Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditas Teh (Studi Kasus : PTPN VIII Afdeling Rancabali III)
ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN
PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS TEH
(STUDI KASUS : PTPN VIII AFDELING RANCABALI III)
PALUPI PERMATA RAHMI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Daya Saing dan
Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditas Teh (Studi Kasus : PTPN
VIII Afdeling Rancabali III) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Palupi Permata Rahmi
H451110381
RINGKASAN
PALUPI PERMATA RAHMI. Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan
Pemerintah terhadap Komoditas Teh (Studi Kasus: PTPN VIII Afdeling
Rancabali III). Dibimbing oleh HENY K. DARYANTO dan RATNA WINANDI.
Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memegang peranan
cukup penting dalam perekonomian Indonesia yaitu sebagai sumber pendapatan
dan devisa, penyedia lapangan kerja bagi masyarakat, dan pengembangan
wilayah. Produsen teh terbesar di Jawa Barat dihasilkan oleh PT. Perkebunan
Nusantara VIII (PTPN VIII). PTPN VIII Rancabali Afdeling Rancabali III adalah
salah satu unit dari 44 unit PTPN VIII.
Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menganalisis daya saing komoditas
teh hitam orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III, (2) Menganalisis
dampak kebijakan Pemerintah terhadap daya saing komoditas teh hitam orthodoks
di PTPN VIII Afdeling Rancabali III, (3) Menganalisis pengaruh perubahan
peningkatan harga jual output, harga pupuk anorganik dan penurunan produksi
terhadap daya saing teh hitam orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani teh hitam
orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III memiliki keuntungan privat
sebesar Rp469 803 837 per hektar dan keuntungan sosial yaitu sebesar
Rp316 555 288 per hektar, artinya usahatani teh hitam orthodoks menguntungkan
secara finansial maupun ekonomi. Teh hitam orthodoks di PTPN VIII Afdeling
Rancabali III memiliki nilai Privat Cost Ratio (PCR) sebesar 0.67 dan Domestic
Resource Cost (DRC) Ratio sebesar 0.74. Hal ini menunjukkan teh hitam
orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III memiliki daya saing baik dari
keunggulan komparatif maupun kompetitif.
Dampak kebijakan Pemerintah terhadap teh hitam orthodoks di PTPN VIII
Afdeling Rancabali III secara keseluruhan dapat dilihat dari indikator-indikator
dampak kebijakan Pemerintah. Indikator dampak kebijakan Pemerintah terhadap
output yaitu nilai Transfer Output (TO) sebesar Rp239 564 941, Koefisien
Proteksi Output Nominal (NPCO) sebesar 1.18, Indikator dampak kebijakan
Pemerintah untuk input adalah nilai Transfer Input (TI) sebesar Rp27 153 923,
nilai Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) sebesar 1.17, Nilai Transfer Faktor
(TF) yaitu Rp59 162 469. Indikator terhadap dampak kebijakan Pemerintah
terhadap input-output adalah Transfer Bersih (TB) yaitu Rp153 248 548,
Koefisien Proteksi Efektif (EPC) sebesar 1.18, Rasio Subsidi Produsen (SRP)
sebesar 0.11 dan nilai Keofisien Keuntungan (PC) sebesar 1.48. Secara umum
dapat dikatakan bahwa kebijakan pemerintah yang ada menguntungkan bagi
pengembangan dan peningkatan daya saing teh.
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas menggunakan metode switching value
menunjukkan bahwa harga jual output, harga input (pupuk anorganik) dan
penurunan jumlah produksi teh hitam orthodoks sensitif mempengaruhi daya
saing usahatani teh hitam orthodoks di PTPN VIII Rancabali Afdeling Rancabali
III.
Kata kunci: teh hitam orthodoks, daya saing, policy analysis matriks (PAM)
SUMMARY
PALUPI PERMATA RAHMI. Analysis of Competitiveness and Government
Policy Effect on Tea Commodity (Case Study : PTPN VIII Afdeling Rancabali
III). Suvervised by HENY K.DARYANTO and RATNA WINANDI.
Tea is one of the commodities that holds an important role in the
Indonesian economy, namely as a source of income and foreign exchange,
provider of jobs for the community, and regional development. The largest tea
producers in West Java produced by PT. Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII).
PTPN VIII Rancabali Afdeling Rancabali III is one of the unit of the 44 units
PTPN VIII.
The purpose of this study are (1) to analyze the competitiveness of
orthodoks black tea in PTPN VIII Afdeling Rancabali III, (2) to analyze the
government policy effect on competitiveness of orthodoks black tea in PTPN VIII
Afdeling Rancabali III, (3) and to analyze the effects of changes in output price,
anorganic fertilizer prices, and the decrease of production on competitiveness of
orthodoks black tea in PTPN VIII Afdeling Rancabali III. Method of the research
uses the Policy Analysis Matrix (PAM) and Sensitivity Analysis.
Based on the results of the analysis showed that orthodoks black tea in
PTPN VIII Afdeling Rancabali III has a private profits amount Rp469 803 837
per hectare and social benefits Rp316 555 288 per hectare, it means that the
farming of orthodoks black tea in PTPN VIII Afdeling Rancabali III is beneficial
in finance and economy. Orthodoks black tea in PTPN VIII Afdeling Rancabali
III has Private Cost Ratio (PCR) value 0.67 and Domestic Resource Cost (DRC)
value 0.74. It means that the orthodoks black tea in PTPN VIII Afdeling
Rancabali III has competitiveness (comparative advantage and competitive
advantage).
The impact of government policy in the orthodoks black tea in PTPN VIII
Afdeling Rancabali III as a whole can be seen from the indicators-indicators. The
indicators of the impact of policy on output are the Transfer Output (TO) value
Rp239 564 941, and value of NPCO is 1.18. Indicators for goverment policy
impact for input are Transfer Input (TI) amounted to Rp27 153 923, Nominal
Protection Coefficient Input (NPCI) value 1.17, and the value of Transfer Factor
(TF) is Rp59 162 469. Indicators of the impact of the input-output policy are Net
Transfer (TB) value Rp153 248 548, Effective Protection Coefficient (EPC) value
1.18, Subsidy Ratio Producers (SRP) 0.11, and Profitabillity Coefficient (PC)
value 1.48. In general it can be said that the existing government policies are
profitable to the development and improvement of the competitiveness of tea
Based on the results of the sensitivity analysis showed that the price of
orthodoks black tea, price of anorganic fertilizer, and amount of orthodoks black
tea production is very sensitive affect the competitiveness of orthodoks black tea
farming in PTPN VIII Afdeling Rancabali III.
Key Words: orthodoks black tea, competitiveness, policy analysis matriks (PAM)
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
i
ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN
PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS TEH
(STUDI KASUS : PTPN VIII AFDELING RANCABALI III)
PALUPI PERMATA RAHMI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ii
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis
:
Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
iii
Judul Tesis : Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap
Komoditas Teh (Studi Kasus : PTPN VIII Afdeling Rancabali III)
Nama
: Palupi Permata Rahmi
NIM
: H451110381
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Heny K. Daryanto, MEc
Ketua
Dr Ir Ratna Winandi, MS
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Magister Sains Agribisnis
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 10 Juli 2014
Tanggal Lulus:
iv
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditas Teh
(Studi Kasus : PTPN VIII Afdeling Rancabali III).
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada:
1. Dr Ir Heny K. Daryanto, MEc, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan
juga Dr Ir Ratna Winandi, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing atas
segala bimbingan, arahan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan
kepada penulis.
2. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Dosen Evaluator pada
pelaksanaan kolokium proposal penelitian yang telah memberikan
banyak arahan dan masukan sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan
dengan baik.
3. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji luar komisi dan
juga Dr Ir Suharno, MAdev selaku dosen penguji perwakilan program
studi pada ujian tesis yang telah memberikan banyak kritikan
membangun dalam penyempurnaan tesis ini.
4. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis
dan Dr Ir Suharno, MADev selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis,
serta seluruh staf Program Studi Agribisnis atas bantuan dan kemudahan
yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan.
5. Direksi dan Direktur SDM PT. Perkebunan Nusantara VIII atas
kesempatan yang diberikan untuk melakukan penelitian tesis di PTPN
VIII.
6. Administratur PTPN VIII Rancabali atas kesempatan dan bantuan yang
diberikan selama penulis melakukan penelitian di PTPN VIII Rancabali.
7. Kepala Tanaman, Kepala Pengolahan, Kepala Afdeling Rancabali III,
Seluruh staff bagian kantor, kebun, pengolahan, dan teknik yang turut
membantu memberikan informasi terkait kebutuhan penelitian tesis.
8. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya untuk orang tua dan keluarga
yang senantiasa memberikan dukungan dan memberikan semangat
untuk penyelesaian tesis saya.
9. Rekan-rekan di Magister Sains Agribisnis khususnya (Fitri, Mila,
Pamela, Lamreta, Doni, Vela, Pak Ari, Triana, dan Helentina) atas
diskusi, masukan dan bantuan selama mengikuti pendidikan.
.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2014
Palupi Permata Rahmi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditas Teh
(Studi Kasus : PTPN VIII Afdeling Rancabali III).
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada:
1. Dr Ir Heny K. Daryanto, MEc, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan
juga Dr Ir Ratna Winandi, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing atas
segala bimbingan, arahan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan
kepada penulis.
2. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Dosen Evaluator pada pelaksanaan
kolokium proposal penelitian yang telah memberikan banyak arahan dan
masukan sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik.
3. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji luar komisi dan juga
Dr Ir Suharno, MAdev selaku dosen penguji perwakilan program studi
pada ujian tesis yang telah memberikan banyak kritikan membangun
dalam penyempurnaan tesis ini.
4. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis
dan Dr Ir Suharno, MADev selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis,
serta seluruh staf Program Studi Agribisnis atas bantuan dan kemudahan
yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan.
5. Direksi dan Direktur SDM PT. Perkebunan Nusantara VIII atas
kesempatan yang diberikan untuk melakukan penelitian tesis di PTPN
VIII.
6. Administratur PTPN VIII Rancabali atas kesempatan dan bantuan yang
diberikan selama penulis melakukan penelitian di PTPN VIII Rancabali.
7. Kepala Tanaman, Kepala Pengolahan, Kepala Afdeling Rancabali III,
Seluruh staff bagian kantor, kebun, pengolahan, dan teknik yang turut
membantu memberikan informasi terkait kebutuhan penelitian tesis.
8. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya untuk orang tua dan keluarga yang
senantiasa memberikan dukungan dan memberikan semangat untuk
penyelesaian tesis saya.
9. Rekan-rekan di Magister Sains Agribisnis khususnya (Fitri, Mila, Pamela,
Lamreta, Doni, Vela, Pak Ari, Triana, dan Helentina) atas diskusi,
masukan dan bantuan selama mengikuti pendidikan.
.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Palupi Permata Rahm
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
1
6
8
8
9
2 TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Tanaman Teh
Daya Saing dengan Metode Policy Analysis Matrix (PAM)
Daya Saing Tanaman Perkebunan
9
9
11
13
3 KERANGKA PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Perdagangan Internasional
Teori Daya Saing
Teori Kebijakan Pemerintah
Policy Analysis Matriks
Analisis Sensitivitas
Relevansi Dengan Penelitian Sebelumnya
Kerangka Pemikiran Operasional
14
14
14
15
17
23
24
25
25
4 METODE
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Metode Pengambilan Responden
Jenis Dan Sumber Data
Metode Analisis Data
27
27
28
28
29
5 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Sejarah PT. Perkebunan Nusantara VII
Sejarah PT. Perkebunan Nusantara VIII Rancabali
Visi Dan Misi Perusahaan
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT. Perkebunan
Nusantara VIII Rancabali
Kondisi Umum Perkebunan Teh Rancabali
Daya Saing PTPN VIII Rancabali
Keragaan Usahatani Teh Hitam Orthodoks
Analisis Keuntungan Usahatani Teh Hitam Orthodoks
Kebijakan Input Usahatani Teh Hitam Orthodoks
38
38
39
40
40
42
44
45
49
50
Kebijakan Output Usahatani Teh Hitam Orthodoks
51
6 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Daya Saing Teh Di PTPN VIII Afdeling Rancabali III
Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Daya Saing
Teh di PTPN VIII Afdeling Rancabali III
Analisis Sensitivitas Usahatani Teh Hitam Orthodoks
52
52
7 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
64
64
64
DAFTAR PUSTAKA
65
LAMPIRAN
70
RIWAYAT HIDUP
76
57
61
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Luas areal dan produksi teh Indonesia menurut status pengusahaan tahun
2008 – 2012
Produksi teh perkebunan rakyat, perkebunan negara dan perkebunan
swasta menurut provinsi di Indonesia
Ekspor dan impor teh Indonesia periode 2008-2012
Ekspor dan impor teh hitam Indonesia periode 2008-2012
Ekspor teh ke negara tujuan tahun 2012
SNI untuk teh hitam
Klasifikasi kebijakan pemerintah terhadap harga komoditi
Sumber data dan jenis data
Matriks analisis kebijakan
Komposisi dan jumlah tenaga kerja di PTPN VIII Rancabali
Luas areal konsesi di PT. Perkebunan Nusantara VIII Rancabali
Budget usahatani teh hitam orthodox
Proporsi penggunaan input usahatani teh hitam orthodoks
Tabel matriks PAM
Perbandingan nilai keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani teh
hitam orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancbali III
Indikator-indikator dampak kebijakan pemerintah terhadap teh hitam
orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III
Keuntungan usahatani teh hitam orthodoks berdasarkan analisis
sensitivitas
Daya saing usahatani teh hitam orthodoks berdasarkan analisis
sensitivitas
1
2
3
3
4
6
18
29
30
42
43
49
50
53
55
57
62
63
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
Tanaman teh
Aliran Perdagangan Internasional
Dampak subsidi positif terhadap produsen dan konsumen barang
impor
Pengaruh Pajak dan subsidi pada input tradable
Pengaruh Pajak dan subsidi pada input non tradable
Kerangka penelitian operasional
Kerangka penentuan budget usahatani
10
15
20
22
22
27
38
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
Alokasi biaya produksi
Harga privat dan so1scial
Perhitungan nilai SERt
Harga output sosial
Rekapitulasi budget privat terdiskon usahatani komoditas teh
hitam orthodoks
70
71
72
72
73
6
7
8
Rekapitulasi budget sosial terdiskon usahatani komoditas teh
hitam orthodoks
Struktur organisasi PTPN VIII Rancabali
Proporsi biaya input usahatani teh hitam orthodoks
74
75
75
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris, memiliki kekayaan alam yang sangat
beragam, baik kekayaan hayati maupun non hayati. Potensi dari kekayaan alam
tersebut mampu menjadi andalan perekonomian nasional. Sektor pertanian
merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari Pemerintah
dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan
ekonomi jangka panjang maupun dalam rangka pemulihan ekonomi bangsa.
Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang berperan
penting dalam perekonomian di Indonesia. Subsektor perkebunan Indonesia
memiliki beberapa komoditi yang menjadi andalan yakni karet, minyak sawit,
kakao, kopi, teh, kina, tebu dan tembakau.
Komoditas teh merupakan salah satu komoditas pertanian subsektor
perkebunan yang diusahakan secara komersial di Indonesia sejak tahun 1800-an.
Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memegang peranan cukup
penting dalam perekonomian Indonesia yaitu sebagai sumber pendapatan dan
devisa, penyedia lapangan kerja bagi masyarakat, dan pengembangan wilayah.
Pada tahun 2010, komoditi teh telah memberikan kontribusi devisa negara sebesar
US 178 548 000 dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 99 838 tenaga kerja
(Peraturan Menteri Pertanian No. 11 Tahun 2013).
Teh di Indonesia diproduksi oleh perkebunan rakyat, perkebunan besar
negara, dan perkebunan besar swasta. Secara lengkap luas areal dan produksi teh
Indonesia menurut status pengusahaannya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Luas areal dan produksi teh Indonesia menurut status pengusahaan tahun
2008-2012
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Luas areal / Area (Ha)
PR
PBN
PBS
Jumlah
60 539 44 743 34 135 139 417
57 126 38 706 28 224 124 056
56 465 38 295 28 036 122 797
55 983 37 640 28 835 122 458
56 258 37 202 28 148 121 608
PR
38 593
45 239
50 947
51 507
51 741
Produksi ( Ton)
PBN
PBS
81 494 33 194
71 565 35 785
68 017 32 048
61 110 33 986
57 146 34 526
Jumlah
153 282
152 589
151 012
146 603
143 413
Sumber : BPS, 2013
Berdasarkan Tabel 1, perkembangan luas areal perkebunan teh di Indonesia
selama kurun waktu lima tahun cenderung menunjukkan penurunan. Pada tahun
2008 luas areal perkebunan seluas 139 417 ha, kemudian pada tahun 2009
menjadi 124 056 ha atau berkurang sekitar 11.02 persen. Sementara itu pada tahun
2010 luas areal perkebunan tercatat seluas 122 797 ha atau mengalami penurunan
sebesar 1.01 persen dari tahun sebelumnya. Demikian pula yang terjadi pada
tahun 2011, luas areal menurun sebesar 0.28 persen atau menjadi 122 458 Ha.
Secara keseluruhan luas areal apabila dilihat dari tahun 2008 hingga 2012 dapat
2
dilihat bahwa luas areal perkebunan teh mengalami penurunan dari tahun 2008
seluas 139 417 ha menjadi 121 608 ha pada tahun 2012.
Dalam hal produksi, produksi teh di Indonesia mengalami penurunan yaitu
dari 153 282 ton pada tahun 2008 menjadi 143 413 ton pada tahun 2012. Pada
Tabel 1 dapat diketahui bahwa produksi terbesar dihasilkan oleh perkebunan besar
negara (PBN) jika dibandingkan dengan perkebunan rakyat dan perkebunan besar
swasta (PBS). Perkebunan Besar Negara (PBN) merupakan perkebunan
penyumbang produksi teh terbesar di Indonesia yaitu sebesar 39.85 persen dari
produksi total teh nasional di tahun 2012 (BPS 2013). Provinsi Jawa Barat
merupakan Provinsi penghasil teh terbesar di Indonesia yaitu sebesar 106 211 ton
atau 70.75 persen dari total produksi teh nasional (BPS 2013). Produksi teh di
Indonesia menurut Provinsi selengkapnya dapat terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Produksi teh perkebunan rakyat, perkebunan negara, dan perkebunan
swasta menurut provinsi di Indonesia (ton)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Provinsi
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI. Yogyakarta
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
Banten
Indonesia
2009
15 733
9 213
5 164
3 664
804
103 924
11 003
186
2 780
138
152 589
Tahun
2010
2011
8 327
7 057
7 700
7 288
4 774
4 330
3 810
4 087
1 078
1 793
110 637 104 906
11 357
14 680
43
72
3 148
2 378
138
12
151 012 146 603
2012
7 057
8359
3 539
3 997
2 133
106 211
16 308
72
2 434
17
150 127
Sumber : BPS, 2013
Daerah sentra produksi teh di Jawa Barat tersebar di beberapa daerah yaitu
Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Subang,
Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, dan Kabupaten Bandung Barat. Sentra
produksi teh terbesar di Jawa Barat berada di Kabupaten Bandung yaitu dengan
produksi sebesar 20 679 ton dengan luas areal sebesar 11 377 ha pada tahun 2011
atau dengan kata lain Kabupaten Bandung menyumbang sebesar 51.72 persen
terhadap total produksi teh di Jawa Barat (BPS 2012).
Dilihat dari sisi ekspor dan impor, perkembangan ekspor dan impor teh di
Indonesia mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Adapun jenis teh yang diekspor dan
di impor oleh Indonesia terbagi menjadi dua jenis yaitu teh hitam dan teh hijau.
Mayoritas Indonesia lebih banyak mengekspor teh hitam daripada teh hijau.
Perkembangan volume, nilai dan neraca perdagangan ekspor dan impor teh
Indonesia selama kurun tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada
Tabel 3.
3
Tabel 3 Volume, nilai dan neraca perdagangan ekspor dan impor teh Indonesia
periode 2008–2012
Keterangan
Volume
(Ton)
Nilai
(000 US$)
2012
Tren
2008-2012 (%)
70 071
-3.96
171 618 178 550 166 717 156 741
-0.17
2008
2009
96 209
92 304
158 959
Tahun
2010
2011
Ekspor (X)
87 101
75 450
Impor (M)
Volume
(Ton)
Nilai
(000 US$)
Neraca
Perdagangan
(Nilai X-M)
6 625
7 168
10 870
19 811
24 397
15.99
11 990
12 537
18 550
27 314
33 250
12.62
159 081 160 000 139 403 123 491
-2.17
146 969
Sumber : BPS, 2013
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa teh Indonesia mengalami
penurunan volume total ekspor teh terjadi dari 96 209 ton pada tahun 2008
menjadi 70 701 ton pada tahun 2012. Penurunan volume total ekspor teh
diindikasikan karena menurunnya volume produksi teh dari tahun ke tahun (Tabel
1). Berdasarkan Tabel 3 juga dapat diketahui bahwa nilai neraca perdagangan teh
Indonesia dari tahun 2008 hingga 2012 bernilai positif. Hal ini mengindikasikan
bahwa teh Indonesia masih berpotensi menjadi komoditas ekspor. Secara lengkap
volume, nilai dan neraca perdagangan ekspor dan impor teh hitam Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Ekspor, impor, dan neraca perdagangan teh hitam Indonesia tahun 20082012
Tahun
Keterangan
Volume (Ton)
Nilai
(000US$)
Volume (Ton)
Nilai
(000US$)
Neraca
Perdagangan
(Nilai X-M)
Sumber : BPS, 2013
2008
2009
84 151
Ekspor (X)
81 249 75 698
125 144
2010
Tren
2008-2012
(%)
2011
2012
65 925
58 464
-4.55
141 889 143 769 132 402 119 974
-0.53
4 302
Impor (M)
4 972
9 735
15 379
17 023
16.79
8 879
9 701
21 334
23 836
12.17
132 188 127 219 111 068
96 138
-2.37
116 265
16 550
4
Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa volume ekspor teh hitam Indonesia
mengalami penurunan yaitu dari 84 151 ton pada tahun 2008 menjadi 58 464 ton
pada tahun 2012. Penurunan volume ekspor teh hitam Indonesia dikarenakan
menurunnya jumlah produksi teh hitam. Penurunan produksi juga secara tidak
langsung akan mempengaruhi produktivitas teh itu sendiri. Menurut Zamroni
(2000), produktivitas merupakan salah satu indikator daya saing dilihat dari
keunggulan komparatifnya. Oleh karena itu produktivitas harus ditingkatkan agar
teh Indonesia mampu bersaing di pasar dalam negeri dan luar negeri. Namun,
kondisi ini berkebalikan apabila dilihat dari sisi impor, volume impor teh hitam
naik dari 4 302 ton pada tahun 2008 menjadi 23 836 ton pada tahun 2012.
Berdasarkan Tabel 4 juga dapat diketahui bahwa, nilai neraca perdagangan teh
hitam Indonesia pada tahun 2008 hingga tahun 2012 adalah bernilai positif. Hal
ini menunjukkan bahwa teh Indonesia masih berpeluang untuk ekspor. Indonesia
mengekspor teh ke beberapa negara yaitu Rusia, Inggris, Pakistan, Malaysia,
Jerman, dan negara lainnya. Secara lengkap ekspor teh Indonesia ke negara tujuan
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Ekspor teh Indonesia ke negara tujuan tahun 2012
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Negara Tujuan
Rusia
Inggris
Pakistan
Malaysia
Jerman
Lainnya
Total
Volume (Ton)
10 441
9 121
8 876
7 223
4 919
29 492
70 071
Nilai (000 US$)
20 537
18 490
21 976
14 995
8 850
71 892
156 741
Sumber: BPS, 2013
Pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa, lima besar negara tujuan ekspor teh
Indonesia adalah Rusia, Inggris, Pakistan, Malaysia, Jerman. Rusia menempati
urutan pertama sebagai negara tujuan ekspor teh Indonesia dengan volume ekspor
sebesar 10 441 ton atau sebesar 14.90 persen terhadap total volume ekspor teh
Indonesia. Keunggulan teh Indonesia dibandingkan dengan negara lain yaitu teh
Indonesia lebih menyehatkan karena teh Indonesia mengandung kadar katekin
yang lebih tinggi dibandingkan produk negara-negara lain. Tipe teh Indonesia
hampir seluruhnya adalah assamica, sedangkan China adalah sinensis (Pusat
Penelitian Teh dan Kina 2006). Kadar katekin pada tipe assamica lebih tinggi
daripada sinensis. Katekin merupakan antioksidan yang sangat efektif untuk
menetralkan radikal bebas dalam tubuh (Harmandini 2009).
Produsen teh terbesar di Jawa Barat dihasilkan oleh PT. Perkebunan
Nusantara VIII (PTPN VIII). PTPN VIII dibentuk berdasarkan PP. No. 13 tahun
1996 pada tanggal 14 Februari 1996. PT. Perkebunan Nusantara VIII merupakan
salah satu BUMN yang bergerak dalam bidang Agribisnis dan Agroindustri untuk
wilayah Jawa Barat dan Banten, perusahaan ini berperan sebagai penghasil devisa
terbesar dari sektor non migas khususnya dari komoditas Teh. Perusahaan yang
berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan
penggabungan kebun-kebun di Wilayah Jawa Barat dari eks PTPN XI, PTPN XII,
5
PTPN XIII, Kegiatan usaha PTPN VIII meliputi pembudidayaan tanaman,
pengolahan, produksi, dan penjualan komoditi teh, karet, kina, kopi, kakao, sawit
dan gutta percha dengan areal konsesi seluas 118 510.12 hektar.
Pemberlakuan AFTA pada tahun 2003 menuntut PTPN VIII sebagai
produsen teh terbesar di Jawa Barat untuk mempertahankan dan meningkatkan
daya saing perusahaan. Sebagai produsen teh terbesar di Jawa Barat, hal ini
tentunya merupakan suatu peluang yang baik untuk meraih keuntungan yang
signifikan jika perusahaan mampu mengelola sistem produksi secara baik,
mempertahankan konsistensi kualitas, ketersediaan produk, dan peningkatan
efisiensi sumber daya yang digunakan. PTPN VIII Rancabali Afdeling Rancabali
III sebagai salah satu dari 44 unit kebun dari PTPN VIII juga dituntut untuk
selalu memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan perekonomian
nasional dan sebagai salah satu unit kebun dari PTPN VIII yang produknya
berorientasi ekspor maka produksi yang dihasilkan harus memiliki daya saig agar
dapat bertahan baik di pasar domestik maupun pasar luar negeri.
Daya saing komoditas teh di Indonesia tidak terlepas dari peran kebijakan
Pemerintah yang mendorong produsen supaya berorientasi ekspor sebagai peranan
penting dalam pembangunan nasional, terutama dalam hal penerimaan devisa.
Kebijakan yang terkait input dari usahatani komoditas teh yaitu Peraturan Menteri
Keuangan No.241/PMK.011/2010 yang menaikkan bea masuk (pajak impor)
sebesar 5 persen atas produk bahan baku pertanian seperti, pupuk dan obat-obatan.
Kebijakan Pemerintah lainnya yaitu Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 2007
mengenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen atas input-input
produksi seperti peralatan, pupuk dan obat-obatan1. Selanjutnya kebijakan terkait
PPN terhadap pembelian BBM ini adalah Undang-Undang No 42 Tahun 2009
tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang No 8 tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak atas Penjualan barang mewah yang
mulai berlaku tanggal 1 April 2010 serta berlakunya Peraturan Pajak Penghasilan
Pasal 22 berkenaan dengan pengenaan PPN sebesar 10 persen terhadap BBM.
Kebijakan selanjutnya berkenaan mengenai tarif bea keluar/pajak ekspor teh
sebesar nol persen yang tertuang di dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No.67/PMK.011/2010.
Kebijakan-kebijakan Pemerintah tersebut akan mempengaruhi usahatani
teh baik dari segi input, output, transportasi dan pengangkutan output yang
akhirnya akan berdampak pada daya saing teh di PTPN VIII Rancabali Afdeling
Rancabali III. Dengan semakin kompetitifnya persaingan di pasar global dimana
negara-negara produsen dan eksportir teh saat ini telah mampu meningkatkan
kinerja produknya, sesuai dengan program peningkatan nilai tambah, daya saing
dan ekspor yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementrian Pertanian 20102014 maka komoditas perkebunan termasuk komoditas teh, dituntut untuk
berdaya saing agar bisa bertahan di tengah-tengah persaingan dan bisa bertahan di
pasar domestik dan internasional.
Tanaman teh merupakan salah satu komoditi unggulan PTPN VIII yang
dominan dalam jumlah pengeluaran biaya dan jumlah pendapatan. Sebagai salah
satu komoditi unggulan, tanaman teh harus mempunyai daya saing tinggi. Sebagai
industri yang bergerak di bidang agribisnis teh maka dituntut pula untuk berdaya
1
Suwarta. 2012. Peraturan pajak: 32 Peraturan Menteri Keuangan. http://www.wartapajak.com
/index.php.(Diakses 05 Mei 2013)
6
saing agar bisa bertahan di pasar domestik dan internasional (PTPN VIII 2003).
Oleh karena itu, studi mengenai daya saing komoditas teh baik keunggulan
kompetitif dan komparatif di PTPN VIII Afdeling Rancabali III perlu dilakukan.
Disamping itu penting pula mengetahui bagaimana dampak kebijakan Pemerintah
terhadap komoditas teh di PTPN VIII Afdeling Rancabali III.
Perumusan Masalah
Potensi komoditi teh Indonesia dilihat dari sisi komparatif memiliki
prospek yang baik, karena iklim dan cuaca Indonesia yang cocok untuk budidaya
teh. Sumberdaya alam yang kita miliki merupakan suatu bentuk keunggulan
komparatif yang tidak dimiliki oleh semua negara. Suatu negara agar dapat terus
bersaing di pasar internasional, maka memiliki keunggulan komparatif saja
tidaklah cukup tapi juga dibutuhkan sebuah keunggulan yang mampu bersaing
baik di dalam negeri maupun di tengah pasar persaingan global.
Pengusahaan tanaman teh di Indonesia dilaksanakan oleh tiga pihak yaitu
perkebunan rakyat, perkebunan besar negara, dan perkebunan swasta. Perkebunan
rakyat merupakan perkebunan dengan luas areal terbesar di Indonesia namun,
meskipun luas areal perkebunan rakyat ini paling besar akan tetapi jumlah
produksinya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan perkebunan besar
negara. PTPN VIII Afdeling Rancabali III merupakan salah satu perkebunan
negara dari 44 unit PTPN VIII penghasil teh berkualitas yang berlokasi di
Rancabali Kabupaten Bandung. Kabupaten Bandung merupakan salah satu sentra
produksi teh perkebunan negara terbesar di Jawa Barat dengan produksi sebesar
20 679 ton pada tahun 2011 (BPS 2012). Produksi teh yang dihasilkan oleh PTPN
VIII Afdeling Rancabali III menggunakan teknologi pengolahan yang memiliki
Standar Nasional Indonesia dan standar internasional. Standar Nasional Indonesia
(SNI 01-1902-1991) untuk teh hitam dapat dilihat pada Tabel 6 :
Tabel 6 Standar Nasional Indonesia teh hitam
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Karakteristik/Jenis Uji
Persentasi kadar air b/b maksimal
Persentasi kadar ekstrak air b/b minimal
Persentasi kadar abu total b/b minimal;maksimal
Persentasi kadar abu larut dalam air b/b
minimal-maksimal
Persentasi kadar abu tidak larut dalam asam
b/b minimal-maksimal
Persentasi alkalinitas abu larut dalam air b/b
minimal-maksimal
Persentasi kadar serat kasar b/b maksimal
Kadar gagang dan tulang (b/b)
Sumber: PPTK, 1994
Syarat Mutu/Spesifikasi
Teh Hitam
8.00
32
4-8
45
1.0
1.0-3.0
16.5
-
7
PTPN VIII Afdeling Rancabali III mengalami beberapa kendala-kendala
dalam pengusahaannya yaitu adanya penurunan luas areal perkebunan teh yang
dikarenakan konversi lahan ke tanaman buah dan kayu. Hal ini akan berdampak
pula pada produksi teh yang dihasilkan. Selain itu, terjadi kenaikan harga terhadap
input seperti pupuk anorganik dan obat-obatan (insektisida, herbisida, fungisida)
di PTPN VIII Afdeling Rancabali III. Kendala-kendala yang terjadi di PTPN VIII
Afdeling Rancabali III akan mempengaruhi input dan output pada usahatani teh
hitam orthodoks, dan pada akhirnya akan mempengaruhi daya saing baik
keunggulan komparatif maupun kompetitif.
PTPN VIII dituntut untuk terus meningkatkan produksi dan efisiensi
pengusahaan teh sebagai salah satu komoditas utamanya dalam rangka untuk
meningkatkan daya saing teh Indonesia. Sebagai salah satu unit dari 44 unit kebun
di PTPN VIII maka Perkebunan Rancabali Afeling Rancabali III juga dituntut
untuk memproduksi teh yang memiliki daya saing yang tinggi agar dapat bersaing
di pasar internasional maupun domestik. Daya saing yang tinggi merupakan
kekuatan utama untuk mampu bersaing dalam pasar dunia yang semakin ketat.
Daya saing yang tinggi tercermin dari keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif yang dimiliki oleh komoditi tersebut.
Komoditas teh adalah komoditas perkebunan Indonesia yang berorientasi
ekspor, perdagangannya tidak terlepas dari kebijakan Pemerintah. Kebijakan
tersebut erat kaitannya dengan output dan input pengusahaan komoditas teh.
Kebijakan Pemerintah yang memproteksi komoditi teh khususnya jenis teh hitam
orthodoks untuk saat ini belum spesifik ada. Namun, Dewan Teh Indonesia (DTI)
selaku lembaga di bidang agribisnis teh mengusulkan kebijakan Pemerintah
menyangkut pengaturan teh impor. Dewan Teh Indonesia (DTI) mengusulkan
agar teh impor dikenakan tarif sebesar 25 persen dan pengenaan non tarif barrier
terhadap teh impor juga diusulkan, seperti aturan tentang standar teh2. Kebijakan
lainnya terkait output teh hitam orthodoks adalah pengenaan PPN terhadap
pembelian BBM terdapat pada Undang-Undang No 42 Tahun 2009 tentang
perubahan ketiga atas Undang-Undang No 8 tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak atas Penjualan barang mewah yang
mulai berlaku tanggal 1 April 2010 serta berlakunya Peraturan Pajak Penghasilan
Pasal 22 berkenaan dengan pengenaan PPN sebesar 10 persen terhadap BBM.
Meskpiun kebijakan ini tidak spesifik terkait untuk komoditas teh hitam
orthodoks, namun, kebijakan seperti pengenaan PPN sebesar 10 persen terhadap
pembelian BBM secara tidak langsung menambah biaya transportasi untuk usaha
komoditas ini baik dari segi usahatani maupun pemasarannya yang pada akhirnya
akan mempengaruhi output juga.
Kebijakan terkait input yaitu adanya Peraturan Menteri Keuangan
No.241/PMK.011/2010 yang menaikkan pajak impor 5 persen atas produk bahan
baku pertanian seperti, pupuk dan obat-obatan dan Peraturan Pemerintah nomor 7
tahun 2007 mengenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen atas
input-input produksi seperti peralatan, pupuk dan obat-obatan. Kebijakan
Pemerintah lainnya seperti subsidi BBM tidak berlaku di PTPN VIII Rancabali
karena PTPN VIII Rancabali tidak mendapatkan subsidi dari Pemerintah bahkan
2
Media Perkebunan. Membendung Teh Impor Berkualitas Rendah. 2013. http://www.Media
perkebunan.net/index.php?option=com_content&view=article&id=550:membendung-teh-imporberkualitas-rendah&catid=2:komoditi&Itemid=26.(Diakses 10 Januari 2014)
8
PTPN VIII Rancabali terkena PPN terhadap pembelian BBM seperti yang
terdapat pada Undang-Undang No 42 Tahun 2009 dan Peraturan Pajak
Penghasilan Pasal 22 berkenaan dengan pengenaan PPN sebesar 10 persen
terhadap BBM.
Kebijakan Pemerintah yang ada juga akan mempengaruhi daya saing
komoditas teh di PTPN VIII Afdeling Rancabali III. Kebijakan tersebut akan
berpengaruh terhadap input dan output pengusahaan komoditas teh di PTPN VIII
Afdeling Rancabali III. Oleh karena itu diperlukan analisis mengenai daya saing
dan dampak kebijakan Pemerintah terhadap komoditas teh di PT. Perkebunan
Nusantara VIII Afdeling Rancabali III. Berdasarkan penjelasan yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu
sebagai berikut :
1. Apakah komoditas teh hitam orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III
memiliki daya saing?
2. Bagaimana dampak kebijakan Pemerintah terhadap daya saing komoditas teh
hitam orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III?
3. Bagaimana pengaruh perubahan peningkatan harga jual output, harga pupuk
anorganik dan penurunan produksi terhadap daya saing teh hitam orthodoks di
PTPN VIII Afdeling Rancabali III?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis daya saing teh hitam orthodoks di PTPN VIII Afdeling
Rancabali III
2. Menganalisis dampak kebijakan Pemerintah terhadap daya saing komoditas
teh hitam orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III.
3. Menganalisis pengaruh perubahan peningkatan harga jual output, harga
pupuk anorganik serta penurunan produksi terhadap daya saing teh hitam
orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai daya
saing dan dampak kebijakan Pemerintah terhadap komoditas teh di PTPN
VIII Kebun Rancabali dan Afdeling Rancabali III pada khususnya.
2. Bagi Perusahaan, penelitian ini dapat menambah referensi dalam mengenai
daya saing komoditas teh dan pengambilan keputusan pengembangan usaha.
3. Bagi Pemerintah, hasil analisis dampak kebijakan Pemerintah diharapkan
dapat menjadi acuan dan bahan pertimbangan dalam merumuskan dan
mengimplementasikan instrumen-instrumen kebijakan yang lebih efektif dan
efisien bagi pengembangan teh.
9
Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian dari studi mengenai “Analisis Daya Saing dan Dampak
Kebijakan terhadap Komoditas Teh di PTPN VIII Afdeling Rancabali III” ini
adalah sebagai berikut:
1. Jenis teh yang diteliti adalah jenis teh ekspor Indonesia yaitu teh hitam
orthodoks.
2. Umur tanaman teh yang dianalisis yaitu selama periode 25 tahun dengan
pertimbangan bahwa umur produktif teh di PTPN VIII Afdeling Rancabali
III adalah pada umur tanaman 25 tahun3.
3. Analisis dilakukan pada tingkat usahatani teh sampai proses pengepakan
(karung/sack).
4. Lokasi perkebunan teh milik negara yang diteliti adalah perkebunan milik
negara PT.Perkebunan Nusantara VIII Rancabali Afdeling Rancabali III)
dengan pertimbangan Afdeling Rancabali III dianggap mewakili dari
seluruh kegiatan budidaya teh (Pada saat penelitian dilakukan, kegiatan
pembibitan teh hanya dilakukan di Afdeling Rancabali III).
5. Penggunaan harga jual rata-rata dari teh hitam kering orthodoks tidak
dibedakan tiap jenis (grade), semua jenis (grade) dianggap sama.
6. Pada penelitian ini memiliki keterbatasan dalam penggunaan alat analisis
PAM. Alat analisis PAM merupakan alat analisis untuk menganalisis
kebijakan Pemerintah di tingkat usahatani untuk komoditas, namun
keterbatasan pada penelitian ini yaitu hanya dilakukan pada kasus di satu
perusahaan saja yaitu PTPN VIII Rancabali Afdeling Rancabali III, akan
lebih baik jika seluruh perusahaan di PTPN ikut dianalisis juga.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Tanaman Teh
Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk tanaman penyegar yang
mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan. Tiga kandungan utama dalam daun
teh antara lain senyawa polifenol yang dikenal sebagai katekin, zat nutrisi yang
terdiri dari berbagai mineral dan vitamin, serta alkaloid antara lain kafein, dan
theofilin. Selain itu, daun teh juga mengandung minyak atseri, thiamin, dan
pigmen klorofil (Wibowo 2007). Senyawa katekin dapat meningkatkan daya
tahan terhadap virus dan bakteri. Vitamin B-kompleks yang terkandung dalam
daun teh bermanfaat menjaga kesehatan mulut, lidah, dan bibir, serta flouride
yang baik untuk gigi (Ghani 2002). Minuman teh juga sangat digemari oleh
masyarakat di dunia karena mempunyai rasa yang khas. Tanaman teh tumbuh
subur di daerah tropis dan daerah sub-tropis dengan menuntut cukup sinar
matahari dan hujan sepanjang tahun.
3
PTPN VIII Rancabali. Hasil Wawancara Dengan Staff Bagian Tanaman PTPN VIII
Rancabali.2013
10
Teh dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan suhu 15-30 derajat
celcius. Jenis tanah yang baik ditanami teh adalah andosol, latosol, dan beberapa
jenis laterit. Teh menyukai tanah dengan derajat keasaman kurang dari 5.5.
Berdasarkan pengolahannya teh dikelompokkan menjadi (1) Teh putih yaitu teh
yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu
belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan
klorofil. (2) Teh hijau yaitu daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung
diproses setelah dipetik. (3) Teh Oolong yaitu teh yang dimana pada saat proses
oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya
memakan waktu 2-3 hari. (4) Teh hitam yaitu daun teh dibiarkan teroksidasi
secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan4. Gambar pucuk teh dan tanaman
teh secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 1.
.
Gambar 1 Tanaman teh
Penelitian mengenai komoditas teh dilakukan oleh Suprihatini (2005),
meneliti mengenai daya saing teh Indonesia di pasar teh dunia, dimana penelitian
ini ingin mengetahui posisi daya saing teh Indonesia di pasar dunia. Metode
analisis yang digunakan adalah Constant Market Share (CMS). Hasil penelitian
terlihat bahwa, pertumbuhan ekspor teh Indonesia jauh dibawah pertumbuhan
ekspor teh dunia karena komposisi produk teh yang diekspor Indonesia kurang
memenuhi kebutuhan pasar dimana bernilai negatif (-0.032). Sulaeman (1985),
meneliti tentang penawaran ekspor teh, harga ekspor teh, dan volume ekspor teh
Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda yang
memakai persamaan tunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penawaran
ekspor teh Indonesia dipengaruhi secara positif oleh nilai tukar rupiah terhadap
dollar AS, harga ekspor, harga domestik, harga di pasar London, GDP Indonesia,
GDP Amerika Serikat, dan GDP Inggris. Harga ekspor teh dipengaruhi secara
positif oleh harga teh di pasar New York. harga di pasar London. dan dipengaruhi
secara negatif oleh harga teh dan penawaran teh India. Ekspor teh dipengaruhi
positif oleh harga lelang di Jakarta, GDP Indonesia dan Inggris dan dipengaruhi
secara negatif oleh harga teh domestik dan ekspor teh India.
Herath dan Silva (2011) meneliti mengenai "Strategies for Competitive
Advantage in Value Added Tea Marketing". Dimana tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis pemasaran dan produk strategi inovasi diadopsi oleh para
4
Wikipedia.2013. Pengolahan dan Pengelompokan Teh.http://id.wikipedia.org/wiki/Teh.(Diakses
Tanggal 10 Januari 2013)
11
perusahaan dengan tujuan mencari kontribusinya terhadap posisi yang
diselenggarakan oleh perusahaan dalam nilai tambah industri teh. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa membangun merek, niche pemasaran, diferensiasi produk,
biaya kepemimpinan, dan fokus pelanggan merupakan strategi yang paling
menonjol yang diadopsi oleh perusahaan. Strategi perusahaan yang penting yang
menjadi pembeda dari pesaing dan menempatkan mereka di antara pemimpin
pasar diantaranya yaitu memperluas pasar di luar negeri, perdagangan yang adil,
kelestarian lingkungan, dan identifikasi pengiriman yang lebih cepat, pengambilan
keputusan yang strategis, dan pengambilan resiko oleh para pemimpin perusahaan
merupakan strategi perusahaan yang penting yang menjadi pembeda dari pesaing
dan menempatkan mereka di antara pemimpin pasar.
Samantaray dan Ashutosh (2012) melakukan penelitian tentang An
Analysis Of Trends Of Tea Industry In India. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari tren industri teh di India dengan menggunakan berbagai alat analisis
yaitu analisis regresi, analisis time series dan analisis cluster. Studi ini
menunjukkan bahwa India tidak mampu mengekspor teh lebih banyak lagi dari
yang diproduksi. Lebih lanjut diungkapkan bahwa bagaimana produksi bervariasi
dengan daerah dimana teh ini tumbuh, yaitu, utara dan selatan. Penelitian ini
menyimpulkan untuk memberikan temuan penting dan wawasan tentang tren
industri yang memberikan kontribusi untuk perekonomian India.
Sahoo, Mukherjee dan Roy (2013) dalam penelitiannya mengenai
Measuring Degree of Global Competitiveness: A Case on World Tea Industry.
Alat analisis yang digunakan adalah analisis pangsa pasar, analisis tren, dan
analisis degree of competitivenes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persaingan global untuk produksi teh menurun selama bertahun-tahun, sedangkan,
pangsa pasar India juga menurun. Hal ini menunjukkan ancaman untuk teh di
India. Di antara sepuluh negara penghasil produksi teh, hanya China yang
menduduki pangsa pasar paling besar dibandingkan dengan sembilan negara
lainnya. India adalah salah satu negara yang pangsa pasar tehnya menurun. Jadi,
secara keseluruhan itu adalah ancaman besar bagi industri teh India karena Cina
memegang pangsa pasar pang besar dibandingkan sembilan negara lainnya.
Daya Saing dengan Metode Policy Analysis Matrix (PAM)
Beberapa penelitian terkait dengan daya saing dilakukan oleh beberapa
peneliti diantaranya adalah Feryanto (2010) dalam penelitiannya mengenai daya
saing dan dampak kebijakan Pemerintah terhadap komoditas susu sapi lokal di
Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan adalah PAM dan analisis sensitivitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peternak di ketiga lokasi penelitian memiliki
keuntungan privat dan sosial. Usaha peternakan di ketiga lokasi penelitian
memiliki keunggulan komparatif (DRCR
PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS TEH
(STUDI KASUS : PTPN VIII AFDELING RANCABALI III)
PALUPI PERMATA RAHMI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Analisis Daya Saing dan
Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditas Teh (Studi Kasus : PTPN
VIII Afdeling Rancabali III) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Palupi Permata Rahmi
H451110381
RINGKASAN
PALUPI PERMATA RAHMI. Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan
Pemerintah terhadap Komoditas Teh (Studi Kasus: PTPN VIII Afdeling
Rancabali III). Dibimbing oleh HENY K. DARYANTO dan RATNA WINANDI.
Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memegang peranan
cukup penting dalam perekonomian Indonesia yaitu sebagai sumber pendapatan
dan devisa, penyedia lapangan kerja bagi masyarakat, dan pengembangan
wilayah. Produsen teh terbesar di Jawa Barat dihasilkan oleh PT. Perkebunan
Nusantara VIII (PTPN VIII). PTPN VIII Rancabali Afdeling Rancabali III adalah
salah satu unit dari 44 unit PTPN VIII.
Tujuan dari penelitian ini adalah : (1) Menganalisis daya saing komoditas
teh hitam orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III, (2) Menganalisis
dampak kebijakan Pemerintah terhadap daya saing komoditas teh hitam orthodoks
di PTPN VIII Afdeling Rancabali III, (3) Menganalisis pengaruh perubahan
peningkatan harga jual output, harga pupuk anorganik dan penurunan produksi
terhadap daya saing teh hitam orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III.
Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa usahatani teh hitam
orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III memiliki keuntungan privat
sebesar Rp469 803 837 per hektar dan keuntungan sosial yaitu sebesar
Rp316 555 288 per hektar, artinya usahatani teh hitam orthodoks menguntungkan
secara finansial maupun ekonomi. Teh hitam orthodoks di PTPN VIII Afdeling
Rancabali III memiliki nilai Privat Cost Ratio (PCR) sebesar 0.67 dan Domestic
Resource Cost (DRC) Ratio sebesar 0.74. Hal ini menunjukkan teh hitam
orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III memiliki daya saing baik dari
keunggulan komparatif maupun kompetitif.
Dampak kebijakan Pemerintah terhadap teh hitam orthodoks di PTPN VIII
Afdeling Rancabali III secara keseluruhan dapat dilihat dari indikator-indikator
dampak kebijakan Pemerintah. Indikator dampak kebijakan Pemerintah terhadap
output yaitu nilai Transfer Output (TO) sebesar Rp239 564 941, Koefisien
Proteksi Output Nominal (NPCO) sebesar 1.18, Indikator dampak kebijakan
Pemerintah untuk input adalah nilai Transfer Input (TI) sebesar Rp27 153 923,
nilai Koefisien Proteksi Input Nominal (NPCI) sebesar 1.17, Nilai Transfer Faktor
(TF) yaitu Rp59 162 469. Indikator terhadap dampak kebijakan Pemerintah
terhadap input-output adalah Transfer Bersih (TB) yaitu Rp153 248 548,
Koefisien Proteksi Efektif (EPC) sebesar 1.18, Rasio Subsidi Produsen (SRP)
sebesar 0.11 dan nilai Keofisien Keuntungan (PC) sebesar 1.48. Secara umum
dapat dikatakan bahwa kebijakan pemerintah yang ada menguntungkan bagi
pengembangan dan peningkatan daya saing teh.
Berdasarkan hasil analisis sensitivitas menggunakan metode switching value
menunjukkan bahwa harga jual output, harga input (pupuk anorganik) dan
penurunan jumlah produksi teh hitam orthodoks sensitif mempengaruhi daya
saing usahatani teh hitam orthodoks di PTPN VIII Rancabali Afdeling Rancabali
III.
Kata kunci: teh hitam orthodoks, daya saing, policy analysis matriks (PAM)
SUMMARY
PALUPI PERMATA RAHMI. Analysis of Competitiveness and Government
Policy Effect on Tea Commodity (Case Study : PTPN VIII Afdeling Rancabali
III). Suvervised by HENY K.DARYANTO and RATNA WINANDI.
Tea is one of the commodities that holds an important role in the
Indonesian economy, namely as a source of income and foreign exchange,
provider of jobs for the community, and regional development. The largest tea
producers in West Java produced by PT. Perkebunan Nusantara VIII (PTPN VIII).
PTPN VIII Rancabali Afdeling Rancabali III is one of the unit of the 44 units
PTPN VIII.
The purpose of this study are (1) to analyze the competitiveness of
orthodoks black tea in PTPN VIII Afdeling Rancabali III, (2) to analyze the
government policy effect on competitiveness of orthodoks black tea in PTPN VIII
Afdeling Rancabali III, (3) and to analyze the effects of changes in output price,
anorganic fertilizer prices, and the decrease of production on competitiveness of
orthodoks black tea in PTPN VIII Afdeling Rancabali III. Method of the research
uses the Policy Analysis Matrix (PAM) and Sensitivity Analysis.
Based on the results of the analysis showed that orthodoks black tea in
PTPN VIII Afdeling Rancabali III has a private profits amount Rp469 803 837
per hectare and social benefits Rp316 555 288 per hectare, it means that the
farming of orthodoks black tea in PTPN VIII Afdeling Rancabali III is beneficial
in finance and economy. Orthodoks black tea in PTPN VIII Afdeling Rancabali
III has Private Cost Ratio (PCR) value 0.67 and Domestic Resource Cost (DRC)
value 0.74. It means that the orthodoks black tea in PTPN VIII Afdeling
Rancabali III has competitiveness (comparative advantage and competitive
advantage).
The impact of government policy in the orthodoks black tea in PTPN VIII
Afdeling Rancabali III as a whole can be seen from the indicators-indicators. The
indicators of the impact of policy on output are the Transfer Output (TO) value
Rp239 564 941, and value of NPCO is 1.18. Indicators for goverment policy
impact for input are Transfer Input (TI) amounted to Rp27 153 923, Nominal
Protection Coefficient Input (NPCI) value 1.17, and the value of Transfer Factor
(TF) is Rp59 162 469. Indicators of the impact of the input-output policy are Net
Transfer (TB) value Rp153 248 548, Effective Protection Coefficient (EPC) value
1.18, Subsidy Ratio Producers (SRP) 0.11, and Profitabillity Coefficient (PC)
value 1.48. In general it can be said that the existing government policies are
profitable to the development and improvement of the competitiveness of tea
Based on the results of the sensitivity analysis showed that the price of
orthodoks black tea, price of anorganic fertilizer, and amount of orthodoks black
tea production is very sensitive affect the competitiveness of orthodoks black tea
farming in PTPN VIII Afdeling Rancabali III.
Key Words: orthodoks black tea, competitiveness, policy analysis matriks (PAM)
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
i
ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN
PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS TEH
(STUDI KASUS : PTPN VIII AFDELING RANCABALI III)
PALUPI PERMATA RAHMI
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agribisnis
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
ii
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis
:
Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
iii
Judul Tesis : Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap
Komoditas Teh (Studi Kasus : PTPN VIII Afdeling Rancabali III)
Nama
: Palupi Permata Rahmi
NIM
: H451110381
Disetujui oleh
Komisi Pembimbing
Dr Ir Heny K. Daryanto, MEc
Ketua
Dr Ir Ratna Winandi, MS
Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program Studi
Magister Sains Agribisnis
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 10 Juli 2014
Tanggal Lulus:
iv
v
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditas Teh
(Studi Kasus : PTPN VIII Afdeling Rancabali III).
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada:
1. Dr Ir Heny K. Daryanto, MEc, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan
juga Dr Ir Ratna Winandi, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing atas
segala bimbingan, arahan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan
kepada penulis.
2. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Dosen Evaluator pada
pelaksanaan kolokium proposal penelitian yang telah memberikan
banyak arahan dan masukan sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan
dengan baik.
3. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji luar komisi dan
juga Dr Ir Suharno, MAdev selaku dosen penguji perwakilan program
studi pada ujian tesis yang telah memberikan banyak kritikan
membangun dalam penyempurnaan tesis ini.
4. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis
dan Dr Ir Suharno, MADev selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis,
serta seluruh staf Program Studi Agribisnis atas bantuan dan kemudahan
yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan.
5. Direksi dan Direktur SDM PT. Perkebunan Nusantara VIII atas
kesempatan yang diberikan untuk melakukan penelitian tesis di PTPN
VIII.
6. Administratur PTPN VIII Rancabali atas kesempatan dan bantuan yang
diberikan selama penulis melakukan penelitian di PTPN VIII Rancabali.
7. Kepala Tanaman, Kepala Pengolahan, Kepala Afdeling Rancabali III,
Seluruh staff bagian kantor, kebun, pengolahan, dan teknik yang turut
membantu memberikan informasi terkait kebutuhan penelitian tesis.
8. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya untuk orang tua dan keluarga
yang senantiasa memberikan dukungan dan memberikan semangat
untuk penyelesaian tesis saya.
9. Rekan-rekan di Magister Sains Agribisnis khususnya (Fitri, Mila,
Pamela, Lamreta, Doni, Vela, Pak Ari, Triana, dan Helentina) atas
diskusi, masukan dan bantuan selama mengikuti pendidikan.
.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Oktober 2014
Palupi Permata Rahmi
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah
Analisis Daya Saing dan Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Komoditas Teh
(Studi Kasus : PTPN VIII Afdeling Rancabali III).
Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada:
1. Dr Ir Heny K. Daryanto, MEc, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan
juga Dr Ir Ratna Winandi, MS selaku Anggota Komisi Pembimbing atas
segala bimbingan, arahan, motivasi dan bantuan yang telah diberikan
kepada penulis.
2. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Dosen Evaluator pada pelaksanaan
kolokium proposal penelitian yang telah memberikan banyak arahan dan
masukan sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik.
3. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku dosen penguji luar komisi dan juga
Dr Ir Suharno, MAdev selaku dosen penguji perwakilan program studi
pada ujian tesis yang telah memberikan banyak kritikan membangun
dalam penyempurnaan tesis ini.
4. Prof Dr Ir Rita Nurmalina, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis
dan Dr Ir Suharno, MADev selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis,
serta seluruh staf Program Studi Agribisnis atas bantuan dan kemudahan
yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan.
5. Direksi dan Direktur SDM PT. Perkebunan Nusantara VIII atas
kesempatan yang diberikan untuk melakukan penelitian tesis di PTPN
VIII.
6. Administratur PTPN VIII Rancabali atas kesempatan dan bantuan yang
diberikan selama penulis melakukan penelitian di PTPN VIII Rancabali.
7. Kepala Tanaman, Kepala Pengolahan, Kepala Afdeling Rancabali III,
Seluruh staff bagian kantor, kebun, pengolahan, dan teknik yang turut
membantu memberikan informasi terkait kebutuhan penelitian tesis.
8. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya untuk orang tua dan keluarga yang
senantiasa memberikan dukungan dan memberikan semangat untuk
penyelesaian tesis saya.
9. Rekan-rekan di Magister Sains Agribisnis khususnya (Fitri, Mila, Pamela,
Lamreta, Doni, Vela, Pak Ari, Triana, dan Helentina) atas diskusi,
masukan dan bantuan selama mengikuti pendidikan.
.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2014
Palupi Permata Rahm
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
xiv
DAFTAR GAMBAR
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
1
1
6
8
8
9
2 TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Tanaman Teh
Daya Saing dengan Metode Policy Analysis Matrix (PAM)
Daya Saing Tanaman Perkebunan
9
9
11
13
3 KERANGKA PENELITIAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Teori Perdagangan Internasional
Teori Daya Saing
Teori Kebijakan Pemerintah
Policy Analysis Matriks
Analisis Sensitivitas
Relevansi Dengan Penelitian Sebelumnya
Kerangka Pemikiran Operasional
14
14
14
15
17
23
24
25
25
4 METODE
Lokasi Dan Waktu Penelitian
Metode Pengambilan Responden
Jenis Dan Sumber Data
Metode Analisis Data
27
27
28
28
29
5 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Sejarah PT. Perkebunan Nusantara VII
Sejarah PT. Perkebunan Nusantara VIII Rancabali
Visi Dan Misi Perusahaan
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT. Perkebunan
Nusantara VIII Rancabali
Kondisi Umum Perkebunan Teh Rancabali
Daya Saing PTPN VIII Rancabali
Keragaan Usahatani Teh Hitam Orthodoks
Analisis Keuntungan Usahatani Teh Hitam Orthodoks
Kebijakan Input Usahatani Teh Hitam Orthodoks
38
38
39
40
40
42
44
45
49
50
Kebijakan Output Usahatani Teh Hitam Orthodoks
51
6 HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Daya Saing Teh Di PTPN VIII Afdeling Rancabali III
Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah terhadap Daya Saing
Teh di PTPN VIII Afdeling Rancabali III
Analisis Sensitivitas Usahatani Teh Hitam Orthodoks
52
52
7 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
64
64
64
DAFTAR PUSTAKA
65
LAMPIRAN
70
RIWAYAT HIDUP
76
57
61
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
Luas areal dan produksi teh Indonesia menurut status pengusahaan tahun
2008 – 2012
Produksi teh perkebunan rakyat, perkebunan negara dan perkebunan
swasta menurut provinsi di Indonesia
Ekspor dan impor teh Indonesia periode 2008-2012
Ekspor dan impor teh hitam Indonesia periode 2008-2012
Ekspor teh ke negara tujuan tahun 2012
SNI untuk teh hitam
Klasifikasi kebijakan pemerintah terhadap harga komoditi
Sumber data dan jenis data
Matriks analisis kebijakan
Komposisi dan jumlah tenaga kerja di PTPN VIII Rancabali
Luas areal konsesi di PT. Perkebunan Nusantara VIII Rancabali
Budget usahatani teh hitam orthodox
Proporsi penggunaan input usahatani teh hitam orthodoks
Tabel matriks PAM
Perbandingan nilai keunggulan komparatif dan kompetitif usahatani teh
hitam orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancbali III
Indikator-indikator dampak kebijakan pemerintah terhadap teh hitam
orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III
Keuntungan usahatani teh hitam orthodoks berdasarkan analisis
sensitivitas
Daya saing usahatani teh hitam orthodoks berdasarkan analisis
sensitivitas
1
2
3
3
4
6
18
29
30
42
43
49
50
53
55
57
62
63
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
Tanaman teh
Aliran Perdagangan Internasional
Dampak subsidi positif terhadap produsen dan konsumen barang
impor
Pengaruh Pajak dan subsidi pada input tradable
Pengaruh Pajak dan subsidi pada input non tradable
Kerangka penelitian operasional
Kerangka penentuan budget usahatani
10
15
20
22
22
27
38
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
Alokasi biaya produksi
Harga privat dan so1scial
Perhitungan nilai SERt
Harga output sosial
Rekapitulasi budget privat terdiskon usahatani komoditas teh
hitam orthodoks
70
71
72
72
73
6
7
8
Rekapitulasi budget sosial terdiskon usahatani komoditas teh
hitam orthodoks
Struktur organisasi PTPN VIII Rancabali
Proporsi biaya input usahatani teh hitam orthodoks
74
75
75
1
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris, memiliki kekayaan alam yang sangat
beragam, baik kekayaan hayati maupun non hayati. Potensi dari kekayaan alam
tersebut mampu menjadi andalan perekonomian nasional. Sektor pertanian
merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari Pemerintah
dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan
ekonomi jangka panjang maupun dalam rangka pemulihan ekonomi bangsa.
Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor pertanian yang berperan
penting dalam perekonomian di Indonesia. Subsektor perkebunan Indonesia
memiliki beberapa komoditi yang menjadi andalan yakni karet, minyak sawit,
kakao, kopi, teh, kina, tebu dan tembakau.
Komoditas teh merupakan salah satu komoditas pertanian subsektor
perkebunan yang diusahakan secara komersial di Indonesia sejak tahun 1800-an.
Teh merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memegang peranan cukup
penting dalam perekonomian Indonesia yaitu sebagai sumber pendapatan dan
devisa, penyedia lapangan kerja bagi masyarakat, dan pengembangan wilayah.
Pada tahun 2010, komoditi teh telah memberikan kontribusi devisa negara sebesar
US 178 548 000 dan telah menyerap tenaga kerja sebanyak 99 838 tenaga kerja
(Peraturan Menteri Pertanian No. 11 Tahun 2013).
Teh di Indonesia diproduksi oleh perkebunan rakyat, perkebunan besar
negara, dan perkebunan besar swasta. Secara lengkap luas areal dan produksi teh
Indonesia menurut status pengusahaannya dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Luas areal dan produksi teh Indonesia menurut status pengusahaan tahun
2008-2012
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012
Luas areal / Area (Ha)
PR
PBN
PBS
Jumlah
60 539 44 743 34 135 139 417
57 126 38 706 28 224 124 056
56 465 38 295 28 036 122 797
55 983 37 640 28 835 122 458
56 258 37 202 28 148 121 608
PR
38 593
45 239
50 947
51 507
51 741
Produksi ( Ton)
PBN
PBS
81 494 33 194
71 565 35 785
68 017 32 048
61 110 33 986
57 146 34 526
Jumlah
153 282
152 589
151 012
146 603
143 413
Sumber : BPS, 2013
Berdasarkan Tabel 1, perkembangan luas areal perkebunan teh di Indonesia
selama kurun waktu lima tahun cenderung menunjukkan penurunan. Pada tahun
2008 luas areal perkebunan seluas 139 417 ha, kemudian pada tahun 2009
menjadi 124 056 ha atau berkurang sekitar 11.02 persen. Sementara itu pada tahun
2010 luas areal perkebunan tercatat seluas 122 797 ha atau mengalami penurunan
sebesar 1.01 persen dari tahun sebelumnya. Demikian pula yang terjadi pada
tahun 2011, luas areal menurun sebesar 0.28 persen atau menjadi 122 458 Ha.
Secara keseluruhan luas areal apabila dilihat dari tahun 2008 hingga 2012 dapat
2
dilihat bahwa luas areal perkebunan teh mengalami penurunan dari tahun 2008
seluas 139 417 ha menjadi 121 608 ha pada tahun 2012.
Dalam hal produksi, produksi teh di Indonesia mengalami penurunan yaitu
dari 153 282 ton pada tahun 2008 menjadi 143 413 ton pada tahun 2012. Pada
Tabel 1 dapat diketahui bahwa produksi terbesar dihasilkan oleh perkebunan besar
negara (PBN) jika dibandingkan dengan perkebunan rakyat dan perkebunan besar
swasta (PBS). Perkebunan Besar Negara (PBN) merupakan perkebunan
penyumbang produksi teh terbesar di Indonesia yaitu sebesar 39.85 persen dari
produksi total teh nasional di tahun 2012 (BPS 2013). Provinsi Jawa Barat
merupakan Provinsi penghasil teh terbesar di Indonesia yaitu sebesar 106 211 ton
atau 70.75 persen dari total produksi teh nasional (BPS 2013). Produksi teh di
Indonesia menurut Provinsi selengkapnya dapat terlihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Produksi teh perkebunan rakyat, perkebunan negara, dan perkebunan
swasta menurut provinsi di Indonesia (ton)
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
Provinsi
Sumatera Utara
Sumatera Barat
Jambi
Sumatera Selatan
Bengkulu
Jawa Barat
Jawa Tengah
DI. Yogyakarta
Jawa Timur
Sulawesi Selatan
Banten
Indonesia
2009
15 733
9 213
5 164
3 664
804
103 924
11 003
186
2 780
138
152 589
Tahun
2010
2011
8 327
7 057
7 700
7 288
4 774
4 330
3 810
4 087
1 078
1 793
110 637 104 906
11 357
14 680
43
72
3 148
2 378
138
12
151 012 146 603
2012
7 057
8359
3 539
3 997
2 133
106 211
16 308
72
2 434
17
150 127
Sumber : BPS, 2013
Daerah sentra produksi teh di Jawa Barat tersebar di beberapa daerah yaitu
Kabupaten Bogor, Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Cianjur, Kabupaten Subang,
Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut, dan Kabupaten Bandung Barat. Sentra
produksi teh terbesar di Jawa Barat berada di Kabupaten Bandung yaitu dengan
produksi sebesar 20 679 ton dengan luas areal sebesar 11 377 ha pada tahun 2011
atau dengan kata lain Kabupaten Bandung menyumbang sebesar 51.72 persen
terhadap total produksi teh di Jawa Barat (BPS 2012).
Dilihat dari sisi ekspor dan impor, perkembangan ekspor dan impor teh di
Indonesia mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Adapun jenis teh yang diekspor dan
di impor oleh Indonesia terbagi menjadi dua jenis yaitu teh hitam dan teh hijau.
Mayoritas Indonesia lebih banyak mengekspor teh hitam daripada teh hijau.
Perkembangan volume, nilai dan neraca perdagangan ekspor dan impor teh
Indonesia selama kurun tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 dapat dilihat pada
Tabel 3.
3
Tabel 3 Volume, nilai dan neraca perdagangan ekspor dan impor teh Indonesia
periode 2008–2012
Keterangan
Volume
(Ton)
Nilai
(000 US$)
2012
Tren
2008-2012 (%)
70 071
-3.96
171 618 178 550 166 717 156 741
-0.17
2008
2009
96 209
92 304
158 959
Tahun
2010
2011
Ekspor (X)
87 101
75 450
Impor (M)
Volume
(Ton)
Nilai
(000 US$)
Neraca
Perdagangan
(Nilai X-M)
6 625
7 168
10 870
19 811
24 397
15.99
11 990
12 537
18 550
27 314
33 250
12.62
159 081 160 000 139 403 123 491
-2.17
146 969
Sumber : BPS, 2013
Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa teh Indonesia mengalami
penurunan volume total ekspor teh terjadi dari 96 209 ton pada tahun 2008
menjadi 70 701 ton pada tahun 2012. Penurunan volume total ekspor teh
diindikasikan karena menurunnya volume produksi teh dari tahun ke tahun (Tabel
1). Berdasarkan Tabel 3 juga dapat diketahui bahwa nilai neraca perdagangan teh
Indonesia dari tahun 2008 hingga 2012 bernilai positif. Hal ini mengindikasikan
bahwa teh Indonesia masih berpotensi menjadi komoditas ekspor. Secara lengkap
volume, nilai dan neraca perdagangan ekspor dan impor teh hitam Indonesia dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4 Ekspor, impor, dan neraca perdagangan teh hitam Indonesia tahun 20082012
Tahun
Keterangan
Volume (Ton)
Nilai
(000US$)
Volume (Ton)
Nilai
(000US$)
Neraca
Perdagangan
(Nilai X-M)
Sumber : BPS, 2013
2008
2009
84 151
Ekspor (X)
81 249 75 698
125 144
2010
Tren
2008-2012
(%)
2011
2012
65 925
58 464
-4.55
141 889 143 769 132 402 119 974
-0.53
4 302
Impor (M)
4 972
9 735
15 379
17 023
16.79
8 879
9 701
21 334
23 836
12.17
132 188 127 219 111 068
96 138
-2.37
116 265
16 550
4
Pada Tabel 4, dapat dilihat bahwa volume ekspor teh hitam Indonesia
mengalami penurunan yaitu dari 84 151 ton pada tahun 2008 menjadi 58 464 ton
pada tahun 2012. Penurunan volume ekspor teh hitam Indonesia dikarenakan
menurunnya jumlah produksi teh hitam. Penurunan produksi juga secara tidak
langsung akan mempengaruhi produktivitas teh itu sendiri. Menurut Zamroni
(2000), produktivitas merupakan salah satu indikator daya saing dilihat dari
keunggulan komparatifnya. Oleh karena itu produktivitas harus ditingkatkan agar
teh Indonesia mampu bersaing di pasar dalam negeri dan luar negeri. Namun,
kondisi ini berkebalikan apabila dilihat dari sisi impor, volume impor teh hitam
naik dari 4 302 ton pada tahun 2008 menjadi 23 836 ton pada tahun 2012.
Berdasarkan Tabel 4 juga dapat diketahui bahwa, nilai neraca perdagangan teh
hitam Indonesia pada tahun 2008 hingga tahun 2012 adalah bernilai positif. Hal
ini menunjukkan bahwa teh Indonesia masih berpeluang untuk ekspor. Indonesia
mengekspor teh ke beberapa negara yaitu Rusia, Inggris, Pakistan, Malaysia,
Jerman, dan negara lainnya. Secara lengkap ekspor teh Indonesia ke negara tujuan
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Ekspor teh Indonesia ke negara tujuan tahun 2012
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Negara Tujuan
Rusia
Inggris
Pakistan
Malaysia
Jerman
Lainnya
Total
Volume (Ton)
10 441
9 121
8 876
7 223
4 919
29 492
70 071
Nilai (000 US$)
20 537
18 490
21 976
14 995
8 850
71 892
156 741
Sumber: BPS, 2013
Pada Tabel 5 dapat diketahui bahwa, lima besar negara tujuan ekspor teh
Indonesia adalah Rusia, Inggris, Pakistan, Malaysia, Jerman. Rusia menempati
urutan pertama sebagai negara tujuan ekspor teh Indonesia dengan volume ekspor
sebesar 10 441 ton atau sebesar 14.90 persen terhadap total volume ekspor teh
Indonesia. Keunggulan teh Indonesia dibandingkan dengan negara lain yaitu teh
Indonesia lebih menyehatkan karena teh Indonesia mengandung kadar katekin
yang lebih tinggi dibandingkan produk negara-negara lain. Tipe teh Indonesia
hampir seluruhnya adalah assamica, sedangkan China adalah sinensis (Pusat
Penelitian Teh dan Kina 2006). Kadar katekin pada tipe assamica lebih tinggi
daripada sinensis. Katekin merupakan antioksidan yang sangat efektif untuk
menetralkan radikal bebas dalam tubuh (Harmandini 2009).
Produsen teh terbesar di Jawa Barat dihasilkan oleh PT. Perkebunan
Nusantara VIII (PTPN VIII). PTPN VIII dibentuk berdasarkan PP. No. 13 tahun
1996 pada tanggal 14 Februari 1996. PT. Perkebunan Nusantara VIII merupakan
salah satu BUMN yang bergerak dalam bidang Agribisnis dan Agroindustri untuk
wilayah Jawa Barat dan Banten, perusahaan ini berperan sebagai penghasil devisa
terbesar dari sektor non migas khususnya dari komoditas Teh. Perusahaan yang
berstatus sebagai Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini merupakan
penggabungan kebun-kebun di Wilayah Jawa Barat dari eks PTPN XI, PTPN XII,
5
PTPN XIII, Kegiatan usaha PTPN VIII meliputi pembudidayaan tanaman,
pengolahan, produksi, dan penjualan komoditi teh, karet, kina, kopi, kakao, sawit
dan gutta percha dengan areal konsesi seluas 118 510.12 hektar.
Pemberlakuan AFTA pada tahun 2003 menuntut PTPN VIII sebagai
produsen teh terbesar di Jawa Barat untuk mempertahankan dan meningkatkan
daya saing perusahaan. Sebagai produsen teh terbesar di Jawa Barat, hal ini
tentunya merupakan suatu peluang yang baik untuk meraih keuntungan yang
signifikan jika perusahaan mampu mengelola sistem produksi secara baik,
mempertahankan konsistensi kualitas, ketersediaan produk, dan peningkatan
efisiensi sumber daya yang digunakan. PTPN VIII Rancabali Afdeling Rancabali
III sebagai salah satu dari 44 unit kebun dari PTPN VIII juga dituntut untuk
selalu memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan perekonomian
nasional dan sebagai salah satu unit kebun dari PTPN VIII yang produknya
berorientasi ekspor maka produksi yang dihasilkan harus memiliki daya saig agar
dapat bertahan baik di pasar domestik maupun pasar luar negeri.
Daya saing komoditas teh di Indonesia tidak terlepas dari peran kebijakan
Pemerintah yang mendorong produsen supaya berorientasi ekspor sebagai peranan
penting dalam pembangunan nasional, terutama dalam hal penerimaan devisa.
Kebijakan yang terkait input dari usahatani komoditas teh yaitu Peraturan Menteri
Keuangan No.241/PMK.011/2010 yang menaikkan bea masuk (pajak impor)
sebesar 5 persen atas produk bahan baku pertanian seperti, pupuk dan obat-obatan.
Kebijakan Pemerintah lainnya yaitu Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 2007
mengenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen atas input-input
produksi seperti peralatan, pupuk dan obat-obatan1. Selanjutnya kebijakan terkait
PPN terhadap pembelian BBM ini adalah Undang-Undang No 42 Tahun 2009
tentang perubahan ketiga atas Undang-Undang No 8 tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak atas Penjualan barang mewah yang
mulai berlaku tanggal 1 April 2010 serta berlakunya Peraturan Pajak Penghasilan
Pasal 22 berkenaan dengan pengenaan PPN sebesar 10 persen terhadap BBM.
Kebijakan selanjutnya berkenaan mengenai tarif bea keluar/pajak ekspor teh
sebesar nol persen yang tertuang di dalam Peraturan Menteri Keuangan Republik
Indonesia No.67/PMK.011/2010.
Kebijakan-kebijakan Pemerintah tersebut akan mempengaruhi usahatani
teh baik dari segi input, output, transportasi dan pengangkutan output yang
akhirnya akan berdampak pada daya saing teh di PTPN VIII Rancabali Afdeling
Rancabali III. Dengan semakin kompetitifnya persaingan di pasar global dimana
negara-negara produsen dan eksportir teh saat ini telah mampu meningkatkan
kinerja produknya, sesuai dengan program peningkatan nilai tambah, daya saing
dan ekspor yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementrian Pertanian 20102014 maka komoditas perkebunan termasuk komoditas teh, dituntut untuk
berdaya saing agar bisa bertahan di tengah-tengah persaingan dan bisa bertahan di
pasar domestik dan internasional.
Tanaman teh merupakan salah satu komoditi unggulan PTPN VIII yang
dominan dalam jumlah pengeluaran biaya dan jumlah pendapatan. Sebagai salah
satu komoditi unggulan, tanaman teh harus mempunyai daya saing tinggi. Sebagai
industri yang bergerak di bidang agribisnis teh maka dituntut pula untuk berdaya
1
Suwarta. 2012. Peraturan pajak: 32 Peraturan Menteri Keuangan. http://www.wartapajak.com
/index.php.(Diakses 05 Mei 2013)
6
saing agar bisa bertahan di pasar domestik dan internasional (PTPN VIII 2003).
Oleh karena itu, studi mengenai daya saing komoditas teh baik keunggulan
kompetitif dan komparatif di PTPN VIII Afdeling Rancabali III perlu dilakukan.
Disamping itu penting pula mengetahui bagaimana dampak kebijakan Pemerintah
terhadap komoditas teh di PTPN VIII Afdeling Rancabali III.
Perumusan Masalah
Potensi komoditi teh Indonesia dilihat dari sisi komparatif memiliki
prospek yang baik, karena iklim dan cuaca Indonesia yang cocok untuk budidaya
teh. Sumberdaya alam yang kita miliki merupakan suatu bentuk keunggulan
komparatif yang tidak dimiliki oleh semua negara. Suatu negara agar dapat terus
bersaing di pasar internasional, maka memiliki keunggulan komparatif saja
tidaklah cukup tapi juga dibutuhkan sebuah keunggulan yang mampu bersaing
baik di dalam negeri maupun di tengah pasar persaingan global.
Pengusahaan tanaman teh di Indonesia dilaksanakan oleh tiga pihak yaitu
perkebunan rakyat, perkebunan besar negara, dan perkebunan swasta. Perkebunan
rakyat merupakan perkebunan dengan luas areal terbesar di Indonesia namun,
meskipun luas areal perkebunan rakyat ini paling besar akan tetapi jumlah
produksinya masih lebih rendah jika dibandingkan dengan perkebunan besar
negara. PTPN VIII Afdeling Rancabali III merupakan salah satu perkebunan
negara dari 44 unit PTPN VIII penghasil teh berkualitas yang berlokasi di
Rancabali Kabupaten Bandung. Kabupaten Bandung merupakan salah satu sentra
produksi teh perkebunan negara terbesar di Jawa Barat dengan produksi sebesar
20 679 ton pada tahun 2011 (BPS 2012). Produksi teh yang dihasilkan oleh PTPN
VIII Afdeling Rancabali III menggunakan teknologi pengolahan yang memiliki
Standar Nasional Indonesia dan standar internasional. Standar Nasional Indonesia
(SNI 01-1902-1991) untuk teh hitam dapat dilihat pada Tabel 6 :
Tabel 6 Standar Nasional Indonesia teh hitam
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Karakteristik/Jenis Uji
Persentasi kadar air b/b maksimal
Persentasi kadar ekstrak air b/b minimal
Persentasi kadar abu total b/b minimal;maksimal
Persentasi kadar abu larut dalam air b/b
minimal-maksimal
Persentasi kadar abu tidak larut dalam asam
b/b minimal-maksimal
Persentasi alkalinitas abu larut dalam air b/b
minimal-maksimal
Persentasi kadar serat kasar b/b maksimal
Kadar gagang dan tulang (b/b)
Sumber: PPTK, 1994
Syarat Mutu/Spesifikasi
Teh Hitam
8.00
32
4-8
45
1.0
1.0-3.0
16.5
-
7
PTPN VIII Afdeling Rancabali III mengalami beberapa kendala-kendala
dalam pengusahaannya yaitu adanya penurunan luas areal perkebunan teh yang
dikarenakan konversi lahan ke tanaman buah dan kayu. Hal ini akan berdampak
pula pada produksi teh yang dihasilkan. Selain itu, terjadi kenaikan harga terhadap
input seperti pupuk anorganik dan obat-obatan (insektisida, herbisida, fungisida)
di PTPN VIII Afdeling Rancabali III. Kendala-kendala yang terjadi di PTPN VIII
Afdeling Rancabali III akan mempengaruhi input dan output pada usahatani teh
hitam orthodoks, dan pada akhirnya akan mempengaruhi daya saing baik
keunggulan komparatif maupun kompetitif.
PTPN VIII dituntut untuk terus meningkatkan produksi dan efisiensi
pengusahaan teh sebagai salah satu komoditas utamanya dalam rangka untuk
meningkatkan daya saing teh Indonesia. Sebagai salah satu unit dari 44 unit kebun
di PTPN VIII maka Perkebunan Rancabali Afeling Rancabali III juga dituntut
untuk memproduksi teh yang memiliki daya saing yang tinggi agar dapat bersaing
di pasar internasional maupun domestik. Daya saing yang tinggi merupakan
kekuatan utama untuk mampu bersaing dalam pasar dunia yang semakin ketat.
Daya saing yang tinggi tercermin dari keunggulan komparatif dan keunggulan
kompetitif yang dimiliki oleh komoditi tersebut.
Komoditas teh adalah komoditas perkebunan Indonesia yang berorientasi
ekspor, perdagangannya tidak terlepas dari kebijakan Pemerintah. Kebijakan
tersebut erat kaitannya dengan output dan input pengusahaan komoditas teh.
Kebijakan Pemerintah yang memproteksi komoditi teh khususnya jenis teh hitam
orthodoks untuk saat ini belum spesifik ada. Namun, Dewan Teh Indonesia (DTI)
selaku lembaga di bidang agribisnis teh mengusulkan kebijakan Pemerintah
menyangkut pengaturan teh impor. Dewan Teh Indonesia (DTI) mengusulkan
agar teh impor dikenakan tarif sebesar 25 persen dan pengenaan non tarif barrier
terhadap teh impor juga diusulkan, seperti aturan tentang standar teh2. Kebijakan
lainnya terkait output teh hitam orthodoks adalah pengenaan PPN terhadap
pembelian BBM terdapat pada Undang-Undang No 42 Tahun 2009 tentang
perubahan ketiga atas Undang-Undang No 8 tahun 1983 tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak atas Penjualan barang mewah yang
mulai berlaku tanggal 1 April 2010 serta berlakunya Peraturan Pajak Penghasilan
Pasal 22 berkenaan dengan pengenaan PPN sebesar 10 persen terhadap BBM.
Meskpiun kebijakan ini tidak spesifik terkait untuk komoditas teh hitam
orthodoks, namun, kebijakan seperti pengenaan PPN sebesar 10 persen terhadap
pembelian BBM secara tidak langsung menambah biaya transportasi untuk usaha
komoditas ini baik dari segi usahatani maupun pemasarannya yang pada akhirnya
akan mempengaruhi output juga.
Kebijakan terkait input yaitu adanya Peraturan Menteri Keuangan
No.241/PMK.011/2010 yang menaikkan pajak impor 5 persen atas produk bahan
baku pertanian seperti, pupuk dan obat-obatan dan Peraturan Pemerintah nomor 7
tahun 2007 mengenai Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar 10 persen atas
input-input produksi seperti peralatan, pupuk dan obat-obatan. Kebijakan
Pemerintah lainnya seperti subsidi BBM tidak berlaku di PTPN VIII Rancabali
karena PTPN VIII Rancabali tidak mendapatkan subsidi dari Pemerintah bahkan
2
Media Perkebunan. Membendung Teh Impor Berkualitas Rendah. 2013. http://www.Media
perkebunan.net/index.php?option=com_content&view=article&id=550:membendung-teh-imporberkualitas-rendah&catid=2:komoditi&Itemid=26.(Diakses 10 Januari 2014)
8
PTPN VIII Rancabali terkena PPN terhadap pembelian BBM seperti yang
terdapat pada Undang-Undang No 42 Tahun 2009 dan Peraturan Pajak
Penghasilan Pasal 22 berkenaan dengan pengenaan PPN sebesar 10 persen
terhadap BBM.
Kebijakan Pemerintah yang ada juga akan mempengaruhi daya saing
komoditas teh di PTPN VIII Afdeling Rancabali III. Kebijakan tersebut akan
berpengaruh terhadap input dan output pengusahaan komoditas teh di PTPN VIII
Afdeling Rancabali III. Oleh karena itu diperlukan analisis mengenai daya saing
dan dampak kebijakan Pemerintah terhadap komoditas teh di PT. Perkebunan
Nusantara VIII Afdeling Rancabali III. Berdasarkan penjelasan yang telah
dipaparkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian yaitu
sebagai berikut :
1. Apakah komoditas teh hitam orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III
memiliki daya saing?
2. Bagaimana dampak kebijakan Pemerintah terhadap daya saing komoditas teh
hitam orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III?
3. Bagaimana pengaruh perubahan peningkatan harga jual output, harga pupuk
anorganik dan penurunan produksi terhadap daya saing teh hitam orthodoks di
PTPN VIII Afdeling Rancabali III?
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis daya saing teh hitam orthodoks di PTPN VIII Afdeling
Rancabali III
2. Menganalisis dampak kebijakan Pemerintah terhadap daya saing komoditas
teh hitam orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III.
3. Menganalisis pengaruh perubahan peningkatan harga jual output, harga
pupuk anorganik serta penurunan produksi terhadap daya saing teh hitam
orthodoks di PTPN VIII Afdeling Rancabali III.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari adanya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai daya
saing dan dampak kebijakan Pemerintah terhadap komoditas teh di PTPN
VIII Kebun Rancabali dan Afdeling Rancabali III pada khususnya.
2. Bagi Perusahaan, penelitian ini dapat menambah referensi dalam mengenai
daya saing komoditas teh dan pengambilan keputusan pengembangan usaha.
3. Bagi Pemerintah, hasil analisis dampak kebijakan Pemerintah diharapkan
dapat menjadi acuan dan bahan pertimbangan dalam merumuskan dan
mengimplementasikan instrumen-instrumen kebijakan yang lebih efektif dan
efisien bagi pengembangan teh.
9
Ruang Lingkup Penelitian
Lingkup penelitian dari studi mengenai “Analisis Daya Saing dan Dampak
Kebijakan terhadap Komoditas Teh di PTPN VIII Afdeling Rancabali III” ini
adalah sebagai berikut:
1. Jenis teh yang diteliti adalah jenis teh ekspor Indonesia yaitu teh hitam
orthodoks.
2. Umur tanaman teh yang dianalisis yaitu selama periode 25 tahun dengan
pertimbangan bahwa umur produktif teh di PTPN VIII Afdeling Rancabali
III adalah pada umur tanaman 25 tahun3.
3. Analisis dilakukan pada tingkat usahatani teh sampai proses pengepakan
(karung/sack).
4. Lokasi perkebunan teh milik negara yang diteliti adalah perkebunan milik
negara PT.Perkebunan Nusantara VIII Rancabali Afdeling Rancabali III)
dengan pertimbangan Afdeling Rancabali III dianggap mewakili dari
seluruh kegiatan budidaya teh (Pada saat penelitian dilakukan, kegiatan
pembibitan teh hanya dilakukan di Afdeling Rancabali III).
5. Penggunaan harga jual rata-rata dari teh hitam kering orthodoks tidak
dibedakan tiap jenis (grade), semua jenis (grade) dianggap sama.
6. Pada penelitian ini memiliki keterbatasan dalam penggunaan alat analisis
PAM. Alat analisis PAM merupakan alat analisis untuk menganalisis
kebijakan Pemerintah di tingkat usahatani untuk komoditas, namun
keterbatasan pada penelitian ini yaitu hanya dilakukan pada kasus di satu
perusahaan saja yaitu PTPN VIII Rancabali Afdeling Rancabali III, akan
lebih baik jika seluruh perusahaan di PTPN ikut dianalisis juga.
2 TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Tanaman Teh
Teh (Camellia sinensis (L.) O. Kuntze) termasuk tanaman penyegar yang
mempunyai banyak manfaat untuk kesehatan. Tiga kandungan utama dalam daun
teh antara lain senyawa polifenol yang dikenal sebagai katekin, zat nutrisi yang
terdiri dari berbagai mineral dan vitamin, serta alkaloid antara lain kafein, dan
theofilin. Selain itu, daun teh juga mengandung minyak atseri, thiamin, dan
pigmen klorofil (Wibowo 2007). Senyawa katekin dapat meningkatkan daya
tahan terhadap virus dan bakteri. Vitamin B-kompleks yang terkandung dalam
daun teh bermanfaat menjaga kesehatan mulut, lidah, dan bibir, serta flouride
yang baik untuk gigi (Ghani 2002). Minuman teh juga sangat digemari oleh
masyarakat di dunia karena mempunyai rasa yang khas. Tanaman teh tumbuh
subur di daerah tropis dan daerah sub-tropis dengan menuntut cukup sinar
matahari dan hujan sepanjang tahun.
3
PTPN VIII Rancabali. Hasil Wawancara Dengan Staff Bagian Tanaman PTPN VIII
Rancabali.2013
10
Teh dapat tumbuh dengan baik pada daerah dengan suhu 15-30 derajat
celcius. Jenis tanah yang baik ditanami teh adalah andosol, latosol, dan beberapa
jenis laterit. Teh menyukai tanah dengan derajat keasaman kurang dari 5.5.
Berdasarkan pengolahannya teh dikelompokkan menjadi (1) Teh putih yaitu teh
yang dibuat dari pucuk daun yang tidak mengalami proses oksidasi dan sewaktu
belum dipetik dilindungi dari sinar matahari untuk menghalangi pembentukan
klorofil. (2) Teh hijau yaitu daun teh yang dijadikan teh hijau biasanya langsung
diproses setelah dipetik. (3) Teh Oolong yaitu teh yang dimana pada saat proses
oksidasi dihentikan di tengah-tengah antara teh hijau dan teh hitam yang biasanya
memakan waktu 2-3 hari. (4) Teh hitam yaitu daun teh dibiarkan teroksidasi
secara penuh sekitar 2 minggu hingga 1 bulan4. Gambar pucuk teh dan tanaman
teh secara keseluruhan dapat dilihat pada Gambar 1.
.
Gambar 1 Tanaman teh
Penelitian mengenai komoditas teh dilakukan oleh Suprihatini (2005),
meneliti mengenai daya saing teh Indonesia di pasar teh dunia, dimana penelitian
ini ingin mengetahui posisi daya saing teh Indonesia di pasar dunia. Metode
analisis yang digunakan adalah Constant Market Share (CMS). Hasil penelitian
terlihat bahwa, pertumbuhan ekspor teh Indonesia jauh dibawah pertumbuhan
ekspor teh dunia karena komposisi produk teh yang diekspor Indonesia kurang
memenuhi kebutuhan pasar dimana bernilai negatif (-0.032). Sulaeman (1985),
meneliti tentang penawaran ekspor teh, harga ekspor teh, dan volume ekspor teh
Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah regresi linear berganda yang
memakai persamaan tunggal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penawaran
ekspor teh Indonesia dipengaruhi secara positif oleh nilai tukar rupiah terhadap
dollar AS, harga ekspor, harga domestik, harga di pasar London, GDP Indonesia,
GDP Amerika Serikat, dan GDP Inggris. Harga ekspor teh dipengaruhi secara
positif oleh harga teh di pasar New York. harga di pasar London. dan dipengaruhi
secara negatif oleh harga teh dan penawaran teh India. Ekspor teh dipengaruhi
positif oleh harga lelang di Jakarta, GDP Indonesia dan Inggris dan dipengaruhi
secara negatif oleh harga teh domestik dan ekspor teh India.
Herath dan Silva (2011) meneliti mengenai "Strategies for Competitive
Advantage in Value Added Tea Marketing". Dimana tujuan penelitian ini adalah
untuk menganalisis pemasaran dan produk strategi inovasi diadopsi oleh para
4
Wikipedia.2013. Pengolahan dan Pengelompokan Teh.http://id.wikipedia.org/wiki/Teh.(Diakses
Tanggal 10 Januari 2013)
11
perusahaan dengan tujuan mencari kontribusinya terhadap posisi yang
diselenggarakan oleh perusahaan dalam nilai tambah industri teh. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa membangun merek, niche pemasaran, diferensiasi produk,
biaya kepemimpinan, dan fokus pelanggan merupakan strategi yang paling
menonjol yang diadopsi oleh perusahaan. Strategi perusahaan yang penting yang
menjadi pembeda dari pesaing dan menempatkan mereka di antara pemimpin
pasar diantaranya yaitu memperluas pasar di luar negeri, perdagangan yang adil,
kelestarian lingkungan, dan identifikasi pengiriman yang lebih cepat, pengambilan
keputusan yang strategis, dan pengambilan resiko oleh para pemimpin perusahaan
merupakan strategi perusahaan yang penting yang menjadi pembeda dari pesaing
dan menempatkan mereka di antara pemimpin pasar.
Samantaray dan Ashutosh (2012) melakukan penelitian tentang An
Analysis Of Trends Of Tea Industry In India. Penelitian ini bertujuan untuk
mempelajari tren industri teh di India dengan menggunakan berbagai alat analisis
yaitu analisis regresi, analisis time series dan analisis cluster. Studi ini
menunjukkan bahwa India tidak mampu mengekspor teh lebih banyak lagi dari
yang diproduksi. Lebih lanjut diungkapkan bahwa bagaimana produksi bervariasi
dengan daerah dimana teh ini tumbuh, yaitu, utara dan selatan. Penelitian ini
menyimpulkan untuk memberikan temuan penting dan wawasan tentang tren
industri yang memberikan kontribusi untuk perekonomian India.
Sahoo, Mukherjee dan Roy (2013) dalam penelitiannya mengenai
Measuring Degree of Global Competitiveness: A Case on World Tea Industry.
Alat analisis yang digunakan adalah analisis pangsa pasar, analisis tren, dan
analisis degree of competitivenes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
persaingan global untuk produksi teh menurun selama bertahun-tahun, sedangkan,
pangsa pasar India juga menurun. Hal ini menunjukkan ancaman untuk teh di
India. Di antara sepuluh negara penghasil produksi teh, hanya China yang
menduduki pangsa pasar paling besar dibandingkan dengan sembilan negara
lainnya. India adalah salah satu negara yang pangsa pasar tehnya menurun. Jadi,
secara keseluruhan itu adalah ancaman besar bagi industri teh India karena Cina
memegang pangsa pasar pang besar dibandingkan sembilan negara lainnya.
Daya Saing dengan Metode Policy Analysis Matrix (PAM)
Beberapa penelitian terkait dengan daya saing dilakukan oleh beberapa
peneliti diantaranya adalah Feryanto (2010) dalam penelitiannya mengenai daya
saing dan dampak kebijakan Pemerintah terhadap komoditas susu sapi lokal di
Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan adalah PAM dan analisis sensitivitas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peternak di ketiga lokasi penelitian memiliki
keuntungan privat dan sosial. Usaha peternakan di ketiga lokasi penelitian
memiliki keunggulan komparatif (DRCR