Dalam hal penegasan batas-batas hutan negara, perkembangan penataan batasnya adalah sebagai berikut:

Tahun 1980, dilaksanakan Tata Batas di Cagar Alam G. Honje, Berita Acara Tata Batas pada Tanggal 26 Maret 1980, dan disyahkan Tanggal 2 Februari 1982 oleh Menteri Pertanian.

Tahun 1995:

1. Dilaksanakan Rekonstruksi Batas Taman Nasional Ujung Kulon wilayah G. Honje oleh Badan Planologi Kehutanan.

2. Badan Planologi Kehutanan, Taman Nasional Ujung Kulon bekerjasama dengan Pemerintah New Zealand melaksanakan pemasangan sebanyak 6 (enam) yang terdiri dari 1 (satu) unit Rambu suar, dan 5 (lima) unit pelampung sebagai batas perairan laut.

Tahun 1999:

1. Badan Planologi Kehutanan melaksanakan pemasangan rambu suar kuning di Tj. Alang – alang dan pemancangan titik referensi di Tj. Sodong, Tj. Layar, Tj. Alang – alang, Tj. parat dan Tj. Cina.

2. Badan Planologi Kehutanan melaksanakan pengukuran batas alam pantai Semenanjung Ujung Kulon.

3. Sesuai SK Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 758/Kpts-II/1999 Tanggal 23 September 1999 menetapkan Kawasan Perairan Taman Nasional Ujung Kulon seluas 44337 Ha sebagai Kawasan Pelestarian Alam Perairan. Tahun 2004, Balai Pemantapan Kawasan Hutan ( BPKH ) Wilayah XI Jawa – Madura melaksanakan Rekonstruksi Batas Taman Nasional Ujung Kulon di daerah Gunung Honje. Kawasan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai kawasan yang dilindungi berdasarkan Undang-undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam dan Undang-undang No.41 tahun 1999 tentang Kehutanan, telah mendapat pengakuan sebagai kawasan yang penting dan dibanggakan secara nasional dan internasional, antara lain:

Tahun 1992, Komisi Warisan Dunia UNESCO menetapkan Taman Nasional Ujung Kulon sebagai Natural World Heritage Site dengan Surat Keputusan Nomor: SC/Eco/5867.2.409 Tanggal 1 Februari 1992. Sebagai Kawasan Strategis Nasional dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup (dalam Peraturan Pemerintah No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional). Sebagai Taman Nasional Model berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor SK 69/IV-Set/HO/2006 tanggal 3 Mei 2006 Tentang Penunjukan 20 (Dua Puluh) Taman Nasional Sebagai Taman Nasional Model.


(40)

22

Deskripsi Kawasan Wisata TNUK

Objek wisata TNUK merupakan salah objek wisata yang menarik yang ada di Kabupaten Pandeglang yang menyajikan keindahan alam, pantai serta laut yang indah dan masih sangat terjaga keasriannya karena kawasan tersebut merupakan kawasan konservasi. Objek wisata TNUK juga berpotensi untuk menjadi wisata alternatif selain Pulau Umang, Anyer, dan Tanjung Lesung yang selama ini dikenal dan selalu ramai dikunjungi baik oleh wisatawan mancanegara maupun nusantara. Suasana yang nyaman dan alami yang didukung dengan laut yang biru dan masih jernih serta pasir yang putih dapat memberikan sensasi relaksasi yang bisa membangkitkan semangat beraktivitas mereka kembali. Setiap pengunjung TNUK harus membayar tiket masuk sebesar Rp 3 000 untuk pengunjung nusantara dan Rp 20 000 untuk pengunjung mancanegara. Selain menawarkan wisata pantai yang indah, objek wisata juga dilengkapi dengan berbagai aktivitas wisata yang lain yaitu (1) Snorkling dan Diving di Ciharashas dan Cihandarusa, (2) Surfing di Legon Bajo, (3) tracking ke Karang Copong, Citerjun, dan tanjung layar, (4) melihat Banteng di padang, (5) Canoing di sungai Cigenter, (6) Penelitian dan Wildlife Viewing di sekitar Cigenter, dan (7) Ziarah ke Gua Sanghyangsirah. Walaupun terdapat banyak akses untuk mencapai lokasi objek wisata TNUK namun aksesibilitas yang sulit dan sebagian jalan yang rusak membuat akses menuju lokasi tidak dapat dijangkau dengan mudah. TNUK dapat dicapai melalui jalur darat dan laut. Jalur darat dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi, jasa travel atau angkutan umum. Jika menggunakan angkutan umum kita harus menggunakan bis jurusan Jakarta/Kalideres-Labuan atau Jakarta/Kp. Rambutan-Serang-Labuan, kemudian perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan angkutan umum minibus/elf jurusan Labuan-Sumur-Tamanjaya. Perjalanan menuju kawasan TNUK melalui jalur laut dapat dilakukan dengan menggunakan kapal sewaan (longboat atau slowboat) yang biasa disewakan di Labuan/Carita, Sumur, maupun Tamanjaya. Rute perjalanan laut menuju objek wisata TNUK bisa dilihat pada Lampiran 3.

Berbagai sarana dan prasarana yang disediakan objek wisata TNUK antara lain:

1. Kantor pusat informasi dan pelayanan di Resort Pulau Panaitan, Peucang, dan Handeuleum.

2. Penginapan tipe Flora A, Flora B, Fauna, dan Bivak di Resort Pulau Peucang.

3. Penginapan di Resort Pulau Handeuleum.

4. Dermaga untuk bersandarnya kapal kecil, speed boat atau long boat di Pulau Panaitan, Peucang, dan Handeuleum.

5. Shelter atau saung yang dapat digunakan sebagai tempat bersantai sambil menikmati pemandangan alam.

6. Koperasi Badak diperuntukkan bagi wisatawan untuk membeli peralatan mandi, makanan ringan, minuman dan kenang-kenangan dari TNUK. 7. Fasilitas lainnya yaitu, mushola, kantor petugas, dan MCK.


(41)

23 Struktur Organisasi TNUK

Balai Taman Nasional Ujung Kulon mempunyai struktur organisasi pelaksana berdasarkan SK. 384/IV-T.10/Peg/2008 tanggal 1 April 2008, sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 2.

Gambar 2 Struktur organisasi Balai Taman Nasional Ujung Kulon Obyek Wisata TNUK

Taman Nasional Ujung Kulon merupakan obyek wisata alam yang menarik dengan keindahan berbagai bentuk gejala dan keunikannya. Semuanya merupakan pesona alam yang sangat menarik untuk Anda kunjungi dan sulit ditemukan di tempat lain. Beberapa objek wisata yang ada di TNUK antara lain:

1. Pulau Peucang

Pulau Peucang merupakan salah satu pulau yang banyak dikunjungi para pengunjung. Bahkan karena keindahannya, beberapa pengunjung menjuluki pulau

ini sebagai ”Dream Island”. Pulau seluas 450 Ha ini memiliki laut dengan

gugusan karang dan kehidupan bawah laut yang indah sehingga sangat sesuai untuk kegiatan Snorkeling dan diving. Selain itu di pulau ini, kita pun dapat bercengkrama dengan rusa (Russa timorensis) dan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) yang banyak berkeliaran. Fasilitas wisata yang dapat dijumpai di pulau ini antara lain penginapan dan visitor centre. Pulau Peucang terdapat sebuah batu karang mati besar yaitu Karang Copong yang terdapat di Pulau Peucang


(42)

24

bagian Utara. Selain tracking ke Karang Copong, pengunjung akan melihat pemandangan sunset dengan latar belakang laut yang membentang indah. Melalui pulau ini kita dapat menuju lokasi wisata yang menarik lainnya seperti padang penggembalaan Cidaon dan Air terjun Citerjun. Pantai Pulau Peucang dapat dilihat pada Lampiran 4.

2. Padang Penggembalaan Cidaon

Kegiatan ini dilakukan dengan tracking dari Cidaon ke Cibunar, yang merupakan hutan pantai dan hutan hujan dataran rendah yang masih alami. Sepanjang jalan menuju lokasi, pengunjung dapat menemui berbagai macam burung dan vegetasi pakan Badak. Tracking ini merupakan perjalanan dari pantai utara menembus pantai selatan dengan perbedaan karakteristik yang menarik. Setelah sampai di padang penggembalaan Cibunar, pengunjung dapat menikmati atraksi kumpulan Banteng yang sedang merumput. Padang penggembalaan Cidaon dapat dilihat pada Lampiran 4.

3. Gua Sanghyangsirah

Gua Sanghyangsirah terletak di bagian barat Semenanjung Ujung Kulon. Setiap tahunnya terutama bulan Maulid dan Muharram tahun hijriyah, gua ini banyak dikunjungi para peziarah. Keberadaan Gua ini sangat erat dengan mitos dan legenda perjalanan hidup Kiansantang yang hidup pada masa Prabu Siliwangi di Kerajaan Padjajaran. Para pengunjung datang kesana untuk melihat makam yang ada di sana dan berziarah ke makam tersebut. Gua Sanghyangsirah dapat dilihat pada Lampiran 4.

4. Pantai Selatan

Kawasan ini membentang sepanjang pantai selatan semenanjung Ujung Kulon, mulai dari Cegog sampai Cibunar. Kawasan ini sangat tepat bagi pengunjung yang menyukai tracking, karena disamping areal perjalanan yang panjangnya kurang lebih delapan jam perjalanan dengan berjalan kaki, juga terdapat berbagai tantangan yang bervariasi seperti faktor cuaca, banyaknya nyamuk, dan tantangan lainnya. Sepanjang perjalanan tracking pengunjung dapat menikmati panorama alam pantai selatan yang indah. Panorama pantai selatan di TNUK dapat dilihat pada Lampiran 4.

5. Kepulauan Handeuleum

Kepulauan Handeuleum terdiri atas beberapa pulau diantaranya adalah Pulau Handeuleum besar, Handeuleum Tengah dan Handeuleum Kecil. Kekayaan jenis yang ada di ketiga pulau ini sangat beragam. Selain jenis-jenis mangrove, di ekosistem ini terdapat banyak burung, reptil, jenis-jenis biota air payau seperti udang dan kepiting bakau. Selain itu di kepulauan ini terdapat pula sungai-sungai seperti sungai Cigenter yang dapat disusuri dengan berkano (Canoeing). Pengunjung dapat bermalam di pulau Handeuleum, kemudian pada pagi hari menyusuri sungai-sungai yang mengalir di antara pulau-pulau sangat kecil di Handeuleum. Pengunjung dapat mengamati kehidupan liar pada hutan pantai dan hutan mangrove seperti burung, ikan, kepiting bakau, ular dan lain sebagainya. Kepulauan Handeuleum ini dapat dilihat pada Lampiran 4.

6. Pulau Panaitan

Pulau Panaitan terletak di sebelah barat laut pulau Peucang. Pulau seluas 17 500 Ha ini memiliki beberapa tempat diving seperti Legon Lentah dan Legon Kadam di Pantai Utara serta Legon Samadang dan Karang Jajar di Pantai Selatan


(43)

25 pulau ini. Selain itu terdapat pula lokasi yang sangat cocok untuk kegiatan surfing

antara lain di bagian dalam Teluk Kasuaris. Lokasi ini menjadi favorit para surfer

karena ombaknya yang cukup besar. Pulau Panaitan ini dapat dilihat pada Lampiran 4.

7. Habitat Owa Jawa Curug Cikacang

Curug Cikacang merupakan salah satu habitat Owa Jawa. Daerah ini dikelilingi oleh hutan primer dan hutan sekunder sehingga sering dijadikan sebagai tempat penelitian, pendidikan lingkungan dan pengembangan ilmu pengetahuan. Beberapa kegiatan penelitian yang sering dilakukan adalah pengamatan primata, pengamatan burung, dan penelitian berbagai macam tanaman obat. Habitat owa jawa curug cikacang ini dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon

Pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon umumnya memiliki usia berkisar antara 33-40 tahun. Hal tersebut disebabkan karena untuk mencapai kawasan wisata TNUK harus mengeluarkan biaya yang cukup besar dikarenakan aksesibiltas yang sulit dan jarak yang jauh dari kota, sehingga yang datang ke 45 kawasan TNUK mayoritas adalah usia dewasa dengan kehidupan yang sudah mapan dan mempunyai pendapatan yang tinggi. Daerah asal pengunjung yang dijadikan responden yakni Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Pandeglang, Serang, Pekanbaru, Sukabumi, Ciamis, Bandung, dan Madura. Kedatangan pengunjung ke TNUK sebagian besar dilakukan bersama teman (bersama kelompok/keluarga/Instansi). Hal ini menunjukkan bahwa TNUK sebagai tempat wisata banyak diminati pengunjung untuk berkumpul bersama teman, selain itu jika pengunjung datang ke TNUK secara sendiri akan menghabiskan biaya yang sangat besar karena semua biaya perjalanan harus ditanggung sendiri, sedangkan biaya yang harus dikeluarkan untuk berwisata ke TNUK cukup besar.

Jumlah pengunjung yang datang ke tempat ekowisata TNUK dapat dikatakan normal ketika pertengahan tahun pada saat liburan, pada pertengahan tahun ini pengunjung melakukan rekreasi alam. Jumlah pengunjung yang datang dapat dikatakan sepi pada saat hari kerja, dimana pengunjung yang datang melakukan penelitian atau mengunjungi TNUK bukan untuk rekreasi alam. Pada saat akhir tahun adalah puncak jumlah pengunjung TNUK mencapai kurang lebih 1000 pengunjung dalam satu bulan, karena pada akhir tahun libur panjang, banyak sekali pengunjung yang datang melakukan rekreasi alam, berkemah, dan ada juga yang melakukan penelitian. Banyaknya pengunjung yang datang ke tempat ekowisata TNUK karena adanya kegiatan promosi yang dilakukan dari pihak TNUK. Kegiatan promosi yang dilakukan TNUK salah satunya melalui media, seperti website, leaflet, facebook, dan poster, bahkan baru baru ini sudah ada aplikasi TNUKpedia yang dapat digunakan pada HP yang berbasis Android minimal versi 2.2 berisi informasi potensi TNUK, didalam aplikasi ini juga terdapat kamus elektronik TNUK. Selain itu kegiatan yang dilakukan oleh pihak TNUK untuk melakukan promosi dengan cara mengikuti pameran-pameran besar. TNUK juga membuat buletin 2 edisi di tahun 2013 ini, buletin ini berisi


(1)

56

Lampiran 6 Hasil Uji Statistik

Hubungan nyata antara kekuatan pesan media AIDA pada

website

Correlations

keberhasilan ekowisata

Awebsi e

Iwebsit e

Dwebsit

e

Acwebsit

e

Sp earman's rho

keberhasilan ekowisata

C orrelation Coefficien t

1.000 347*.

-.347* .

388** .

068 Si

g. (2-tailed)

. .

013

. 013

. 005

. 639

N 50 5

0

5 0

5 0

5 0

Awebsite

C orrelation Coefficien t

.347* 1

.000

-1.000**

. 912**

-.141 Si

g. (2-tailed)

.013 . . .

000

. 330

N 50 0 5 0 5 0 5 50

Iwebsite

C orrelation Coefficien t

-.347*

-1.000**

1 .000

-.912**

. 141 Si

g. (2-tailed)

.013 . . .

000

. 330

N 50 5

0

5 0

5 0

5 0

Dwebsite

C orrelation Coefficien t

.388** .

912**

-.912**

1 .000

-.041 Si

g. (2-tailed)

.005 .

000

.

000 .

. 778

N 50 5

0

5 0

5 0

5 0

Acwebsite

C orrelation Coefficien t

.068

-.141

. 141

-.041

1 .000 Si

g. (2-tailed)

.639 .

330

. 330

.

778 .

N 50 5

0

5 0

5 0

5 0 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(2)

57

Hubungan nyata antara kekuatan pesan media AIDA pada

facebook

Correlations keberhasila nekowisata A faceboo k I faceboo k D facebook A cfaceboo k S pearman' s rho keberhasila nekowisata C orrelation Coefficie nt

1.000 .

190 . 165 . 165 -.281* S ig. (2-tailed) . . 187 . 252 . 252 .0 48

N 50 5

0 5 0 5 0 5 0 Afacebook C orrelation Coefficie nt

.190 1

.000

.

436** .

436** .1

27 S

ig. (2-tailed)

.187 . .

002

. 002

.3 81

N 50 5

0 5 0 5 0 5 0 Ifacebook C orrelation Coefficie nt

.165 .

436** 1

.000

1

.000** .0

00 S

ig. (2-tailed)

.252 .

002 . .

1. 000

N 50 5

0 5 0 5 0 5 0 Dfacebook C orrelation Coefficie nt

.165 .

436** 1 .000** 1 .000 .0 00 S

ig. (2-tailed)

.252 .

002 . .

1. 000

N 50 5

0 5 0 5 0 5 0 Acfaceboo k C orrelation Coefficie nt

-.281* .

127 . 000 . 000 1. 000 S

ig. (2-tailed)

.048 .

381

1 .000

1

.000 .

N 50 5

0 5 0 5 0 5 0 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(3)

58

Hubungan nyata antara kekuatan pesan media AIDA pada

leaflet

Correlations keberhasilane kowisata

A

leaflet leaflet

D

leaflet

A cleaflet

Sp earman's rho

keberhasilane kowisata

C orrelation Coefficient

1.000 .

233 388** .

317* .

281*

Si g. (2-tailed)

. .

103 005

. 025

. 048

N 50 5

0 0

5 0

5 0

Aleaflet

C orrelation Coefficient

.233 .000 1 354* .

313* .

922**

Si g. (2-tailed)

.103 .

012

. 027

. 000

N 50 0 5 0 0 5 0 5

Ileaflet

C orrelation Coefficient

.388** .

354* .000

. 594**

. 416** Si

g. (2-tailed)

.005 .

012

. 000

. 003

N 50 5

0 0

5 0

5 0

Dleaflet

C orrelation Coefficient

.317* 313*.

594** 1

.000

. 372**

Si g. (2-tailed)

.025 .

027 000 .

. 008

N 50 5

0 0

5 0

5 0

Acleaflet

C orrelation Coefficient

.281* .

922** 416**

. 372**

1 .000 Si

g. (2-tailed)

.048 .

000 003

.

008 .

N 50 5

0 0

5 0

5 0 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).


(4)

59

Hubungan nyata antara kekuatan pesan media AIDA pada

poster

Correlations keberhasilan ekowisata

A poster poster

D poster

A cposter

Sp earman's rho

keberhasilan ekowisata

C orrelation Coefficien t

1.000 .

327* 281*

. 215

. 136 Si

g. (2-tailed)

. .

020 048

. 134

. 352

N 50 5

0 0

5 0

4 9

Aposter

C orrelation Coefficien t

.327* 1

.000 434** .

656** .

556**

Si g. (2-tailed)

.020 .

002

. 000

. 000

N 50 5

0 0

5 0

4 9

Iposter

C orrelation Coefficien t

.281* 434**.

.000

.

428** .

481**

Si g. (2-tailed)

.048 .

002

. 002

. 000

N 50 5

0 0

5 0

4 9

Dposter

C orrelation Coefficien t

.215 .

656** 428**

1 .000

. 921**

Si g. (2-tailed)

.134 .

000 002 .

. 000

N 50 0 5 0 0 5 9 4

Acposter

C orrelation Coefficien t

.136 .

556** 481**

. 921**

1 .000 Si

g. (2-tailed)

.352 .

000 000

.

000 .

N 49 4

9 9

4 9

4 9 *. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).


(5)

60

Hubungan nyata antara penilaian tentang frekuensi dengan keberhasilan ekowisata

Correlations

keberhasilane kowisata

penilaiantentangf rekuensi

Spearman' s rho

keberhasilanekowisata

Co rrelation Coefficien t

1.000 -.257 Sg.

(2tailed) . .072

N 50 50

penilaiantentangfrekuen si

Correlation

Coefficient -.257 1.000 Sig

. (2-tailed) .072 .


(6)

61

RIWAYAT HIDUP

Ratu Anna Rufaida dilahirkan di Rangkas Bitung pada tanggal 28

November 1991 anak ke dua dari dua bersaudara pasangan Tubagus Dedi

Humaedi dan Ratu Mustansyiroh. Pada tahun 2004 lulus dari pendidikan Sekolah

Dasar Negeri (SDN) 1 Caringin Labuan, kemudian melanjutkan ke Sekolah

Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Labuan dan lulus tahun 2007, selanjutnya

lulus dari Sekolah Menengah Umum Negeri (SMAN) 3 Pandeglang pada tahun

2010. Pada tahun 2010, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur

USMI (Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor) yang pada akhirnya

masuk ke Fakultas Ekologi dan Manusia, Departemen Sains Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat. Selama masa perkuliahan aktif dalam pengurus

HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-ilmu Komunikasi dan

Pengembangan Masyarakat) sebagai anggota divisi FOTOCINEMA (Fotografi

dan Cinematografi) periode 2011-2012 dan melanjutkan periode selanjutnya pada

tahun 2012-2013, penulis juga tergabung dalam komunitas KOLEKTIPS

pembuatan film pendek, dan pernah ikut bergabung pembuatan film purnabakti

dosen KPM pada tahun 2013, selain itu penulis pernah mendapatkan predikat

juara I lomba perkusi dalam ajang ESPENT 2011 tingkat fakultas. Penulis juga

pernah bergabung dengan kepanitiaan beberapa acara, diantaranya panitia HOT

(Himasiera Olah Talenta) 2011 sebagai divisi dokumentasi, panitia Himgos

(Himasiera

Goes to Public

) sebagai divisi dokumentasi, panitia PEM (Pekan

Ekologi Manusia) 2011 sebagai dokumentasi, dan panitia COMDAY

(

Communication Day

) sebagai dokumentasi.

Penulis anggota Paskibra IPB

mengibarkan bendera merah putih pada hari kemerdekaan Indonesia 17 Agustus

2010, dan pengibaran pada tgl 2 Mei 2011. Selain kepanitian penulis mengikuti

pelatihan-pelatihan fotografi dan cinematografi.