Pengaruh Teman Sebaya, Efikasi Diri, Prokrastinasi Akademik Terhadap Prestasi Akademik Remaja Di Wilayah Perdesaan

(1)

PENGARUH TEMAN SEBAYA

,

EFIKASI DIRI, DAN

PROKRASTINASI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI

AKADEMIK REMAJA DI WILAYAH PERDESAAN

YUANA ZAHRA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(2)

(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Teman Sebaya, Efikasi Diri, dan Prokrastinasi Akademik terhadap Prestasi Akademik Remaja di Wilayah Perdesaan adalah benar karya saya dengan arahan dari Dosen Pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Yuana Zahra


(4)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

PENGARUH TEMAN SEBAYA

,

EFIKASI DIRI, DAN

PROKRASTINASI AKADEMIK TERHADAP PRESTASI

AKADEMIK REMAJA DI WILAYAH PERDESAAN

YUANA ZAHRA

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR


(5)

ABSTRAK

YUANA ZAHRA. Pengaruh Teman Sebaya, Efikasi Diri, Prokrastinasi Akademik terhadap Prestasi Akademik Remaja di Wilayah Perdesaan. Dibimbing oleh NETI HERNAWATI

Prestasi akademik merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan dari tujuan menempuh pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) Karakteristik remaja, karakteristik keluarga, karakteristik teman sebaya, self efficacy, prokrastinasi, dan prestasi akademik remaja, (2) hubungan antara karakteristik remaja, keluarga, teman sebaya, self efficacy, dan prokrastinasi akademik remaja, (3) pengaruh antara karakteristik remaja, keluarga, teman sebaya, self efficacy, dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi akademik remaja. Jumlah contoh dalam penelitian ini sebanyak 150 siswa SMA X dan Y di wilayah kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian secara purposive dan penarikan contoh secara proportional random sampling. Hasil korelasi menunjukkan bahwa peranan teman sebaya berhubungan signifikan terhadap efikasi diri dan efikasi diri berhubungan dengan prokrastinasi akademik. Sementara itu, analisis regresi linier menunjukkan bahwa peranan dan tindakan anggota teman sebaya berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik dan prokrastinasi akademik berpengaruh signifikan terhadap prestasi akademik remaja.

Kata Kunci: prestasi akademik, prokrastinasi akademik,efikasi diri, teman sebaya

ABSTRACT

YUANA ZAHRA. The Influence of Peers, Self Efficacy, and Academic Procrastination toward Academic Achievement. Supervised by NETI HERNAWATI.

Academic achievement is one of the indicators to determine the success of educational goals. This study was aimed to analyze: (1) the characteristics of adolescents and family, characteristics of peers, self-efficacy, academic procrastination, and academic achievement, (2) the relationships between the characteristics of adolescents and family, characteristics peers, self-efficacy and academic procrastination, (3) the effects of adolescents and family characteristics, peer group characteristic, self-efficacy, and academic procrastination on academic achievement. The number of samples in this study were 150 high school students in the district of Bogor. The purposive method was used in selection the research location while the samples were chosen by proportional random sampling. Correlation result showed tha there were significant between the role of peer with self efficacy and self efficacy were significantly related with academic procrastination. The results of linear regression analysis showed that the actions of peer and role of peer had a significant effect on academic achievement and academic procrastination had a significant effect on adolescent academic achievement.


(6)

(7)

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan karunia Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Teman sebaya, Efikasi Diri, dan Prokrastinasi Akademik terhadap Prestasi Akademik Remaja di Wilayah Perdesaan”. Pada kesempatan kali ini dengan rasa hormat penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan oleh berbagai pihak, yakni:.

1. Ibu Neti Hernawati, S.P, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia membimbing, membantu memberikan saran, dan kritik kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini.

2. Ibu Alfiasari, S.P, M.Si dan Ibu Dr. Ir Lilik Noor Yuliati, MFSA sebagai dosen Penguji dan moderator pembahas yang telah berperan dalam memberikan masukan serta kritik demi penyempurnaan skripsi ini. 3. Ibu Dr. Ir. Herien Puspitawati, M.Sc, M.Sc selaku dosen pembimbing

akademik yang telah memberikan kemudahan dalam proses bimbingan akademik selama ini serta seluruh dosen dan staff IKK yang telah memberikan ilmu serta pengetahuan berharga bagi penulis.

4. Pihak Sekolah Menengah Atas yang telah bersedia memperkenankan siswa untuk menjadi narasumber dalam penelitian ini.

5. Bapak Heryanto dan Ibu Siti Rofidah selaku orang tua penulis serta Fadhil, Anesa, serta Annasya selaku saudara kandung penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa selama penyelesaian skripsi.

6. Mega Citrandini, Miranti Rahmatika, dan Trisya Novyanis P selaku rekan sepayung dalam penelitian ini

7. Fachreza Rafiansyah, Ana Aptiana, Yusnia Maharani, Dita Aditya Fatimah Solihah, Intan Bareno, Deti Ariyana, Ami, Hafid, dan Pingkan serta keluarga besar IKK 48 yang telah memberikan dukungan dan semangat selama penulisan skripsi

8. Semua pihak yang telah memberikan dukungannya kepada penulis dalam menyelesaikan usulan penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat beberapa kekurangan dan keterbatasan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua.

Bogor, Agustus 2015

Yuana Zahra


(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ix

DAFTAR GAMBAR ix

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 5

KERANGKA PEMIKIRAN 5

METODE PENELITIAN 8

Desain, Tempat, dan Waktu 8

Teknik Penarikan Contoh 8

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data 9

Pengolahan dan Analisis Data 10

Definisi Operasional 12

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Hasil 13

Pembahasan 20

SIMPULAN DAN SARAN 22

Simpulan 23

Saran 23


(9)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan cara pengumpulan data 10

2 Jenis dan pengkategorian data 12

3 Sebaran usia orang tua contoh 15

4 Sebaran data karakteristik keluarga contoh 16

5 Sebaran contoh berdasarkan perilaku teman sebaya 16

6 Sebaran contoh berdasarkan efikasi diri 17

7 Sebaran contoh berdasarkan aspek prokrastinasi akademik 18

8 Sebaran contoh berdasarkan prestasi akademik 19

9 Koefisien korelasi karakteristik contoh, karakteristik keluarga, 19

teman sebaya dan efikasi diri terhadap prokrastinasi akademik 10 Koefisien uji regresi faktor-faktor yang memengaruhi 20 prestasi akademik remaja

DAFTAR GAMBAR

1 Pengaruh teman sebaya, efikasi diri, dan prokrastinasi akademik 7


(10)

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Menempuh pendidikan adalah salah satu tugas perkembangan remaja dalam mencapai perkembangan kognitifnya. Lebih lanjut, John Locke mengemukakan bahwa pengalaman dan pendidikan merupakan faktor yang paling menentukan dalam perkembangan dan kepribadian remaja (Gunarsa 2008). Salah satu akses seorang remaja dalam memenuhi pendidikan adalah sekolah. Tujuan dari pendidikan di sekolah antara lain memunculkan kemampuan-kemampuan dasar sebaik-baiknya (Gunarsa 2008). Keberhasilan remaja dalam memenuhi tujuan pendidikan tersebut dapat dilihat dari pencapaian hasil belajar di sekolah yang biasa disebut dengan prestasi akademik.

Prestasi akademik didefinisikan oleh Rubin (2011) sebagai status pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan subjek materi pada suatu waktu. Prestasi akademik biasanya dinilai dalam tiga cara yaitu nilai dari sekolah, nilai tes standar, dan peringkat guru (Pinxten et al. 2010). Laporan dari data

Programme for International Student Assessment (PISA) pada tahun 2012 mengungkapkan bahwa prestasi belajar siswa Indonesia yang meliputi literasi sains, membaca, serta matematika, menduduki peringkat ke 64 dari total 65 negara yang masuk pada survei PISA (OECD 2012). Hal ini menunjukkan bahwa prestasi remaja Indonesia masih tergolong rendah.

Prestasi akademik dapat dipandang sebagai hubungan yang kompleks antara kemampuan individu, persepsi diri, penilaian terhadap tugas, harapan akan kesuksesan, strategi kognitif dan regulasi diri, gender, status sosial ekonomi, kinerja serta sikap individu terhadap sekolah (Clemons 2008). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa prestasi akademik dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor dari luar diri (eksternal) maupun dari dalam diri (internal) remaja (Syah 2013). Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri. Pada proses pencarian jati diri tersebut, remaja cenderung mencari tokoh identifikasi melalui lingkungan sosialnya terutama teman yang memiliki umur yang sebaya atau biasa disebut teman sebaya(Ernawati et al.

2014). Interaksi dengan teman sebaya menjadi salah satu faktor eksternal yang dapat memengaruhi prestasi akademik pada remaja, memiliki teman sebaya di dalam kelas yang mempunyai kualitas yang lebih tinggi, berpotensi untuk dapat melakukan distribusi kemampuan akademik (Burke 2008). Selain itu, adanya rasa dihargai dan diterima oleh teman akan membuat rasa percaya diri seorang anak lebih baik, emosi yang lebih stabil sehingga anak tersebut mampu menyelesaikan segala persoalan termasuk dalam hal pelajaran sehingga hasil belajar yang mereka dapatkan pun menjadi lebih baik (Ernawati et al. 2014).

Selain faktor eksternal, prestasi akademik juga dipengaruhi oleh faktor yang ada di dalam diri remaja atau yang biasa disebut faktor internal. Bandura (1997) mengemukakan bahwa siswa dapat langsung mengatur diri mereka sendiri tentang cara mereka berinteraksi dengan lingkungan belajar. Namun, semua itu tergantung pada persepsi mereka tentang kemampuan


(12)

2

menghadapi realitas saat ini atau biasa dikenal sebagai efikasi diri. Efikasi diri dapat didefinisikan sebagai keyakinan seseorang terhadap kemampuannya untuk mengorganisasikan dan melaksanakan serangkaian tindakan untuk mencapai tujuan yang dikehendakinya (Bandura 1997). Siswa yang selalu menganggap dirinya mampu akan mengeluarkan usaha yang lebih besar dalam proses belajar dan mampu bertahan lebih lama dari pada siswa yang meragukan kemampuan mereka, terutama ketika menghadapi situasi sulit (Schunk 2004). Selain itu, siswa yang menganggap tingkat kepercayaan dirinya cukup tinggi akan berusaha lebih keras, berprestasi lebih banyak, dan gigih dalam menjalankan tugas dibandingkan dengan orang yang menganggap kecakapan dirinya rendah (Hargenhahn 2010). Dengan kata lain, siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan memiliki prestasi akademik yang tinggi karena bisa meningkatkan kualitas pemikiran, keterampilan kognitif serta meningkatkan ketekunan untuk pencarian solusi masalah (Bandura 1997).

Bong (2001) mengemukakan bahwa efikasi diri juga menjadi prediktor yang signifikan terhadap nilai akademik atau prestasi remaja. Siswa yang memiliki efikasi diri tinggi akan berusaha untuk segera mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugas akademiknya serta tidak mudah menyerah dalam mencapai terget yang diinginkan. Namun, siswa yang memiliki efikasi diri yang rendah cenderung akan menghindari dan nunda tugas akademiknya (Ellis & Knaus 2002). Istilah menunda-nunda tugas ini biasa dikenal dengan istilah prokrastinasi (Schouwernbug et al. 2004)

Prokrastinasi didefiniskan sebagai kegagalan dalam melakukan kegiatan akademik dalam jangka waktu yang diinginkan atau menunda untuk menyelesaikan tugas sampai akhir kegiatan (Wolters 2003). Dalam penelitian yang dikemukakan oleh Onwuegbuzie (2004) melaporkan bahwa hampir semua siswa melakukan prokrastinasi akademik. Prokrastinasi juga mengacu kepada situasi kekhawatiran akademik dalam penyelesaian tugas-tugas akademik seperti mempersiapkan ujian, mengerjakan pekerjaan rumah, dan menulis makalah (Schouwernburg et al. 2004). Definisi–definisi tersebut menunjukkan bahwa prokrastinasi adalah perilaku menunda dalam mengerjakan tugas-tugas akademik yang diberikan.

Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik memiliki dampak negatif terhadap prestasi akademik (Beck et al. 2000;Ellis & Knaus, 2002; Solomon & Rothblum, 1984). Penurunan prestasi akademik ini meliputi adanya nilai yang lebih rendah dan nilai rata-rata yang rendah (Jackson, 2012). Selain itu, Lestariningsih (dalam Fibriana 2009) juga mengungkapkan bahwa dukungan sosial dapat mempengaruhi prokrastinasi akademik pada siswa. Dalam hal ini, dukungan sosial yang diterima oleh remaja salah satunya adalah hubungan dengan teman sebaya (Burke, 2008). Dengan adanya teman sebaya, sangat efektif membantu siswa untuk menyelesaikan tugas akademik. Apabila siswa memperoleh dukungan dari lingkungan teman sebaya berupa perhatian emosional, ia akan lebih mempunyai kemantapan diri yang baik serta memiliki sikap yang dapat menerima kenyataan, dapat mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif, memiliki kemandirian, dan mempunyai kemampuan untuk memiliki serta


(13)

3 mencapai segala sesuatu yang diinginkan (Lestariningsih dalam Fibriana 2009). Prokrastinasi akademik juga berhubungan secara statistik dengan efikasi diri (Jackson 2012). Siswa yang memiliki prokrastinasi akademik yang lebih tinggi memiliki tingkat kinerja yang rendah dan memiliki efikasi diri yang rendah serta berakhir dengan memiliki nilai yang rendah (Jackson, 2012).

Terdapat banyak faktor yang memengaruhi prokrastinasi akademik, salah satu diantaranya yaitu kondisi lingkungan individu, yaitu lingkungan sekolah, proses pembelajaran di sekolah, serta letak sekolah yang berada di kota atau desa (Gunawanita et al. 2008). Maka tidak dapat dipungkiri, bahwa prokrastinasi akademik dan penurunan prestasi remaja juga terjadi di sekolah yang berada di daerah perdesaan. Berdasarkan hal-hal tersebut maka penting untuk meneliti faktor-faktor eksternal dan internal siswa seperti hubungan teman sebaya, efikasi diri dan prokrastinasi akademik dalam hal pencapaian prestasi akademik di daerah perdesaan. Hal ini di karenakan belum ada penelitian yang lebih dalam mengenai prokrastinasi akademik di daerah perdesaan. Selain itu, sesuai dengan Undang-Undang Dasar nomor 20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa pencapaian prestasi akademik yang merata baik di perdesaan maupun perkotaan merupakan salah satu indikator keberhasilan sistem pendidikan nasional yang menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan Lokal, Nasional, dan Global.

Perumusan Masalah

Pencapaian keberhasilan remaja dalam prestasi akademik dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam diri sendiri maupun faktor dari luar diri siswa (Burke 2008). Salah satu faktor eksternal yang memengaruhi keberhasilan dalam hal pencapaian prestasi remaja adalah dukungan dari teman sebaya. Menurut Ali (2004) Kelompok teman sebaya memegang peranan penting dalam kehidupan dan perkembangan remaja, salah satunya dalam hal pencapaian prestasi akademik (Ernawati et al. 2014). Selain faktor eksternal, terdapat faktor internal yang dapat memengaruhi pencapaian prestasi akademik siswa. Salah satunya adalah efikasi diri. Efikasi diri menjadi prediktor yang kuat dari prestasi akademik (Ahmad 2011). Siswa yang memiliki efikasi diri rendah akan cenderung akan menghindari dan menunda tugas atau yang biasa disebut dengan prokrastinasi (Ellis & Knaus 2002). Penelitian yang dikemukakan oleh Jackson (2012) menyatakan bahwa hampir 44% siswa selalu menunda-nunda ketika belajar untuk ujian, 35% memenunda-nunda pada tugas membaca mingguan, 32% pada penyelesaian tugas menulis, 29% pada kegiatan sekolah pada umumnya, 14% pada tugas-tugas kehadiran, dan 11% pada tugas-tugas administrasi akademik.

Berdasarkan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pasal 4 yang menyatakan bahwa Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan


(14)

4

menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa. Berdasarkan hal tersebut, maka sebaiknya sistem pendidikan yang ada di Indonesia harus di jalankan merata baik di daerah perkotaan maupun perdesaan demi meningkatkan mutu kehidupan baik pada tingkat Lokal maupun Nasional. Namun, pada kenyataannya masih terlihat adanya kesenjangan pendidikan antara perdesaan maupun perkotaan. Data yang diambil dari Badan Pusat Statistik menunjukkan adanya ketimpangan Angka Partisipasi Sekolah pada kelompok umur 16-18 tahun, dengan persentase perkotaan sebesar 66,66 persen, sementara di perdesaan hanya 55,04 persen (BPS, 2013).

Selain Angka Partisipasi Sekolah, kesenjangan juga terlihat dari nilai rata-rata Ujian Nasional yang dimiliki oleh Kota dan Kabupaten Bogor. Nilai Ujian Nasional yang dimiliki Kabupaten Bogor adalah sebesar 8.02, nilai tersebut masih di bawah rata-rata dari nilai ujian nasional provinsi Jawa Barat yaitu sebesar 8.23. Sementara itu, kota Bogor dengan angka 8.56 sudah berada di atas rata-rata nilai Ujian Nasional yang dimiliki oleh provinsi Jawa barat (Kemdikbud 2013). Berdasarkan data-data yang telah dipaparkan tersebut, maka penelitian mengenai analisis pengaruh teman sebaya, efikasi diri dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi akademik siswa di wilayah perdesaan menjadi menarik untuk dilakukan. Mengingat pentingnya menangani permasalahan kondisi akademik siswa di Indonesia, terutama siswa remaja yang berada di wilayah perdesaan, demi terwujudnya sistem pendidikan Nasional yang merata untuk meningkatkan kualitas hidup Nasional. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk dapat menjawab pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana teman sebaya, efikasi diri, prokrastinasi, dan prestasi akademik remaja di wilayah perdesaan ?

2. Bagaimana karakteristik remaja, keluarga, teman sebaya, efikasi diri, dan prokrastinasi akademik saling berhubungan?

3. Bagaimana teman sebaya, efikasi diri, dan prokrastinasi akademik dapat memengaruhi prestasi akademik pada remaja di wilayah perdesaan?

Tujuan Penelitian Tujuan Umum

Penelitian ini secara umum bertujuan untuk menganalisis pengaruh teman sebaya, efikasi diri, dan prokrastinasi akademik terhadap pencapaian prestasi akademik remaja di wilayah perdesaan

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi karakteristik remaja, karakteristik keluarga, teman sebaya, efikasi diri, prokrastinasi akademik, serta prestasi akademik remaja.

2. Menganalisis hubungan antara karakteristik remaja, keluarga, teman sebaya, efikasi diridan prokrastinasi akademik remaja

3. Menganalisis pengaruh antara teman sebaya, efikasi diri, dan prokrastinasi akademik terhadap prestasi akademik remaja.


(15)

5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan gambaran kepada orang tua, guru, dan pihak terkait mengenai pengaruh teman sebaya, efikasi diri, dan prokrastinasi akademik terhadap pencapaian prestasi akademik remaja. Bagi pihak sekolah, hasil penelitian diharapkan mampu menjadi gambaran untuk menerapkan metode pembelajaran yang lebih baik. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi untuk penetapan kebijakan-kebijakan terkait sistem pendidikan, khususnya pada Sekolah tingkat Menengah Atas (SMA) di wilayah perdesaan. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan referensi dan dapat menjadi landasan bagi pengembangan penelitian-penelitian sejenis dengan topik yang sama.

KERANGKA PEMIKIRAN

Menempuh pendidikan formal merupakan salah satu tugas yang harus dipenuhi remaja dalam rangka memenuhi tugas perkembangannya. Sekolah merupakan salah satu tempat untuk mendapatkan pendidikan secara formal. Di Indonesia, UU nomor 23 tahun 2003 pada pasal 2 telah menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik. Salah satu indikator yang digunakan untuk mengetahui keberhasilan dari tujuan pendidikan nasional yaitu prestasi akademik.

National Association for Developmental Education (2012) melaporkan bahwa perkembangan pendidikan dapat meningkatkan prestasi akademik, personal, dan profesional bagi semua peserta didik.

Santrock (2007) mengungkapkan bahwa seiring dengan pertambahan rentang usia, pandangan individu akan nilai sebuah prestasi akademik pun berubah. Semakin matang usia, individu akan semakin memandang prestasi akademis lebih serius. Sementara itu, hasil penelitian dari Tinklin et al.

(2000) menyatakan bahwa prestasi pelajar perempuan lebih baik dibandingkan pelajar laki-laki. Pada umumnya, Pencapaian prestasi akademik merupakan hasil hubungan timbal balik yang berkesinambungan antara faktor internal, faktor lingkungan, dan perilaku (Bandura 1986).

Schunk (2004) mengungkapkan bahwa Faktor sosial atau lingkungan dapat mempengaruhi banyak variabel pribadi seperti tujuan belajar, atribusi, dan evaluasi diri dalam kemajuan belajar. Faktor lingkungan yang paling dekat pada masa remaja salah satu diantaranya yaitu lingkungan teman sebaya. Masa remaja merupakan masa pencarian jati diri dan mencari tokoh identifikasi melalui lingkungan sosialnya terutama teman sebaya. Menurut hasil analisis dari Ernawati et al. (2014) mengungkapkan bahwa interaksi teman sebaya memberikan pengaruh terbesar dibandingkan variabel pola asuh orang tua dan kecerdasan emosional untuk meningkatkan prestasi belajar.

Selain faktor lingkungan, prestasi akademik juga dipengaruhi oleh faktor kognitif salah satunya adalah keyakinan seseorang atas


(16)

6

kemampuannya melakukan sesuatu atau yang biasa disebut efikasi diri. Keyakinan yang kuat akan mendorong seseorang untuk merancang tujuan yang menantang, membuat strategi, dan melakukan usaha yang lebih keras untuk mendapatkan tujuan yang diharapkan seperti pencapaian prestasi akademik (Susandari 2014). Hasil penelitian secara signifikan membuktikan bahwa efikasi diriberpengaruh positif terhadap prestasi akademik (McTigue dan Liew 2011). Choi (2004) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan antara semua kelompok jenis kelamin terhadap efikasi diri. Selain jenis kelamin, hasil interaksi siwa dengan lingkungan dan sharing pengetahuan dapat memengaruhi efikasi diri yang dimiliki siswa (Endres et al. 2007). Sharing atau berbagi pengetahuan bisa didapatkan siswa melalui hubungan dengan kelompok teman sebaya. Selain itu, Gregg dan Washbrook (2011) menemukan faktor latar belakang keluarga dan pencapaian prestasi sebelumnya pada siswa memungkinkan siswa memiliki keyakinan yang kuat akan kemampuan mereka sendiri. Hal tersebut dapat diartikan bahwa latar belakang keluarga memiliki hubungan terhadap efikasi diri siswa. Siswa yang memiliki efikasi diri yang rendah akan mencoba menghindari dan menunda tugas akademik yang diberikan dari pada siswa yang memiliki efikasi diri yang tinggi (Jackson 2012). Perilaku menunda tersebut dapat diartikan dengan istilah prokrastinasi akademik.

Prokrastinasi akademik adalah perilaku penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan akademik (Ferrari 1995). Beberapa penelitian mengungkapkan bahwa prokrastinasi akademik memiliki dampak negatif terhadap prestasi akademik (Beck et al, 2000;Ellis & Knaus, 2002; Solomon & Rothblum, 1984). Faktor dukungan sosial juga dipercaya berpengaruh negatif secara signifikan terhadap prokrastinasi akademik (Andarini et al., 2013). Salah satu dukungan sosial yang disebutkan adalah lingkungan teman sebaya. Selain itu, Siswa yang memiliki prokrastinasi akademik yang lebih tinggi memiliki tingkat kinerja yang rendah dan memiliki efikasi diri yang rendah serta berakhir dengan memiliki nilai yang rendah (Jackson 2012). Kerangka pemikiran mengenai teman sebaya, efikasi diri, prokrastinasi akademik dan pencapaian prestasi akademik tersaji dalam Gambar 1.


(17)

(18)

Gambar 1. Pengaruh Teman Sebaya, Efikasi Diri, dan Prokrastinasi Akademik terhadap Prestasi Akademik Remaja Keterangan:

: Variabel yang diteliti : Pengaruh yang dianalisis

Efikasi Diri

Prokrastinasi Akademik - Membuang waktu - Menghindari tugas - Menyalahkan orang

lain Karakteristik Remaja

 Usia

 Jenis kelamin

 Bidang studi

Prestasi Akademik

Remaja

Perilaku teman sebaya

 Interaksi teman sebaya

 Peranan teman sebaya

 Tindakan-tindakan anggota

Karakteristik Keluarga

 Usia orang tua

 Pendidikan orang tua

 Besar keluarga


(19)

(20)

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu

Penelitian ini merupakan penelitian payung yang memiliki topik besar “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prestasi Akademik Remaja di Wilayah Perdesaan” dengan menggunakan desain penelitian cross sectional study. Lokasi dari penelitian ini adalah dua Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) yang berada di Kabupaten Bogor. Penentuan sekolah yang dijadikan lokasi penelitian dilakukan secara purposive dengan pertimbangan dua sekolah yang dipilih termasuk sekolah dengan jumlah siswa terbanyak di wilayah Bogor bagian Barat berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Pendidikan Kabupaten Bogor tahun 2014. Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan mulai Maret hingga Mei 2015.

Teknik Penarikan Contoh

Populasi penelitian ini adalah siswa remaja di SMA Negeri di wilayah Kabupaten Bogor. Contoh penelitian adalah siswa kelas XI di SMA X dan Y dengan pertimbangan bahwa siswa kelas XI telah memiliki pengalaman belajar di SMA lebih lama dibandingkan siswa kelas X, namun tidak disibukkan dengan persiapan Ujian Akhir Nasional seperti kelas XII. Selain itu, siswa kelas XI sudah terbagi berdasarkan jurusan bidang IPA maupun IPS.

Penarikan contoh dilakukan dengan menggunakan teknik

proportional random sampling dari seluruh siswa kelas XI IPA dan XI IPS pada masing-masing lokasi penelitian. Jumlah keseluruhan contoh yang terpilih sebanyak 150, yaitu SMA X sebanyak 79 siswa (45 siswa jurusan IPA dan 34 jurusan IPS) dan SMA Y sebanyak 71 siswa (38 siswa jurusan IPA dan 33 siswa jurusan IPS). Adapun kerangka penarikan contoh dapat dilihat pada Gambar 2.

Purposive

Purposive

Propotional Random Sampling

Gambar 2 Kerangka penarikan contoh

Kelas XI IPA N=190

Kelas XI IPS N=143

Kelas XI IPS N=141 Kelas XI IPA

N=163

n = 150 siswa

Kabupaten Bogor

SMA X N=333

SMA Y N=304


(21)

9 Setelah proses pengambilan data, siswa yang hadir dan melengkapi data sebanyak sebanyak 132 orang. Sehingga, jumlah data yang dapat dianalisis lebih lanjut sebanyak 132.

Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan melalui teknik self report dengan alat bantu kuesioner yang diisi oleh contoh setelah mendapat penjelasan dan panduan dari peneliti. Data primer meliputi karakteristik contoh (usia, jenis kelamin, dan jurusan bidang studi), karakteristik keluarga (besar keluarga, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua), teman sebaya, efikasi diri, dan prokrastinasi akademik. Data sekunder terdiri atas prestasi akademik yang diperoleh dari pihak sekolah dalam bentuk nilai rapor siswa semester terakhir. Jenis dan cara pengumpulan data disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Jenis data dan cara pengumpulan data

Jenis Data Variabel Alat Bantu Skala Data Primer

Primer

Karakteristik Contoh:

Kuesioner

- Usia Rasio

- Jenis Kelamin Nominal - Jurusan bidang studi Nominal - Urutan Kelahiran Ordinal

Primer

Karakteristik Keluarga:

Kuesioner

- Usia orang tua Rasio - Pekerjaan orang tua

- Pendidikan orang tua

Nominal Rasio - Pendapatan keluarga

- Besar Keluarga

Rasio Rasio Primer Perilaku Teman Sebaya Kuesioner Rasio Primer Efikasi Diri Kuesioner Rasio Primer Prokrastinasi Akademik Kuesioner Rasio Sekunder Prestasi Akademik Rapor siswa Rasio

Variabel teman sebaya dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang dikembangkan oleh Wulan (2010) mengacu pada teori Havighurts (1953) yang menjelaskan bahwa “anak tumbuh dan berinteraksi dalam dua dunia sosial yaitu dunia orang dewasa dan dunia teman sebaya”. Kuesioner ini meliputi aspek-aspek diantaranya yaitu intensitas bergaul dengan teman sebaya, peranan teman sebaya dalam menumbuhkan kedisiplinan belajar, peranan teman sebaya sebagai pengontrol tingkah laku siswa. Variabel ini terdiri atas 27 item pertanyaan (11 item pertanyaan interaksi teman sebaya, 9 item pertanyaan peranan teman sebaya, dan 7 item pertanyaan tindakan-tindakan anggota) dengan pilihan jawaban A,B,C,dan D dengan keterangan nilai 1=Jawaban D, 2=Jawaban C, 3=Jawaban C, 4=Jawaban A. Reliabilitas dari kuesioner ini adalah 0.696.


(22)

10

Variabel efikasi diri diukur menggunakan kuesioner Indonesian Adaption of General Self Efficacy Scale dikembangkan oleh Schwarzer (1995) yang dimodifikasi oleh peneliti. Variabel ini memiliki 10 item pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban meliputi keterangan SS: Sangat setuju, S: Setuju, TS: Tidak Setuju, dan STS: Sangat Tidak setuju dan memiliki nilai reliabilitas sebesar 0.789.

Variabel prokrastinasi akademik dalam penelitian ini diukur menggunakan Tuckman Procrastination Scale yang dikembangkan oleh Tuckman (1990). Variabel ini terdiri dari 35 item pertanyaan (14 item mengukur aspek membuang waktu, 16 item mengukur aspek menghindari tugas dan 5 item mengukur aspek menyalahkan orang lain) yang menggunakan 4 pilihan jawaban meliputi keterangan SS: Sangat Setuju, S: Setuju, TS: Tidak Setuju, STS: Sangat Tidak setuju. Instrumen ini memiliki nilai cronbach alpha sebesar 0.764.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh melalui proses pengolahan dan dianalisis secara deskriptif dan inferensia. Proses pengolahan data meliputi editing, coding,

entrying, scoring dan cleaning data. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS for Windows. Pengontrolan kualitas data dilakukan melalui uji reliabilitas instrumen teman sebaya, efikasi diri dan prokrastinasi akademik dengan metode

Cronbach’sAlpha.

Data karakteristik contoh terdiri dari usia, jenis kelamin, dan jurusan bidang studi. Data jenis kelamin dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Data usia didasarkan pada sebaran contoh. Data jurusan bidang studi berdasarkan jurusan yang ada di sekolah menengah atas yaitu IPA dan IPS. Data karakteristik keluarga terdiri dari besar keluarga, pendidikan orang tua, serta pendapatan per kapita. Pendapatan orangtua dikonversikan menjadi pendapatan per kapita yang kemudian akan dikategorikan menggunakan indikator garis kemiskinan BPS Provinsi Jawa Barat (BPS 2014). Sistem skoring dibuat konsisten untuk variabel teman sebaya, efikasi diri, dan prokrastinasi akademik. Penentuannya didasarkan pada jawaban dari masing-masing pertanyaan yang kemudian masing-masing dijumlahkan dan dikategorikan menggunakan persentase indeks sebagai berikut:

� = � � − � � �

� � � − � � � × 100 Keterangan:

Indeks = skor anak yang sudah di indeks

Skor anak = skor yang diperoleh anak berdasarkan pengukuran Skor minimal = skor minimal pada instrumen

Skor maksimal = skor maksimal pada instrumen

Untuk pengkategorian variabel teman sebaya, efikasi diri dan Prokrastinasi akademik menggunakan cut off yang terdiri dari tiga kategori yaitu rendah (<60), sedang (60-80), tinggi (>80). Prestasi akademik remaja dikategorikan berdasarkan Permendiknas no.81a tahun 2013. yaitu:


(23)

11 kurang=≤2.49, cukup= 2.50-2.99, baik=3.00-3.49, sangat baik= 3.50-4.00. Jenis dan pengategorian data disajikan pada Tabel 4.

Tabel 2 Jenis dan pengkategorian data

Jenis Data Pengkategorian Data

Jenis Kelamin Laki-Laki, Perempuan Bidang Studi IPA, IPS

Usia orang tua Dewasa muda (18-40), dewasa madya (40-60), dewasa akhir (>60) (Santrock 2007)

Pekerjaan orang tua Petani, Wiraswasta, Pegawai Swasta, PNS, Pedagang, Buruh, Tidak Bekerja/IRT, Lainnya Besar Keluarga Keluarga besar (≥ 8 orang), Keluarga sedang (5-7

orang), Keluarga kecil (≤ 4 orang) (BKKBN 1998) Perilaku Teman Sebaya

Rendah (<60), sedang (60-80), tinggi (>80) Interaksi Teman Sebaya

Peranan Teman Sebaya Tindakan-Tindakan Anggota Efikasi Diri

Prokrastinasi Akademik

Prestasi Akademik Kurang (≤2.49) , cukup (2.50-2.99), baik (3.00-3.49), sangat baik (3.50-4.00) (Permendiknas 2013) Analisis deskriptif yang dilakukan adalah nilai minimal, nilai maksimal, mean, standar deviasi, serta frekuensi. Analisis inferensia yang akan dilakukan adalah uji korelasi Pearson (data numerik) untuk mengetahui hubungan antar variabel yang diteliti. Selain itu, untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi prokrastinasi akademik dilakukan uji regresi linier. Bentuk persamaan mengenai prokrastinasi akademik adalah sebagai berikut:

Y1= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 +β6X6 +β7X7 + β8X8 + β9X9 + β10X10 + β11X11 ε

Keterangan:

Y : Prokrastinasi akademik

α : Konstanta regresi

β1, β2,…, β7 : Koefisien regresi

X1 : Usia contoh

X2 : Pendapatan perkapita

X3 : Usia ayah

X4 : Usia ibu

X5 : Lama pendidikan ayah

X6 : Lama pendidikan ibu

X7 : Besar keluarga

X8 : Interaksi teman sebaya

X9 : Peranan teman sebaya

X10 : tindakan-tindakan anggota

X11 : Efikasi diri

ε : Galat

Uji regresi linier juga dilakukan untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik. Bentuk persamaan mengenai prestasi akademik adalah sebagai berikut:


(24)

12

Y1= α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 +β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9X9 + β10X10 + β11X11+ β12X12+ β13X13 ε

Keterangan:

Y : Prestasi akademik

α : Konstanta regresi

β1, β2,…, β7 : Koefisien regresi

X1 : Usia contoh

X2 : Jenis kelamin

X3 : Pendapatan perkapita

X4 : Usia ayah

X5 : Usia ibu

X6 : Lama pendidikan ayah

X7 : Lama pendidikan ibu

X8 : Besar keluarga

X9 : Interaksi teman sebaya

X10 : Peranan teman sebaya

X11 : Tindakan-tindakan anggota

X12 : Efikasi diri

X13 : Prokrastinasi akademik

ε : Galat

Definisi Operasional

Karakteristik contoh adalah ciri-ciri khas yang terdapat pada contoh terdiri dari usia, jenis kelamin, dan jurusan bidang studi yang di tempuh di SMA.

Usia adalah usia contoh dalam satuan tahun pada saat penelitian berjalan. Jenis kelamin adalah kelompok contoh yang dibedakan berdasarkan

laki-laki dan perempuan.

Jurusan bidang studi adalah cabang pengetahuan yang diajarkan di sekolah tingkat menengah atas dan dibedakan berdasarkan IPA dan IPS.

Karakteristik keluarga adalah ciri-ciri khas yang melekat pada anggota keluarga baik ayah, ibu, dan anak.

Besar keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, anak, serta anggota keluarga lainnya yang tinggal dalam satu atap.

Pendidikan orang tua adalah jalur pendidikan formal yang ditempuh oleh ayah dan ibu dalam satuan tahun.

Pekerjaan orang tua adalah profesi yang dikerjakan oleh ayah dan ibu dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup keluarga.

Pendapatan per kapita adalah jumlah pendapatan yang diperoleh dari seluruh anggota keluarga dalam kurun waktu sebulan lalu dibagi dengan jumlah tanggungan dalam keluarga atau jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah.


(25)

13 Perilaku teman sebaya adalah respon atau reaksi remaja terhadap lingkungan teman sebaya yang terdiri dari interaksi, peranan, serta tindakan-tindakan anggota teman sebaya.

Interaksi teman sebaya adalah komunikasi yang terjadi di dalam hubungan dengan teman sebaya.

Peranan teman sebaya adalah Persepsi anggota mengenai pengaruh teman sebaya dalam kehidupannya.

Tindakan-tindakan anggota adalah aksi yang dilakukan anggota teman sebaya pada saat berinteraksi dengan sesama anggota.

Efikasi diri keyakinan akan kemampuan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya dan mampu menghadapi kesulitan atau hambatan.

Prokrastinasi akademik adalah perilaku menunda-nunda dalam mengerjakan tugas akademik.

Prestasi akademik adalah nilai ketuntasan belajar yang dimiliki contoh dalam kurun waktu tertentu dilihat dari nilai rapor.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Gambaran Umum Sekolah

SMA X dan SMA Y merupakan satu-satunya sekolah negeri yang berada pada masing-masing kecamatan di Kabupaten Bogor. SMA X terletak berhadapan dengan kantor kepala Desa sedangkan SMA Y berada di jalan utama yang dilalui oleh angkutan umum. Kedua sekolah tersebut telah memiliki akreditasi A oleh BAN-PT. Kedua sekolah ini juga memiliki siswa yang sudah terbagi berdasarkan bidang studi yaitu IPA dan IPS mulai dari kelas X.

SMA X berdiri sejak tahun 1984 dan memiliki 1019 siswa serta 341 siswa duduk di kelas XI. SMA X memiliki 27 rombongan belajar dan 51 guru yang termasuk guru tetap dan tidak tetap. Sarana yang dimiliki oleh SMA X adalah ruang BK, laboratorium Biologi, Laboratorium TIK, ruang multimedia, ruang kantor, guru dan Tata Usaha, serta ruang perpustakaan. Kondisi sarana SMA X pada umumnya dalam kondisi baik namun terdapat beberapa kerusakan terutama di Laboratorium IPA. SMA X belum memiliki laboratorium Bahasa.

SMA Y berdiri pada tahun 2002 yang dulunya bergabung dengan kecamatan lain. SMA Y memiliki 25 rombongan belajar dengan 1009 siswa yang terdiri dari 331 siswa kelas XI. SMA Y memiliki 49 guru yang termasuk diantaranya adalah kepala sekolah, staff dan tata usaha. Sarana yang dimiliki oleh SMA Y umumnya sudah lengkap dan dalam kondisi yang baik seperti perpustakaan, Laboratorium IPA dan bahasa, ruang guru, serta ruang komputer.


(26)

14

Karakteristik Remaja Perdesaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase terbesar remaja perdesaan yang dijadikan contoh berjenis kelamin perempuan (62.1%) dan sisanya berjenis kelamin laki-laki (37.9%). Sebanyak 56.8 persen dari total keseluruhan contoh berada di jurusan IPA di sekolah dan sisanya berada di jurusan IPS (43.2%). Usia contoh tergolong dalam usia remaja akhir yaitu usia 15 hingga 20 tahun (Papalia et al. 2008). Separuh dari total contoh (51.5%) berada pada usia 17 tahun.

Karakteristik Keluarga

Tabel 3 menunjukkan sebaran usia Ayah dan Ibu berdasarkan pembagian kelompok usia menurut Santrock (2007). Persentase terbesar usia ayah berada pada kategori dewasa madya (78.8%) dengan usia maksimal 69. Sementara itu, usia Ibu menyebar pada kategori dewasa muda dan madya dengan persentase masing-masing sebesar 46.6 persen dan 53.4 persen dan tidak ada yang berada pada kategori rentang usia dewasa akhir dengan usia maksimal 59 tahun. Selain itu, 2.3 persen dari keluarga contoh memiliki ayah yang sudah tiada dan 0.8 persen keluarga memiliki ibu yang sudah tiada.

Tabel 3 Sebaran usia orang tua contoh

Usia orang tua (tahun) Ayah Ibu

n % n %

Dewasa Muda (18-40) 22 16.7 61 46.6 Dewasa Madya (40-60) 104 78.8 70 53.4 Dewasa Akhir (>61) 3 2.3 0 0.0

Almarhum 3 2.3 1 0.8

Total 132 100.0 132 100.0 Min – Max 32 – 69 29 – 59 Rata – rata ± Std 47.6 ± 6.8 42.7 ± 6.9

Berdasarkan data dari BKKBN (1998), besar keluarga terdiri dari keluarga kecil (<4 orang), keluarga madya (5-7 orang), dan keluarga besar (>8 orang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah dari total keluarga contoh (47.7%) tergolong dalam keluarga madya. Rata-rata lama pendidikan ayah dan ibu berada pada skor 9.1 dan 8.4 setara dengan tingkat SMP. Data sebaran pekerjaan orang tua contoh menunjukkan bahwa 31.1 persen ayah berprofesi sebagai wiraswasta, sedangkan sisanya menyebar pada pekerjaan buruh, pedagang, serta pegawai negeri. Sementara itu, hampir keseluruhan ibu berprofesi sebagai ibu rumah tangga (78.0%). Mengacu dari garis kemiskinan Jawa Barat pada tahun 2014 yaitu sebesar 285 076, persentase terbesar keluarga contoh (62.9%) digolongkan sebagai keluarga tidak miskin dengan rata-rata pendapatan perkapita per bulan


(27)

15 sebesar 548 206. Sebaran data karakteristik keluarga contoh tersaji dalam Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran data karakteristik keluarga contoh

Variabel Min-Max Rataan ± Std Besar Keluarga (orang) 2 – 11 5.7 ± 1.8 Pendidikan Ayah (tahun) 0 – 18 9.1 ± 3.7 Pendidikan Ibu (tahun) 0 – 16 8.5 ± 3.5 Pendapatan perkapita (Rp/bulan) 7 143–2 500 000 548 206.0 ± 512358.9

Teman Sebaya

Kelompok teman sebaya adalah sekelompok anak atau remaja dengan tingkat usia atau kedewasan yang sama (Santrock 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa setengah dari persentase contoh (53.8%) memiliki teman sebaya lebih dari 10 dan satu pertiga dari total contoh (38.6%) memiliki teman sebaya kurang dari sepuluh. Namun, 7.6 persen dari persentase total contoh mengatakan tidak memiliki teman dekat. Sementara itu, persentase terbesar contoh (62.1%) mempunyai waktu lebih dari tiga jam dalam meluangkan waktu untuk mengobrol dan berinteraksi dengan teman sebayanya setiap hari.

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan perilaku teman sebaya Kategori Perilaku Teman Sebaya

Interaksi Peranan Tindakan Total n % n % n % n % Rendah (<60) 80 60.6 67 50.8 23 17.4 58 43.9 Sedang (60-80) 45 34.1 65 49.2 83 62.9 73 55.3 Tinggi (>80) 7 5.3 0 0.0 26 19.7 1 0.8 Total 132 100.0 132 100.0 132 100.0 132 100.0 Min – Maks 25.0 - 86.1 44.4 – 77.8 5.6 – 66.7 28.4 – 76.5 Rata – rata ± Std 57.8 ± 11.7 60.9 ± 8.0 30.5 ± 12.5 52.7 ± 8.34

Teman sebaya mempunyai perilaku di dalam situasi sosial yang memberikan pengaruh terhadap tindakan dan pandangan mereka agar dapat diterima oleh lingkungan sosial (Santoso 1999). Penilaian terhadap variabel teman sebaya didasarkan pada pembagian dimensi teman sebaya yang meliputi interaksi, peranan, dan tindakan. Tabel 5 menunjukkan bahwa Interaksi yang terjadi antara contoh dengan teman sebaya berada pada kategori rendah (60.6%). Hal ini menunjukkan bahwa contoh tidak terlalu sering dalam meluangkan waktu berinteraksi dengan temannya di sekolah, melalui telepon atau sms, ataupun pada saat liburan. Pada dimensi peranan teman sebaya, sebagian besar contoh berada pada kategori rendah (50.8%) Hal ini menunjukkan bahwa contoh berpendapat peranan teman tidak terlalu penting dalam tugas akademik, pekerjaan kelompok, metode belajar, dan


(28)

16

pada saat mereka mengalami kesusahan seperti sakit. Selain itu, tindakan tindakan anggota kelompok tergolong dalam kategori sedang dengan persentase sebesar 62.9 persen. Hal ini menunjukkan bahwa contoh kadang-kadang mengikuti tindakan anggota kelompoknya seperti mengikuti ajakan teman, mengikuti cara berpakaian, mengikuti perkelahian, dan mengambil barang milik teman.Sementara itu, Keseluruhan total teman sebaya menunjukkan sebagian besar contoh berada pada kategori sedang (55.3%). Sebaran contoh berdasarkan dimensi teman sebaya berada pada Tabel 5.

Efikasi Diri

Efikasi diri diartikan sebagai suatu keadaan seseorang yang yakin dan percaya bahwa mereka dapat mengontrol hasil dari usaha yang telah dilakukan (Pajares 2006). Efikasi diri terbentuk melalui serangkaian tindakan yang dibentuk dalam pikiran manusia. Pemikiran ini kemudian memberikan arahan mengenai konsep diri mereka. Konsep diri akan mempengaruhi seseorang dalam menafsirkan situasi, antisipasi, dan perencanaan. Jika seseorang menilai diri sendiri mampu mengatasi situasi dan melakukan perencanaan yang baik, maka dapat dikatakan bahwa ia memiliki efikasi diri yang baik (Bandura 1997).

Pada sebaran contoh berdasarkan variabel efikasi diri (Tabel 6) menunjukkan bahwa sebagian besar contoh memiliki efikasi diri yang tergolong dalam kategori sedang (59.1%). Hal ini menunjukkan bahwa contoh sudah yakin akan kemampuannya dalam memecahkan soal yang sulit, melaksanakan niat dan tujuan, serta mengandalkan kemampuan mereka dalam menghadapi masalah. Namun, contoh masih belum yakin akan kemampuannya dalam menghadapai situasi dan tantangan yang baru serta menghadapai kejadian yang tidak terduga.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan efikasi diri Kategori Efikasi diri

n %

Rendah (<60) 36 27.3

Sedang (60-80) 78 59.1

Tinggi (>80) 18 13.6

Total 132 100.0

Min – Max 43.3 - 100 65.6 ± 11.6 Rata-rata ± Std

Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi adalah suatu kecenderungan menunda untuk memulai maupun menyelesaikan tugas, sehingga tugas-tugas menjadi terhambat dan tidak dapat menyelesaikan tugas tepat waktu (Solomon & Rothblum 1984). Seseorang yang melakukan prokrastinasi biasanya memandang negatif


(29)

17 terhadap kemampuannya dalam mengerjakan tugas (Burka & Yuen 2008). Lebih lanjut Tuckman (1990) mengungkapkan beberapa aspek dari prokrastinasi, yaitu membuang waktu, menghindari tugas, dan menyalahkan orang lain.

Pada aspek membuang membuang waktu terlihat bahwa sebagian besar contoh berada pada kategori sedang (85.6%). Hal ini berarti remaja di perdesaan masih ragu dalam memulai kegiatan atau pun mengerjakan tugas sehingga mereka baru menyelesaikan tugas hingga akhir-akhir tenggat waktu. Persentase terbesar dari kedua aspek prokrastinasi akademik yaitu menghindari tugas dan menyalahkan orang lain, berada pada kategori rendah sebesar 97.0 dan 82.6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa contoh tetap mengerjakan tugas meskipun dalam keadaan yang sulit dan tidak memerlukan tenggat waktu dari orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Sementara itu, pada keseluruhan total prokrastinasi akademik, sebagian besar contoh berada pada kategori rendah (96.2). Hal ini berarti contoh sudah tepat waktu terhadap janji, meluangkan waktu dalam belajar, dan mencari cara mudah agar dapat menyelesaikan tugas. Sebaran contoh berdasarkan prokrastinasi akademik berada pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan prokrastinasi akademik

Kategori

Aspek prokrastinasi akademik Membuang

waktu

Menghindari tugas

Menyalahkan orang lain

Total n % n % n % n % Rendah (<60) 19 14.4 128 97.0 109 82.6 127 96.2 Sedang (60-80) 113 85.6 4 3.0 23 17.4 5 3.8 Tinggi (>80) 0 0.0 0 0.0 0 0.0 0 0.0 Total 132 100. 0 132 100.0 132 100.0 132 100.0 Min – Maks 16.7 - 66.7 16.7 – 64.6 20.0 – 66.7 21.9 – 62.9 Rata – rata ± Std 44.5 ± 9.6 45.3 ± 7.9 46.5 ± 10.4 45.9 ± 7.3

Prestasi Akademik

Prestasi akademik merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki siswa untuk menerima, menolak, dan menilai informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar (Slameto 2008). Pinxten et al. (2010) mengungkapkan bahwa prestasi akademik dinilai dengan tiga cara yaitu nilai sekolah, nilai tes standar, dan peringkat guru yang biasa disebut dengan rapor. Rapor merupakan perumusan terakhir yang diberikan guru mengenai kemajuan atau hasil akademik siswa selama masa tertentu. Prestasi akademik contoh dikategorikan dalam 4 kategori berdasarkan Permendikbud (2013) yaitu sangat baik (3.50-4.00), baik (3.00-3.49), cukup (2.50-2.99), dan kurang (≤ 2.49). Nilai minimal contoh berada pada angka 2.8 sedangkan nilai maksimalnya berada pada angka 3.4 dengan nilai rata-rata yang diperoleh contoh sebesar 3.2. Tabel di bawah ini menunjukkan bahwa hampir seluruh contoh dalam penelitian (92.4%) memiliki kategori


(30)

18

prestasi akademik baik dan sisanya memiliki kategori prestasi akademik cukup (7.6%)

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan prestasi akademik Kategori Prestasi Akademik

n %

Kurang (≤2.49) 0 0.0 Cukup (2.50-2.99) 10 7.6

Baik ( 3.00-3.49) 122 92.4

Sangat baik (3.50-4.00) 0 0.0

Total 132 100.0

Min – Max 2.8 – 3.4 Rata-rata ± Std 3.2 ± 0.1

Hubungan Karakteristik Contoh, Karakteristik Keluarga, Teman Sebaya, Efikasi diri dan Prokrastinasi Akademik

Hasil uji hubungan antara karakteristik contoh, keluarga, teman sebaya dan variabel independent yang diteliti dalam penelitian menunjukkan beberapa hasil penting. Pada Tabel 9 terlihat bahwa usia contoh tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan semua variabel yang diteliti yaitu efikasi diri dan prokrastinasi akademik. Pada uji hubungan karakteristik keluarga dengan variabel-variabel yang diteliti, menunjukkan adanya hubungan yang positif signifikan antara pendapatan perkapita keluarga dengan prokrastinasi akademik (r=0.206, p-value 0.05), artinya bahwa semakin bertambahnya pendapatan yang dimiliki keluarga, maka prokrastinasi contoh akan semakin tinggi.

Tabel 9 Koefisien korelasi karakteristik contoh, karakteristik keluarga, teman sebaya dan efikasi diri terhadap prokrastinasi akademik

Hubungan antar variabel Efikasi diri Prokrastinasi akademik Usia contoh 0.049 0.034

Jenis kelamin -0.028 -0.138 Usia ayah 0.003 0.065 Usia ibu -0.082 -0.022 Lama pendidikan ayah 0.025 0.031 Lama pendidikan ibu 0.067 0.015 Jumlah anggota keluarga 0.078 0.128 Pendapatan perkapita 0.166 0.206* Interaksi teman sebaya 0.140 -0.000 Peranan teman sebaya 0.182* -0.050 Tindakan anggota 0.117 -0.228** Efikasi diri 1.000 0.260** Keterangan: *signifikan pada p-value<0.05; **signifikan pada p-value<0.01


(31)

19 Sementara itu, diketahui bahwa peranan teman sebaya memiliki hubungan yang positif signifikan dengan efikasi diri(r=0.182, p-value 0.05), artinya bahwa semakin besar peranan teman sebaya maka semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki contoh. Tindakan-tindakan Anggota kelompok diketahui memiliki hubungan yang negatif signifikan terhadap prokrastinasi akademik (r=-0.228, p-value 0.01) yang artinya bahwa semakin tingginya tindakan anggota kelompok terhadap contoh maka semakin rendah prokrastinasi akademik yang dimiliki contoh. Selain itu, diketahui bahwa terdapat hubungan yang negatif signifikan antara efikasi diri dengan prokrastinasi akademik (r=0.260, p-value 0.01). Hal ini dapat diartikan bahwa semakin tinggi efikasi diri yang dimiliki contoh maka semakin rendah prokrastinasi akademik yang dimilikinya.

Pengaruh Karakteristik Contoh, Karakteristik Keluarga, Teman Sebaya, Efikasi diri, Prokrastinasi Akademik terhadap Prestasi

Akademik

Hasil uji regresi linier berganda pada setiap variabel menunjukkan bahwa nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square) sebesar 0.273, artinya bahwa prestasi akademik dipengaruhi sebesar 27.3 persen oleh variabel yang diteliti yaitu teman sebaya, efikasi diri, dan prokrastinasi akademik. Sisanya, yaitu sebesar 72.7 persen dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitian ini.

Tabel 10 Koefisien uji regresi faktor-faktor yang memengaruhi prestasi akademik remaja di wilayah perdesaan

Variabel Prestasi Akademik

β Sig

Konstanta - 0.000

Usia

Jenis kelamin

0.027 0.075

0.151 0.004**

Usia ibu -0.002 0.255

Lama pendidikan ibu 0.001 0.767 Jumlah anggota keluarga 0.003 0.697 Pendapatan perkapita -0.338 0.324 Interaksi teman sebaya 0.000 0.719 Peranan teman sebaya 0.004 0.018* Tindakan-tindakan angggota 0.004 0.001** Efikasi diri 0.000 0.658 Prokrastinasi Akademik -0.005 0.007**

R2 0.341

R2 Adjusted 0.273

F 4.992

Sig. 0.000**


(32)

20

Prestasi akademik remaja pada umumnya dipengaruhi oleh kemampuan intelektual ibu, karena kemampuan kognitif remaja berkembang melalui pengasuhan ibu melalui penerapan metode pembelajaran di rumah (Goleman 1999). Maka dari itu, kemampuan intelektual ibu yang dilihat melalui lama pendidikan ibu digunakan untuk menguji model faktor yang mempengaruhi prestasi akademik. Tabel 10 menunjukkan bahwa jenis kelamin contoh berpengaruh secara signifikan positif terhadap prestasi akademik (r=-0.075, p-value 0.004). Hal ini dapat diartikan bahwa contoh yang berjenis kelamin perempuan memiliki prestasi akademik yang lebih tinggi dibandingkan dengan contoh yang berjenis kelamin laki-laki. Sementara itu, ditemukan bahwa pendapatan perkapita tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap prestasi akademik. Hasil uji pengaruh perilaku teman sebaya diketahui bahwa peranan teman sebaya berpengaruh secara positif signifikan terhadap prestasi akademik contoh (β=0.004, p-value 0.018), hal ini dapat diartikan bahwa setiap kenaikan 1 skor tindakan peranan teman sebaya, maka akan meningkatkan prestasi akademik contoh sebesar 0.004. Tindakan-tindakan anggota diketahui juga berpengaruh secara signifikan positif terhadap prestasi akademik (β=0.004,

p-value 0.001), artinya bahwa setiap kenaikan 1 skor tindakan-tindakan anggota teman sebaya, maka akan meningkatkan prestasi akademik contoh sebesar 0.004

Hasil lain dari penelitian ini menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik berpengaruh secara negatif signifikan terhadap prestasi akademik contoh (β=-0.005, p-value 0.007), artinya bahwa setiap kenaikan 1 skor prokrastinasi akademik akan menurunkan prestasi akademik contoh sebesar 0.005. Namun, penelitian ini tidak menemukan adanya pengaruh yang signifikan antara efikasi diri terhadap prestasi akademik.

PEMBAHASAN

Prokrastinasi akademik ditandai dengan penundaan dalam mengerjakan tugas akademik (Schouwenburg et al. 2004). Tingkat penundaan seseorang cenderung berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi yang dimiliki oleh keluarga. Dalam penelitian ini, pendapatan keluarga di perdesaan dapat memberikan efek meningkatnya prokrastinasi pada remaja. Weinsten (2010) menjelaskan bahwa seseorang yang berasal dari latar ekonomi yang lebih baik dari individu lain akan cenderung menangguhkan penyelesaian tugas dan memanfaatkan kemampuannya untuk hal yang lebih menyenangkan daripada menyelesaikan tugas akademik. Perilaku tersebut dapat mengakibatkan meningkatnya perilaku beresiko seperti prokrastinasi akademik. Namun, meskipun remaja perdesaan dalam penelitian ini berasal dari keluarga yang tidak miskin, akan tetapi tingkat penundaan yang dimiliki mereka cenderung rendah. Hal ini menunjukkan bahwa remaja di perdesaan memiliki motivasi yang baik dalam menyelesaikan tugas-tugas akademiknya

Pada masa remaja, keselarasan identitas diri dengan peran sosial menjadi salah satu tugas untuk mencapai perkembangannya (Santrock 2007).


(33)

21 Pada tahap ini, remaja sudah mulai keluar dari lingkungan keluarga dan memasuki lingkungan pergaulan sosial dalam masyarakat dan membentuk kelompok-kelompok (Gunarsa 2008). Untuk itu, remaja cenderung mencari tokoh identifikasi melalui lingkungan sosialnya terutama teman sebaya. Hurlock (1993) mengemukakan bahwa remaja memiliki kecenderungan untuk membentuk kelompok dan melakukan interaksi bersama teman-temannya, dan terlibat dalam dunia kelompok sebaya seperti bertindak sesuai dengan tindakan dan perilaku anggota kelompok yang lain seperti berpakaian dan berbicara dengan gaya yang sama dengan teman (Dumas et al. 2012). Penelitian ini menunjukkan bahwa tindakan anggota dalam kelompok teman sebaya memberikan dampak terhadap penurunan prokrastinasi pada remaja di wilayah perdesaan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Sears et al. (2000) yang menunjukkan bahwa tindakan anggota kelompok menjadi positif ketika sudah memberikan efek positif kepada remaja seperti dukungan sosial. Dengan adanya dukungan sosial berupa perhatian emosional dari teman, remaja akan lebih memiliki kemantapan diri yang baik, mengembangkan kesadaran diri, berpikir positif, memiliki kemandirian, dan mempunyai kemampuan untuk mencapai segala sesuatu yang diinginkan (Fibriana 2009). Sehingga, tingkat prokrastinasi yang dimiliki remaja akan rendah.

Remaja di perdesaan dalam penelitian ini cenderung jarang mengikuti tindakan-tindakan anggota kelompoknya seperti mengikuti gaya pakaian, metode belajar dan sebagainya. Hal ini membuktikan bahwa lingkungan tidak selalu menjadi faktor utama dalam perilaku penundaan dalam remaja. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat prokrastinasi akademik remaja salah satunya adalah efikasi diri (Ellis & Knaus 2002). Efikasi diri sangat mempengaruhi pilihan, tingkat usaha, ketekunan, dan ketahanan dalam mengerjakan tugas (Azar 2013). Efikasi diri positif pada remaja dibentuk melalui proses modelling baik di rumah melalui gaya pengasuhan dan di sekolah melalui peranan teman sebaya dan guru (Schulze & John 2007). Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa keyakinan positif yang terdapat di dalam diri remaja akan menurunkan perilaku prokrastinasi akademik yang dimilikinya. Hal ini sejalan dengan Waschle (2013) yang mengungkapkan bahwa seseorang yang memiliki efikasi diri tinggi akan membuatnya yakin mengenai kemampuan yang dimiliki untuk menyelesaikan tugas. Namun, seseorang yang memiliki efikasi diri rendah akan cenderung menghindari dan menunda tugas. Remaja yang yang menunda-nunda memiliki pemikiran atau perilaku yang menghambat kemampuan mereka untuk mengatur diri sendiri, dan menyita waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas belajar yang dapat diartikan memiliki efikasi diri rendah (Schouwenburg et al. 2004).

Selain berpengaruh terhadap penurunan prokrastinasi, keyakinan diri seseorang biasanya dipengaruhi oleh peranan teman sebaya di dalam kehidupan remaja. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menemukan bahwa peranan teman sebaya dapat membuat seseorang yakin akan kemampuannya dalam mengerjakan sesuatu. Endress et al. (2007) menyebutkan bahwa peranan teman dalam jaringan sosial dan organisasi seseorang dapat menjadi faktor pembentukan efikasi diri.


(34)

22

Bandura (1986) menyebutkan bahwa faktor personal seperti efikasi diri mempunyai hubungan timbal balik dengan faktor lingkungan sosial remaja yaitu teman sebaya, dan perilaku prokrastinasi akademik. Hubungan timbal balik dari ketiga faktor tersebut akan mempengaruhi pencapaian prestasi akademik seseorang (Bandura 1986). Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian dari Jackson (2012) yang menyatakan bahwa perilaku prokrastinasi akademik yang dimiliki siswa biasanya ditandai dengan rendahnya efikasi diri lalu dikombinasikan dengan lingkungan yang mendukung sehingga terjadi penurunan prestasi akademik. Beberapa studi telah menemukan bahwa siswa yang memiliki efikasi diri tinggi akan memiliki nilai yang lebih tinggi daripada siswa dengan efikasi diri rendah (Bong 2001; Caprara et al. 2010). Namun pendapat tersebut tidak sejalan dengan hasil penelitian yang mengungkapkan bahwa efikasi diri tidak terlalu berperan penting terhadap tingkat pencapaian prestasi akademik remaja di wilayah perdesaan. Peneitian ini sejalan dengan hasil penelitian Theresya (2013) yang menyebutkan bahwa faktor personal seperti efikasi diri bukan satu-satunya yang mempengaruhi prestasi akademik dan bukan juga satu satunya faktor yang paling penting.

Sementara itu, ditemukan bahwa tingkat prokrastinasi yang tinggi berperan terhadap penurunan prestasi akademik remaja perdesaan. Prokrastinasi akademik terjadi dikarenakan adanya tingkat regulasi diri yang rendah, dikombinasikan dengan efikasi diri rendah sehingga dapat menyebabkan prestasi akademik yang lebih rendah (Judge & Bono 2001). Selain itu, Prestasi akademik juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial remaja yaitu teman sebaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tindakan-tindakan anggota teman sebaya dan peranan teman sebaya memiliki dampak positif terhadap peningkatan prestasi akademik remaja. Michael dan Teresha (2009) menjelaskan bahwa peranan teman dalam kehidupan remaja akan memiliki efek positif terhadap prestasi remaja. Sears et al. (2000) juga menjelaskan bahwa tindakan anggota yang positif seperti rasa dihargai dan diterima oleh teman akan membuat rasa percaya diri seorang remaja lebih baik, emosi yang lebih stabil sehingga mampu menyelesaikan segala persoalan termasuk dalam hal pelajaran sehingga hasil belajar yang mereka dapatkan pun menjadi lebih baik (Ernawati et al. 2014).

Jika kemampuan efikasi diri dan prokrastinasi akademik dapat mempengaruhi prestasi akademik baik secara langsung maupun tidak langsung, faktor biologis remaja bisa jadi memiliki kontribusi yang sama terhadap pencapaian prestasi akademik (Theresya 2013). Hal ini sejalan dengan pendapat Azar (2013) yang menjelaskan bahwa terdapat beberapa faktor yang memainkan peranan penting untuk menaikkan atau menurunkan prestasi akademik seperti efikasi diri, motivasi berprestasi, prokrastinasi akademik dan gender. Penelitian ini mengungkapkan bahwa remaja perempuan di perdesaan cenderung memiliki tingkat prestasi akademik yang lebih tinggi dari pada remaja laki-laki. Perempuan cenderung mempunyai kepribadian rapi dalam belajar dan mempunyai motivasi belajar yang lebih tinggi, sedangkan laki-laki cenderung agak malas belajar dan bersikap acuh terhadap motivasi belajar (Zahroh 2008). Pertumbuhan yang berbeda pada remaja laki-laki dan perempuan baik fisik maupun psikis juga akan


(35)

23 mempengaruhi keseluruhan pola perilaku, tidak terkecuali dalam pencapaian prestasi akademik (Goleman 1999). Namun, dalam penelitian ini tidak ditemukan adanya pengaruh antara usia dengan prestasi Hal ini dikarenakan remaja perdesaan dalam penelitian ini berada pada rentang umur yang sama yaitu remaja akhir, sehingga data yang dikumpulkan relatif homogen.

Pada umumnya, pencapaian prestasi akademik yang dimiliki oleh remaja perdesaan menunjukkan hasil yang baik. Hal ini ini menjelaskan bahwa remaja di perdesaan memiliki motivasi untuk berprestasi yang tinggi dan ketekunan belajar yang tinggi, hal ini juga dapat terlihat dari tingkat penundaan dalam mengerjakan tugas akademik yang juga rendah. Remaja perdesaan umumnya sudah cukup memiliki tingkat keyakinan dalam melaksanakan tugas dan tujuan. Semua ini menunjukkan bahwa remaja yang tinggal di wilayah perdesaan berpotensi untuk memiliki prestasi akademik yang setara dengan remaja yang berada di wilayah perkotaan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu seperti sarana dan prasarana serta lingkungan sekolah yang tidak berbeda dengan sekolah yang berada di perkotaan.

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Sebagian besar contoh memiliki kategori prestasi akademik yang baik dan lebih dari setengah contoh berjenis kelamin perempuan serta berasal dari keluarga tidak miskin. Rata-rata lama pendidikan orangtua contoh setara dengan SMP. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa perilaku teman sebaya yang meliputi interaksi dan peranan berada pada kategori rendah, sedangkan tindakan-tindakan anggota berada dalam kategori sedang. Hal yang sama ditemukan pada variabel efikasi diri berada pada kategori sedang. Sementara itu, prokrastinasi akademik dalam belajar berada pada kategori rendah. Dari hasil uji linier berganda didapatkan bahwa peranan teman sebaya dan tindakan anggota teman sebaya berpengaruh positif signifikan terhadap prestasi akademik remaja. Selain itu, prokrastinasi akademik juga berpengaruh negatif signifikan terhadap prestasi akademik remaja.

SARAN

Remaja di perdesaan umumnya masih belum yakin akan kemampuannya menghadapi situasi yang baru, maka dari itu sebaiknya orang tua dapat menjadi faktor pendukung dalam meningkatkan efikasi remaja dengan penanaman konsep diri melalui proses modelling. Untuk pihak sekolah, sebaiknya meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah seperti metode belajar yang melibatkan siswa serta suasana belajar yang kondusif untuk meningatkan prestasi akademik. Pihak sekolah juga sebaiknya menerapkan metode belajar berkelompok untuk meningkatkan


(36)

24

efikasi diri remaja dan strategi untuk menurunkan tingkat penundaan pada remaja.

Secara umum, perilaku prokratinasi akademik pada remaja di perdesaan masih tergolong rendah. Namun demikian, ditemukan bahwa sebagian besar remaja di perdesaan masih membuang waktu dalam mengerjakan tugas, maka sebaiknya pihak sekolah selalu memberikan penjelasan yang tepat sebelum remaja mengerjakan tugas agar mereka tidak ragu dan mengulur waktu. Persepsi remaja mengenai peranan teman sebaya masih belum positif bagi kehidupannya, peranan teman sebaya dapat ditingkatkan melalui kegiatan non formal di sekolah seperti ekstrakulikuler dan organisasi agar dapat meningkatkan efikasi diri dan prestasi akademik remaja di perdesaan.

Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang memengaruhi prokrastinasi dan prestasi akademik remaja seperti gaya pengasuhan orang tua, kecemasan, dan strategi belajar, diharapkan juga membandingkan tingkat prokrastinasi dan pencapaian prestasi anatara perdesaan dan perkotaan. Sementara itu, sebaiknya menggunakan pendekatan lain untuk mengukur kecerdasan kognitif selain dengan pendekatan prestasi akademik yang lebih aktual dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA

[BKKBN]. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. Data Besar Keluarga. Jakarta: BKKBN.

[BPS]. 2012. Angka Partisipasi Kasar Desa dan Kota. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2014. Garis kemiskinan Propinsi Jawa Barat [internet]. [diacu 2015 Mei 20]. Tersedia dari: http://www.bps.go.id/. [KEMDIKBUD]. 2013.Nilai Ujian Nasional SMA,SMK,dan Sederajat

Berdasarkan Wilayah Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan.

[NADE]. 2012. 2012 fact sheet: Responses to frequently asked questions about The National Association for Developmental Education.

[OECD]. 2012. PISA 2012 Results in Focus What 15-year-olds know and what they can do with what they know. Paris, France: OECD.

Ahmad S, Asshiq H, Muhammad A. 2011. Relationship of academic SE to self regulated learning, SI, test anxiety and academic achievement.

International Journal of Education. 4(1).

Ali M, M Asrori. 2010. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta(ID): Bumi Aksara.

Andarini SR, Fatma. 2013. Hubungan antara distress dan hubungan sosial dengan prokrastinasi akademik mahasiswa dalam menyusun skripsi.


(37)

25 Azar FS. 2013. Self efficacy, achievement motivation and academic procrastination as predictors of academic achievement in pre-college students. Proceeding of the Global Summit on Education. Iran: Orumieh University.

Bandura A. 1986. Social foundations of thought and action: A social cognitive theory. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.

_________. 1997. Self Efficacy: The exercise of control. New York: Freeman.

Beck BL, Koons SR, Milgram DL. 2000. Correlates and consequences of behavioral procrastination: the effects of academic procrastination, self consciousness, self-esteem, and self-handicapping. Journal of Social Behavior and Personality. 15: 3-13.

Bong M. 2001. Role of self-efficacy and task-value in predicting college students course performance and future enrollment intentions.

Contemporary Educational Psychology. 26: 553-570. doi:10.1006/ceps.2000.1048.

Burka J, Yuen L. 2008. Procrastination: Why you do it, what to do about it.

MA: Addison-Wesley.

Burke MA. 2008. Classroom per effects and student achievment. Working Papers. 8(5).

Caprara GV, Michele V, Guido A, Maria G, Claudio B. 2010. The contribution of personality traits and self-efficacy beliefs to academic achievement: A longitudinal study. British Journal of Educational Psychology. 81:78-96. doi:10.1348/2044-8279.002004.

Choi N. 2004. Sex role group differences in specific, academic, and general self-efficacy. The Journal of Psychology: Interdisciplinary and Applied.138 (2). doi:10.3200/jrlp.138.2.149-159.

Clemons TL. 2008. Underachieving Gifted Students: A social cognitive Model. The National Research Centre on The Gifted and talented: University of Virginia.

Dumas TM, Wendy EE, David AW. 2012. Identity development as a buffer of adolescent risk behaviours in the context of peer group pressure and control. Journal of Adolescence. 35(4): 917-927.

Ellis A, Knaus WJ. 2002. Overcoming procrastination. New York: New American Library.

Endres ML, Steven PE, Sanjib KC, Intakhab A. 2007. Tacit knowledge sharing, self-efficacy theory, and application to the open source community. Journal of Knowledge Management. 11(3). doi 10.1108/13673270710752135.

Ernawati NLMD, Sadia IW, Putu A. 2014. Pengaruh pola asuh orang tua interaksi teman sebaya dan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar IPA. Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. 4.

Ferrari J. 1995. Self handicapping by procrastinator : protecting self-esteem, social esteem, or both?. Journal Research in Personality.25(2): 245-261.


(38)

26

Fibriana R. 2009. Prokrastinasi akademik ditinjau dari motivasi berprestasi dan dukungan sosial.[skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.

Greg P, Washbrook. 2011. The role of attitudes and behaviours in explaining socio-economic differences in attainment at age 11.

Longitudinal and Life Course Studies. 2(1):41–58.

Goleman D. 1999. Kecerdasan Emosional: Mengapa EI Lebih Penting dari IQ. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Gunarsa SD. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta(ID): Gunung Mulia.

Gunawinata R, Hanik LH. 2008. Perfeksionisme, prokrastinasi akademik, dan penyelesaian skripsi mahasiswa. Indonesian Psychological Journal. 23 (3): 256-276.

Hargenhahn BR. 2010. Theories of Leaning (Teori Belajar). Ed. Ke-7. Jakarta (ID): Kencana.

Havighurst RJ. 1953. Human Development and Education. Oxford, England: Longmans Green.

Hurlock EB. 1993. Psikologi Perkembangan:Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Ed.Ke-5. Istiwidayanti, Soedjarwo, penerjemah. Jakarta(ID): Erlangga.

Jackson MH. 2012. Role of academic procrastination, academic skills on course outcome for college students in developmental education. [dissertation]. Goergia: University of Goergia.

Judge T, Bono J. 2001. Relationship of core self-evaluations traits-self-esteem, generalized self-efficacy, locus of control, and emotional stability-with job satisfaction and job performance: A meta-analysis.

Journal of Applied Psychology. 86: 80-92. doi:10.1037/0021-9010.86.1.80.

McTigue E, Liew J. 2011. Principles and practices for building academic self efficacy in middle grades language arts classrooms. Taylor &Francis Group. doi: 10.1080/00098655.2010.543191.

Michael RD, Teresa K. 2008. Achievement motivation in adolescents: the role of peer climate and best friend. International Journal of Behavioral Development.

Onwuegbuzie AJ. 2004. Academic procrastination and statistics anxiety.

Assessment & Evaluation in Higher Education. 29: 3-19. doi:10.1080/026029304 2000160384.

Pajares F. 2006. Efikasi diri Beliefs Of Adolescents. Greenwich: Information Age Publishing.

Papalia DE, Olds SW, Feldman RD. 2008. Human Development Perkembangan Manusia. Ed. Ke-10. Widyaningrum R, penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Humainika.

Pinxten M, De Fraine B, Van Damme J, D’Haenens E. 2010. Causal ordering of academic self concept and achievement: effects of type of achievement measure. British Journal ofEducational Psychology. 80: 689-709. doi: 10.1348/000709910X493071.


(1)

24

efikasi diri remaja dan strategi untuk menurunkan tingkat penundaan pada remaja.

Secara umum, perilaku prokratinasi akademik pada remaja di perdesaan masih tergolong rendah. Namun demikian, ditemukan bahwa sebagian besar remaja di perdesaan masih membuang waktu dalam mengerjakan tugas, maka sebaiknya pihak sekolah selalu memberikan penjelasan yang tepat sebelum remaja mengerjakan tugas agar mereka tidak ragu dan mengulur waktu. Persepsi remaja mengenai peranan teman sebaya masih belum positif bagi kehidupannya, peranan teman sebaya dapat ditingkatkan melalui kegiatan non formal di sekolah seperti ekstrakulikuler dan organisasi agar dapat meningkatkan efikasi diri dan prestasi akademik remaja di perdesaan.

Bagi penelitian selanjutnya, diharapkan dapat meneliti lebih lanjut mengenai faktor-faktor yang memengaruhi prokrastinasi dan prestasi akademik remaja seperti gaya pengasuhan orang tua, kecemasan, dan strategi belajar, diharapkan juga membandingkan tingkat prokrastinasi dan pencapaian prestasi anatara perdesaan dan perkotaan. Sementara itu, sebaiknya menggunakan pendekatan lain untuk mengukur kecerdasan kognitif selain dengan pendekatan prestasi akademik yang lebih aktual dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA

[BKKBN]. Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 1998. Data Besar Keluarga. Jakarta: BKKBN.

[BPS]. 2012. Angka Partisipasi Kasar Desa dan Kota. Jakarta: Badan Pusat Statistik.

[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2014. Garis kemiskinan Propinsi Jawa Barat [internet]. [diacu 2015 Mei 20]. Tersedia dari: http://www.bps.go.id/. [KEMDIKBUD]. 2013.Nilai Ujian Nasional SMA,SMK,dan Sederajat

Berdasarkan Wilayah Indonesia. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan.

[NADE]. 2012. 2012 fact sheet: Responses to frequently asked questions about The National Association for Developmental Education.

[OECD]. 2012. PISA 2012 Results in Focus What 15-year-olds know and what they can do with what they know. Paris, France: OECD.

Ahmad S, Asshiq H, Muhammad A. 2011. Relationship of academic SE to self regulated learning, SI, test anxiety and academic achievement.

International Journal of Education. 4(1).

Ali M, M Asrori. 2010. Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik.

Jakarta(ID): Bumi Aksara.

Andarini SR, Fatma. 2013. Hubungan antara distress dan hubungan sosial dengan prokrastinasi akademik mahasiswa dalam menyusun skripsi.


(2)

25 Azar FS. 2013. Self efficacy, achievement motivation and academic procrastination as predictors of academic achievement in pre-college students. Proceeding of the Global Summit on Education. Iran: Orumieh University.

Bandura A. 1986. Social foundations of thought and action: A social cognitive theory. Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.

_________. 1997. Self Efficacy: The exercise of control. New York: Freeman.

Beck BL, Koons SR, Milgram DL. 2000. Correlates and consequences of behavioral procrastination: the effects of academic procrastination, self consciousness, self-esteem, and self-handicapping. Journal of Social Behavior and Personality. 15: 3-13.

Bong M. 2001. Role of self-efficacy and task-value in predicting college students course performance and future enrollment intentions.

Contemporary Educational Psychology. 26: 553-570. doi:10.1006/ceps.2000.1048.

Burka J, Yuen L. 2008. Procrastination: Why you do it, what to do about it.

MA: Addison-Wesley.

Burke MA. 2008. Classroom per effects and student achievment. Working Papers. 8(5).

Caprara GV, Michele V, Guido A, Maria G, Claudio B. 2010. The contribution of personality traits and self-efficacy beliefs to academic achievement: A longitudinal study. British Journal of Educational Psychology. 81:78-96. doi:10.1348/2044-8279.002004.

Choi N. 2004. Sex role group differences in specific, academic, and general self-efficacy. The Journal of Psychology: Interdisciplinary and Applied.138 (2). doi:10.3200/jrlp.138.2.149-159.

Clemons TL. 2008. Underachieving Gifted Students: A social cognitive Model. The National Research Centre on The Gifted and talented: University of Virginia.

Dumas TM, Wendy EE, David AW. 2012. Identity development as a buffer of adolescent risk behaviours in the context of peer group pressure and control. Journal of Adolescence. 35(4): 917-927.

Ellis A, Knaus WJ. 2002. Overcoming procrastination. New York: New American Library.

Endres ML, Steven PE, Sanjib KC, Intakhab A. 2007. Tacit knowledge sharing, self-efficacy theory, and application to the open source community. Journal of Knowledge Management. 11(3). doi 10.1108/13673270710752135.

Ernawati NLMD, Sadia IW, Putu A. 2014. Pengaruh pola asuh orang tua interaksi teman sebaya dan kecerdasan emosional terhadap hasil belajar IPA. Journal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha. 4.

Ferrari J. 1995. Self handicapping by procrastinator : protecting self-esteem, social esteem, or both?. Journal Research in Personality.25(2): 245-261.


(3)

26

Fibriana R. 2009. Prokrastinasi akademik ditinjau dari motivasi berprestasi dan dukungan sosial.[skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.

Greg P, Washbrook. 2011. The role of attitudes and behaviours in explaining socio-economic differences in attainment at age 11.

Longitudinal and Life Course Studies. 2(1):41–58.

Goleman D. 1999. Kecerdasan Emosional: Mengapa EI Lebih Penting dari IQ. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Gunarsa SD. 2008. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta(ID): Gunung Mulia.

Gunawinata R, Hanik LH. 2008. Perfeksionisme, prokrastinasi akademik, dan penyelesaian skripsi mahasiswa. Indonesian Psychological Journal. 23 (3): 256-276.

Hargenhahn BR. 2010. Theories of Leaning (Teori Belajar). Ed. Ke-7. Jakarta (ID): Kencana.

Havighurst RJ. 1953. Human Development and Education. Oxford, England: Longmans Green.

Hurlock EB. 1993. Psikologi Perkembangan:Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Ed.Ke-5. Istiwidayanti, Soedjarwo, penerjemah. Jakarta(ID): Erlangga.

Jackson MH. 2012. Role of academic procrastination, academic skills on course outcome for college students in developmental education. [dissertation]. Goergia: University of Goergia.

Judge T, Bono J. 2001. Relationship of core self-evaluations traits-self-esteem, generalized self-efficacy, locus of control, and emotional stability-with job satisfaction and job performance: A meta-analysis.

Journal of Applied Psychology. 86: 80-92. doi:10.1037/0021-9010.86.1.80.

McTigue E, Liew J. 2011. Principles and practices for building academic self efficacy in middle grades language arts classrooms. Taylor &Francis Group. doi: 10.1080/00098655.2010.543191.

Michael RD, Teresa K. 2008. Achievement motivation in adolescents: the role of peer climate and best friend. International Journal of Behavioral Development.

Onwuegbuzie AJ. 2004. Academic procrastination and statistics anxiety.

Assessment & Evaluation in Higher Education. 29: 3-19. doi:10.1080/026029304 2000160384.

Pajares F. 2006. Efikasi diri Beliefs Of Adolescents. Greenwich: Information Age Publishing.

Papalia DE, Olds SW, Feldman RD. 2008. Human Development Perkembangan Manusia. Ed. Ke-10. Widyaningrum R, penerjemah. Jakarta (ID): Salemba Humainika.

Pinxten M, De Fraine B, Van Damme J, D’Haenens E. 2010. Causal ordering of academic self concept and achievement: effects of type of achievement measure. British Journal ofEducational Psychology. 80: 689-709. doi: 10.1348/000709910X493071.


(4)

27 Rubin M. 2011. A glossary of developmental education terms compiled by the CRLA task force on professional language for college reading and learning. Journal of College Reading andLearning. 23(2): 1-14. Santoso S. 1999. Dinamika Kelompok Sosial. Jakarta(ID): Bumi Aksara Santrock JW. 2007. Perkembangan Anak. Ed. ke-11. Rachmawati M,

Kuswanti, Anna, Penerjemah; Hardani W, editor. Jakarta (ID): Erlangga. Terjemahan dari: Child Development.

Schouwenburg HC. 2004. Procrastination in academic settings: General introduction. H Schouwenburg, C Pychyl, J Ferrari, editor. Washington DC: American Psychological Association.

Schunk DH. 2004. Learning theories: An educational perspective.Ed. ke-4. Upper Saddle River, NJ: Pearson.

Schulze P, John MS. 2007. Believing is achieving: the implication of self efficacy research for family and consumer science education. Journal University of Akron.(1).

Schwarzer R, Jerussalem M. 1995. Generalized Efikasi diri Scale: In J Weinmann, S Wright, M Johnston, Measures in Health Psychology: a

user’s Portfolio. Causal and Controls Beliefs (PP. 35-37). Windsor-England: NFCK-NCLSON.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta (ID): Rineka Cipta.

Sears DO, Freedman JL, Peplau LA. 2000. Psikologi sosial. Ed. Ke-6.

Jakarta: Erlangga.

Solomon LJ, Rothblum ED. 1984. Academic procrastination: frequency and cognitive behavioral correlates. Journal of Counseling Psychology. 31 (4) :503-509. doi:10.1037/0022-0167.31.4.503.

Susandari T. 2014. Pengaruh pengasuhan, self efficacy, dan kecemasan terhadap prestasi akademik siswa SMP. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Syah M. 2013. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Theresya J. 2014. Pengaruh gaya pengasuhan, self efficacy, dan self regulated learning terhadap prestasi akademik remaja.[skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Tinklin T, Croxford L, Frame B, Ducklin A. 2000. Gender and pupil performance in scotland. Paper work. The European Conference on Educational Research, Edinburgh.

Tuckman BW. 1990. Measuring procrastination attitudinally and behaviorally. Journal of American Educational Research. 51(4): 1-12. Waschle K, Allgaier A, Lancher A, Fink S, Nuckles M. 2013.

Procrastination and self-efficacy: Tracing vicious and virtous circles in self- regulated learning. Learning and Instruction 29 (2014). 103-104.

Weinsten ND. 2010. Unrealistic optimism about future life events. Journal of personality and social psychology. 39(5): 805-820.

Wolters C. 2003. Understanding procrastination from a self-regulated learning perspective. Journal of Educational Psychology. 95: 179-187. doi:10.1037//0022-0663.95.1.179.


(5)

28

Wulan D. 2007. Hubungan antara peranan kelompok teman sebaya (teman sebaya) dan interaksi siswa dalam keluarga dengan kedisiplinan belajar siswa kelas XI MAN 1 SRAGEN tahun ajaran 2006/2007. [skripsi]. Surakarta (ID): Universitas Sebelas Maret.

Zahroh F. 2008. Pengaruh gender terhadap motivasi memilih sekolah dan prestasi belajar siswa di SMK PGRI Turen Malang. [skripsi]. Malang: Universitas Negeri Malang.


(6)

29

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 Februari 1994. Nama dari ayah penulis adalah Heryanto dan ibu penulis bernama Siti Rofidah. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis merupakan lulusan dari MTS Negeri 7 Model Jakarta tahun 2008 dan MAN 2 Jakarta tahun 2011. Penulis mendaftar ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM) pada tahun 2011. Selama menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor penulis aktif dalam organisasi BEM Tingkat Persiapan Bersama (TPB) pada tahun 2011, BEM Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) pada tahun 2012 serta Himpunan Mahasiswa Ilmu Keluarga dan Konsumen (HIMAIKO) selama satu periode yaitu Tahun 2013/2014. Penulis juga sering mengikuti kepanitian pada himpunan profesi HIMAIKO dan juga kepanitiaan BEM Fakultas Ekologi Manusia (BEM I), serta kepanitian BEM Keluarga Mahasiswa (KM) IPB.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Status Identitas Diri Terhadap Prestasi Akademik Remaja Di Wilayah Perdesaan

0 4 39

EFIKASI DIRI, KETIDAKNYAMANAN TERHADAP TUGAS, DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA SEBBAGAI Efikasi Diri, Ketidaknyamanan Terhadap Tugas, dan Konformitas Teman Sebaya Sebagai Prediktor Prokrastinasi Akademik.

0 1 25

EFIKASI DIRI, KETIDAKNYAMANAN TERHADAP TUGAS, DAN KONFORMITAS TEMAN SEBAYA Efikasi Diri, Ketidaknyamanan Terhadap Tugas, dan Konformitas Teman Sebaya Sebagai Prediktor Prokrastinasi Akademik.

0 2 14

PENDAHULUAN Efikasi Diri, Ketidaknyamanan Terhadap Tugas, dan Konformitas Teman Sebaya Sebagai Prediktor Prokrastinasi Akademik.

0 2 17

DAFTAR PUSTAKA Efikasi Diri, Ketidaknyamanan Terhadap Tugas, dan Konformitas Teman Sebaya Sebagai Prediktor Prokrastinasi Akademik.

0 5 5

Blue print skala prokrastiinasi akademik ASPEK Efikasi Diri, Ketidaknyamanan Terhadap Tugas, dan Konformitas Teman Sebaya Sebagai Prediktor Prokrastinasi Akademik.

0 4 46

HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PROKRASTINASI Hubungan Konsep Diri Dan Interaksi Teman Sebaya Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa.

2 11 24

HUBUNGAN KONSEP DIRI DAN INTERAKSI TEMAN SEBAYA DENGAN PROKRASTINASI Hubungan Konsep Diri Dan Interaksi Teman Sebaya Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa.

0 4 18

PENDAHULUAN Hubungan Konsep Diri Dan Interaksi Teman Sebaya Dengan Prokrastinasi Akademik Mahasiswa.

0 2 12

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Hubungan Antara Efikasi Diri Dengan Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa.

0 1 16