Budaya Kehidupan Sosial Budaya Masyarakat Nias Di Sibolga (1971-2000)

29 menggunakan kapal pengangkutan. Hingga pada tahun 1970 Sibolga merupakan satu- satunya akses untuk menghubungan Nias dengan daerah lain di Sumatera Utara. Lokasi Sibolga yang begitu dekat dengan Nias menyebabkan Sibolga menjadi lokasi migrasi yang cukup strategis bagi Etnis Nias.

2.2 Budaya

Kejayaan Sibolga sebagai Kota Pelabuhan di masa lampau mewarnai corak sosial budaya masyarakat Sibolga. Pada abad ke-19, pulau ini sudah dikuasai Belanda. Selain para pedagang yang bermukim, Belanda mendirikan pula rumah tahanan untuk orang hukuman yang dikenal dengan nama orang rantai 21 Kegiatan perdagangan dan pelayaran di Sibolga menyebabkan sebagian besar penduduknya merupakan pencampuran antara sesama orang perantau. Penataan penduduk oleh pemerintah Belanda bukan berdasarkan teritorial tetapi berdasarkan pada suku bangsa. Setiap kelompok etnis dipimpin oleh seorang penghulu, yaitu Etnis yang sengaja didatangkan dari berbagai daerah Nias, Jawa, Batak, Madura, Bugis dan lain-lain. Mereka dipekerjakan untuk membuka hutan, membangun jalan dan perkampungan. Dalam perkembangan pelabuhannya, Sibolga berhasil menarik orang- orang dari dalam maupun luar negeri untuk ikut andil dalam aktifitas pelabuhan baik itu sebagai pedagang, pekerja buruh pelabuhan, maupun perkerjaan lainnya yang bersangkutan dengan kegiatan pelabuhan. 21 Orang rantai adalah sebutan orang yang tinggal di sekitar Sibolga terhadap budak -budak yang dibawa oleh Belanda dari berbagai daerah. 30 Batak dipimpin oleh penghulu Toba, Etnis Minang diatur oleh Penghulu Darek, Etnis Nias dipimpin oleh Penghulu Nias dan demikian juga dengan etnis lokal lainnya. Berbeda dengan kelompok masyarakat asing, mereka dipimpin oleh seorang kapitan seperti Kapitan Keling, Kapitan Cina, Kapitan Arab untuk mengatur masyarakat. Akan tetapi, jumlah masyarakat Etnis Batak yang lebih mendominasi. 22 Dalam upacara perkawinan dengan adat sumando biasanya diikuti kesenian khas pesisir yaitu sikambang. 23 Kesenian Sikambang yang berasal dari Barus ini berakar dari cerita rakyat yang mengisahkan percintaan antara sikambang dengan putri Intan. Kesenian sikambang ini berkembang hampir diseluruh Pantai Barat Sumatera Utara bahkan sampai ke Pantai Sumatera Barat dan Pantai Bengkulu. Sementara itu masyarakat Batak dalam pesta selalu menyertakan kesenian Tortor dan Tumba. 24 Tidak ada data statistik mengenai berapa jumlah penduduk berdasarkan Etnis. Akan tetapi dalam Buku Profil Sibolga tercatat. Selain keberagaman dari kelompok etnis, kota Sibolga juga memiliki keragaman agama. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, mayoritas penduduk Sibolga beragama Islam. Jumlah penganut agama 22 Pemko Sibolga, Keberagaman Etnik Kota Sibolga, Sibolga : Tanpa Penerbit, 2007, hlm. 17 23 Sikambang adalah kesenian yang memadukan musik, tarian, senandung, pantun yang paling populer di Kota Sibolga. kesenian Sikambang ini biasa dipertunjukkan pada saat upacara pernikahan, penyambutan, dan hari-hari besar. 24 Sutan Raja Bungaran, Kota Madya Sibolga, Sibolga: Pemko Sibolga, 2015, hlm. 14-22 31 Islam mencapai 47,763 jiwa, yaitu sebesar 58,48 dari total penduduk. kemudian yang terbesar selanjutnya adalah agama protestan 26,43632, 36, Katolik 4.259 jiwa5,21, Budha 3.000 jiwa 2,67 , Hindu 115 jiwa 0,14. Masyarakat yang beragama protestas dan katolik cenderung bertempat tinggal di daerah pedalaman sementara yang beragama Islam berada di bagian pesisir Sibolga. 25 Keragaman penduduk terlihat jelas pula pada adat istiadat yang berlaku ditengah masyarakat. Pada Etnis Batak berlaku adat jujuran, Bahasa sehari-hari yang digunakan dalam pergaulan adalah bahasa Pesisir dan Bahasa Batak. Bahasa pesisir adalah bahasa penduduk asli yang berdiam disekitaran pantai. Bahasa ini memiliki lagam sendiri, yakni perpaduan antara bahasa Melayu, Pesisir dan Batak Toba dan bahasa pendatang lainnya. Dalam masyarakat Nias pengunaan bahasa pesisir bertujuan untuk menjalin komunikasi yang baik bagi masyarakat etnis lain di Sibolga. Sementara Bahasa Nias digunakan pada sesama Etnis Nias. Akan tetapi, sama dengan bahasa dari etnis lain di Sibolga, Bahasa Nias juga ada yang diserap ke bahasa pesisir seperti, godo-godo dalam bahasa pesisir Godok-godok, ini juga merupakan makanan khas Nias yang berbahan baku ubi yang juga makanan ini di kenal di Sibolga. 26 25 Budhisantono,dkk, Op .Cit., 26 Adat jujuran adalah pemberian mahar yang dalam adat batak mahar di tentukan dalam acara pertunangan martuppol sedangkan pada masyarakat pesisir berlaku adat Sumando Adat sumando berasal dari Minang, tetapi telah di pengaruhi oleh adat jujuran. Kedua macam adat itu selalu berjalan seiring 32 dikalangan masyarakat Sibolga. 27 Masyarakat yang datang ke Sibolga memang diwajibkan untuk menyesuaikan diri dengan budaya asli Sibolga, namun bukan berarti budaya asli mereka tidak boleh di laksanakan di Sibolga. Semua Etnis di Sibolga dengan bebas menampilkan budaya mereka di Sibolga asal masih dalam aturan budaya Sumando yang telah di tetapkan. Etnis Nias tidak mengunakan budaya Sumando dalam pernikahan sesama Etnis Nias. Akan tetapi, Etnis Nias yang menikah dengan etnis pesisir justru meninggalkan budaya mereka dan mengikuti budaya Sumando.Hanya saja mereka yang sudah beragama Islam dari daerah asalnya menyajikan budaya Nias berupa tari maena Etnis lain yang bukan bagian dari budaya sumando bukan berarti tidak memiliki pengaruh terhadap budaya Sumando. Budaya dari Etnis lain juga sering ikut berpartisipasi dalam kegiatan budaya Sumando, misalnya dalam pesta laut masyarakat pesisir, Etnis Nias juga ikut berpatisipasi. Setidaknya dengan menampilkan tarian Maena. Demikian juga Etnis bugis, Etnis Jawa, Etnis Cina, dan India juga ikut serta dalam kegiatan budaya di Sibolga. Budaya Sumando menjadi alat untuk menyatukan seluruh perbedaan yang ada di Sibolga dalam satu kegiatan kebudayaan. 28 27 Pemko Sibolga, Keberagaman Etnis Kota Sibolga, Sibolga : Tanpa Penerbit, 2007, hlm. 17 28 Tari Maena adalah tari yang di iringi dengan alat music tradisional Nias. Namun oleh masyarakat Nias Barat yang mayoritas Muslim tarian ini dipengaruhi budaya Arab Sehingga tarian ini dalam penampilannya diiringi dengan musik rebana. dalam pernikahan yang bernuansa budaya Sumando. Pesta pada Etnis Nias sangat identik dengan menyembelih ternak babi. Untuk menghargai agama lain maka 33 pihak yang melakukan pesta harus menyediakan makanan untuk parsubang. 29 Kebersamaan dan toleransi yang ditunjukkan mereka dalam kehidupan bermasyarakat yang plural dapat dilihat dalam berbagai kegiatan-kegiatan kebudayaan dan kegiatan kalender yang dilaksanakan pemerintah Kota Sibolga, seperti Mangure lawik, Hal ini juga berlaku untuk etnis lainnya di Sibolga. Sebelum adanya pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia dengan slogan Bhineka Tunggal Ika. Sibolga telah terlebih dahulu menginplementasikannya dalam kehidupan kehari-hari dari masyarakatnya. Sibolga dihuni oleh berbagai etnis dan agama dengan berbagai ragam budaya dan adat istiadat dari setiap etnis yang ada. Sibolga merupaka negeri berbilang kaum perekat umat beragama adalah Kalimat yang mengisyaratkan tentang sebuah “kebersamaan dan toleransi” yang dibangun oleh masyarakat Sibolga dari sejak dahulu. 30 MTQ, pemilihan Ogek dan Uning, 31 29 Parsubang adalah makanan khusus bagi mereka yang tidak memakan daging babi. 30 Mangure Lawik adalah acara budaya yang dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur sekaligus memanjatkan doa untuk kelestarian laut. Biasanya dilaksanakan pada saat nelayan akan memulai musim penangkapan ikan, beragam acara budaya dari semua etnis di Sibolga juga ditampilkan pada kegiatan ini. 31 Ogek dan Uning adalah sebutan untuk laki-laki dan perempuan dalam budaya pesisir. Pemilihan ogek dan uning sama dengan pemilihan putra-putri di daerah lain, seperti jaka dan dara di Medan, udo dan uni di Sumatera Barat atau abang dan nonedi Jakarta. Tujuan dari pemilihan ogek dan uning ini adalah untuk mempertahankan dan menumbuh kembangkan seni dan budaya dan pengetahuan kepariwisataan kepada generasi muda Kota Sibolga. perayaan hari jadi Kota 34 Sibolga, hari kemerdekaan dan sebagainya yang melibatkan seluruh Etnis yang ada di Sibolga tampa terkecuali. 32 Pada tahun 1930-1961 perkembangan penduduk Sibolga mencapai rata-rata 8,7 per tahun. Selanjutnya hingga tahun 1980 rata-rata itu adalah 3,8 pertahun.Hingga tahun 1970-1982 jumlah penduduk Sibolga bisa mencapai 61.527 sekitar 3,8 pertahun lebih besar dari laju pertambahan penduduk provinsi Sumatera Utara yang besarnya 2,6 pertahun. Sementara itu laju pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 1971-1980 menunjukkan angka 2,32 pertahun.

2.3 Penduduk