Potensi Hijauan pada Naungan Karet (Havea brasiliensis) dan Sengon (Albizia falcataria) di Kampus IPB Dramaga Bogor

POTENSI HIJAUAN PAKAN PADA NAUNGAN KARET
(Havea brasiliensis) DAN SENGON (Albizia falcataria) DI
KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR

HENDRAS DESI IRAWAN

DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Potensi Hijauan Pakan
pada Naungan Karet (Havea brasiliensis) dan Sengon (Albizia falcataria) di
Kampus IPB Dramaga Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Hendras Desi Irawan
NIM D24100075

ABSTRAK
HENDRAS DESI IRAWAN. Potensi Hijauan Pakan pada Naungan Karet (Havea
brasiliensis) dan Sengon (Albizia falcataria) di Kapus IPB Dramaga Bogor.
Dibimbing oleh M AGUS SETIANA dan IWAN PRIHANTORO.
Komponen utama dalam pengembangan ternak ruminansia adalah
ketersediaan lahan, ternak dan pakan. Alternatif lokasi dibutuhkan sebagai penyedia
hijauan pakan. Penelitian dilakukan di IPB menggunakan analisis komposisi botani,
kapasitas tampung, dan vegetasi. Tempat yang dipilih adalah kebun karet (Havea
brasiliensis) dan kebun Sengon (Albizia falcataria). Hasil analisis kapasitas
tampung kebun karet (Havea brasiliensis) 0.99 ST dan sengon (Albizia falcataria)
1.32 ST. Komposisi botani kebun karet (Havea brasiliensis) terdiri dari Panicum
brevifolium 11%, Centotheca longilamina 12,68%, Ottochloa nodosa 38.32% dan

komposisi botani kebun sengon (Albizia falcataria) terdiri dari Ottolcloa nodosa
26,86%, Axonopus affinis 39.11%, Oplismenus compositus 0,36%. Vegetasi kebun
karet (Havea brasiliensis) didominasi oleh Ottochloa nodosa dan Centotheca
longilamina sedangkan kebun sengon (Albizia falcataria) didominasi oleh
Axonopus affinis dan Ottochloa nodosa. Pencahayaan pada kebun sengon lebih
tinggi dari pada kebun karet dengan rataan pada kebun sengon sebesar 12018.67
Lumen dan kebun karet sebesar 4326 Lumen.
Kata kunci : Albizia falcataria, cahaya, Havea brasiliensis, kapasitas tampung

ABSTRACT
HENDRAS DESI IRAWAN. Forage Potential in The Shade of Rubber (Havea
brasiliensis) and Sengon (Albizia falcataria) on IPB Campus Dramaga Bogor.
Supervised by M AGUS SETIANA and IWAN PRIHANTORO.
The main component in the ruminant livestock development is availability of
land, cattle and feed. This time land for agriculture is very limited due to over the
function becomes non farm land making it difficult to get forage. Research
conducted on IPB using botanical composition analysis, carriying capacities, and
vegetation analysis. The place chosen is under the shade of the rubber plantation
and Albizzia plantation. The result of analysis rubber plant carriying capacity 0.99
AU and Albizzia 1.32 AU. Botanical composition rubber plantation consist of

Panicum brevifolium 11%, Centotheca longilamina 12.68%, Ottochloa nodosa
38.32%, and botanical composition of Albizia consist of Ottolcloa nodosa 26.86%,
Axonopus affinis 39.11%,Oplismenus compositus 0.36%. Rubber plantation
vegetation dominated by Centotheca longilamina and Ottochloa nodosa meanwhile
Albizzia plantation dominated by Ottochloa nodosa and Axonopus
affinis.Illumination of Albizzia plantation more than Havea plantation with average
in Albizzia 12018.67 Lumen and Havea plantation 4326 Lumen.
Keywords: Albizia falcataria, Havea brasiliensis, carriying capacities, illumination.

POTENSI HIJAUAN PAKAN PADA NAUNGAN KARET
(Havea brasiliensis) DAN SENGON (Albizia falcataria) DI
KAMPUS IPB DRAMAGA BOGOR

HENDRAS DESI IRAWAN

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan


DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Potensi Hijauan pada Naungan Karet (Havea brasiliensis) dan
Sengon (Albizia falcataria) di Kampus IPB Dramaga Bogor
Nama
: Hendras Desi Irawan
NIM
: D24100075

Disetujui oleh

Ir M Agus Setiana MS
Pembimbing I

Dr Iwan Prihantoro SPt MSi

Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Panca Dewi MHKS MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus: (

)

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Juli 2013 - Agustus 2013 dengan judul Potensi Hijauan
Pakan pada Naungan Karet (Havea brasiliensis) dan Sengon (Albizia falcataria) di
Kampus IPB Dramaga Bogor.
Hijauan pakan potensial dipilih dalam penelitian karena hijauan merupakan
pakan utama bagi ternak ruminansia dalam mendukung produktivitas dan
kelangsungan hidup ternak. Setiap lahan mempunyai kemampuan berbeda-beda

dalam produksi hijauan dapat dimanfaatkan secara optimal oleh peternak sebagai
lahan potensial penghasil hijauan.
Penulis berharap skripsi ini dapat memberikan informasi baru dalam dunia
peternakan dan dapat bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.Semoga
karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

Hendras Desi Irawan

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Materi Penelitian
Metode
Identifikasi Rumput Lapang

Kapasitas Tampung
Komposisi Botani
Pengukuran pH Tanah
Analisis Proksimat
Pengukuran Cahaya
Pengukuran Ketebalan Top Soil
Analisis Vegetasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Tempat Penelitian
Lokasi
Kondisi Topografi
Iklim dan Cuaca
Pemanfaatan Lahan
Kondisi Pencahayaan
Komposisi Botani di Bawah Naungan
Keragaman Vegetasi
Potensi Lahan dan Hijauan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
UCAPAN TERIMA KASIH

x
x
x
1
1
1
2
2
2
2
2
3
3
3
3
3

5
5
5
5
5
5
5
7
7
9
12
12
12
12
17
17

DAFTAR TABEL
1 Tetapan koefisien komposisi botani hijauan pakan
2 Perhitungan analisis vegetasi

3 Kondisi pencahayaan di naungan tempat observasi
4 Komposisi botani lahan karet dan sengon
5 Indeks dominasi vegetasi lapang karet dan sengon
6 Analisis keragaman hijauan
7 Potensi lahan di bawah naungan
8 Kondisi pH tanah
9 Komposisi nutrien hijauan

3
4
6
7
8
8
9
10
11

DAFTAR GAMBAR
1 Desain petak pengamatan

2 Regresi produksi hijauan dengan cahaya dan ketebalan top soil

4
10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Daftar jenis rumput hasil analisis vegetasi
2 Dokumentasi kondisi tempat penelitian
3 Uji T cahaya di bawah naungan karet dan sengon
4 Uji T produksi hijauan di bawah naungan karet dan sengon
5 Uji T ketebalan top soil di bawah naungan karet dan sengon

14
15
16
16
16

PENDAHULUAN
Indonesia berada pada zona iklim tropis yang terletak antara 60 LU sampai 60
LS dengan curah hujan yang cukup tinggi antara 2000 sampai 3000 mm/tahun
(LAPAN 2013). Indonesia memiliki sumber daya alam yang tinggi dan potensial
untuk pengembangan subsektor peternakan sebagai sumber pertumbuhan baru
perekonomian Indonesia. Salah satu sumber daya yang sangat potensial adalah
tingginya keragaman jenis tanaman sebagai sumber hijauan pakan. Iklim di
Indonesia juga mendukung untuk pertumbuhan tanaman pakan khususnya ternak
ruminansia.
Komponen utama dalam pengembangan usaha ternak ruminansia meliputi
tiga hal yaitu ketersedian lahan, ternak dan pakan. Pakan merupakan komponen
utama bagi ternak yang digunakan untuk hidup pokok dan berproduksi. Hijauan
merupakan pakan utama bagi ternak ruminansia dengan peranan utama sebagai
sumber energi. Hingga saat ini, kepedulian peternak kecil dalam penyediaan
hijauan masih belum optimal. Umumnya peternak mengandalkan hijauan dari
padang rumput alam dengan kualitas dan kuantitas yang relatif rendah. Kondisi ini
semakin diperparah dengan tingginya alih fungsi lahan pertanian menjadi non
pertanian dan semakin terbatasnya areal khusus padang penggembalaan sebagai
sumber hijauan bagi ternak. Saat ini tingkat alih fungsi lahan di Indonesia mencapai
80 ribu hektar per tahun atau setara 220 hektar per hari (BPS dan Ditjen PSP
Kementrian Pertanian RI 2013).
Kondisi ini menuntut pola penyediaan hijauan yang terintegrasi. Salah satu
areal potensial sebagai penyedia hijauan adalah perkebunan. Luas perkebunan di
Indonesia tahun 2013 tercatat 6.573 juta hektar dengan mayoritas tanaman pohon
(Badan Pusat Statistik 2013). Hingga saat ini kajian tentang keragaman jenis dan
produktivitas hijauan di perkebunan masih sangat terbatas khususnya di bawah
naungan sengon (Albizia falcataria) dan karet (Havea brasiliensis). Namun di
setiap naungan pohon memiliki berbagai jenis rumput sehingga perlu diadakan
identifikasi lebih lanjut agar bisa menganalisis seberapa besar proporsi rumput yang
dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak dan seberapa besar potensinya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh perbedaan kondisi
lahan karet (Havea brasiliensis) dan sengon (Albizia falcataria) terhadap
keragaman hijauan, penyebaran hijauan, serta produktivitas hijauan sebagai sarana
pendukung pengembangan ternak ruminansia.

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada naungan karet (Havea brasiliensis) dan sengon
(Albizia falcataria) di kawasan kampus IPB Dramaga Bogor Jawa Barat. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Juli hingga Agustus 2013.

2
Materi Penelitian
Materi penelitian adalah rumput lokal yang tumbuh pada naungan pohon dan
alat-alat yang digunakan berupa kuadran berukuran 0.5m x 0.5m, pisau, gunting,
kantong, alat tulis, timbangan, tali, alkohol 70%, kertas, GPS, Lux meter, kamera
dan label.
Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah observasi langsung di lapang
terhadap rumput yang tumbuh pada naungan pohon di hutan lingkar kampus IPB
Dramaga Bogor Jawa Barat. Penelitian difokuskan pada pengamatan keragaman
proporsi dan potensi rumput yang tumbuh pada naungan di tiap pohon yang
berbeda, yang dapat dimanfaatkan sebagai hijauan makanan ternak.
Identifikasi Rumput Lapang
Identifikasi rumput lapang diawali dengan pembuatan herbarium hijauan
pakan yang tumbuh pada naungan menggunakan metode Stone (1983) yaitu
eksplorasi koleksi tumbuhan dengan bunga dan buah diproses untuk spesimen
herbarium. Pembuatan herbarium basah yaitu dengan cara mengambil 1 spesies tiap
jenis hijauan lalu semprotkan alkohol 70% pada seluruh bagian tanaman, kemudian
ditempatkan pada kertas koran yang ditutup secara rapat dan dipadatkan dengan
menggunakan triplek, lalu diikat dengan tali. Seluruh data lapangan dalam
spesimen koleksi dicatat dengan nama ilmiah tanaman.
Kapasitas Tampung
Pengambilan cuplikan dilakukan secara acak pada masing-masing tanaman
utama dengan lima ulangan. Hijauan pakan yang tumbuh di bawah naungan
selanjutnya dipotong lima cm di atas tanah dan ditimbang untuk mendapatkan berat
segar. Selanjutnya dikering udara selama satu hari dan di oven pada 60 oC hingga
diperoleh bobot yang stabil sebagai bobot kering hijauan. Selanjutnya dilakukan
analisis kapasitas tampung menggunakan rumus :
CC=

BK x 10000 x p
6.29 x 3

Keterangan : CC= Kapasitas tampung
BK= Berat kering meter-1
P = Jumlah panen tahun-1 (empat kali panen)
10000 = Konstanta luas hektar-1
6.29 = Konstanta kebutuhan satuan ternak1 hari-1
Komposisi Botani
Analisis komposisi botani dilakukan dengan metode “Dry Weight Rank”
menurut Mannetje dan Haydock (1963). Secara acak ditetapkan 25 titik pengamatan
dari kawasan karet dan sengon menggunakan kuadran 0.5m x 0.5m. Selanjutnya
dilakukan pencatatan masing-masing spesies dan estimasi peringkat spesies

3
berdasarkan bahan kering. Metode ini digunakan untuk menaksir komposisi botani
padang rumput tanpa melakukan pemotogan dan pemisahan spesies hijauan.
Dalam analisis ini digunakan bingkai kuadran terbuat dari kawat berukuran
0.5m x 0.5m. Kuadran ditempatkan secara acak dilakukan sebanyak 25 kali,
kemudian dicatat semua spesies yang ada dan dilakukan estimasi perhitungan
persentase (dalam angka) spesies yang menduduki peringkat pertama, kedua, dan
ketiga dalam hal bahan kering. Pemilihan lokasi sampling dilakukan berdasarkan
banyaknya pohon yang tumbuh sebagai naungan untuk tempat rumput.
Tabel 1 Tetapan koefisien komposisi botani hijauan pakan
Ranking
1
2
3

Tetapan Koefisien
8.04
2.41
1

Pengukuran pH tanah
Pengukuran pH tanah dilakukan untuk mengukur tingkat keasaman tanah
menggunakan pelarut aquades dan KCl 0.1 M dengan perbandingan tanah : pelarut
sebesar 1:2 ( Tan 1993).
Analisis proksimat
Analisa proksimat hijauan dilakukan di laboratorium ilmu dan teknologi
pakan fakultas peternakan IPB. Sampel hijauan diambil dari empat cuplikan pada
tiap lahan kemudian dikompositkan dan selanjutnya dianalisis, meliputi bahan
kering, protein kasar, lemak kasar, serat kasar, lemak kasar, BETN.
Pengukuran cahaya
Mengunakan metode pengukuran langsung masing-masing tiga tempat pada
tiap lahan dan waktu pengukuran dipilih pukul 09.00, 11.00, 13.00. Alat yang
digunakan adalah lux meter dengan satuan cahaya lux/ lumen.
Pengukuran ketebalan top soil
Pengukuran dilakukan dengan membuat galian tanah hingga muncul
perbedaan warna tanah dan kemudian diukur menggunakan meteran mulai dari
permukaan tanah hingga batas perubahan warna tanah pada galian tersebut.
Analisis Vegetasi
Teknik pengambilan data dilakukan berdasarkan metode Kusmana (1997)
yakni metode analisis vegetasi tumbuhan bawah dengan dibuatnya petak
pengamatan berukuran 20 m x 20 m, dibuat 5 plot berukuran 2 x 2 m2 di dalam
petak pengamatan. Desain petak pengamatan dapat dilihat pada Gambar 1.

4

Gambar 1 Desain petak pengamatan
Gambaran komposisi jenis tumbuhan sebagai hijauan pakan ternak dilakukan
perhitungan terhadap parameter yang meliputi indeks nilai penting, indeks
dominansi, indeks keanekaragaman jenis dan indeks kesamaan komunitas.
Nilai INP dihitung pada tingkat tumbuhan bawah dengan rumus INP= KR +
FR. Menurut Soerianegara dan Indrawan (1998).
Tabel 2 Perhitungan analisis vegetasi
Perhitungan
K
KR
F
FR

Rumus
Jumlah individu suatu jenis
K=
ind ha-1
Luas petak contoh (ha)
Kerapatan suatu jenis
KR =
x 100%
Total kerapatan seluruh jenis
Jumlah plot ditemukan suatu jenis
F=
Total seluruh plot
Frekuensi suatu jenis
FR =
x 100%
Total frekuensi seluruh jenis
�� ²


ID

ID=∑��=

H’

H’= - ∑��= [ ln

IS

IS =

R1

R1 =

E

E=

��




+

�−



ln �

�′

ln �

��


%

]

Keterangan
INP : Indeks Nilai Penting
K : Kerapatan
KR : Kerapatan Relatif
F : Frekuensi
FR : Frekuensi Relatif

ID
ni
N
H’
Ni
N
IS
W

: Indeks dominasi
: INP jenis i
: total INP
: Indeks keragaman jenis
: INP jenis i
: Total INP
: Indeks kesamaan komunitas
: Jumlah jenis yang sama
antara komunitas a dan b
a : Jumlah jenis yang terdapat
pada komunitas a
b : Jumlah jenis yang terdapat
pada komunitas b
R1 : Indeks kekayaan
S : Jumlah jenis
N : Total INP
E : Indeks kemerataan jenis
S : Jumlah jenis
H’ : Indeks keragaman jenis

5

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Tempat Penelitian
Lokasi
Kampus IPB Darmaga terletak ± 9 km arah barat pusat kota Bogor atau ± 49
km sebelah selatan kota Jakarta. Luas keseluruhan areal 256.97 ha yang secara
geografis terletak antara 6o 30’ dan 6o 45’ Lintang Selatan dan 106o 30’ - 106o 45’
Bujur Timur dengan ketinggian 145 sampai 195 m dpl (Mulyani 1985). Secara
administratif Kampus IPB Darmaga termasuk kedalam wilayah Desa Babakan
Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Propinsi Jawa Barat.
Kondisi Topografi
Topografi kampus IPB Darmaga sangat beragam dari mulai datar sampai
bergelombang dengan gedung-gedung yang dikelilingi oleh 12 kawasan hutan.
Keadaan topografi Kampus IPB Darmaga adalah 41% dari luas kawasan memiliki
kemiringan 0% sampai 5%, 37% areal memiliki kelerengan 5% sampai 15%, 17%
areal memiliki kelerengan 15% sampai 25% dan 5% memiliki kelerengan lebih
besar dari 25%. Jenis tanah di Kampus IPB Darmaga termasuk jenis Latosol.
Ketinggian lokasi penelitian berkisar antara 145 sampai 200 m dpl. Menurut
klasifikasi Schmidt dan Ferguson, Kampus IPB Darmaga termasuk daerah bertipe
hujan A (Mulyani 1985) dengan bulan basah lebih dari 9 bulan.
Iklim dan Cuaca
Curah hujan rata-rata tahunan wilayah Darmaga pada tahun 2004-2005
mencapai 4524.15 mm, dengan temperatur udara rata-rata tahunan 25.8 oC, suhu
maksimum 32.0 °C dan minimum 22.7 °C. Sedangkan kelembaban nisbi 84.25%,
kecepatan angin 2.1 km/jam dan laju penguapan 4.1% (Stasiun Klimatologi
Dramaga 2006).
Pemanfaatan Lahan
Pola penggunaan lahan di Kampus IPB Darmaga terbagi kedalam 11
kelompok yaitu Komplek Akademik, Pusat Administrasi, Plaza Taman Rektorat,
Arboretum, Kompleks Graha Widya Wisuda, Kandang Ternak, Komplek Olahraga,
Komplek Mesjid Al Hurriyyah, Asrama Mahasiswa, Kebun Percobaan dan Ruang
Terbuka Hijau. Vegetasi di lingkungan Kampus IPB Darmaga berupa vegetasi
semak berumput, tegakan karet, hutan pinus, hutan campuran, hutan percobaan,
arboretum dan tanaman pekarangan perumahan dosen dan taman. Pada mulanya
seluruh wilayah Kampus IPB Darmaga didominasi oleh tegakan karet (Hevea
brasilliensis) namun saat ini hanya tinggal beberapa bagian saja yang tersisa. Selain
itu terdapat juga hutan campuran yang terletak di sebelah utara Mesjid Al
Hurriyyah yang merupakan miniatur dari hutan tropika dataran rendah karena
memiliki struktur tajuk berbeda.
Kondisi Pencahayaan
Potensi vegetasi tanaman pada suatu lahan dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya kondisi pencahayaan, top soil, dan jumlah spesies yang tumbuh.

6
Cahaya termasuk
faktor lingkungan yang penting dan mendasar dalam
produktivitas tanaman. Secara fisiologis cahaya mempunyai pengaruh
fotomorfogenesis pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Fitter dan Hay
1992). Rumput adalah tanaman C4, yaitu tanaman yang membutuhkan cahaya
penuh untuk berproduksi. Tumbuhan C4 adalah tumbuhan tropis yang melibatkan
dua enzim di dalam pengolahan CO2 menjadi glukosa yaitu Enzim phosphophenol
pyruvat carboxilase (PEPco) dan Rubisco yang akan mengikat CO2 dari udara dan
kemudian akan menjadi oksaloasetat yang akan diubah menjadi malat (Salisbury
dan Ross 1995). Tanaman C4 adalah tanaman yang menghasilkan asam 4 karbon
sebagai produk utama penambahan CO2. Tumbuhan C4 memfiksasi karbon dengan
membentuk senyawa berkarbon empat sebagai produknya. Tergolong tumbuhan
C4 yang penting dalam pertanian adalah tebu, jagung, dan famili rumput. Dalam
tumbuhan C4 terdapat dua jenis sel fotosintetik : sel seludang-berkas pembuluh dan
sel mesofil. Sel seludang berkas pembuluh tersusun menjadi kemasan yang padat
di sekitar berkas pembuluh. Di antara seludang-berkas pembuluh dan epidermis
daun terdapat sel mesofil (Salisbury dan Ross 1995). Pada umumnya tanaman C4
mampu meningkatkan fotosintesis pada tingkat cahaya matahari penuh sedangkan
tanaman C3 mencapai kejenuhan sebelum mencapai matahari penuh (Gardner dkk
1985).
Tabel 3 Kondisi pencahayaan di naungan tempat observasi
Naungan
Waktu Pengamatan
Karet
Sengon
----------------------------Lumen -------------------------08.30 - 09.00
3720.00±1600.06b
6650.00±610.41a
11.30 - 12.00
3774.00±1823.78b
11690.00±1844.36a
13.30 - 14.00
5484.00±1159.62b
17716.00±2964.84a
Huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (p 75% (Setiadi dkk 1989).
Nilai kemiripan dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi terhadap lingkungan tempat
tumbuh yang berbeda (Larashati 2004).
Potensi Lahan dan Kualitas Hijauan
Potensi suatu lahan terhadap hijauan pakan akan menentukan besaran
ketersediaan hijauan sebagai pakan ternak. Potensi lahan dan produktivitas hijauan
disajikan pada Tabel 7. Produksi hijauan pada lahan karet dan sengon merupakan
salah satu ukuran seberapa besar potensi kedua lahan tersebut karena erat kaitannya
dengan kapasitas lahan dalam menampung ternak.
Tabel 7 Potensi lahan di bawah naungan
Kondisi
Top Soil (cm)
Produksi (kg ha-1)
Kapasitas tampung (ST)

Naungan
Karet
19 ± 5.57b
570.4 ± 39.79b
0.99 ± 0.07b

Sengon
34.6 ± 13.79a
758.2 ± 25.2a
1.32 ± 0.04a

Huruf berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (p