Pengaruh Lingkungan Sekolah Dan Status Identitas Diri Terhadap Prestasi Akademik Remaja Di Wilayah Perdesaan

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN STATUS
IDENTITAS DIRI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK
REMAJA DI WILAYAH PERDESAAN

TRISYA NOVYANIS PANGESTU

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Lingkungan
Sekolah dan Status Identitas Diri terhadap Prestasi Akademik Remaja di Wilayah
Perdesaan adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2016
Trisya Novyanis Pangestu
NIM I24110010

ABSTRAK
TRISYA NOVYANIS PANGESTU. Pengaruh Lingkungan Sekolah dan
Status Identitas Diri terhadap Prestasi Akademik Remaja di Wilayah
Perdesaan. Dibimbing oleh NETI HERNAWATI.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh lingkungan
sekolah dan status identitas diri remaja terhadap prestasi akademik remaja di
wilayah perdesaan. Contoh dalam penelitian ini adalah 132 siswa kelas XI
dari dua Sekolah Menengah Atas Negeri di Wilayah Perdesaan Kabupaten
Bogor. Pengambilan data dilakukan dengan teknik pelaporan diri
menggunakan alat bantu kuesioner. Analisis data menggunakan analisis
deskriptif, uji korelasi, dan uji regresi linear berganda. Hasil penelitian
menunjukkan lebih dari separuh remaja memiliki status identitas diri
moratorium dan menunjukkan persepsi terhadap lingkungan sekolah yang
cukup. Hampir seluruh remaja memiliki prestasi akademik dengan kategori

baik. Prestasi akademik secara positif signifikan berhubungan dan
dipengaruhi oleh jenis kelamin dan lingkungan sekolah. Status identitas diri
dan pendapatan perkapita berhubungan dan berpengaruh negatif signifikan
terhadap prestasi akademik.
Kata kunci: lingkungan sekolah, prestasi akademik, remaja, status identitas
diri

ABSTRACT
TRISYA NOVYANIS PANGESTU. Influence of School Environment and
Ego Identity Status toward Academic Achievement of Adolescence in Rural
Area. Supervised by NETI HERNAWATI.
This study aimed to analyze the influence of school environment and
ego identity status toward academic achievement of rural adolescents. The
participants of this study are 132 students from second grade from two
schools of senior high school in Bogor’s Regency. The data was collected
using self-report questionnaire. The analyses used in this research were
descriptive analyses, correlation, and multiple linear regression. The results
showed that more than half of adolescents had a moratorium identity status
and perception of school environment was in enough category. Most of the
adolescents showed a good academic achievement. Academic achievement

was positively significant correlated and influenced by gender and school
environment. Ego identity status and income per capita negatively
significant correlated and influenced to academic achievement.
Keywords: academic achievement, adolescence, ego identity status, school
environment.

PENGARUH LINGKUNGAN SEKOLAH DAN STATUS
IDENTITAS DIRI TERHADAP PRESTASI AKADEMIK
REMAJA DI WILAYAH PERDESAAN

TRISYA NOVYANIS PANGESTU

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Judul Skripsi : Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Status Identitas Diri
terhadap Prestasi Akademik Remaja di Wilayah Perdesaan
Nama
: Trisya Novyanis Pangestu
NIM
: I24110010

Disetujui oleh

Neti Hernawati, SP, M.Si
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc
Ketua Departemen


Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji syukur kepada Allah SWT atas karunia yang diberikan sehinga
penulis dapat menyelesaikan penelitian yang dilakukan di Kabupaten Bogor
sejak bulan maret 2015 hingga Juni 2015 dan skripsi ini yang berjudul
Pengaruh Lingkungan Sekolah dan Status Identitas Diri terhadap Prestasi
Akademik Remaja di Wilayah Perdesaan. Terima kasih penulis sampaikan
kepada :
1. Neti Hernawati, SP, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi atas
kesediaannya memberikan arahan dan bimbingannya dalam proses
pembuatan skripsi
2. Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin, M.Sc selaku dosen pembimbing
akademik atas bimbingannya selama penulis menempuh pendidikan di
Institut Pertanian Bogor, seluruh dosen dan pengajar yang telah
memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman kepada penulis, serta
staff Departemen IKK yang telah memberikan kemudahan dalam
segala urusan terkait skripsi
3. Dr. Ir. Diah Krisnatuti P., MS selaku moderator seminar hasil

penelitian atas masukan yang diberikan kepada penulis
4. Alfiasari, SP., M.Si dan Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si selaku
dosen penguji atas kritik dan saran yang diberikan sehingga menjadi
petunjuk bagi penulis untuk menyempurnakan skripsi ini
5. Kedua orang tua tercinta, Bapak Syakiran dan Ibu Siti Mustandiah
serta kepada saudara kandung penulis, Tanti Widyaningsih dan Setiyo
Puji Laksono yang telah memberikan kasih sayang, pengorbanan, doa,
dan dukungan selama penulis kuliah hingga menyelesaikan skripsi
6. Pihak Sekolah Menengah Atas yang bersedia memperkenankan siswa
untuk menjadi contoh dalam penelitian ini dan telah bekerjasama
dalam pengambilan data dalam penelitian
7. Teman-teman penelitian sepayung Mega Citrandini, Miranti
Rahmatika, Yuana Zahra, dan teman satu bimbingan Saniatu Aini atas
bantuan dan kerjasamanya
8. Melinda Yani Junianti, Rulya Rizki Ramadina, Hamira Sabania, Risti
Nur Amalia, Ulfah Mubarokah, dan Nafi Yuliana Endah serta seluruh
teman-teman IKK 48 atas dukungan dan bantuannya selama penulis
menyelesaikan skripsi ini dan kebersamaan yang indah selama kuliah
9. Kepada seluruh pihak yang belum disebutkan namanya yang telah
berkontribusi dalam proses pembuatan skripsi ini

Penulis mengakui masih banyak kekurangan dan keterbatasan
penulisan skripsi ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Januari 2016
Trisya Novyanis Pangestu

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vi
PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
Latar Belakang ........................................................................................... 1
Perumusan Masalah ................................................................................... 3
Tujuan Penelitian ....................................................................................... 5
Manfaat Penelitian ..................................................................................... 5

KERANGKA PEMIKIRAN .......................................................................... 5
METODE PENELITIAN .............................................................................. 7
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ....................................................... 7
Teknik Penarikan Contoh .......................................................................... 7
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ......................................................... 8
Pengolahan dan Analisis Data.................................................................. 10
HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................... 13
Hasil ......................................................................................................... 13
Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................... 13
Karakteristik Remaja ............................................................................ 14
Karakteristik Keluarga ......................................................................... 14
Lingkungan Sekolah ............................................................................. 15
Status Identitas Diri .............................................................................. 16
Prestasi Akademik ................................................................................ 18
Hubungan Karakteristik Remaja, Karakteristik Keluarga, Lingkungan
Sekolah, Status Identitas Diri, dan Prestasi Akademik ........................ 18
Pengaruh Karakteristik Remaja, Karakteristik Keluarga, Lingkungan
sekolah, dan Status Identitas Diri terhadap Prestasi Akademik ........... 19
Pembahasan.............................................................................................. 20
SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 24

Simpulan .................................................................................................. 24
Saran ........................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 25
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... 35

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Variabel, Jawaban, Skala Data, dan Jumlah Pernyataan
9
Cut off dan urutan status identitas diri
11

Sebaran remaja berdasarkan usia ayah dan ibu
15
Sebaran remaja berdasarkan lingkungan sekolah
16
Sebaran remaja berdasarkan status identitas diri
18
Sebaran remaja berdasarkan prestasi akademik
18
Koefisien korelasi antara karakteristik remaja, karakteristik keluarga
dengan lingkungan sekolah, status identitas diri, dan prestasi akademik 19
Koefisien korelasi antara lingkungan sekolah, status identitas diri, dan
prestasi akademik
19
Koefisien uji regresi karakteristik remaja, karakteristik keluarga,
lingkungan sekolah, dan status identitas diri terhadap prestasi akademik 20

DAFTAR GAMBAR
1
2


Pengaruh lingkungan sekolah dan status identitas diri terhadap
prestasi akademik remaja di wilayah perdesaan
Kerangka teknik penarikan contoh

7
8

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan negara sepatutnya dilakukan secara menyeluruh sehingga
masyarakat wilayah perdesaan pun memiliki peran penting dalam kemajuan suatu
negara khususnya melalui pendidikan. Warga negara Indonesia diharapkan
mampu memiliki kecakapan untuk menegakkan pembangunan manusia melalui
pemerataan akses dan peningkatan mutu pendidikan (BPS 2014). Merujuk pada
Undang-Undang Republik Indonesia tentang sistem pendidikan (UU No.20 2003)
bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu dan warga negara di daerah terpencil atau terbelakang
serta masyarakat adat yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan
khusus. Oleh karena itu sudah semestinya pendidikan dapat terselenggara dengan
kualitas yang setara baik di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan.
Pada kenyataannya Angka Partisipasi Sekolah (APS) pada usia 16-18
tahun di wilayah perdesaan masih terbilang lebih rendah jika dibandingkan
wilayah perkotaan dengan perolehan angka per tahun 2012-2013 berturut-turut
perdesaan 55.37 persen dan 58.23 persen sedangkan perkotaan 67.21 persen dan
69.18 persen (BPS 2014). Lebih lanjut, BPS (2014) menyajikan data rata-rata
lama sekolah tahun 2013 yang menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah di
perkotaan mencapai 9.33 tahun sedangkan perdesaan hanya mencapai 6.81 tahun.
Sebuah penelitian terdahulu menemukan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara prestasi akademik siswa di sekolah wilayah perdesaan dan
perkotaan, hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa siswa di perkotaan
memiliki prestasi akademik yang lebih baik daripada siswa di perdesaan (Owoeye
dan Yara 2011). Hal tersebut membuktikan bahwa wilayah perdesaan masih
membutuhkan perhatian lebih dalam mencapai kesuksesan penyelenggaraan dan
pemerataan pendidikan.
Salah satu hal yang seringkali dijadikan indikator keberhasilan dari
penyelenggaraan pendidikan adalah prestasi akademik. Prestasi akademik
merupakan hasil yang telah dicapai oleh siswa selama proses kegiatan belajar
dalam kurun waktu tertentu dan umumnya dinyatakan dalam bentuk penilaian
(Theresya 2013). Prestasi akademik pada hakekatnya menjadi cerminan dari usaha
belajar semakin baik usaha belajar siswa maka akan semakin baik pula prestasi
belajar yang diperolehnya dan keberhasilan siswa tercapai jika ketuntasan belajar
telah mencapai 85 persen dari jumlah siswa di dalam kelas (Inayah et al. 2013).
Terdapat banyak faktor yang mampu memengaruhi prestasi akademik
siswa mulai dari karakteristik individu itu sendiri hingga lingkungan baik dalam
keluarga maupun sekolah. Pencapaian prestasi akademik merupakan hasil dari
usaha yang dilakukan oleh individu oleh karena itu perbedaan karakteristik
individu dapat menjadi faktor penentu lain yang berkontribusi terhadap prestasi
akademik. Faktor yang memengaruhi prestasi akademik antara lain lokasi sekolah,
lingkungan sekolah, lingkungan pendidikan, identitas diri, kenakalan remaja, dan
jenis kelamin (Owoeye dan Yara 2011; Gietz dan McIntosh 2014; Good dan
Adams 2008; Budiyani 2007; Tessema et al. 2012). Secara umum terdapat dua
faktor yang memengaruhi prestasi akademik yaitu faktor eksternal dan faktor
internal (Azwar dalam Eryanto dan Rika 2013). Faktor eksternal berasal dari luar

2
diri individu yaitu merujuk pada lingkungan sekolah meliputi kondisi tempat
belajar, sarana, dan perlengkapan belajar, materi pelajaran dan kondisi lingkungan
belajar. Faktor internal merujuk pada sesuatu di dalam diri individu contohnya
minat, motivasi, bakat, intelegensi, sikap, dan identitas diri.
Individu berkembang melalui beberapa tahapan dimulai dari anak-anak
hingga menjadi orang dewasa. Dalam proses perkembangannya individu akan
mengalami suatu masa transisi atau biasa disebut masa remaja. Remaja
berkembang di dalam beberapa lingkungan dimulai dari lingkungan keluarga,
lingkungan tempat tinggal, lingkungan pertemanan, lingkungan sekolah, hingga
lingkungan masyarakat. Setiap lingkungan tersebut kemudian akan berinteraksi
dengan remaja baik secara langsung ataupun tidak langsung. Teori
Bronfenbrenner menunjukkan individu secara langsung berinteraksi dengan
lingkungan sekitarnya yaitu mikrosistem atau lingkungan yang berada paling
dekat seperti keluarga, sekolah, teman sebaya, dan tetangga (Puspitawati 2012).
Berdasarkan teori tersebut maka dapat dimaknai bahwa lingkungan sekolah
menjadi salah satu lingkungan yang berinteraksi dengan remaja secara langsung,
terus menerus, dan terjadi dalam periode waktu yang panjang.
Dinyatakan oleh Chung (2000) dalam Amelia (2013) bahwa terdapat
faktor eksternal yang berasal dari luar individu seperti lingkungan yang dapat
memengaruhi prestasi. Iklim sekolah merupakan dasar untuk kualitas pendidikan
dan pengajaran (OECD 2009). Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa iklim
sekolah memengaruhi prestasi akademik siswa dan kesejahteraan mereka dalam
pengembangan pribadi dan sosial (Blum et al 2002; Rutter dkk 1979 dalam
OECD 2009). Lebih lanjut, sekolah yang memiliki otonomi (mengatur sendiri)
kurikulum dan penilaiannya cenderung menghasilkan siswa dengan prestasi
akademik yang lebih baik (OECD 2014). Penilaian tentang lingkungan sekolah
dapat dilakukan dari beberapa sudut pandang salah satunya berdasarkan sudut
pandang siswa di sekolah tersebut. Persepsi lingkungan sekolah secara signifikan
berhubungan dengan kesuksesan akademik siswa, pandangan positif siswa dari
lingkungan sekolah mereka menjelaskan prestasi akademik yang mereka peroleh
sehingga lingkungan sekolah menjadi target yang berharga untuk meningkatkan
hasil akademik (Gietz dan McIntosh 2014).
Pencapaian prestasi akademik pada masa remaja merupakan suatu masa
kritis sebab tekanan sosial dan akademik menuntut remaja menggunakan cara
baru untuk berprestasi dan kesanggupan remaja ditentukan oleh faktor psikologis
serta motivasi (Santrock 2003). Waktu bertahun-tahun yang dihabiskan oleh
remaja dan anak-anak di sekolah menjadikan mereka anggota dari suatu
masyarakat dan pengalaman yang di peroleh di lingkungan sekolah kemungkinan
berpengaruh besar terhadap perkembangan identitas, kemampuan diri, gambaran
hidup dan berkarir, hubungan sosial, hal benar dan salah, serta pemahaman fungsi
sistem sosial di luar keluarga (Santrock 2003). Para peneliti menemukan,
lingkungan pendidikan merupakan prediktor dari keberhasilan perkembangan
psikososial dan akademik (Good dan Adams 2008). Dapat dikatakan bahwa
lingkungan sekolah yang baik akan membuat perkembangan psikososial seperti
identitas diri dan prestasi akademik berhasil dan optimal.
Masa remaja adalah pertama kalinya pertumbuhan fisik, kognisi, dan
sosial meningkat pada suatu titik dimana individu dapat memilih dan melakukan
sintesa identitas dan identifikasi masa kecil untuk menuju jalan kedewasaan
(Santrock 2003). Menurut teori Piaget, remaja sedang berada pada tahapan

3

operasional formal dengan ciri individu mulai berpikir abstrak dan lebih logis
sedangkan menurut tahap perkembangan psikososial Erikson (1950, 1968) masa
remaja sedang berada pada tahap Identitas versus kebingungan identitas (identity
vs identity confusion) sehingga remaja berfokus pada pencarian informasi dan
identitas diri (Santrock 2007). Identitas adalah potret-diri yang tersusun dari
berbagai aspek, yang mencakup jejak karier dan pekerjaan, identitas politik,
identitas spiritual, identitas relasi, identitas prestasi/intelektual, identitas seksual,
identitas budaya/etnik, minat, kepribadian, dan identitas fisik (Santrock 2012).
Perkembangan identitas remaja menjadi salah satu faktor yang terkait dengan
prestasi akademik (Good dan Adams 2008). Berdasarkan Erikson (1950, 1968)
dalam Santrock (2003) remaja yang ketika menginjak masa balita, masa anakanak atau masa remajanya dibatasi dalam peranan sosial atau membuat mereka
merasa tidak mampu memenuhi apa yang dituntut pada mereka akan cenderung
memilih perkembangan identitas yang negatif sehingga akan terjerumus dalam
kenakalan remaja. Budiyani (2007) menyatakan bahwa kenakalan remaja
berpengaruh negatif signifikan terhadap prestasi akademik, sehingga remaja yang
mengalami kenakalan akan memiliki prestasi akademik yang rendah.
Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat dikatakan masih banyak hal
yang dapat dikaji lebih lanjut mengenai lingkungan sekolah, status identitas diri,
dan prestasi akademik. Dari penjelasan di atas terlihat pula bahwa persepsi positif
remaja terhadap lingkungan sekolah dan pencapaian status identitas diri
berpengaruh terhadap prestasi akademik. Dengan demikian penting untuk
dilakukan penelitian dengan menganalisis pengaruh lingkungan sekolah dan status
identitas diri remaja terhadap prestasi akademik remaja di wilayah perdesaan.
Perumusan Masalah
Prestasi akademik merupakan hasil pencapaian yang dinyatakan dalam
bentuk angka atau simbol tertentu berdasarkan pada usaha belajar yang diukur
dengan evaluasi pengajar, tes-tes terstandarisasi atau keduanya (Eryanto dan Rika
2013). Salah satu tes terstandarisasi di Indonesia untuk sekolah menengah atas
adalah ujian nasional. Pada tahun 2014 tingkat kelulusan Ujian Nasional (UN)
sekolah menengah atas mencapai 99.52 persen1 namun tercatat bahwa yang
terdapat 597 permasalahan yang terjadi 2. Hal tersebut menunjukkan bahwa
pendidikan belum terselenggara dengan baik sehingga diduga prestasi akademik
yang dihasilkan masih belum optimal. Lebih lanjut, ditemukan adanya
ketimpangan prestasi akademik remaja dari sekolah menengah atas di wilayah
perkotaan dan perdesaan. Terlihat pada nilai rata-rata hasil Ujian Nasional (UN)
pada sekolah menengah atas Kota Bogor memperoleh angka 8.56 (IPA) dan 8.31
(IPS) sedangkan Kabupaten Bogor memperoleh nilai 8,02 (IPA) dan 7.57 (IPS)
(Kemdikbud 2012). Hal tersebut mengindikasikan bahwa hasil akademik remaja
di Kabupaten Bogor lebih rendah dibandingkan dengan Kota Bogor.
Tujuan sekolah didirikan adalah untuk kegiatan mengajar dan belajar
sehingga dipastikan guru dan peserta didik benar-benar ditampung agar dapat
_____________________
1

Sumber URL: http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/berita/2584
Sumber URL: http://news.okezone.com/read/2015/05/21/65/1153196/ada-413-masalah-dalam-pelaksanaan-un-2015

2

4
memfasilitasi proses belajar mengajar (Alimi et al. 2012). Mengacu pada
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 24 tahun (2007) tentang standar
sarana dan prasarana untuk sekolah dasar dan menengah terdapat empat indikator
standar sarana dan prasarana baik untuk jenjang pendidikan sekolah dasar dan
menengah yaitu satuan pendidikan, lahan, bangunan, dan prasarana dan sarana.
Salah satu pemenuhan standar sarana dan prasarana sekolah adalah tersedia
ruangan kelas yang memadai untuk seluruh siswa namun yang terjadi di salah satu
wilayah di Indonesia yaitu Kampung Hanihung, Desa Rabak, Kecamatan Rumpin,
yang harus belajar di bekas rumah yang ditinggal pemiliknya karena tidak ada
ruang belajar yang dibangun Pemerintah Kabupaten Bogor selain itu terdapat
banyak anak yang putus sekolah3.
Di samping itu, salah satu tugas perkembangan remaja akan memberikan
dampak bagi prestasi akademik salah satunya identitas diri. Spano (2004) dalam
Situmorang (2014) menyatakan bahwa remaja dituntut untuk berhasil memiliki
identitas diri. Tercapainya identitas diri akan membuat remaja mampu memiliki
pandangan sendiri terhadap beberapa hal seperti pekerjaan, gaya hidup, rekreasi
dan sebagainya sehingga remaja yang telah mencapai status identitas diri yang
baik akan memiliki perilaku yang lebih positif. Hal itu dikarenakan remaja yang
telah memiliki identitas diri akan fokus terhadap tujuan hidupnya.
Kenyataannya masih terdapat kasus kenakalan remaja yang terjadi di
Indonesia. Data tawuran Jabodetabek tahun 2012 versi KPAI tercatat 103 kasus,
48 luka ringan, 39 luka berat, 17 meninggal dunia pada tahun 2012 dengan tingkat
pendidikan pelaku tawuran SD 2 orang, SMP 37 orang, dan SMA 28 orang4. Pada
bulan November 2013 terjadi tawuran antar pelajar SMP di kecamatan
Cibungbulang yang menewaskan satu siswa SMP dan bulan Februari 2014 terjadi
tawuran antar pelajar SMA di Jalan Raya Kemang Bogor yang menewaskan satu
siswa SMA5. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan
menyatakan remaja pengonsumsi miras di Indonesia meningkat dari tahun 2007
ke tahun 2014 yaitu sebesar 4,9 persen menjadi 23 persen dari total jumlah remaja
sekitar 14,4 juta jiwa berdasarkan riset Gerakan Nasional Anti Miras (GeNAM) 6.
Proporsi terbesar tersangka narkoba pada tahun 2008-2012 berada pada latar
pendidikan SLTA kemudian jumlah tersangka narkoba pada usia 16-19 tahun
meningkat tahun 2011-2012 yaitu sebanyak 1774-2106 (Infodatin 2014).
Potret kenakalan remaja yang terjadi tersebut menunjukkan bahwa masih
banyak remaja yang belum berada pada pencapaian identitas diri. Krisis identitas
diri membuat remaja mudah terbawa arus terutama pergaulan yang negatif. Dapat
disimpulkan bahwa pencapaian status identitas diri menjadi hal penting untuk
diperhatikan dalam perkembangan diri remaja agar remaja mampu
mengoptimalkan diri salah satunya dengan memiliki prestasi akademik yang baik.
Berdasarkan pemaparan tersebut maka ditemukan beberapa perumusan
masalah yang akan dijabarkan dalam penelitian ini, yaitu: (1) Bagaimana
karakteristik remaja, karakteristik keluarga, lingkungan sekolah, status identitas
diri, dan prestasi akademik remaja di wilayah perdesaan? (2) Bagaimanakah peran
karakteristik remaja, karakteristik keluarga, lingkungan sekolah, dan status
identitas diri terhadap prestasi akademik remaja di wilayah perdesaan?.
_____________________
3

Sumber URL: http://jabar.pojoksatu.id/bogor/2015/10/02/disdik-kabupaten-bogor-salahkan-pemerintah-desa/
Sumber URL: http://www.tempo.co/read/news/2012/09/27/064432335/Setahun-17-Pelajar-Tewas-Karena-Tawuran
5
Sumber URL: http://www.antaranews.com/berita/418655/tawuran-pelajar-di-bogor-satu-orang-tewas
6
Sumber URL: http://www.kpai.go.id/berita/kpai-pola-konsumsi-miras-dikalangan-remaja-meningkat/
4

5

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
lingkungan sekolah dan status identitas diri remaja terhadap prestasi akademik
remaja di wilayah perdesaan.
Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi karakteristik remaja, karakteristik keluarga, lingkungan
sekolah, status identitas diri, dan prestasi akademik remaja.
2. Menganalisis hubungan karakteristik remaja, karakteristik keluarga,
lingkungan sekolah, status identitas diri, dan prestasi akademik remaja.
3. Menganalisis pengaruh karakteristik remaja, karakteristik keluarga,
lingkungan sekolah, dan status identitas diri terhadap prestasi akademik
remaja.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi remaja,
orang tua, dan sekolah tentang pentingnya memerhatikan faktor-faktor yang
memengaruhi prestasi akademik dan memberikan manfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan pendidikan dengan memberikan informasi mengenai
pengaruh lingkungan sekolah dan status identitas diri remaja terhadap prestasi
akademik di sekolah pada wilayah perdesaan. Terlaksananya penelitian ini
merupakan kesempatan bagi peneliti untuk mengembangkan pemikiran dan
keilmuan yang telah didapatkan terutama dalam bidang keluarga dan
perkembangan anak. Bagi institusi IPB, penelitian ini diharapkan dapat menjadi
referensi bagi civitas akademika khususnya dibidang ilmu keluarga dan konsumen.
Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan landasan dalam
pembuatan kebijakan khususnya dalam persiapan dan penyelenggaraan
pendidikan.

KERANGKA PEMIKIRAN
Prestasi akademik merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran
di sekolah namun tidak semua remaja mampu mencapai prestasi akademik yang
optimal. Di samping terjadinya banyak perubahan pada diri remaja yang
membuatnya memiliki tugas lebih banyak dibandingkan saat menjadi anak-anak,
prestasi akademi dipengaruhi oleh faktor dalam diri individu dan faktor dari luar
diri individu.
Karakteristik remaja dan karakteristik keluarga merupakan latar belakang
terbentuknya perilaku seseorang termasuk dalam proses usaha pencapaian prestasi
akademik. Oleh karena itu karakteristik remaja dan karakteristik keluarga menjadi
salah satu faktor yang akan memengaruhi prestasi akademik. Usia dan jenis
kelamin menjadi faktor dari dalam individu yang turut memengaruhi prestasi
akademik. Pada saat remaja, perempuan cenderung lebih berorientasi pada
prestasi akademik sedangkan kebanyakan remaja laki-laki lebih berorientasi pada
kompetitif dan asertif (Santrock 2003). Diduga, remaja perempuan memiliki

6
prestasi akademik yang lebih baik dibandingkan dengan remaja laki-laki.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa perempuan memiliki prestasi
akademik yang lebih baik dibandingkan laki-laki (Nuryoto 1998).
Karakteristik keluarga menjadi faktor dari luar diri individu yang dapat
memengaruhi prestasi akademik remaja, dalam penelitian ini antara lain usia
orang tua, pendidikan orang tua, besar keluarga, dan pendapatan per kapita.
Remaja yang memiliki ibu dengan latar pendidikan yang baik serta berasal dari
keluarga yang memiliki pendapatan lebih besar diduga mampu mendorong
prestasi akademik remaja menjadi lebih optimal. Penelitian sebelumnya
menemukan bahwa latar belakang keluarga berpengaruh besar terhadap prestasi
akademik (Bolu-Steve dan Sanni 2013). Lebih lanjut Amelia (2013) menyatakan
bahwa lama pendidikan ayah dan ibu berpengaruh positif terhadap prestasi
akademik remaja. Penelitian sebelumnya menyatakan bahwa kondisi sosial
ekonomi keluarga memiliki efek yang sama secara bersamaan atau secara terpisah
terhadap prestasi akademik (Tomul dan Savasci 2012).
Selain keluarga, lingkungan sekolah merupakan salah satu faktor dari luar
diri individu yang dapat memengaruhi prestasi akademik. Sekolah sebagai suatu
sistem sosial memiliki berbagai aspek yang berperan dalam pencapaian prestasi
akademik siswa (Santrock 2003). Selama remaja berada dalam proses
pembelajaran di sekolah ia terpapar dengan segala sesuatu yang ada di sekolah
baik interaksi antar manusia maupun suasana dan fasilitas yang terdapat di
sekolah. Lingkungan sekolah yang positif, seperti proses pembelajaran yang
menyenangkan, interaksi yang baik antara remaja dengan orang-orang di
lingkungan sekolah, dan keefektifan peraturan yang ditetapkan diduga berperan
penting terhadap keberhasilan prestasi akademik remaja. Wang dan Holcombe
(2010) menemukan bahwa persepsi siswa terhadap lingkungan sekolah secara
langsung dan tidak langsung memengaruhi pencapaian prestasi akademik, iklim
sekolah yang tepat akan mendukung remaja untuk dapat mengalami peningkatan
keterlibatan dalam belajar dan pencapaian prestasi.
Prestasi akademik juga ditentukan oleh faktor dari dalam diri individu
yang terkait perkembangannya. Remaja tengah mengalami masa pencarian
identitas atau peran dalam pencariannya dikenal istilah krisis dan komitmen.
Remaja yang identitas dirinya sudah berada pada identitas achievement diduga
memiliki prestasi akademik yang lebih baik. Penelitian Berger (1998); Berzonsky
(1989) dalam Was et al. (2009) menyatakan bahwa identitas achievement penting
untuk kesuksesan akademik. Status identitas diri merupakan salah satu bentuk
perkembangan remaja yang juga dipengaruhi oleh faktor individu dan
lingkungannya. Purwanti (2013) menyatakan bahwa siswa laki-laki memiliki
identitas diri yang lebih positif dibandingkan dengan perempuan. Para peneliti
menemukan, lingkungan pendidikan merupakan prediktor dari keberhasilan
perkembangan psikososial dan akademik (Good dan Adams 2008). Merujuk pada
Friedman dan Schustack (2008) remaja mulai mencari tahu siapa dirinya dan apa
yang sebenarnya mereka inginkan, kemudian pada masa ini orang-orang di sekitar
mulai memberikan mereka lebih banyak kebebasan dalam hal persahabatan dan
karier. Berdasarkan uraian tersebut, penelitian ini akan menganalisis pengaruh
lingkungan sekolah dan status identitas diri terhadap prestasi akademik remaja di
wilayah perdesaan. Kerangka pemikiran disajikan pada Gambar 1.

7

Karakteristik
Remaja:
 Usia
 Jenis Kelamin
Karakteristik
Keluarga:
 Usia orang tua
 Lama pendidikan
orang tua
 Besar keluarga
 Pendapatan per
kapita

Status Identitas
Diri:
 Diffusion
 Foreclosure
 Moratorium
 Achievement

Prestasi
Akademik

Lingkungan Sekolah:
 Proses
Pembelajaran
 Komunikasi dan
partisipasi orang tua
 Peraturan dan
sanksi yang berlaku
di sekolah
Gambar 1 Pengaruh lingkungan sekolah dan status identitas diri terhadap
prestasi akademik remaja di wilayah perdesaan

METODE PENELITIAN
Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung dengan topik besar
“Faktor-Faktor yang Memengaruhi Prestasi Akademik Remaja di Wilayah
Perdesaan” dengan menggunakan desain penelitian cross sectional study.
Pelaksanaan penelitian dilakukan di dua Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)
yang berada di Kabupaten Bogor Bagian Barat. Pemilihan lokasi penelitian
dilakukan secara purposive yaitu sekolah dengan jumlah siswa terbanyak di
wilayah Bogor bagian barat mengacu pada data Dinas Pendidikan Kabupaten
Bogor tahun 2014. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Juni 2015.
Teknik Penarikan Contoh
Populasi penelitian ini adalah siswa dan siswi Sekolah Menengah Atas Negeri
(SMAN) di wilayah perdesaan Kabupaten Bogor Bagian Barat. Contoh dalam

8
penelitian adalah siswa dan siswi kelas XI di SMAN X dan SMAN Y. Pemilihan
kelas XI menggunakan pertimbangan yaitu kelas XI telah memiliki pengalaman
belajar lebih lama di SMAN dibandingkan siswa kelas X selain itu siswa kelas XI
belum disibukkan dengan Ujian Akhir Nasional seperti kelas XII. Penarikan contoh
dilakukan dengan menggunakan teknik proportional random sampling dari seluruh
siswa kelas XI pada masing-masing SMA yang menjadi lokasi penelitian. Contoh
dalam penelitian ini berjumlah 150 orang dengan rincian SMA X sebanyak 79 siswa
(45 siswa jurusan IPA dan 34 jurusan IPS) dan SMA Y sebanyak 71 siswa (38 siswa
jurusan IPA dan 33 siswa jurusan IPS). Kerangka teknik penarikan contoh terdapat
pada Gambar 2.
Kabupaten Bogor

SMAN X
n=333

Kelas XI
IPA n=190

L= 17

P= 28

SMAN Y
n=304

Kelas XI
IPS n=143

L= 15

P= 19

Kelas XI
IPA n=163

L= 11

P= 27

Kelas XI
IPS n=141

L= 15

P= 18

Gambar 2 Kerangka teknik penarikan contoh
Jumlah contoh yang hadir saat pengambilan data sebesar 136 orang contoh.
Setelah proses entry dan editing data terdapat 132 orang contoh yang datanya
memenuhi kriteria untuk diolah dan dianalisis lebih lanjut.
Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder. Data primer
diperoleh melalui teknik pelaporan diri dengan alat bantu kuesioner sedangkan
data sekunder diperoleh dari sekolah. Pengisian kuesioner dilakukan setelah
mendapat penjelasan dan panduan dari peneliti. Data primer meliputi karakteristik
remaja (usia dan jenis kelamin), karakteristik keluarga (usia orang tua, pendidikan
orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan per kapita, besar keluarga), lingkungan
sekolah, dan status identitas diri. Data sekunder berupa prestasi akademik remaja
berdasarkan rapor contoh satu semester terakhir sebelum pengambilan data.
Proses pengujian kuesioner dilakukan sebelum pengambilan data primer untuk
menguji reliabilitas setelah itu diadakan pengambilan data.
Lingkungan sekolah dalam penelitian ini diukur menggunakan modifikasi
instrumen lingkungan nonfisik sekolah yang dikembangkan oleh Utami (2014).
Instrumen yang asli mengukur lima dimensi yaitu: metode, pendekatan guru dan
preferensi siswa (24 butir); aktivitas belajar dan mengajar di sekolah (10 butir);
komunikasi dan partisipasi orang tua dengan sekolah (10 butir); interaksi guru
kepada siswa (16 butir); peraturan dan sanksi yang berlaku di sekolah (10 butir).

9

Instrumen yang asli menggunakan 4 skala yang terdiri dari SS=Sangat Setuju;
S=Setuju; TS=Tidak Setuju; dan STS=Sangat Tidak Setuju. Instrumen yang
digunakan untuk mengukur lingkungan sekolah dalam penelitian ini mengukur
tiga dimensi yaitu: proses pembelajaran (41 butir); komunikasi dan partisipasi
orang tua dengan sekolah (10 butir); peraturan dan sanksi yang berlaku di sekolah
(13 butir). Pengisian instrumen menggunakan 4 skala yang terdiri dari SS=Sangat
Sesuai; S=Sesuai; TS=Tidak Sesuai; dan STS=Sangat Tidak Sesuai. Hasil uji coba
kuesioner modifikasi instrumen lingkungan sekolah memiliki reliabilitas dengan
nilai Cronbach’s alpha sebesar 0.814.
Status identitas diri dalam penelitian ini diukur menggunakan instrumen
modifikasi dari The Objective Measure of Ego Identity Status Revision (OMEIS
II) oleh Bennion dan Adams (1986) dalam Adams (1998). Instrumen ini terbagi
dalam 4 kelompok status identitas diri dan masing-masing status identitas diri
memiliki 6 dimensi yaitu yaitu pekerjaan, gaya hidup, pertemanan, kencan, peran
gender, dan rekreasi. Instrumen asli berjumlah 64 butir pernyataan dan
menggunakan 6 skala yaitu 1=strongly agree; 2=moderatly agree; 3=agree; 4=
disagree; 5=moderatly disagree; 6=strongly disagree. Modifikasi instrumen
dalam penelitian ini berjumlah 43 butir pernyataan dan menggunakan 4 skala
yaitu SS=Sangat Sesuai; S=Sesuai; TS=Tidak Sesuai; dan STS=Sangat Tidak
Sesuai. Hasilnya dikategorikan dalam empat status identitas diri yang
dikemukakan oleh Marcia (1980) yaitu diffusion, foreclosure, moratorium, dan
identity achievement. Hasil uji coba kuesioner modifikasi instrumen status
identitas diri memiliki reliabilitas dengan nilai Cronbach’s alpha sebesar 0.788.
Jenis data, variabel, jawaban, skala data, dan jumlah pernyataan disajikan pada
Tabel 1.

Jenis
Data
Primer

Primer

Tabel 1 Variabel, Jawaban, Skala Data, dan Jumlah Pernyataan
Variabel
Jawaban
Skala Data Jumlah
Pernyataan
Karakteristik
remaja:
Usia
Berdasarkan usia remaja
Rasio
Jenis kelamin
[1] laki-laki
Nominal
[2] perempuan
Karakteristik
Keluarga:
Usia orang tua
Berdasarkan usia orang tua Rasio
remaja
Lama
Berdasarkan lama
Rasio
pendidikan
pendidikan formal yang
orang tua
ditempuh
Status pekerjaan [1] Petani
Nominal
orang tua
[2] Pedagang
[3] Buruh
[4] Pegawai Negeri/BUMN
[5] Pegawai Swasta
[6] Wirausaha
[7] tidak bekerja
[8] lainnya.....

10
Tabel 1 Variabel, Jawaban, Skala Data, dan Jumlah Pernyataan (lanjutan)
Jenis Data Variabel
Jawaban
Skala
Jumlah
Data
Pernyataan
Primer
Pendapatan per Jumlah total pendapatan
Rasio
kapita
keluarga dibagi jumlah
anggota keluarga
Besar keluarga Jumlah anggota kelurga
Rasio
yang tinggal satu rumah
Primer
Lingkungan
Skala
64
Ordinal
sekolah
Proses
4 : sangat sesuai/SS
Ordinal 41
pembelajaran
3 : sesuai/S
(PP)
2 : tidak sesuai/TS
1 : sangat tidak sesuai/STS
Komunikasi dan 4 : sangat sesuai/SS
Ordinal 10
partisipasi orang 3 : sesuai/S
tua dengan
2 : tidak sesuai/TS
sekolah (KPO)
1 : sangat tidak sesuai/STS
Peraturan dan
4 : sangat sesuai/SS
Ordinal 13
sanksi yang
3 : sesuai/S
berlaku (PSB)
2 : tidak sesuai/TS
1 : sangat tidak sesuai/STS
Primer
Status identitas Skala
Ordinal 43
diri
Diffusion
4 : sangat sesuai/SS
Ordinal 11
3 : sesuai/S
2 : tidak sesuai/TS
1 : sangat tidak sesuai/STS
Foreclosure
4 : sangat sesuai/SS
Ordinal 10
Moratorium
3 : sesuai/S
Ordinal 11
2 : tidak sesuai/TS
1 : sangat tidak sesuai/STS
4 : sangat sesuai/SS
3 : sesuai/S
2 : tidak sesuai/TS
1 : sangat tidak sesuai/STS
Identity
4 : sangat sesuai/SS
Ordinal 11
Achievement
3 : sesuai/S
2 : tidak sesuai/TS
1 : sangat tidak sesuai/STS
Sekunder Prestasi
Berdasarkan rapor remaja
Rasio
akademik
Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh kemudian diolah melalui proses coding, skoring,
entry data, editing, dan analisis data. Pengolahan dan analisis data menggunakan
program Microsoft Excel dan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS)
16.0 for windows.

11

Data karakteristik remaja terdiri atas usia dan jenis kelamin. Data
karakteristik keluarga terdiri atas usia orang tua, pendidikan orang tua, pekerjaan
orang tua, pendapatan per kapita, besar keluarga.
Sistem skoring yang dilakukan untuk lingkungan sekolah, dan status
identitas diri menggunakan rumus:

Keterangan:
Indeks
Skor anak
Skor minimal
Skor maksimal

= skor remaja yang sudah diindeks
= skor yang diperoleh remaja berdasarkan pengukuran
= skor minimal pada instrumen
= skor maksimal pada instrumen

Pengategorian variabel lingkungan sekolah dibagi menjadi kurang, cukup,
dan baik menggunakan indeks masing-masing variabel dengan cut off point
kurang (80).
Pengategorian variabel status identitas diri dilakukan dengan dua tahap
berdasarkan pada The Objective Measure of Ego Identity Status: A Reference
Manual (Adams 1998). Skor indeks yang didapatkan dari masing-masing dimensi
yaitu diffusion, foreclosure, moratorium, dan identity achievement oleh masingmasing remaja akan diolah menggunakan cut off point (Tabel 2). Tahap pertama
pengategorian dibedakan menjadi low-profile status rule dan pure identity status
rule. Kategori low-profile status rule adalah kategori yang diperoleh jika skor
indeks berada di bawah cut off sedangkan pure identity status rule jika skor indeks
berada di atas cut off. Keempat dimensi yang terdiri dari diffusion, foreclosure,
moratorium, dan acievement memiliki salah satu kategori tersebut sehingga setiap
satu remaja akan mendapat 4 kategori yang terdiri dari low-profile status rule dan
pure identity status rule.
Tahap kedua, memasukkan remaja pada salah satu dimensi pencapaian
status identitas diri berdasarkan kategori pure identity status rule yang diperoleh
oleh remaja. Jika remaja mendapat kategori pure identity status rule pada salah
satu dimensi maka dimensi itulah yang menjadi status identitas diri remaja.
Namun jika terdapat lebih dari satu kategori pure identity status rule pada remaja
maka akan ditinjau dari skor indeks tertinggi yang diperoleh. Jika remaja sama
sekali tidak mendapat kategori pure identity status rule maka remaja dimasukkan
ke dalam status identitas diri moratorium.
Tabel 2 Cut off dan urutan status identitas diri
Status Identitas Diri
Diffusion
Foreclosure
Moratorium
Achievement

Cut off
53.00
53.00
63.00
73.00

Urutan Status Identitas Diri
1 (terendah)
2
3
4 (tertinggi)

Variabel prestasi akademik dilihat berdasarkan rata-rata nilai rapor dari
seluruh mata pelajaran pada semester terakhir sebelum pengambilan data.
Pengategorian prestasi akademik dikelompokkan menjadi empat kategori

12
(Permendikbud No.81A tahun 2013), yaitu kurang (≤2.49), cukup (2.50-2.99),
baik (3.00-3.49), dan sangat baik (3.50-4.00).
Analisis yang digunakan meliputi analisis deskriptif dan inferensia.
Analisis deskriptif meliputi mean, frekuensi, standar deviasi, minimal, dan
maksimal. Analisis statistik inferensia yang digunakan adalah uji korelasi yang
digunakan untuk mengetahui hubungan beberapa variabel dan uji regresi linear
berganda yang digunakan untuk mengetahui pengaruh beberapa variabel.
Berikut adalah model persamaan dari uji regresi linear berganda yang dilakukan:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + ε

Keterangan :
Y
= Prestasi akademik
α
= Konstanta
β 1-8
= Koefisien regresi
X1
= Lingkungan sekolah
X2
= Status identitas diri
X3
= Usia
X4
= Jenis kelamin
X5
= Usia ibu
X6
= Lama pendidikan ibu
X7
= Besar keluarga
X8
= Pendapatan per kapita
= Error
ε

Definisi Operasional
Remaja adalah siswa kelas XI di dua Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN)
yang menjadi contoh penelitian.
Karakteristik remaja adalah identitas remaja yang terdiri dari usia dan jenis
kelamin.
Usia adalah umur remaja yang dihitung sejak remaja lahir hingga pengambilan
data penelitian.
Jenis Kelamin adalah bagian dari karakteristik remaja yang mengelompokkan
remaja berdasarkan laki-laki dan perempuan.
Karakteristik Keluarga adalah ciri khas keluarga yang terdiri atas usia orang tua,
pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan per kapita, dan
besar keluarga.
Usia orang tua adalah umur ayah dan ibu remaja yang dihitung sejak ayah dan
ibu lahir hingga pengambilan data penelitian.
Pendidikan orang tua adalah lama pendidikan formal yang ditempuh oleh ayah
maupun ibu yang dihitung dalam jumlah tahun.
Pekerjaan orang tua adalah jenis pekerjaan yang dijalankan oleh ayah dan ibu
remaja.
Pendapatan per kapita adalah total pendapatan seluruh anggota keluarga per
bulan dibagi jumlah anggota keluarga.

13

Besar keluarga adalah jumlah seluruh anggota keluarga remaja yang tinggal
dalam satu rumah.
Lingkungan sekolah adalah persepsi remaja mengenai lingkungan sekolah yang
terdiri dari proses pembelajaran; komunikasi dan partisipasi orang tua
dengan sekolah; peraturan dan sanksi yang berlaku di sekolah.
Proses pembelajaran adalah kegiatan yang terjadi dalam proses belajar mengajar
yang meliputi interaksi guru-anak dan pendekatan pembelajaran.
Komunikasi dan partispasi orang tua dengan sekolah adalah hubungan antara
orang tua dengan guru di sekolah terkait proses pembelajaran yang
diterima oleh remaja selama di sekolah.
Peraturan dan sanksi yang berlaku di sekolah adalah prosedur dan ketentuan
yang berlaku di sekolah agar terjadi kegiatan belajar dan mengajar yang
efektivitas dan efisien guna mencapai tujuan utama sekolah.
Status identitas diri adalah perkembangan ego yang tergantung pada kehadiran
atau ketidakhadiran krisis dan komitmen .
Krisis adalah periode dalam perkembangan identitas ketika individu
mengeksplorasi berbagai alternatif. Krisis sering juga disebut eksplorasi.
Komitmen adalah bagian dari perkembangan identitas ketika individu
menunjukkan adanya investasi pribadi pada apa yang akan mereka lakukan.
Pencapaian identitas (identity achievement) adalah istilah yang digunakan
Marcia untuk remaja yang telah memiliki pengalaman dan masuk dalam
periode pengambilan keputusan (komitmen).
Penundaan identitas (identity moratorium) adalah istilah yang digunakan
Marcia (1966, 1980) untuk remaja yang berada dalam krisis identitas.
Pencabutan identitas (identity foreclosure) adalah istilah yang digunakan
Marcia (1966, 1980) untuk remaja yang telah membuat komitmen tetapi
karena dipilihkan oleh orang tua dibandingkan diri sendiri.
Penyebaran identitas (identity diffusion) adalah istilah yang digunakan Marcia
(1966, 1980) untuk remaja yang belum pernah mengalami krisis atau
membuat komitmen bahkan belum menunjukkan minatnya.
Prestasi akademik adalah pencapaian kemampuan belajar siswa di sekolah yang
menjadi lokasi penelitian dengan bersumber pada nilai rata-rata rapor
semester 1 (semester terakhir sebelum pengambilan data).

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian dilakukan di dua SMA Negeri Kabupaten Bogor yaitu
SMA X dan SMA Y keduanya memiliki akreditasi A oleh BAN-PT selain itu
kedua sekolah ini juga memiliki siswa yang sudah terbagi berdasarkan bidang
studi yaitu IPA dan IPS mulai dari kelas X. SMA X merupakan lokasi penelitian
pertama, letak sekolah berdekatan dengan kantor kepala desa sedangkan SMA Y
merupakan lokasi penelitian kedua dengan lokasi yang berada di jalan utama yang
dilalui angkutan umum. SMA X berdiri sejak tahun 1984 dan memiliki 1019

14
siswa. Terdapat 51 guru yang termasuk guru tetap dan tidak tetap. SMA Y berdiri
pada tahun 2002 memiliki 1009 siswa. SMA Y memiliki 49 guru yang termasuk
diantaranya adalah kepala sekolah, staff, dan tata usaha.
Peraturan menteri pendidikan nasional republik indonesia nomor 24 tahun
(2007) telah mengatur standar sarana dan prasarana untuk sekolah menengah
terdapat empat hal yang diatur yaitu satuan pendidikan, lahan, bangunan,
prasarana dan sarana. Penelitian ini hanya akan membahas dua hal yang terkait
langsung dengan proses belajar mengajar yaitu satuan pendidikan dan sarana
prasarana.
Satuan pendidikan yang diatur untuk sekolah menengah atas adalah (1) Satu
SMA/MA memiliki sarana dan prasarana yang dapat melayani minimum 3
rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar (2) Minimum satu
SMA/MA disediakan untuk satu kecamatan. SMA X memiliki 27 rombongan
belajar sedangkan SMA Y memiliki 24 rombongan belajar keduanya merupakan
SMA yang mewakili satu kecamatan. Dengan demikian SMA X dan SMA Y telah
memenuhi standar satuan pendidikan yang telah diatur oleh pemerintah.
Prasarana dan sarana minimum yang harus dimiliki oleh sebuah SMA/MA
adalah ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang
laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer,
ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat
beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban,
gudang, ruang sirkulasi, tempat bermain/berolahraga. Berdasarkan data yang
didapatkan dari sekolah SMA X hanya tidak memiliki ruang laboratorium kimia,
ruang laboratorium bahasa, dan ruang sirkulasi sedangkan SMA Y telah
memenuhi seluruh sarana dan prasarana minimum tersebut. Dapat dikatakan SMA
Y telah menyediakan prasarana dan sarana sesuai dengan peraturan yang ada
sedangkan SMA X menyediakan prasarana dan sarana yang hampir sesuai dengan
prasarana dan sarana minimum yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Karakteristik Remaja
Penelitian ini melibatkan 132 remaja dengan proporsi jenis kelamin 62.1
persen perempuan dan 37.9 persen laki-laki. Usia remaja berkisar dari 15 tahun
hingga 18 tahun dengan rata-rata 16.71 tahun dan lebih dari separuh remaja
(51.5%) berusia 17 tahun. Seluruh remaja termasuk dalam kategori remaja
menengah (15-18 tahun) (Monks et al. 1992).
Karakteristik Keluarga
Berdasarkan kelompok usia menurut Santrock (2007), proporsi terbesar
remaja memiliki ayah (78.8%) dan ibu (53.0%) yang berusia pada dewasa madya
(Tabel 3). Besar keluarga remaja dikategorikan menurut BKKBN. Lebih dari
separuh remaja (60.6%) memiliki keluarga yang tergolong dalam keluarga
menengah. Sebagian besar remaja memiliki orang tua dengan pendidikan berada
di tingkat Sekolah Dasar (SD) dengan rata-rata sebesar 9.1 tahun (ayah) dan 8.5
tahun (ibu). Kurang dari sepertiga remaja (31.1%) memiliki ayah yang berprofesi
sebagai wiraswasta sedangkan sisanya menyebar pada pekerjaan buruh, pedagang,
serta pegawai negeri dan lebih dari tiga perempat remaja (78.0%) memiliki ibu
yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga. Pengategorian untuk

15

pendapatan per kapita mengacu pada garis kemiskinan Jawa Barat 2014 yaitu
sebesar Rp285 076, lebih dari separuh remaja (62.9%) memiliki keluarga yang
tergolong keluarga tidak miskin dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp546 501.
Tabel 3 Sebaran remaja berdasarkan usia ayah dan ibu
Usia orang tua (tahun)
Dewasa Muda (18-61)
Almarhum
Total
Min – Max
Rata – rata ± Std

Ayah
n
22
104
3
3
132

32 – 69
47.6 ± 6.8

Ibu
%
16.6
78.8
2.3
2.3

n
61
70
0
1

100.0

132

%
46.2
53.0
0.0
0.8
29 – 59
42.7 ± 6.9

100.0

Lingkungan Sekolah
Lingkungan sekolah dalam penelitian ini merupakan persepsi remaja
mengenai proses pembelajaran, komunikasi dan partisipasi orang tua dengan
sekolah serta peraturan dan sanksi yang berlaku di sekolah. Tabel 4 menunjukkan
proporsi terbesar persepsi remaja mengenai lingkungan sekolah berada pada
kategori cukup (71.2%). Artinya, remaja sudah merasa cukup terdukung dengan
lingkungan di sekolahnya.
Pada dimensi komunikasi dan partisipasi orang tua sebagian besar remaja
memiliki persentase terbesar pada kategori kurang (60.6%) sehingga menurut
remaja komunikasi dan partisipasi orang tua masih kurang mendukung di
lingkungan sekolahnya. Hal tersebut dijelaskan dengan bukti, remaja memiliki
persentase jawaban tertinggi pada skala jawaban tidak sesuai yaitu butir
pernyataan guru sering melakukan komunikasi dan menyempatkan waktu untuk
mengadakan pertemuan dengan orang tua saya baik secara formal maupun
informal salah satunya untuk melaporkan permasalahan yang saya hadapi dengan
rincian masing-masing berturut-turut 55.3 persen, 41.7 persen, dan 39.4 persen.
Data tersebut menggambarkan bahwa menurut remaja komunikasi antara guru
dengan orang tua terkait diri remaja m